Pengamatan Parasitoid Telur pada Chrysocoris javanus Westw. (Hemiptera: Scutelleridae) di Beberapa Wilayah Pertanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) di Kabupaten Bogor
PENGAMATAN PARASITOID TELUR PADA
Chrysocoris javanus Westw. (HEMIPTERA: SCUTELLERIDAE)
DI BEBERAPA WILAYAH PERTANAMAN JARAK PAGAR
(Jatropha curcas Linn.) DI KABUPATEN BOGOR
HAFSAH ADAWIYATUL QODIR
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
ABSTRAK
HAFSAH ADAWIYATUL QODIR.
Pengamatan Parasitoid Telur pada
Chrysocoris javanus Westw. (Hemiptera: Scutelleridae) di Beberapa Wilayah
Pertanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) di Kabupaten Bogor. Dibimbing
oleh NINA MARYANA.
Tanaman jarak pagar merupakan salah satu tanaman sumber energi
biodiesel yang potensial dan banyak dikembangkan saat ini. Namun dengan
adanya penanaman dalam skala besar dan dengan sistem pertanaman monokultur
sangat berpotensi untuk munculnya serangan organisme pengganggu tanaman
(OPT) yang dapat menurunkan produksi. Salah satunya adalah serangan hama
Chrysocoris javanus. Hama ini dapat menimbulkan kerusakan pada buah
sehingga menyebabkan buah tidak dapat dipanen. Sementara itu tindakan
pengendalian hanya berkisar pada tindakan mekanik dan kimia, sedangkan
pemanfaatan musuh alami yang berpotensi belum dikembangkan, sehingga
penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis
parasitoid, tingkat populasi dan tingkat parasitisasi parasitoid pada telur
C. javanus di lapang.
Penelitian ini dilaksanakan di pertanaman jarak pagar yang berlokasi di
Leuwikopo (Darmaga), Citeureup, dan Ciawi, Kabupaten Bogor. Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan pola diagonal dengan jumlah tanaman contoh di
Leuwikopo 100 tanaman, di Citeureup dan Ciawi masing-masing 300 tanaman,
disesuaikan dengan luas lahan yang ada. Pengamatan terhadap C. javanus
meliputi pengamatan imago, telur, nimfa instar awal dan perilaku. Pengamatan
terhadap parasitoid meliputi jenis parasitoid yang ditemukan dan tingkat
populasinya, tingkat parasitisasi telur dan kelompok telur serta perilaku parasitoid.
Tubuh imago C. javanus berwarna merah dengan garis hitam melintang
pada bagian dorsal. Telur berbentuk silinder seperti drum, stadia telur berkisar
antara 5 – 7 hari. Telur C. javanus yang sehat dan terparasit dapat dibedakan
berdasarkan warna telur, telur yang sehat berwarna orange, sedangkan telur yang
terparasit berwarna hitam. Parasitoid yang ditemukan memarasit telur C. javanus
yaitu Anastatus sp. (Eupelmidae), Famili Pteromalidae dan Famili Scelionidae.
Parasitoid Famili Pteromalidae mendominasi populasi di lahan Citeureup dan
Ciawi, dengan tingkat rata-rata populasi tertinggi 173 individu. Tingkat
parasitisasi telur ketiga parasitoid yang ditemukan relatif tinggi berkisar antara
60,10 – 97,04%. Persentase telur C. javanus yang tidak menetas relatif rendah
berkisar antara 2,40 – 6,47% dan tingkat parasitisasi kelompok telur relatif tinggi
mencapai 100% di Leuwikopo.
PENGAMATAN PARASITOID TELUR PADA
Chrysocoris javanus Westw. (HEMIPTERA: SCUTELLERIDAE)
DI BEBERAPA WILAYAH PERTANAMAN JARAK PAGAR
(Jatropha curcas Linn.) DI KABUPATEN BOGOR
HAFSAH ADAWIYATUL QODIR
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul Skripsi
: Pengamatan Parasitoid Telur pada Chrysocoris javanus
Westw. (Hemiptera: Scutelleridae) di Beberapa Wilayah
Pertanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) di
Kabupaten Bogor
Nama
: Hafsah Adawiyatul Qodir
NRP
: A34052658
Disetujui
Dr. Ir. Nina Maryana, M.Si.
Dosen Pembimbing
Diketahui
Dr. Ir. Dadang, M.Sc.
Ketua Departemen Proteksi tanaman
Tanggal lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 12 Maret 1988. Penulis
merupakan anak pertama dari lima bersaudara, dari pasangan Ujang Abdul Qodir
dan Nyai Aan Nurhasanah. Tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikannya di
SMA Negri 1 Leuwiliang dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Penulis mengambil mayor Proteksi Tanaman dan Minor Manajemen Fungsional
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi anggota salah satu
kelompok Program Kreativitas Mahasiswa bidang Teknologi (PKMT) IPB tahun
2007 dan bidang Penelitian (PKMP) pada tahun 2008. Penulis juga pernah
menjadi asisten praktikum Biologi Patogen Tumbuhan pada tahun 2007/2008, dan
Entomologi Umum pada tahun 2008/2009 dan 2009/2010 di Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk
setiap petunjuk dan kemudahan yang senantiasa diberikan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini penulis
persembahkan kepada kedua orangtua tercinta ayahanda Ujang Abdul Qodir dan
ibunda Nyai Aan Nurhasanah yang telah membesarkan dan mendidik penulis
hingga menjadi seperti sekarang ini, adik-adikku (Wildah, Munzikaelan, Tazqi,
dan Aliya), Luthfi beserta kakak-kakakku (Ir. Syamsul B. Agus, M.Si. dan
Adriani, S.Pi.) yang telah memberikan kasih sayang, semangat dan dukungan
selama ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada orang-orang yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini yaitu Dr. Ir. Nina Maryana, M.Si. yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian dan penulisan skripsi
serta selaku pembimbing akademik, Dr. Ir. Endang Nurhayati, M.S. selaku dosen
penguji tamu. Keluarga besar Laboratorium Biosistematika Serangga, Dra. Dewi
Sartiami, M.Si., Dr. Ir. Purnama Hidayat, M.Sc., Bu Aisyah, Teh Lia, Kak Elsa,
Mbak Sinta, Mbak Atik, Nila, Ozi, Febri, dan Acuy, terima kasih atas bantuan dan
dukungan semangat selama ini. Terima kasih penulis sampaikan juga kepada
Mbak Fifin, Mas Bayu, Wisnu, Mas Ali dan Surfactant and Bioenergy Research
Center (SBRC), Pak Ibrohim dan Pak Ali serta staf PT. Indocement, Pak Mamat
petani jarak Ciawi, Pak Sarjo dan Pak Nana staf dosen AGH yang telah
memberikan izin menggunakan lahan Leuwikopo. Nisa, Rita, Sulis, Dede, Nurul,
Patmi, Wanto, Huda, Mahatir, Triva, Aryo, Anci, Ana dan semua teman-teman 42
lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, teman-teman angkatan 43, 44
dan 45, terima kasih atas dukungan, bantuan, persahabatan serta kebersamannya
selama ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat secara umum maupun
perkembangan IPTEK khususnya dalam bidang proteksi tanaman.
Bogor, Februari 2010
Hafsah Adawiyatul Qodir
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
ix
PENDAHULUAN ........................................................................................
1
Latar Belakang ....................................................................................
Tujuan Penelitian ................................................................................
Manfaat Penelitian ...............................................................................
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................
3
Minyak Tanaman Jarak Pagar ..............................................................
Morfologi dan Bioekologi Tanaman Jarak Pagar ...................................
Budidaya Tanaman Jarak Pagar ...........................................................
Hama dan Penyakit pada Tanaman Jarak Pagar ...................................
Chrysocoris javanus Westw. ...............................................................
Parasitoid pada Chrysocoris javanus ....................................................
3
4
6
8
8
9
BAHAN DAN METODE .............................................................................
13
Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
Metode Penelitian ...............................................................................
Penentuan Petak Contoh dan Tanaman Contoh ...........................
Pengambilan Sampel Telur ........................................................
Pengamatan Chrysocoris javanus ..............................................
Pengamatan Parasitoid Telur ......................................................
13
13
13
14
14
14
HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
Keadaan Lahan Pengamatan ................................................................
Leuwikopo ..................................................................................
Citeureup ....................................................................................
Ciawi ..........................................................................................
Imago, Telur, dan Nimfa Chrysocoris javanus .....................................
Parasitoid Telur yang Ditemukan Selama Penelitian ............................
Anastatus sp. ..............................................................................
Famili Pteromalidae ....................................................................
Famili Scelionidae ......................................................................
Perilaku Parasitoid ......................................................................
Rata-rata Populasi Parasitoid di Lahan Pengamatan .............................
Tingkat Parasitisasi Telur Chrysocoris javanus .....................................
16
16
16
17
18
18
23
24
25
27
28
29
31
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
Kesimpulan ..........................................................................................
Saran ...................................................................................................
34
34
34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
35
LAMPIRAN .................................................................................................
38
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Jadwal pengamatan dan pengambilan telur di lapang ....................
14
2
Ukuran telur Chrysocoris javanus ..................................................
21
3
Stadia dan persen penetasan telur Chrysocoris javanus ..................
22
4
Jumlah telur Chrysocoris javanus yang terparasit dan tidak menetas
32
5
Tingkat parasitisasi kelompok telur Chrysocoris javanus ...............
33
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Diagram pengambilan tanaman contoh ........................................
13
2
Lahan jarak pagar di Leuwikopo ...................................................
16
3
Lahan jarak pagar di Citeureup ......................................................
17
4
Lahan jarak pagar di Ciawi ............................................................
18
5
Imago Chrysocoris javanus jantan dan betina ...............................
19
6
Perbedaan ujung abdomen Chrysocoris javanus betina dan jantan .
19
7
Gejala serangan Chrysocoris javanus pada buah jarak pagar .........
20
8
Peletakkan telur oleh imago Chrysocoris javanus di dalam kurungan
pemeliharaan dan di lapang ............................................................
20
9
Telur Chrysocoris javanus .............................................................
21
10
Chrysocoris javanus instar 1 dan instar 2 ......................................
23
11
Telur Chrysocoris javanus tidak terparasit dan terparasit ..............
24
12
Imago Anastatus sp. jantan dan betina ............................................
25
13
Antena imago Anastatus sp. jantan dan betina ................................
25
14
Parasitoid Famili Pteromalidae jantan dan betina ...........................
26
15
Antena imago parasitoid Famili Pteromalidae jantan dan betina .....
26
16
Parasitoid Famili Scelionidae jantan dan betina .............................
27
17
Antena imago parasitoid Famili Scelionidae jantan dan betina .......
28
18
Imago parasitoid Famili Pteromalidae sedang kopulasi dan imago
betina sedang memarasit telur Chrysocoris javanus ......................
28
19
Rata-rata tingkat populasi parasitoid pada telur Chrysocoris javanus di
Leuwikopo, Citeureup, dan Ciawi ..................................................
30
20
Tingkat parasitisasi telur Chrysocoris javanus ...............................
32
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
2
3
Perubahan warna pada telur Chrysocoris javanus hari ke-1, hari
ke-3,4, dan hari ke-5,6 ............................ ........................................
39
Imago Chrysocoris javanus yang berkumpul di permukaan bawah
daun ...............................................................................................
39
Perbedaan cangkang telur Chrysocoris javanus yang terparasit dan
tidak terparasit ...............................................................................
39
PENGAMATAN PARASITOID TELUR PADA
Chrysocoris javanus Westw. (HEMIPTERA: SCUTELLERIDAE)
DI BEBERAPA WILAYAH PERTANAMAN JARAK PAGAR
(Jatropha curcas Linn.) DI KABUPATEN BOGOR
HAFSAH ADAWIYATUL QODIR
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
ABSTRAK
HAFSAH ADAWIYATUL QODIR.
Pengamatan Parasitoid Telur pada
Chrysocoris javanus Westw. (Hemiptera: Scutelleridae) di Beberapa Wilayah
Pertanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) di Kabupaten Bogor. Dibimbing
oleh NINA MARYANA.
