Sintesis Superabsorben melalui Kopolimerisasi Pencangkokan Asam Akrilat pada Onggok Dialdehida

SINTESIS SUPERABSORBEN MELALUI KOPOLIMERISASI
PENCANGKOKAN ASAM AKRILAT PADA ONGGOK
DIALDEHIDA

SHINTA DEWI PERMATA SARI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sintesis Superabsorben
melalui Kopolimerisasi Pencangkokan Asam Akrilat pada Onggok Dialdehida
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Shinta Dewi Permata Sari
NIM G44090084

ABSTRAK
SHINTA DEWI PERMATA SARI. Sintesis Superabsorben melalui
Kopolimerisasi Pencangkokan Asam Akrilat pada Onggok Dialdehida.
Dibimbing oleh ZAINAL ALIM MAS’UD dan M. ANWAR NUR.
Onggok merupakan salah satu limbah padat dari industri tepung tapioka.
Tujuan penelitian ini adalah memodifikasi onggok tersebut melalui oksidasi
dengan NaIO4 dilanjutkan dengan kopolimerisasi pencangkokan dan penautan
silang untuk menghasilkan polimer superabsorben (SAP). Penentuan kadar
karbonil dilakukan untuk menentukan kondisi oksidasi onggok yang optimum.
Oksidasi selama 1 jam dengan konsentrasi NaIO4 0.05 M dan aseton sebagai
pembilas memberikan hasil terbaik. Pencangkokan dan penautan-silang asam
akrilat pada kerangka utama onggok dialdehida dilakukan dengan N,N’-metilenabis-akrilamida sebagai penaut-silang dan amonium peroksidisulfat sebagai

inisiator. Sintesis dilakukan pada suhu 70–75 ºC selama 3 jam kemudian produk
kopolimer ditentukan kapasitas serap airnya. Nilai kapasitas serap air SAP
optimum ialah 893.22 g/g dalam 24 jam. Kapasitas serap maksimum SAP dalam
larutan kisaran pH 2 sampai 11, ialah 915.26 g/g pada pH 9, sedangkan kapasitas
serap maksimum dalam larutan garam dihasilkan pada konsentrasi NaCl 0.01 M,
yaitu 137.42 g/g.
Kata kunci: asam akrilat, kapasitas serap, oksidasi, onggok, superabsorben

ABSTRACT
SHINTA DEWI PERMATA SARI. Synthesis of Superabsorbent through
Grafting Copolymerization of Acrylic Acid on Onggok Dialdehyde. Supervised
by ZAINAL ALIM MAS’UD and M. ANWAR NUR.
Cassava waste pulp (onggok) is a residual pulp obtained from starch
industry. The purpose of this study is to modify the pulp through oxidation with
NaIO4 followed by grafting and crosslinking copolymerization to obtain
superabsorbent polymer (SAP). The carbonyl content measurement was utilized
to determine the optimum condition for oxidation. Oxidation with 0.05 M NaIO4
for 1 hour and subsequent acetone washing solution gave the best result. Grafting
and crosslinking of acrylic acid on the pulp backbone were performed with N,N’methylene-bis-acrylamide as crosslinker and ammonium peroxidisulfate as the
initiator. The synthesis was carried out at 70–75 ºC for 3 hours, then the water

absorptive capacity of the copolymer products were determined. Water
absorptive capacity of SAP was 893.22 g/g in 24 hours. The maximum absorptive
capacity of SAP in solutions with pH ranging from 2 to 11 was 915.26 g/g at pH
9, whereas the maximum absorptive capacity in salt solutions were obtained at
0.01 M NaCl, namely 137.42 g/g.
Key words: absorptive capacity, acrylic acid, cassava, oxidation, superabsorbent

SINTESIS SUPERABSORBEN MELALUI KOPOLIMERISASI
PENCANGKOKAN ASAM AKRILAT PADA ONGGOK
DIALDEHIDA

SHINTA DEWI PERMATA SARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Program Studi Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Sintesis Superabsorben melalui Kopolimerisasi Pencangkokan
Asam Akrilat pada Onggok Dialdehida
Nama
: Shinta Dewi Permata Sari
NIM
: G44090084

Disetujui oleh

Dr Zainal Alim Mas’ud, DEA
Pembimbing I

Prof (em) Dr Ir H M. Anwar Nur, MSc
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT penulis ucapkan atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulisan karya ilmiah yang berjudul “Sintesis
Superabsorben melalui Kopolimerisasi Pencangkokan Asam Akrilat pada
Onggok Dialdehida” dapat diselesaikan dengan baik. Karya ilmiah ini disusun
berdasarkan penelitian yang dilakukan dari bulan Februari hingga Agustus 2013
di Laboratorium Terpadu, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih atas semua bimbingan, kritikan, saran,
dukungan, dan kerja sama yang telah diberikan oleh Bapak Dr Zainal Alim
Mas’ud DEA selaku pembimbing I dan Bapak Prof (em) Dr Ir HM Anwar Nur,
MSc selaku pembimbing II. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Ayah, Ibu, Adik, serta keluarga atas segala doa, motivasi dan semangat
yang diberikan selama studi hingga penyusunan karya ilmiah ini. Terima kasih tak

terhingga penulis ucapkan kepada Kepala Laboratorium Kimia Terpadu atas
fasilitas yang diberikan selama penulis melakukan penelitian, staf LT, yaitu Kak
Indah, Kak Baim, Kak Rita, Mbak Mila, dan Mas Yono atas bantuan dan
masukan selama penelitian berlangsung. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Lestari Ainun Mardiyah sebagai sahabat sekaligus rekan kerja penelitian
dan Pebry Hidayat atas dukungan dan kerja sama yang telah diberikan, serta
pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan
karya ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu tanpa maksud
mengurangi rasa terima kasih.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2013
Shinta Dewi Permata Sari

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN


vii

PENDAHULUAN



BAHAN DAN METODE



Alat dan Bahan



Metode



HASIL DAN PEMBAHASAN




Hasil Oksidasi Onggok



Kopolimer Onggok Dialdehida-g-Poli(AA)



Ciri-Ciri SAP Onggok Dialdehida-g-poli(AA)

7

SIMPULAN

11 

DAFTAR PUSTAKA


11 

LAMPIRAN

13

RIWAYAT HIDUP

21

DAFTAR GAMBAR
 

1
2
3
4
5
6


Reaksi oksidasi onggok
Spektrum FTIR onggok sebelum (–) dan sesudah (–) dioksidasi
Pembentukan radikal sulfat dari inisiator APS
Spektrum FTIR onggok dialdehida-g-poli(AA)
Proses pembengkakan polimer superabsorben
Kapasitas serap SAP onggok dialdehida-g-poli(AA) dalam akuades
pada berbagai waktu
7 Kapasitas serap SAP onggok dialdehida-g-poli(AA) dalam larutan
garam NaCl dengan berbagai konsentrasi
8 Kapasitas serap SAP onggok dialdehida-g-poli(AA) dalam larutan
berbagai pH







