Formulasi Lipstik Menggunakan Kombinasi Minyak Biji Anggur (Grapeseed Oil) Dan Minyak Jarak (Castor Oil) Sebagai Pelarut Zat Warna Sintetis

(1)

FORMULASI LIPSTIK MENGGUNAKAN KOMBINASI

MINYAK BIJI ANGGUR (Grapeseed oil) DAN

MINYAK JARAK (Castor oil) SEBAGAI

PELARUT ZAT WARNA SINTETIS

SKRIPSI

OLEH:

SRI MAHYUNI

NIM 121524160

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FORMULASI LIPSTIK MENGGUNAKAN KOMBINASI

MINYAK BIJI ANGGUR (Grapeseed oil) DAN

MINYAK JARAK (Castor oil) SEBAGAI

PELARUT ZAT WARNA SINTETIS

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi Pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

SRI MAHYUNI

NIM 121524160

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI LIPSTIK MENGGUNAKAN KOMBINASI

MINYAK BIJI ANGGUR (Grapeseed oil) DAN

MINYAK JARAK (Castor oil) SEBAGAI

PELARUT ZAT WARNA SINTETIS

OLEH:

SRI MAHYUNI

NIM 121524160

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 05 Februari 2015 Disetujui oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 197712262008122002 NIP 195111021977102001

Pembimbing II, Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt. NIP 197712262008122002

Drs. Surjanto, M.Si., Apt. Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196106191991031001 NIP 196005111989022001

Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195306251986012001

Medan, Maret 2015 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Wakil Dekan I,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Shalawat beriring salam penulis hadiahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dengan judul: “Formulasi Lipstik Menggunakan Kombinasi Minyak Biji Anggur (Grapeseed oil) dan Minyak Jarak (Castor oil) Sebagai Pelarut Zat Warna Sintetis”.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Surjanto, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Yuanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan, kritik dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku penasehat akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama ini serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan. Serta ucapan terima kasih penulis kepada Ibu kepala Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi 1 yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama penulis melakukan penelitian.


(5)

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda tercinta Murianto dan Ibunda tersayang Hasnah Rambe serta ucapan terima kasih penulis kepada semua Kakanda tercinta Muriati, Robiah Adawiyah, Rahmiana, Adriansyah, Syafrizal, dan Adinda tercinta Lisna Hastari, Masriani, Nita Salsabila, Fitri Aulia dan tidak lupa pula temen-teman seperjuangan khususnya Ekstensi Farmasi 2012 yang selalu mendoakan, membantu, memberi nasehat, menyayangi dan memotivasi penulis. Terima kasih atas semua doa, kasih sayang, keikhlasan, semangat, dan pengorbanan baik moril maupun materil.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda dan pahala serta keberkahan yang sebaik-baiknya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.

Medan, Februari 2015 Penulis,

Sri Mahyuni NIM 121524160


(6)

FORMULASI LIPSTIK MENGGUNAKANKOMBINASI MINYAK BIJI ANGGUR (Grapeseed oil) DAN

MINYAK JARAK (Castor oil) SEBAGAI PELARUT ZAT WARNA SINTETIS

ABSTRAK

Latar Belakang: Pewarna bibir merupakan sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah. Pewarna bibir dalam bentuk batang lebih dikenal dengan nama lipstik, yang dibentuk dari minyak, lilin dan lemak. Minyak jarak merupakan komponen lipstik yang biasanya digunakan sebagai pelarut zat warna tetapi lipstik yang dihasilkan kurang baik. Oleh karena itu dikombinasikan dengan minyak biji anggur.

Tujuan: Untuk membuat formula sediaan lipstik dengan menggunakan minyak biji anggur dan minyak jarak sebagai pelarut zat warna sintetis (merk Smelling good).

Metode: Formula yang digunakan modifikasi resep standar dari Anne Young. Formulasi sediaan lipstik terdiri dari cera alba, lanolin, vaselin alba, carnauba wax, setil alkohol, parfum, butil hidroksi toluen, Tween 80, nipagin, pewarna sintetis (merk Smelling good) dan campuran minyak jarak dan minyak biji anggur dengan berbagai perbandingan berat yaitu 2:0; 1,5:0,5; 1:1; 0,5:1,5; 0:2. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan mencakup pemeriksaan homogenitas, titik lebur, kekuatan lipstik, uji stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna dan bau selama 90 hari pada suhu kamar, uji oles dan intensitas warna yang baik, uji iritasi dan uji kesukaan (hedonic test).

Hasil: Formulasi sediaan lipstik dengan perbandingan berat minyak 1:1 merupakan sediaan lipstik yang terbaik, menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki titik lebur 62 oC, kekuatan lipstik 79,25 gram, stabil selama penyimpanan 90 hari, mudah dioleskan dengan warna yang merata, memiliki pH 4,8, homogen dan tidak menyebabkan iritasi kulit, memiliki nilai kesukaan 4 (suka) dan menghasilkan intensitas warna yang baik pada saat pengolesan.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa lipstik dengan formulasi minyak biji anggur dan minyak jarak dengan perbandingan berat 1:1 dapat digunakan sebagai pelarut zat warna sintetis (merk Smelling good) yaitu dengan menghasilkan intensitas warna yang lebih baik dibandingkan hanya dengan minyak jarak saja dan memenuhi persyaratan dari semua pengujian.


(7)

FORMULATION LIPSTICK USING COMBINATION OF GRAPESEED OIL AND CASTOR OIL

AS A SOLVENT OF SYNTHETIC DYE ABSTRACK

Background: Lipstick is a cosmetical availability used to color the lips by artistic touch in improving the esthetic of facial make-up. The lipstick is a lip colorer packaged in stick form made of wax, oil and fat. Castor oil is the components of lipstick used that usually a dye solvent, but the result is less good. Therefore, it was combined with grapeseed oil.