Tanaman jarak pagar merupakan salah satu tanaman sumber energi
biodiesel yang potensial dan banyak dikembangkan saat ini. Namun dengan
adanya penanaman dalam skala besar dan dengan sistem pertanaman monokultur
sangat berpotensi untuk munculnya serangan organisme pengganggu tanaman
(OPT) yang dapat menurunkan produksi. Salah satunya adalah serangan hama
Chrysocoris javanus. Hama ini dapat menimbulkan kerusakan pada buah
sehingga menyebabkan buah tidak dapat dipanen. Sementara itu tindakan
pengendalian hanya berkisar pada tindakan mekanik dan kimia, sedangkan
pemanfaatan musuh alami yang berpotensi belum dikembangkan, sehingga
penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis
parasitoid, tingkat populasi dan tingkat parasitisasi parasitoid pada telur
C. javanus di lapang.
Penelitian ini dilaksanakan di pertanaman jarak pagar yang berlokasi di
Leuwikopo (Darmaga), Citeureup, dan Ciawi, Kabupaten Bogor. Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan pola diagonal dengan jumlah tanaman contoh di
Leuwikopo 100 tanaman, di Citeureup dan Ciawi masing-masing 300 tanaman,
disesuaikan dengan luas lahan yang ada. Pengamatan terhadap C. javanus
meliputi pengamatan imago, telur, nimfa instar awal dan perilaku. Pengamatan
terhadap parasitoid meliputi jenis parasitoid yang ditemukan dan tingkat
populasinya, tingkat parasitisasi telur dan kelompok telur serta perilaku parasitoid.
Tubuh imago C. javanus berwarna merah dengan garis hitam melintang
pada bagian dorsal. Telur berbentuk silinder seperti drum, stadia telur berkisar
antara 5 – 7 hari. Telur C. javanus yang sehat dan terparasit dapat dibedakan
berdasarkan warna telur, telur yang sehat berwarna orange, sedangkan telur yang
terparasit berwarna hitam. Parasitoid yang ditemukan memarasit telur C. javanus
yaitu Anastatus sp. (Eupelmidae), Famili Pteromalidae dan Famili Scelionidae.
Parasitoid Famili Pteromalidae mendominasi populasi di lahan Citeureup dan
Ciawi, dengan tingkat rata-rata populasi tertinggi 173 individu. Tingkat
parasitisasi telur ketiga parasitoid yang ditemukan relatif tinggi berkisar antara
60,10 – 97,04%. Persentase telur C. javanus yang tidak menetas relatif rendah
berkisar antara 2,40 – 6,47% dan tingkat parasitisasi kelompok telur relatif tinggi
mencapai 100% di Leuwikopo.
PENGAMATAN PARASITOID TELUR PADA
Chrysocoris javanus Westw. (HEMIPTERA: SCUTELLERIDAE)
DI BEBERAPA WILAYAH PERTANAMAN JARAK PAGAR
(Jatropha curcas Linn.) DI KABUPATEN BOGOR
HAFSAH ADAWIYATUL QODIR
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul Skripsi
: Pengamatan Parasitoid Telur pada Chrysocoris javanus
Westw. (Hemiptera: Scutelleridae) di Beberapa Wilayah
Pertanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) di
Kabupaten Bogor
Nama
: Hafsah Adawiyatul Qodir
NRP
: A34052658
Disetujui
Dr. Ir. Nina Maryana, M.Si.
Dosen Pembimbing
Diketahui
Dr. Ir. Dadang, M.Sc.
Ketua Departemen Proteksi tanaman
Tanggal lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 12 Maret 1988. Penulis
merupakan anak pertama dari lima bersaudara, dari pasangan Ujang Abdul Qodir
dan Nyai Aan Nurhasanah. Tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikannya di
SMA Negri 1 Leuwiliang dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Penulis mengambil mayor Proteksi Tanaman dan Minor Manajemen Fungsional
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi anggota salah satu
kelompok Program Kreativitas Mahasiswa bidang Teknologi (PKMT) IPB tahun
2007 dan bidang Penelitian (PKMP) pada tahun 2008. Penulis juga pernah
menjadi asisten praktikum Biologi Patogen Tumbuhan pada tahun 2007/2008, dan
Entomologi Umum pada tahun 2008/2009 dan 2009/2010 di Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk
setiap petunjuk dan kemudahan yang senantiasa diberikan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini penulis
persembahkan kepada kedua orangtua tercinta ayahanda Ujang Abdul Qodir dan
ibunda Nyai Aan Nurhasanah yang telah membesarkan dan mendidik penulis
hingga menjadi seperti sekarang ini, adik-adikku (Wildah, Munzikaelan, Tazqi,
dan Aliya), Luthfi beserta kakak-kakakku (Ir. Syamsul B. Agus, M.Si. dan
Adriani, S.Pi.) yang telah memberikan kasih sayang, semangat dan dukungan
selama ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada orang-orang yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini yaitu Dr. Ir. Nina Maryana, M.Si. yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian dan penulisan skripsi
serta selaku pembimbing akademik, Dr. Ir. Endang Nurhayati, M.S. selaku dosen
penguji tamu. Keluarga besar Laboratorium Biosistematika Serangga, Dra. Dewi
Sartiami, M.Si., Dr. Ir. Purnama Hidayat, M.Sc., Bu Aisyah, Teh Lia, Kak Elsa,
Mbak Sinta, Mbak Atik, Nila, Ozi, Febri, dan Acuy, terima kasih atas bantuan dan
dukungan semangat selama ini. Terima kasih penulis sampaikan juga kepada
Mbak Fifin, Mas Bayu, Wisnu, Mas Ali dan Surfactant and Bioenergy Research
Center (SBRC), Pak Ibrohim dan Pak Ali serta staf PT. Indocement, Pak Mamat
petani jarak Ciawi, Pak Sarjo dan Pak Nana staf dosen AGH yang telah
memberikan izin menggunakan lahan Leuwikopo. Nisa, Rita, Sulis, Dede, Nurul,
Patmi, Wanto, Huda, Mahatir, Triva, Aryo, Anci, Ana dan semua teman-teman 42
lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, teman-teman angkatan 43, 44
dan 45, terima kasih atas dukungan, bantuan, persahabatan serta kebersamannya
selama ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat secara umum maupun
perkembangan IPTEK khususnya dalam bidang proteksi tanaman.
Bogor, Februari 2010
Hafsah Adawiyatul Qodir
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
ix
PENDAHULUAN ........................................................................................
1
Latar Belakang ....................................................................................
Tujuan Penelitian ................................................................................
Manfaat Penelitian ...............................................................................
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................
3
Minyak Tanaman Jarak Pagar ..............................................................
Morfologi dan Bioekologi Tanaman Jarak Pagar ...................................
Budidaya Tanaman Jarak Pagar ...........................................................
Hama dan Penyakit pada Tanaman Jarak Pagar ...................................
Chrysocoris javanus Westw. ...............................................................
Parasitoid pada Chrysocoris javanus ....................................................
3
4
6
8
8
9
BAHAN DAN METODE .............................................................................
13
Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
Metode Penelitian ...............................................................................
Penentuan Petak Contoh dan Tanaman Contoh ...........................
Pengambilan Sampel Telur ........................................................
Pengamatan Chrysocoris javanus ..............................................
Pengamatan Parasitoid Telur ......................................................
13
13
13
14
14
14
HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
Keadaan Lahan Pengamatan ................................................................
Leuwikopo ..................................................................................
Citeureup ....................................................................................
Ciawi ..........................................................................................
Imago, Telur, dan Nimfa Chrysocoris javanus .....................................
Parasitoid Telur yang Ditemukan Selama Penelitian ............................
Anastatus sp. ..............................................................................
Famili Pteromalidae ....................................................................
Famili Scelionidae ......................................................................
Perilaku Parasitoid ......................................................................
Rata-rata Populasi Parasitoid di Lahan Pengamatan .............................
Tingkat Parasitisasi Telur Chrysocoris javanus .....................................
16
16
16
17
18
18
23
24
25
27
28
29
31
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
Kesimpulan ..........................................................................................
Saran ...................................................................................................
34
34
34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
35
LAMPIRAN .................................................................................................
38
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Jadwal pengamatan dan pengambilan telur di lapang ....................
14
2
Ukuran telur Chrysocoris javanus ..................................................
21
3
Stadia dan persen penetasan telur Chrysocoris javanus ..................
22
4
Jumlah telur Chrysocoris javanus yang terparasit dan tidak menetas
32
5
Tingkat parasitisasi kelompok telur Chrysocoris javanus ...............
33
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Diagram pengambilan tanaman contoh ........................................
13
2
Lahan jarak pagar di Leuwikopo ...................................................
16
3
Lahan jarak pagar di Citeureup ......................................................
17
4
Lahan jarak pagar di Ciawi ............................................................
18
5
Imago Chrysocoris javanus jantan dan betina ...............................
19
6
Perbedaan ujung abdomen Chrysocoris javanus betina dan jantan .
19
7
Gejala serangan Chrysocoris javanus pada buah jarak pagar .........
20
8
Peletakkan telur oleh imago Chrysocoris javanus di dalam kurungan
pemeliharaan dan di lapang ............................................................
20
9
Telur Chrysocoris javanus .............................................................
21
10
Chrysocoris javanus instar 1 dan instar 2 ......................................
23
11
Telur Chrysocoris javanus tidak terparasit dan terparasit ..............
24
12
Imago Anastatus sp. jantan dan betina ............................................
25
13
Antena imago Anastatus sp. jantan dan betina ................................
25
14
Parasitoid Famili Pteromalidae jantan dan betina ...........................
26
15
Antena imago parasitoid Famili Pteromalidae jantan dan betina .....
26
16
Parasitoid Famili Scelionidae jantan dan betina .............................
27
17
Antena imago parasitoid Famili Scelionidae jantan dan betina .......
28
18
Imago parasitoid Famili Pteromalidae sedang kopulasi dan imago
betina sedang memarasit telur Chrysocoris javanus ......................
28
19
Rata-rata tingkat populasi parasitoid pada telur Chrysocoris javanus di
Leuwikopo, Citeureup, dan Ciawi ..................................................
30
20
Tingkat parasitisasi telur Chrysocoris javanus ...............................
32
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
2
3
Perubahan warna pada telur Chrysocoris javanus hari ke-1, hari
ke-3,4, dan hari ke-5,6 ............................ ........................................
39
Imago Chrysocoris javanus yang berkumpul di permukaan bawah
daun ...............................................................................................
39
Perbedaan cangkang telur Chrysocoris javanus yang terparasit dan
tidak terparasit ...............................................................................
39
PENDAHULUAN
Latar belakang
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn.) merupakan salah satu
tanaman sumber energi biodisel yang potensial karena kandungan minyak dalam
biji jarak pagar mencapai lebih dari 40% (Wirawan 2005 dalam Nurcholis dan
Sumarsih 2007). Potensi tanaman jarak pagar ini dapat menjadi salah satu cara
untuk menanggulangi terjadinya penurunan produksi BBM (bahan bakar minyak)
fosil (Nurcholis dan Sumarsih 2007). Tanaman jarak pagar ini relatif mudah
dibudidayakan. Keunggulan lain tanaman ini yaitu tanaman dapat tumbuh pada
berbagai jenis lahan seperti lahan yang beriklim kering, lahan marjinal dan lahan
kritis (Hambali et al. 2006; Nurcholis dan Sumarsih 2007). Karena berbagai
kelebihannya maka akhir-akhir ini tanaman jarak pagar mulai banyak ditanam dan
dikembangkan di Indonesia.
Menurut data Departemen Pertanian (2009), lahan jarak di Indonesia pada
tahun 2006 mencapai 6043 ha, dengan produksi mencapai 1047 ton per tahun.
Meskipun tanaman jarak pagar dikenal sebagai tanaman yang beracun dan
memiliki sifat sebagai insektisida, namun dengan adanya penanaman dalam skala
besar dan dengan sistem pertanaman monokultur, maka keadaan itu sangat
berpotensi untuk menimbulkan serangan hama dan munculnya penyakit tanaman.
Hal tersebut dapat mengganggu pertumbuhan tanaman yang akan menurunkan
produksi buah atau biji. Hama yang menyerang tanaman jarak pagar antara lain
Valanga spp., Locusta migratoria (Orthoptera: Acrididae), Chrysocoris javanus
(Hemiptera: Scutelleridae), Agrotis ipsilon, Spodoptera litura (Lepidoptera:
Noctuidae), dan Parasa lepida (Lepidoptera: Limacodidae) (Hambali et al. 2006;
Prihandana dan Hendroko 2006; Priyanto 2007).
C. javanus atau kepik lembing adalah salah satu hama penting pada jarak
pagar yang menyerang pada masa generatif, terutama pada buah. Serangannya
dapat menimbulkan kerugian yang cukup berarti, karena hama ini menyerang
jarak pada saat pembungaan dan menjelang pembentukan buah.
Kepik ini
menghisap buah, sehingga menimbulkan kerusakan pada kapsul buah yang sedang
2
berkembang dan dapat menyebabkan buah tidak dapat dipanen (Deptan 2007;
Rumini dan Karmawati 2007). Oleh karena itu, tindakan pengendalian terhadap
C. javanus perlu dilakukan.
Beberapa tindakan pengendalian yang pernah
dilakukan adalah secara mekanik, penggunaan pestisida sintesis, pestisida nabati,
dan penggunaan musuh alami hama seperti parasitoid, predator, dan
entomopatogen (Nurcholis dan Sumarsih 2007).
