Analisis inflasi, gross domestic product, net performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional, net margin terhadap return on asset perbankan syariah di Indonesia periode 2010-2013
ANALISIS INFLASI, GROSS DOMESTIC PRODUCT, NET PERFORMING FINANCING, BIAYA OPERASIONAL DAN PENDAPATAN
OPERASIONAL, NET MARGIN TERHADAP RETURN ON ASSET PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2010-2013
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh: Yoga Dwidingga NIM. 208084000013
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
ANALISIS INFLASI, GROSS DOMESTIC PRODUCT, NET PERFORMING FINANCING, BIAYA OPERASIONAL DAN PENDAPATAN
OPERASIONAL, NET MARGIN TERHADAP RETURN ON ASSET PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2010-2013
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Yoga Dwidingga NIM. 20804000013
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag.,M.H Ali Rama. SE., M.Ec
NIP. 19750101 200501 1 008 NIP. 2028068401
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(3)
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Jumat, Tanggal 8 November 2014 telah dilakukan ujian komprehensif atas Mahasiswa:
1. Nama : Yoga Dwidingga
2. NIM : 208084000013
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Ekonomi Islam 4. Judul Skripsi : Analisis Inflasi, Gross Domestic Product, Net Performing
Financing, Biaya Operasional dan Pendapat Operasional, Net Margin Terhadap Return On Asset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010 - 2013.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 November 2014
1. Roikhan Mochamad Aziz, Dr., MM ( )
NIDN. 0325067004 Ketua
2. Zuhairan Yunmi Yunan, SE, M. Sc ( )
NIP. 19800416 200912 1 002 Sekretaris
3. M. Hartana I.P, M.Si ( )
(4)
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, tanggal 22 April 2015 telah dilakukan ujian Skripsi atas Mahasiswa:
1. Nama : Yoga Dwidingga
2. NIM : 208084000013
3. Jurusan : IESP Ekonomi Islam
4. Judul Skripsi : Analisis Inflasi, Gross Domestic Product, Net Performing Financing, Biaya Operasional dan Pendapat Operasional, Net Margin Terhadap Return On Asset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010 - 2013.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan IESP Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 April 2015
1. Leis Suzanawaty, SE,. M.Si ( )
NIP. 19720809 200501 2 004 Ketua
2. Zaenal Muttaqin, MPP ( )
NIP. 19790503 201101 1 006 Sekretaris
3. Arief Fitrijanto, M.Si ( )
NIP. 19711118 200501 1 003 Penguji Ahli
4. Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag.,M.H ( )
NIP. 19750101 200501 1 008 Pembimbing I
5. Ali Rama. SE., M.Ec ( )
(5)
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Nama Mahasiswa : Yoga Dwidingga
NIM : 20808400013
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : IESP Ekonomi Islam
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 25 Maret 2015
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A.Data Pribadi
1. Nama : Yoga Dwidingga
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Mei 1990
3. Alamat : Perum. Reni Jaya Blok E 16/16 RT 01 RW 08 Pondok Petir Bojongsari-Depok
4. Agama : Islam
5. Nama Ayah : Hasnedi Hasan 6. Nama Ibu : Endang Dara 7. Nomor Telepon : 081268820681
8. E-mail : Yoga.9090@gmail.com
B.Data Pendidikan Formal
1. 1996 - 2002 : SDI Nurul Hidayah Reni Jaya 2. 2002 - 2005 : SMP Muhammadiyah 22 Pamulang 3. 2005 - 2008 : SMA Muhammadiyah 25 Pamulang
4. 2008 - 2015 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (Ekonomi Islam).
(7)
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the influence Inflation, GDP (gross domestic product), NPF (net performing financing), BOPO (operational cost and operational income) and NM (net margin) toward ROA (return on asset) partially and simultaneously. The method that writer applied is multiple regression linear. The data are secondary, based on finance report 4 years for every three months. The results show that are simultaneous influence of variable Inflation, GDP (gross domestic product), NPF (net performing financing), BOPO (operational cost and operational income) and NM (net margin) toward ROA (return on asset). The result also show there is a significant partially influence toward ROA (return on asset), whereas GDP (gross domestic product) has no partially Influence toward ROA (return on asset). The result adjusted R square show that the influence of inflation, GDP (gross domestic product), NPF (net performing financing), BOPO (operational cost and operational income) and NM (net margin) toward ROA are 84,9% and the rest 15,1% was affected by other variables and not included into this regression analysis.
Keyword: inflation, GDP (gross domestic product), NPF (non performing financing), BOPO (operational cost and operational income), NM (net margin), return on asset (ROA)
(8)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel Inflasi, GDP (gross domestic product), NPF (non performing financing), BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional), NM (net margin) terhadap ROA (return on asset) secara parsial dan secara simultan. Metode pengolahan data yang digunakan peneliti adalah analisis regresi berganda. Data yang diperoleh merupakan data sekunder berdasarkan laporan keuangan dalam kurun waktu 4 tahun dan di ambilnya selama 3 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada variabel Inflasi, GDP (Gross Domestic Pruduct), NPF (Non Performing Financing), BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) dan NM (net margin) terhadap return on asset (ROA). Hasil penelitian ini juga menunjukkan variabel Inflasi, NPF (Non Performing Financing), BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) dan NM (net margin) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset, sedangkan GDP (Gross Domestic Pruduct) tidak berpengaruh secara parsial terhadap return on asset. Hasil adjusted R square ditemukan bahwa pengaruh Inflasi, GDP (Gross Domestic Pruduct), NPF (Non Performing Financing), BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) dan NM (net margin) terhadap return on asset dapat dijelaskan sebesar 84,9% sedangkan sisanya sebesar 15,1% % dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk kedalam analisis regresi ini.
Kata kunci: inflasi, GDP (gross domestic product), NPF (non performing financing), BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional), NM (net margin), return on asset (ROA)
(9)
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaanirrahiim
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi dengan judul “Analisis Inflasi, Gross Domestic Product, Net Performing Financing, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional, Net Margin, Terhadap Return On Asset Perbankan Syariah Di Indonesia”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan tingkat Strata 1 (S1) pada Program Studi IESP, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Teruntuk kedua orang tuaku tercinta Ibunda Endang Dara dan Ayahanda Drs. Hasnedi Hasan, M.Si, serta kakaku Yogi Waldingga, S.Pi dan Hasna Zanira, S.Psi, adikku Yola Putridingga dan juga Nenek, Ibu, mama Sifa, om Joko dan Keluarga, Alm.om Toto dan Keluarga, om Bimo dan Keluarga, om Indra dan Keluaarga, tante Dewi dan Keluarga, om David dan Keluarga, tante Lia dan Keluarga yang telah melimpahkan segenap tenaga baik batin maupun lahiriah dan mengucurkan doa yang tak pernah berhenti serta cinta dan kasih sayangnya yang tak tergantikan dalam setiap langkah penulis lakukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Qaffah Silma Azas. S.Far, atas segala doa, kasih sayang, pengertian, semangat dan bantuannya.
3. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag.,M.H, selaku sebagai Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama
(10)
penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan selama ini.
4. Bapak Ali Rama. SE., M.Ec, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, semangat, dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan selama ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada peneliti selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
6. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
7. Kawan-kawan seperjuangan khususnya IESP non reguler angkatan 2008 yang sama-sama berjuang dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas akhir kuliah. Serta khususnya kepada kawan seperjuangan M. Rafi Maulana, Wahyu Saputro, Rizky Aryo, Wahito, Azwar Annas. Terima kasih untuk tambahan ilmu, semangat, motivasi, canda tawa dan kasih sayang selama ini, semoga persahabatan kita selalu selamanya.