Objective: The objective of research was to make the formula of lipstick using combination grapeseed oil and castor oil as a solvent of synthetic dye (merk Smelling good).

Methods: The formula that used was modification standart formula from Anne Young. The formulation of the lipstick preparation consisted of the components cera alba, vaselin alba, carnauba wax, cethyl alcohol, parfume, buthyl hydroxy toluene, Tween 80, nipagin, synthetic dye (merk Smelling good), and the mixture of castor oil and grapeseed oil with various weight ratio of 2:0; 1,5:0,5; 1:1; 0,5:1,5; 0:2. The test on lipstick product included the physical quality test such as homogenity test, melting point, lipstick strength, stability against shape alteration, color and odor during 90 days storage in room temperature, smearing test and intensity of color, irritation test and hedonic test.

Results: The formulation of lipstick with oil weight ratio 1:1 was the best lipstick, showed that the melting point product was 62 oC, the lipstick strength was 79,25 grams, stable during 90 days of storage, easily applied with uniform color, with the pH 4,8, homogenous and did not cause skin irritation, having value 4 (like) and the intensity of color very good at the smearing.

Conclusion: Based on the result of research it could be concluded that the lipstick of grapeseed oil and castor oil formulations with weight ratio 1:1 could be used as a solvent of synthetic dye with generate the intensity of color better than only with castor oil and complied with the requirements of testing.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Anggur ... 6

2.1.1 Morfologi ... 6

2.1.2 Sistematika tumbuhan ... 7

2.1.3 Kandungan gizi dan manfaat buah anggur ... 7


(9)

2.3 Kosmetik ... 9

2.3.1 Kosmetika perawatan dan pemeliharaan (skin care) ... 10

2.3.2 Kosmetika dekoratif ... 10

2.4 Kulit ... 11

2.5 Bibir ... 12

2.6 Lipstik ... 13

2.6.1 Jenis-jenis lipstik ... 14

2.6.2 Komposisi lipstik ... 15

2.6.3 Zat tambahan dalam sediaan lipstik ... 17

2.6.4 Komponen lipstik yang digunakan dalam formulasi ... 18

2.7 Evaluasi Lipstik ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

3.1 Alat-alat ... 27

3.2 Bahan-bahan ... 27

3.3 Pembuatan Lipstik ... 27

3.3.1 Formula ... 27

3.3.2 Formula modifikasi ... 28

3.4 Prosedur Pembuatan Lipstik ... 29

3.5 Pemeriksaan Mutu Minyak Biji Anggur ... 30

3.6 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ... 30

3.6.1 Pemeriksaan homogenitas ... 30

3.6.2 Pemeriksaan titik lebur lipstik ... 30

3.6.3 Pemeriksaan kekuatan lipstik ... 31


(10)

3.6.5 Uji oles ... 31

3.6.6 Pemeriksaan pH sediaan ... 32

3.7 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 32

3.7.1 Uji iritasi ... 32

3.7.2 Uji kesukaan ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1 Hasil Pemeriksaan Mutu Minyak Biji Anggur ... 34

4.2 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ... 34

4.2.1 Homogenitas sediaan ... 34

4.2.2 Titik lebur lipstik ... 34

4.2.3 Kekuatan lipstik ... 35

4.2.4 Stabilitas sediaan ... 35

4.2.5 Hasil uji oles ... 36

4.2.6 Hasil pemeriksaan pH ... 37

4.3 Hasil Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 38

4.3.1 Hasil uji iritasi ... 38

4.3.2 Hasil uji kesukaan (hedonic test) ... 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kandungan gizi buah anggur dalam setiap 100 gram buah segar .... 7

3.1 Formula sediaan lipstik dalam berbagai perbandingan berat minyak jarak dan minyak biji anggur untuk 20 gram lipstik ... 29

4.1 Data pemeriksaan titik lebur ... 34

4.2 Data pemeriksaan kekuatan lipstik ... 35

4.3 Data pengamatan perubahan bentuk, warna dan bau sediaan ... 36

4.4 Data pengukuran pH ... 37

4.5 Data uji iritasi ... 38


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Minyak biji anggur ... 46

2 Sediaan pewarna ... 47

3 Formula sediaan lipstik ... 48

4 Pencetak lipstik ... 49

5 Uji homogenitas ... 50

6 Alat uji sediaan lipstik ... 51


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Hasil pemeriksaan mutu minyak biji anggur ... 45

2 Sediaan minyak biji anggur ... 46

3 Pewarna pada formula lipstik ... 47

4 Sediaan lipstik ... 48

5 Alat pencetak lipstik ... 49

6 Hasil uji homogenitas ... 50

7 Gambar alat uji sediaan lipstik ... 51

8 Hasil uji oles lipstik ... 52

9 Contoh lembar kuesioner uji iritasi ... 53

10 Contoh lembar penilaian uji kesukaan (hedonic test) ... 54

11 Perhitungan nilai uji kesukaan (hedonic test) ... 55


(14)

FORMULASI LIPSTIK MENGGUNAKANKOMBINASI MINYAK BIJI ANGGUR (Grapeseed oil) DAN

MINYAK JARAK (Castor oil) SEBAGAI PELARUT ZAT WARNA SINTETIS

ABSTRAK

Latar Belakang: Pewarna bibir merupakan sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah. Pewarna bibir dalam bentuk batang lebih dikenal dengan nama lipstik, yang dibentuk dari minyak, lilin dan lemak. Minyak jarak merupakan komponen lipstik yang biasanya digunakan sebagai pelarut zat warna tetapi lipstik yang dihasilkan kurang baik. Oleh karena itu dikombinasikan dengan minyak biji anggur.

Tujuan: Untuk membuat formula sediaan lipstik dengan menggunakan minyak biji anggur dan minyak jarak sebagai pelarut zat warna sintetis (merk Smelling good).