Rumini dan Karmawati (2007) melaporkan dua jenis parasitoid yang
pernah ditemukan menyerang telur C. javanus, yaitu Anastatus sp. (Hymenoptera:
Eupelmidae) dan Epiterobia sp. (Hymenoptera: Pteromalidae).
Akan tetapi,
informasi penggunaan musuh alami sebagai pengendali C. javanus masih terbatas,
terutama informasi mengenai jenis-jenis parasitoidnya. Selain parasitoid tersebut,
kemungkinan ditemukannya jenis parsitoid lain yang dapat menyerang C. javanus
cukup besar. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai keragaman jenis
parasitoid telur yang ada pada pertanaman jarak dan potensinya sehingga dapat
menambah informasi dalam mengendalikan hama C. javanus secara hayati di
lapang.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis parasitoid, tingkat populasi
dan tingkat parasitisasi parasitoid pada telur C. javanus di tiga lokasi pertanaman
jarak pagar di Kabupaten Bogor.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
keragaman jenis parasitoid dan tingkat parasitisasi parasitoid pada telur C.
javanus yang dapat dikembangkan untuk aplikasi PHT pada pertanaman jarak
pagar.
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak Tanaman Jarak Pagar
Bahan bakar nabati (BBN) adalah semua bahan bakar yang berasal dari
minyak nabati.
BBN dapat berupa biodiesel, bioetanol, atau bio-oil (minyak
nabati murni).
BBN ini dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar, baik dalam
bentuk esternya (biodiesel), atau anhydrous alkoholnya (bioetanol) maupun
minyak nabati murninya (pure plant oil atau PPO). Biodiesel merupakan bentuk
ester dari minyak nabati setelah adanya perubahan sifat kimia karena proses
transesterifikasi yang memerlukan tambahan metanol (Prastowo 2007).
Penggunaan biodiesel sebagai sumber energi dapat menjadi salah satu
solusi dalam menghadapi kelangkaan energi fosil pada masa yang akan datang.
Bila dibandingkan dengan bahan bakar diesel atau solar, biodiesel bersifat lebih
ramah lingkungan, dapat diperbaharui (renewable), dapat terurai (biodegradable),
memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin karena termasuk kelompok
minyak tidak mengering (non-drying oil), mampu mengeliminasi efek rumah
kaca, dan kontinuitas ketersediaan bahan baku terjamin. Biodiesel bersifat ramah
lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik
dibandingkan diesel atau solar, terbakar sempurna, dan tidak menghasilkan racun
(nontoxic) (Hambali et al. 2006).
Banyak jenis komoditas perkebunan yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi alternatif atau sebagai sumber bahan bakar nabati. Komoditas
tersebut terutama adalah tanaman yang dapat menghasilkan minyak lemak nabati,
yang secara mudah dapat diubah menjadi biodiesel maupun digunakan langsung,
selain itu umur tanaman pendek atau cepat menghasilkan, biaya budidaya murah,
perawatan mudah, bisa tumbuh di berbagai tempat (termasuk lahan kritis) dan
kandungan minyaknya tinggi (rendemen 35 – 38%). Salah satu tanaman yang
baik dijadikan sebagai sumber bahan bakar nabati adalah tanaman jarak pagar
(Prihandana dan Hendroko 2006; Prastowo 2007).
Biji jarak pagar terdiri dari 60% berat kernel (daging biji) dan 40% berat
kulit. Inti biji jarak pagar (kernel) mengandung sekitar 50% minyak sehingga
4
dapat diekstrak menjadi minyak jarak dengan cara mekanis ataupun ekstraksi
dengan pelarut seperti heksana. Kandungan minyak jarak pagar per ha mencapai
1590 kg atau 1892 liter. Minyak jarak pagar terdiri dari komposisi trigliserida,
asam lemak esensial dan toksin berupa phorbol ester dan curcin. Komponen
terbesar minyak jarak adalah trigliserida yang mengandung asam lemak oleat dan
linoleat (Hambali et al. 2006).
Kandungan minyak jarak pagar dipengaruhi oleh tingkat kemasakan buah.
Beberapa tingkatan buah jarak pagar dalam satu ranting yaitu (1) buah muda,
ditandai dengan kulit buah berwarna hijau muda, biji berwarna putih, daging biji
belum terbentuk masih berupa air yang keruh, biji ini belum mengandung minyak;
(2) buah setengah tua, ditandai dengan kulit buah berwarna hijau, kulit biji
berwarna coklat muda keputih-putihan, daging biji telah terbentuk namun masih
lunak, biji juga belum mengandung minyak; (3) buah tua, ditandai dengan kulit
buah berwarna hijau tua, biji berwarna hitam dan keras, biji telah mengandung
minyak walaupun masih rendah; (4) buah masak, kulit buah berwarna kuning
sampai hitam, biji telah berwarna hitam mengkilat dan keras, kandungan minyak
paling tinggi; dan (5) buah lewat masak, buah telah kering atau telah jatuh,
tergantung pada kondisi lingkungan, jika kondisi kering maka buah dapat
tergantung di pohon selama 2 – 3 bulan ditandai dengan kulit buah telah
mengering dengan warna coklat kehitaman.
Dalam keadaan basah, buah akan
jatuh dan berkecambah, dalam kondisi demikian kandungan minyaknya sangat
rendah (Indartono 2006). Menurut Yeyen et al. (2006 dalam Indartono 2006),
panen buah pada tingkat 4, memberikan hasil minyak tertinggi yaitu 30,32%
untuk buah berwarna kuning dan 31,47% untuk buah hitam. Buah pada tingkat 3,
kandungan minyaknya hanya 20,70%.
Morfologi dan Bioekologi Tanaman Jarak Pagar
Klasifikasi tanaman jarak pagar yaitu (Hambali et al. 2006)
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledone
Ordo
: Euphorbiales
5
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Jatropha
Spesies
: Jatropha curcas Linn.
Jarak pagar adalah tanaman yang berasal dari Amerika Tengah yang
mempunyai 4 varietas, yaitu varietas Cape Verde, Nicaragua, Ife-Nigeria, dan
varietas tidak beracun Mexico. Varietas Cape Verde merupakan varietas yang
umum terdapat di seluruh dunia dan bersifat toksik karena mengandung senyawa
lektine dan ester forbol (Henning 2005 dalam Nurcholis dan Sumarsih 2007).
Jarak pagar merupakan tanaman perdu yang dapat mencapai umur 50 tahun.
Tinggi tanaman pada kondisi normal adalah 1 – 7 m, percabangan tidak teratur
dengan ranting bulat dan tebal. Batang mengandung getah seperti lateks berwarna
putih atau kekuningan (Nurcholis dan Sumarsih 2007).
Daun jarak pagar adalah daun tunggal berlekuk dan bersudut 3 atau 5,
berbentuk bulat telur dengan pangkal berbentuk jantung dengan panjang 5 –
15 cm. Daunnya tersebar sepanjang batang dan mempunyai bentuk tulang daun
yang menjari dengan jumlah tulang 5 – 7 tulang. Bunga jarak merupakan bunga
majemuk berbentuk malai, berwarna kuning kehijauan, berkelamin tunggal dan
berumah satu (bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman).
Bunga mulai muncul saat tanaman berumur 3 – 4 bulan dan umumnya muncul
pada musim kemarau. Bunga muncul pada bagian ujung dari percabangan dan
terdiri atas bunga jantan dan bunga betina dalam setiap malai. Bunga betina 4 – 5
kali lebih banyak dari bunga jantan. Buah tersusun dalam tandan buah, setiap
tandannya bersisi 10 buah atau lebih. Bentuk buah membulat atau bulat telur,
berukuran panjang 2 – 4 cm. Pada umumnya buah terdiri dari 3 ruang biji. Buah
matang ditandai dengan perubahan warna kulit buah dari hijau menjadi kuning
dan kehitaman. Biasanya buah masak pertama kali setelah tanaman berumur 6 – 8
bulan. Biji berbentuk bulat lonjong dan berwarna cokelat kehitaman. Bagian biji
inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen sekitar 30 – 50% dan
mengandung toksin sehingga tidak dapat dimakan (Hambali et al. 2006; Nurcholis
dan Sumarsih 2007).
Tanaman jarak pagar dapat tumbuh di berbagai daerah dengan agroklimat
yang beragam, dari daerah tropis yang sangat kering sampai subtropis lembab
6
maupun daerah hutan basah. Curah hujan yang sesuai adalah 625 mm per tahun,
namun tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan curah hujan 300
–
2380 mm per tahun. Kisaran suhu yang sesuai untuk bertanam jarak adalah 20 –
26oC, suhu yang terlalu tinggi (di atas 35oC) atau terlalu rendah (di bawah 15oC)
akan menghambat pertumbuhan serta mengurangi kadar minyak dalam biji dan
mengubah komposisinya. Tanah yang sesuai adalah tanah geluh pasiran dengan
kondisi pH tanah 5,0 – 6,5 (Hambali et al. 2006; Hamdi 2005 dalam Nurcholis
dan Sumarsih 2007). Jarak pagar mempunyai sistem perakaran yang mampu
menahan air dan tanah sehingga tahan terhadap kekeringan serta berfungsi sebagai
tanaman penahan erosi (Hambali et al. 2006).
Budidaya Tanaman Jarak Pagar
Tanaman jarak pagar merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada
berbagai jenis kondisi lahan, pada lahan di dataran rendah maupun di lereng bukit,
yang penting lahan tidak tergenang dan memiliki drainase baik (Hambali et al.
2006). Menanam jarak pagar dapat dilakukan dengan menyemai benih terlebih
dahulu atau dengan menanam stek batang langsung di lahan. Namun demikian,
untuk menjamin keberhasilan pada awal pertumbuhan, lebih baik ditanam dalam
bentuk bibit dari benih terutama apabila akan ditanam dalam jumlah besar di
lahan kritis atau lahan yang tidak subur (Nurcholis dan Sumarsih 2007). Selain
dengan benih dan bibit stek, ada beberapa cara lain untuk perbanyakan tanaman
jarak pagar, yaitu okulasi, penyambungan dan kultur jaringan (Hambali et al.
2006).
Pembibitan dapat dilakukan di polibag atau bedengan. Setiap polibag diisi
media tanam berupa tanah lapisan atas (top soil) yang dicampur pupuk kandang.
Tempat pembibitan dapat diberi naungan atau atap dari daun kelapa, jerami atau
paranet. Lama pembibitan sekitar 2 – 3 bulan kemudian dipindahkan ke lapang.
Kegiatan yang dilakukan selama pembibitan yaitu penyiraman, penyiangan, dan
seleksi. Sebelum dilakukan pemindahan bibit ke lahan, harus dilakukan kegiatan
persiapan lahan yang mencakup pembukaan lahan (land clearing), pengajiran dan
pembuatan lubang tanam. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 3 m x 3 m
(populasi 1100 pohon per ha), 2 m x 3 m (populasi 1600 pohon per ha), 2 m x 2 m
7
(populasi 2500 pohon per ha) dan 1,5 m x 2 m (populasi 3300 pohon per ha). Bila
menggunakan bibit dalam polibag, lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x
40 cm x 40 cm, sementara bila berupa stek bibit dapat langsung ditanam ke dalam
lubang tanam. Pada areal yang miring sebaiknya penanaman dilakukan dengan
sistem kontur dengan jarak tanam 1,5 m (Hambali et al. 2006).
Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan sehingga
kebutuhan air bagi tanaman cukup tersedia. Untuk menjaga pertanaman jarak
agar tumbuh cepat dan berproduksi optimal, maka perlu dilakukan penyiangan
sedini mungkin, yaitu dimulai pada saat tanaman berumur 3 – 4 minggu.
Penyiangan ini bertujuan untuk membersihkan lahan dari gulma ataupun tanaman
lain yang dapat merusak atau menggangu pertumbuhan tanaman jarak.
Pemupukan dilakukan untuk menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman.
Jenis dan dosis pupuk yang diperlukan disesuaikan dengan tingkat kesuburan
tanah setempat. Jenis pupuk yang umum diperlukan tanaman yaitu pupuk organik
(kompos atau pupuk kandang), N, P, K, dan Mg untuk mendapatkan hasil yang
maksimal (Hambali et al. 2006). Pemangkasan perlu dilakukan agar tanaman
meningkatkan jumlah cabang produktif dengan bentuk dan ukuran tanaman yang
baik. Kegiatan pemangkasan dapat dilakukan kira-kira sebulan setelah tanam atau
setelah tinggi tanaman mencapai 40 – 60 cm. Penjarangan juga perlu dilakukan
untuk mengurangi terjadinya kompetisi antar tanaman (Hambali et al. 2006;
Nurcholis dan Sumarsih 2007).