8. Kawan-kawan pejuang akhir Non Reguler 2008 Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang terdiri dari Aljuni Jodi, Fandy Prasetyo, Azizul Rasyid, Derry Sapta, Suhendri Prayoga, Dendy Sumawan, Indra Nugroho, Alfit Pipit, Tutur Wichaksono. Terima kasih untuk kebersamaan kalian, semoga silaturahmi kita tetap terus terjaga.
(11)
9. Kawan-kawan kosan Kerta Mukti untuk motivasi semangat berjuang bersama dan lulus. Djabon, Dani kwen, Bone, Nanang Heriyanto, Angga Nasution, Muchlis Satriyo, Yadi Nur, Asep, Adul, M.Fatan, Hafizul Huda, Rifky Zulkarnain.
10. Kawan-kawan yang diluar kampus yang terdiri dari Geibril Kafrawi, Prasetyo Chandra, Bang Andri dan Keluarga, Dioza Fahlepi, LOWER (Alhafid Snot, Ruday, Yudha Satyagama). Terima kasih atas kebersamaan kita dari awal sampai saat ini, semoga silaturahmi kita bisa tetap terus terjaga, karena kita adalah keluarga.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut membantu menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima segala saran dan kritik. Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dicatat sebagai amal ibadah dan dibalas oleh Allah SWT dan penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Aamiin.
Jakarta, 25 Maret 2015
(12)
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ... i
Lembar Pengesahan Komprehensif ... ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv
Daftar Riwayat Hidup ... v
Abstact ... vi
Abstrak ... vii
Kata Pengantar ... viii
Daftar Isi ... xi
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Gambar ... xiv
Daftar Lampiran ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Perumusan Masalah ... 11
C.Tujuan Penelitian ... 11
D.Manfaat Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15
A.Landasan Teori ... 15
1. Bank Syariah ... 15
2. Return on Asset (ROA) ... 18
3. Inflasi ... 20
4. Gross Domestic Bruto (GDP) ... 22
5. Non Performing Financing (NPF) ... 23
6. Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) ... 25
7. Net Margin (NIM) ... 27
8. Keterkaitan Antar Variabel Penelitian ... 28
B.Penelitian Terdahulu ... 34
C.Kerangka Pemikiran ... 36
(13)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39
A.Ruang Lingkup Penelitian ... 39
B.Metode Penentuan Sampel ... 39
C.Metode Pengumpulan Data ... 40
D.Metode Analisis Data ... 41
1. Uji Asumsi Klasik ... 41
2. Uji Hipotesis Penelitian ... 46
3. Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda ... 48
4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 49
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 49
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 53
A.Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 53
B.Hasil Dan Pembahasan ... 61
1. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 61
a. Hasil Uji Normalitas Data ... 62
b. Hasil Uji Multikolinieritas ... 64
c. Hasil Uji Autokolerasi ... 66
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 66
2. Hasil Pengujian Hipotesis ... 67
a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) ... 67
b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) ... 68
3. Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda ... 72
4. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 79
A.Kesimpulan ... 79
B.Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 82
(14)
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Matrik Perbandingan Indikator Perbankan Syariah dengan
Perbankan Konvensional ... 3
1.2 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia 2010 s.d 2013 ... 5
1.3 Profitabilitas (ROA), Inflasi, Non Performing Financing (NPF), GDP, BOPO dan NIM di Indonesia Periode 2010 - 2013 ... 10
2.1 Penelitian Terdahulu ... 34
3.1 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi ... 45
4.1 Hasil Uji Normalitas Secara Statistik ... 64
4.2 Hasil Uji Multikolonieritas... 64
4.3 Hasil Uji Autokolerasi ... 65
4.4 Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) ... 67
4.5 Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) ... 68
4.6 Hasil Uji Persamaan Regresi Linier Berganda ... 72
4.7 Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 74
(15)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.2 Kerangka Pemikiran ... 36 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Secara Grafik ... 63 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 66
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian ... 85 2 Data Mentah Variabel Penelitian ... 86 3 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 92
(17)
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Bank sebagai lembaga mediasi sektor keuangan, memiliki fungsi penting dalam perekonomian. Hal ini dikarenakan bank merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Sistem perbankan di Indonesia yang digunakan adalah dual banking sistem dimana beroperasi dua jenis usaha bank yaitu bank syariah dan bank konvensional (Antonio, 2001:21). Bank syariah merupakan institusi keuangan yang menjamin seluruh aktivitas investasi yang menyertainya telah sesuai dengan syariah, sedangkan bank konvensional merupakan bank yang sistem operasionalnya menerapkan metode bunga (Ascarya, 2011:1).
Selaku regulator, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan perhatian yang serius dan bersungguh-sungguh dalam mendorong perkembangan prinsip syariah. Semangat ini dilandasi oleh keyakinan bahwa perbankan syariah akan membawa „maslahat‟ bagi peningkatan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Hal sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/Pojk.05/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Pembiayaan Syariah yang menyatakan bahwa pembangunan nasional memerlukan kontribusi dan partisipasi dari semua elemen masyarakat. Salah satu bentuk penggalian potensi dan wujud kontribusi masyarakat dalam perekonomian nasional tersebut adalah pengembangan sistem ekonomi berdasarkan Prinsip Syariah
(18)
dalam pembiayaan syariah. Perkembangan pembiayaan syariah telah mengalami pertumbuhan yang pesat baik dari sisi pertumbuhan aset maupun pertumbuhan kelembagaan atau jaringan. Dengan meningkatnya preferensi masyarakat terhadap jasa pelayanan pembiayaan syariah saat ini, maka diperlukan pengaturan tentang penyelenggaraan usaha pembiayaan syariah yang komprehensif, transparan dan memberikan kepastian hukum, baik bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah, Unit Usaha Syariah, maupun konsumen pembiayaan syariah, yang antara lain mengenai pengaturan kegiatan Pembiayaan Syariah, perjanjian pembiayaan syariah, uang muka, mitigasi risiko pembiayaan, tingkat kesehatan keuangan, dan sumber pendanaan. Selain itu, dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, terdapat beberapa penyempurnaan pengaturan yang diperlukan terkait dengan pelaksanaan sistem pengawasan oleh Otoritas Jasa Keuangan terhadap Perusahaan Pembiayaan Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Perkembangan bank syariah ditandai dengan disetujuinya Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Dalam Undang-Undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Sesuai Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 10 juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah (Antonio, 2001:23).
Pertumbuhan perbankan syariah yang relatif masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan perbankan secara umum. Hal ini terbukti dengan matrik perbandingan pertumbuhan antar bank syariah dengan bank konvensional, sebagai berikut:
(19)
Tabel 1.1
Matrik Perbandingan Indikator Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional
Indikator 2010 2011 2012 2013
Perbankan Syariah
Asset 97,519 145,467 195,018 242,276
DPK 76,036 115,415 147,512 176,292
Pembiayaan 68,181 102,655 147,505 184,122
Perbankan Konvensional
Asset 3054595 3708631 4329984 5031843
DPK 2338,824 2785,024 3225,198 3663,968
Kredit 2809789 3465997 4237425 4897853
Sumber: http://www.bi.go.id/id/statistik/perbankan, diakses pada tanggal 19 Maret 2015
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa pada indikator Asset tahun 2013 pada perbankan syariah memiliki pertumbuhan asset sebesar 24%, sedangkan pada perbankan konvensional memiliki pertumbuhan asset sebesar 16%. Pada indikator dana pihak ketiga tahun 2013 pada perbankan syariah memiliki pertumbuhan sebesar 20%, sedangkan pada perbankan konvensional memiliki pertumbuhan sebesar 14%. Pada indikator pembiayaan/kredit pada perbankan syariah memiliki pertumbuhan sebesar 25%, sedangkan pada perbankan konvensional memiliki pertumbuhan sebesar 15%. Hal ini membuktikan perbankan syariah nasional mampu mempertahankan eksistensi dan perkembangannya dalam menghadapi situasi perekonomian Indonesia. Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait (Antonio, 2009:3).
