Determinants of Foreign Direct Investment (FDI) and its impact on Gross Domestic Product (GDP) in Indonesia.

DETERMINAN FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI)
DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUK DOMESTIK
BRUTO (PDB) DI INDONESIA

KURNIAWAN DEDY CAHYONO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Determinan Foreign
Direct Investment (FDI) dan Pengaruhnya Terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Kurniawan Dedy Cahyono
NIM H151114154

RINGKASAN
KURNIAWAN DEDY CAHYONO. Determinan Foreign Direct Investment
(FDI) dan Pengaruhnya Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia.
Dibimbing oleh SRI HARTOYO dan SAHARA.
Salah satu komponen penting dalam pembangunan suatu negara adalah
investasi. Foreign Direct Investment (FDI) merupakan salah satu bentuk investasi
penting bagi negara-negara berkembang. FDI selain menambah akumulasi modal
domestik juga merupakan sarana penting bagi transfer teknologi dari negara maju
ke negara berkembang.
Upaya Pemerintah Indonesia dalam menarik FDI dari negara luar dengan
memperbaiki berbagai regulasi tentang penanaman modal telah dilakukan.
Namun, capaian Indonesia dalam menarik investor asing masih rendah bila
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Oleh karena itu menjadi
penting untuk mengetahui determinan yang memengaruhi masuknya FDI di
Indonesia. Selain isu tersebut, dampak FDI terhadap perekonomian negara tujuan

FDI (host country) masih menjadi perdebatan. Dampak FDI terhadap
perekonomian negara tujuan FDI bisa positif ataupun negatif tergantung dari
kondisi negara tujuan FDI tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
determinan masuknya FDI di Indonesia dan menganalisis dampak FDI terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
triwulanan dari periode 1997:1 sampai dengan 2011:4 yang bersumber dari
BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), BPS (Badan Pusat Statistik) dan
BI (Bank Indonesia). Data yang digunakan terdiri dari FDI, PDB, upah riil buruh,
PMTB pemerintah pusat, keterbukaan ekonomi, nilai tukar riil, suku bunga riil,
PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri), pengeluaran pemerintah, dan tingkat
inflasi. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif serta
metode persamaan simultan (2SLS).
Variabel-variabel yang digunakan sebagai determinan FDI antara lain PDB,
upah riil buruh, PMTB pemerintah pusat sebagai proxy pembangunan
infrastruktur, keterbukaan ekonomi, nilai tukar riil dan suku bunga riil. Sedangkan
untuk melihat dampak FDI terhadap PDB akan diestimasi dengan variabel lain
yang turut memengaruhi PDB yaitu PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri),
pengeluaran pemerintah, keterbukaan ekonomi dan tingkat inflasi.
Hasil 2SLS menunjukkan bahwa determinan yang memengaruhi masuknya

FDI di Indonesia adalah PDB, upah buruh, infrastruktur dan keterbukaan ekonomi.
Peningkatan PDB yang menunjukkan peningkatan market size adalah faktor
dominan dalam rangka menarik masuknya FDI di Indonesia. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa FDI memberikan dampak positif terhadap PDB di Indonesia.
Implikasi kebijakan yang disarankan bagi Pemerintah Indonesia guna
menarik masuknya FDI ke Indonesia antara lain: (1) peningkatan pertumbuhan
ekonomi; (2) penerapan kebijakan tenaga kerja terutama kebijakan upah buruh,
sehingga Indonesia dapat bersaing dengan negara-negara lain dalam hal biaya
tenaga kerja; (3) peningkatan kondisi infrastruktur.
Kata kunci: FDI, PDB, 2SLS

SUMMARY
KURNIAWAN DEDY CAHYONO. Determinants of Foreign Direct Investment
(FDI) and Its Impact on Gross Domestic Product (GDP) in Indonesia. Supervised
by SRI HARTOYO and SAHARA.
An important component in the economic development of a country is
investment. One form of investment that important for developing countries is
Foreign Direct Investment (FDI). FDI can increase accumulation of domestic
capital. Besides, FDI is important for technology transfer from developed to
developing countries.

Indonesian Government made several efforts to attract FDI by improving
the regulation of investment. However, the achievements of Indonesia in
attracting foreign investors is still low compared to other ASEAN countries.
Therefore, it is important to know what determinants of FDI that affect FDI
inflow in Indonesia. The impact of FDI on the economy of destination country
(host country) is actually still being debated. The impact could be positive or
negative depend on the condition of host countries. The purposes of this study are
to analyze the determinants of FDI inflows in Indonesia and to analyze the impact
of FDI to Gross Domestic Product (GDP) in Indonesia.
This study uses secondary data with quarterly period from 1997:1 to 2011:4,
obtained from BKPM (Indonesian Investment Coordinating Board), BPS
(Statistics Indonesia) and BI (Bank Indonesia). The data include FDI, GDP, real
wages, the central government gross fixed capital formation, openness, real
exchange rate, real interest rates, Domestic Direct Investment (DDI), government
spending and the inflation rate. The analytical methods applied include descriptive
analysis method and the simultaneous equations method (2SLS).
The variables used as determinants of FDI are GDP, real wages, the central
government gross fixed capital formation as a proxy for infrastructure, openness,
real exchange rates and real interest rates. The impact of FDI to GDP is estimated
by incorporating other variables that also affect the GDP; Domestic Direct

Investment (DDI), government spending, openness and the inflation rate.
2SLS results indicate that determinant factors that affect the FDI inflow in
Indonesia are GDP, labor wages, infrastructure and openness. Increase in GDP
meaning an increase in market size is the dominant factor in attracting FDI inflow
in Indonesia. The result also shows that FDI has positive impact on GDP in
Indonesia.
Some policy implications are suggested to Indonesian Government in order
to attract FDI inflows in Indonesia are: (1) increasing economic growth; (2) labor
policies particularly wage policy, so Indonesia can compete with other countries
in terms of labor cost; (3) improving the infrastructure conditon.
Keywords: FDI , GDP , 2SLS

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

DETERMINAN FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI)
DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUK DOMESTIK
BRUTO (PDB) DI INDONESIA

KURNIAWAN DEDY CAHYONO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir R Nunung Nuryartono, MSi


-

Title
セ。ュ・@

:.mP

: Analysis of Portfolio Optimization with and without Shortselling based
on Diagonal Model: Evidence from Indonesian Stock Market
: Kaleem Saleem
: H251118101

Approved by
Advisory Committee

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc
Supervisor

Dr Ir Endar Hasafah Nugrahani, MS

Co-supervisor

Agreed by

Program Coordinator
Management Science

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc

Examination Date: 29 July 2013

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Submission Date:

2 3 0CT 20 13

Judul Tesis : Determinan Foreign Direct Investment (FDI) dan Pengaruhnya
Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia
Nama

: Kurniawan Dedy Cahyono
NIM
: H151114154

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Sri Hartoyo, MS
Ketua

Sahara, SP MSi PhD
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi

Dekan Sekolah Pascasarjana


Dr Ir R Nunung Nuryartono, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 30 September 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tesis ini
berjudul “Determinan Foreign Direct Investment (FDI) dan Pengaruhnya
Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Sri Hartoyo, MS dan Sahara, SP
MSi PhD selaku komisi pembimbing yang dalam kesibukannya masih
meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan,
arahan dan masukan yang sangat bermanfaat dalam penyusunan tesis ini.
Terimakasih juga disampaikan kepada Dr Ir R Nunung Nuryartono, MSi selaku
penguji di luar komisi dan Dr Lukytawati Anggraeni, SP MSi selaku perwakilan
dari Program Studi Ilmu Ekonomi.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kepala Badan Pusat Statistik
Republik Indonesia, Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara serta
Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Halmahera Barat yang telah memberikan
kesempatan penulis untuk melanjutkan pendidikan Program Magister pada
Program Studi Ilmu Ekonomi di Sekolah Pascasarjana IPB. Ucapan terimakasih
juga penulis sampaikan kepada Dr Ir R Nunung Nuryartono, MSi beserta
jajarannya selaku pengelola Program Studi Ilmu Ekonomi SPS IPB, semua dosen
yang telah mengajar penulis dan rekan-rekan BPS Batch 4 yang senantiasa
membantu penulis dalam perkuliahan dan penyelesaian tesis ini. Terimakasih dan
perhargaan penulis juga sampaikan kepada Badan Pusat Statistik (BPS), Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Bank Indonesia (BI) atas ramahnya
pelayanan serta data-data yang disediakan untuk tesis ini.
Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada istri tercinta Laelatul
Qomariyah serta tiga jagoanku tersayang Azzam, Faruq dan Abdurrahman,
kepada orangtua serta keluarga besar di Sukoharjo dan Nganjuk atas dukungan,
doa dan kasih sayangnya.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan penulis. Kesalahan yang terjadi
merupakan tanggungjawab penulis sedangkan kebenaran yang ada merupakan
karunia dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala
memberikan balasan dengan kebaikan-kebaikan kepada seluruh pihak yang telah
membantu penulis. Harapan penulis semoga tesis ini dapat memberikan kontribusi
positif dalam proses pembangunan dan bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Bogor, Oktober 2013
Kurniawan Dedy Cahyono

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

ix

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
2
5
5

2 TINJAUAN PUSTAKA
Investasi
Foreign Direct Investment
PDB (Produk Domestik Bruto)
Teori-Teori FDI
Kerangka Teoritis
Determinan FDI
PDB (Market Size)
Infrastruktur
Pasar Tenaga Kerja
Derajat Keterbukaan Ekonomi
Nilai Tukar
Suku Bunga
Hubungan FDI dan PDB
Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
Teori Pertumbuhan Neoklasikal Solow
Teori Pertumbuhan Endogen
Faktor-Faktor Lain yang Memengaruhi PDB
PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri)
Pengeluaran Pemerintah
Keterbukaan Ekonomi
Inflasi
Studi Penelitian Terdahulu
Determinan FDI dan Dampaknya terhadap PDB dan Pertumbuhan
Ekonomi
Determinan FDI
Dampak FDI terhadap PDB dan Pertumbuhan Ekonomi
Kerangka Pikir
Hipotesis

6
6
6
7
8
10
10
10
11
11
11
12
12
13
14
15
16
17
17
17
18
19
20

3 METODE PENELITIAN

25

20
20
21
23
24

Jenis dan Sumber Data
Analisis Deskriptif
Analisis Persamaan Simultan
Identifikasi Model
Metode 2SLS
Spesifikasi Model Penelitian
Uji Unit Root
Pemeriksaan Asumsi
Pemeriksaan Kenormalan
Pemeriksaan Multikolinieritas
Pemeriksaan Heteroskedastisitas
Pemeriksaan Autokorelasi
Uji Parameter Model
Uji F
Uji t
Koefisien Determinasi (R2)
Definisi Variabel Operasional

25
26
27
27
28
29
30
30
30
30
31
32
32
32
33
34
35

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan FDI di Indonesia
Perkembangan PDB dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Perkembangan Nilai Tukar Nominal dan Nilai Tukar Riil
Perkembangan Inflasi
Perkembangan Tingkat Upah Riil Buruh
Perkembangan Suku Bunga Riil
Perkembangan Realisasi PMDN
Perkembangan Pembangunan Infrastruktur
Keterbukaan ekonomi
Analisis Determinan FDI di Indonesia
Dampak FDI Terhadap PDB

36
36
39
40
41
42
42
43
45
46
47
50

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

53
53
53

DAFTAR PUSTAKA

54

LAMPIRAN

57

RIWAYAT HIDUP

76

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Rasio stok FDI per PDB negara-negara ASEAN (%)
Variabel yang digunakan dalam penelitian dan sumbernya
Identifikasi model persamaan simultan
Realisasi FDI di Indonesia berdasarkan 10 terbesar negara asal FDI
tahun 2012
5 Uji stasioneritas variabel penelitian
6 Hasil estimasi persamaan determinan FDI
7 Hasil estimasi persamaan dampak FDI terhadap PDB

3
25
30
38
47
49
50

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Realisasi FDI dan PMDN di Indonesia tahun 2003-2012
Rencana dan realisasi FDI di Indonesia tahun 2002-2007
Hubungan investasi dengan tingkat bunga riil
Hubungan investasi dengan output
Hubungan pengeluaran pemerintah dengan output
Kerangka pikir
Realisasi FDI di Indonesia tahun 1997-2012
Realisasi FDI menurut sektor ekonomi tahun 2005-2012
Rata-rata realisasi FDI menurut subsektor tahun 2005-2012
Nilai PDB riil dan pertumbuhan PDB riil Indonesia tahun 1997-2012
Nilai tukar nominal dan nilai tukar riil Indonesia 1997:1-2011:4
Inflasi Indonesia periode 1997:1-2011:4
Suku bunga riil periode 1997:1-2011:4
Rata-rata upah buruh per bulan di bawah mandor periode 1997:12011:4
Realisasi PMDN di Indonesia tahun 1997-2012
Realisasi PMDN berdasarkan sektor ekonomi tahun 2005-2012
Persentase PMDN berdasarkan subsektor tahun 2005-2012
Perkembangan PMTB pemerintah pusat tahun 1997-2011
Perkembangan keterbukaan ekonomi Indonesia periode 1997:1-2011:4
Rata-rata persentase impor menurut penggunaan barang tahun 19972011