Metode: Formula yang digunakan modifikasi resep standar dari Anne Young. Formulasi sediaan lipstik terdiri dari cera alba, lanolin, vaselin alba, carnauba wax, setil alkohol, parfum, butil hidroksi toluen, Tween 80, nipagin, pewarna sintetis (merk Smelling good) dan campuran minyak jarak dan minyak biji anggur dengan berbagai perbandingan berat yaitu 2:0; 1,5:0,5; 1:1; 0,5:1,5; 0:2. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan mencakup pemeriksaan homogenitas, titik lebur, kekuatan lipstik, uji stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna dan bau selama 90 hari pada suhu kamar, uji oles dan intensitas warna yang baik, uji iritasi dan uji kesukaan (hedonic test).

Hasil: Formulasi sediaan lipstik dengan perbandingan berat minyak 1:1 merupakan sediaan lipstik yang terbaik, menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki titik lebur 62 oC, kekuatan lipstik 79,25 gram, stabil selama penyimpanan 90 hari, mudah dioleskan dengan warna yang merata, memiliki pH 4,8, homogen dan tidak menyebabkan iritasi kulit, memiliki nilai kesukaan 4 (suka) dan menghasilkan intensitas warna yang baik pada saat pengolesan.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa lipstik dengan formulasi minyak biji anggur dan minyak jarak dengan perbandingan berat 1:1 dapat digunakan sebagai pelarut zat warna sintetis (merk Smelling good) yaitu dengan menghasilkan intensitas warna yang lebih baik dibandingkan hanya dengan minyak jarak saja dan memenuhi persyaratan dari semua pengujian.


(15)

FORMULATION LIPSTICK USING COMBINATION OF GRAPESEED OIL AND CASTOR OIL

AS A SOLVENT OF SYNTHETIC DYE ABSTRACK

Background: Lipstick is a cosmetical availability used to color the lips by artistic touch in improving the esthetic of facial make-up. The lipstick is a lip colorer packaged in stick form made of wax, oil and fat. Castor oil is the components of lipstick used that usually a dye solvent, but the result is less good. Therefore, it was combined with grapeseed oil.

Objective: The objective of research was to make the formula of lipstick using combination grapeseed oil and castor oil as a solvent of synthetic dye (merk Smelling good).

Methods: The formula that used was modification standart formula from Anne Young. The formulation of the lipstick preparation consisted of the components cera alba, vaselin alba, carnauba wax, cethyl alcohol, parfume, buthyl hydroxy toluene, Tween 80, nipagin, synthetic dye (merk Smelling good), and the mixture of castor oil and grapeseed oil with various weight ratio of 2:0; 1,5:0,5; 1:1; 0,5:1,5; 0:2. The test on lipstick product included the physical quality test such as homogenity test, melting point, lipstick strength, stability against shape alteration, color and odor during 90 days storage in room temperature, smearing test and intensity of color, irritation test and hedonic test.

Results: The formulation of lipstick with oil weight ratio 1:1 was the best lipstick, showed that the melting point product was 62 oC, the lipstick strength was 79,25 grams, stable during 90 days of storage, easily applied with uniform color, with the pH 4,8, homogenous and did not cause skin irritation, having value 4 (like) and the intensity of color very good at the smearing.

Conclusion: Based on the result of research it could be concluded that the lipstick of grapeseed oil and castor oil formulations with weight ratio 1:1 could be used as a solvent of synthetic dye with generate the intensity of color better than only with castor oil and complied with the requirements of testing.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetik menjadi salah satu kebutuhan sehari-hari setiap orang. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan industri, ragam kosmetik terus berkembang. Berbagai jenis kosmetik dengan fungsi dan manfaat spesifik bermunculan di masyarakat (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Lipstik adalah salah satu kosmetik dekoratif yang paling sering digunakan. Selain memberikan warna pada bibir, lipstik juga digunakan untuk perawatan bibir (Groteluschen, dkk., 2005). Pewarna bibir merupakan sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah. Pewarna bibir terdapat dalam berbagai bentuk, seperti cairan, krayon/batang, dan krim. Pewarna bibir dalam bentuk cairan dan krim umumnya memberikan selaput yang tidak tahan lama dan mudah terhapus dari bibir sehingga tidak begitu digemari orang terutama jika dibandingkan dengan pewarna bibir dalam bentuk batang. Pewarna bibir krayon (batang) lebih dikenal dengan nama lipstik (Ditjen POM, 1985).

Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri dengan kulit jangat yang sangat tipis, aliran darah lebih banyak mengalir di daerah permukaan kulit bibir, tidak terdapat kelenjar keringat, dan sangat jarang terdapat kelenjar lemak sehingga kulit bibir lebih peka dibandingkan kulit lainnya. Karena itu hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan untuk sediaan lipstik, terutama dalam hal memilih zat warna yang digunakan untuk maksud pembuatan sediaan tersebut (Ditjen POM, 1985).


(17)

Secara umum lipstik berfungsi sebagai sediaan tata rias yang digunakan untuk memberi warna pada bibir, sehingga dapat menambah daya tarik dan merubah rupa, selain itu lipstik digunakan untuk menutupi kekurangan apabila digunakan secara tepat. Bahan dasar pembuatan lipstik adalah lilin/wax, minyak, lemak dan zat warna (Sahu, dkk., 2014). Lilin berfungsi agar lipstik mudah dibentuk menjadi batang yang menjaga agar bahan tetap solid juga membuat lipstik menjadi keras tetapi mudah dioleskan. Lemak berfungsi untuk menjaga kestabilan, membuat mengkilat dan melarutkan zat warna. Pewarna atau pigmen yang digunakan dapat bermacam-macam biasanya jingga, merah, bahkan warna yang lain (Balsam dan Sagarin, 1972).