Sampai dengan tahun 2013, industri perbankan syariah telah mempunyai jaringan sebanyak 11 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha
(20)
Syariah (UUS), dan 160 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), dengan total jaringan kantor mencapai 2.925 kantor yang tersebar di hampir seluruh penjuru nusantara, meskipun terdapat pengurangan terhadap unit usaha syariah, akan tetapi terdapat pula pertumbuhan BPRS. Oleh karena itu, industri perbankan syariah dijuluki sebagai „the fastest growing industry‟. Seperti yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.
Tabel.1.2
Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia 2010 s.d 2013
Kelompok Bank 2010 2011 2012 2013
Bank Umum Syariah 11 11 11 11
Unit Usaha Syariah 23 24 24 23
BPRS 150 155 158 160
Sumber: http//www.bi.go.id.
Berdasarkan tabel di atas, pertumbuhan dan persaingan perbankan syariah di Indonesia semakin ketat, maka pihak bank syariah perlu meningkatkan kinerjanya agar dapat menarik investor dan nasabah, serta dapat tercipta perbankan dengan prinsip syariah yang sehat dan efisien. Salah satu indikator untuk menilai kinerja keuangan suatu bank adalah melihat tingkat profitabilitasnya. Salah satu alat ukur profitabilitas adalah return on asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Profitabilitas dipengaruhi baik dari lingkungan makro ekonomi maupun internal perbankan syariah itu sendiri, hal ini berpengaruh terhadap profitabilitas bank (http//www.bi.go.id).
(21)
Profitabilitas bank merupakan fungsi dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor mikro atau faktor spesifik bank yang menentukan profitabilitas. Sedangkan faktor eksternal merupakan variabel-variabel yang tidak memiliki hubungan langsung dengan manajemen bank, tetapi faktor tersebut secara tidak langsung memberikan efek bagi perekonomian yang berdampak pada kinerja lembaga keuangan. Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas atau rentabilitas adalah return on equity (ROE) dan return on asset (ROA). (Pratiwi, 2012:3).
Lingkungan ekonomi makro akan mempengaruhi operasional perusahaan dalam hal pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kinerja keuangan perbankan. Variabel ekonomi makro yang dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, khususnya pemasalahan perbankan syariah di Indonesia, yaitu Inflasi yang merupakan presentase kecepatan kenaikan harga-harga dalam satu tahun tertentu, atau dengan kata lain adanya penurunan dari nilai mata uang yang berlaku. Tingkat suku bunga merupakan salah satu instrumen konvensional untuk mengendalikan laju inflasi, dimana inflasi yang tinggi akan menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu perusahaan (Dendawijaya, 2006:103).
Inflasi merupakan sebagai suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan merosotnya nilai rill mata uang suatu negara. Penyebab terjadinya inflasi terbagi dalam tiga bagian yaitu: (a) tarikan permintaan (demand - pull inflation), terjadi apabila permintaan
(22)
meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian. (b) dorongan biaya (cost - push inflation), terjadi apabila adanya depresiasi nilai tukar, peningkatan harga - harga komoditi yang diatur oleh pemerintah dan terganggunya distribusi. Sedangkan (c) ekspektasi inflasi (inflation expectation), terjadi apabila perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi lebih cenderung bersifat adaptif (forward looking). (Abdullah, 2010:60).
Kasmir (2010:40) menyatakan inflasi adalah proses kenaikan harga barang secara umum dan terus - menerus dalam waktu periode yang diukur dengan menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi saham berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga dalam mengukur inflasi antara lain: (a) indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur biaya - biaya barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang kebutuhan hidup sehari - hari dengan perubahan indeks harga dari tahun ketahun. (b) indeks perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik beratkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga, dan (c) gross net product (GNP) deflator, merupakan suatu jenis indeks harga yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks di atas yang mencangkup dalam jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya menjadi lebih banyak dibanding dengan dua indeks di atas.
Selain inflasi, indikator lain adalah Gross Domestic Product (GDP). GDP merupakan nilai barang atau jasa dalam suatu negara yang diproduksi
(23)
oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing. GDP merefleksikan kegiatan penduduk di suatu negara dalam memproduksi suatu barang dalam kurun waktu tertentu. Keterkaitan GDP dengan dunia perbankan adalah dimana GDP terkait dengan saving. Sedangkan salah satu kegiatan bank sebagai mediasi sektor keuangan adalah mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk investasi. Keuntungan dari investasi itulah yang nantinya menjadi bagian dari profitabilitas bank syariah. Produk Domestik Bruto (GDP) merupakan indikator makro ekonomi yang juga mempengaruhi profitabilitas bank. Jika GDP naik, maka akan diikuti peningkatan pendapatan masyarakat sehingga kemampuaan untuk menabung (saving) juga ikut meningkat. Peningkatan saving ini akan mempengaruhi profitabilitas bank syariah (Sukirno, 2003:56).
Sedangkan variabel internal perbankan syariah yang dapat mempengaruhi salah satunya adalah NPF (non perfoming financing). Non performing financing (NPF) yang analog dengan non performing loan (NPL) merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi bank, semakin tinggi non performing loan (NPL), menunjukkan bahwa bank tersebut tidak profesional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank (Riyadi, 2006:45).
Variabel lain yang dapat mempengaruhi return on asset adalah biaya operasional dan pendapatan operasional, yang dimaksud dengan beban
(24)
operasional dan pendapatan operasional adalah rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Hendrayanti dan Muharam, 2013:3).
Variabel lain yang dapat mempengaruhi return on asset adalah net margin, yang dimaksud dengan net margin adalah rasio mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal tersebut dapat merugikan bank. Semakin besar yang dicapai oleh suatu bank maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan meningkat (Sabir, dkk, 2012:7).
Sektor perbankan sebagai intermediary institution antara pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) dengan pihak yang membutuhkan dana (deficit spending unit) memiliki posisi strategis dalam perekonomian nasional. Keadaan tersebut memerlukan suatu pembiayaan, dalam hal ini pembiayaan merupakan hal yang mampu memenuhi kebutuhan pihak yang membutuhkan dana. Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2008:96).
(25)
Dengan demikian, peranan perbankan nasional termasuk perbankan
Syari’ah perlu ditingkatkan dalam hal penghimpunan dan penyaluran dana
masyarakat, serta penyediaan layanan jasa perbankan lainnya. Sejalan dengan upaya restrukturisasi perbankan untuk membangun kembali sistem perbankan yang sehat dalam rangka mendukung program peningkatan ekonomi nasional, maka salah satu upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi
perbankan adalah pengembangan perbankan Syari’ah. Berikut ini merupakan data mengenai return on asset, inflasi, non perfoming financing dan GDP di Indonesia (http//www.bi.go.id, diakses tanggal 3 Maret 2015).
Tabel 1.3
Profitabilitas (ROA), Inflasi, Non Performing Financing (NPF), GDP, BOPO dan NIM di Indonesia Periode 2010 - 2013
Tahun ROA (Persen) Inflasi (Persen) NPF (Persen)
2010 16,25% 6,96% 3,02%
2011 1,79% 3,79% 2,52%
2012 2,14% 4,30% 2,26%
2013 2,00% 8,38% 2,96%
Tahun GDP (Nominal) BOPO (Persen) NM (Persen)
2010 1.681 580.10 96,07% 7,61%
2011 1.918 320.70 87,71% 8,34%
2012 2.092 379.10 85,57% 8,06%
2013 2.367 928.70 85,06% 7,36%
Sumber: http//www.bi.go.id, diakses tanggal 3 Maret 2015 (diolah).