1
2
12
14
18
23
36
37
38
39
40
41
42
43
44
44
45
46
46
52

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Ringkasan penelitian terdahulu
Uji unit root
Hasil estimasi persamaan FDI
Hasil estimasi persamaan PDB

57
62
68
72

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu komponen penting dalam pembangunan suatu negara adalah
investasi. Model Harrod-Domar telah menjelaskan tentang peranan investasi
terhadap pertumbuhan ekonomi melalui peran ganda yang dimiliki investasi yaitu
investasi mampu meningkatkan pendapatan dan investasi memperbesar kapasitas
produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal (Jhingan 2010).
Indonesia sebagai negara berkembang membutuhkan dana cukup besar
untuk menggerakkan perekonomian.
Pemerintah Indonesia tidak mampu
menyediakan dana untuk menggerakkan perekonomian tanpa peran pihak swasta.
Oleh karena itu, pemerintah berupaya menarik investor baik berasal domestik
yang disebut dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun investor
asing yang disebut Penanaman Modal Asing (PMA) atau Foreign Direct
Investment (FDI).
Sumber pembiayaan FDI ini oleh sebagian pengamat, merupakan sumber
pembiayaan luar negeri yang paling potensial dibandingkan dengan sumber yang
lain (Sarwedi 2002). FDI faktanya merupakan sarana penting di dalam transfer
teknologi dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi lebih besar
dibandingkan dengan dengan investasi domestik (Borenztein et al. 1998).
Data realisasi FDI dan PMDN di Indonesia menunjukkan bahwa investasi
asing lebih dominan dalam perekonomian Indonesia dibandingkan dengan
investasi yang berasal dari investor domestik. Gambar 1 menunjukkan capaian
realisasi FDI secara rata-rata mencapai dua sampai tiga kali lipat dibandingkan
dengan PMDN di Indonesia. Pada tahun 2012, realisasi FDI di Indonesia
mencapai 231.55 triliun rupiah atau sekitar 2.5 kali dibandingkan dengan realisasi
PMDN yang mencapai 92.18 triliun rupiah.

Realisasi FDI dan PMDN
(triliun rupiah)

250.00

231.55

200.00
136.15

150.00
100.00

93.58

86.88

170.85
147.10

104.87

92.18
76.00

60.63
54.61
46.45 39.70
45.75
38.02
50.00
31.74
23.55
21.12
12.43 16.98
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
FDI

PMDN

Sumber: BKPM (2012), diolah.
Gambar 1 Realisasi FDI dan PMDN di Indonesia tahun 2003-2012

2

Rencana dan realisasi FDI (miliar US$)

Pemerintah Indonesia sejak Orde Baru telah berupaya menarik investor
asing masuk ke Indonesia yaitu sejak tahun 1967 melalui penetapan UU No.
1/1967 tentang FDI, yang disempurnakan dengan UU No. 11/1970. Pada tahun
1973 dibentuk pula Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang bertujuan
mengkoordinasikan kebijakan penanaman modal, menyeleksi aplikasi investasi,
memberikan lisensi dan izin serta memberikan insentif investasi. Antusiasme
pemerintah juga tercermin dari berbagai paket regulasi dan deregulasi tentang FDI.
Perbaikan regulasi tentang FDI terus dilakukan dalam rangka menarik minat
investor asing menanamkan modalnya di Indonesia. Namun, berdasarkan data
masih terdapat gap antara rencana dan realisasi FDI di Indonesia. Gambar 2
menunjukkan bahwa banyak proyek FDI yang telah mendapatkan izin dari BKPM
namun tidak direalisasikan oleh perusahaan. Pada tahun 2002, rencana FDI di
Indonesia sebesar 9.99 miliar US$, namun hanya terealisasi sebesar 3.08 miliar
US$ atau hanya 30.83% saja. Demikian pada tahun 2007, proyek FDI yang telah
mendapat persetujuan BKPM sebesar 40.15 miliar US$, namun kenyataannya
hanya terealisasi sebesar 25.78% atau sebesar 10.35 triliun US$.
45.00

40.15

40.00
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00

14.30
10.47

9.99

10.00
5.00

13.64

3.08

5.45

15.66
10.35

8.92
5.98

4.57

0.00
2002

2003

2004

RENCANA

2005

2006

2007

REALISASI

Sumber: BKPM (2008).
Gambar 2 Rencana dan realisasi FDI di Indonesia tahun 2002-2007

Perumusan Masalah
Mengingat semakin ketatnya persaingan antara negara-negara tujuan FDI,
berbagai kebijakan umum di bidang penanaman modal telah ditempuh untuk
menarik FDI ke Indonesia. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
penanaman modal dipandang sebagai reformasi investasi paling penting yang
pernah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia (Tambunan 2011). Dalam UndangUndang ini telah memberikan jaminan dan perlindungan terhadap penanaman
modal, dalam bentuk kebebasan berusaha, repatriasi modal dan keuntungan dalam
mata uang asing, perlakuan yang sama, tidak akan ada nasionalisasi atau

3
ekspropiasi (kecuali atas kepentingan nasional dan berdasarkan Undang-Undang),
termasuk perlindungan hak kekayaan intelektual 1.
Undang-Undang ini diharapkan mampu menarik FDI lebih banyak lagi ke
Indonesia. Namun bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya di ASEAN,
Indonesia termasuk negara dengan arus FDI yang masih lemah. Salah satu
indikator yang digunakan adalah rasio stok FDI per PDB (Produk Domestik
Bruto). Rasio stok FDI per PDB di Indonesia pada tahun 2011 hanya sebesar
20,45% masih tertinggal dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia
(41,11%), Thailand (40,43%), Vietnam (60,31%) dan Kamboja (53,35%).
Tabel 1 Rasio stok FDI per PDB negara-negara ASEAN Tahun 1980-2011 (%)
Negara
1980
(1)
(2)
Indonesia
5.73
Malaysia
20.33
Filipina
2.82
Singapura
45.66
Thailand
3.03
Vietnam
59.10
Brunei Darussalam
0.33
Kamboja
5.29
Laos
0.67
Myanmar
0.09
Sumber: UNCTAD (2013).