10 
11 


DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir penelitian
2 Kadar karbonil onggok dialdehida
3 Hipotesis reaksi kopolimerisasi taut-silang onggok dialdehida-gpoli(AA)
4 Kapasitas serap SAP onggok dialdehida-g-poli(AA) dalam akuades
pada berbagai waktu
5 Kapasitas serap SAP onggok dialdehida-g-poli(AA) dalam larutan
garam NaCl dengan berbagai konsentrasi
6 Kapasitas serap SAP onggok dialdehida-g-poli(AA) dalam larutan
berbagai pH
 

13 
14 
15 
18 
19 
20 

PENDAHULUAN
Sumber daya alam seperti pati dan selulosa sering dimanfaatkan sebagai
bahan baku pengganti untuk material yang berasal dari sumber daya fosil.
Material yang dihasilkan akan lebih ramah lingkungan, contohnya ialah bioetanol
berbahan baku singkong, ubi jalar, tebu, dan jagung. Bahan baku tersebut juga
dapat digunakan untuk pembuatan polimer biodegradabel. Polimer biodegradabel
banyak diminati untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh pembuangan limbah polimer sintetik.
Polimer biodegradabel dapat dibuat dari bahan baku berupa limbah industri,
antara lain limbah industri pengolahan tepung tapioka. Industri tapioka merupakan
salah satu industri pertanian (agroindustri) yang cukup banyak terdapat di
Indonesia. Jumlah produksi singkong sebagai bahan baku tepung tapioka juga
cukup besar, yaitu sekitar 24.2 juta ton pada tahun 2012 (BPS 2012). Potensi ini
menjadikan singkong sebagai salah satu komoditas tanaman pangan yang penting
sebagai sumber karbohidrat, bahan baku industri makanan, kimia, dan pakan
ternak. Proses pengolahan singkong menjadi tepung tapioka menghasilkan limbah
sekitar 10–15% dari bahan mentahnya (Supriyadi 2002). Limbah tersebut berupa
onggok. Tingginya hasil samping ini akan sangat menguntungkan apabila dapat
dimanfaatkan menjadi produk yang lebih berdaya guna.
Salah satu contoh pemanfaatan onggok ialah sebagai bahan baku polimer
superabsorben (SAP). Polimer sintetik umumnya sukar mengalami biodegradasi
sehingga timbul masalah lingkungan ketika limbahnya dibuang. Pengembangan
polimer superabsorben (SAP) berbasis-pati berpotensi memecahkan masalah
tersebut. Polimer superabsorben telah banyak digunakan dalam produk popok
bayi, pertanian, dan produk higienis perempuan (Salim dan Suwardi 2009). Dalam
bidang pertanian, kombinasi SAP dengan pupuk dapat memperbaiki ketersediaan
hara tanaman, mengurangi pencemaran lingkungan dari pupuk yang terlarut, serta
mengurangi kehilangan air dan pupuk akibat penguapan (Ramadhani 2009).
Pemanfaatan SAP dalam bidang pertanian memerlukan pengujian kapasitas serap
SAP terlebih dahulu dalam air, larutan berbagai pH, dan garam.
Penelitian sebelumnya telah dilakukan mengenai sintesis SAP berbasis
karbohidrat dari onggok tapioka. Kurniadi (2010) melakukan kopolimerisasi
pencangkokan monomer asam akrilat (AA) menggunakan serium sulfat sebagai
inisiator. Produk SAP yang dihasilkan memiliki kapasitas serap air 4.3 g/g.
Amroni (2011) menyintesis SAP melalui kopolimerisasi pencangkokan monomer
akrilamida menggunakan amonium peroksidisulfat (APS) sebagai inisiator dan
N,N’-metilena-bis-akrilamida (MBA) sebagai penaut-silang. Setelah proses
saponifikasi, dihasilkan kapasitas serap air 1033.5 g/g. Fitriyanto (2013)
menyintesis SAP melalui kopolimerisasi pencangkokan AA menggunakan APS
sebagai inisiator dan MBA sebagai penaut-silang. Hasil optimisasi dengan
berbagai variasi konsentrasi inisiator dan penaut-silang menghasilkan produk SAP
dengan kapasitas serap air 843.3 g/g. Untuk lebih mengoptimumkan nilai
kapasitas serap air SAP, onggok dioksidasi terlebih dahulu sebelum dilakukan
kopolimerisasi. Oksidasi menggunakan oksidator spesifik (NaIO4) bertujuan
mengubah gugus OH di posisi C2 dan C3 pada pati menjadi aldehida, serta
membuka rantai siklik pati. Rantai lurus akan membuka rongga molekul pati

sehingga menjadi lebih besar dan terbentuknya 2 gugus aldehida akan menambah
tapak aktif untuk pencangkokan monomer asam akrilat sehingga asam akrilat
yang tercangkok akan lebih banyak dan kapasitas serap SAP diharapkan akan
lebih meningkat.
Kondisi oksidasi onggok yang optimum ditentukan berdasarkan kadar
karbonil dan spektrum inframerah transformasi Fourier (FTIR) produk oksidasi.
Sintesis SAP berbasis onggok dilakukan melalui kopolimerisasi pencangkokan
dan penautan-silang pada onggok teroksidasi, metode ini dapat dengan mudah
menambahkan sifat baru pada polimer alami dengan sedikit saja kehilangan sifat
awal substrat. Polisakarida alami memiliki keragaman struktural dan kelarutan
dalam air sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku sintesis
kopolimer cangkok (Maiti 2010).
Penelitian ini bertujuan menyintesis SAP melalui kopolimerisasi cangkok
onggok dialdehida hasil oksidasi, dengan monomer AA, MBA sebagai penautsilang, dan APS sebagai inisiator. Produk yang dihasilkan dievaluasi melalui
pencirian gugus fungsi, pengujian kapasitas serap air, larutan garam, dan larutan
berbagai pH. Bagan alir penelitian dapat dilihat di Lampiran 1.

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat radas
pencangkokan yang terdiri atas labu leher tiga, penangas air yang dilengkapi
dengan pengatur suhu, termometer, kondensor, dan pengaduk magnet, neraca
analitik, oven, alat-alat kaca, dan spektrofotometer Shimadzu FTIR Prestige-21.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tepung
onggok singkong (100 mesh), asam akrilat (AA), amonium peroksidisulfat (APS),
N,N’-metilena-bis-akrilamida (MBA) p.a (Merck), gas nitrogen (BOC), metanol,
etanol, aseton, akuades, natrium periodat (NaIO4), KBr, HCl, NaOH, dan NaCl.