Nilai Inflasi yang berada di perbankan syariah yang ada di Indonesia memiliki kecendrungan yang fluktuatif, seperti yang terlihat pada tabel di atas pada tahun 2010 nilai Inflasi sebesar 6,96%, mengalami kenaikan yang signifikan dan kemudian terus beranjak naik sampai tahun 2013 dengan nilai Inflasi sebesar 8,38% (http//www.bi.go.id).
Hal ini di tunjukkan oleh penelitian Pratiwi (2012) menganalisis mengenai Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap return on asset
(26)
(ROA) Bank Umum Syariah. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial diketahui bahwa secara parsial, capital adequacy ratio (CAR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return on asset (ROA). Sedangkan BOPO dan non performing financing (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return on asset (ROA). Sementara itu financing to deposit ratio (FDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return on asset (ROA).
Penelitian lain mengenai inflasi terhadap return on asset dilakukan oleh Kalengkongan (2013), hasil penelitianya menyatakan bahwa secara parsial dan simultan tingkat suku bunga dan inflasi berpengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA. Tingkat suku bunga berpengaruh signifikan dan positif terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA, dan Inflasi berpengaruh signifikan dan negatif terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA menunjukkan tinggi rendahnya inflasi menyebabkan lambannya pergerakan aset makro. Bank pemerintah dapat menstabilkan nilai tingkat suku bunga dan inflasi terhadap keuangan perbankan, sehingga perusahaan dapat meningkatkan laba.
Penelitian mengenai GDP terhadap return on asset juga dilakukan oleh Sahara (2013) hasil penelitianya menyatakan bahwa suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap ROA. Namun pada pengujian inflasi dan produk domestik bruto menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif terhadap ROA.
(27)
Berdasarkan uraian di atas, peneliti memandang layak untuk meneliti faktor yang dapat mempengaruhi return on asset perbankan Syariah di Indonesia dengan mengambil tema “Analisis Inflasi, Gross Domestic Product (GDP) Dan Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) dan Net Margin (NM) terhadap Return On Asset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010 - 2013”.
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh secara parsial Inflasi terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah?
2. Bagaimana pengaruh secara parsial GDP (gross domestic product) terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah?
3. Bagaimana pengaruh secara parsial NPF (non performing financing) terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah?
4. Bagaimana pengaruh secara parsial BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah?
5. Bagaimana pengaruh secara parsial NM (net margin) terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah?
6. Bagaimana pengaruh Inflasi, GDP (gross domestic pruduct), NPF (non performing financing), BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) dan NM (net margin) secara simultan terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah?
(28)
C.Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah, selanjutnya peneliti dapat mengetahui tujuan penelitian ini, yaitu:
1. Menganalisis pengaruh secara parsial antara Inflasi terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah.
2. Menganalisis pengaruh secara parsial antara GDP (gross domestic product) terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah.
3. Menganalisi pengaruh secara parsial antara NPF (non performing financing) terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah.
4. Menganalisi pengaruh secara parsial antara BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah.
5. Menganalisi pengaruh secara parsial antara NM (net margin) terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah.
6. Menganalisis pengaruh Inflasi, GDP (gross domestic pruduct), NPF (non performing financing), BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) dan NM (net margin) secara simultan terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah.
D.Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
(29)
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini merupakan sarana untuk memperluas dan menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam menganalisis pengaruh Inflasi, gross domestik product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin secara parsial dan simultan terhadap return on asset Perbankan Syariah.
b. Memberi masukan dan menambah wawasan mengenai apa saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan laba serta dapat dijadikan referensi bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah ini.
c. Memberikan informasi dan gambaran mengenai pengaruh inflasi, gross domestic product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional, net margin terhadap return on asset.
2. Manfaat Praktis
a. Menganalisis pengaruh Inflasi, gross domestik product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin secara parsial dan simultan terhadap return on asset Bank Syariah, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi perkembangan sektor Bank Syariah.
b. Sebagai bahan pemikiran untuk para pengambil keputusan atau kebijakan perekonomian agar lebih tepat untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan syariah.
(30)
c. Dapat meningkatkan kesadaran pentingnya menabung terutama di bank Syariah, karena lebih banyak manfaat, keuntungan yang didapat dibanding mudharatnya dari produk-produk yang di tawarkan baik bagi yang ingin menginvestasikan uangnya atau sekedar menyimpan uangnya kepada khususnya masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim/muslimah.
(31)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Landasan Teori 1. Bank Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Dunia ekonomi dalam Islam adalah dunia bisnis atau investasi hal ini bisa dicermati mulai dari tanda-tanda eksplisit untuk melakukan investasi (ajakan bisnis dalam Al Quran dan sunah) hingga tanda - tanda implisit untuk menciptakan sistem yang mendukung iklim investasi (adanya sistem zakat sebagai alat disentif atas penumpukan harta, larangan riba untuk mendorong optimalisasi investasi, serta larangan maysir atau judi dan spekulasi untuk mendorong produktivitas atas setiap investasi). (Ascarya, 2011:1).
Perkembangan ekonomi Islam ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah yang menggunakan sistem bagi hasil atau non riba dan pemerintah mewajibkan bagi setiap bank memiliki dewan pengawas syariah yang berhak menentukan setiap produk sesuai prinsip syariah atau tidak (Suwiknyo, 2010:1).
Menurut Ascarya (2011:1) secara makro bank syariah adalah institusi keuangan yang memposisikan dirinya sebagai pemain aktif dalam mendukung dan memainkan kegiatan investasi di masyarakat sekitarnya. Dalam kacamata mikro bank syariah adalah institusi keuangan yang menjamin seluruh aktivitas investasi yang menyertainya telah sesuai dengan syariah.
(32)
Kebijakan pemerintah terhadap perbankan syariah di ndonesia terdapat dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan pada ketentuan umum. Berdasarkan kebijakan tersebut menyatakan bahwa Prinsip Perbankan Syariah merupakan bagian dari ajaran Islam yang berkaitan dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi Islam adalah larangan riba dalam berbagai bentuknya, dan menggunakan sistem antara lain prinsip bagi hasil.
Bentuk utama produk bank syariah terutama menggunakan pola bagi hasil, sesuai dengan karakteristiknya. Selain pola bagi hasil bank syariah juga memiliki produk-produk pendanaan dan pembiayaan dengan pola non bagi hasil (Ascarya, 2011:2).
b. Produk Bank Syariah
Secara garis besar, pengembangan produk bank syariah dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu produk penghimpunan dana, produk penyaluran dana dan produk jasa. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut (Suwiknyo, 2010:20-40):
1) Produk Penghimpunan Dana a) Prinsip Wadi‟ah
Prinsip Wadi‟ah implikasi hukumnya sama dengan qardh, di mana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai yang meminjam
(33)
b) Prinsip Mudharabah
Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpanan bertindak sebagai shahibul mal dan bank sebagai mudharib, dana ini digunakan bank untuk melakukan pembiayaan akad jual beli maupun
syirkah. Berdasarkan kewenangan penggunaan dana, prinsip
mudharabah dibagi menjadi: (1) Mudharabah Mutlaqah
Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.
(2) Mudharabah Muqayadah On Balance sheet
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (restricted investment) di mana pemilik dana dapat menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank.
(3) Mudharabah Muqayadah Off Balance sheet
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha.
2) Produk Penyaluran Dana
Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan menjadi tiga model, yaitu transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli, transaksi
(34)
pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan dengan prinsip sewa dan transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa.
3) Produk Jasa
Produk jasa dikembangkan dengan akad hiwalah, ar-rahn, al-qardh, al-wakalah dan al-khafalah.