Tanaman dapat berproduksi pada umur 4 – 5 bulan, dengan produktivitas
penuh terjadi pada umur sekitar 5 tahun dengan kemampuan menghasilkan 2 –
4 kg biji per tanaman per tahun. Produksi akan stabil setelah tanaman berumur
lebih dari 5 tahun dan bila dipelihara dengan baik, tanaman jarak pagar dapat
hidup lebih dari 20 tahun. Akan tetapi, produksi bunga dan biji ini dipengaruhi
oleh curah hujan dan unsur hara. Kekurangan unsur hara akan menyebabkan
produksi biji berkurang. Bila dalam setahun hanya terdapat satu kali musim hujan
maka pembuahan biasanya hanya terjadi sekali dalam setahun.
Namun, bila
tanaman diberi pengairan maka pembuahan akan terjadi sampai tiga kali dalam
setahun (Hambali et al. 2006).
8
Hama dan Penyakit pada Tanaman Jarak Pagar
Jarak pagar dikenal sebagai tanaman yang beracun dan mempunyai sifatsifat sebagai insektisida. Namun demikian, beberapa jenis organisme pengganggu
tanaman (OPT) dilaporkan dapat menyerang tanaman ini dan menimbulkan
kerusakan ekonomis pada perkebunan jarak. OPT yang menyerang tanaman jarak
pagar adalah Valanga nigricornis (Orthoptera: Acrididae), Nezara viridula
(Hemiptera: Pentatomidae), Chrysochoris javanus (Hemiptera: Scutelleridae),
Ferrisia virgata, Nipaecoccus viridis (Hemiptera: Pseudococcidae), Leptocorisa
oratorius (Hemiptera: Alydidae), Empoasca sp. (Hemiptera: Cicadellidae),
Selenothrips rubrocinctus (Thysanoptera: Thripidae), Lagocheirus undatus
(Coleoptera: Cerambycidae), Liriomyza sp. (Diptera: Agromyzidae), Spodoptera
litura
(Lepidoptera: Noctuidae),
Chalcocelis
albiguttata, Parasa lepida
(Lepidoptera: Limacodidae), dan Tungau (Tarsonemidae dan Eriophyidae).
Penyakit pada tanaman jarak adalah busuk akar (Clitocybe tabescens), busuk
batang (Fusarium sp.), bercak daun bakteri (Xanthomonas rinicola), bercak daun
coklat (Helminthosporium sp.), embun tepung (Oidium sp.), hawar daun
(Phytopthora spp.), dan busuk buah (Botrytis ricini) (Prihandana dan Hendroko
2006; Nurcholis dan Sumarsih 2007; Rumini dan Karmawati 2007; Chandra
2008).
Chrysocoris javanus Westw.
Salah satu serangga yang merupakan hama penting pada pertanaman jarak
pagar di Indonesia adalah C. javanus atau kepik lembing. Siklus hidup serangga
ini berkisar antara 60 – 80 hari. Telur berbentuk seperti tong dan diletakkan
secara berkelompok di bawah permukaan daun.
Pada fase nimfa tubuhnya
berwarna hitam dengan bintik merah, kuning, dan hijau mengkilat, sementara
bagian dorsal toraks berwarna hijau metalik. Nimfa hidup berkelompok. Ciri
khas fase imago serangga ini yaitu tubuhnya mempunyai bentuk seperti perisai
yang khas dengan skutelum yang berkembang baik. Warna tubuh didominasi oleh
warna merah dengan garis-garis hitam melintang yang jelas (Dadang et al. 2007;
Rumini dan Karmawati 2007). C. javanus memiliki antena lebih panjang dari
kepala. Nimfa dan imago serangga ini gerakannya lambat (Kalshoven 1981).
9
Serangga ini selain ditemukan pada tanaman jarak pagar, ditemukan juga
pada tanaman jarak kepyar (Ricinus communis) (Kalshoven 1981). C. javanus
mulai menyerang jarak pagar pada saat pembungaan atau saat menjelang
pembentukan buah. Serangga ini menghisap nutrisi dalam buah sehingga
menimbulkan kerusakkan pada kapsul buah yang sedang berkembang. Bunga
atau buah yang terserang akan menjadi coklat kehitaman dan mengering, bunga
tidak bisa menjadi buah, sedangkan buah menjadi rusak dan tidak dapat dipanen
(Sodiq 2006; Rumini dan Karmawati 2007). Pengendalian yang dapat dilakukan
untuk hama ini yaitu secara mekanis dengan mengumpulkan telur, nimfa dan
imago kemudian dimusnahkan; kultur teknis dengan tidak menanam tanaman
inang lain seperti padi, jagung, kacang-kacangan, dan tanaman Solanaceae di
sekitar areal pertanaman; pengendalian dengan pemanfaatan musuh alami;
pestisida nabati dengan menggunakan ekstrak mimba; dan menggunakan
insektisida berbahan aktif imidachlorpid dan MIPC (Metabolism of 2isopropylphenyl N-methyl carbamate) (Deptan 2007; Rumini dan Karmawati
2007).
Parasitoid pada Chrysocoris javanus
Beberapa jenis parasitoid yang pernah dilaporkan ditemukan memarasit
telur C. javanus adalah Anastatus sp. (Hymenoptera: Eupelmidae), Trissolcus
latisulcus
(Hymenoptera:
Scelionidae),
Epiterobia
sp.
(Hymenoptera:
Pteromalidae) dan Ooencyrtus malayensis (Hymenoptera: Encyrtidae) (Rumini
dan Karmawati 2007; Rider 2009). Anastatus sp. merupakan parasitoid yang
termasuk ke dalam Superfamili Chalcidoidea, Subfamili Eupelminae. Beberapa
spesies Anastatus dapat memarasit telur kecoa (Blattodea), dan Mantodea, bahkan
ada yang muncul dari kokon Braconidae.
Walaupun secara umum inangnya
spesifik pada telur inang tertentu, tetapi kadang-kadang genus ini memarasit
beberapa jenis inang lain dalam kondisi ekologi yang sama seperti pada Anastatus
bifasciatus (Boucek 1988).
Menurut
Clausen (1940), selain bersifat
endoparasitoid, Anastatus juga ditemukan sebagai ektoparasitoid soliter pada
puparium Ordo Diptera seperti Famili Tachinidae dan Cecidomyiidae.
Endoparasitoid adalah perkembangan parasitoid di dalam inang, sedangkan
10
ektoparasitoid adalah parasitoid yang perkembangannya di luar inang.
Pada
parasiotid soliter hanya ada satu parasitoid yang dapat berkembang hingga imago
pada satu individu inang (Van Driesche et al. 2008). Periode oviposisi Anastatus
termasuk pendek dan kapasitas reproduksinya juga rendah.
Imago betina
Anastatus albitarsis rata-rata menempatkan 50 butir telur selama periode
peletakkan 15 hari (Clausen 1940).
Parasitoid yang termasuk ke dalam Famili Eupelmidae pada umumnya
merupakan parasitoid primer atau sebagai hiperparasitoid dari fase telur atau larva
dari berbagai macam serangga dan laba-laba (Aranae) (Gibson 1993; Borror et al.
1996). Panjang tubuh berkisar antara 1 – 10 mm. Biasanya berwarna gelap,
seringkali metalik.
Morfologinya sangat bervariasi, meskipun beberapa jenis
spesies relatif mudah dibedakan dengan anggota Chalcidoidea lainnya dengan
posisi cekungan pada tengah mesonotum (Borror et al. 1996; Naumann 1996).
Sayap kadang brakhiptera atau mikroptera.
Venasi stigma dan post marjinal
relatif pendek dari venasi marjinal. Tungkai biasanya ramping, tidak pendek.
Tungkai tengah dengan taji tibia yang besar, tarsus terdiri dari 5 ruas (Naumann
1996). Mesonotum datar dan terdapat notauli. Umumnya ukuran tubuh jantan
kecil, jantan mirip dengan Pteromalidae jantan. Eupelmidae merupakan pelompat
yang baik dengan mesopleuron cembung (Borror et al. 1996). Parasitoid ini juga
memiliki kecenderungan yang tidak biasa yaitu apabila mati, posisi tubuh imago
mirip huruf U, dimana kepala menyentuh bagian ujung metasoma dan tungkaitungkai mengarah ke depan (Borror et al. 1996). Kecenderungan ini dikarenakan
adanya adaptasi unik dari sklerits dan otot mesotoraks untuk melompat (Pitkin
2004). Eupelmidae ditemukan di seluruh dunia dalam berbagai habitat (Borror et
al. 1996).
T. latisulcus merupakan parasitoid yang termasuk ke dalam Superfamili
Platygastroidea. Trissolcus sp. dalam memarasit telur inang memiliki perilaku
memeriksa dengan hati-hati semua telur yang tersedia dan tidak akan memarasit
telur yang sebelumnya telah diparasit. Hal ini dilakukan dengan cara menusukkan
ovipositor (Clausen 1940).
Famili Scelionidae merupakan parasitoid pada telur serangga dan laba-laba
(Naumann 1996). Secara umum panjang tubuh Famili Scelionidae berkisar antara
11
1 – 2,5 mm, ukuran tubuh paling kecil adalah 0,5 mm dan paling besar mencapai
10 mm. Warna tubuh famili ini didominasi warna hitam, kadang-kadang kuning
atau banyak warna, seringkali dengan sculpture yang jelas, dan jarang dengan
warna metalik. Antena biasanya dengan 9 – 10 ruas flagelomer, paling sedikit 4
ruas dan paling banyak mencapai 12 ruas.
Sayap depan dengan venasi
submarginal mencapai sisi depan dari sayap (Masner 1993). Imago betina dengan
sersi seperti pelat (Naumann 1996).
Imago parasitoid Famili Scelionidae
umumnya berada pada lingkungan yang lebih terbuka dan terpapar sinar matahari
seperti padang rumput, tetapi dapat juga berada pada lingkungan berupa gurun
pasir, hutan, tanah, dan air.
Anggota Famili Scelionidae terbagi pada tiga
kelompok subfamili yaitu Scelioninae, Telesinae, dan Telenominae (Masner
1993).
Famili Pteromalidae adalah satu kelompok yang besar dari Hymenoptera
parasitoid, termasuk ke dalam Superfamili Chalcidoidea. Sebagian besar anggota
dari famili ini ditempatkan dalam dua subfamili yaitu Miscogasterinae dan
Pteromalinae (Borror et al. 1996). Pada umumnya serangga famili ini berwarna
gelap atau pucat, seringkali metalik.
Femur tungkai terakhir kadang-kadang
membesar. Tarsi terdiri dari 5 ruas (Naumann 1996). Antena terdiri dari 5 ruas
atau lebih, dan pronotum dilihat dari arah dorsal menyempit pada bagian anterior.
Famili Pteromalidae dapat berperan sebagai parasitoid soliter atau gregarius,
beberapa jenis ada juga yang bersifat sebagai hiperparasitoid.
Famili
Pteromalidae terdiri dari 39 Subfamili, di antaranya adalah Akapalinae,
Asaphinae,
Pteromalinae,
Pireninae,
Miscogasterinae,
Eunotinae,
dan
Macromesinae (Gibson 1993).
Ooencyrtus malayensis merupakan parasitoid yang termasuk ke dalam
Superfamili Chalcidoidea. Parasitoid ini dapat memarasit telur Pentatomidae,
dengan siklus hidup berkisar antara 12 – 13 hari. Beberapa spesies memakan
cairan telur inangnya (Clausen 1940). Pada umumnya genus ini memarasit telur
Hemiptera, Neuroptera, dan Lepidoptera (Borror et al. 1996).
Menurut Borror et al. (1996), panjang tubuh Famili Encyrtidae berkisar
antara 1 – 2 mm dengan mesopleuron yang cembung dan lebar serta tidak
berlekuk. Tubuh berwarna gelap atau pucat, seringkali metalik. Antena terdiri
12
dari 5 – 11 ruas (Naumann 1996). Koksa depan dan tengah saling berdekatan dan
mesonotum cembung. Kisaran inang Famili Encyrtidae mencakup Ordo
Othoptera,
Hemiptera,
Neuroptera,
Diptera,
Lepidoptera,
Coleoptera,
Hymenoptera dan laba-laba (Borror et al. 1996; Van Driesche et al. 2008). Inang
yang diserang dapat dalam fase telur, larva, nimfa dan imago. Selain sebagai
parasitoid,
beberapa
Famili
Encyrtidae
hiperparasitoid (Borror et al. 1996).
juga
dapat
berperan
sebagai
Beberapa jenis dari Famili Encyrtidae
memiliki reproduksi poliembrio yang memungkinkan ribuan individu muncul dari
satu inang (Clausen 1940; Borror et al.