Dispersi zat warna berhubungan dengan kemampuan bahan dasar untuk membasahi zat warna. Dalam pewarna kosmetik, zat warna dan pengisi merupakan suatu fase tambahan yang mempengaruhi integritas dan kinerja produk kosmetik akhir. Pembasahan dan dispersi adalah langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan semua produk yang berwarna (Heldermann, 2011).

Minyak adalah salah satu komponen dalam basis lipstik yang berfungsi untuk melarutkan atau mendispersikan zat warna (Wilkinson, 1982). Minyak menentukan seluruh sifat dari produk lipstik. Dimungkinkan banyak sekali kombinasinya untuk membentuk sifat yang dapat dirasakan pada bibir. Komponen minyak berfungsi sebagai emollient (mempermudah penyebaran atau pengolesan), pelembab, penambah licin, pemberi kilau. Minyak lain yang dapat digunakan adalah minyak alami yang diperoleh dari tumbuhan, dan minyak yang sering digunakan antara lain minyak jarak, minyak mineral dan minyak nabati lain (Hudiyanti, 2009).


(18)

Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin biji Ricinus communis L. yang telah dikupas (Ditjen POM, 1979). Minyak jarak merupakan salah satu komponen penting dalam banyak lipstik modern. Viskositasnya yang tinggi adalah salah satu keuntungan dalam menunda pengendapan dari pigmen yang tidak larut pada saat pencetakan, sehingga dispersi pigmen benar-benar merata (Balsam dan Sagarin, 1972).

Anggur adalah salah satu jenis tanaman yang warna buahnya beraneka, ada ungu, hitam, merah dan hijau. Bentuk buahnya bulat atau setengah bulat telur, sebesar telur puyuh atau lebih. Buah anggur kalau sudah masak rasanya manis, setengah manis, setengah masam, lezat dan segar (Setiadi, 1995). Biji anggur juga memiliki banyak manfaat sehingga biji anggur ini kemudian diolah sedemikian rupa dan pada akhirnya dihasilkanlah minyak biji anggur.

Minyak biji anggur (Grapeseed oil) diperoleh dari biji anggur. Minyak biji anggur memiliki vitamin E dengan tingkat antioksidan yang sangat tinggi, sehingga membuat minyak sangat stabil (Maheswari dan Rao, 2005). Kandungan senyawa dalam biji anggur yang sering dianggap limbah ini cukup luar biasa. Hal ini yang dapat menjadikan minyak biji anggur begitu istimewa dan populer sebagai bahan utama dalam berbagai kosmetika (Anonim, 2013a). Minyak biji anggur merupakan ramuan kosmetika yang lebih disukai untuk mengontrol kelembaban kulit. Minyak ini mengandung lebih banyak asam linoleat daripada minyak-minyak pembawa yang lain (Anonim, 2014).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk memformulasikan dan mengkombinasikan minyak biji anggur (Grapeseed oil) dan minyak jarak (Castor oil) untuk melarutkan zat warna pada sediaan lipstik.


(19)

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

a. Apakah kombinasi minyak biji anggur (Grapeseed oil) dan minyak jarak (Castor oil) dapat digunakan sebagai pelarut zat warna sintetis pada pembuatan lipstik?

b. Apakah formulasi sediaan lipstik dengan kombinasi minyak biji anggur (Grapeseed oil) dan minyak jarak (Castor oil) stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar?

c. Apakah formulasi sediaan lipstik dengan kombinasi minyak biji anggur (Grapeseed oil) dan minyak jarak (Castor oil) dapat menyebabkan iritasi kulit?

1.3Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

a. Kombinasi minyak biji anggur (Grapeseed oil) dan minyak jarak (Castor oil) dapat digunakan sebagai pelarut zat warna sintetis pada pembuatan lipstik. b. Formulasi sediaan lipstik dengan menggunakan kombinasi minyak biji anggur

(Grapeseed oil) dan minyak jarak (Castor oil) yang dibuat stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar.

c. Formulasi sediaan lipstik dengan menggunakan kombinasi minyak biji anggur (Grapeseed oil) dan minyak jarak (Castor oil) tidak menyebabkan iritasi kulit.


(20)

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat formula lipstik menggunakan menggunakan kombinasi minyak biji anggur dan minyak jarak sebagai pelarut zat warna sintetis pada pembuatan lipstik dan melakukan uji kualitas lipstik (mutu fisik sediaan meliputi homogenitas, titik lebur, kekuatan lipstik, stabilitas terhadap perubahan warna dan bau, uji oles, uji iritasi dan uji kesukaan).

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya guna dari minyak biji anggur (Grapeseed oil) dengan minyak jarak (Castor oil) sebagai pelarut zat warna sintetis pada pembuatan lipstik yang aman digunakan oleh masyarakat.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anggur

Buah anggur atau yang sering disebut grape, bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman anggur berasal dari Timur Tengah, tepatnya Mesopotamia (Irak sekarang). Penyebaran anggur pertama kali bukan dalam bentuk buah segar melainkan dalam bentuk minuman atau wine (Wiryanta, 2004).

Secara umum ada dua varietas anggur yang umum dibudidayakan dan bisa dikonsumsi, yaitu Vitis vinifera dan Vitis labrusca. Selain jenis anggur dari dua spesies ini, masih banyak spesies lainnya, termasuk anggur liar. Anggur yang sudah lazim kita kenal temasuk genus Vitis, dari keluarga Vitaceae yang jumlahnya lebih 60 jenis. Jenis Vitis Vinifera, atau yang dikenal dengan anggur Eropa, adalah jenis yang paling banyak ditanam. Alasannya jenis Vitis vinifera ini lebih disukai, karena rasanya lebih enak dan lebih lezat. Jenis lain yang juga banyak ditanam orang, terutama di Amerika adalah jenis Vitis labrusca (Setiadi, 1995).

