KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI 8. Permohonan PEMILU PRES revisi final

3 365KptsKPUTahun 2009 tanggal 25 Juli 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009...P-1 Terhadap Komisi Pemilihan Umum KPU berkedudukan di Jakarta, alamat Jln. Iman Bonjol Nomor 29 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut--------------Termohon. Adapun alasan hukum yang menjadi dasar permohonan Penyelesaian Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

1. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

1.1. Bahwa berdasarkan Pasal 24 C ayat 1 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia UUD 1945 jo Pasal 10 ayat 1 d Undang Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Konstitusi memiliki kewenangan untuk memeriksa dan mengadili perkara perselisihan yang berkenaan dengan Hasil Pemilihan Umum. 1.2. Bahwa berdasarkan pasal 24 ayat 2 UUD 1945 dimana “Mahkamah Konstitusi merupakan bagian dari Kekuasaan Kehakiman”, berwenang dan memiliki misi yang mulia untuk menegakkan hukum dan keadilan, hal tersebut sesuai dengan ketentuan pasal 24 ayat 1 UUD Tahun 1945 yang berbunyi: “Kekuasaan Kehakiman merupakan 4 kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan”, serta berdasarkan pasal 45 ayat 1 Undang Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi ditegaskan kembali bahwa : “ Mahkamah Konstitusi memutus perkara berdasarkan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sesuai dengan alat bukti dan keyakinan hakim”, telebih-lebih lagi bahwa berdasarkan pasal 48 ayat 2 UU Nomor 24 Tahun 2003, setiap putusan Mahkamah Konstitusi harus memuat irah-irah: “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, sehingga Putusan Mahkamah Konstitusi Mahkamah terhadap permohonan Pemohon benar-benar merupakan putusan yang adil bagi Pemohon. 1.3. Bahwa Mahkamah Konstitusi telah berkali-kali memutuskan sengketa yang diajukan kepada Mahkamah yang mendasarkan putusan kepada Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 tersebut, antara lain Putusan Nomor: 49PHPU.D-VI2008 tentang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara jo Putusan Nomor: 41PHPU.D-VI2008 tentang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Propinsi Jawa Timur yang dalam pertimbangan hukumnya halaman 129 berbunyi : [3.28] “Menimbang bahwa dalam memutus perselisihan hasil Pemilukada, Mahkamah tidak hanya menghitung kembali hasil penghitungan suara yang sebenarnya dari pemungutan suara tetapi juga harus menggali keadilan dengan menilai dan mengadili hasil penghitungan yang diperselisihkan, sebab kalau hanya menghitung 5 dalam arti teknis-matematis sebenarnya bisa dilakukan penghitungan kembali oleh KPUD sendiri di bawah pengawasan Panwaslu danatau aparat kepolisian. atau cukup oleh pengadilan biasa, Oleh sebab itu, Mahkamah memahami bahwa meskipun menurut undang-undang, yang dapat diadili oleh Mahkamah adalah hasil penghitungan suara, namun pelanggaran-pelanggaran yang menyebabkan terjadinya hasil penghitungan suara yang kemudian dipersengketakan itu harus pula dinilai untuk menegakkan keadilan” Dengan demikian meskipun pertimbangan hukum diatas merupakan pertimbangan hukum Mahkamah dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Pemilukada, maka disamping Pemilukada sama-sama rezim Pemilu dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, Mahkamah sejatinya harus konsisten terhadap pertimbangan hukum tersebut dalam memutus Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

2. KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON legal standing