Chrysocoris javanus Westw. (HEMIPTERA: SCUTELLERIDAE)
DI BEBERAPA WILAYAH PERTANAMAN JARAK PAGAR
(Jatropha curcas Linn.) DI KABUPATEN BOGOR
HAFSAH ADAWIYATUL QODIR
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
ABSTRAK
HAFSAH ADAWIYATUL QODIR.
Pengamatan Parasitoid Telur pada
Chrysocoris javanus Westw. (Hemiptera: Scutelleridae) di Beberapa Wilayah
Pertanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) di Kabupaten Bogor. Dibimbing
oleh NINA MARYANA.
Tanaman jarak pagar merupakan salah satu tanaman sumber energi
biodiesel yang potensial dan banyak dikembangkan saat ini. Namun dengan
adanya penanaman dalam skala besar dan dengan sistem pertanaman monokultur
sangat berpotensi untuk munculnya serangan organisme pengganggu tanaman
(OPT) yang dapat menurunkan produksi. Salah satunya adalah serangan hama
Chrysocoris javanus. Hama ini dapat menimbulkan kerusakan pada buah
sehingga menyebabkan buah tidak dapat dipanen. Sementara itu tindakan
pengendalian hanya berkisar pada tindakan mekanik dan kimia, sedangkan
pemanfaatan musuh alami yang berpotensi belum dikembangkan, sehingga
penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis
parasitoid, tingkat populasi dan tingkat parasitisasi parasitoid pada telur
C. javanus di lapang.
Penelitian ini dilaksanakan di pertanaman jarak pagar yang berlokasi di
Leuwikopo (Darmaga), Citeureup, dan Ciawi, Kabupaten Bogor. Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan pola diagonal dengan jumlah tanaman contoh di
Leuwikopo 100 tanaman, di Citeureup dan Ciawi masing-masing 300 tanaman,
disesuaikan dengan luas lahan yang ada. Pengamatan terhadap C. javanus
meliputi pengamatan imago, telur, nimfa instar awal dan perilaku. Pengamatan
terhadap parasitoid meliputi jenis parasitoid yang ditemukan dan tingkat
populasinya, tingkat parasitisasi telur dan kelompok telur serta perilaku parasitoid.
Tubuh imago C. javanus berwarna merah dengan garis hitam melintang
pada bagian dorsal. Telur berbentuk silinder seperti drum, stadia telur berkisar
antara 5 – 7 hari. Telur C. javanus yang sehat dan terparasit dapat dibedakan
berdasarkan warna telur, telur yang sehat berwarna orange, sedangkan telur yang
terparasit berwarna hitam. Parasitoid yang ditemukan memarasit telur C. javanus
yaitu Anastatus sp. (Eupelmidae), Famili Pteromalidae dan Famili Scelionidae.
Parasitoid Famili Pteromalidae mendominasi populasi di lahan Citeureup dan
Ciawi, dengan tingkat rata-rata populasi tertinggi 173 individu. Tingkat
parasitisasi telur ketiga parasitoid yang ditemukan relatif tinggi berkisar antara
60,10 – 97,04%. Persentase telur C. javanus yang tidak menetas relatif rendah
berkisar antara 2,40 – 6,47% dan tingkat parasitisasi kelompok telur relatif tinggi
mencapai 100% di Leuwikopo.
PENGAMATAN PARASITOID TELUR PADA
Chrysocoris javanus Westw. (HEMIPTERA: SCUTELLERIDAE)
DI BEBERAPA WILAYAH PERTANAMAN JARAK PAGAR
(Jatropha curcas Linn.) DI KABUPATEN BOGOR
HAFSAH ADAWIYATUL QODIR
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul Skripsi
: Pengamatan Parasitoid Telur pada Chrysocoris javanus
Westw. (Hemiptera: Scutelleridae) di Beberapa Wilayah
Pertanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) di
Kabupaten Bogor
Nama
: Hafsah Adawiyatul Qodir
NRP
: A34052658
Disetujui
Dr. Ir. Nina Maryana, M.Si.
Dosen Pembimbing
Diketahui
Dr. Ir. Dadang, M.Sc.
Ketua Departemen Proteksi tanaman
Tanggal lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 12 Maret 1988. Penulis
merupakan anak pertama dari lima bersaudara, dari pasangan Ujang Abdul Qodir
dan Nyai Aan Nurhasanah. Tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikannya di
SMA Negri 1 Leuwiliang dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Penulis mengambil mayor Proteksi Tanaman dan Minor Manajemen Fungsional
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi anggota salah satu
kelompok Program Kreativitas Mahasiswa bidang Teknologi (PKMT) IPB tahun
2007 dan bidang Penelitian (PKMP) pada tahun 2008. Penulis juga pernah
menjadi asisten praktikum Biologi Patogen Tumbuhan pada tahun 2007/2008, dan
Entomologi Umum pada tahun 2008/2009 dan 2009/2010 di Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk
setiap petunjuk dan kemudahan yang senantiasa diberikan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini penulis
persembahkan kepada kedua orangtua tercinta ayahanda Ujang Abdul Qodir dan
ibunda Nyai Aan Nurhasanah yang telah membesarkan dan mendidik penulis
hingga menjadi seperti sekarang ini, adik-adikku (Wildah, Munzikaelan, Tazqi,
dan Aliya), Luthfi beserta kakak-kakakku (Ir. Syamsul B. Agus, M.Si. dan
Adriani, S.Pi.) yang telah memberikan kasih sayang, semangat dan dukungan
selama ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada orang-orang yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini yaitu Dr. Ir. Nina Maryana, M.Si. yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian dan penulisan skripsi
serta selaku pembimbing akademik, Dr. Ir. Endang Nurhayati, M.S. selaku dosen
penguji tamu. Keluarga besar Laboratorium Biosistematika Serangga, Dra. Dewi
Sartiami, M.Si., Dr. Ir. Purnama Hidayat, M.Sc., Bu Aisyah, Teh Lia, Kak Elsa,
Mbak Sinta, Mbak Atik, Nila, Ozi, Febri, dan Acuy, terima kasih atas bantuan dan
dukungan semangat selama ini. Terima kasih penulis sampaikan juga kepada
Mbak Fifin, Mas Bayu, Wisnu, Mas Ali dan Surfactant and Bioenergy Research
Center (SBRC), Pak Ibrohim dan Pak Ali serta staf PT. Indocement, Pak Mamat
petani jarak Ciawi, Pak Sarjo dan Pak Nana staf dosen AGH yang telah
memberikan izin menggunakan lahan Leuwikopo. Nisa, Rita, Sulis, Dede, Nurul,
Patmi, Wanto, Huda, Mahatir, Triva, Aryo, Anci, Ana dan semua teman-teman 42
lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, teman-teman angkatan 43, 44
dan 45, terima kasih atas dukungan, bantuan, persahabatan serta kebersamannya
selama ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat secara umum maupun
perkembangan IPTEK khususnya dalam bidang proteksi tanaman.
Bogor, Februari 2010
Hafsah Adawiyatul Qodir
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
ix
PENDAHULUAN ........................................................................................
1
Latar Belakang ....................................................................................
Tujuan Penelitian ................................................................................
Manfaat Penelitian ...............................................................................
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................
3
Minyak Tanaman Jarak Pagar ..............................................................
Morfologi dan Bioekologi Tanaman Jarak Pagar ...................................
Budidaya Tanaman Jarak Pagar ...........................................................
Hama dan Penyakit pada Tanaman Jarak Pagar ...................................
Chrysocoris javanus Westw. ...............................................................
Parasitoid pada Chrysocoris javanus ....................................................
3
4
6
8
8
9
BAHAN DAN METODE .............................................................................
13
Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
Metode Penelitian ...............................................................................
Penentuan Petak Contoh dan Tanaman Contoh ...........................
Pengambilan Sampel Telur ........................................................
Pengamatan Chrysocoris javanus ..............................................
Pengamatan Parasitoid Telur ......................................................
13
13
13
14
14
14
HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
Keadaan Lahan Pengamatan ................................................................
Leuwikopo ..................................................................................
Citeureup ....................................................................................
Ciawi ..........................................................................................
Imago, Telur, dan Nimfa Chrysocoris javanus .....................................
Parasitoid Telur yang Ditemukan Selama Penelitian ............................
Anastatus sp. ..............................................................................
Famili Pteromalidae ....................................................................
Famili Scelionidae ......................................................................
Perilaku Parasitoid ......................................................................
Rata-rata Populasi Parasitoid di Lahan Pengamatan .............................
Tingkat Parasitisasi Telur Chrysocoris javanus .....................................
16
16
16
17
18
18
23
24
25
27
28
29
31
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
Kesimpulan ..........................................................................................
Saran ...................................................................................................
34
34
34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
35
LAMPIRAN .................................................................................................
38
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Jadwal pengamatan dan pengambilan telur di lapang ....................
14
2
Ukuran telur Chrysocoris javanus ..................................................
21
3
Stadia dan persen penetasan telur Chrysocoris javanus ..................
22
4
Jumlah telur Chrysocoris javanus yang terparasit dan tidak menetas
32
5
Tingkat parasitisasi kelompok telur Chrysocoris javanus ...............
33
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Diagram pengambilan tanaman contoh ........................................
13
2
Lahan jarak pagar di Leuwikopo ...................................................
16
3
Lahan jarak pagar di Citeureup ......................................................
17
4
Lahan jarak pagar di Ciawi ............................................................
18
5
Imago Chrysocoris javanus jantan dan betina ...............................
19
6
Perbedaan ujung abdomen Chrysocoris javanus betina dan jantan .
19
7
Gejala serangan Chrysocoris javanus pada buah jarak pagar .........
20
8
Peletakkan telur oleh imago Chrysocoris javanus di dalam kurungan
pemeliharaan dan di lapang ............................................................
20
9
Telur Chrysocoris javanus .............................................................
21
10
Chrysocoris javanus instar 1 dan instar 2 ......................................
23
11
Telur Chrysocoris javanus tidak terparasit dan terparasit ..............
24
12
Imago Anastatus sp. jantan dan betina ............................................
25
13
Antena imago Anastatus sp. jantan dan betina ................................
25
14
Parasitoid Famili Pteromalidae jantan dan betina ...........................
26
15
Antena imago parasitoid Famili Pteromalidae jantan dan betina .....
26
16
Parasitoid Famili Scelionidae jantan dan betina .............................
27
17
Antena imago parasitoid Famili Scelionidae jantan dan betina .......
28
18
Imago parasitoid Famili Pteromalidae sedang kopulasi dan imago
betina sedang memarasit telur Chrysocoris javanus ......................
28
19
Rata-rata tingkat populasi parasitoid pada telur Chrysocoris javanus di
Leuwikopo, Citeureup, dan Ciawi ..................................................
30
20
Tingkat parasitisasi telur Chrysocoris javanus ...............................
32
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
2
3
Perubahan warna pada telur Chrysocoris javanus hari ke-1, hari
ke-3,4, dan hari ke-5,6 ............................ ........................................
39
Imago Chrysocoris javanus yang berkumpul di permukaan bawah
daun ...............................................................................................
39
Perbedaan cangkang telur Chrysocoris javanus yang terparasit dan
tidak terparasit ...............................................................................
39
PENGAMATAN PARASITOID TELUR PADA
Chrysocoris javanus Westw. (HEMIPTERA: SCUTELLERIDAE)
DI BEBERAPA WILAYAH PERTANAMAN JARAK PAGAR
(Jatropha curcas Linn.) DI KABUPATEN BOGOR
HAFSAH ADAWIYATUL QODIR
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
ABSTRAK
HAFSAH ADAWIYATUL QODIR.
Pengamatan Parasitoid Telur pada
Chrysocoris javanus Westw. (Hemiptera: Scutelleridae) di Beberapa Wilayah
Pertanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) di Kabupaten Bogor. Dibimbing
oleh NINA MARYANA.