1985
(3)
5.98
22.80
5.98
60.03
5.14
30.25
0.54
3.58
0.09
0.08

1990
(4)
6.95
22.57
10.22
82.57
9.66
25.49
0.94
2.22
1.45
5.44

1995
2000 2005
2011
(5)
(6)
(7)
(8)
9.32 15.20 14.41 20.45
31.15 56.24 32.23 41.11
13.69 23.92 15.17 12.26
78.21 119.26 162.44 203.78
10.53 24.38 34.24 40.43
34.48 66.07 58.93 60.31
13.55 64.44 96.76 76.15
10.75 43.08 39.26 53.35
12.47 35.58
2485 32.23
15.6 44.14 39.52 16.87

Berbagai kebijakan yang dilakukan berbagai negara khususnya negara
berkembang dalam menarik FDI didasarkan pada keyakinan akan adanya dampak
positif yang didapatkan dari arus masuk FDI ke negaranya. Alfaro (2003)
menyatakan bahwa para pengambil kebijakan dan akademisi berpendapat bahwa
Foreign Direct Investment (FDI) mempunyai dampak positif bagi pembangunan
negara tujuan FDI (host countries). FDI merupakan sumber transfer teknologi dan
pengetahuan yang bermanfaat bagi perusahaan-perusahaan lokal. Sehingga
mampu mendorong perekonomian.
Namun, dampak FDI terhadap perekonomian negara tujuan masih menjadi
perdebatan. El Wassal (2012) menyatakan bahwa secara teoritis terdapat tiga
pandangan tentang dampak FDI terhadap negara tujuan FDI yaitu “positive view”,
“negative view” dan “dependent impact” view. Positive view beranggapan bahwa
FDI akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi berdasarkan model
pertumbuhan neoklasikal dan pertumbuhan endogen. Negative view beranggapan
bahwa FDI akan berdampak negatif terhadap perekonomian negara tujuan FDI.
Sedangkan dependent impact view beranggapan bahwa dampak FDI terhadap
pertumbuhan ekonomi negara tujuan tergantung kemampuan negara tujuan FDI
tersebut dalam menyerap teknologi asing.
Perdebatan dalam teori telah beralih ke dalam berbagai penelitian ilmiah di
berbagai negara dan menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Ruxanda dan
1

Gita Wirjawan (2010) dalam kata pengantar buku Ikhtisar Ketentuan Penanaman Modal.

4
Muraru (2010) dalam penelitiannya di Rumania, Agrawal dan Khan (2011) di
China dan India serta Ayanwale (2007) di Nigeria menyimpulkan adanya dampak
positif FDI terhadap PDB di negara-negara tersebut. Makki dan Somwaru (2004)
juga menyimpulkan bahwa FDI berdampak positif terhadap pertumbuhan
ekonomi di negara-negara berkembang. Anwar dan Nguyen (2010) di Vietnam
juga mendapatkan kesimpulan yang sama yaitu adanya pengaruh positif FDI
terhadap pertumbuhan ekonomi Vietnam.
Berbeda dengan penelitian-penelitian di atas, Falki (2009) menyimpulkan
adanya dampak negatif FDI terhadap peningkatan PDB di Pakistan. Louzi dan
Abadi (2011) menyimpulkan bahwa FDI tidak signifikan memengaruhi
peningkatan PDB di Yordania. Sedangkan El Wassal (2012) menyimpulkan
bahwa dampak FDI terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara Arab sangat
terbatas.
Jalan tengah dari perdebatan antara kelompok positive view dan negative
view yaitu dependent impact view. Dampak positif FDI terhadap perekonomian
tergantung dari kondisi negara penerima FDI tersebut. Borensztein et al. (1998)
menyimpulkan bahwa dampak FDI terhadap pertumbuhan ekonomi tergantung
dengan kualitas human capital yang dimiliki oleh host country. Produktivitas FDI
akan terjadi bila host country memiliki batas minimum stok human capital. FDI
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi hanya ketika host country
memiliki kemampuan menyerap teknologi yang cukup. Namun, FDI tidak akan
berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi atau bahkan berdampak negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara yang memiliki kualitas human
capital yang rendah.
Penelitian tentang determinan FDI serta dampak FDI terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia dilakukan dengan berbagai pendekatan dan metode baik
secara time series seperti Kurniati et al. (2007), Sarwedi (2002) serta Anastasia
(2010) maupun data panel diantaranya Effendi dan Soemantri (2003), Kholis
(2012), Amin (2011), Fikri (2008). Namun, kebanyakan penelitian tersebut belum
mempertimbangkan permasalahan endoginity antara FDI dan PDB. FDI dapat
menjadi mesin yang mendorong peningkatan PDB, namun di sisi lain,
peningkatan PDB dapat menjadi faktor penarik bagi investor asing untuk
menanamkan modalnya (Ayanwale 2007).
Penelitian ini melengkapi penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya.
Permasalahan endoginity antara FDI dan PDB diatasi dengan menggunakan
persamaan simultan sehingga kemungkinan bias dan ketidakkonsistenan
parameter estimasi yang dihasilkan dapat dihindari.
Berdasarkan latar belakang yang sudah disampaikan sebelumnya, beberapa
masalah yang ingin dianalisis dalam tulisan ini antara lain:
1.
Apakah determinan masuknya FDI ke Indonesia?
2.
Bagaimanakah dampak FDI terhadap PDB di Indonesia?

5
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
antara lain:
1.
Menganalisis determinan masuknya FDI ke Indonesia
2.
Menganalisis dampak FDI terhadap PDB di Indonesia

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada
pemerintah tentang determinan FDI ke Indonesia dan bagaimana dampaknya
terhadap PDB di Indonesia. Bagi pembaca diharapkan dapat digunakan untuk
menambah wawasan dan sebagai salah satu bahan acuan untuk melakukan
penelitian lebih lanjut. Selanjutnya bagi penulis, penelitian ini merupakan sarana
untuk mendalami ilmu di bidang ekonomi.

6

2 TINJAUAN PUSTAKA
Investasi
Investasi adalah arus pengeluaran yang menambah stok modal (Dornbusch
et al. 2004). Menurut Mankiw (2007), investasi perekonomian tidak mencakup
pembelian yang hanya merelokasi aset-aset yang ada diantara individu-individu
yang berbeda namun investasi menciptakan modal baru. Investasi terdiri dari
barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan. Investasi dibagi
menjadi tiga subkelompok: investasi tetap bisnis, investasi tetap residensial dan
investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah pembelian pabrik dan peralatan
baru oleh perusahaan, investasi tetap residensial adalah pembelian rumah baru
oleh rumah tangga dan tuan tanah sedangkan investasi persediaan adalah
peningkatan dalam persediaan barang perusahaan.
Investasi atau kegiatan penanaman modal menurut UU No. 25 Tahun
2007 adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik penanam modal dalam
negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2007,
Penanaman Modal adalah investasi berupa aktiva tetap berwujud termasuk tanah
yang digunakan untuk kegiatan utama usaha, baik untuk penanaman modal baru
maupun perluasan dari usaha yang telah ada.