2. Return On Asset (ROA)
Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan (operating asset). Operating Asset adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan. ROA (return on asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba (Hakim, 2006:19). ROA (return on asset); Rasio ini sering juga disebut sebagai return on investment. Hasil pengembalian investasi atau lebih di kenal dengan nama return on investasi atau return on total asset merupakan rasio yang menunjukan hasil return atas jumlah
(35)
aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya. Disamping itu hasil dari pengembalian investasi menunjukan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik dalam modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini semakin tidak baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari seluruh perusahaan (Kasmir, 2008:201).
Menurut Tandelilin (2001:241), Dari sudut pandang para investor adalah salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan oleh investor disuatu perusahaan memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor.
ROA (return on asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba (Hakim, 2006:19).
Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan laba. Untuk menghitung ROA digunakan rumus (Handoko, 2008:32).
(36)
3. Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa secara unun selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat diestimasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar, layanan kesehatan dan listrik (Madura, 2007:128).
Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya (Tandelilin, 2010:103).
Kasmir (2010:40) menyatakan inflasi adalah proses kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus dalam waktu periode yang diukur dengan menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi saham berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga dalam mengukur inflasi antara lain: (a) indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur biaya - biaya barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang kebutuhan hidup sehari – hari dengan perubahan indeks harga dari tahun ketahun. (b) indeks perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik beratkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga,
(37)
dan (c) gross net product (GNP) deflator, merupakan suatu jenis indeks harga yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks di atas yang mencangkup dalam jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya menjadi lebih banyak dibanding dengan dua indeks di atas.
Inflasi dapat mempengaruhi beban operasi suatu perusahaan yang menghasilkan produk dengan meningkatkan harga dari perlengkapan dan bahan baku. Upah juga dapat dipengaruhi oleh inflasi. Tingkat inflasi yang lebih tinggi akan menyebabkan peningkatan yang lebih besar lagi dalam beban operasi suatu perusahaan. Pendapatan suatu perusahaan juga tinggi selama periode inflasi tinggi karena banyak perusahaan mengenakan harga yang lebih tinggi guna mengompensasikan beban yang lebih tinggi (Madura, 2007:128).
Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung pada derajat inflansi itu sendiri, inflasi yang berlebihan dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat perusahaan mengalami kebangkrutan. Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi akan menjaruhkan harga saham di pasar. Sementara yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban. Pekerjaan yang sulit adalah menciptakan tingkat inflasi yang dapat menggerakan dunia usaha menjadi semarak, pertumbuhan ekonomi dapat menutupi pengangguran, perusahaan memperoleh keuntungan yang memadai, dan harga saham bergerak normal (Samsul, 2006:201).
(38)
Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum, yang bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus barang (Gilarso, 2004:200). Angka inflasi dihitung oleh badan pusat statistik dari persentase perubahan indeks harga konsumen (IHK) pada suatu saat dibandingkan dengan IHK pada periode sebelumnya. IHK adalah perbandingan relative dari harga suatu paket barang dan jasa pada suatu saat dibandingkan dengan harga-harga barang dan jasa tersebut pada tahun dasar, dan dinyatakan dalam persen (Gilarso, 2004:201). Rumus yang digunakan untuk mencari Inflasi adalah sebagai berikut (Gilarso, 2004:201):
4. Gross Domestic Bruto (GDP)
Gross Domestic Product (GDP) merupakan nilai moneter semua barang dan jasa jadi yang diproduksi dalam sebuah Negara pada periode tertentu, gross domestic product (GDP) biasanya dihitung dengan basis tahunan dan termasuk semua konsumsi swasta dan publik, pembiayaan pemerintah, investasi dan ekspor dikurangi impor (Ma’ruf, 2009:145).
Produk Domestik Bruto (GDP) merupakan indikator makro ekonomi yang juga mempengaruhi profitabilitas bank. Jika GDP naik, maka akan diikuti peningkatan pendapatan masyarakat sehingga kemampuaan untuk menabung (saving) juga ikut meningkat. Peningkatan saving ini akan mempengaruhi profitabilitas bank syariah (Sukirno, 2003:54).
Ukuran keberhasilan suatu Negara dapat dilihat dari pertubuhan pendapatan domestic bruto (PDB). Dengan PDB yang tumbuh secara
(39)
sustainable berarti perekonomian mampu menghasilkan produk yang semakin besar secara aggregate melalui penggunaan sumber daya yang optimal. Artinya adalah dengan meningkatkan PDB unemployment rate semakin menurun dan tingkat kemakmuran yang semakin baik. Tanpa dukungan perbankan, hamper dapat dipastikan bahwa tujuan untuk mencapai kemakmuran ini mustahil dapat dilakukan (Aviliani, 2007:84).
Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh masyarakat suatu Negara dalam periode tertentu. Produk domestik bruto atau GDP dalam penelitian ini adalah PDB atas harga konstan. Rumus yang digunakan untuk mencari PDB adalah sebagai berikut (Sahara, 2013:5):
5. Non Performing Financing (NPF)
NPF merupakan masalah berbahaya bagi perbankan nasional. Salah satu faktor yang saat ini lebih berperan dalam masalah NPF adalah dampak krisis multidimensional yang dimulai pada 1997-1998 hingga sekarang masih menyebabkan banyak debitur bank, baik di segmen corporate,
commercial, maupun consumer belum mampu menyelesaikan pembiayaan
macetnya. Selain itu faktor lain yang jauh lebih penting adalah kurangnya kemauan dan itikad baik dari debitur. NPF merupakan rasio yang menggambarkan jumlah pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang diberikan oleh bank (Giannini, 2012:3). Non performing financing (NPF) merupakan rasio keuangan yang bekaitan dengan risiko kredit. Non
(40)
performing financing adalah perbandingan antara total pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang di berikan kepada debitur. Rasio non performing financing analog dengan non performing loan pada bank konvensional. Karena pada bank syariah tidak mengenal adanya pinjaman namun menggunakan istilah pembiayaan. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank (Pratiwi, 2012:4).
Non performing financing (NPF) yang analog dengan non
performing loan (NPL) merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi bank, semakin tinggi non performing loan (NPL), menunjukkan bahwa bank tersebut tidak professional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank (Riyadi, 2006:45).
Kenaikan suku bunga juga merupakan beban tambahan yang akan memperburuk posisi NPF akibat penyesuaian aturan kolektibilitas PBI 7/2/2005 yang diterapkan BI mulai tahun 2005. Meningkatnya NPF selanjutnya akan mengurangi jumlah modal bank, karena pendapatan yang diterima bank digunakan untuk menutupi NPF yang tinggi. Selain itu, meningkatnya NPF akan mempengaruhi bank dalam menyalurkan pembiayaan pada periode berikutnya. Hasbi (2011) menuliskan rasio NPF ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
(41)
6. Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO (biaya operasional/pendapatan operasional) dijadikan variable independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan (Siamat, 2005:102).
Biaya operasional dan pendapatan operasional merupakan rasio yang digunakan untuk menilai seberapa jauh efektivitas operasi dan efisiensi lembaga keuangan mikro semakin kecil biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) maka akan semakin baik (Iqbal, 2010:148). Menurut Bank Indonesia standar terbaik BOPO adalah antara 85% - 92%. Indikator ini mempunyai bobot 15% (Rangkuti, 2011:103).
Menurut Loen dan Ericson (2007:121) menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Pendapat lain diungkapkan oleh Hariyani (2010:55) yang menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan
(42)
operasional (BOPO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional, semakin kecil rasio ini maka akan semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. BOPO adalah rasio perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan (Pratiwi, 2012:7).
