The Role Investment Of Agricultural Sector In Economic Growth Jambi Provinces: " The Input-Output Approach And Analitycal Hierarchy Process (Ahp)”

(1)

PERANAN INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DALAM

PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI:

“PENDEKATAN INPUT-OUTPUT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)”

MARLINA S.

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis yang berjudul:

PERANAN INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DALAM

PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI:

“PENDEKATAN INPUT-OUTPUT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)”

Merupakan gagasan atau hasil penelitian saya dengan bimbingan dari Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan sumbernya dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Agustus 2012

Marlina S.


(3)

ABSTRACT

MARLINA S. The Role Investment of Agricultural Sector in Economic Growth Jambi Provinces: " The Input-Output Approach and Analitycal Hierarchy Process (AHP)”. Under The Direction of MUHAMMAD FIRDAUS and RATNA WINANDI.

This research used the input-output analysis and Analitycal Hierarchy Process (AHP) to know the role investment of agricultural sector in economic growth Jambi provinces. The research aimed: (1) analyze the level of backward and forward linkages of agricultural sector with other economic sectors; (2) analyzing the impact of the agricultural sector investment towards the establishment of output, income, and labor; (3) analyze the factors that drive the policies and decisions of investors to invest in agriculture. The analysis showed that the role of agricultural sector in the province of Jambi is a huge. It can be seen from its contribution to the formation of the structure of final demand, output and value added in the economic structure of Jambi Province in 2010. The role played by the agricultural sector is a key sector of agricultural commodities (the leading sectors) Jambi Province. In addition, the role of the agricultural sector can also be seen from the backward linkages and forward linkage on the economy of Jambi Province. Based on linkage analysis, linkage sectors have direct and indirect output to the rear is dominated by the agricultural sector both on-farm and off-farm, the sector is the sector of rubber; Industry CPO; Sawmills and Wood Processing Industry; Pinang; and Plywood Industry likes; Industrial Building Materials and Furniture of Wood; Eggs; Palm oil; Industrial Rubber, Rubber and Plastic Goods, while the agricultural sector has a direct and indirect linkages to the highest front rubber sector; other food industry sectors; rice sector, and forest products. The changes value with the highest percentage due to the impact of agricultural sector investment to the formation of the value of output, income and labor that largest is the plantation sub-sector. That has the highest level of importance in influencing the policy of investment is a infrastructure factor with the actor of the most decisive is BAPEDDA Province of Jambi.

Key words: The Role Investment of Agricultural Sector, Input-Output Analysis and AHP, Jambi Province


(4)

RINGKASAN

MARLINA S. Peranan Investasi Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan Perekonomian Provinsi Jambi: “Pendekatan Input-Output dan Analitycal Hierarchy Process (AHP)”. Dibawah Bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS dan RATNA WINANDI.

Investasi disektor pertanian selama ini dianggap belum memberikan keuntungan baik bagi target pendapatan pemerintah maupun swasta domestik dan asing, sehingga investasi untuk sektor pertanian setiap tahun mengalami flutuasi, disisi lain investasi sektor pertanian sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, memacu pertumbuhan sektor pertanian dalam meningkatkan pendapatan masyarakat yang sebagian besar hidup dari sektor ini, menyediakan lapangan kerja dan bahan baku bagi industri. Dengan demikian, investasi dapat mengakibatkan penggunaan sumber daya alam secara tepat, pendirian berbagai macam jenis industri sehingga meningkatkan kesempatan kerja, dan peningkatan standar hidup yang akhirnya berdampak pada kesejahteraan ekonomi. Peran sektor pertanian masih sangat dominan sumbangannya terhadap PDRB Provinsi Jambi yang dari tahun ke tahun nilainya terus meningkat sekaligus penyerap tenaga kerja yang besar. Di sisi lain, jumlah PMDN dan PMA masih sangat rendah atau selalu berfluktuasi dari tahun ketahun. Hal ini perlu menjadi perhatian, sehingga nilai investasi di sektor pertanian dapat ditingkatkan. Peningkatan investasi dan konsumsi pada sektor pertanian merupakan pendorong penting peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut.

Penelitian ini bertujuan (1) menganalisis tingkat keterkaitan kebelakang dan ke depan sektor pertanian dengan sektor ekonomi lainnya di Provinsi Jambi; (2) menganalisis dampak investasi sektor pertanian terhadap pembentukan output, pendapatan, dan tenaga kerja; (3) menganalisis faktor-faktor yang mendorong kebijakan dan keputusan investor untuk melakukan investasi di sektor pertanian di Provinsi Jambi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian di Provinsi Jambi cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan struktur permintaan dan penawaran. Bila dilihat dari sisi permintaan akhir, sektor pertanian memiliki nilai sebesar Rp15 369,00 milyar atau sebesar 35,46 persen dari total permintaan akhir. Permintaan akhir tersebut dialokasikan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, perubahan stok, ekspor dan impor. Total konsumsi masyarakat terhadap sektor pertanian sebesar Rp 6 804,68 milyar atau sebesar 14,99 persen, Investasi sektor pertanian di Provinsi Jambi tahun 2010 sebesar Rp 970,83 milyar atau sebesar 13,45 persen dari total investasi sektor perekonomian secara keseluruhan. Nilai investasi tersebut terdiri dari pembentukan modal tetap bruto sebesar Rp 163,93 milyar dan perubahan stok sebesar Rp 806,89 milyar. Nilai ekspor keseluruhan sektor pertanian adalah sebesar Rp 7 593,48 milyar atau sebesar 21,33 persen dari total ekspor keseluruhan sektor perekonomian. Nilai impor sektor pertanian sebesar Rp 2 019,27 milyar atau sebesar 8,50 persen dari total impor keseluruhan sektor perekonomian.


(5)

Berdasarkan analisis keterkaitan, Sektor yang memiliki keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang didominasi oleh sektor pertanian baik on-farm maupun off-farmnya, sektor tersebut adalah sektor karet; Industri CPO; Industri Penggergajian dan Pengolahan Kayu; Pinang; Industri Kayu Lapis dan Sejenisnya; Industri Bahan Bangunan dan Perabot dari Kayu; Telur; Kelapa sawit; Industri Karet, Barang dari Karet dan Barang Plastik, sedangkan sektor pertanian yang memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan tertinggi adalah sektor karet; sektor industri makanan lainnya; sektor padi; dan hasil hutan.

Analisis dampak penyebaran menunjukkan bahwa sektor pertanian lebih mampu untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya dibandingkan menarik pertumbuhan sektor hulunya, sedangkan nilai derajat kepekaan merupakan kemampuan yang kuat suatu sektor untuk mendorong perkembangan sektor perekonomian lainnya. Sektor yang memiliki indeks daya penyebaran (IDP) paling tinggi dan indeks derajat kepekaan IDK) paling tinggi adalah sektor karet; industri CPO; industri makan lainnya; perdagangan; listrik dan air minum; dan kelapa sawit. Empat dari sektor yang memiliki IDP dan IDK yang paling tinggi tersebut adalah sektor pertanian. Ini menunjukkan bahwa sektor tersebut merupaka sektor kunci atau sektor andalan dalam pertumbuhan perekonomian Provinsi Jambi. Dampak investasi sub sektor pertanian sebesar Rp 150 milyar pada Tahun 2013 terhadap pembentukan nilai output, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja terbesar adalah sub sektor perkebunan, dan dampak investasi ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan tenaga kerja sub sektor perkebunan.

Lima faktor yang mempengaruhi kebijakan investasi sektor pertanian di Provinsi Jambi yaitu faktor infrastruktur, ekonomi, teknologi, ketenagakerjaan dan kapasitas produksi yang mempunyai prioritas atau tingkat kepentingan yang paling tinggi dalam mempengaruhi kebijakan investasi adalah faktor infrastruktur dengan nilai 0,361 dengan prioritas pelaku yang paling menentukan faktor infrastuktur adalah BAPEDDA Provinsi jambi dengan nilai 0,618.

Hal yang dapat disarankan penulis berdasarkan hasil penelitian ini adalah Sektor Pertanian untuk komoditi Karet, dan kelapa sawit perlu mendapat perhatian serius terhadap keterkaitan sektor lainnya mengingat sektor ini memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang tinggi, sehingga jika sektor ini ditingkatkan maka akan meningkatkan output di sektor hilirnya. Kebijakan bidang pertanian di Provinsi Jambi diharapkan memfokuskan terhadap pembangunan di Sektor Pertanian yang harus bersinergi dengan industri pengolahan hasil pertanian sehingga mampu menciptakan keterkaitan yang lebih baik. Keterbatasan pada penelitian ini adalah metode yang lebih lengkap dengan membandingkan investasi perusahaan besar dengan investasi yang dilakukan oleh unit-unit usaha kecil dan menengah guna meningkatkan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat.

Kata Kunci : Peranan Investasi Sektor Pertanian, Pendekatan Input-Output dan Analitycal Hierarchy Process (AHP), Provinsi Jambi.


(6)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2012

Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisa karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau


(7)

PERANAN INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DALAM

PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI:

“PENDEKATAN INPUT-OUTPUT DAN

ANALITYCAL

HIERARCHY PROCESS

(AHP)”

MARLINA S.

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(8)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Ana Fariyanti, MS

Staf Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Wakil PS. EPN:

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA


(9)

(10)

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Peranan Investasi Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan Perekonomian Provinsi Jambi “Pendekatan Input-Output dan Analitycal Hierarchy Process (AHP)” dengan baik.

Temuan dalam tesis ini bukanlah merupakan hal yang baru dalam studi mengenai pertumbuhan ekonomi, tetapi merupakan yang pertama secara ilmiah diteliti untuk daerah Provinsi Jambi. Berbagai pendekatan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya memberi inspirasi bagi penulis untuk melakukan penelitian lanjutan. Semoga tulisan ini dapat menambah hasil studi sebelumnya. Penulis juga menyadari bahwa walaupun telah berusaha semaksimal mungkin namun hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, karenanya sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang mendalam kepada Bapak M. Firdaus, SP, Msi, Ph.D dan Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen pembimbing yang telah berkenan dengan kesabaran dan kasih sayangnya meluangkan waktu dalam memberi bimbingan, pengarahan petunjuk serta dorongan semangat dalam penulisan tesis hingga selesai. Rasa hormat dan terimakasih sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada :

1. Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN), Pengelola dan para Dosen IPB (Bapak Faroby Falatehan, Ph.D) yang telah memberi kesempatan, masukan, dan dukungan bagi penyelesaian tesis ini.


(11)

2. Ayahanda M. Saman R., Ibunda Nadia (Almarhumah), My grandmother Rogaya (Almarhumah) dan Saudara-saudaraku (Sofyan Akmal, M. Nurhelwan, Azhari, Hamdani dan Yuliana), beserta suami tercinta (H. Ali Hamdan, Ph.D) yang tak pernah putus memberikan doa dan semangat di tiap langkah.

3. Staff administrasi pada Magister Ilmu Ekonomi Pertanian (mbak Yani, mbak Ruby, Ibu Kokom dan Bapak Husein) yang telah banyak memberikan kemudahan dalam pelayanan.

4. Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Ilmu ekonomi Pertanian Angkatan 2009 (Elfiana, Rizki Gemala Busyra, Ibu Mutmainnah, Hastuti, Khoirul Aziz, Nining, Santi, Fitri, Aditya, Nia, Yudi Sapta P, Indra, Ibu Ahya Kamila, Tatoe, Dian, Bismar, Jhony, Micha, dan Andrew), beserta teman-teman Mega Kos Bogor atas kerjasama dan bantuannya selama proses pembelajaran maupun dalam proses penyusunan tesis.

5. Teman-teman Kosan Putri Lr. Tegalan Matraman (mbak Risma, kak Chrismy, Rahma, Sarah, Dewika, kak Novi, dan Indah) yang telah banyak memberikan support dan bantuan kepada penulis. Terimakasih atas kasih sayang kalian selama ini. Love you sister’s.

6. Ibu Rahni Diansari, dan keponakan-keponakanku Rizkia Arifani, Yulia Arifina, dan Novia Arifini. Terimakasih atas bantuan dan perhatiannya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2012


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Marlina S. lahir pada Tanggal 4 Juni 1984 di Muaro Kumpeh, Provinsi Jambi. Penulis anak ketiga dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak M. Saman R. dan Ibu Nadia (Almarhumah). Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah SD Negeri 155/I Muaro Kumpeh Tahun 1996.

Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTP Negeri 1 Kumpeh Ulu dan lulus pada Tahun 1999, kemudian melanjutkan ke MAN Model Jambi dan lulus pada Tahun 2002. Pada Tahun 2002 penulis melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Universitas Jambi menjadi pilihan penulis dengan harapan besarnya dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir, sehingga menjadi sumberdaya manusia yang berguna bagi pengembangan kota tercinta. Penulis masuk UNJA melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) dan diterima sebagai mahasiswa Jurusan SEP Program Studi Agribisnis, pada Fakultas Pertanian. Tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan Program Pascasarjana Magister IPB, Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN). Selama menempuh perkuliahan S2, penulis aktif di kepengurusan PB HMI Tahun 2009 – 2011. Tahun 2011 penulis menikah dengan H. Ali Hamdan, Ph.D.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... ii

DAFTAR GAMBAR... iii

DAFTAR LAMPIRAN... iv

I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 9

1.3 Tujuan Penelitian... 13

1.4 Manfaat Penelitian... 13

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA... 15

2.1 Peranan Sektor Pertanian dalam Produk Domestik Regional Bruto... 15

2.2 Pengaruh Investasi Terhadap Kurva Permintaan Agregat... 17

2.2.1 IS-LM Sebagai Teori Permintaan Agregat... 21

2.3 Konsep Produksi... 23

2.4 Konsep Tenaga Kerja... 24

2.5 Konsep Kapital... 26

2.6 Konsep Investasi... 27

2.7 Peranan Investasi dalam Pembangunan... 32

2.8 Defenisi Pertumbuhan Ekonomi... 33

2.9 Pembangunan Pertanian dan Keterkaitan Pembangunan Ekonomi... 34

2.10 Investasi di Sektor Pertanian... 37

2.11 Analisis Input-Output... 39

2.11.1 Manfaat/Kegunaan Analisis Input-Output... 41

2.11.2. Tabel Dasar Transaksi dalam Metode Input-Output... 41


(14)

2.13 Penelitian Terdahulu... 44

III. KERANGKA PEMIKIRAN... 48

3.1 Kerangka Teoritis... 48

3.1.1 Konsep Analisis Input-Output... 48

3.1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah... 48

3.1.1.2. Konsep Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Perubahan Stok (Investasi)... 49

3.1.1.3. Konsep Ekspor Bersih... 52

3.1.2 Pengertian Investasi Pertanian... 52

3.1.3 Konsep Analitycal Hierarchy Process (AHP)... 53

3.1.3.1. Kelebihan AHP... 54

3.1.3.2. Kelemahan AHP... 55

3.1.3.3. Tahapan AHP... 55

3.1.3.4. Prinsip Dasar dan Aksioma AHP... 58

3.2 Kerangka Konsepsional... 60

3.3 Hipotesis Penelitian... 63

IV. METODE PENELITIAN... 65

4.1 Tempat Penelitian... 65

4.2 Jenis dan Sumber Data... 65

4.3 Metode Analisa Data... 66

4.3.1 Metode RAS... 66

4.3.2 Analisa ontribusi... 72

4.3.3 Indeks Keterkaitan... 73

1. Indeks Total Keterkaitan ke Belakang... 74

2. Indeks Total Keterkaitan ke Depan... 74

4.3.4 Analisis Penentuan Sektor/ Subsektor Kunci (Prioritas)... 75

1. Indeks Daya Penyebaran (Pd)... 75

2. Indeks Derajat Kepekaan (Ds)... 76

4.3.5 Analisis Multiplier... 77

4.3.6 Dampak Investasi... 78


(15)

4.3.7 Analisis Simulasi... 79

4.4 Langkah Kerja Analitycal Hierarchy Process (AHP)... 80

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI... 84

5.1 Kondisi Geografis dan Administrasi... 84

5.2 Kependudukan dan Sumbrdaya Manusia... 85

5.3 Pendidikan... 88

5.4 Profil Sektor Ekonomi Provinsi Jambi... 88

5.4.1Pertanian... 88

5.4.1.1 Tanaman Bahan Makanan... 88

5.4.1.2 Perkebunan... 89

5.4.1.3 Kehutanan... 89

5.4.1.4 Peternakan... 89

5.4.1.1 Kelautan dan Perikanan... 89

5.4.2 Perindustrian, Pertambangan dan Energi... 90

5.5.2.1 Perindustrian... 90

5.5.2.2 Pertambangan dan Energi... 90

5.5.2.3 Listrik, Gas dan Air Minum... 90

5.4.3 Perdagangan... 91

5.4.3.1 Pedangangan Luar Negeri... 91

5.4.3.2 Perdagangan Dfalam Negeri... 91

5.4.4 Transportasi, Komunikasi dan Pariwisata... 91

5.4.4.1 Panjang Jalan... 91

5.4.4.2 Perhubungan Darat, Air dan Udara... 92

5.4.4.3 Pos, Telekomunikasi dan Hotel... 92

5.4.5 Keuangan dan Harga... 92

5.4.5.1 Keuangan Negara... 92

5.4.5.2 Perbankan dan Koperasi... 93

5.5 Pertumbuhan dan Penggunaan PDRB... 94

5.6 Distribusi Penggunaan PDRB... 94

5.7 Pengeluaran untuk Konsumsi... 95

5.8 Konsumsi Rumah Tangga... 96


(16)

5.9 Pembentukan Modal dan Perubahan Stok... 97

5.10 Perkembangan Ekspor dan Impor... 97

5.11 Pertumbuhan dan Peranan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektoral... 98

5.11.1 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan... 98

5.11.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian... 99

5.11.3 Sektor Industri Pengolahan... 99

5.11.4 Sektor Listrik, gas Air Bersih... 99

5.11.5 Sektor Bangunan... 100

5.11.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 100

5.11.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... 101

5.11.8 Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan... 101

5.11.9 Sektor Jasa-jasa... 101

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN... 103

6.1 Peranan Sektor Pertanian Terhadap Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 103 6.1.1 Permintaan dan Penawaran Output... 103

6.1.2 Struktur Permintaan Akhir Munurut Komponen... 107

6.1.3 Struktur Nilai Tambah Bruto Menurut Komponen... 110

6.1.4 Struktur Output Sektoral... 112

6.1.5 Struktur Konsumsi... 113

6.1.6 Struktur Ekspor-Impor... 116

6.1.7 Struktur Investasi... 120

6.1.8 Struktur Nilai Tambah Bruto... 122

6.2 Analisis Keterkaitan... 124

6.2.1 Keterkaitan Kebelakang... 124

6.2.2 Keterkaitan Kedepan... 125

6.3 Dampak Penyebaran dan Kepekaan... 127

6.3.1 Indeks Daya Penyebaran... 127

6.3.2 Indeks Derajat Kepekaan... 128

6.4 Penentuan Sektor Kunci (key sector) pada Perekonomian Provinsi Jambi... 129

6.5 Analisis Multiplier... 132


(17)

6.6 Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Pertumbuhan Perekonomian

Provinsi jambi... 136

6.6.1. Analisis Simulasi Investasi Pertanian... 137

6.6.2 Dampak Simulasi Investasi Sub Sektor Tanaman Pangan dan Makanan Sebesar Rp 150 Milyar Proyeksi Tahun 2012... 139

6.6.3 Dampak Simulasi Investasi Sub Sektor Perkebunan Sebesar Rp 150 Milyar Proyeksi Tahun 2012... 141

6.6.4 Dampak Simulasi Investasi Sub Sektor Peternakan Sebesar Rp 150 Milyar Proyeksi Tahun 2012... 143

6.6.5 Dampak Simulasi Investasi Sub Sektor Kehutanan Sebesar Rp 150 Milyar Proyeksi Tahun 2012... 145

6.6.6 Dampak Simulasi Investasi Sub Sektor Perikanan Sebesar Rp 150 Milyar Proyeksi Tahun 2012... 147

6.7 Potensi, Kebijakan dan Perkembangan Invetasi Provinsi Jambi... 150

6.7.1 Struktur Hirarki Pemilihan Kebijakan Investasi Sektor Pertanian... 151

6.7.2 Faktor Investasi Sektor Pertanian... 152

6.7.3 Pelaku Investasi Sektor Pertanian... 153

6.7.4 Kendala Investasi Sektor Pertanian... 160

6.7.5 Alternatif Kebijakan... 169

6.7.6 Sensitivitas... 170

6.7.7 Implikasi Kebijakan... 171

VII. SIMPULAN DAN SARAN... 174

7.1 Simpulan... 174

7.2 Saran... 175

7.2.1 Saran Kebijakan... 175

7.2.2 Saran Penelitian Selanjutnya... 177

DAFTAR PUSTAKA... 179

LAMPIRAN... 184


(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Terhadap PDRB Provinsi

JambiTahun 2001 – 2010 (Persen)... 3

2. Penduduk Pekerja Menurut Sektor Lapangan Usaha Provinsi Jambi Tahun 2009–2010 (Jiwa)... 5

3. Format Dasar Tabel Transaksi Input-Output... 42

4. Agregasi 32 Sektor Ekonomi Berdasarkan Tabel Input-Output Tahun 2007 Provinsi Jambi... 68

5. Struktur Tabel Input-Output Tahun 2007... 71

6. Kriteria Penentuan Peringkat Sektor Kunci/Prioritas... 75

7. Nilai Skala banding Bepasangan... 81

8. Beberapa Indikator Ketenagakerjaan provinsi jambi... 87

9. Penduduk 10 Tahun ke atas menurut tingkat pendidikan Tahun 2010... 88

10. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Klasifikasi 42 Sektor (Milyar Rupiah)... 105

11. Struktur Permintaan Akhir Menurut Komponen (Juta Rupiah) terhadap Sektor Perekonomian di Provinsi Jambi Tahun 2010 Klasifikasi 42 Sektor (Milyar Rupiah)... 108