2.1.1 Morfologi

Anggur merupakan tanaman perdu merambat dari family Vitaceae. Tanaman ini bisa memanjang sampai 15 meter. Daun anggur secara umum berbentuk bulat dengan pinggir bergerigi dan ujung melancip. Namun, berbagai varietas anggur mempunyai bentuk daun yang berbeda-beda. Bunga tanaman anggur tersusun dalam malai. Setelah menjadi buah berbentuk bulat dan atau lonjong dengan ukuran 1 - 2,5 cm. Buah anggur berkulit halus dengan warna


(22)

hijau, ungu kehitaman, merah atau merah tua. Daging buah berbiji dan berasa manis (Wiryanta, 2004).

2.1.2 Sistematika tumbuhan

Anggur dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Pranitasari, 2011): Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Rhamnales

Famili

Genus :

Spesies : Vitis vinifera L.

2.1.3 Kandungan gizi dan manfaat buah anggur

Kandungan gizi pada buah anggur dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Kandungan gizi buah anggur dalam setiap 100 gram buah segar

No. Komponen Jumlah

1 Energi 75 kal

2 Protein 0,4 g

3 Lemak 0,36 g

4 Karbohidrat 19,7 g

5 Kalsium 6 mg

6 Fosfor 24,4 mg

7 Serat 1,7 g

8 Besi 0,4 mg

9 Vitamin A 66 SI

10 Vitamin B1 0,05 mg

11 Vitamin B2 0,02 mg

12 Vitamin C 3 mg


(23)

Berbagai kandungan vitamin, mineral, serta antioksidan dalam anggur berkhasiat untuk membersihkan hati, membantu memperbaiki fungsi ginjal, membantu pembentukan sel darah merah, mencegah kerusakan gigi, menonaktifkan virus yang berada di dalam tubuh, serta membantu menurunkan kolesterol. Zat lainnya yang terdapat pada buah anggur adalah resveratrol. Resveratrol pada buah anggur terdapat di bagian kulit buah. Kandungan resveratrol pada kulit buah anggur jenis Vitis vinifera sebanyak 50 - 100 mikrogram (Wiryanta, 2004).

Kemampuan buah anggur sebagai antikanker dan mampu mencegah penyakit jantung tidak hanya disebabkan oleh adanya senyawa resveratrol. Namun, disebabkan juga oleh adanya molekul kuersetin, polifenolat, dan flavonoid yang memiliki struktur sistem hidroksil. Ketiga senyawa ini secara efektif mampu menghambat oksidasi radikal bebas. Molekul radikal bebas merupakan salah satu penyebab utama penyakit kanker dan jantung yang sangat berbahaya (Wiryanta, 2004).

2.2 Minyak Biji Anggur

Minyak biji anggur telah menarik banyak perhatian bagi industri makanan, kosmetik dan farmasi karena sifat-sifatnya. Kandungan utama dalam minyak biji anggur terletak pada kadar yang tinggi dari asam lemak tak jenuh seperti asam linoleat (Da Silva, dkk., 2008), dan vitamin E yang sangat penting pada kesehatan manusia. Minyak biji anggur terdiri dari trigliserida, yang kaya akan asam lemak tak jenuh, seperti asam oleat dan linoleat, dibandingkan dengan minyak lainnya (Barron, dkk., 1988). Minyak biji anggur mengandung 75% asam linoleat, 15% asam oleat, 6% asam palmitat, 3% asam stearat dan 1% asam linolenat. Minyak


(24)

biji anggur memiliki vitamin E dengan tingkat antioksidan yang sangat tinggi, sehingga membuat minyak sangat stabil (Maheswari dan Rao, 2005).

Minyak biji anggur atau yang dikenal juga dengan nama Grapeseed oil

diperoleh dari biji anggur. Kandungan senyawa dalam biji-bijian yang sering dianggap limbah ini cukup luar biasa. Biji anggur mengandung Oligomere Proanthro Cyanidin atau yang sering disingkat OPC. Senyawa ini sendiri memiliki sifat antioksidan dengan daya kerja yang jauh lebih kuat dari vitamin C dan juga E. Hal ini yang menjadikan minyak biji anggur begitu istimewa dan populer sebagai bahan utama dalam berbagai kosmetika (Anonim, 2013a).

2.3Kosmetik

Kosmetik berasal dari kata ”kosmein” (Yunani) yang berarti ”berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat alam sekitar. Sekarang kosmetik tidak hanya dari bahan alami tetapi juga dari bahan sintetis untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

Menurut peraturan kepala BPOM Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.08.11.07517 Tahun 2011, kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Berdasarkan penggolongannya, kosmetika dibagi menjadi 2 golongan utama yaitu kosmetika perawatan kulit (skin care) dan kosmetika dekoratif (tata rias/make up) (Tranggono dan Latifah, 2007).


(25)

2.3.1 Kosmetika perawatan dan pemeliharaan (skin care)

Tujuan penggunaan kosmetik ini adalah untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Kosmetika perawatan kulit terdiri dari kosmetika pembersih kulit (cleanser). Kosmetika pelembab kulit (moisturizer), kosmetika pelindung kulit, dan kosmetika untuk menipiskan kulit (peeling). Contoh dari kosmetika perawatan kulit adalah sabun, night cream, sunscreen cream, scrub cream

(Tranggono dan Latifah, 2007). 2.3.2 Kosmetika dekoratif

Tujuan awal penggunaan kosmetik adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terlihat sehingga tampak lebih menarik dan sekaligus juga menutupi kekurangan (cacat) yang ada (Wasitaatmadja, 1997).

Tranggono dan Latifah (2007) membagi kosmetik dekoratif dalam dua golongan besar, yaitu:

1.Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eye shadow, dan lain-lain.

2.Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu yang lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut.

Persyaratan untuk kosmetika dekoratif antara lain: - Warna yang menarik


(26)

- Tidak lengket

- Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau

- Tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan lainnya.

2.4Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis, dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 1997).

Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar (Tranggono dan Latifah, 2007).