BOPO merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Hendrayanti dan Muharam, 2013:3). Untuk menentukan BOPO diperlukan rumus perhitunganya, adapun rumus untuk menentukan BOPO adalah sebagai berikut (Martono, 2010:92):
(43)
7. Net Margin (NIM)
Net margin (NM) dijadikan variabel independen yang
mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal tersebut dapat merugikan bank. Semakin besar yang dicapai oleh suatu bank maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan meningkat. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen Bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih (Hariyani, 2010:54).
NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, di mana hal tersebut dapat merugikan bank (Hasibuan, 2007). NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan (Mahardian, 2008). Rasio net margin (NM) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Angel dan Pusung, 2014:4).
(44)
8. Keterkaitan Antar Variabel Penelitian
Berdasarkan teori dan pemahaman mengenai faktor pengaruh return on asset, maka keterkaitan variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh Inflasi terhadap Return On Asset (ROA)
Inflasi adalah suatu kondisi ketika tingkat harga meningkat secara terus menerus dan mempengaruhi Individu, dunia usaha dan pemerintah. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus, dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara terus menerus. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga artinya tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi.. Dari segi fiskal, pemerintah menerapkan kenaikan prosentase pungutan pajak, mengadakan pinjaman sukarela atau pinjaman paksa,memotong uang, membekukan sebagian atau seluruhnya simpanan-simpanan (deposito) pihak-pihak partikulir (bukan punya pemerintah) yang ada dalam bank-bank, serta penurunan pengeluaran pemerintah (Utomo, 2008:7).
Inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya asset, karena dengan inflasi yang tinggi akan menyebabkan daya beli masyarakat, sehingga akan mengurangi asset yang dimiliki perusahaan. Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah
(45)
diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya (Tandelilin, 2010:103).
Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Sahara (2013) dan Kalengkongan (2013) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel inflasi terhadap return on asset.
b. Pengaruh Gross Domestic Bruto (GDP) terhadap Return On Asset (ROA)
Sebagaimana yang dijelaskan di atas bahwa Produk Domestik Bruto mengambarkan peningkatan pendapatan oleh masyarakat. Perekonomian mengalami pertumbuhan apabila balas jasa faktor produksi tersebut pada suatu masa tertentu lebih besar dari periode sebelumnya. Hal ini berarti faktor produksi yang dimilki masyarakat tersebut memberikan return yang meningkat sehinga tingkat kesejahteranya mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya kesejahteran melalui pendapatan masyarakat yang meningkat, maka tingkat konsumsi atas produk yang dihasilkan perusahan akan meningkat sehinga akan berdampak pada peningkatan penjualan perusahan yang pada akhirnya meningkatkan laba perusahan. Dengan demikian akan
(46)
meningkatkan ROA. Sehinga dapat disimpulkan pertumbuhan ekonomi (PDB) berpengaruh positf terhadap Return on Asets. Artinya jika PDB meningkat maka ROA juga meningkat. Dan sebaliknya jika PDB mengalami penurunan maka ROA juga akan menurun (Sahara, 2013:4).
Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa gross domestic bruto mempunyai pengaruh positif terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Sahara (2013) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel gross domestic bruto terhadap return on asset.
c. Pengaruh Non Perfoming Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA)
Perkembangan pemberian pembiayaan yang paling tidak menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila pembiayaan yang diberikanya ternyata menjadi bermasalah. Hal ini terutama disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibanya untuk membayar angsuran (cicilan) pokok pembiayaan beserta bagi hasil yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian pembiayaan (Deandawijawa, 2005:81).
NPF (Non-Perfoming Financing) merupakan tingkat pengembalian pembiayaan yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPF merupakan tingkat pembiayaan macet pada bank tersebut.
(47)
NPF diketahui dengan cara menghitung pembiayaan lancer terhadap total pembiayaan (Deandawijaya, 2005:82).
Deandawijaya (2005:82-83) mengatakan terdapat beberapa implikasi bagi pihak bank sebagai akibat timbulnya pembiayaan bermasalah tersebut yaitu, 1) hilangnya kesempatan untuk memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikanya, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank, 2) rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal BDR (bad debt ratio) menjadi semakin besar yang menggambarkan terjadinya situasi memburuk, 3) Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan akan sangat berpengaruh terhadap CAR (capital adequacy ratio), 4) Return on asset (ROA) akan mengalami penurunan, 5) sebagai akibat dari komplikasi 2, 3 dan 4 tersebut maka akan menurunya nilai tingkat kesehatan bank berdasarkan perhitungan menurut metode CAMEL (Deandawijaya, 2005:82-83).
Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa non performing financing mempunyai pengaruh positif terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Pratiwi (2012) dan Nugroho (2011) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel non performing financing terhadap return on asset.
(48)
d. Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional terhadap Return on Asset
BOPO (biaya operasional/pendapatan operasional) dijadikan variable independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan (Siamat, 2005:102).
Penelitian mengenai pengaruh BOPO terhadap return on asset (ROA) telah dilakukan peneliti terdahulu, penelitian yang dilakukan oleh
Nugroho (2011), dalam penelitianya yang berjudul “Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, KAP dan PLO Terhadap Return On Asset Studi pada Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006 – 2010”, metode yang digunakan analisis regresi linier berganda, hasil analisis menunjukkan bahwa data FDR, NPF dan BOPO secara parsial signifikan terhadap ROA.
(49)
e. Pengaruh Net Interest Margin terhadap Return on Asset
Net Margin (NM) dijadikan variabel independen yang
mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal tersebut dapat merugikan bank. Semakin besar yang dicapai oleh suatu bank maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan meningkat.
NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, di mana hal tersebut dapat merugikan bank (Hasibuan, 2007). NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan (Mahardian, 2008). Semakin besar NIM yang dicapai oleh suatu bank maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan meningkat. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa NIM berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Hal tersebut sesuai dengan penelitian dari Mawardi (2005) yang menyatakan bahwa NIM berpengaruh positif signifikan terhadap ROA (Puspitasari, 2009:30).
(50)
B.Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan suatu sumber yang dijadikan acuan dalam melakukan penelitian. Penelitian terdahulu yang digunakan berasal dari jurnal dan skripsi dengan melihat hasil penelitianya dan akan dibandingkan dengan penelitian selanjutnya dengan menaganalisa berdasarkan keadaan dan waktu yang berbeda, adapun ringkasan penelitian terdahulu akan dijabarkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Judul
Penelitian
Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian 1. Analisis
Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI dan Produk Domestik Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia Sahara (2013) Variabel Independen: Inflasi, Produk Domestik Bruto Variabel Dependen: Return On Asset (ROA) Metode Penelitian: Regresi Linier Berganda Variabel Independen: Suku Bunga BI
Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap ROA. Namun pada pengujian inflasi dan produk domestik bruto menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif terhadap ROA dan secara bersama-sama inflasi, suku bunga BI, dan produk domestik bruto (GDP)
berpengaruh signifikan 2. Tingkat Suku
Bunga dan Inflasi Pengaruhnya terhadap Return On Asset (ROA) Kalengkongan (2013) Variabel Independen: Inflasi, Variabel Dependen: Return On Asset (ROA) Variabel Independen: Suku Bunga Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan tingkat suku bunga dan inflasi berpengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA.
(51)
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Judul
Penelitian
Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian 3. Pengaruh CAR,
BOPO, NPF dan FDR terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah (Studi Kasus pada Bank
Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005 –2010) Pratiwi (2012) Variabel Independen: BOPO, NPF Variabel Dependen: Return On Asset (ROA) Metode Penelitian: Regresi Linier Berganda Variabel Independen: CAR, FDR Hasil menyatakan bahwa secara parsial, Capital Adequacy Ratio (CAR)
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return on asset (ROA).