Foreign Direct Investment
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
mendefinisikan Foreign Direct Investment (FDI) atau dikenal dengan penanaman
modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah
Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri.
FDI adalah proses dimana pelaku ekonomi (perorangan maupun perusahaan
dari suatu negara (negara asal) memperoleh kepemilikan aset dengan tujuan untuk
mengontrol produksi, distribusi dan aktivitas lainnya dari suatu perusahaan di
negara lain (host country) (Moosa 2002).
Krugman dan Obstfeld (2004) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
FDI adalah suatu arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara
mendirikan atau memperluas operasi atau jaringan bisnisnya di negara-negara
lain. Satu ciri menonjol dari FDI ini adalah hal tersebut melibatkan bukan hanya
pemindahan sumberdaya, akan tetapi juga memberlakukan pengendalian (control)
asing (pemilik modal). Artinya, cabang atau anak perusahaan itu tidak hanya
diikat dengan kewajiban finansial kepada induk perusahaannya, akan tetapi secara
keseluruhan ia adalah bagian integral dari struktur organisasi perusahaan induk,
sehingga anak atau cabang perusahaan ini merupakan perpanjangan tangan
perusahaan induk yang berada di negara asalnya. Segala macam keputusan puncak
diambil dari pusat.
Data realisasi FDI yang dipublikasikan oleh BKPM bersumber dari LKPM
(Laporan Kegiatan Penanaman Modal) yang dilaporkan secara rutin oleh investor.

7
Realiasasi FDI adalah kegiatan investasi yang sudah direalisasikan oleh
perusahaan dalam bentuk kegiatan nyata yang sudah menghasilkan produksi
barang/jasa dan perusahaan sudah memperoleh Izin Usaha Tetap (IUT) dari
Pemerintah (BKPM). Proyek-proyek FDI yang masih dalam pembangunan belum
tercatat realisasi investasi.
Data Realisasi FDI tidak termasuk investasi sektor minyak dan gas bumi,
perbankan, lembaga keuangan non bank, asuransi, sewa guna usaha, investasi
yang perizinannya dikeluarkan oleh instansi teknis/sektor, investasi portofolio
(pasar modal) dan investasi rumahtangga 2.

PDB (Produk Domestik Bruto)
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan indikator penting untuk
mengetahui kondisi perekonomian di suatu negara. PDB merupakan nilai tambah
yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara atau merupakan
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang diterima oleh seluruh unit ekonomi. PDB
menyatakan pendapatan total atau pengeluaran total nasional atas output barang
dan jasa (Mankiw 2007). Nilai PDB dapat dihitung melalui tiga pendekatan, yakni
pendekatan produksi, pendapatan dan pengeluaran (Dornbusch et al. 2004).
Pendekatan produksi dan pendapatan merupakan pendekatan dari sisi penawaran
agregat (Aggregate Supply), sedangkan pendekatan pengeluaran merupakan
pendekatan dari sisi permintaan agregat (Aggregate Demand).
PDB pendekatan produksi (PDB sektoral/PDB berdasarkan lapangan usaha)
merupakan penjumlahan Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh seluruh
aktivitas ekonomi di suatu wilayah tertentu selama periode tertentu (biasanya satu
tahun). PDB dengan pendekatan produksi disajikan dalam sembilan sektor
lapangan usaha, yakni: pertanian; pertambangan dan penggalian; industri
pengolahan; listik, gas dan air bersih; konstruksi; perdagangan, hotel dan restoran;
transportasi dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan jasajasa.
PDB dengan pendekatan pendapatan dihitung berdasarkan jumlah
pendapatan atau balas jasa yang diterima oleh semua faktor produksi yang
digunakan dalam proses produksi di semua sektor. Balas jasa atau pendapatan
berupa upah/gaji untuk pemilik tenaga kerja, bunga atau hasil investasi bagi
pemilik modal, sewa tanah bagi pemilik lahan serta keuntungan bagi pengusaha.
PDB dari sisi pengeluaran dihitung sebagai penjumlahan semua komponen
permintaan akhir, yakni konsumsi rumah tangga (C), investasi (I), pengeluaran
pemerintah (G), serta ekspor bersih (X-M) dan dirumuskan sebagai:
� = � + � + � + (� − �)
(1)
Nilai PDB dengan semua pendekatan biasa dihitung dan disajikan dalam
dua bentuk yakni atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan pada tahun
dasar tertentu. Nilai PDB atas dasar harga konstan sering disebut sebagai PDB riil
dan mencerminkan nilai output yang dihitung dengan harga pada tahun dasar
tertentu. Perubahan PDB riil dari waktu ke waktu mencerminkan perubahan

2

http://www.bkpm.go.id/contents/p16/statistik/17

8
kuantitas dan sudah tidak mengandung unsur perubahan harga baik inflasi
maupun deflasi.

Teori-Teori FDI
Pilihan investor asing untuk menanamkan modalnya dalam bentuk FDI
dibandingkan modal lainnya dipengaruhi oleh kondisi negara penerima FDI (pull
factor) yang terdiri dari kondisi pasar, sumberdaya, daya saing, kebijakan yang
terkait dengan perdagangan dan industri serta kebijakan FDI itu sendiri. Selain itu
juga kondisi dan strategi dari penanam modal asing (push factor) yang
berinvestasi (Kurniati et al. 2007).
Keseluruhan determinan FDI dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori
yaitu: (1) kondisi perekonomian; (2) kebijakan host country. Kondisi
perekonomian terdiri dari market size, prospek pertumbuhan ekonomi, rate of
return, urbanisasi/industrialisasi, upah tenaga kerja, human capital, infrastruktur
fisik dan fundamental makroekonomi seperti inflasi, kebijakan pajak, utang luar
negeri dan sebagainya. Sedangkan kebijakan host country meliputi kebijakan
promosi kepemilikan pribadi, pasar finansial yang efisien, kebijakan liberalisasi
perdagangan, kebijakan FDI, resiko negara, kerangka hukum dan kualitas
birokrasi (Sahoo 2006).
Menurut Moosa (2002), beberapa teori yang menjelaskan tentang Foreign
Direct Investment (FDI) dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu: (a)
teori yang mengasumsikan pasar sempurna; (b) teori yang mengasumsikan pasar
tidak sempurna; (c) teori-teori lain; (d) teori yang berdasarkan variabel lainnya.
Beberapa teori-teori tersebut diantaranya:
1.
The Differential Rates of Return Hypothesis
Teori ini menjelaskan bahwa modal (capital) akan mengalir dari negara
dengan tingkat pengembalian rendah ke negara yang memiliki tingkat
pengembalian yang tinggi. Dalam ha1 ini FDI diputuskan dengan
mempertimbangkan marginal return dan marginal cost-nya tanpa
memperhitungkan resiko (risk neutrality).
Teori ini tidak mampu menjelaskan bila suatu negara memiliki FDI masuk
(inflow FDI) dan FDI keluar (outflow FDI) secara bersamaan. Karena teori ini
hanya menjelaskan FDI searah yaitu dari negara dengan tingkat pengembalian
rendah ke negara dengan tingkat pengembalian tinggi.
2. The Portofolio Diversification Hypothesis
Menurut teori ini bahwa keputusan dalam investasi terhadap suatu proyek
tidak hanya ditentukan oleh tingkat pengembaliannya tetapi juga besarnya resiko
yang dihadapi.
3.
The Market Size Hypothesis
Teori ini menyatakan bahwa besarnya FDI yang mengalir ke suatu negara
(host country) tergantung besarnya ukuran pasar (market size) dari negara tersebut
(host country). Besarnya market size diukur berdasarkan PDB atau berdasarkan
output dari perusahaan multinasional.
4.
The Industrial Organization Hypothesis
Teori ini menyatakan bahwa suatu perusahaan yang ingin terlibat dalam
aktivitas FDI harus memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan

9
perusahaan lokal. Hal ini disebabkan adanya perbedaan bahasa, budaya, sistem
hukum dan perbedaan antara negara lainnya membuat perusahaan lokal memiliki
keunggulan dibandingkan dengan perusahaan asing. Oleh karena itu, keunggulan
yang harus dimiliki oleh perusahaan asing diantaranya harus memiliki merk
(brand) terkenal, teknologi yang dipatenkan, kemampuan manajerial yang lebih
dibandingkan dengan perusahaan lokal serta keunggulan spesifik lainnya.
5.
The Internalization Hypothesis
Teori ini menjawab pertanyaan mengapa produksi suatu barang di lokasi
yang berbeda dilakukan oleh perusahaan yang sama, bukan oleh perusahaanperusahaan yang berbeda. Dengan kata lain, teori internalisasi (the internalization
hypothesis) membahas tentang faktor-faktor yang membuat suatu perusahaan
lebih menguntungkan untuk melakukan sendiri proses produksi daripada
menyerahkan kepada perusahaan lainnya.
Krugman dan Obstfeld (2004) menyatakan ada 2 pandangan yang berkenaan
dengan masalah dasar mengenai mengapa kegiatan-kegiatan usaha di banyak
negara yang berbeda akan lebih menguntungkan jika diintegrasikan ke dalam satu
perusahaan saja, yaitu, (1) keunggulan internalisasi melalui transfer teknologi
yaitu teknologi yang dimiliki oleh perusahaan induk hanya ditransfer ke anak
perusahaan, sehingga tidak akan ditiru oleh perusahaan-perusahaan lain; (2)
keunggulan internalisasi dengan terciptanya integrasi vertikal (vertical
integration) yaitu integrasi antara perusahaan hulu yang memproduksi suatu
produk yang merupakan input bagi perusahaan hilir dengan perusahaan hilir
tersebut, sehingga ketidakpastian dalam permintaan dan penawaran, konflik antara
perusahaan hulu dan hilir bila masing-masing monopoli dapat dihindari atau
paling tidak dikurangi.
6.
The Location Hypothesis
Teori ini menjawab pertanyaan mengapa suatu barang diproduksi di dua
(lebih) negara yang berbeda dan bukan di satu negara saja. Menurut teori ini, FDI
muncul karena immobilitas internasional beberapa faktor produksi seperti tenaga
kerja dan sumberdaya alam. Hal ini menyebabkan perbedaan biaya faktor
produksi diantara lokasi-lokasi produksi. Sehingga FDI akan cenderung memilih
lokasi yang memiliki biaya faktor produksi yang murah.
7.
The Eclectic Theory
Teori ini dikembangkan oleh Dunning dengan mengintegrasikan antara
industrial organization hypothesis, the internalization hypothesis dan the location
hypothesis. Teori ini berusaha membangun suatu model yang menjelaskan
motivasi perusahaan dalam memperluas usaha untuk memenuhi permintaan pasar
melalui FDI dan bukan melalui jalur lainnya misalnya ekspor. Menurut teori ini
ada tiga kondisi penting yang harus menjadi pertimbangan bila suatu perusahaan
terlibat dalam akivitas FDI.
Pertama, perusahaan ini harus memiliki keunggulan komparatif
dibandingkan dengan perusahaan lain yang timbul dari kepemilikan (ownership)
dari beberapa intangible assets. Hal ini disebut ownership advantages, seperti hak
paten terhadap teknologi tertentu, merk dagang yang dilindungi hak paten,
kekuatan monopoli, kemampuan differensiasi produk, kapasitas sumberdaya yang
lebih baik, akses terhadap barang mentah, akses ke pasar finansial yang murah
dan sebagainya.

10
Kedua, keuntungan internalisasi (internalization advantages) yang mengacu
pada faktor-faktor yang membuat suatu perusahaan lebih menguntungkan untuk
melakukan sendiri proses produksi di luar negeri daripada menyerahkan proses
produksi tersebut kepada perusahaan lainnya. Harus lebih menguntungkan bagi
perusahaan yang melakukan aktivitas FDI untuk menggunakan keunggulan
kepemilikan (ownership advantages) daripada menjual ataupun menyewakan
kepada perusahaan lain. Internalisasi ini dilakukan diantaranya dalam rangka
menjaga kualitas produk, mengontrol suplai dan kondisi penjualan input serta
mengontrol penjualan produk.
Ketiga, keunggulan lokasi (location advantages) yang berkaitan dengan
faktor-faktor yang menguntungkan untuk melakukan produksi di negara tujuan
(host country) daripada negara asal (home country). Suatu perusahaan yang
memiliki keunggulan kepemilikan (ownership advantages) serta keunggulan
internalisasi akan berproduksi di luar negeri (host country) bila terdapat
keunggulan lokasi (location advantages) yang dimiliki host country tersebut,
misalnya tenaga kerja murah, produktivitas tenaga kerja tinggi dan sebagainya.