Secara histopatologis kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu: 1. Lapisan epidermis atau kutikel

Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum (lapisan kulit yang paling luar), stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basalis.

2. Lapisan dermis

Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terbentuk oleh jaringan elastik dan fibrosa padat dengan elemen selular, kelenjar, dan rambut sebagai adneksa kulit. Lapisan ini terdiri atas pars papilaris (bagian yang menonjol ke dalam epidermis) dan pars retikularis (bagian bawah dermis yang berhubungan dengan subkutis).


(27)

3. Lapisan subkutis (hipodermis)

Lapisan subkutis merupakan lapisan kulit yang terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran getah bening (Wasitaatmadja, 1997).

2.5Bibir

Kulit bibir mirip dengan kulit pada bagian lain yang melindungi tubuh. Pada permukaan luar, bibir dilapisi oleh integument (jaringan penutup permukaan kulit), dan pada permukaan dalam, membran selaput lendir oral menjadi satu dengan kulit bibir pada batas merah terang. Pada komponen dari bibir ditemukan otot oris orbikularis yang berperan dalam kontraksi atau gerakan bibir, arteri, dan vena labial, susunan saraf, jaringan lemak, dan kelenjar lemak (Woelfel dan Scheid, 1997).

Pada kulit bibir tidak terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit bibir sebelah dalam terdapat kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak selalu basah. Sangat jarang terdapat kelenjar lemak pada bibir, menyebabkan bibir hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering lapisan jangat akan cenderung mengering, pecah-pecah yang memungkinkan zat yang melekat padanya mudah berpenetrasi ke statum germinativum (Ditjen POM, 1985; Groteluschen, dkk., 2005).

Bibir tiap orang apapun warna kulitnya, berwarna merah. Warna merah disebabkan oleh warna darah yang mengalir di dalam pembuluh di lapisan bawah kulit bibir. Pada bagian ini warna itu terlihat lebih jelas karena pada bibir tidak ditemukan satu lapisan kulit paling luar yaitu lapisan stratum korneum (lapisan tanduk). Jadi kulit bibir lebih tipis dari kulit wajah, karena itu bibir jadi lebih


(28)

mudah luka dan mengalami pendarahan. Di samping itu, karena kulitnya yang tipis saraf yang mengurus sensasi pada bibir lebih sensitif (Wibowo, 2013).

Bagi bibir yang begitu sempit ternyata tersedia berbagai macam kosmetika rias. Mungkin karena bibir dianggap sebagai bagian penting dalam penampilan seseorang. Kosmetika rias bibir selain untuk merias bibir ternyata disertai juga dengan bahan untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang merusak, misalnya ultra violet. Ada beberapa macam kosmetika rias bibir, yaitu lipstik, lip crayon, krim bibir (lip cream), pengkilap bibir (lip gloss), penggaris bibir (lip liner), dan lip sealers (Wasitaatmadja, 1997).

2.6Lipstik

Lipstik adalah sediaan bentuk batang yang dengan bahan dasar minyak dan lilin yang diberi zat warna merah yang larut atau tersuspensi dalam minyak dan diberi parfum secukupnya (Balsam dan Sagarin, 1972).

Fungsi lipstik adalah untuk memberikan warna bibir menjadi merah, semerah delima merekah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat dan menarik. Tetapi kenyataannya warna lainpun mulai digemari orang, sehingga corak warnanya sekarang sangat bervariasi mulai dari warna kemudaan hingga warna sangat tua dengan corak warna dari merah jambu, merah jingga, hingga merah biru, bahkan ungu (Ditjen POM, 1985).

Bahan dasar lipstik adalah minyak, lemak, dan lilin, dimana bahan dasar ini harus dapat mendispersikan zat warna secara homogen. Jika dilelehkan akan mencair sedikit-sedikit, jika dibekukan akan berbentuk lipstik yang tidak mudah patah (Balsam dan Sagarin, 1972).


(29)

Berdasarkan sudut pandang kualitas, lipstik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Mitsui, 1997; Tranggono dan Latifah, 2007):

1. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir

2. Penampilan menarik, baik warna, bau, rasa maupun bentuknya 3. Memberikan warna yang merata pada bibir

4. Stabil dalam penyimpanan

5. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak berbintik-bintik atau memperlihatkan hal-hal yang tidak menarik

6. Melapisi bibir secara mencukupi 7. Dapat bertahan di bibir

8. Cukup melekat pada bibir

9. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya. 2.6.1 Jenis-jenis lipstik

Jenis-jenis lipstik sebagai berikut (Muliyawan dan Suriana, 2013): a. Sheer/gloss

Lipstik jenis ini adalah jenis lipstik yang ringan dan menciptakan efek

glossy pada bibir. Lipstik ini berbentuk bening (transparan). Ketika digunakan pada bibir, warnanya tidak terlalu menonjol, namun cenderung memberikan efek

glossy pada warna alami bibir. Lipstik jenis ini cocok digunakan untuk aktivitas sehari-hari.

b. Matte

Lipstik jenis ini kandungan minyaknya lebih sedikit dan mengandung pigmen yang banyak menyerap cahaya. Sehingga, ketika diaplikasikan pada bibir tidak menimbulkan kilap. Salah satu kelebihan lipstik matte adalah warnanya


(30)

mampu bertahan lebih lama di atas bibir dan tidak mudah menempel pada gelas atau sendok saat bersantap. Kekurangan lipstik jenis matte adalah agak sulit menempel pada bibir yang kering.

c. Satin

Aplikasi lipstik jenis ini memberikan hasil polesan antara glossy dan matte

(tidak mengilap). Efek glossy yang dihasilkan tidak terlalu mengilap, namun warna tetap keluar.

d. Cream

Lipstik jenis ini cocok digunakan di daerah yang beriklim dingin. Untuk daerah tropis seperti di Indonesia menggunakan lipstik jenis ini kurang cocok dan terasa agak berat. Hasil polesannya terasa lembut di bibir, namun agak matte. e. Transferproof

Lipstik jenis transferproof mulai banyak diminati saat ini. Sifatnya yang awet dan tidak mudah menempel di baju atau pipi ketika bersentuhan dengan bibir menggunakan lipstik ini, membuat lipstik ini lebih diminati. Sifat tahan lama pada lipstik ini muncul karena penggunaan teknologi silikon nonvolatile.