Sedangkan BOPO dan non performing financing (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return on asset (ROA) 4. Analisis
Pengaruh FDR, NPF, BOPO, NM, KAP dan PLO terhadap return on asset Studi pada Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006 – 2010 Nugroho (2011) Variabel Independen: NPF, BOPO, NM, Variabel Dependen: Return On Asset (ROA) Variabel Independen: FDR, KAP, PLO
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa data FDR, NPF, BOPO dan NM secara parsial signifikan terhadap ROA
5. Pengaruh Rasio Kesehatan Bank terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia
Ali dan Habbe (2011) Variabel Independen: BOPO, NOM, NPF Variabel Dependen: Return On Asset (ROA) Variabel Independen: CAR, FDR Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA,BOPO
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, NOM
berpengaruh terhadap ROA, NPF
berpengaruh signifikan terhadap ROA, FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
(52)
C.Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran konseptual pada dasarnya merupakan review atau tinjauan pustaka yang dituangkan dalam bentuk skema serta mencerminkan keterikatan antara variabel yang diteliti. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Perusahaan Perbankan Di Indonesia
Variabel Independen 1. Inflasi
2. Gross Domestic Product (GDP)
3. Non Performing Financing (NPF)
4. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
5. Net Margin (NM)
Variabel Dependen Return On Asset (ROA)
Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data 2. Uji Multikolinearitas 3. Uji Autokorelasi 4. Uji Heteroskedastisitas
Analisis Regresi Linier Berganda 1. Uji t (Parsial)
2. Uji F (Simultan)
3. Koefisien Determinasi (Adj R2)
(53)
D.Hipotesis Penelitian
Dari permasalahan yang ada, dapat diambil suatu hipotesis sebagai berikut:
1. Ho : β1 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi (X1) terhadap return on asset (Y)
Ha : β1 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi (X1) terhadap return on asset (Y).
2. Ho : β2 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel gross domestic product (X2) terhadap return on asset (Y)
Ha : β2 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel gross domestic product (X2) terhadap return on asset (Y).
3. Ho : β3 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel non perfoming financing (X3) terhadap return on asset (Y).
Ha : β3 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel non performing financing (X3) terhadap return on asset (Y).
4. Ho : β4 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel biaya operasional dan pendapatan operasional (X4) terhadap return on asset (Y).
Ha : β4 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel biaya operasional dan pendapatan operasional (X3) terhadap return on asset (Y).
(54)
5. Ho : β5 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel net margin (X5) terhadap return on asset (Y).
Ha : β5 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel net margin (X5) terhadap return on asset (Y).
6. Ho : β1, β2, β3, β4, β5 = 0; tidak ada pengaruh signifikan antara variabel inflasi (X1), gross domestic product (X2), non performing financing (X3), biaya operasional dan pendapatan operasional (X4) dan net margin (X5) terhadap return on asset (Y).
Ha : β1, β2, β3, β4, β5 ≠ 0; ada pengaruh signifikan antara variabel inflasi (X1), gross domestic product (X2), non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional (X4) dan net margin (X5) terhadap return on asset (Y).
(55)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini yang dijadikan tempat penelitian adalah perbankan syariah di Indonesia dan penelitian dilakukan pada tahun 2014. Adapun yang akan dibahas terbatas hanya pada seberapa besar pengaruh inflasi (X1), gross domestic product (X2), non performing financing (X3), biaya operasional dan pendapatan operasional (X4) dan net margin (X5) terhadap variabel dependen, yaitu return on asset (Y).
Sebagai variabel independen pada penelitian ini adalah yang diberi inflasi (X1), gross domestic product (X2), non performing financing (X3), biaya operasional dan pendapatan operasional (X4) dan net margin (X5). Sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah return on asset yang diberi lambang (Y).
B.Metode Penentuan Sampel 1. Populasi
Menurut Sugiyono (2010:117) populasi, yaitu suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti supaya dapat dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian adalah perusahaan perbankan syariah yang terdapat di indonesia.
(56)
2. Sampel
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan dengan metode purposive sampling. Metode purposive sampling yaitu sampel yang diambil berdasarkan kriteria-kriteria tertentu untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian (Yama dan Adityawati, 2009:287). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai tahun 2013. Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan beberapa kriteria atau pertimbangan sebagai berikut: a. Perusahaan Perbankan yang listing dalam kurung waktu 2010 sampai
2013.
b. Perusahaan Perbankan Syariah yang memiliki laporan keuangan
c. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember.
C.Metode Pengumpulan Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini, baik yang bertujuan untuk mendeskripsikan maupun untuk menganalisis, diperoleh dari data sekunder yang bersifat kuantitatif. Tersedianya data sekunder akan lebih mempermudah jalannya penelitian, hal ini di karenakan uji reliabilitas data, penyederhanaan, agregasi, dan penyesuaian mutlak diperlakukan agar diperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan (Mudrajad Kuncoro, 2011:30). Data sekunder adalah data yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan. Sedangkan menurut Indriantoro dan Supomo
(57)
(2002:147), data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Data-data sekunder tersebut berupa rasio-rasio laporan keuangan dari laporan keuangan perusahaan perbankan syariah yang telah diaudit per 31 Desember 2010 - 2013.
D.Metode Analisis Data
Untuk menjelaskan kekuatan dan arah pengaruh beberapa variabel bebas atau variabel penjelas (independent/explanatory variable) terhadap satu variabel terikat (dependent variable), metode analisis data dalam penelitian ini (inflasi, gross domestic product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin) menggunakan model regresi berganda atau Multiple Regression (Ghozali, 2009:5).
Tahapan penelitian dalam menganalisis pengaruh inflasi, gross domestic product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin terhadap return on asset adalah sebagai berikut:
1. Uji Asumsi Klasik
Untuk menunjukkan pengaruh antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), maka perlu digunakan pengujian asumsi klasik. Uji asumsi dasar yang dilakukan adalah:
(58)
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik (Ghozali, 2009:27).
1) Analisis Grafik
Metode yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Untuk dapat mengetahui apakah model regresi tersebut mengalami normalitas atau tidak dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan. (Santoso, 2007:214) adalah:
(a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas.
(b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
(59)
2) Analisis Statistik
Selain itu penelitian uji normalitas dapat juga menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan bantuan program SPSS. Dalam penelitian ini, uji yang dilakukan untuk menentukan normalitas dengan menggunakan statistik Kolmogorov–Smirnov (Ghozali, 2009:30). Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:
(a) Dengan membandingkan K-Shitung dengan K-Stabel : (1) Jika K- Shitung < K- Stabel , Ho ditolak.
(2) Jika K- Shitung > K- Stabel , Ho diterima.
(b) Dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan: (1) Probabilitas > 0,05, maka Ho ditolak.
(2) Probabilitas < 0,05, maka Ho diterima.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antara beberapa variabel bebas (independen) dalam model regresi (Ghazali, 2009:95). Multikolinieritas merupakan keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika perubahan-perubahan bebas digunakan sama sekali tidak berkolerasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan tidak terjadi multikolinieritas. Uji multikolinearitas dapat juga dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Information Factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila nilai tolerance lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih kecil dari 10 maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas.
(60)
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas menunjukkan bahwa variance variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Data yang baik yaitu homoskedastisitas yaitu kesamaan varians dan residual. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran-ukuran (kecil, sedang dan besar).