Tanaman jarak pagar merupakan salah satu tanaman sumber energi
biodiesel yang potensial dan banyak dikembangkan saat ini. Namun dengan
adanya penanaman dalam skala besar dan dengan sistem pertanaman monokultur
sangat berpotensi untuk munculnya serangan organisme pengganggu tanaman
(OPT) yang dapat menurunkan produksi. Salah satunya adalah serangan hama
Chrysocoris javanus. Hama ini dapat menimbulkan kerusakan pada buah
sehingga menyebabkan buah tidak dapat dipanen. Sementara itu tindakan
pengendalian hanya berkisar pada tindakan mekanik dan kimia, sedangkan
pemanfaatan musuh alami yang berpotensi belum dikembangkan, sehingga
penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis
parasitoid, tingkat populasi dan tingkat parasitisasi parasitoid pada telur
C. javanus di lapang.
Penelitian ini dilaksanakan di pertanaman jarak pagar yang berlokasi di
Leuwikopo (Darmaga), Citeureup, dan Ciawi, Kabupaten Bogor. Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan pola diagonal dengan jumlah tanaman contoh di
Leuwikopo 100 tanaman, di Citeureup dan Ciawi masing-masing 300 tanaman,
disesuaikan dengan luas lahan yang ada. Pengamatan terhadap C. javanus
meliputi pengamatan imago, telur, nimfa instar awal dan perilaku. Pengamatan
terhadap parasitoid meliputi jenis parasitoid yang ditemukan dan tingkat
populasinya, tingkat parasitisasi telur dan kelompok telur serta perilaku parasitoid.
Tubuh imago C. javanus berwarna merah dengan garis hitam melintang
pada bagian dorsal. Telur berbentuk silinder seperti drum, stadia telur berkisar
antara 5 – 7 hari. Telur C. javanus yang sehat dan terparasit dapat dibedakan
berdasarkan warna telur, telur yang sehat berwarna orange, sedangkan telur yang
terparasit berwarna hitam. Parasitoid yang ditemukan memarasit telur C. javanus
yaitu Anastatus sp. (Eupelmidae), Famili Pteromalidae dan Famili Scelionidae.
Parasitoid Famili Pteromalidae mendominasi populasi di lahan Citeureup dan
Ciawi, dengan tingkat rata-rata populasi tertinggi 173 individu. Tingkat
parasitisasi telur ketiga parasitoid yang ditemukan relatif tinggi berkisar antara
60,10 – 97,04%. Persentase telur C. javanus yang tidak menetas relatif rendah
berkisar antara 2,40 – 6,47% dan tingkat parasitisasi kelompok telur relatif tinggi
mencapai 100% di Leuwikopo.
PENGAMATAN PARASITOID TELUR PADA
Chrysocoris javanus Westw. (HEMIPTERA: SCUTELLERIDAE)
DI BEBERAPA WILAYAH PERTANAMAN JARAK PAGAR
(Jatropha curcas Linn.) DI KABUPATEN BOGOR
HAFSAH ADAWIYATUL QODIR
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul Skripsi
: Pengamatan Parasitoid Telur pada Chrysocoris javanus
Westw. (Hemiptera: Scutelleridae) di Beberapa Wilayah
Pertanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) di
Kabupaten Bogor
Nama
: Hafsah Adawiyatul Qodir
NRP
: A34052658
Disetujui
Dr. Ir. Nina Maryana, M.Si.
Dosen Pembimbing
Diketahui
Dr. Ir. Dadang, M.Sc.
Ketua Departemen Proteksi tanaman
Tanggal lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 12 Maret 1988. Penulis
merupakan anak pertama dari lima bersaudara, dari pasangan Ujang Abdul Qodir
dan Nyai Aan Nurhasanah. Tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikannya di
SMA Negri 1 Leuwiliang dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Penulis mengambil mayor Proteksi Tanaman dan Minor Manajemen Fungsional
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi anggota salah satu
kelompok Program Kreativitas Mahasiswa bidang Teknologi (PKMT) IPB tahun
2007 dan bidang Penelitian (PKMP) pada tahun 2008. Penulis juga pernah
menjadi asisten praktikum Biologi Patogen Tumbuhan pada tahun 2007/2008, dan
Entomologi Umum pada tahun 2008/2009 dan 2009/2010 di Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk
setiap petunjuk dan kemudahan yang senantiasa diberikan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini penulis
persembahkan kepada kedua orangtua tercinta ayahanda Ujang Abdul Qodir dan
ibunda Nyai Aan Nurhasanah yang telah membesarkan dan mendidik penulis
hingga menjadi seperti sekarang ini, adik-adikku (Wildah, Munzikaelan, Tazqi,
dan Aliya), Luthfi beserta kakak-kakakku (Ir. Syamsul B. Agus, M.Si. dan
Adriani, S.Pi.) yang telah memberikan kasih sayang, semangat dan dukungan
selama ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada orang-orang yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini yaitu Dr. Ir. Nina Maryana, M.Si. yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian dan penulisan skripsi
serta selaku pembimbing akademik, Dr. Ir. Endang Nurhayati, M.S. selaku dosen
penguji tamu. Keluarga besar Laboratorium Biosistematika Serangga, Dra. Dewi
Sartiami, M.Si., Dr. Ir. Purnama Hidayat, M.Sc., Bu Aisyah, Teh Lia, Kak Elsa,
Mbak Sinta, Mbak Atik, Nila, Ozi, Febri, dan Acuy, terima kasih atas bantuan dan
dukungan semangat selama ini. Terima kasih penulis sampaikan juga kepada
Mbak Fifin, Mas Bayu, Wisnu, Mas Ali dan Surfactant and Bioenergy Research
Center (SBRC), Pak Ibrohim dan Pak Ali serta staf PT. Indocement, Pak Mamat
petani jarak Ciawi, Pak Sarjo dan Pak Nana staf dosen AGH yang telah
memberikan izin menggunakan lahan Leuwikopo. Nisa, Rita, Sulis, Dede, Nurul,
Patmi, Wanto, Huda, Mahatir, Triva, Aryo, Anci, Ana dan semua teman-teman 42
lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, teman-teman angkatan 43, 44
dan 45, terima kasih atas dukungan, bantuan, persahabatan serta kebersamannya
selama ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat secara umum maupun
perkembangan IPTEK khususnya dalam bidang proteksi tanaman.
Bogor, Februari 2010
Hafsah Adawiyatul Qodir
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
ix
PENDAHULUAN ........................................................................................
1
Latar Belakang ....................................................................................
Tujuan Penelitian ................................................................................
Manfaat Penelitian ...............................................................................
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................
3
Minyak Tanaman Jarak Pagar ..............................................................
Morfologi dan Bioekologi Tanaman Jarak Pagar ...................................
Budidaya Tanaman Jarak Pagar ...........................................................
Hama dan Penyakit pada Tanaman Jarak Pagar ...................................
Chrysocoris javanus Westw. ...............................................................
Parasitoid pada Chrysocoris javanus ....................................................
3
4
6
8
8
9
BAHAN DAN METODE .............................................................................
13
Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
Metode Penelitian ...............................................................................
Penentuan Petak Contoh dan Tanaman Contoh ...........................
Pengambilan Sampel Telur ........................................................
Pengamatan Chrysocoris javanus ..............................................
Pengamatan Parasitoid Telur ......................................................
13
13
13
14
14
14
HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
Keadaan Lahan Pengamatan ................................................................
Leuwikopo ..................................................................................
Citeureup ....................................................................................
Ciawi ..........................................................................................
Imago, Telur, dan Nimfa Chrysocoris javanus .....................................
Parasitoid Telur yang Ditemukan Selama Penelitian ............................
Anastatus sp. ..............................................................................
Famili Pteromalidae ....................................................................
Famili Scelionidae ......................................................................
Perilaku Parasitoid ......................................................................
Rata-rata Populasi Parasitoid di Lahan Pengamatan .............................
Tingkat Parasitisasi Telur Chrysocoris javanus .....................................
16
16
16
17
18
18
23
24
25
27
28
29
31
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
Kesimpulan ..........................................................................................
Saran ...................................................................................................
34
34
34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
35
LAMPIRAN .................................................................................................
38
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Jadwal pengamatan dan pengambilan telur di lapang ....................
14
2
Ukuran telur Chrysocoris javanus ..................................................
21
3
Stadia dan persen penetasan telur Chrysocoris javanus ..................
22
4
Jumlah telur Chrysocoris javanus yang terparasit dan tidak menetas
32
5
Tingkat parasitisasi kelompok telur Chrysocoris javanus ...............
33
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Diagram pengambilan tanaman contoh ........................................
13
2
Lahan jarak pagar di Leuwikopo ...................................................
16
3
Lahan jarak pagar di Citeureup ......................................................
17
4
Lahan jarak pagar di Ciawi ............................................................
18
5
Imago Chrysocoris javanus jantan dan betina ...............................
19
6
Perbedaan ujung abdomen Chrysocoris javanus betina dan jantan .
19
7
Gejala serangan Chrysocoris javanus pada buah jarak pagar .........
20
8
Peletakkan telur oleh imago Chrysocoris javanus di dalam kurungan
pemeliharaan dan di lapang ............................................................
20
9
Telur Chrysocoris javanus .............................................................
21
10
Chrysocoris javanus instar 1 dan instar 2 ......................................
23
11
Telur Chrysocoris javanus tidak terparasit dan terparasit ..............
24
12
Imago Anastatus sp. jantan dan betina ............................................
25
13
Antena imago Anastatus sp. jantan dan betina ................................
25
14
Parasitoid Famili Pteromalidae jantan dan betina ...........................
26
15
Antena imago parasitoid Famili Pteromalidae jantan dan betina .....
26
16
Parasitoid Famili Scelionidae jantan dan betina .............................
27
17
Antena imago parasitoid Famili Scelionidae jantan dan betina .......
28
18
Imago parasitoid Famili Pteromalidae sedang kopulasi dan imago
betina sedang memarasit telur Chrysocoris javanus ......................
28
19
Rata-rata tingkat populasi parasitoid pada telur Chrysocoris javanus di
Leuwikopo, Citeureup, dan Ciawi ..................................................
30
20
Tingkat parasitisasi telur Chrysocoris javanus ...............................
32
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
2
3
Perubahan warna pada telur Chrysocoris javanus hari ke-1, hari
ke-3,4, dan hari ke-5,6 ............................ ........................................
39
Imago Chrysocoris javanus yang berkumpul di permukaan bawah
daun ...............................................................................................
39
Perbedaan cangkang telur Chrysocoris javanus yang terparasit dan
tidak terparasit ...............................................................................
39
PENDAHULUAN
Latar belakang
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn.) merupakan salah satu
tanaman sumber energi biodisel yang potensial karena kandungan minyak dalam
biji jarak pagar mencapai lebih dari 40% (Wirawan 2005 dalam Nurcholis dan
Sumarsih 2007). Potensi tanaman jarak pagar ini dapat menjadi salah satu cara
untuk menanggulangi terjadinya penurunan produksi BBM (bahan bakar minyak)
fosil (Nurcholis dan Sumarsih 2007). Tanaman jarak pagar ini relatif mudah
dibudidayakan. Keunggulan lain tanaman ini yaitu tanaman dapat tumbuh pada
berbagai jenis lahan seperti lahan yang beriklim kering, lahan marjinal dan lahan
kritis (Hambali et al. 2006; Nurcholis dan Sumarsih 2007). Karena berbagai
kelebihannya maka akhir-akhir ini tanaman jarak pagar mulai banyak ditanam dan
dikembangkan di Indonesia.
Menurut data Departemen Pertanian (2009), lahan jarak di Indonesia pada
tahun 2006 mencapai 6043 ha, dengan produksi mencapai 1047 ton per tahun.
Meskipun tanaman jarak pagar dikenal sebagai tanaman yang beracun dan
memiliki sifat sebagai insektisida, namun dengan adanya penanaman dalam skala
besar dan dengan sistem pertanaman monokultur, maka keadaan itu sangat
berpotensi untuk menimbulkan serangan hama dan munculnya penyakit tanaman.
Hal tersebut dapat mengganggu pertumbuhan tanaman yang akan menurunkan
produksi buah atau biji. Hama yang menyerang tanaman jarak pagar antara lain
Valanga spp., Locusta migratoria (Orthoptera: Acrididae), Chrysocoris javanus
(Hemiptera: Scutelleridae), Agrotis ipsilon, Spodoptera litura (Lepidoptera:
Noctuidae), dan Parasa lepida (Lepidoptera: Limacodidae) (Hambali et al. 2006;
Prihandana dan Hendroko 2006; Priyanto 2007).
C. javanus atau kepik lembing adalah salah satu hama penting pada jarak
pagar yang menyerang pada masa generatif, terutama pada buah. Serangannya
dapat menimbulkan kerugian yang cukup berarti, karena hama ini menyerang
jarak pada saat pembungaan dan menjelang pembentukan buah.
Kepik ini
menghisap buah, sehingga menimbulkan kerusakan pada kapsul buah yang sedang
2
berkembang dan dapat menyebabkan buah tidak dapat dipanen (Deptan 2007;
Rumini dan Karmawati 2007). Oleh karena itu, tindakan pengendalian terhadap
C. javanus perlu dilakukan.
Beberapa tindakan pengendalian yang pernah
dilakukan adalah secara mekanik, penggunaan pestisida sintesis, pestisida nabati,
dan penggunaan musuh alami hama seperti parasitoid, predator, dan
entomopatogen (Nurcholis dan Sumarsih 2007).