2.6.2 Komposisi lipstik

Bahan-bahan utama pada lipstik adalah sebagai berikut (Tranggono dan Latifah, 2007):

a. Lilin

Fungsinya memberikan bentuk lipstik dan menjaga bentuknya agar selalu dalam keadaan padat walaupun pada iklim panas. Misalnya carnauba wax, candellila wax, bees wax, paraffin wax, spermaceti, setil alkohol, stearil alkohol (Balsam dan Sagarin, 1972).


(31)

b. Minyak

Minyak yang baik adalah minyak yang dapat melarutkan warna dengan baik, tidak berbau dan mudah di dapat. Misalnya castor oil, butil stearat, oleil alkohol, isopropil palmitat, iso propil miristat (Balsam dan Sagarin, 1972). c. Lemak

Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut, meningkatkan kekuatan lipstik dan dapat mengurangi efek berkeringat dan pecah pada lipstik. Fungsinya yang lain dalam proses pembuatan lipstik adalah sebagai pengikat dalam basis antara fase minyak dan fase lilin dan sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat yang biasa digunakan dalam basis lipstik adalah lemak coklat, lanolin, lesitin, minyak nabati terhidrogenasi dan lain-lain (Balsam dan Sagarin, 1972).

d. Zat-zat pewarna (coloring agent)

Zat warna untuk kosmetik dekoratif dibedakan atas lima jenis, zat warna alam yang larut, zat warna sintetis yang larut, pigmen alam, pigmen sintetis, dan lakes alam (Tranggono dan Latifah, 2007).

Syarat zat warna dalam sediaan lipstik adalah sebagai berikut: - Tidak menyebabkan iritasi dan toxisitas

- Tidak mengandung senyawa As, Pb, dan pengotoran-pengotoran lain - Harus dapat digerus halus sekali sehingga bila dipakai tidak terasa berpasir - Mempunyai intensitas warna yang tinggi

- Terdispersi halus pada minyak, tidak menjadi kering dan tengik (Balsam dan Sagarin, 1972).


(32)

2.6.3 Zat tambahan dalam sediaan lipstik

Zat tambahan dalam lipstik adalah zat yang ditambahkan dalam formula lipstik untuk menghasilkan lipstik yang baik, yaitu dengan cara menutupi kekurangan yang ada tetapi dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak toksik, tidak menimbulkan alergi, stabil dan dapat bercampur dengan bahan-bahan lain dalam formula lipstik. Zat tambahan yang digunakan yaitu antioksidan, pengawet dan parfum.

1. Antioksidan

Kegunaan antioksidan adalah mencegah terjadinya oksidasi dari beberapa bahan pada penyimpanan yang lama. Contoh antioksidan adalah butil hidroksi anisol, butil hidroksi toluen, propil gallat (Balsam dan Sagarin, 1972).

2. Pengawet

Penggunaan pengawet dalam kosmetik adalah untuk mencegah dan melindungi sediaan kosmetik dari mikroorganisme yang dapat menyebabkan timbulnya bau yang tidak sedap, perubahan warna, perubahan viskositas, penurunan daya kerja bahan aktif, dan gangguan kesehatan. Contoh pengawet adalah metil paraben (nipagin), propil paraben (nipasol), dan propil hidroksi benzoat (Tranggono dan Latifah, 2007).

3. Parfum

Parfum yang baik memiliki sifat tidak menyebabkan iritasi, dan rasa yang tidak enak, dan dapat menutupi bau yang tak enak dari lemak atau bau yang terjadi karena penyimpanan. Parfum yang dipakai biasanya dengan wangi buah-buahan dan wangi bunga-bungaan (Balsam dan Sagarin, 1972).


(33)

4. Surfaktan

Surfaktan kadang-kadang ditambahkan dalam pembuatan lipstik untuk memudahkan pembasahan dan mendispersikan partikel-partikel zat warna yang padat (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.6.4 Komponen lipstik yang digunakan dalam formulasi

Komponen lipstik yang digunakan dalam formulasi ini sebagai berikut: 1. Oleum ricini (Minyak jarak)

Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin biji

Ricinus communis L. yang telah dikupas. Pemeriannya berupa cairan kental, jernih, kuning pucat atau hampir tidak berwarna, bau lemah, rasa agak manis dan agak pedas. Kelarutannya yaitu larut dalam 2,5 bagian etanol (90%), mudah larut dalam etanol mutlak, dan dalam asam asetat glasial (Ditjen POM, 1979). Minyak jarak digunakan sebagai pelarut dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi (Rowe, dkk., 2009).

2. Cera alba (Malam putih)

Cera alba dibuat dengan memutihkan malam yang diperoleh dari sarang lebah

Apis mellifera L. Suhu leburnya yaitu antara 62 ºC hingga 65 ºC. Kegunaan Cera alba adalah untuk mengatur titik lebur sediaan (Rowe, dkk., 2009).

3. Lanolin

Lanolin adalah adeps lanae yang mengandung air 25%. Digunakan sebagai pelumas dan penutup kulit dan lebih mudah dipakai (Anief, 2000). Lanolin merupakan zat serupa lemak yang dimurnikan, diperoleh dari bulu domba

Bovis aries L. (Fam. Bovidae), yang dibersihkan dan dihilangkan warna dan baunya. Suhu leburnya yaitu antara 38 ºC hingga 44 ºC. Lanolin banyak


(34)

digunakan dalam sediaan topikal dan kosmetik (Rowe, dkk., 2009). Penggunaan lanolin dalam sediaan lipstik adalah untuk membantu meratakan warna (Balsam dan Sagarin, 1972).