12. Struktur Nilai Tambah Bruto Menurut Komponen Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010 ( Milyar Rupiah)... 110

13. Komposisi Permintaan Akhir Menurut Komponen Terhadap Distribusi Permintaan Akhir dan Nilai Tambah Bruto (Milyar rupiah)... 111

14. Distribusi Output Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi 10 besar output (Milyar Rupiah)... 113

15. Distribusi Konsumsi Rumah Tangga Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi 10 besar Konsumsi Rumah Tangga (Milyar Rupiah).. 114

16. Distribusi Konsumsi Pemerintah Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi 10 besar Konsumsi Pemerintah (Milyar Rupiah)... 115


(19)

17. Distribusi Ekspor Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi 10 besar Ekspor (Milyar Rupiah)... 117 18. Distribusi Impor Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010,

Klasifikasi 10 Besar Impor (Milyar Rupiah)... 119 19. Distribusi Investasi Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010,

Klasifikasi 42 Sektor Ekonomi (Milyar Rupiah)... 120 20. Distribusi Nilai Tambah Bruto Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun

2010 Klasifikasi 10 Besar Nilai Tambah Bruto (Milyar Rupiah)... 123 21. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Keterkaitan Langsung ke

Belakang... 124 22. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Keterkaitan Langsung dan Tidak

Langsung ke Belakang... 125 23. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Keterkaitan Langsung Ke Depan... 126 24. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Keterkaitan Langsung dan Tidak

Langsung ke Depan... 127 25. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Indeks Daya

Penyebaran... 128 26. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Indeks Derajat Kepekaan... 129 27. Plot Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan... 132 28. Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian

Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Klasifikasi 9 Sektor... 133 29. Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor-sektor

Perekonomian Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Klasifikasi 42 Sektor... 135 30. Proyeksi Permintaan Akhir 9 Sektor Ekonomi Tahun 2012 (Milyar Rupiah) 138 31. Dampak Investasi Sub Sektor Tanaman Pangan dan Bahan Makanan Sebesar

Rp 150 milyar Terhadap Pembentukan Output (Milyar Rupiah), Pendapatan (Milyar Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Proyeksi Tahun

2012... 140 32. Dampak Investasi Sub Sektor Perkebunan Sebesar Rp 150 milyar Terhadap

Pembentukan Output (Milyar Rupiah), Pendapatan (Milyar Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Proyeksi Tahun 2012... 142


(20)

33. Dampak Investasi Sub Sektor Perkebunan Sebesar Rp 150 milyar Terhadap Pembentukan Output (Milyar Rupiah), Pendapatan (Milyar Rupiah), dan

Tenaga Kerja (Orang) Proyeksi Tahun 2012... 144

34. Dampak Investasi Sub Sektor Kehutanan Sebesar Rp 150 milyar Terhadap Pembentukan Output (Milyar Rupiah), Pendapatan (Milyar Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Proyeksi Tahun 2012... 146

35. Dampak Investasi Sub Sektor Perikanan Sebesar Rp 150 milyar Terhadap Pembentukan Output (Milyar Rupiah), Pendapatan (Milyar Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Proyeksi Tahun 2012... 148

36. Urutan Nilai Prioritas Faktor yang Mempengaruhi Investasi Sektor Pertanian Provinsi Jambi... 152

37. Urutan Nilai Prioritas Pelaku Investasi Sektor Pertanian Provinsi Jambi... 159

38. Urutan Nilai Proiritas Kendala Untuk Faktor Infrastruktur... 161

39. Urutan Nilai Proiritas Kendala Untuk Faktor Ekonomi... 163

40. Urutan Nilai Proiritas Kendala Untuk Faktor Teknologi... 165

41. Urutan Nilai Proiritas Kendala Untuk Faktor Ketenagakerjaan... 167

42. Urutan Nilai Proiritas Kendala Untuk Faktor Kapasitas Produksi... 168

43. Susunan Nilai Prioritas untuk Alternatif Kebijakan dari Faktor yang Mempengaruhi Investasi Sektor Pertanian di Provinsi Jambi... 170

44. Hasil Analisis Sensitivitas dengan faktor inrfastruktur dikurangi 10 persen... 171


(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Hubungan Pendapatan, Investasi dan Konsumsi... 18

2. Model IS-LM ke Kurva Permintaan Agregat... 22

3. Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi... 29

4. Kerangka Pemikiran... 63

5. Peta Administratif Provinsi Jambi... 84

6. Plot Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan... 130


(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi atas Harga Berlaku

(Juta Rupiah) Tahun 2000 – 2009... 184 2. Distribusi PMDN dan PMA Provinsi Jambi Tahun 2006 – 2010... 185 3. Tabel Input-Output (Updating) Transaksi Total Atas Dasar Harga Pembeli

Provinsi Jambi Tahun 2010... 186 4. Tabel Input-Output (Updating) Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen

Provinsi Jambi Tahun 2010... 193 5. Tabel Input-Output (Updating) Transaksi Domestik Atas Dasar Harga

Produsen Provinsi Jambi Tahun 2010... 200 6. Matriks Margin Perdagangan dan Pengangkutan Provinsi Jambi Tahun

2010... 207 7. Matriks Impor Provinsi Jambi Tahun 2010... 214 8. Matriks Koefisien Input Transaksi Domestik Atas Harga Produsen Provinsi

Jambi Tahun 2010... 221 9. Matriks Kebalikan Leontif ( I-A)-1 Transaksi Domestik Atas Harga Produsen


(23)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan secara lebih luas dapat diartikan sebagai usaha untuk lebih meningkatkan produktivitas sumber daya potensial yang dimiliki oleh suatu negara, baik sumber daya alam berupa teknologi, dengan tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat (Todaro dalam Novita, 2007). Dewasa ini pembangunan dilakukan dan dikembangkan melalui pendekatan yang terintegrasi dan diaplikasikan diberbagai negara sehingga pelaksanaan pembangunan ekonomi tersebut diharapkan dapat berhasil. Keberhasilan pembangunan bisa diidentifikasikan dari meningkatnya kesejahteraan masyarakat, untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu daerah ada beberapa indikator hasil pembangunan yang bisa kita lihat seperti PDRB, laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita suatu daerah. Saktyanu dan Noekman (2007) menyebutkan salah satu indikator yang dipakai selama ini untuk mengevaluasi kinerja sektor pembangunan antara lain adalah Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, penyedia devisa dan peranannya dalam menurunkan jumlah penduduk miskin.

Sektor pertanian di Indonesia merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto, selain itu dalam hal penyerapan tenaga kerja sektor ini juga termasuk yang paling banyak dibandingkan penyerapan tenaga kerja di sektor lain terutama di daerah-daerah perdesaan yang terdapat di seluruh Indonesia.

Sektor pertanian telah diakui memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional yang dapat dilihat dari kemampuannya berkontribusi


(24)

terhadap PDB, penyerapan tenaga kerja dan penciptaan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat bahkan perolehan devisa. Pertanian juga dipandang sebagai suatu sektor yang memiliki kemampuan khusus dalam memadukan pertumbuhan dan pemerataan (growth with equity). Semakin besar perhatian terhadap melebarnya perbedaan pendapatan memberikan stimulan yang lebih besar untuk memanfaatkan kekuatan pertanian bagi pembangunan yang lebih baik lagi. Kontribusi besar yang dimiliki sektor pertanian tersebut memberikan sinyal bahwa sudah saatnya Indonesia sebagai negara agraris untuk memprioritaskan sektor pertanian demi terciptanya pembangunan perekonomian secara merata sehingga bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia (Daryanto, 2001).

PDRB sebagai ukuran produktifitas mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah dalam satu tahun. Secara nominal Provinsi Jambi hanya menyumbang dibawah 1 persen terhadap pembentukan PDB Nasional. Sementara untuk pendapatan perkapita menunjukkan bahwa pendapatan perkapita Provinsi Jambi cukup baik, hal ini dapat dilihat dari angka PDRB perkapita selalu meningkat bahkan sudah mencapai 15 juta perkapita. Secara umum pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi dalam 5 tahun terakhir menunjukkan angka yang fluktuatif, yaitu mencapai 6 persen. Pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi Jambi sebesar 5,6 persen dan tahun 2009 sebesar 6,37 persen. Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2008 sebesar 7,2 persen. Distribusi PDB daerah, dominasi sektor masih berada pada sektor pertanian sebesar 26 persen, ini secara tidak langsung menggambarkan bahwa Provinsi Jambi masih sangat tergantung pada sektor pertanian. BPS Provinsi Jambi (2010).


(25)

Sektor pertanian di Provinsi Jambi merupakan leading sector dimana pertumbuhannya dalam PRDB Provinsi Jambi selalu dominan dibandingkan dengan sektor lain. Lampiran 1 menunjukkan nilai Produk Regional Domestik Bruto (PDRB) atas harga berlaku Provinsi Jambi pada Tahun 2001 – 2010, dimana sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar mulai dari tahun 2001sampai pada Tahun 2010, diikuti dengan sektor petambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan. Kontribusi sektor pertanian terus mengalami peningkatan dibandingkan dengan sektor lain. Rata-rata pertumbuhan sektor pertanian setiap tahunnya mencapai Rp 6 122 499,48 juta, ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan nilai total PDRB yaitu sebesar Rp 2 256 977,38juta. Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi berfluktuasi dari tahun ketahun.

Tabel 1. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Terhadap PDRB Provinsi JambiTahun 2001 – 2010 (Persen)

Tahun Total (Juta Rupiah) Laju Pertumbuhan (Persen)

2001 3 522 932,18 -

2002 4 159 217,68 18,06

2003 4 729 040,90 13,70

2004 5 314 707,09 12,38

2005 6 053 437,68 13,90

2006 7 173 738,25 18,51

2007 8 366 857,97 16,63

2008 9 791 984,59 17,03

2009 12 113 078,49 23,70

2010 15 905 977,21 31,31

Sumber: BPS Provinsi Jambi 2011 (diolah)

Lampiran 1 menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada tahun 2001 – 2010 yaitu 16,37 persen, namun sektor pertanian tetap memiliki persentase pertumbuhan yang tinggi mencapai 27,13 persen. Pada tabel 1 dapat dilihat laju pertumbuhan sektor pertanian setiap tahunnya. Jumlah


(26)

kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB selalu meningkat, tetapi tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan yang selalu naik turun. Peningkatan yang sangat terlihat mulai tahun 2007 yaitu sebesar Rp 8 366 857,97 juta dengan laju pertumbuhan 16,63 persen, di tahun 2008 sebesar Rp 9 791 984,59 juta dengan laju pertumbuhan 17,03 persen, pada tahun 2009 dengan jumlah Rp 12 113 078,49 juta atau laju pertumbuhannya naik mencapai 23,70 persen dan memuncak pada tahun 2010 dengan jumlah Rp 15 905 977,21 juta dengan laju pertumbuhan sebesar 31,31 persen.