Metode
Preparasi Sampel Onggok
Sampel limbah padat singkong (onggok) dicuci dengan air hingga bersih,
pencucian dilakukan sebanyak 2–3 kali. Sampel dipisahkan dari filtratnya dan
dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Sampel yang sudah kering,
diblender dan disaring dengan menggunakan saringan 100 mesh.
Oksidasi Onggok (Margutti et al. 2002)
Sebanyak 1 g sampel dicampurkan ke dalam 100 mL larutan NaIO4 dengan
variasi konsentrasi 0.01, 0.05, dan 0.1 M. Reaksi oksidasi dilakukan pada suhu 25
°C. Sampel onggok dimasukkan ke dalam wadah yang terlindungi dari cahaya,

3
kemudian ditambahkan larutan NaIO4 (dengan variasi konsentrasi). Campuran
diaduk selama variasi waktu 15 dan 60 menit. Selanjutnya produk oksidasi dicuci
dengan akuades hingga pH mendekati netral (pH 6), kemudian dikeringkan dan
disimpan di tempat yang gelap.
Penentuan Kadar Karbonil (Sangseethong et al. 2010)
Sekitar 0.2 g sampel disuspensikan ke dalam 100 mL air distilasi. Suspensi
digelatinisasi dengan penangas air selama 20 menit pada suhu 80 oC, didinginkan
pada suhu 40 oC, dan pH disesuaikan menjadi 3.2 dengan penambahan HCl 0.1
M. Kemudian 15 mL reagen hidroksilamina ditambahkan (reagen dibuat dengan
melarutkan 25 g hidroksilamina hidroklorida dalam 100 mL NaOH 0.5 M). Labu
ditempatkan pada penangas air dengan suhu 40 oC selama 4 jam. Sampel dengan
cepat dititrasi dengan HCl 0.1 M sampai pH menjadi 3.2. Penentuan blangko
hanya menggunakan reagen hidroksilamina dengan cara yang sama. Jumlah
karbonil (% b/b) dalam produk dihitung dengan menggunakan persamaan
Kadar karbonil  

= (blangko – sampel)mL × [HCl] × 0.028 × 100
bobot sampel (g)

Pencangkokan Asam Akrilat pada Onggok Dialdehida
Onggok sebagai substrat ditimbang sebanyak 7.5 g kemudian dimasukkan
ke dalam labu leher tiga dan ditambahkan akuades sebanyak 75 mL. Campuran
diaduk dengan kecepatan motor pengaduk ±200 rpm dan dipanaskan hingga suhu
mencapai 90 °C. Setelah itu, dialirkan gas nitrogen dan dibiarkan selama 30 menit
dengan suhu dijaga konstan. Setelah 30 menit, suhu diturunkan ke suhu kamar
(±30 °C), kemudian berturut-turut ditambahkan AA sebanyak 22.5 mL, MBA
sebanyak 0.03 g, dan APS sebanyak 0.3 g, dengan diaduk selama 5 menit setiap
penambahan pereaksi. Suhu dinaikkan menjadi ±77 °C dan ditunggu selama 3
jam. Selama proses pencangkokan, gas nitrogen terus dialirkan. Setelah reaksi
selesai, hasil reaksi diendapkan dengan metanol. Polimer hasil pencangkokan
digunting kecil-kecil, lalu direfluks dengan aseton sebanyak 200 mL selama 1 jam
dengan suhu 70 °C. Polimer hasil refluks dikeringkan dalam oven 60 °C dan
ditimbang.
Pencirian SAP Onggok Dialdehida-g-poli(AA)
Analisis gugus fungsi dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer
Shimadzu FTIR Prestige-21. Sebanyak 100 mg KBr dan 10 mg SAP onggok
dialdehida-g-poli(AA) dicampur hingga homogen. Campuran dibuat pelet, lalu
ditempatkan pada wadah sampel. Pemayaran dilakukan pada kisaran bilangan
gelombang 400−4000 cm-1.
Uji kapasitas serap dilakukan dengan menimbang SAP onggok-g-poli(AA)
sebanyak kira-kira 0.1 g, lalu direndam dalam 200 mL air bebas ion dengan
variasi waktu 5, 10, 20, dan 30 menit, serta 1, 2, 4, 8, 16, dan 24 jam. Uji
kapasitas serap pada berbagai nilai pH dilakukan dengan merendam ±0.1 g SAP
onggok-g-poli(AA) dalam 200 mL larutan pH 2 hingga 11 selama 24 jam. Uji
kapasitas serap dalam larutan NaCl dilakukan dengan merendam 0.1 g SAP
onggok-g-poli(AA) dalam 200 mL larutan NaCl 0.01, 0.02, 0.06, 0.08, 0.10, 0.50,
dan 1 M selama 24 jam. SAP yang telah mengembang pada setiap perlakuan

disaring dengan saringan 100 mesh. Setelah mendapat bobot konstan, bobot akhir
ditimbang. Kapasitas serap (Qeq) dihitung dengan menggunakan persamaan:
Qeq =bobot akhir (g) – bobot awal (g)
bobot awal (g)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Oksidasi Onggok
Onggok memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, yang melalui
modifikasi akan meningkat kebermanfaatannya. Dalam penelitian ini, metode
oksidasi digunakan untuk memodifikasi karbohidrat dalam onggok secara kimia.
Oksidasi akan mengubah struktur molekul karbohidrat sehingga memiliki
karakteristik yang berbeda. Besarnya perubahan pada sifat struktural, fisik, dan
kimia karbohidrat teroksidasi bergantung pada asal tumbuhan, jenis oksidator, dan
kondisi reaksi. Sifat-sifat yang dimiliki oleh karbohidrat teroksidasi di antaranya
kecerahan lebih tinggi (pati lebih putih), kekentalan lebih rendah, tekstur gel yang
dibentuk lebih lembek, granul lebih mudah pecah, serta waktu dan suhu
gelatinisasi lebih tinggi.
Karbohidrat dioksidasi dengan natrium periodat (NaIO4) sebagai oksidator
spesifik yang dapat memutus ikatan C2-C3 dan membentuk 2.3-dialdehida tanpa
hasil samping yang signifikan (Margutti et al. 2002). Untuk menghasilkan pati
teroksidasi yang optimum, dilakukan optimisasi kondisi oksidasi. Optimisasi
dilakukan pada suhu ruang dengan variasi waktu selama 15 menit dan 1 jam, dan
variasi konsentrasi NaIO4 sebesar 0.01, 0.05, dan 0.1 M. Lamanya waktu oksidasi
dapat memengaruhi hasil oksidasi onggok. Hasil oksidasi yang diinginkan adalah
onggok dialdehida, tetapi jika waktu oksidasi terlalu lama, dapat terbentuk
dikarboksilat. Sementara konsentrasi NaIO4 yang digunakan dapat memengaruhi
jumlah dialdehida yang terbentuk. Hasil oksidasi dinetralkan dengan akuades
hingga pH 6 dan dicuci kembali dengan aseton untuk menghilangkan sisa air agar
onggok teroksidasi dapat cepat kering. Reaksi oksidasi onggok dengan NaIO4
diberikan pada Gambar 1.
CH2 OH

