Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
5.4 Analisa Prediksi Garis pantai
5.4.1 Umum
Permasalahan dalam perencanaan lingkungan pantai adalah menentukan pola pergerakan sedimen atau pola perubahan garis pantai yang telah terjadi maupun yang
akan terjadi pada kurun waktu tertentu. Dengan mengetahui pola yang terjadi maka perencanaan pembangunan lingkungan pantai tersebut dapat berhasil dengan optimal.
Proses analisi angkutan sediment dilakukan guna mendapatkan parameter parameter berikut ini:
A. Laju angkutan sedimen dasar, yang di akibatkan oleh gelombang.
B. Perencanaan sistem penanggulanan abrasi secara parsial maupun terpadu.
Didalam melakukan analisa tersebut penulis menggunakan program GENESIS sebagai alat Bantu perhitungan agar didapatkan hasil secara akurat dan cepat.
5.4.2 Analisa dengan Program GENESIS.
Program GENESIS dimanfaatkan penulis untuk memprediksi perubahan garis pantai pada periode tertentu. Untuk lebih jelasnya, gambaran data input dan output dari
ke dua program tersebut, dijelaskan berikut ini. Data-data yang harus dikonversi sebagai masukan pada program GENESIS yaitu :
1. Depth :
Tidak dimasukkan sebab perbedaan kedalaman dasar laut tidak terlalu curam 2.
Shorl : Merupakan masukan ordinat garis pantai awal. Cara mendapatkan ordinat ini
adalah dengan memplotkan garis pantai pada peta dengan bantuan program autocad. Yaitu dengan membuat grid-grid pada jarak tertentu. Jarak antar grid
yang kami gunakan sebesar 20 m. Maksimum jumlah grid adalah 100. Dapat dijelaskan dibawah ini.
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
6°40 S
PERTAMINA EP
UP-VI BALONGAN DERMAGA
KOMPLEK BALONGAN
PELABUHAN KHUSUS I
L A U T J A W A
108° 40
E
6°20 S
Gambar 5.2 Peta Mundu-Balongan
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
108°40 E
A B
Gambar 5.3 Ploting garis pantai bantuan program Autocad
6°20 S
L A U T J A W A
BALONGAN PERTAMINA EP
KOMPLEK
6°40 S
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
Gambar 5.4 Koordinat garis pantai
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
Setelah mendapatkan koordinat garis pantai, data yang digunakan sebagai input pada shorl adalah ordinat Y. Penulisan urutan ordinat sebagai input shorl dari sebelah
kiri ke kanan. Contohnya panulisan ordinat dimulai dari titik A Y=1550, kemudian titik B Y=1501 m dan seterusnya.
Gambar 5.5 data Input Shorl 3.
Shorc Merupakan hasil running dari program berupa perubahan ordinat Y garis pantai
dapat dilihat pada Gambar 5.7
Gambar 5.6 Perubahan posisi garis pantai 4.
Shorm Koordinat pengikat garis pantai yang nilainya sama dengan koordinat Sohrl.
Shorm berfungsi untuk membandingkan perubahan garis pantai pada jangka waktu sepuluh tahun dengan garis pantai awal. Dapat dilihat pada Gambar 5.8
Gambar 5.7.Data input shorm
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
5. Koordinat Seawall
Perencanaan posisi seawall berdasarkan dari prediksi garis pantai yang terabrasi. Cara yang digunakan untuk mendapatkan koordinat seawall sama seperti cara
untuk mendapatkan koordinat garis pantai awal sebelum terjadi abrasi. 6.