Menurut Dermoredjo (2007), bahwa variabel pertumbuhan PDRB nonpertanian dan PDRB pertanian saling berkorelasi positif artinya dalam penciptaan nilai tambah kedua jenis PDRB ini tidak menghilang satu sama lain karena keduanya saling berkomplementer, begitu pula dengan pertumbuhan ekspor pertanian olahan dan impor pertanian olahan menunjukkan korelasi positif. Hal ini menunjukkan bahwa dalam memacu pembangunan pertanian melalui kombinasi substitusi impor dan promosi ekspor akan membentuk arah yang sama dalam berbagai program pembangunan.

Sektor pertanian memegang peran yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Seperti yang dikemukakan oleh Jhingan (2004), peran pertanian sangat penting dalam hal menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang kian meningkat, meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier, menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian secara terus-menerus, meningkatkan penghasilan desa untuk dimobilisasi oleh pemerintah, dan memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan.


(27)

Dalam hal penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja karena penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi sektor pertanian. Semakin banyak penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian maka akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi Negara. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan sektor pertanian maka akan semakin tinggi tingkat pembangunan di daerah tersebut (Husaini, 2009). Tabel 2 akan menunjukkan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian.

Tabel 2. Penduduk Pekerja Menurut Sektor Lapangan Usaha Provinsi Jambi Tahun 2009–2010 (Jiwa)

Kesempatan Kerja Per Sektor 2009 Persentase 2010 Persentase

Pertanian 700 340 55,04 670 841 51,97

Pertambangan 21 713 1,71 22 727 1,76

Industri 45 176 3,55 34 821 2,70

Listrik, Gas, & Air Bersih 3 225 0,25 5 268 0,41

Bangunan 56 385 4,43 46 063 3,57

Perdagangan, Hotel, Restoran 201 979 15,87 211 946 16,42

Pengangkutan dan Komunikasi 61 584 4,84 63 675 4,93

Keuangan, Persewaan 6 778 0,53 13 526 1,05

Jasa-jasa dan lainnya 175 340 13,78 221 839 17,19

Jumlah 1 272 520 100,00 1 290 706 100,00

Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2011.

Tabel 2 menunjukkan penduduk pekerja menurut sektor lapangan usaha di Provinsi Jambi tahun 2009 – 2010 didominasi oleh sektor pertanian. Tahun 2009 setelah sektor pertanian dengan jumlah 700 340 juta jiwa atau 55,04 persen , diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 201 979 juta jiwa atau sekitar 15,87 persen, serta sektor jasa-jasa dan lainnya sebesar 175 340 juta jiwa atau sekitar 13,78 persen. Peringkat yang sama pada Tahun 2010, sektor pertanian menyerap sebesar 670 841 juta jiwa tenaga kerja atau sekitar 51,97 persen, sektor


(28)

perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 211 946 juta jiwa atau sekitar 16,42 persen meningkat sedikit dari tahun sebelumnya, dan terakhir sektor jasa-jasa dan lainnya sebesar 221 839 juta jiwa atau sekitar 17,19 persen .

Priyarsono, dkk (2008) menyatakan bahwa sektor pertanian hanya akan mampu mengangkat kesejahteraan petani kalau produktivitas pertanian ditingkatkan. Produktivitas bukan semata pada output fisik/ satuan input, akan tetapi pada nilai tambah. Untuk itu diperlukan beberapa hal, yaitu: peningkatan kepadatan investasi per satuan luas atau unit usaha pertanian, mengadakan restrukturisasi usaha pertanian menuju skala yang kompetitif dan mendukung kemandirian ekonomi dan dapat dijalankan dalam skala individual dan kelompok/ koperasi/ perusahaan, kembalikan pola pertanian dengan model kesatuan yang terkait dengan industri pengolahan dan ekspor, dan perlu adanya reorientasi kebijakan bahwa tujuan pembangunan pertanian adalah kesejahteraan petani.

Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris. Oleh karena itu, mayoritas penduduknya bergantung pada sektor pertanian. Sehingga untuk pengembangan pertanian secara menyeluruh tentu dibutuhkan jumlah investasi yang besar. Tanpa adanya investasi yang besar dalam pengembangan infrastruktur penunjang serta peningkatan kualitas produk pertanian maka akan sulit bagi Indonesia untuk bersaing dengan negara lain di sektor ini. Investasi merupakan salah satu faktor penting penentu keberhasilan pembangunan ekonomi. Keberadaan investasi merupakan modal dasar bagi terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Apabila dalam jangka panjang dibarengi dengan peningkatan daya saing, investasi akan meningkatkan penawaran melalui peningkatan stok kapital


(29)

yang pada gilirannya akan meningkatkan sektor produksi untuk menghasilkan output atau melakukan kegiatan-kegiatan produksi (Bappenas, 2007).

Guna menarik minat investor untuk berivestasi diperlukan upaya memperbaiki iklim investasi yang selaras dengan pembangunan sektoral, hal ini merupakan tugas penting yang harus dilakukan oleh pemerintahan suatu daerah. Dengan terciptanya iklim investasi yang kondusif, akan memungkinkan suatu dearah untuk memacu daya tumbuh perekonomiannya.

Investasi adalah kata kunci penentu laju pertumbuhan ekonomi, sehingga investasi diperlukan untuk memacu pertumbuhan sektor-sektor perekonomian, khususnya sektor pertanian, karena secara signifikan investasi akan mendorong kenaikan output, meningkatkan permintaan input, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat (BKPM, 2005). Akan tetapi pada kenyataannya investasi disektor pertanian selama ini masih dianggap belum memberikan keuntungan baik bagi target pendapatan pemerintah maupun swasta domestik dan asing, sehingga investasi untuk sektor pertanian setiap tahun mengalami flutuasi. Padahal investasi sektor pertanian sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, memacu pertumbuhan sektor pertanian dalam meningkatkan pendapatan masyarakat yang sebagian besar hidup dari sektor ini, menyediakan lapangan kerja dan bahan baku bagi industri. Dengan demikian, investasi dapat mengakibatkan penggunaan sumber daya alam secara tepat, pendirian berbagai macam jenis industri sehingga meningkatkan kesempatan kerja, dan peningkatan standar hidup yang akhirnya berdampak pada kesejahteraan ekonomi. Menurut Amir (2005), selain menitikberatkan perhatian terhadap sektor-sektor ekonomi ekonomi unggulan, pembangunan juga sebaiknya diarahkan kepada sektor perdagangan dan sektor-sektor pertanian. Hal ini


(30)

didukung oleh adanya peningkatan besaran keterkaitan yang menyeluruh (pure total linkage) sektor perdagangan dan sektor pertanian. Selain itu, sektor-sektor pertanian dan perdagangan merupakan sektor-sektor-sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja yang sangat besar.

Lampiran 2 menunjukkan nilai investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di Provinsi Jambi. Nilai PMDN di Provinsi Jambi terbesar diberikan pada sektor sekunder atau sektor industri pengolahan dengan jumlah persentase setiap tahunnya mulai tahun 2006 – 2010 yaitu senilai 53,59 persen, diikuti dengan sektor tersier senilai 16, 35 persen dan terakhir pada sektor primer senilai 10,06 persen. Sektor pertanian tergabung dalam sekktor primer yang hanya mendapatkan kontribusi PMDN sejumlah 8, 18 persen. PMA di Provinsi Jambi terbesar diberikan pada sektor tersier yaitu senilai 41,43 persen dan terfokus pada sektor transportasi, gudang, dan komunikasi dengan jumlah PMA senilai 27,73 persen, diikuti dengan sektor sekunder yang merupakan sektor industri pengolahan mendapatkan nilai kontribusi PMA rata per tahun dengan jumlah 34,32 persen, dan yang terakhir sektor primer senilai 4,24 persen dan masuk pada sektor pertanian hanya sejumlah 2,46 persen. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antar sektor di Provinsi Jambi dimana kontribusi PMDN dan PMA tidak melihat keterkaitan akan pentingnya sektor-sektor dominan yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Jambi yang sangat menentukan pertumbuhan perekonomian Provinsi Jambi seperti sektor pertanian.

Pada Lampriran 2 terlihat perkembangan investasi di Provinsi jambi yang selalu berubah sehingga terlihat jelas turun naiknya jumlah investasi di Provinsi


(31)

Jambi. Semakin meningkatnya tingkat pertumbuhan investasi total (stok kapital total) investasi dalam R dan D (Riset and Development) dan tenaga kerja maka akan tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Begitu pula semakin tingginya tingkat pertumbuhan investasi sektor pertanian (stok kapital pertanian) investasi dalam R dan D sektor pertanian dan tenaga kerja sektor pertanian maka semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan sektor pertanian (Sakka, 2004).

Masalah yang bertolak belakang dengan teori pertumbuhan ekonomi menurut teori Dornbush dimana pengeluaran PDB didistribusikan untuk konsumsi masyarakat, pengeluaran pemerintah, pengeluaran investasi dan ekspor bersih. Perekonomian di Provinsi Jambi dari sisi penerimaan PDRB sebagian besar disumbangkan oleh sektor pertanian, namun pengeluaran PDRB untuk investasi sektor pertanian masih sangat rendah.

Latar belakang di atas menunjukkan bahwa peran sektor pertanian masih sangat dominan sumbangannya terhadap PDRB Provinsi Jambi yang dari tahun ke tahun nilainya terus meningkat sekaligus penyerap tenaga kerja yang besar. Di sisi lain, jumlah PMDN dan PMA masih sangat rendah atau selalu berfluktuasi dari tahun ketahun. Hal ini perlu menjadi perhatian, sehingga nilai investasi di sektor pertanian ditingkatkan.

1.2. Perumusan Masalah

Tantangan pembangunan yang dihadapi oleh Provinsi Jambi pada masa yang akan datang adalah mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi disektor pertanian agar semakin meningkat sehingga masih bisa tetap memberikan kontribusi yang besar dalam pembangunan perekonomian pada masa yang akan


(32)

datang dengan diikuti oleh sektor-sektor lain yang laju pertumbuhannya juga semakin meningkat dengan adanya perluasan kesempatan kerja, sehingga sektor ekonomi Provinsi Jambi pada masa akan datang akan lebih baik lagi sehingga akan mempercepat peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat. Ada beberapa kendala yang dihadapi sektor pertanian sehingga menyebabkan sektor ini sedikit lambat dalam meningkatkan laju pertumbuhannya yaitu: tenaga kerja dengan upah yang rendah, prasarana dan sarana yang kurang, koordinasi antar lembaga masih kurang, kemiskinan petani di pedesaan, dan penggunaan teknologi masih kurang (BPS Prov. Jambi, 2009).