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu melihat hasil output SPSS melalui grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2009:125). Dasar analisis dari uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
(1)
NM
NO Perusahaan Perbankan 2010 2011 2012 2013
1 BCA SYARIAH (TRIWULAN I) 7.56% 11.81% 9.45% 8.45% 2 BCA SYARIAH (TRIWULAN II) 8.97% 11.40% 9.91% 8.40% 3 BCA SYARIAH (TRIWULAN III) 9.35% 11.48% 9.82% 8.04% 4 BCA SYARIAH (TRIWULAN IV) 9.48% 11.27% 9.56% 7.73% 5 BNI SYARIAH (TRIWULAN I) 5.75% 7.87% 7.92% 10.28% 6 BNI SYARIAH (TRIWULAN II) 6.11% 7.96% 9.97% 9.07% 7 BNI SYARIAH (TRIWULAN III) 4.47% 7.89% 9.97% 9.22% 8 BNI SYARIAH (TRIWULAN IV) 5.07% 8.07% 11.03% 9.51% 9 BRI SYARIAH (TRIWULAN I) 7.08% 8.20% 7.70% 6.61% 10 BRI SYARIAH (TRIWULAN II) 8.87% 7.78% 7.68% 6.57% 11 BRI SYARIAH (TRIWULAN III) 8.23% 7.59% 8.36% 7.48% 12 BRI SYARIAH (TRIWULAN IV) 7.50% 6.99% 7.15% 6.27% 13 BSM SYARIAH (TRIWULAN I) 6.17% 5.96% 6.88% 7.09% 14 BSM SYARIAH (TRIWULAN II) 6.23% 5.89% 6.80% 7.31% 15 BSM SYARIAH (TRIWULAN III) 6.39% 6.90% 7.00% 7.23% 16 BSM SYARIAH (TRIWULAN IV) 6.57% 7.48% 7.25% 7.25% 17 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN I) 2.91% 3.53% 2.64% 4.08% 18 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN II) 3.38% 3.82% 3.55% 4.01% 19 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN III) 3.56% 3.76% 3.82% 4.07% 20 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN IV) 3.95% 3.43% 3.94% 3.86% 21 MEGA SYARIAH (TRIWULAN I) 14.94% 16.13% 14.37% 11.66% 22 MEGA SYARIAH (TRIWULAN II) 15.13% 16.14% 14.70% 11.50% 23 MEGA SYARIAH (TRIWULAN III) 15.45% 15.76% 14.65% 11.21% 24 MEGA SYARIAH (TRIWULAN IV) 15.49% 15.33% 13.94% 10.66% 25 MUAMMALAT (TRIWULAN I) 6.39% 4.88% 4.40% 4.61% 26 MUAMMALAT (TRIWULAN II) 6.32% 5.22% 4.11% 4.62% 27 MUAMMALAT (TRIWULAN III) 6.44% 6.09% 4.51% 4.57% 28 MUAMMALAT (TRIWULAN IV) 5.24% 5.01% 4.64% 4.64%
(2)
ROA
NO Pe rusahaan Pe rbankan 2010 2011 2012 2013
1 BCA SYARIAH (TRIWULAN I) 1.48% 0.87% 0.39% 0.92% 2 BCA SYARIAH (TRIWULAN II) 0.99% 0.89% 0.74% 0.97% 3 BCA SYARIAH (TRIWULAN III) 0.98% 0.95% 0.69% 0.99% 4 BCA SYARIAH (TRIWULAN IV) 0.78% 0.90% 0.84% 1.01% 5 BNI SYARIAH (TRIWULAN I) 2.51% 3.42% 0.63% 1.62% 6 BNI SYARIAH (TRIWULAN II) -12.02% 2.22% 0.65% 1.24% 7 BNI SYARIAH (TRIWULAN III) -0.65% 2.37% 1.31% 1.22% 8 BNI SYARIAH (TRIWULAN IV) 0.61% 1.29% 1.48% 1.37% 9 BRI SYARIAH (TRIWULAN I) 1.12% 0.23% 0.17% 1.70% 10 BRI SYARIAH (TRIWULAN II) 0.97% 0.20% 1.21% 1.41% 11 BRI SYARIAH (TRIWULAN III) 0.24% 0.40% 1.34% 1.36% 12 BRI SYARIAH (TRIWULAN IV) 0.35% 0.20% 1.19% 1.15% 13 BSM SYARIAH (TRIWULAN I) 2.04% 2.22% 2.17% 2.56% 14 BSM SYARIAH (TRIWULAN II) 2.22% 2.12% 2.25% 1.79% 15 BSM SYARIAH (TRIWULAN III) 2.30% 2.03% 2.22% 1.51% 16 BSM SYARIAH (TRIWULAN IV) 2.21% 1.95% 2.25% 1.53% 17 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN I) 0.65% 0.62% 0.54% 1.08% 18 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN II) 0.59% 0.65% 0.52% 1.04% 19 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN III) 0.63% 0.51% 0.61% 0.79% 20 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN IV) 0.74% 0.52% 0.55% 0.69% 21 MEGA SYARIAH (TRIWULAN I) 3.18% 1.77% 3.52% 3.57% 22 MEGA SYARIAH (TRIWULAN II) 2.98% 1.87% 4.13% 2.94% 23 MEGA SYARIAH (TRIWULAN III) 2.47% 1.65% 4.11% 2.57% 24 MEGA SYARIAH (TRIWULAN IV) 1.90% 1.58% 3.18% 2.33% 25 MUAMMALAT (TRIWULAN I) 1.48% 1.38% 1.51% 1.72% 26 MUAMMALAT (TRIWULAN II) 1.07% 1.74% 1.61% 1.66% 27 MUAMMALAT (TRIWULAN III) 0.81% 1.55% 1.62% 1.68% 28 MUAMMALAT (TRIWULAN IV) 1.36% 1.52% 1.54% 1.37%
(3)
Lampiran 3: Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
ROA 56.5000 32.47341 112
INF 56.5000 32.41343 112
GDP 1948715.6625 256440.58433 112
NPF .0188 .01167 112
BOPO 56.5000 32.47549 112
NM .0784 .03387 112
Correlations
ROA INF GDP NPF BOPO NM
Pearson Correlation
ROA 1.000 .135 .098 -.148 -.863 .401
INF .135 1.000 .186 .011 -.077 -.037
GDP .098 .186 1.000 -.145 -.166 -.025
NPF -.148 .011 -.145 1.000 .265 -.353
BOPO -.863 -.077 -.166 .265 1.000 -.157
NM .401 -.037 -.025 -.353 -.157 1.000
Sig. (1-tailed)
ROA . .077 .151 .059 .000 .000
INF .077 . .025 .454 .210 .351
GDP .151 .025 . .063 .040 .397
NPF .059 .454 .063 . .002 .000
BOPO .000 .210 .040 .002 . .049
NM .000 .351 .397 .000 .049 .
N
ROA 112 112 112 112 112 112
INF 112 112 112 112 112 112
GDP 112 112 112 112 112 112
NPF 112 112 112 112 112 112
BOPO 112 112 112 112 112 112
NM 112 112 112 112 112 112
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .925a .856 .849 12.60955 1.846
a. Predictors: (Constant), NM, GDP, INF, BOPO, NPF b. Dependent Variable: ROA
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 100197.913 5 20039.583 126.034 .000b
Residual 16854.087 106 159.001
(4)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 70.506 11.238 6.274 .000
INF .084 .038 .084 2.225 .028 .960 1.042
GDP -2.941E-006 .000 -.023 -.605 .546 .923 1.083
NPF 540.902 113.653 .194 4.759 .000 .814 1.228
BOPO -.859 .039 -.859 -22.142 .000 .903 1.107
NM 322.959 38.044 .337 8.489 .000 .863 1.159
(5)
(6)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 112
Normal Parametersa,b Mean Std. Deviation 12.32228134 0E-7
Most Extreme Differences
Absolute .084
Positive .055
Negative -.084
Kolmogorov-Smirnov Z .886
Asymp. Sig. (2-tailed) .412
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.