CH2 OH

O

O

NaIO4
O

O
OH

O

OH

Gambar 1 Reaksi oksidasi onggok

CH HC
O

O

O

5
Analisis gugus fungsi dengan spektrofotometer FTIR dan penentuan kadar
karbonil digunakan sebagai parameter untuk menentukan kondisi oksidasi onggok
yang optimum. Analisis gugus fungsi dilakukan untuk menunjukkan telah
terbentuknya gugus aldehida pada onggok yang dioksidasi. Spektrum FTIR
onggok sebelum dan sesudah oksidasi dapat dilihat pada Gambar 2. Spektrum
onggok setelah oksidasi, menunjukkan pita serapan pada bilangan gelombang
2897.08 dan 1732.08 cm-1 yang secara berturut-turut menunjukkan vibrasi ulur C–
H dan vibrasi ulur C=O. Kedua pita serapan tersebut diduga berasal dari gugus
aldehida pada onggok yang telah dioksidasi dan mengindikasikan bahwa onggok
telah berhasil dioksidasi.

Gambar 2 Spektrum FTIR onggok sebelum (–) dan sesudah (–) dioksidasi
Penentuan kadar karbonil yang terbentuk pada onggok teroksidasi dilakukan
untuk menentukan kondisi optimum oksidasi. Berdasarkan Tabel, kadar karbonil
setelah reaksi berjalan 15 menit belum terlalu besar; pada waktu reaksi tersebut,
belum semua gugus OH di C2 dan C3 pada onggok teroksidasi. Onggok yang
dioksidasi selama 1 jam dengan NaIO4 0.05 dan 0.1 M menggunakan pembilas
akuades memiliki kadar karbonil yang paling tinggi, yaitu 16.63% dan 16.92%.
Dengan pembilas aseton, kadar karbonil yang diperoleh sedikit lebih rendah,
secara berturut-turut sebesar 13.69% dan 15.02%. Onggok dialdehida yang dipilih
untuk pencangkokan adalah hasil oksidasi dengan NaIO4 0.5 M selama 1 jam dan
menggunakan aseton sebagai pembilas. Hal tersebut disebabkan dengan pembilas
aseton, onggok dialdehida dapat lebih cepat kering, serta tidak lembap dan tidak
tumbuh mikrob. Kadar karbonil onggok teroksidasi, ditunjukkan pada Tabel.

6

[NaIO4] (M)
0.01
0.05
0.1
0.01
0.05
0.1
0.01
0.05
0.1

Tabel Kadar karbonil onggok oksidasi
Waktu oksidasi (menit) Kadar karbonil (%)
15
5.045
15
7.56
15
8.45
60
7.66
60
13.69
60
15.02
60
6.26
60
16.63
60
16.92

Larutan pencuci
Akuades
Akuades
Akuades
Aseton
Aseton
Aseton
Akuades
Akuades
Akuades

*Contoh perhitungan di Lampiran 2

Kopolimer Onggok Dialdehida-g-poli(AA)
Kopolimer cangkok adalah rantai makromolekul dengan 1 blok spesies atau
lebih yang disambungkan ke rantai utama sebagai rantai samping (Athawale
2005). Onggok dialdehida-g-poli(AA) dihasilkan dari hasil pencangkokan onggok
dialdehida dengan monomer AA, MBA sebagai penaut-silang, dan APS sebagai
inisiator. Metode yang lazim digunakan untuk menghasilkan kopolimer cangkok
didasarkan pada pengaktifan rantai polimer yang selanjutnya digunakan untuk
menginisiasi polimerisasi suatu monomer yang akan membentuk rantai samping
pada rantai polimer tersebut (Cowd 1991). Pengaktifan atau pembentukan pusatpusat aktif pada rantai utama dapat dilakukan dengan cara kimia menggunakan zat
inisiator. Hipotesis reaksi pencangkokan onggok dialdehida-g-poli(AA) dapat
dilihat pada Lampiran 3.
Asam akrilat (CH2=CHCOOH) digunakan sebagai monomer karena
memiliki ikatan rangkap sehingga akan mudah diinisiasi oleh inisiator untuk
mengalami polimerisasi adisi. Gugus karbonil pada asam akrilat juga dapat
meningkatkan sifat hidrofilik SAP yang dihasilkan sehingga mampu
meningkatkan kapasitas penyerapan air (Pratama et al. 2011). Reaksi penautansilang menghasilkan jejaring polimer yang berhubungan dengan kemampuan
polimer dalam menyerap air. Selain itu, adanya taut-silang (crosslink) dapat
memperkuat ikatan dalam polimer serta struktur dan kekuatan mekaniknya
sehingga SAP menjadi lebih kuat dan tidak mudah terurai oleh pelarut. Untuk
membentuk taut-silang, diperlukan senyawa yang sedikitnya memiliki 2 gugus
fungsi dan memiliki kemiripan struktur dengan monomer yang digunakan
(Fitriyanto 2013). Oleh karena itu, digunakan MBA sebagai penaut-silang.
Onggok dipilih sebagai kerangka utama kopolimer cangkok karena
bahannya mudah diperoleh dan memiliki gugus fungsi yang dapat dimodifikasi
secara kimia menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Onggok yang
digunakan ialah yang sudah dihaluskan menjadi butiran berukuran kurang lebih
100 mesh. Asam akrilat dapat dicangkokkan ke rantai pati melalui gugus hidroksil
pada posisi C2, C3, dan C6 (Enomoto-Rogers et al. 2009). Asam akrilat
kemungkinan akan menempel atau tercangkok pada posisi C2 dan C3 dengan
adanya ikatan rangkap dari gugus karbonil aldehida setelah dioksidasi.