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian maka kebijakan pemerintah harus diarahkan untuk meningkatkan keseimbangan antara pembangunan sektoral dan regional, meningkatkan pertumbuhan yang harmonis antar sektor dan meningkatkan inisiatif partisipasi penduduk lokal dalam proses pembangunan pertanian. Dengan demikian, sektor pertanian diharapkan mengalami pengembangan dan memberikan kontribusi yang sangat nyata dalam pembangunan ekonomi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Berdasarkan uraian diatas dapat dinyatakan bahwa perkembangan sektor pertanian dalam beberapa tahun terakhir merupakan penyumbang terbesar PDRB meskipun laju pertumbuhannya selalu berfluktuasi, dan diharapkan pada masa akan datang sektor pertanian akan mencapai pertumbuhan produksi yang tinggi dan laju pertumbuhanya akan selalu tinggi meskipun pada berbagai kondisi ekonomi yang selalu berubah. Teori ekonomi makro menunjukkan, dari sisi pengeluaran, pendapatan regional bruto adalah penjumlahan dari berbagai variabel termasuk di dalamnya adalah investasi. Investasi sendiri dipengaruhi oleh


(33)

investasi asing dan domestik. Investasi yang terjadi di daerah terdiri dari investasi pemerintah dan investasi swasta, baik berasal dari investasi pemerintah maupun investasi swasta. Investasi dari sektor swasta dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri (asing). Investasi pemerintah dilakukan guna menyediakan barang publik. Besarnya investasi pemerintah dapat dihitung dari selisih antara total anggaran pemerintah dengan belanja rutinnya.

Menurut Sadono Sukirno (2000), kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni: investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja; pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi; investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi. Investasi baik yang berasal dari dalam negeri maupun asing sangat diperlukan untuk meningkatkan kegiatan proses produksi termasuk produktivitasnya maupun distribusi input dan output sektor tertentu. Melalui investasi kapasitas produksi dapat ditingkatkan dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Pembangunan daerah memerlukan investasi yang terus meningkat dan harus dicukupi dengan memperhatikan kemampuan daerah sendiri dan kemampuan nasional. Untuk itu diperlukan pengerahan dana, tabungan masyarakat, tabungan pemerintah dan dana dari luar.

Pembangunan ekonomi mempunyai arti pengolahan dan pemanfaatan kekuatan ekonomi potensial melalui penanaman modal, penggunaan teknologi


(34)

tepat guna, peningkatan kemampuan berorganisasi dan manajemen sehingga membawa manfaat bagi daerah serta dapat menjamin kelangsungan pembangunan. Investasi merupakan salah satu mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka meningkatkan laju investasi, pemerintah pertamakali harus menerapkan kebijaksanaan investasi di sektor-sektor publik sehingga dapat mendorong investasi di sektor swasta.

Sasaran investasi sektor swasta pada dasarnya dipisahkan menjadi dua, yakni melalui PMA/PMDN serta investasi tanpa fasilitas PMA/PMDN (non PMA/PMDN). Investasi yang dilakukan oleh swasta tersebut merupakan wujud tanggung jawab masyarakat dalam pembangunan secara umum dan pembangunan ekonomi secara khusus. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat dari pertumbuhan angka Produk Domestik Bruto (PDRB), baik atas harga berlaku maupun berdasarkan atas harga konstan. Investasi Provinsi Jambi dari tahun ketahun selalu menunjukkan angka yang berfluktuasi dan cenderung menurun, secara tidak langsung juga mengurangi jumlah investasi pada sektor pertanian. Sebagian besar dari total keseluruhan dari jumlah PDRB Provinsi Jambi disumbangkan oleh sektor pertanian, maka dari itu penting bagi pemerintah untuk memprioritaskan investasi disektor pertanian. Peningkatan investasi dan konsumsi pada sektor pertanian merupakan pendorong penting peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan latar belakang maka dirumuskan beberapa permasalahan yang akan diteliti, yaitu bagaimana peranan sektor pertanian dan dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian di Provinsi Jambi terhadap pembentukan


(35)

output, pendapatan dan tenaga kerja dan bagaimana pembentukan struktur permintaan dan penawaran, konsumsi, ekspor, investasi, nilai tambah dan output sektoral dalam perekonomian provinsi Jambi? dan faktor apakah yang mempengaruhi investor dalam menentukan prioritas untuk menanamkan modalnya di sektor pertanian di Provinsi Jambi?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan masalah penting yang akan dijawab melalui kegiatan penelitan ini.

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan penelitian adalah

1. Menganalisis tingkat keterkaitan kebelakang dan ke depan sektor pertanian dengan sektor ekonomi lainnya di Provinsi Jambi.

2. Menganalisis dampak investasi sub-sektor pertanian terhadap pembentukan output, pendapatan, dan tenaga kerja.

3. Menganalisis faktor-faktor yang menjadi prioritas kebijakan dan keputusan investor untuk melakukan investasi di sektor pertanian di Provinsi Jambi.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah

1. Sebagai bahan masukan bagi para pembuat kebijakan dan pengambil keputusan dalam merumuskan dan merencanakan arah kegiatan pembangunan daerah umumnya dan pertanian khususnya di Provinsi Jambi serta sebagai bahan pertimbangan untuk kegiatan penanaman modal di sektor pertanian.

2. Sebagai informasi dan pengetahuan mengenai kebutuhan investasi di sektor pertanian di Provinsi Jambi yang berguna untuk pemerintah dalam membantu


(36)

menentukan program pembangunan di sektor pertanian. Bagi pihak swasta, penelitian ini berguna sebagai panduan dan bahan pertimbangan untuk menanamkan modalnya di sektor pertanian di Provinsi Jambi.

3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan dengan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian maka dibutuhkan ruang lingkup untuk mengetahui batasan-batasan penelitian. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis peranan investasi sektor pertanian terhadap pertumbuhan perekonomian Provinsi Jambi dengan menggunakan pendekatan analisis input-output, yang kemudian dilanjutkan dengan pendekatan analisis AHP (Analitycal Hierarchy Process) guna melengkapi informasi yang tidak dapat dihasilkan dari analisa Input-Output seperti penentuan prioritas faktor-faktor investasi, pelaku investasi, kendala investasi, serta kebijakan atau keputusan yang diambil dalam berinvestasi.

Tabel dasar input output Provinsi Jambi yang digunakan, yaitu Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen (ADHP) Provinsi Jambi tahun 2007 yang telah dipublikasikan kemudian di update ke Tahun 2010 dengan data agregasi dari Tabel dasar Input-Output Tahun 2007 sebanyak 42 sektor ekonomi dengan menggunakan metode RAS. Peranan investasi sektor pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi sub sektor tanaman pangan dan bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.


(37)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peranan Sektor Pertanian dalam Produk Domestik Regional Bruto Tidak dipungkiri bahwa sektor pertanian adalah sektor utama dalam perekonomian nasional Indonesia, baik dilihat dari sumbangannya dalam pendapatan nasional, maupun jumlah penduduk yang hidupnya tergantung padanya. Bahkan beberapa kali terbukti sektor pertanian menjadi semacam penyangga perekonomian pada saat-saat resesi dunia memberikan pengaruh buruknya dan melemahkan sendi-sendinya.

Usaha sektor pertanian yang menggunakan kandungan lokal dalam hal ini menguntungkan sehingga dijadikan sebagai pemicu peningkatan ekspor. Selain itu umumnya banyak menyerap tenaga kerja yang bersifat padat karya. Kondisi di atas menunjukkan bahwa pertanian merupakan alternatif upaya yang terus didorong pengembangannya dalam rangka perolehan devisa sekaligus penyerapan tenaga kerja (Nainggolan, 1998).

Menurut Simatupang (2000), sektor pertanian mampu bertahan dan tetap tumbuh positif pada periode krisis. Bukti empiris menunjukkan ketika ekspor produksi nonpertanian akan melakukan pemutusan hubungan kerja, penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian mengalami peningkatan. Fenomena ini menunjukkan tiga karakteristik sektor pertanian yang sangat esensial dalam pembangunan ekonomi yaitu: (1) Usaha pertanian berbasis pada sumberdaya domestik dan permintaan terhadap produknya tidak elastis terhadap pendapatan maupun harga sehingga tangguh dalam menghadapi gejolak ekonomi; (2) penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian sangat fleksibel sehingga sektor pertanian dapat berfungsi sebagai jaring pengaman dalam keadaan darurat, dan (3)


(38)

produksi pertanian relatif stabil, karena memiliki keterkaitan antar sektoral yang luas dan sangat penting untuk pemantapan ketahanan pangan.

Krisis keuangan yang melanda Indonesia mempunyai dampak terhadap pertanian rakyat tetapi intensitas dampaknya tergantung pada sumber perolehan bahan baku dari dalam dan luar negeri, dan struktur permodalan usaha agribisnis pertanian tersebut. Diperkirakan penyerapan tenaga kerja akan mengalami kenaikan jika krisis keuangan menyebabkan harga output dan keuntungan komoditas pertanian meningkat, sebaliknya akan negatif terhadap pertanian rakyat (Tambunan, 2001).

Bagi kaum klasik, pembentukan modal adalah pengeluaran yang akan mempertinggi jumlah barang-barang modal dalam masyarakat. jika hal ini dapat ditingkatkan, maka dengan sendirinya produksi dan pendapatan nasional akan bertambah tinggi dan pembangunan ekonomi akan tercipta (Sukirno, 2007). Persamaan dasar ekonomi makro yang dapat dijelaskan adalah:

Y = C + I + G + (X-M)

Secara sederhana bisa dilihat bahwa output daerah (PDRB) akan meningkat ketika terjadi peningkatan pada konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor bersih (X-M).

Produk domestik bruto merupakan jumlah barang dan jasa yang diproduksi didalam suatu negara. Pada kondisi keseimbangan, jumlah output yang diproduksi sama dengan jumlah yang diminta. Produksi output menghasilkan pendapatan bagi yang memproduksinya. Bagian terbesar dari pendapatan tersebut diterima oleh tenaga kerja dan pemilik modal. Nilai dari produk domestik bruto bergantung pada produksi fisik dan tingkat bunga. Inflasi adalah perubahan dari


(39)

tingkat harga sepanjang waktu. Peranan sektor pertanian terhadap produk domestik bruto ialah sektor pertanian menghasilkan sejumlah barang atau output sebagai kontribusi terhadap pendapatan suatu negara.

Oleh karena itu, pembangunan ekonomi kerakyatan yang berbasis kepada kegiatan pertanian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari strategi pembangunan wilayah secara menyeluruh yang tidak saja mengalokasikan secara khusus kegiatan bisnis pertanian dengan wilayah pemasok sarana produksi pertanian, pengolahan produksi pertanian dan meningkatkan nilai tambah lainnya dengan wilayah pasar yang luas, baik secara nasional, regional maupun internasional.

2.2. Pengaruh Investasi Terhadap Kurva Permintaan Agregat

Investasi sangat dibutuhkan oleh negara berkembang seperti negara Indonesia, yang digunakan untuk memutuskan tali kemiskinan. Hal ini karena investasi dapat meningkatkan pendapatan nasional di suatu negara. Setiap kenaikan jumlah pendapatan sebagai akibat dari pertambahan investasi akan meningkatkan pendapatan dengan jumlah yang berlipat ganda (multiplier effect). Hal ini sesuai dengan konsep teori Keynesian yang menyatakan bahwa setiap kenaikan jumlah investasi akan meningkatkan pendapatan di suatu wilayah. Peningkatan pendapatan ini khususnya dalam bentuk uang yang akan meningkatkan permintaan barang secara agregat atau Agregat Demand (AD). Hal ini akan berpengaruh pada kebutuhan peralatan maupun uang dalam bentuk modal sebagai akibat dari peningkatan produksi, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan investasi. Selain itu, kenaikan tabungan masyarakat karena adanya


(40)

peningkatan pendapatan merupakan investasi secara langsung melalui lembaga keuangan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Y = C + S

dimana : Y = Pendapatan Masyarakat S = Tabungan

C = Konsumsi I = Investasi

dengan asumsi keseimbangan : S = I maka : Y = C + I

Adapun asumsi teori Keynesian adalah sebagai berikut :

1. Dalam masyarakat bersangkutan masih terdapat sumberdaya yang belum dimanfaatkan sehingga output dapat ditingkatkan tanpa menekan harga-harga itu ke atas,

2. Harga-harga itu relatif kaku untuk bergerak ke bawah sehingga harga-harga itu tidak jatuh, walaupun terdapat kelebihan penawaran (excess supply) dalam pasar tenaga kerja dan pasar komoditas.

