Latar Belakang t pd 0610715 chapter1

1 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Materi pembelajaran instructional materials adalah sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, keterampilan, dan sikap serta nilai yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar maupun menengah. Menurut Rustaman, et al. 2003 materi pembelajaran merupakan dasar pijakan bagi pencapaian tujuan-tujuan dalam pembelajaran yang mengembangkan siswa dalam tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang mengarah kepada sistem pendidikan nilai dan moral. Oleh karena itu materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan suatu kesatuan yang utuh. Materi pembelajaran menyajikan fakta-fakta, konsep- konsep, prinsip-prinsip, dan hukum-hukum yang melahirkan suatu teori. Sejalan dengan itu, Gulo 2002 mengemukakan bahwa materi pembelajaran merupakan salah satu komponen masukan yang tentunya perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar mengajar. Sedangkan hasil penelitian Sudrajat 2003 menunjukkan bahwa metode dan pendekatan saja tidak cukup untuk menjadikan suatu materi mudah dipahami tanpa terlebih dahulu mengetahui struktur materinya, dengan demikian penyajian struktur materi yang sistematis akan membantu siswa dalam memahami pengetahuannya secara optimal. 2 2 Materi pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, waktu yang tersedia, tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, lokasi sekolah, jenis satuan pendidikan, maupun karakteristik mata pelajaran. Oleh karena itu, materi pembelajaran harus mengacu pada standar kompetensi lulusan mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. Selain itu materi pembelajaran memiliki tata urutan dan keterkaitan tertentu antara satu materi dengan materi yang lainnya, dan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, dan dalam rangka mencapai tujuan tersebut materi pembelajaran disajikan dalam suatu proses yang disebut proses pembelajaran. Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan sumber belajar, dan peserta didik dengan pendidiknya dan merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru dan siswa sebagai pemegang peran utama. Pembelajaran menurut Sukmadinata 2004 adalah suatu proses menciptakan situasi agar siswa belajar sehingga terjadi perubahan, perkembangan, dan kemajuan baik dalam aspek fisik-motorik, intelektual, sosial-emosi, maupun sikap dan nilai. Pembelajaran di SD sangat berbeda dengan pembelajaran yang dilakukan di SMP, SMA maupun di perguruan tinggi. Menurut Piaget, anak usia SD berada pada tahap konkret operasional, dimana pada tahap ini, anak baru dapat memecahkan persoalan-persoalan sederhana yang bersifat konkret. Hal ini sejalan dengan pendapat Makmun 1996 yang menyatakan bahwa prinsip dan hukum- 3 3 hukum perkembangan individu harus menjadi titik tolak pendidikan, mengingat setiap pendidikan dan proses pembelajaran akan selalu dihadapkan dengan individu yang sedang berkembang. Menurut Rasyidin dalam Hernawan, 2004, sekolah dasar SD adalah suatu kesatuan atau unit lembaga sosial social institution yang diberi amanah atau tugas khusus spesific task oleh masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan dasar secara sistematis. Sekolah dasar merupakan penggalan pertama selama enam tahun dari pendidikan dasar sembilan tahun, oleh karena itu sekolah dasar bukan hanya memberi bekal kamampuan intelektual dasar dalam membaca, menulis dan berhitung saja, melainkan juga sebagai proses mengembangkan kemampuan dasar peserta didik secara optimal dalam aspek intelektual, sosial, dan personal guna mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya yaitu sekolah menengah pertama. Dalam standar isi juga dinyatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran sains di SD adalah memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan sains sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMPMTs. Menurut paham konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa untuk mengkonstruksi baik teks, dialog, maupun pengalaman fisik. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dapat dikembangkan Suparno, 1997. Oleh karena itu penyajian urutanstruktur materi pelajaran sains di SD dalam proses pembelajaran di kelas 4 4 menjadi suatu hal yang sangat penting dalam membantu siswa untuk membangun atau mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Dalam kenyataannya, implementasi pembelajaran sains di sekolah khususnya sekolah dasar masih jauh dari harapan. Hasil pengamatan penulis di lapangan, guru pada tahap pra pembelajaran tidak mempersiapkan siswa dengan baik untuk belajar dan jarang melakukan apersepsi, pada kegiatan inti guru tidak fokus pada pokok bahasan yang sedang dibahas, kurang dalam memanfaatkan mediasumber belajar, dan tidak banyak melibatkan siswa dalam belajar, serta pada kegiatan akhir pembelajaranpenutup guru jarang sekali melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa dan jarang melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidipengayaan. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada umumnya hanya sebatas transfer pengetahuan saja tanpa melibatkan siswa dalam keterampilan proses sains yang menuntun siswa pada proses bagaimana pengetahuan sains diperoleh dan dikonstruk. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ibayati 2000 yang menunjukkan bahwa tidak semua guru mampu mengajar dengan baik di kelas, kemampuan akademik yang baik dan pengalaman mengajar dapat menjadi latar belakang guru untuk mampu mengorganisasi materi pelajaran secara utuh dalam proses membangun pengetahuan siswa. Kendala yang dihadapi guru di lapangan pada umumnya, selain alokasi waktu pembelajaran sains dalam kurikulum yang terbatas, padatnya materi pembelajaran, juga karena adanya ketidaktahuan guru tentang bagaimana cara melaksanakan pembelajaran sains 5 5 yang seharusnya sesuai dengan hakikat pembelajaran sains Rustaman, et.al. 1992. Dalam keterampilan sains, konsep sains memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran sains, karena sains terdiri dari produk dan proses. Sains sebagai produk terdiri dari pengetahuan atas fakta-fakta, konsep- konsep, prinsip-prinsip serta hukum-hukum sains, sedangkan sebagai proses merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan produk sains. Tugas guru adalah melaksanakan kegiatan belajar mengajar untuk memahami sains sebagai produk dan sains sebagai proses. Sebagai produk, banyak konsep-konsep sains yang harus dipahami siswa secara utuh, sehingga siswa memahami struktur konsep dan hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Dahar 1996 yang menyatakan bahwa hasil utama pendidikan adalah belajar konsep. Pengertian konsep menurut Rosser Dahar, 1996, adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Setiap konsep mempunyai sejumlah atribut yang berbeda. Untuk mencapai kebermaknaan dalam belajar, maka konsep-konsep yang dipelajari harus dikaitkan antara satu dengan yang lainnya, disamping harus memiliki keterkaitan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif anak. Urutan penyajian bahan ajar memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, karena tanpa urutan materi yang tepat maka akan 6 6 menyulitkan siswa dalam memahami suatu konsep tertentu. Hasil penelitian Santoso 2000 menunjukkan bahwa untuk menguasai konsep baru dengan baik, siswa membutuhkan landasan yang kuat dari konsep-konsep sebelumnya yang terkait dengan konsep baru tersebut. Tugas guru di lapangan, di dalam mengajarkan materi tertentu dalam pelajaran sains, harus memperhatikan tata urutan materi, keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lainnya, dan hierarki konsep tersebut dengan atribut- atributnya serta harus bisa memilih konsep mana yang harus didahulukan, dan konsep mana yang berkaitan erat serta konsep berikutnya yang harus dipelajari dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada pembelajaran sains. Menurut Dahar 1996, banyak guru dan bahan-bahan pelajaran jarang sekali menolong para siswa untuk menentukan dan menggunakan konsep- konsep relevan dalam struktur kognitif mereka untuk mengasimilasikan pengetahuan baru, dan akibatnya para siswa hanya melakukan belajar hapalan saja. Lagipula sistem evaluasi di sekolah menghendaki hafalan dan tidak menyajikan pertanyaan untuk belajar secara bermakna. Fakta lain di lapangan, guru selain memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda, juga memiliki pengalaman mengajar yang berbeda, idealnya guru yang mengajar di sekolah dasar SD memiliki latar belakang pendidikan dari PGSD. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Guru dan Dosen, khususnya pada pasal 7 yang menyatakan bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang diantaranya harus memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya. 7 7 Selain masalah-masalah pembelajaran di atas, penelitian tentang pembelajaran sains sampai saat ini masih sangat kurang dari yang diharapkan, sehingga informasi yang kita miliki tentang bagaimana kegiatan pembelajaran sains yang seharusnya berlangsung masih sangat terbatas Widodo, 2005. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis Struktur Materi pada Proses Pembelajaran Sains di kelas IV Sekolah Dasar, sebagai subjek penelitian dipilih sepuluh orang guru SD yang ada di kota Bandung, kabupaten Bandung, dan kabupaten Ciamis dengan latar belakang pendidikan berbeda dan lama mengajar yang juga berbeda.

B. Rumusan Masalah