7
Proses pencangkokan berlangsung dengan dialiri gas nitrogen yang
bertujuan menghilangkan gas oksigen dari larutan. Oksigen merupakan penggait
radikal yang dapat menonaktifkan radikal bebas (tapak aktif) yang telah terbentuk
sehingga akan menghambat kopolimerisasi pencangkokan. Nitrogen merupakan
gas stabil (lembam) yang tidak mudah bereaksi dengan radikal (tapak aktif) yang
dihasilkan (Pratama et al. 2011). Tahap persiapan sebelum pencangkokan ialah
proses gelatinisasi pati yang dilakukan pada suhu 90–95 ºC. Granul onggok yang
dipanaskan akan mengalami pemutusan ikatan hidrogen sehingga air dapat masuk
ke dalam granul pati (Wang 2003). Meresapnya air ke dalam granul akan
membengkakkan granul pati. Reaksi kopolimerisasi berlangsung pada suhu 70 ºC.
Suhu selama proses pencangkokan harus dijaga konstan karena berpengaruh
terhadap laju penggabungan rantai poli(AA) pada tulang punggung pati.
Presipitasi dilakukan dengan metanol dan etanol untuk mengikat atau mengambil
sisa air. Selanjutnya refluks dilakukan pada suhu 70 ºC selama 1 jam dengan
aseton untuk menghilangkan sisa pereaksi dan homopolimer.
Secara umum, mekanisme kopolimerisasi cangkok melibatkan 3 tahap, yaitu
inisiasi, propagasi, dan terminasi (Zhang et al. 2009). Reaksi kopolimerisasi
diawali dengan pembentukan radikal bebas sulfat (•OSO3–) dari inisiator APS
(Gambar 3). Ikatan lemah oksigen-oksigen pada APS akan terpecah secara
homolitik membentuk radikal •OSO3–. Radikal •OSO3– akan menginisiasi
pembentukan radikal onggok pada ikatan rangkap dari gugus aldehida di posisi C2
dan C3. Pembentukan radikal onggok ini merupakan tahap inisiasi. Selanjutnya
radikal onggok akan menyerang ikatan rangkap C=C pada monomer AA
membentuk radikal baru yang akan menyerang kembali ikatan rangkap pada
monomer-monomer AA lainnya secara berkelanjutan hingga membentuk rantai
cangkok poli(AA) yang panjang. Tahap ini merupakan tahap propagasi, yaitu
pertumbuhan rantai poli(AA) yang telah tercangkok pada tulang punggung pati.
Tahap terminasi melibatkan pembentukan taut-silang antara radikal pati
dialdehida-g-poli(AA) membentuk kopolimer cangkok dan taut-silang.
O
NH4

O

S
O

O
O

O

S
O

O
O

NH4

2 NH 4

O

S

O

O

Amonium peroksidisulf at

Gambar 3 Pembentukan radikal sulfat dari inisiator APS

Ciri-Ciri SAP Onggok Dialdehida-g-Poli(AA)
Hasil Analisis Gugus Fungsi Berdasarkan Spektrum FTIR
Analisis gugus fungsi dilakukan pada sampel SAP onggok dialdehida-g-poli
AA berdasarkan spektrum FTIR-nya (Gambar 4). Spektrum tersebut digunakan
untuk menunjukkan keberhasilan terbentuknya SAP. Pita serapan pada bilangan
gelombang 1246.02 dan 1168.86 cm-1 menunjukkan regangan C–O–C (dialkil)
pada pati, sedangkan pita serapan dengan bilangan gelombang 1724.36 dan
1442.75 cm-1 berturut-turut menunjukkan vibrasi ulur C=O dan tekuk OH yang

8
diduga berasal dari gugus karboksilat pada rantai poli(AA). Keberadaan vibrasi
gugus karboksilat menunjukkan keberhasilan proses pencangkokan monomer AA
pada onggok dialdehida. Akan tetapi, spektrum IR yang dihasilkan menunjukkan
puncak-puncak yang kurang tajam. Hal tersebut mungkin disebabkan hanya
sedikit AA yang tercangkok pada onggok dialdehida.

Gambar 4 Spektrum FTIR onggok dialdehida-g-poli(AA)
Kapasitas Serap Air Onggok Dialdehida-g-Poli(AA)
Polimer superabsorben (SAP) merupakan jejaring rantai polimer 3 dimensi
dengan taut-silang yang menyebabkan disosiasi gugus fungsi ionik seperti asam
karboksilat, hidroksil, amina, dan imida. SAP memiliki kapasitas penyerapan air
yang tinggi sehingga dapat mengembang (swelling) (Gambar 5). SAP hasil proses
pencangkokan ditentukan kapasitas serap air nya, dengan cara dimasukkan ke
dalam akuades pada berbagai kisaran waktu.

Gambar 5 Proses pembengkakan polimer superabsorben.
Gugus utama dalam SAP yang dihasilkan adalah gugus hidrofilik berupa
asam karboksilat (-COOH) dari monomer AA yang sudah tercangkok. Ketika
SAP dimasukkan ke dalam air atau pelarut, akan terjadi interaksi antara gugus
hidrofilik tersebut dan molekul air. Selain itu, tautan-silang 3 dimensi dalam SAP
akan memerangkap air. Tautan-silang juga mencegah pembengkakan takterbatas
pada SAP yang sudah memerangkap air (Widiyanto 2011). Air dapat diserap oleh
SAP karena tekanan osmotik air lebih rendah daripada SAP, dan air akan

9
berpindah dari tekanan osmotik rendah ke tinggi. Setelah mencapai
kesetimbangan, air yang terserap akan membentuk ikatan hidrogen dengan gugus
asam karboksilat pada AA. Pada akhirnya air yang terserap ini akan tetap tertahan
dalam SAP dan menyebabkan pembengkakan.
Kapasitas serap air dapat diukur dengan metode volumetri, gravimetri,
spektroskopi, dan mikrogelombang. Metode volumetri mengukur perubahan
volume SAP atau air sebelum dan sesudah penyerapan, metode gravimetri
mengukur perubahan bobot SAP. Metode spektroskopi mengukur perubahan
spektrum UV SAP dan metode mikrogelombang mengukur tingkat penyerapan
mikro gelombang berdasarkan perubahan energi (Anah et al. 2010). Dalam
penelitian ini, persen pembengkakan SAP diukur dengan metode gravimetri
terhadap waktu. Hasilnya ditunjukkan pada Gambar 6, dengan contoh perhitungan
diberikan di Lampiran 4. 

Gambar 6 Kapasitas serap SAP onggok dialdehida-g-poli(AA) dalam akuades
pada berbagai waktu
Berdasarkan Gambar 6, semakin lama SAP direndam dalam air, semakin
berat gel yang terbentuk seiring dengan semakin banyaknya air yang terperangkap
dalam SAP. Kapasitas serap air paling tinggi sebesar 893.22 g/g diperoleh dengan
waktu perendaman selama 24 jam. Kapasitas serap air SAP hasil pencangkokan
onggok baku (yang tidak dioksidasi) hanya sebesar 363.25 g/g. Onggok baku
memiliki 3 gugus hidroksil pada unit glukosa penyusunnya yang karena
kepolarannya, mampu menyerap air. Namun, perlakuan oksidasi pada onggok
sebelum sintesis SAP dapat menaikkan lebih dari 2 kali lipat kapasitas serap air.
Oksidasi onggok dengan NaIO4 mengubah gugus OH di posisi C2 dan C3 menjadi
aldehida serta membuka rantai siklik pati. Rantai lurus yang terbentuk akan
memperbesar rongga molekul pati dan 2 gugus aldehida dapat menjadi tapak aktif
untuk pencangkokan monomer AA sehingga lebih banyak AA dapat tercangkok.
Kedua hal ini dapat meningkatkan kapasitas serap air SAP.