Gambaran mengenai peningkatan pendapatan masyarakat yang disebabkan oleh kenaikan investasi dan tingkat konsumsi dapat dilihat pada gambar 1 berikut :

AD2

AD1

0 Y1 Y2

Gambar 1. Hubungan Pendapatan, Investasi dan Konsumsi (Mankiw,2000) Pendapatan (Y)

Tingkat


(41)

Keterangan :

Y1 = Pendapatan awal

Y2 = Pendapatan setelah kenaikan konsumsi dan investasi AD1 = Permintaan agregat / agregat demand awal

AD2 = Permintaam agregat setelah kenaikan konsumsi dan investasi

Gambar diatas dapat menjelaskan bahwa adanya investasi mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita di suatu wilayah (Mankiw, 2000).

Rahdiana (2011), menyebutkan Permintaan efektif menentukan keseimbangan pekerjaan dan pendapatan. Permintaan efektif ditentukan pada titik saat harga permintaan agregat sama dengan penawaran agregat. Permintaan efektif terdiri atas permintaan konsumsi dan permintaan investasi. Volume investasi tergantung pada efisiensi marginal dari modal dan suku bunga. Efisiensi marginal modal merupakan tingkat hasil yang diharapkan dari aktiva modal baru. Sedangkan suku bunga yang merupakan faktor kedua dari investasi tergantung pada kuantitas. Naiknya kecenderungan berkonsumsi dapat mengakibatkan kenaikan pada pekerjaan tanpa kenaikan pada investasi. Kenaikan investasi menyebabkan naiknya pendapatan, dan karena pendapatan meningkat, muncul permintaan yang lebih banyak atas barang konsumsi yang pada gilirannya menyebabkan kenaikan berikutnya pada pendapatan dan pekerjaan. Akibatnya kenaikan tertentu pada investasi menyebabkan kenaikan yang berlipat pada pendapatan melalui kecenderungan berkonsumsi (K). Hubungan antara kenaikan investasi (∆I) dan pendapatan (∆Y) ini oleh keynes disebut multiplier K pengali dimana rumusannya adalah:


(42)

∆Y = K. ∆I dan 1 − mewakili kecenderungan marginal konsumsi.

Jadi K = = C =

BPS (2000) menyebutkan dalam model ekonomi makro dikenal suatu terminologi yang disebut sebagai pengganda (multiplier) yang menjelaskan dampak yang terjadi terhadap variabel endogen (endogenous variable) akibat perubahan pada variabel eksogen (exogenous variable). Pengganda dimaksud, misalnya, pengganda pendapatan nasional yang dirumuskan seperti diatas dimana MPC adalah marginal propensity to consume atau kecenderunganmarginal mengkonsumsi. Pengganda tersebut menjelaskan bahwa perubahan pendapatan nasional ditentukan oleh perubahan MPC; semakin besar MPC, maka semakin besar pendapatan nasional.

Dalam tabel I-O, pengganda tersebut juga dapat dapat diperoleh, tidak hanya merupakan satu besaran pengganda tetapi bahkan merupakan beberapa (sekelompok) besaran pengganda yang dinyatakan dalam bentuk matriks pengganda (mulitiplier matrix). Sama dengan pengganda pada model ekonomi makro yang telah dijelaskan di atas, matriks pengganda pada tabel I-O juga menjelaskan perubahan yang terjadi pada berbagai peubah endogen sebagai akibat perubahan pada suatu atau beberapa peubah eksogen. Matriks pengganda dalam tabel I-O digunakan untuk melakukan analisis dampak (impact analysis), seperti analisis dampak output, analisis dampak pendapatan, analisis dampak tenaga kerja, dan analisis keterkaitan (daya penyebaran dan derajat kepekaan). (BPS, 2000).

Basu (2000) menyebutkan dalam model Harrod-Domar pengeluaran investasi (I) tidak hanya mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat (AD),


(43)

tetapi juga terhadap penawaran agregat (AS) melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam prespektif waktu yang lebih panjang ini. I menambah stok kapital (misalnya, pabrik-pabrik, jalan-jalan dan sebagainya). Jadi I= K, dimana K adalah stok kapital dalam masyarakat. Ini berarti pula peningkatan kapasitas produksi masyarakat dan selanjutnya berarti bergesernya kurva S ke kanan.

2.2.1. IS-LM Sebagai Teori Permintaan Agregat

Mankiw (2006) menyatakan, IS-LM dapat digunakan untuk menjelaskan pendapatan nasional dalam jangka pendek ketika tingkat harga adalah tetap. Untuk melihat bagaimana model IS-LM sesuai dengan model penawaran agregat dan permintaan agregat yang telah di telaah dalam model IS-LM jika tingkat harga dibiarkan berubah. Dengan mengkaji efek dari perubahan tingkat harga untuk menjelaskan posisi dan kemiringan dari kurva permintaan agregat.

Determinan permintaan agregat dapat dipahami secara lebih lengkap, dengan menggunakan model IS-LM. Model IS-LM untuk dapat menunjukkan mengapa pendapatan nasional turun ketika tingkat harga naik yaitu dan mengapa kurva permintaan agregat miring ke bawah, dan juga dapat melihat kurva permintaan agregat bergeser.

Penjelasan mengapa kurva permintaan agregat miring ke bawah, dapat ditelaah dalam model IS-LM ketika tingkat harga berubah. Pada Gambar. 2 dapat dilihat untuk setiap jumlah uang beredar M, tingkat harga P yang lebih tinggi mengurangi penawaran keseimbangan uang riil M/P. Penawaran keseimbangan uang riil yang lebih rendah akan menggeser kurva LM ke atas, yang


(44)

mengdongkrak tingkat bunga ekuilibrium dan mengurangi tingkat pendapatan ekuilibrium, sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 2(a).

(a) Model IS-LM (b) Kurva Permintaan Agregat

Tingkat Bunga, r LM(P2)

LM(P1)

IS AD

Gambar 2. Model IS-LM ke Kurva Permintaan Agregat

Disini tingkat harga naik dari P1 ke P2, dan pendapatan turun dari Y1 ke Y2. Kurva permintaan agregat dalam bagian (b) menunjukkan hubungan negatif antara pendapatan nasional dan tingkat harga. Dengan kata lain, kurva permintaan agrerat menunjukkan sekumpulan titik ekuilibrium yang muncul dalam model IS-LM ketika mengubah tingkat harga dan melihat apa yang terjadi dengan pendapatan.

Menderivasi kurva permintaan agregat dan model IS-LM bagian (a) menunjukkan model IS-LM; kenaikan tingkat harga dari P1 ke P2 menurunkan keseimbangan uang riil dan menggeser kurva LM ke atas. Pergeseran dalam kurva LM menurunkan pendapatan dari Y1 ke Y2. Bagian (b) menunjukkan kurva permintaan agregat yang meringkas hubungan antara tingkat harga dan pendapatan yaitu semakin tinggi tingkat harga, semakin rendah tingkat pendapatan. Perubahan pendapatan dalam IS-LM yang disebabkan oleh

1. Tingkat harga P

yang lebih tinggi menggeser kurva LM ke atas

3. Kurva AD meringkas hubungan antara P dan Y

P2

P1

Y2 Y1

2. ...yang menurunkan pendapatan Y

Pendapatan, output, Y Y1


(45)

perubahan tingkat harga menunjukkan pergerakkan di sepanjang kurva permintaan agregat. Perubahan pendapatan dalam model IS-LM untuk tingkat harga tetap menunjukkan pergeseran dalam kurva permintaan agregat.

2.3. Konsep Produksi

Pengertian produksi ditinjau dari segi ekonomi merupakan suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia sehingga memperoleh suatu hasil yang baik kualitas dan kuantitasnya dapat diperdagangkan. Menurut Soekartawi (1994), produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Berdasarkan pengertian ini, dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input produksi dengan output dapat dijelaskan dengan suatu fungsi produksi. Dengan demikian, fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu.

Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Jika salah satu faktor tidak tersedia, maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama tiga faktor utama, yaitu tanah, modal, dan tenaga kerja. Hubungan antara jumlah output (Y) dengan jumlah input dalam proses produksi (X1, X2, X3,....Xn), secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = f(X1, X2, X3,....Xn)

Dimana; Y = Output X = Input


(46)

BPS (2000) menyebutkan Pendapatan Nasional atau PDB yaitu total output (produksi) yang dihasilkan oleh masyarakat dalam perekonomian suatu negara. Cara perhitungan pendapatan nasional menurut pendekatan produksi dalam praktiknya yaitu dengan membagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi. Jumlah output setiap sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Hanya saja, ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal dari output sektor lain, atau merupakan input bagi sektor ekonomi yang lainnya. Dengan kata lain, jika tidak berhati-hati akan terjadi perhitungan ganda (double accounting) atau bahkan multiple accounting. Akibatnya angka PDB bisa menggelembung beberapa kali lipat dari angka yang sebenarnya. Untuk menghindarkan hal tersebut, maka dalam perhitungan PDB dengan metode produksi, yang dijumlahkan yaitu nilai tambah (value added) setiap sektor. Nilai tambah yaitu selisih antara nilai output dan nilai input antara. Untuk mengetahui besarnya nilai tambah, digunakan rumus sebagai berikut.