Kerangka Teoritis
Determinan FDI
PDB (Market Size)
Market size (ukuran pasar) merupakan faktor penting yang menentukan
jumlah FDI yang masuk ke suatu negara. Argumen pentingnya pasar sebagai
determinan masuknya FDI didasari dari teori skala ekonomi. Pasar yang besar
mampu memberikan kesempatan yang lebih besar terhadap realisasi dan
eksplorasi skala ekonomi (Chunlai 1997). Pasar yang cukup besar memungkinkan
untuk spesialisasi faktor produksi sehingga akan tercapai minimisasi biaya
produksi. Indikator market size dihitung berdasarkan penjualan dari perusahaan
multinasional di negara tersebut atau besarnya PDB di suatu negara (Moosa
2002).
Chunlai (1997) menyebutkan bahwa terdapat tiga argumen dasar tentang
pentingnya market size terhadap masuknya FDI di suatu wilayah:
• Untuk FDI yang berorientasi pasar domestik dan FDI di non-tradeable
sector, khususnya di sektor jasa, pasar domestik merupakan determinan
penting yang mempengaruhi keputusan lokasi FDI.
• Untuk FDI yang berorientasi ekspor, pasar domestik yang besar mampu
menyediakan lebih banyak peluang bagi industri dan perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan eksternalitas dari skala ekonomi dan efek
spillover.
• Perekonomian yang besar tidak hanya menciptakan aktivitas ekonomi
yang lebih berkesinambungan tapi juga dapat menyediakan lebih banyak
peluang untuk diversifikasi ekonomi.
Chunlai (1997) dalam penelitiannya tentang determinan FDI di negaranegara berkembang menyimpulkan bahwa besarnya PDB sebagai proxy market
size merupakan faktor yang signifikan yang mampu menarik FDI masuk ke suatu
negara. Kurniati et al. (2007) menyimpulkan bahwa peningkatan PDB yang
mengindikasikan adanya pertambahan besarnya pasar berpengaruh signifikan

11
terhadap masuknya FDI di negara-negara negara-negara Asia Tenggara, Korea,
China dan India.
Infrastruktur
Infrastruktur yang baik akan menarik investasi. Faktanya, investor asing
berinvestasi pada host country yang memiliki fasilitas infrastruktur standar
internasional karena efisien infrastruktur akan membantu mengurangi biaya
transaksi (Anwar dan Nguyen 2010). Berbagai indikator infrastruktur digunakan
dalam penelitian-penelitian. Anwar dan Nguyen (2010) menggunakan variabel
telepon per 1000 penduduk sebagai proxy infrastruktur dan menyimpulkan bahwa
variabel infrastruktur berpengaruh positif terhadap arus masuk FDI di Vietnam.
Kurniati et al. (2007) menggunakan proxy pengeluaran transportasi dan
komunikasi per PDB sebagai proxy pembangunan infrastruktur dan
menyimpulkan bahwa variabel infrastruktur merupakan salah satu faktor penarik
FDI ke negara-negara Asia Tenggara, China, Korea dan India.
Pasar Tenaga Kerja
Salah satu daya tarik dari negara-negara berkembang dalam menarik arus
FDI masuk adalah pasar tenaga kerja di negara tersebut baik dalam hal upah
tenaga kerja, ketersediaan serta produktivitas. Para ekonom menekankan faktor
upah tenaga kerja sebagai faktor pendorong masuknya FDI ke negara-negara
berkembang, karena upah yang murah merupakan keunggulan komparatif yang
dimiliki oleh negara-negara berkembang dibandingkan dengan negara-negara
maju (Anwar dan Nguyen 2010).
Tingkat upah berkorelasi negatif dengan arus FDI masuk yaitu bahwa
kenaikan tingkat upah di host country berarti peningkatan biaya produksi yang
akan berakibat pada penurunan produksi dan juga akan menurunkan arus FDI
(Moosa 2002).
Hipotesis ini telah dibuktikan oleh Anwar dan Nguyen (2010), Kurniati et
al. (2007) yang menyimpulkan bahwa upah tenaga kerja berkorelasi negatif
dengan arus FDI masuk. Artinya kenaikan upah tenaga kerja menyebabkan
penurunan masuknya FDI ke suatu negara.
Derajat Keterbukaan Ekonomi
Rasio ekspor ditambah impor per PDB biasanya dijadikan indikator
keterbukaan ekonomi suatu wilayah (Chunlai, 1997). Ekonom berpendapat bahwa
pengaruh derajat keterbukaan ekonomi terhadap arus FDI masuk tergantung dari
motif FDI tersebut. Bila motif FDI adalah market-seeking (berorientasi pasar)
maka keterbukaan ekonomi berdampak negatif terhadap arus masuk FDI. Hal ini
disebabkan FDI berorientasi pasar bertujuan menghindari hambatan perdagangan.
Sehingga penurunan derajat keterbukaan ekonomi (peningkatan hambatan
perdagangan) akan meningkatkan FDI (Anwar dan Nguyen 2010). Akan tetapi,
keterbukaan ekonomi juga dapat menstimulasi arus FDI. Vertikal FDI, yang
berkepentingan dengan arus input antara dan barang setengah jadi baik ke dalam
maupun keluar host country, akan diuntungkan dengan adanya keterbukaan
ekonomi yang lebih tinggi (Lim 2001).

12
Nilai Tukar
Aliber (1970,1971) dalam Moosa (2002) mengajukan hipotesis yang
mencoba untuk menjelaskan pengaruh kekuatan relatif dari berbagai mata uang
terhadap FDI. Hipotesis ini mendalilkan bahwa perusahaan di negara dengan mata
uang yang kuat cenderung berinvestasi di luar negeri, sementara perusahaan di
negara dengan mata uang yang lemah tidak memiliki kecenderungan itu. Dengan
kata lain, negara yang memilki mata uang yang kuat akan cenderung menjadi
sumber FDI (home country), sedangkan negara yang memiliki mata uang yang
lemah cenderung menjadi negara tujuan FDI (host country). Hipotesis ini
didasarkan pada hubungan di pasar modal, resiko nilai tukar dan preferensi pasar
dalam memegang aset didominasi di mata uang yang kuat.
Efek besarnya nilai tukar terhadap FDI tergantung dari tujuan barang
tersebut diproduksi. Bila investor bertujuan untuk pasar lokal (FDI horisontal),
kemudian FDI dan perdagangan bersifat substitusi, maka apresiasi mata uang host
country akan meningkatkan masuknya FDI. Namun, apabila FDI bertujuan untuk
re-export serta FDI dan perdagangan bersifat komplemen, maka apresiasi mata
uang host country akan menurunkan masuknya FDI ke suatu negara, karena
melemahnya kompetisi (Moosa 2002).
Kurniati et al. (2007) menemukan hubungan negatif antara FDI dan nilai
tukar di negara-negara Asia Tenggara, Korea, China dan India. Indikator yang
digunakan adalah nilai tukar riil efektif. Apresiasi nilai tukar yang terjadi di suatu
negara akan mengakibatkan investasi di negara tersebut relatif lebih mahal
dibandingkan di negara lain atau bahkan di negara investor sendiri.
Suku Bunga
Tingkat bunga merupakan faktor penentu dalam pengambilan keputusan
berinvestasi (Mankiw 2007). Tingkat bunga yang dimaksud disini adalah tingkat
bunga riil. Tingkat bunga riil mengukur biaya pinjaman yang sebenarnya sehingga
menentukan jumlah investasi.
Kegiatan investasi akan dilaksanakan apabila tingkat pengembalian modal
lebih besar atau sama dengan tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga maka
tingkat investasi yang dilakukan akan mengalami penurunan. Ketika terjadi
penurunan suku bunga maka investasi akan mengalami peningkatan. Hal ini
disebabkan investor akan menambah pengeluaran investasi apabila keuntungan
yang diharapkan dari investasi lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku
bunga.
Suku Bunga Riil, r