Rumini dan Karmawati (2007) melaporkan dua jenis parasitoid yang
pernah ditemukan menyerang telur C. javanus, yaitu Anastatus sp. (Hymenoptera:
Eupelmidae) dan Epiterobia sp. (Hymenoptera: Pteromalidae).
Akan tetapi,
informasi penggunaan musuh alami sebagai pengendali C. javanus masih terbatas,
terutama informasi mengenai jenis-jenis parasitoidnya. Selain parasitoid tersebut,
kemungkinan ditemukannya jenis parsitoid lain yang dapat menyerang C. javanus
cukup besar. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai keragaman jenis
parasitoid telur yang ada pada pertanaman jarak dan potensinya sehingga dapat
menambah informasi dalam mengendalikan hama C. javanus secara hayati di
lapang.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis parasitoid, tingkat populasi
dan tingkat parasitisasi parasitoid pada telur C. javanus di tiga lokasi pertanaman
jarak pagar di Kabupaten Bogor.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
keragaman jenis parasitoid dan tingkat parasitisasi parasitoid pada telur C.
javanus yang dapat dikembangkan untuk aplikasi PHT pada pertanaman jarak
pagar.
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak Tanaman Jarak Pagar
Bahan bakar nabati (BBN) adalah semua bahan bakar yang berasal dari
minyak nabati.
BBN dapat berupa biodiesel, bioetanol, atau bio-oil (minyak
nabati murni).
BBN ini dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar, baik dalam
bentuk esternya (biodiesel), atau anhydrous alkoholnya (bioetanol) maupun
minyak nabati murninya (pure plant oil atau PPO). Biodiesel merupakan bentuk
ester dari minyak nabati setelah adanya perubahan sifat kimia karena proses
transesterifikasi yang memerlukan tambahan metanol (Prastowo 2007).
Penggunaan biodiesel sebagai sumber energi dapat menjadi salah satu
solusi dalam menghadapi kelangkaan energi fosil pada masa yang akan datang.
Bila dibandingkan dengan bahan bakar diesel atau solar, biodiesel bersifat lebih
ramah lingkungan, dapat diperbaharui (renewable), dapat terurai (biodegradable),
memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin karena termasuk kelompok
minyak tidak mengering (non-drying oil), mampu mengeliminasi efek rumah
kaca, dan kontinuitas ketersediaan bahan baku terjamin. Biodiesel bersifat ramah
lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik
dibandingkan diesel atau solar, terbakar sempurna, dan tidak menghasilkan racun
(nontoxic) (Hambali et al. 2006).
Banyak jenis komoditas perkebunan yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi alternatif atau sebagai sumber bahan bakar nabati. Komoditas
tersebut terutama adalah tanaman yang dapat menghasilkan minyak lemak nabati,
yang secara mudah dapat diubah menjadi biodiesel maupun digunakan langsung,
selain itu umur tanaman pendek atau cepat menghasilkan, biaya budidaya murah,
perawatan mudah, bisa tumbuh di berbagai tempat (termasuk lahan kritis) dan
kandungan minyaknya tinggi (rendemen 35 – 38%). Salah satu tanaman yang
baik dijadikan sebagai sumber bahan bakar nabati adalah tanaman jarak pagar
(Prihandana dan Hendroko 2006; Prastowo 2007).
Biji jarak pagar terdiri dari 60% berat kernel (daging biji) dan 40% berat
kulit. Inti biji jarak pagar (kernel) mengandung sekitar 50% minyak sehingga
4
dapat diekstrak menjadi minyak jarak dengan cara mekanis ataupun ekstraksi
dengan pelarut seperti heksana. Kandungan minyak jarak pagar per ha mencapai
1590 kg atau 1892 liter. Minyak jarak pagar terdiri dari komposisi trigliserida,
asam lemak esensial dan toksin berupa phorbol ester dan curcin. Komponen
terbesar minyak jarak adalah trigliserida yang mengandung asam lemak oleat dan
linoleat (Hambali et al. 2006).
Kandungan minyak jarak pagar dipengaruhi oleh tingkat kemasakan buah.
Beberapa tingkatan buah jarak pagar dalam satu ranting yaitu (1) buah muda,
ditandai dengan kulit buah berwarna hijau muda, biji berwarna putih, daging biji
belum terbentuk masih berupa air yang keruh, biji ini belum mengandung minyak;
(2) buah setengah tua, ditandai dengan kulit buah berwarna hijau, kulit biji
berwarna coklat muda keputih-putihan, daging biji telah terbentuk namun masih
lunak, biji juga belum mengandung minyak; (3) buah tua, ditandai dengan kulit
buah berwarna hijau tua, biji berwarna hitam dan keras, biji telah mengandung
minyak walaupun masih rendah; (4) buah masak, kulit buah berwarna kuning
sampai hitam, biji telah berwarna hitam mengkilat dan keras, kandungan minyak
paling tinggi; dan (5) buah lewat masak, buah telah kering atau telah jatuh,
tergantung pada kondisi lingkungan, jika kondisi kering maka buah dapat
tergantung di pohon selama 2 – 3 bulan ditandai dengan kulit buah telah
mengering dengan warna coklat kehitaman.
Dalam keadaan basah, buah akan
jatuh dan berkecambah, dalam kondisi demikian kandungan minyaknya sangat
rendah (Indartono 2006). Menurut Yeyen et al. (2006 dalam Indartono 2006),
panen buah pada tingkat 4, memberikan hasil minyak tertinggi yaitu 30,32%
untuk buah berwarna kuning dan 31,47% untuk buah hitam. Buah pada tingkat 3,
kandungan minyaknya hanya 20,70%.
Morfologi dan Bioekologi Tanaman Jarak Pagar
Klasifikasi tanaman jarak pagar yaitu (Hambali et al. 2006)
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledone
Ordo
: Euphorbiales
5
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Jatropha
Spesies
: Jatropha curcas Linn.
Jarak pagar adalah tanaman yang berasal dari Amerika Tengah yang
mempunyai 4 varietas, yaitu varietas Cape Verde, Nicaragua, Ife-Nigeria, dan
varietas tidak beracun Mexico. Varietas Cape Verde merupakan varietas yang
umum terdapat di seluruh dunia dan bersifat toksik karena mengandung senyawa
lektine dan ester forbol (Henning 2005 dalam Nurcholis dan Sumarsih 2007).
Jarak pagar merupakan tanaman perdu yang dapat mencapai umur 50 tahun.
Tinggi tanaman pada kondisi normal adalah 1 – 7 m, percabangan tidak teratur
dengan ranting bulat dan tebal. Batang mengandung getah seperti lateks berwarna
putih atau kekuningan (Nurcholis dan Sumarsih 2007).
Daun jarak pagar adalah daun tunggal berlekuk dan bersudut 3 atau 5,
berbentuk bulat telur dengan pangkal berbentuk jantung dengan panjang 5 –
15 cm. Daunnya tersebar sepanjang batang dan mempunyai bentuk tulang daun
yang menjari dengan jumlah tulang 5 – 7 tulang. Bunga jarak merupakan bunga
majemuk berbentuk malai, berwarna kuning kehijauan, berkelamin tunggal dan
berumah satu (bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman).
Bunga mulai muncul saat tanaman berumur 3 – 4 bulan dan umumnya muncul
pada musim kemarau. Bunga muncul pada bagian ujung dari percabangan dan
terdiri atas bunga jantan dan bunga betina dalam setiap malai. Bunga betina 4 – 5
kali lebih banyak dari bunga jantan. Buah tersusun dalam tandan buah, setiap
tandannya bersisi 10 buah atau lebih. Bentuk buah membulat atau bulat telur,
berukuran panjang 2 – 4 cm. Pada umumnya buah terdiri dari 3 ruang biji. Buah
matang ditandai dengan perubahan warna kulit buah dari hijau menjadi kuning
dan kehitaman. Biasanya buah masak pertama kali setelah tanaman berumur 6 – 8
bulan. Biji berbentuk bulat lonjong dan berwarna cokelat kehitaman. Bagian biji
inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen sekitar 30 – 50% dan
mengandung toksin sehingga tidak dapat dimakan (Hambali et al. 2006; Nurcholis
dan Sumarsih 2007).
Tanaman jarak pagar dapat tumbuh di berbagai daerah dengan agroklimat
yang beragam, dari daerah tropis yang sangat kering sampai subtropis lembab
6
maupun daerah hutan basah. Curah hujan yang sesuai adalah 625 mm per tahun,
namun tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan curah hujan 300
–
2380 mm per tahun. Kisaran suhu yang sesuai untuk bertanam jarak adalah 20 –
26oC, suhu yang terlalu tinggi (di atas 35oC) atau terlalu rendah (di bawah 15oC)
akan menghambat pertumbuhan serta mengurangi kadar minyak dalam biji dan
mengubah komposisinya. Tanah yang sesuai adalah tanah geluh pasiran dengan
kondisi pH tanah 5,0 – 6,5 (Hambali et al. 2006; Hamdi 2005 dalam Nurcholis
dan Sumarsih 2007). Jarak pagar mempunyai sistem perakaran yang mampu
menahan air dan tanah sehingga tahan terhadap kekeringan serta berfungsi sebagai
tanaman penahan erosi (Hambali et al. 2006).
Budidaya Tanaman Jarak Pagar
Tanaman jarak pagar merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada
berbagai jenis kondisi lahan, pada lahan di dataran rendah maupun di lereng bukit,
yang penting lahan tidak tergenang dan memiliki drainase baik (Hambali et al.
2006). Menanam jarak pagar dapat dilakukan dengan menyemai benih terlebih
dahulu atau dengan menanam stek batang langsung di lahan. Namun demikian,
untuk menjamin keberhasilan pada awal pertumbuhan, lebih baik ditanam dalam
bentuk bibit dari benih terutama apabila akan ditanam dalam jumlah besar di
lahan kritis atau lahan yang tidak subur (Nurcholis dan Sumarsih 2007). Selain
dengan benih dan bibit stek, ada beberapa cara lain untuk perbanyakan tanaman
jarak pagar, yaitu okulasi, penyambungan dan kultur jaringan (Hambali et al.
2006).
Pembibitan dapat dilakukan di polibag atau bedengan. Setiap polibag diisi
media tanam berupa tanah lapisan atas (top soil) yang dicampur pupuk kandang.
Tempat pembibitan dapat diberi naungan atau atap dari daun kelapa, jerami atau
paranet. Lama pembibitan sekitar 2 – 3 bulan kemudian dipindahkan ke lapang.
Kegiatan yang dilakukan selama pembibitan yaitu penyiraman, penyiangan, dan
seleksi. Sebelum dilakukan pemindahan bibit ke lahan, harus dilakukan kegiatan
persiapan lahan yang mencakup pembukaan lahan (land clearing), pengajiran dan
pembuatan lubang tanam. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 3 m x 3 m
(populasi 1100 pohon per ha), 2 m x 3 m (populasi 1600 pohon per ha), 2 m x 2 m
7
(populasi 2500 pohon per ha) dan 1,5 m x 2 m (populasi 3300 pohon per ha). Bila
menggunakan bibit dalam polibag, lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x
40 cm x 40 cm, sementara bila berupa stek bibit dapat langsung ditanam ke dalam
lubang tanam. Pada areal yang miring sebaiknya penanaman dilakukan dengan
sistem kontur dengan jarak tanam 1,5 m (Hambali et al. 2006).
Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan sehingga
kebutuhan air bagi tanaman cukup tersedia. Untuk menjaga pertanaman jarak
agar tumbuh cepat dan berproduksi optimal, maka perlu dilakukan penyiangan
sedini mungkin, yaitu dimulai pada saat tanaman berumur 3 – 4 minggu.
Penyiangan ini bertujuan untuk membersihkan lahan dari gulma ataupun tanaman
lain yang dapat merusak atau menggangu pertumbuhan tanaman jarak.
Pemupukan dilakukan untuk menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman.
Jenis dan dosis pupuk yang diperlukan disesuaikan dengan tingkat kesuburan
tanah setempat. Jenis pupuk yang umum diperlukan tanaman yaitu pupuk organik
(kompos atau pupuk kandang), N, P, K, dan Mg untuk mendapatkan hasil yang
maksimal (Hambali et al. 2006). Pemangkasan perlu dilakukan agar tanaman
meningkatkan jumlah cabang produktif dengan bentuk dan ukuran tanaman yang
baik. Kegiatan pemangkasan dapat dilakukan kira-kira sebulan setelah tanam atau
setelah tinggi tanaman mencapai 40 – 60 cm. Penjarangan juga perlu dilakukan
untuk mengurangi terjadinya kompetisi antar tanaman (Hambali et al. 2006;
Nurcholis dan Sumarsih 2007).