NT = NO - NI Keterangan:

NT = Nilai Tambah NO = Nilai output NI = Nilai Input Antara

2.4. Konsep Tenaga Kerja

Nicholson W. (1995) menyebutkan bahwa suatu fungsi produksi suatu barang atau jasa tertentu adalah q = f (K, L) dimana k merupakan modal dan L adalah tenaga kerja yang memperlihatkan jumlah maksimal suatu barang/jasa yang dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif antara K dan L


(1)

Lampran 9. Matrik Kebalikan (I-A)

-1

Transaksi Domestik Atas Dasar Harga

Produsen Provinsi Jambi Tahun 2010

Sektor 1 2 3 4 5 6 7 Sektor

1 1,05037 0,00001 0,00002 0,00001 0,00001 0,00001 0,00004 1

2 0,00002 1,02972 0,00001 0,00002 0,00001 0,00002 0,00016 2

3 0,00002 0,00001 1,04081 0,00001 0,00001 0,00002 0,00012 3

4 0,00003 0,00002 0,00001 1,03979 0,00001 0,00002 0,00021 4

5 0,00001 0,00000 0,00001 0,00001 1,03999 0,00001 0,00003 5

6 0,00001 0,00001 0,00001 0,00001 0,00000 1,00362 0,00009 6

7 0,00004 0,00001 0,00003 0,00001 0,00004 0,00002 1,01630 7

8 0,00072 0,00021 0,00151 0,00100 0,00234 0,00041 0,00006 8

9 0,00001 0,00001 0,00000 0,00001 0,00000 0,00001 0,00010 9

10 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00001 10

11 0,00011 0,00003 0,00009 0,00004 0,00012 0,00006 0,00005 11

12 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 12

13 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 13

14 0,00008 0,00005 0,00002 0,00003 0,00001 0,00008 0,00082 14

15 0,00214 0,00155 0,00000 0,00070 0,00000 0,00245 0,02579 15

16 0,00003 0,00001 0,00003 0,00002 0,00001 0,00001 0,00002 16

17 0,00001 0,00000 0,00001 0,00001 0,00000 0,00000 0,00001 17

18 0,00002 0,00001 0,00002 0,00001 0,00001 0,00001 0,00001 18

19 0,00085 0,00023 0,00064 0,00128 0,00084 0,00040 0,00167 19

20 0,00002 0,00001 0,00001 0,00002 0,00001 0,00001 0,00002 20

21 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 21

22 0,00001 0,00001 0,00001 0,00001 0,00001 0,00000 0,00001 22

23 0,00318 0,00090 0,00249 0,00093 0,00327 0,00156 0,00141 23

24 0,00001 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00003 24

25 0,00002 0,00001 0,00001 0,00002 0,00001 0,00001 0,00009 25

26 0,00005 0,00002 0,00005 0,00003 0,00002 0,00003 0,00011 26

27 0,00046 0,00031 0,00015 0,00030 0,00014 0,00037 0,00310 27

28 0,00001 0,00001 0,00001 0,00042 0,00001 0,00001 0,00001 28

29 0,00029 0,00005 0,00017 0,00008 0,00025 0,00009 0,00014 29

30 0,00004 0,00001 0,00000 0,00001 0,00000 0,00000 0,00001 30

31 0,00003 0,00002 0,00001 0,00003 0,00001 0,00001 0,00001 31

32 0,00249 0,00073 0,00523 0,00346 0,00813 0,00143 0,00019 32

33 0,00017 0,00010 0,00014 0,00033 0,00010 0,00007 0,00011 33

34 0,03939 0,01131 0,03128 0,01173 0,04111 0,01965 0,01773 34

35 0,00078 0,00059 0,00049 0,00090 0,00053 0,00033 0,00055 35

36 0,00731 0,00025 0,00023 0,00041 0,00022 0,00013 0,00027 36

37 0,00489 0,00271 0,00744 0,00407 0,00698 0,00465 0,00920 37

38 0,00044 0,00033 0,00028 0,00055 0,00027 0,00018 0,00032 38

39 0,01119 0,00192 0,01222 0,00468 0,01193 0,00523 0,01283 39

40 0,00048 0,00040 0,00029 0,00205 0,00028 0,00058 0,00099 40

41 0,02190 0,02548 0,00728 0,03686 0,00780 0,00662 0,00917 41


(2)

Sektor 8 9 10 11 12 13 14 Sektor

1 0,00005 0,00002 0,00010 0,00001 0,00005 0,00006 0,00018 1

2 0,00003 0,00008 0,00019 0,00001 0,00025 0,00005 0,00153 2

3 0,00003 0,00006 0,00015 0,00001 0,00020 0,00004 0,00117 3

4 0,00006 0,00004 0,00010 0,00001 0,00010 0,00005 0,00050 4

5 0,00002 0,00002 0,00008 0,00000 0,00005 0,00003 0,00023 5

6 0,00002 0,00001 0,00004 0,00000 0,00001 0,00002 0,00001 6

7 0,00002 0,00002 0,00006 0,00001 0,00005 0,00004 0,00013 7

8 1,42410 0,00007 0,00025 0,00010 0,00007 0,00011 0,00005 8

9 0,00001 1,10214 0,00011 0,00000 0,00015 0,00003 0,00093 9

10 0,00001 0,00001 1,12054 0,00000 0,00002 0,00001 0,00010 10

11 0,00005 0,00004 0,00008 1,01261 0,00008 0,00006 0,00008 11

12 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 1,04958 0,00000 0,00000 12

13 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 1,25227 0,00000 13

14 0,00025 0,00004 0,00025 0,00001 0,00013 0,00004 1,03453 14

15 0,00016 0,00045 0,00094 0,00003 0,00168 0,00001 0,00249 15

16 0,00010 0,00003 0,00015 0,00002 0,00004 0,00010 0,00007 16

17 0,00004 0,00001 0,00005 0,00001 0,00002 0,00003 0,00005 17

18 0,00006 0,00002 0,00009 0,00001 0,00002 0,00006 0,00001 18

19 0,00045 0,00065 0,00076 0,00048 0,00114 0,00046 0,00042 19

20 0,00015 0,00005 0,00011 0,00002 0,00003 0,00010 0,00005 20

21 0,00001 0,00000 0,00001 0,00000 0,00000 0,00001 0,00000 21

22 0,00006 0,00002 0,00005 0,00001 0,00001 0,00004 0,00001 22

23 0,00096 0,00105 0,00218 0,00115 0,00201 0,00145 0,00150 23

24 0,00001 0,00002 0,00004 0,00000 0,00005 0,00001 0,00031 24

25 0,00006 0,00006 0,00013 0,00001 0,00014 0,00006 0,00081 25

26 0,00016 0,00007 0,00028 0,00003 0,00014 0,00016 0,00053 26

27 0,00045 0,00147 0,00356 0,00015 0,00500 0,00092 0,03028 27

28 0,00063 0,00006 0,00004 0,00001 0,00011 0,00004 0,00001 28

29 0,00090 0,00020 0,00076 0,00016 0,00020 0,00029 0,00012 29

30 0,00005 0,00005 0,00019 0,00001 0,00004 0,00004 0,00001 30

31 0,00005 0,00007 0,00016 0,00002 0,00002 0,00009 0,00002 31

32 0,00070 0,00023 0,00085 0,00033 0,00022 0,00039 0,00017 32

33 0,00079 0,00040 0,00186 0,00014 0,00031 0,00157 0,00017 33

34 0,01173 0,01284 0,02474 0,01442 0,02473 0,01816 0,01881 34

35 0,00273 0,00200 0,00440 0,00112 0,00059 0,00334 0,00091 35

36 0,00435 0,00466 0,02974 0,00032 0,00679 0,00133 0,00036 36

37 0,05298 0,01161 0,02064 0,01381 0,00428 0,02659 0,00796 37

38 0,00353 0,00121 0,00236 0,00046 0,00061 0,00220 0,00049 38

39 0,04461 0,00790 0,02306 0,01486 0,00351 0,02378 0,00873 39

40 0,00211 0,00149 0,00314 0,00063 0,00050 0,02356 0,00146 40

41 0,05446 0,08649 0,16229 0,02070 0,00757 0,10466 0,02648 41


(3)

Lampiran 9. lanjutan

Sektor 15 16 17 18 19 20 21 Sektor

1 0,00117 0,01145 0,01711 0,00040 0,00009 0,00019 0,00003 1

2 0,00589 0,01536 0,00568 0,00044 0,00004 0,00034 0,00018 2

3 0,00453 0,00737 0,00437 0,00023 0,00004 0,00027 0,00014 3

4 0,00779 0,00300 0,00178 0,00011 0,00008 0,00027 0,00006 4

5 0,00089 0,00143 0,00085 0,00006 0,00005 0,00010 0,00003 5

6 0,00336 0,00001 0,00001 0,00001 0,00004 0,00006 0,00000 6

7 0,00044 0,00070 0,00042 0,00005 0,00006 0,00008 0,00003 7

8 0,00012 0,00066 0,00043 0,00096 0,00081 0,00034 0,00511 8

9 0,00359 0,00584 0,00346 0,00018 0,00002 0,00019 0,00011 9

10 0,00037 0,00060 0,00036 0,00002 0,00001 0,00004 0,00001 10

11 0,00009 0,00014 0,00008 0,00007 0,00013 0,00012 0,00006 11

12 0,00001 0,00002 0,00001 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 12

13 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 13

14 0,03178 0,00262 0,00156 0,00011 0,00107 0,00014 0,00006 14

15 1,00915 0,00013 0,00009 0,00001 0,00002 0,00004 0,00001 15

16 0,00024 1,00411 0,00022 0,02552 0,00017 0,00032 0,00003 16

17 0,00017 0,00026 1,00252 0,00459 0,00006 0,00013 0,00001 17

18 0,00002 0,00002 0,00002 1,00003 0,00011 0,00021 0,00001 18

19 0,00050 0,00025 0,00016 0,01060 1,03131 0,00069 0,00049 19

20 0,00015 0,00021 0,00013 0,00006 0,00021 1,05651 0,00003 20

21 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00001 0,00003 1,00000 21

22 0,00002 0,00001 0,00001 0,00002 0,00009 0,00021 0,00001 22

23 0,00019 0,01484 0,00968 0,00427 0,00322 0,00212 0,00158 23

24 0,00119 0,00194 0,00115 0,00006 0,00001 0,00008 0,00004 24

25 0,00311 0,00505 0,00299 0,00017 0,00008 0,00032 0,00010 25

26 0,00349 0,00841 0,00527 0,00032 0,00026 0,00056 0,00009 26

27 0,11696 0,19039 0,11286 0,00579 0,00063 0,00618 0,00350 27

28 0,00002 0,00004 0,00003 0,00004 0,00047 0,00009 0,00641 28

29 0,00013 0,00020 0,00013 0,00463 0,00138 0,00105 0,00042 29

30 0,00002 0,00001 0,00001 0,00141 0,00013 0,00008 0,00005 30

31 0,00003 0,00002 0,00001 0,00041 0,00007 0,00007 0,00002 31

32 0,00043 0,00230 0,00149 0,00333 0,00280 0,00118 0,01778 32

33 0,00035 0,00036 0,00025 0,00039 0,00220 0,00134 0,00021 33

34 0,00215 0,00243 0,00185 0,02313 0,03852 0,02546 0,01915 34

35 0,00386 0,00966 0,00618 0,01314 0,00390 0,02556 0,00528 35

36 0,00152 0,00062 0,00047 0,28242 0,02227 0,01261 0,00888 36

37 0,01263 0,02014 0,01250 0,00800 0,01644 0,02533 0,00834 37

38 0,00085 0,00069 0,00044 0,00128 0,00492 0,01246 0,00066 38

39 0,01078 0,01538 0,00966 0,00934 0,02937 0,12893 0,03733 39

40 0,00127 0,00250 0,00158 0,00276 0,00182 0,00261 0,00067 40

41 0,04193 0,02021 0,01279 0,04464 0,05907 0,06766 0,01320 41


(4)