Fungsi Investasi, I(r)
Kuantitas Investasi, I

Sumber: Mankiw (2007).
Gambar 3 Hubungan investasi dengan tingkat bunga riil

13
Hubungan FDI dan PDB
Dampak FDI terhadap PDB suatu negara baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat ditelusuri dari teori-teori ekonomi seperti teori makro
Keynes, teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar, teori pertumbuhan ekonomi
neoklasikal (Solow) dan teori pertumbuhan Endogen.
Teori Makro Keynes
Investasi merupakan komponen penting bagi pembentukan PDB, sehingga
pertumbuhan investasi akan secara langsung memengaruhi pertumbuhan ekonomi.
FDI merupakan salah satu bentuk investasi yang berasal dari luar negeri.
Hubungan antara FDI sebagai salah satu komponen investasi dengan PDB
(output) dapat digambarkan dengan memadukan grafik fungsi investasi, kurva
perpotongan Keynesian serta kurva IS. Fungsi investasi menggambarkan
hubungan antara investasi dan suku bunga sedangkan kurva perpotongan
Keynesian menggambarkan hubungan tingkat investasi dengan pendapatan
(output). Sedangkan kurva IS merangkum hubungan antara tingkat suku bunga,
investasi dan tingkat pendapatan (output).
Investasi merupakan komponen penting bagi pembentukan PDB, sehingga
pertumbuhan investasi akan secara langsung memengaruhi pertumbuhan ekonomi.
FDI merupakan salah satu bentuk investasi yang berasal dari luar negeri.
Hubungan antara FDI sebagai salah satu komponen investasi dengan PDB
(output) dapat digambarkan dengan memadukan grafik fungsi investasi, kurva
perpotongan Keynesian serta kurva IS. Fungsi investasi menggambarkan
hubungan antara investasi dan suku bunga sedangkan kurva perpotongan
Keynesian menggambarkan hubungan tingkat investasi dengan pendapatan
(output). Sedangkan kurva IS merangkum hubungan antara tingkat suku bunga,
investasi dan tingkat pendapatan (output).
Berdasarkan fungsi investasi (Gambar a), investasi memiliki hubungan
terbalik dengan tingkat bunga. Kenaikan suku bunga r1 menjadi r2 akan
mengurangi jumlah investasi yang direncanakan dari I(r1) ke I(r2). Penurunan
investasi yang direncanakan tersebut akan menggeser fungsi pengeluaran yang
direncakan ke bawah sehingga akan menurunkan tingkat pendapatan (output) dari
Y1 ke Y2 (Gambar b).

14
(b) Perpotongan Keynesian
Pengeluaran aktual

Pengeluaran
E

Pengeluaran yang
direncanakan

∆I

Y2
(a) Fungsi Investasi
Tingkat
bunga, r

Y1

Pendapatan
, output, Y

(c) Kurva IS

Tingkat
bunga, r

r2

r2
r1

∆I
I(r2)

IS

r1
I(r)
I(r1) Investasi, I

Y2

Y1 Pendapatan
, output, Y

Sumber: Mankiw (2007).
Gambar 4 Hubungan investasi dan output
Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
Harrod dan Domar merupakan pengembangan dari teori makro Keynes.
Analisis Keynes dianggap kurang lengkap karena tidak mengungkapkan masalahmasalah ekonomi dalam jangka panjang. Sedangkan teori Harrod-Domar
menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar suatu perekonomian dapat
tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang (Arsyad 2010).
Harrod Domar memberikan peranan kunci kepada investasi dalam proses
pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi.
Pertama, investasi meningkatkan pendapatan, dan kedua investasi memperbesar
kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal. Yang
pertama dapat disebut sebagai “dampak permintaan” investasi dan yang kedua
dapat disebut sebagai “dampak penawaran” investasi (Jhingan 2010).
Teori Harrod Domar melihat pengaruh investasi dalam perspektif waktu
yang lebih panjang. Pengeluaran investasi (I) tidak hanya mempunyai pengaruh
(lewat proses multiplier) terhadap permintaan agregat (kurva AD), tetapi juga
terhadap penawaran agregat (kurva AS) melalui pengaruhnya terhadap kapasitas
produksi (Prasetyo 2012).
Model pertumbuhan Harrod-Domar didasarkan pada tiga asumsi dasar
(Todaro dan Smith 2006), yaitu:

15
Pertama, setiap perekonomian harus mencadangkan atau menabung (�)
sebagian tertentu (�) dari pendapatan nasional (�) untuk menambah atau
menggantikan barang modal yang telah rusak:
� = ��
(3)
Kedua, perekonomian berada pada keseimbangan, dimana investasi yang
direncanakan sama dengan tabungan yang direncanakan. Investasi didefinisikan
sebagai perubahan kapital K atau � = ∆�
� = � = ∆�
(4)
Ketiga, investasi dipengaruhi oleh ekspektasi kenaikan pendapatan nasional
(∆�) dan rasio modal output k yang dikenal dengan Incremental Capital Output
Rasio (ICOR) atau
∆�

dan dapat
� = � ���� � = ∆� ) , sehingga � = � = �� = ∆� = �∆�
diringkas menjadi:
∆�

�� = �∆� ���� � = �
(5)
Persamaan di atas mengilustrasikan bahwa pertumbuhan ekonomi
ditentukan oleh tingkat tabungan s dan rasio kapital output k. Agar perekonomian
dapat tumbuh pesat maka setiap perekonomian harus menabung dan
menginvestasikan sebanyak mungkin dari pendapatan nasional yang diperolehnya.
Semakin banyak tabungan dan kemudian diinvestasikan, maka semakin cepat pula
perekonomian akan tumbuh.
Menurut model Harrod-Domar kunci pertumbuhan ekonomi adalah terletak
pada kemampuan negara mengakumulasikan tabungan domestik. Permasalahan
yang dihadapi negara sedang berkembang adalah adanya kesenjangan antara
kebutuhan investasi dan kemampuan mengakumulasikan tabungan. Dalam hal ini
FDI berperan dalam mengurangi saving investment gap.
Teori Pertumbuhan Neoklasikal Solow
Model ini dirancang untuk menunjukkan bagaimana pertumbuhan
persediaan modal, angkat