Tanaman dapat berproduksi pada umur 4 – 5 bulan, dengan produktivitas
penuh terjadi pada umur sekitar 5 tahun dengan kemampuan menghasilkan 2 –
4 kg biji per tanaman per tahun. Produksi akan stabil setelah tanaman berumur
lebih dari 5 tahun dan bila dipelihara dengan baik, tanaman jarak pagar dapat
hidup lebih dari 20 tahun. Akan tetapi, produksi bunga dan biji ini dipengaruhi
oleh curah hujan dan unsur hara. Kekurangan unsur hara akan menyebabkan
produksi biji berkurang. Bila dalam setahun hanya terdapat satu kali musim hujan
maka pembuahan biasanya hanya terjadi sekali dalam setahun.
Namun, bila
tanaman diberi pengairan maka pembuahan akan terjadi sampai tiga kali dalam
setahun (Hambali et al. 2006).
8
Hama dan Penyakit pada Tanaman Jarak Pagar
Jarak pagar dikenal sebagai tanaman yang beracun dan mempunyai sifatsifat sebagai insektisida. Namun demikian, beberapa jenis organisme pengganggu
tanaman (OPT) dilaporkan dapat menyerang tanaman ini dan menimbulkan
kerusakan ekonomis pada perkebunan jarak. OPT yang menyerang tanaman jarak
pagar adalah Valanga nigricornis (Orthoptera: Acrididae), Nezara viridula
(Hemiptera: Pentatomidae), Chrysochoris javanus (Hemiptera: Scutelleridae),
Ferrisia virgata, Nipaecoccus viridis (Hemiptera: Pseudococcidae), Leptocorisa
oratorius (Hemiptera: Alydidae), Empoasca sp. (Hemiptera: Cicadellidae),
Selenothrips rubrocinctus (Thysanoptera: Thripidae), Lagocheirus undatus
(Coleoptera: Cerambycidae), Liriomyza sp. (Diptera: Agromyzidae), Spodoptera
litura
(Lepidoptera: Noctuidae),
Chalcocelis
albiguttata, Parasa lepida
(Lepidoptera: Limacodidae), dan Tungau (Tarsonemidae dan Eriophyidae).
Penyakit pada tanaman jarak adalah busuk akar (Clitocybe tabescens), busuk
batang (Fusarium sp.), bercak daun bakteri (Xanthomonas rinicola), bercak daun
coklat (Helminthosporium sp.), embun tepung (Oidium sp.), hawar daun
(Phytopthora spp.), dan busuk buah (Botrytis ricini) (Prihandana dan Hendroko
2006; Nurcholis dan Sumarsih 2007; Rumini dan Karmawati 2007; Chandra
2008).
Chrysocoris javanus Westw.
Salah satu serangga yang merupakan hama penting pada pertanaman jarak
pagar di Indonesia adalah C. javanus atau kepik lembing. Siklus hidup serangga
ini berkisar antara 60 – 80 hari. Telur berbentuk seperti tong dan diletakkan
secara berkelompok di bawah permukaan daun.
Pada fase nimfa tubuhnya
berwarna hitam dengan bintik merah, kuning, dan hijau mengkilat, sementara
bagian dorsal toraks berwarna hijau metalik. Nimfa hidup berkelompok. Ciri
khas fase imago serangga ini yaitu tubuhnya mempunyai bentuk seperti perisai
yang khas dengan skutelum yang berkembang baik. Warna tubuh didominasi oleh
warna merah dengan garis-garis hitam melintang yang jelas (Dadang et al. 2007;
Rumini dan Karmawati 2007). C. javanus memiliki antena lebih panjang dari
kepala. Nimfa dan imago serangga ini gerakannya lambat (Kalshoven 1981).
9
Serangga ini selain ditemukan pada tanaman jarak pagar, ditemukan juga
pada tanaman jarak kepyar (Ricinus communis) (Kalshoven 1981). C. javanus
mulai menyerang jarak pagar pada saat pembungaan atau saat menjelang
pembentukan buah. Serangga ini menghisap nutrisi dalam buah sehingga
menimbulkan kerusakkan pada kapsul buah yang sedang berkembang. Bunga
atau buah yang terserang akan menjadi coklat kehitaman dan mengering, bunga
tidak bisa menjadi buah, sedangkan buah menjadi rusak dan tidak dapat dipanen
(Sodiq 2006; Rumini dan Karmawati 2007). Pengendalian yang dapat dilakukan
untuk hama ini yaitu secara mekanis dengan mengumpulkan telur, nimfa dan
imago kemudian dimusnahkan; kultur teknis dengan tidak menanam tanaman
inang lain seperti padi, jagung, kacang-kacangan, dan tanaman Solanaceae di
sekitar areal pertanaman; pengendalian dengan pemanfaatan musuh alami;
pestisida nabati dengan menggunakan ekstrak mimba; dan menggunakan
insektisida berbahan aktif imidachlorpid dan MIPC (Metabolism of 2isopropylphenyl N-methyl carbamate) (Deptan 2007; Rumini dan Karmawati
2007).
Parasitoid pada Chrysocoris javanus
Beberapa jenis parasitoid yang pernah dilaporkan ditemukan memarasit
telur C. javanus adalah Anastatus sp. (Hymenoptera: Eupelmidae), Trissolcus
latisulcus
(Hymenoptera:
Scelionidae),
Epiterobia
sp.
(Hymenoptera:
Pteromalidae) dan Ooencyrtus malayensis (Hymenoptera: Encyrtidae) (Rumini
dan Karmawati 2007; Rider 2009). Anastatus sp. merupakan parasitoid yang
termasuk ke dalam Superfamili Chalcidoidea, Subfamili Eupelminae. Beberapa
spesies Anastatus dapat memarasit telur kecoa (Blattodea), dan Mantodea, bahkan
ada yang muncul dari kokon Braconidae.
Walaupun secara umum inangnya
spesifik pada telur inang tertentu, tetapi kadang-kadang genus ini memarasit
beberapa jenis inang lain dalam kondisi ekologi yang sama seperti pada Anastatus
bifasciatus (Boucek 1988).
Menurut
Clausen (1940), selain bersifat
endoparasitoid, Anastatus juga ditemukan sebagai ektoparasitoid soliter pada
puparium Ordo Diptera seperti Famili Tachinidae dan Cecidomyiidae.
Endoparasitoid adalah perkembangan parasitoid di dalam inang, sedangkan
10
ektoparasitoid adalah parasitoid yang perkembangannya di luar inang.
Pada
parasiotid soliter hanya ada satu parasitoid yang dapat berkembang hingga imago
pada satu individu inang (Van Driesche et al. 2008). Periode oviposisi Anastatus
termasuk pendek dan kapasitas reproduksinya juga rendah.
Imago betina
Anastatus albitarsis rata-rata menempatkan 50 butir telur selama periode
peletakkan 15 hari (Clausen 1940).
Parasitoid yang termasuk ke dalam Famili Eupelmidae pada umumnya
merupakan parasitoid primer atau sebagai hiperparasitoid dari fase telur atau larva
dari berbagai macam serangga dan laba-laba (Aranae) (Gibson 1993; Borror et al.
1996). Panjang tubuh berkisar antara 1 – 10 mm. Biasanya berwarna gelap,
seringkali metalik.
Morfologinya sangat bervariasi, meskipun beberapa jenis
spesies relatif mudah dibedakan dengan anggota Chalcidoidea lainnya dengan
posisi cekungan pada tengah mesonotum (Borror et al. 1996; Naumann 1996).
Sayap kadang brakhiptera atau mikroptera.
Venasi stigma dan post marjinal
relatif pendek dari venasi marjinal. Tungkai biasanya ramping, tidak pendek.
Tungkai tengah dengan taji tibia yang besar, tarsus terdiri dari 5 ruas (Naumann
1996). Mesonotum datar dan terdapat notauli. Umumnya ukuran tubuh jantan
kecil, jantan mirip dengan Pteromalidae jantan. Eupelmidae merupakan pelompat
yang baik dengan mesopleuron cembung (Borror et al. 1996). Parasitoid ini juga
memiliki kecenderungan yang tidak biasa yaitu apabila mati, posisi tubuh imago
mirip huruf U, dimana kepala menyentuh bagian ujung metasoma dan tungkaitungkai mengarah ke depan (Borror et al. 1996). Kecenderungan ini dikarenakan
adanya adaptasi unik dari sklerits dan otot mesotoraks untuk melompat (Pitkin
2004). Eupelmidae ditemukan di seluruh dunia dalam berbagai habitat (Borror et
al. 1996).
T. latisulcus merupakan parasitoid yang termasuk ke dalam Superfamili
Platygastroidea. Trissolcus sp. dalam memarasit telur inang memiliki perilaku
memeriksa dengan hati-hati semua telur yang tersedia dan tidak akan memarasit
telur yang sebelumnya telah diparasit. Hal ini dilakukan dengan cara menusukkan
ovipositor (Clausen 1940).
Famili Scelionidae merupakan parasitoid pada telur serangga dan laba-laba
(Naumann 1996). Secara umum panjang tubuh Famili Scelionidae berkisar antara
11
1 – 2,5 mm, ukuran tubuh paling kecil adalah 0,5 mm dan paling besar mencapai
10 mm. Warna tubuh famili ini didominasi warna hitam, kadang-kadang kuning
atau banyak warna, seringkali dengan sculpture yang jelas, dan jarang dengan
warna metalik. Antena biasanya dengan 9 – 10 ruas flagelomer, paling sedikit 4
ruas dan paling banyak mencapai 12 ruas.
Sayap depan dengan venasi
submarginal mencapai sisi depan dari sayap (Masner 1993). Imago betina dengan
sersi seperti pelat (Naumann 1996).
Imago parasitoid Famili Scelionidae
umumnya berada pada lingkungan yang lebih terbuka dan terpapar sinar matahari
seperti padang rumput, tetapi dapat juga berada pada lingkungan berupa gurun
pasir, hutan, tanah, dan air.
Anggota Famili Scelionidae terbagi pada tiga
kelompok subfamili yaitu Scelioninae, Telesinae, dan Telenominae (Masner
1993).
Famili Pteromalidae adalah satu kelompok yang besar dari Hymenoptera
parasitoid, termasuk ke dalam Superfamili Chalcidoidea. Sebagian besar anggota
dari famili ini ditempatkan dalam dua subfamili yaitu Miscogasterinae dan
Pteromalinae (Borror et al. 1996). Pada umumnya serangga famili ini berwarna
gelap atau pucat, seringkali metalik.
Femur tungkai terakhir kadang-kadang
membesar. Tarsi terdiri dari 5 ruas (Naumann 1996). Antena terdiri dari 5 ruas
atau lebih, dan pronotum dilihat dari arah dorsal menyempit pada bagian anterior.
Famili Pteromalidae dapat berperan sebagai parasitoid soliter atau gregarius,
beberapa jenis ada juga yang bersifat sebagai hiperparasitoid.
Famili
Pteromalidae terdiri dari 39 Subfamili, di antaranya adalah Akapalinae,
Asaphinae,
Pteromalinae,
Pireninae,
Miscogasterinae,
Eunotinae,
dan
Macromesinae (Gibson 1993).
Ooencyrtus malayensis merupakan parasitoid yang termasuk ke dalam
Superfamili Chalcidoidea. Parasitoid ini dapat memarasit telur Pentatomidae,
dengan siklus hidup berkisar antara 12 – 13 hari. Beberapa spesies memakan
cairan telur inangnya (Clausen 1940). Pada umumnya genus ini memarasit telur
Hemiptera, Neuroptera, dan Lepidoptera (Borror et al. 1996).
Menurut Borror et al. (1996), panjang tubuh Famili Encyrtidae berkisar
antara 1 – 2 mm dengan mesopleuron yang cembung dan lebar serta tidak
berlekuk. Tubuh berwarna gelap atau pucat, seringkali metalik. Antena terdiri
12
dari 5 – 11 ruas (Naumann 1996). Koksa depan dan tengah saling berdekatan dan
mesonotum cembung. Kisaran inang Famili Encyrtidae mencakup Ordo
Othoptera,
Hemiptera,
Neuroptera,
Diptera,
Lepidoptera,
Coleoptera,
Hymenoptera dan laba-laba (Borror et al. 1996; Van Driesche et al. 2008). Inang
yang diserang dapat dalam fase telur, larva, nimfa dan imago. Selain sebagai
parasitoid,
beberapa
Famili
Encyrtidae
hiperparasitoid (Borror et al. 1996).
juga
dapat
berperan
sebagai
Beberapa jenis dari Famili Encyrtidae
memiliki reproduksi poliembrio yang memungkinkan ribuan individu muncul dari
satu inang (Clausen 1940; Borror et al.