10
Kapasitas Serap SAP Onggok Dialdehida-g-Poli(AA) dalam Larutan Garam
Kapasitas serap SAP onggok dialdehida-g-poli(AA) dalam larutan garam di
ukur dengan metode gravimetri dan hasil yang didapat (Lampiran 5) jauh lebih
rendah dibandingkan dengan dalam akuades Hal ini lazim dikaitkan dengan
perbedaan tekanan osmotik yang menurun antara jaringan SAP dan larutan luar
(Kuruwita 2008). Kapasitas serap SAP onggok dialdehida-g-poli(AA) semakin
menurun dengan meningkatnya konsentrasi NaCl yang digunakan (Gambar 7).
Tekanan osmotik larutan NaCl semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
konsentrasi NaCl sehingga perbedaan tekanan osmotik antara larutan luar dan
SAP semakin menurun. Hal tersebut menyebabkan penurunan kapasitas serap air.
Penyerapan maksimum terjadi pada konsentrasi NaCl 0.01 M, yaitu 137.42 g/g,
sedangkan penyerapan minimum sebesar 4.88 g/g diperoleh pada konsentrasi
NaCl 1 M.

Gambar 7 Kapasitas serap SAP onggok dialdehida-g-poli(AA) dalam larutan
garam NaCl dengan berbagai konsentrasi.
Kapasitas Serap SAP Onggok Dialdehida-g-Poli(AA) Dalam Larutan
Berbagai pH
Kapasitas serap SAP onggok dialdehida-g-poli(AA) juga diamati pada
kisaran pH 2 hingga 13 (Lampiran 6). Pada pH 2 dan 3, kapasitas serap
dipengaruhi oleh kekuatan ionik larutan asam kuat. Keberadaan ion H+ yang
berlebih akan mengurangi tolakan antarion karboksilat sehingga hidrogel sulit
mengembang. Pada pH 4 hingga 10, kapasitas serap meningkat secara signifikan
yang menunjukkan perubahan gugus –COOH menjadi anion –COO–. Deprotonasi
ini meningkatkan gaya tolak anionik sehingga kapasitas serap meningkat secara
maksimum (Kuruwita 2008). Pada pH 11 hingga 13, kapasitas serap kembali
menurun karena terbentuknya garam –COO–Na+ yang menurunkan gaya tolak
anionik (Pourjavadi et al. 2010). Hubungan kapasitas serap dengan nilai pH dapat
dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Kapasitas serap SAP onggok dialdehida-g-poli(AA) dalam larutan
berbagai pH.

SIMPULAN

SAP onggok dialdehida-g-poli(AA) berhasil disintesis melalui
kopolimerisasi pencangkokan dan penautan-silang pada onggok dialdehida
dengan monomer asam akrilat (AA), penaut-silang N,N’-metilena-bis-akrilamida
(MBA), dan inisiator amonium peroksidisulfat (APS). Onggok dialdehida dengan
kadar karbonil yang optimum dihasilkan dari oksidasi onggok dengan NaIO4 0.05
M selama 1 jam menggunakan aseton sebagai pembilasnya. Kadar karbonil
onggok dialdehida tersebut sebesar 13.69%. Kapasitas serap air SAP onggok
dialdehida-g-poli(AA) selama 24 jam sebesar 893.22 g/g, lebih dari 2 kali lipat
kapasitas serap air SAP onggok baku-g-poli(AA) selama 24 jam yang sebesar
363.25 g/g. Terbentuknya kopolimer cangkok taut-silang dapat dilihat dari
spektrum inframerah yang menunjukkan pita serapan onggok dialdehida dan AA.
Kapasitas serap maksimum dalam larutan garam dihasilkan pada konsentrasi
NaCl 0.01 M sebesar 137.42 g/g. Sementara, nilai maksimum kapasitas serap SAP
dalam larutan berbagai pH ialah 915.26 g/g pada pH 9.

DAFTAR PUSTAKA

Amroni M. 2011. Sintesis superabsorben melalui kopolimerisasi pencangkokan
dan penautan silang onggok dengan akrilamida [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Anah L, Astrini N, Suharto, Nurhikmat A, Haryono A. 2010. Studi Awal Sintesa
Carboxy-Methyl
Cellulose-Graft-Poly
(Acrylic
Acid)/Monmorilonit
Superabsorben Polimer Hidrogel Komposit Melalui Proses Kopolimerisasi
Cangkok. Bandung (ID): Pusat Penelitian Kimia-LIPI.

12
Athawale VD. 2005. Graft polymerization: starch as a model substrate. J
Macromol Sci-chem Phys. 39:445-480.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Industrial Indonesia 2012. Jakarta
(ID): BPS.
Cowd. 1991. Kimia Polimer. Firman H, penerjemah. Bandung (ID): ITB.
Terjemahan dari: Polymer Chemistry.
Enomoto-Rogers Y, Kamitakahara H, Nakayama K, Takano T, Nakatsubo F.
2009. Synthesis and thermal properties of poly(methyl methacrylate)-graft(cellobiosylamine-C15). Cellulose. 16:519-530.
Fitriyanto EB. 2013. Sintesis dan pencirian superabsorben onggok-g-asam akrilat
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kurniadi T. 2010. Kopolimerisasi grafting monomer asam akrilat pada onggok
singkong dan karakteristiknya [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kuruwita T. 2008. Smart polymer materials [disertasi]. Ohio (US): Bowling
Green State University.
Maiti S. 2010. Polysaccharide-based graft copolymers in controlled drug delivery.
PharmTech. 2(2):1350-1358.
Margutti S, Vicini S, Proietti N, Capitani D, Conio G, Pedemonte E, Segre LA.
2002. Physical-chemical characterization of acrylic polymers grafted on
cellulose. Polymer. 43:6183-6194.
Pourjavadi A, Soleyman R, Bardajee, Seidi F. 2010. γ-Irradiation synthesis of a
smart hydrogel: optimization using Taguchi method and investigation of its
swelling behavior. Chem Eng. 17:15-23.
Pratama Y, Asih AR, Sibarani J. 2011. Studi kopolimerisasi grafting asam akrilat
(AA) pada polietilen (PE) dengan inisiator H2O2/Fe2+: sebagai penukar
kation. J Kim. 5(2):143-155.
Ramadhani P. 2009. Sulfonasi onggok sebagai superabsorben [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Salim A, Suwardi. 2009. Sintesis hidrogel superabsorben berbasis akrilamida dan
asam akrilat pada kondisi atmosfer. J Lit Saintek. 14(1):1-16.
Supriyadi. 2009. Onggok untuk bahan pakan. Poultry Indonesia [Internet].
[diunduh 2013 Mar 25]. Tersedia pada: http://www .poultry Indonesia.com.
Sangseethong K, Termvejsayanon N, Sriroth K, 2010. Characterization of
physicochemical properties of hypochlorite and peroxide oxidized cassava
starches. Carbohydr Polym. 82:446-453.
Wang YJ. 2003. Physicochemical properties of common and waxy corn starches
oxidized by different levels of sodium hypochlorite. Carbohydr Polym. 52:
207-217.
Widiyanto. 2011. Superabsorben hasil pencangkokan dan penautan-silang fraksi
nonpati onggok dengan akrilamida [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Zhang T, Yuhai L, Shihuo Y, Zhongyi H. 2009. Superabsorbent hydrogel as
carriers for the controlled-release of urea: experiments and a mathematical
model describing the release rate. Biosyst Eng. 102(12): 44-50.