Sektor 22 23 24 25 26 27 28 Sektor

1 0,00053 0,00001 0,00002 0,00005 0,33811 0,00577 0,00011 1

2 0,00270 0,00000 0,00009 0,00016 0,00024 0,05231 0,00011 2

3 0,00043 0,00000 0,00007 0,00013 0,00018 0,04020 0,00009 3

4 0,00019 0,00001 0,00004 0,00007 0,00009 0,01636 0,00014 4

5 0,00010 0,00000 0,00002 0,00004 0,00004 0,00781 0,00005 5

6 0,00001 0,00000 0,00000 0,00001 0,00001 0,00006 0,00004 6

7 0,00006 0,00000 0,00001 0,00003 0,00003 0,00382 0,00004 7

8 0,00321 0,00001 0,00005 0,00016 0,00046 0,00043 0,00012 8

9 0,00034 0,00000 0,00005 0,00010 0,00014 0,03189 0,00006 9

10 0,00004 0,00000 0,00001 0,14385 0,00002 0,00327 0,00002 10

11 0,00005 0,00001 0,02722 0,00002 0,00004 0,00072 0,00005 11

12 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00009 0,00000 12

13 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 13

14 0,00017 0,00000 0,00007 0,00014 0,00009 0,01429 0,00007 14

15 0,00001 0,00000 0,00000 0,00013 0,00069 0,00054 0,00002 15

16 0,04310 0,00001 0,00003 0,00007 0,00003 0,00190 0,00021 16

17 0,00003 0,00001 0,00001 0,00003 0,00001 0,00139 0,00008 17

18 0,00002 0,00001 0,00001 0,00004 0,00001 0,00005 0,00013 18

19 0,00036 0,00020 0,00045 0,00081 0,00032 0,00089 0,00424 19

20 0,00004 0,00002 0,00003 0,00007 0,00002 0,00106 0,00034 20

21 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00002 21

22 1,05445 0,00001 0,00001 0,00003 0,00001 0,00002 0,00013 22

23 0,00179 1,00940 0,00015 0,00050 0,00106 0,00038 0,00055 23

24 0,00011 0,00000 1,08509 0,00003 0,00005 0,01058 0,00003 24

25 0,00030 0,00001 0,00005 1,21129 0,00013 0,02751 0,00015 25

26 0,00047 0,00002 0,00006 0,00015 1,01196 0,01716 0,00033 26

27 0,01112 0,00006 0,00171 0,00311 0,00472 1,03921 0,00186 27

28 0,00003 0,00017 0,00001 0,00004 0,00007 0,00004 1,03608 28

29 0,00031 0,00006 0,00007 0,00035 0,00018 0,00016 0,00018 29

30 0,00005 0,00001 0,00001 0,00005 0,00002 0,00002 0,00002 30

31 0,00003 0,00001 0,00003 0,00008 0,00002 0,00003 0,00005 31

32 0,01118 0,00004 0,00018 0,00055 0,00159 0,00151 0,00041 32

33 0,00058 0,00025 0,00032 0,00080 0,00031 0,00093 0,00045 33

34 0,01375 0,00257 0,00187 0,00586 0,01306 0,00422 0,00678 34

35 0,00578 0,00052 0,00172 0,00367 0,00109 0,00544 0,02245 35

36 0,00934 0,00183 0,00046 0,00470 0,00250 0,00106 0,00090 36

37 0,00827 0,00111 0,00739 0,03834 0,01511 0,01604 0,01536 37

38 0,00054 0,00039 0,00064 0,00160 0,00046 0,00139 0,00809 38

39 0,01666 0,00322 0,00614 0,02677 0,01203 0,01483 0,01689 39

40 0,00069 0,00049 0,00231 0,00427 0,00080 0,00422 0,00356 40

41 0,02277 0,00586 0,04253 0,09392 0,01503 0,02919 0,05743 41


(5)

Lampiran 9. lanjutan

Sektor 29 30 31 32 33 34 35 Sektor

1 0,00008 0,00026 0,00018 0,00002 0,00008 0,00003 0,00006 1

2 0,00029 0,00127 0,00107 0,00002 0,00050 0,00011 0,00035 2

3 0,00022 0,00099 0,00082 0,00001 0,00039 0,00008 0,00027 3

4 0,00012 0,00051 0,00039 0,00003 0,00017 0,00005 0,00014 4

5 0,00007 0,00023 0,00018 0,00001 0,00008 0,00002 0,00006 5

6 0,00002 0,00005 0,00002 0,00001 0,00001 0,00001 0,00001 6

7 0,00005 0,00014 0,00014 0,00001 0,00005 0,00084 0,00004 7

8 0,00067 0,00066 0,00037 0,28838 0,00012 0,00052 0,00050 8

9 0,00017 0,00077 0,00064 0,00001 0,00031 0,00006 0,00021 9

10 0,00002 0,00009 0,00007 0,00000 0,00003 0,00001 0,00003 10

11 0,00006 0,00010 0,00018 0,00002 0,00004 0,00286 0,00004 11

12 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 12

13 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 13

14 0,00018 0,00046 0,00045 0,00007 0,00016 0,00006 0,00011 14

15 0,00001 0,00004 0,00003 0,00004 0,00001 0,00003 0,00001 15

16 0,00010 0,00028 0,00016 0,00004 0,00006 0,00003 0,00006 16

17 0,00004 0,00012 0,00008 0,00002 0,00003 0,00001 0,00003 17

18 0,00006 0,00015 0,00008 0,00003 0,00002 0,00002 0,00003 18

19 0,07402 0,06883 0,13522 0,00113 0,01407 0,01976 0,00035 19

20 0,00011 0,00038 0,00021 0,00006 0,00005 0,00004 0,00008 20

21 0,00001 0,00002 0,00001 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 21

22 0,00004 0,00014 0,00008 0,00003 0,00002 0,00002 0,00003 22

23 0,00152 0,00149 0,00441 0,00036 0,00089 0,08028 0,00081 23

24 0,00006 0,00027 0,00022 0,00000 0,00010 0,00002 0,00007 24

25 0,00019 0,00077 0,00062 0,00003 0,00028 0,00007 0,00021 25

26 0,00023 0,00076 0,00053 0,00007 0,00022 0,00008 0,00019 26

27 0,00559 0,02495 0,02098 0,00026 0,00995 0,00212 0,00696 27

28 0,00013 0,00065 0,00016 0,00036 0,00023 0,00004 0,00213 28

29 1,15498 0,00068 0,00110 0,00044 0,00201 0,00256 0,00029 29

30 0,00013 1,11835 0,02190 0,00002 0,00002 0,00001 0,00005 30

31 0,00010 0,00004 1,00008 0,00003 0,00003 0,00001 0,00006 31

32 0,00233 0,00228 0,00127 1,00467 0,00040 0,00128 0,00173 32

33 0,00113 0,00189 0,00076 0,00037 1,09596 0,00087 0,00389 33

34 0,01733 0,01844 0,05270 0,00444 0,01111 1,01092 0,00969 34

35 0,02677 0,02260 0,03000 0,00384 0,01447 0,00511 1,12543 35

36 0,01946 0,00305 0,03157 0,00127 0,00096 0,00138 0,00619 36

37 0,04723 0,04107 0,05074 0,05396 0,01986 0,01080 0,02520 37

38 0,00241 0,00845 0,00443 0,00148 0,00102 0,00093 0,00186 38

39 0,06107 0,07816 0,04590 0,03572 0,02463 0,01445 0,01676 39

40 0,00955 0,00808 0,00268 0,00122 0,00416 0,00094 0,00188 40

41 0,09102 0,04695 0,04765 0,02700 0,03831 0,01473 0,06178 41


(6)

Sektor 36 37 38 39 40 41 42 Sektor

1 0,00003 0,00017 0,01243 0,00016 0,00045 0,00020 0,00130 1

2 0,00002 0,00011 0,00357 0,00010 0,00087 0,00028 0,00032 2

3 0,00002 0,00009 0,00386 0,00009 0,00070 0,00023 0,00027 3

4 0,00004 0,00013 0,01465 0,00019 0,00067 0,00027 0,00034 4

5 0,00001 0,00006 0,00392 0,00006 0,00023 0,00010 0,00112 5

6 0,00001 0,00004 0,00462 0,00006 0,00014 0,00007 0,00060 6

7 0,00003 0,00004 0,00317 0,00007 0,00015 0,00007 0,00062 7

8 0,00050 0,00075 0,00038 0,00230 0,00021 0,00036 0,00033 8

9 0,00001 0,00005 0,00089 0,00005 0,00049 0,00015 0,00012 9

10 0,00000 0,00004 0,00162 0,00002 0,00010 0,00004 0,00002 10

11 0,00009 0,00003 0,00347 0,00011 0,00012 0,00007 0,00004 11

12 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 12

13 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 13

14 0,00002 0,00008 0,00463 0,00008 0,00035 0,00013 0,00128 14

15 0,00001 0,00002 0,00288 0,00004 0,00009 0,00004 0,00015 15

16 0,00005 0,00022 0,02429 0,00029 0,00075 0,00035 0,00249 16

17 0,00002 0,00008 0,01003 0,00012 0,00032 0,00014 0,00067 17

18 0,00003 0,00014 0,01623 0,00019 0,00048 0,00022 0,00138 18

19 0,00492 0,00216 0,00066 0,00105 0,00028 0,00040 0,00050 19

20 0,00009 0,00031 0,04252 0,00049 0,00126 0,00056 0,00033 20

21 0,00000 0,00002 0,00239 0,00003 0,00007 0,00003 0,00001 21

22 0,00003 0,00013 0,01680 0,00019 0,00049 0,00022 0,00042 22

23 0,00953 0,00027 0,00100 0,00209 0,00026 0,00064 0,00023 23

24 0,00001 0,00003 0,00176 0,00003 0,00021 0,00007 0,00008 24

25 0,00004 0,00030 0,01367 0,00019 0,00080 0,00030 0,00020 25

26 0,00008 0,00051 0,03611 0,00046 0,00132 0,00058 0,00368 26

27 0,00039 0,00175 0,02904 0,00156 0,01600 0,00497 0,00380 27

28 0,00002 0,00052 0,00051 0,00019 0,00037 0,00017 0,00014 28

29 0,01601 0,00241 0,00032 0,00614 0,00028 0,00052 0,00053 29

30 0,00497 0,00030 0,00005 0,00006 0,00009 0,00032 0,00002 30

31 0,00133 0,00035 0,00005 0,00006 0,00036 0,00086 0,00002 31

32 0,00172 0,00261 0,00132 0,00800 0,00073 0,00126 0,00116 32

33 0,00036 0,00199 0,00132 0,00220 0,00777 0,00386 0,00662 33

34 0,02985 0,00285 0,00632 0,02546 0,00233 0,00709 0,00200 34

35 0,00157 0,01589 0,01598 0,01033 0,02793 0,02249 0,00306 35

36 1,00078 0,00343 0,00637 0,00832 0,00861 0,01021 0,00341 36

37 0,00980 1,00526 0,02475 0,02594 0,00644 0,00348 0,00319 37

38 0,00208 0,00739 1,02411 0,01168 0,03009 0,01345 0,00316 38

39 0,00918 0,01801 0,02372 1,05313 0,01356 0,00955 0,00469 39

40 0,00046 0,00851 0,00791 0,01127 1,02248 0,01675 0,00233 40

41 0,01141 0,33255 0,04819 0,05619 0,15589 1,15668 0,02205 41