Waves Waves merupakan hasil olahan data angin dari Hindcasting berupa tinggi
gelombang, periode gelombang dan arah gelombang tiap satu tahun. Jumlah data gelombang yang dihasiilkan pada program HINDCASTING sekitar 8000 data
sebagian data input waves GENESIS yang dapat dilihat pada Gambar 5.9. Data waves yang digunakan sebagai input Genesis adalah data gelombang yang
dihasilkan pada program HINDCASTING dengan merubah beberapa sudut datang gelombang disesuaikan dengan syarat input GENESIS yaitu:
¾ Sudut datang gelombang. Sistem koordinat Garis pantai diasosiasikan dengan sudut datang gelombang,
dimana arah y positif dikonversikan sebagai arah utara dan arah datangnya gelombang menuju sumbu x sebagai baseline pada GENESIS dapat dilihat
pada gambar 5.10 pada program GENESIS besar sudut datang gelombang antara -180
o
sampai dengan 180
o
, dimana sudut datang gelombang 0
o
dapat menggambarkan penyebaran gelombang normal tegak lurus menuju baseline
GENESIS sumbu absis x, semakin kearah kiri sudut datang gelombang akan semakin negatif dan semakin kearah kanan sudut datang gelombang akan
semakin positif. Konversi dilakukan Jika terdapat data yang tidak diketahui sudut gelombangnya maka pada kolom arah diberi nilai -999.
¾ Kalibrasi sudut datang gelombang. Kalibrasi dilakukan untuk menyesuaikan antara input data gelombang pada
kolom waves dengan grid hasil pemodelan. Hal ini dilakukan jika terdapat perbedaan dalam penentuan arah utara. Pada data masukkan gelombang arah
utara ditentukan berdasarkan arah mata angin. Sedangkan genesisi akan membaca arah utara sesuai dengan tegak lurus dengan sumbu x lihat Gambar
5.11 . nilai sudut B merupakan besaran konfersi sudut yang akan digunakan.
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
Gambar 5.8
U
Gambar 5.9 konversi sudut gelombang dengan system koordinat
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
6°20 S
108°40 E
BALONGAN PERTAMINA EP
KOMPLEK
6°40 S
Gambar 5.10 Kalibrasi Sudut datang Gelombang .
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
Hasil Analisa Gari Pantai Dengan Menggunakan Program GENESIS
Tabel 5.7 Posisi Garis Pantai Kalkulasi
CALCULATED FINAL SHORELINE POSITION M 291
286 281
276 271 265.9 261.3 257 253.2 250 247.5 245.6 244.3 243.8 243.9 244.3 244.9 245.4 245.6 245.4
244.7 243.5 241.9 239.9 237.5 234.8 231.9 228.7 225.4 222 218.6 215.4 212.6 210.2 208.1 206.4 205.1 203.9 203 202.2
201.5 201.1 200.8 200.7 200.8 201.1 201.5 202 202.4 202.7 202.9
203 203
203.1 203.2 203.4 203.8 204.4 205.3 206.3 207.6 209.1 210.7 212.5 214.4 216.3 218.3 220.4 222.6 224.9
227.3 229.9 232.6 235.3 238 241.1 244.3
247.6 251 254.5 258.2
262.2 266.2
270.4 274.7
279
Tabel 5.8 Posisi Garis Pantai Awal
INITIAL SHORELINE POSITION M 291 287 281 274
271 266 262
259 254 249 246 242 247 251
251 254 260
255 253 250 247 244 242 239
237 235 231
231 229 223 220 208 209 208
208 207 206
204 204 204 203 201 197 200
200 200 202
203 204 205 203 204 205 203
201 203 203
204 205 206 206 209 211 213
216 216 219
221 223 224 226 228 234 236
238 242 245
247 251 254 259 261 264 269
274 279
ANALISA GARIS PANTAI
150 170
190 210
230 250
270 290
310
1 4
7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58 61 64 67 70 73 76 79 82 85
GRID SPACING 20M M
AWAL PREDIKSI
pipa
Gambar 5.11 Grafik Perbandingan Garis Pantai
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
Dari Grafik diatas dapat kita ketahui bahwa pada beberapa bagian garis pantai terdapat beberapa bagian yang mengalami abrasi sehingga akan membahayakan jalur
pipa yang terdapat di sepanjang garis pantai terutama pada grid ke 17-70. Sehingga untuk menanggulangi akibat yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya
abrasi maka akan dilakukan penanggulangan dengan menggunakan beberapa alternatif pemecahan masalah yang akan di bahas di dalam BAB V.
5.4.3 Uji Sensitifitas Program