13
Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Onggok
Optimasi oksidasi, uji kadar karbonil, uji FTIR
Onggok
dialdehida
Pencangkokan, presipitasi, refluks
SAP

FTIR

Respon:
9 Uji kapasitas serap air
9 Uji kapasitas serap air per
waktu
9 Uji kapasitas serap dalam
larutan garam
9 Uji kapasitas serap dalam pH
berbeda

14
Lampiran 2 Kadar karbonil onggok dialdehida
Bobot
Sampel
(g)
Blanko
0.2079
0.2026
0.2010
0.2025
0.2067
0.2228
0.2130
0.2035
0.2107
0.2004
0.2108
0.2009
0.2059
0.2036
0.2098
0.2050
0.2077
0.2127

[NaIO4]
(M)
0.01
0.01
0.05
0.05
0.1
0.1
0.01
0.01
0.05
0.05
0.1
0.1
0.01
0.01
0.05
0.05
0.1
0.1

Volume HCl
Kadar
yang digunakan
Karbonil (%)
(mL)
14.30
0.00
10.40
5.25
10.80
4.84
8.90
7.52
8.80
7.60
7.10
9.75
8.40
7.14
8.50
7.62
8.70
7.70
4.00
13.69
4.50
13.69
2.80
15.27
3.70
14.77
9.80
6.12
9.60
6.40
2.00
16.90
2.10
16.17
1.60
17.12
1.60
16.72

Larutan
Pencuci
Akuades
Akuades
Akuades
Akuades
Akuades
Akuades
Aseton
Aseton
Aseton
Aseton
Aseton
Aseton
Akuades
Akuades
Akuades
Akuades
Akuades
Akuades

Contoh perhitungan:
Kadar karbonil  

= (blangko – sampel)mL × [HCl] × 0.028 × 100
bobot sampel (g)
= (14.30 – 10.40)mL × 0.1 M × 0.028 × 100
0.2079 g
= 5.25 %

Waktu
Oksidasi
(menit)
15
15
15
15
15
15
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60

15
Lampiran 3

Hipotesis reaksi kopolimerisasi taut-silang onggok dialdehida-gpoli(AA)

Tahap inisiasi
O
NH 4

O

O

S

O

O

S

O

O
O

2 NH4

NH4

O

S

O

O

O

Amonium Peroksidisulf at

CH2OH

CH2OH
O
NH4

O

S

O

O

O
NH4

O

O

O

O

OH

O

O

CH 2 OH

CH 2OH

O

O
H 2C

C
H

COOH
O CH 2 H2 C O

O CH 2 H2C O
O

S

O CH2H2C O

O CH HC O

O

O

O

O

O

CH 2

CH 2

C

CH HC

O

HO

O
C

OH

16
lanjutan Lampiran 3
Tahap propagasi
CH2 OH
CH2 OH
O
O
H2 C

H
C

COOH
O CH2 H2 C O

O CH2 H2 C O
O

O

O

CH2

CH2

C

CH HC

O

O

CH2

CH2

C

CH HC

C

O

CH2

O

C

CH HC

C

OH

OH

HO

CH2

C

OH

CH 2OH

CH2 OH

O

O
H2 C

H
C

COOH

n
O CH 2H 2C O

O CH2 H2 C O
O

O

O

CH2

CH2

C

CH HC

C

O

CH2

O

C

CH HC

O
OH

HO

O

O

O

CH 2

CH 2

C

CH HC

O

CH 2

C

CH HC

O

CH 2

C

CH HC

O
C

OH

n

HO

O

O
HO

HO

O

HO

CH2

C

OH

HO

CH 2

O
C

OH

n

HO

CH 2

O
C

OH

17
lanjutan Lampiran 3
Tahap terminasi
O

O

CH

O

CH2

C

CH

O

CH2

C

CH

HC

O

C

OH

HO

O

C

CH

O

CH2

HO

C

CH

O

CH2

CH2

HC

O

C

OH

HO

C

CH

CH2 OH

O

O

O

O

O

CH2

C

CH

O

CH2

C

CH

O

CH2

C

CH

CH2

HC

CH2

O

CH 2O H

O

O

C

OH

HO

CH2

C

CH

O

CH2

HO

C

CH

O

CH2

H2 C

C

CH

C H2 OH

H2 C

O

O

O

O

CH2

CH2

O

O

C

OH

HO

CH 2O H

CH2 H 2 C

C H2 H2 C

O

O

CH 2 O H

HC

CH2

O

O

O

O

O

CH2 OH

CH 2 H 2C

O

HC

O

C

OH

C

OH

HO

O

HC

C

O

OH

OH

HO

O

HC

H2C

C

O

CH2 O H

O

O

CH2

O

CH2

H2 C

O

CH2

C

CH

CH2 OH

H2 C

O

CH2

O

CH2 OH

CH2

O

HC

C

OH

HO

CH2

C

CH

CH2

H2 C

NH

HN

NH

HN

CH2

H2 C

O
O

C

C

H2 C

C

H2 C

CH2

C

OH

HN

NH

HN

CH2

H2 C

C

O

CH2

C

C

O

O

H2 C

H2 C

C

OH

HO

O

O

C

CH

O

CH2

n

CH 2

O

HC

O

HC

CH 2

O

C

OH

O

O

CH2 OH
O

O

CH2

NH

n

CH 2 OH

CH

O

H2 C

C

H2 C

C

O

CH2

CH2

H 2C

CH2

C

H2 C

O

CH2

H2 C

O

O

CH2 OH

O

O

O
O

CH2

CH2

O

O

CH2

O

H2 C

O

CH2

H 2C

O

O

CH2 OH

H2 C

CH 2O H

HC

O

C
H

O

O

O

O

H2 C

CH 2

H2 C

O

N
H

O

O

CH 2

C

N
H

n

O

O

O

O

H2 C

HO

C

n

HO

H2
C

C
H

OH

n

C

CH2

n

HC

O

n

CH2

CH2

HC

O

CH2

HC

CH2

CH2

O

O

O

O

O

O

HC

C

O

C

O

C

CH2 H2 C

O

n
CH2

n

HO

O

CH 2

O

O

n

HO

H2 C

O

O

n

O

CH2 OH

n

CH2

O

O

CH 2 H2 C

O

CH2

CH2

n

n

HO

HC

n

C

n

HO

CH2 OH

O

18
Lampiran 4 Kapasitas serap SAP onggok dialdehida-g-poli(AA) dalam akuades
pada berbagai waktu
Waktu
(menit)
5

10

20

30

60

120

240

480

960

1440

Ulangan
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

Bobot
Awal (g)
0.1010
0.1027
0.1030
0.1302
0.1035
0.1031
0.1039
0.1024
0.1031
0.1018
0.1018
0.1027
0.1024
0.1076
0.1083
0.1062
0.1037
0.1040
0.1029
0.1047
0.1020
0.1094
0.1062
0.1047
0.1063
0.1063
0.1040
0.1027
0.1044
0.1031

Bobot
Akhir (g)
42.8614
42.1606
45.3326
57.6268
46.2182
46.1057
48.6989
45.8142
48.3732
50.3112
50.5784
53.1427
54.3124
59.7821
59.4399
62.2846
62.2289
61.3842
62.1530
64.9244
61.6969
68.8527
67.5558
66.9264
79.1038
77.4438
77.3056
100.9700
90.4639
85.8838

Kapasitas
serap (g/g)
423.3702
409.5219
439.1223
441.6021
445.5526
446.1939
467.7093
446.4042
468.1871
493.2161
495.8408
516.4556
529.3945
554.5957
547.8448
585.4839
599.0858
589.2326
603.0136
619.0993
603.8715
628.3665
635.1186
638.2206
743.1561
727.5399
742.3230
982.1548
865.5124
832.0145

Contoh perhitungan:
Kapasitas serap (Qeq)

= bobot akhir (g) – bobot awal (g)
bobot awal (g)
= 42.8614 – 0.1010
0.1010
= 423.3702 g/g

Rerata (g/g)
424.0048

444.4495

460.7668

501.8375

543.9451

591.2764

608.6614

633.9019

737.6730

893.2272

19
Lampiran 5 Kapasitas serap SAP onggok dialdehida-g-poli(AA) dalam larutan
garam NaCl dengan berbagai konsentrasi
[NaCl]
(M)
0.01

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.2

0.5

1

Ulangan
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

Bobot
Awal (g)
0.1032
0.1013
0.1029
0.1034
0.1017
0.1026
0.1026
0.1187
0.1053
0.1055
0.1018
0.1030
0.1096
0.1023
0.1021
0.1085
0.1041
0.1065
0.1037
0.1039
0.1021
0.1028
0.1063
0.1026
0.1037
0.1088
0.1012

Bobot
Akhir (g)
8.4705
17.8192
16.1865
9.0541
8.7424
8.9716
7.7140
7.3074
7.5724
4.6441
4.9765
5.8596
5.1699
4.3753
5.2111
5.8203
4.4547
3.3010
3.5513
3.7678
3.8138
3.4365
1.2406
2.3069
0.4849
0.7166
0.6469

Kapasitas serap
(g/g)
81.0784
174.9052
156.3032
86.5638
85.9626
86.4424
74.1851
60.5619
70.9126
43.0199
47.8850
55.8893
46.1706
41.7693
50.0391
52.6433
41.7925
29.9953
33.2459
35.2637
36.3535
32.4289
10.6707
21.4844
3.6759
5.5863
5.3922

Contoh perhitungan:
Kapasitas serap (Qeq)

= bobot akhir (g) – bobot awal (g)
bobot awal (g)
= 8.4705 – 0.1032
0.1032 
= 81.0748 b/b 

Rerata (g/g)
137.4289

86.3229

68.5543

48.9314

45.9930

41.4770

35.9543

22.5280

4.8848

20
Lampiran 6 Uji kapasitas serap SAP dalam berbagai larutan pH
pH
2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Ulangan
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

Bobot
Awal (g)
0.1024
0.1036
0.1001
0.1018
0.1009
0.1138
0.1020
0.1055
0.1034
0.1028
0.1082
0.1044
0.1027
0.1044
0.1031
0.1020
0.1004
0.1079
0.1028
0.1018
0.1045
0.1072
0.1023
0.1020
0.1081
0.1057
0.1070
0.1018
0.1038
0.1188
0.1094
0.1002
0.1042
0.1062
0.1070
0.1022

Bobot
Akhir (g)
2.2340
2.7944
1.6152
16.6048
11.1547
18.2037
73.9929
72.8542
74.6813
81.4616
83.7874
82.7707
100.9700
90.4639
85.8838
82.8546
84.3925
88.1534
89.7883
90.5793
93.5036
96.8031
96.2665
92.2846
91.8330
89.4035
95.3303
43.0098
36.9981
49.1271
30.9462
29.1158
29.5347
12.1152
7.1246
13.6196

Kapasitas
serap (g/g)
20.8164
25.9729
15.1358
162.1119
109.5520
158.9622
724.4205
689.5611
721.2562
791.4280
773.3752
791.8228
982.1548
865.5124
823.0145
811.3000
839.5627
815.9916
872.4270
888.7770
893.7712
902.0139
940.0215
903.7509
848.5189
844.8230
889.9373
421.4931
355.4364
412.5277
281.8720
289.5768
282.4424
113.0791
65.5850
132.2641

Rerata (g/g)
20.6417

143.5420

711.7459

785.5420

890.2272

822.2847

884.9917

915.2621

861.0930

396.4857

284.6304

103.6427

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 5 Juli 1992. Penulis merupakan anak
pertama dari pasangan Syabanta Indrajaya dan Ambar Sari. Pada tahun 2009,
penulis lulus dari SMAN 29 Jakarta dan melanjutkan studi di Departemen Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Ujian Talenta Mandiri IPB (UTMI). Selama masa perkuliahan, penulis bergabung
menjadi anggota Paduan Suara Mahasiswa (PSM) AgriaSwara IPB. Selain itu,
penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia Dasar TPB dan asisten
praktikum Kimia Organik D3. Pada tahun 2012 penulis melakukan praktik kerja
lapangan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi
Lemigas Jakarta di Laboratorium Kimia Fisik dan Separasi.