4. Vaselin alba

Vaselin alba adalah campuran hidrokarbon setengah padat yang telah diputihkan, diperoleh dari minyak mineral. Suhu leburnya antara 38 ºC hingga 56 ºC (Ditjen POM, 1979). Vaselin digunakan untuk menambah kilauan pada lipstik (Balsam dan Sagarin, 1972).

5. Setil alkohol

Setil alkohol digunakan dalam formula lipstik karena punya sifat emolien yang baik dan memiliki suhu lebur antara 45 ºC hingga 52 ºC (Rowe, dkk., 2009). Setil alkohol digunakan untuk menambah efek thixotropic (Balsam dan Sagarin, 1972).

6. Carnauba wax

Carnauba wax diperoleh dari daun Copernicia cerifera. Carnauba wax merupakan salah satu lilin alami yang sangat keras karena memiliki suhu lebur yang tinggi yaitu 80 - 86 ºC. Biasa digunakan untuk meningkatkan suhu lebur dan kekerasan lipstik (Rowe, dkk., 2009).

7. Metil paraben

Metil paraben merupakan zat pengawet yang larut 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dalam etel P dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam 60 bagian gliserol panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati


(35)

panas (Ditjen POM, 1995). Metil paraben digunakan sebagai pengawet dalam sediaan topikal dalam jumlah 0,02 - 0,3% (Rowe, dkk., 2009).

8. Parfum

Parfum sebaiknya dipilih yang sederhana, lembut, dan menyenangkan, dan banyak disukai dan dapat menutupi bau yang tidak enak dari lemak (Balsam dan Sagarin, 1972).

9. Butil hidroksi toluen

Butil hidroksi toluen digunakan sebagai antioksidan dalam obat, kosmetik, dan makanan. Biasanya digunakan untuk menunda atau mencegah oksidasi lemak dan minyak menjadi tengik, dan juga untuk mencegah hilangnya aktivitas vitamin-vitamin yang larut dalam minyak. Konsentrasi butil hidroksi toluen yang digunakan untuk formulasi sediaan topikal adalah 0,0075 - 0,1% (Rowe, dkk., 2009).

10.Tween 80/polisorbat 80

Tween 80 atau polisorbat 80 adalah zat berupa cairan kental seperti minyak jernih, kuning, bau asam lemak dan khas. Mudah larut dalam air, etanol, metanol dan sukar larut dalam parafin cair (Ditjen POM, 1979). Kegunaan Tween 80 adalah sebagai pendispersi patikel-partikel pewarna yang padat dan sebagai agen pelarut untuk berbagai zat termasuk minyak esensial dan vitamin yang larut dalam minyak dalam jumlah 1 - 15% (Rowe, dkk., 2009).

11.Pewarna

Pewarna yang digunakan adalah pewarna merk “Smelling good” yang memiliki komposisi yaitu poncheau 4R Cl 16255 dan propilen glikol.


(36)

a. Poncheau 4R merupakan pewarna sintetik yang dapat digunakan sebagai pewarna makanan. Nama IUPAC: trisodium(8Z)-7-oxo-8[ (4-sulfonatonaphthalen-1-yl)hidraziniliden]naphthalen-1,3-disulfonat.

Struktur IUPAC:

Rumus molekul/rumus kimia: C20H11N2Na3O10S3. Massa molar: 604,47

gram/mol (Anonim, 2013b).

b. Propilen glikol digunakan dalam kosmetika sebagai pelarut dalam jumlah yaitu 5 - 15%. Propilen glikol adalah pelarut yang lebih baik dari pada gliserin dan dapat melarutkan berbagai macam bahan seperti kortikosteroid, fenol, barbiturat, vitamin (A dan D), dan alkaloid (Rowe, dkk., 2009).

2.7Evaluasi Lipstik

Jenis-jenis evaluasi lipstik adalah sebagai berikut: a. Penetapan suhu lebur lipstik

Titik lebur dari lipstik dapat diperiksa dengan pipa kapiler yang ukuran, panjang isinya, dan temperaturnya tertentu atau sama rata. Kecuali jika ditentukan

drop pointnya yaitu temperatur dimana minyak dari lipstik akan menetes yakni dengan cara meletakkan lipstik pada kotak, dibiarkan dan dilihat dimana pada


(37)

temperatur tertentu akan ke luar minyaknya. Temperatur ini berfungsi sebagai temperatur limit untuk penyimpanan misalnya pada waktu pengepakan, pemasaran, dan pemakaian, yang dimana drop point harus di atas 45 ºC, dan sebaiknya di atas 50 ºC(Balsam dan Sagarin, 1972).

b. Kekuatan lipstik

Evaluasi kekuatan lipstik menunjukkan kualitas patahan lipstik dan juga kekuatan lipstik dalam proses pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan lipstik juga kualitas lilinnya.

Pengamatan terhadap kekuatan lipstik dilakukan dengan cara lipstik diletakkan horizontal. Tekan pada jarak kira-kira 1/2 inci dari tepi. Tiap 30 detik buat penekan ditambah (misalnya 10 g). Penambahan berat pada penekan dilakukan terus sampai lipstik patah (Vishwakarma, dkk., 2011).

c. Stabilitas sediaan

Pengamatan yang dilakukan meliputi adanya perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, 15, 30 dan selanjutnya setiap 15 hari hingga hari ke-90 (Vishwakarma, dkk., 2011).

d. Uji oles

Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada kulit punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel dengan perlakuan lima kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya menggunakan lipstik. Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang baik jika warna yang menempel pada kulit punggung tangan banyak dan merata dengan beberapa kali pengolesan pada tekanan tertentu. Sedangkan sediaan


(38)

dikatakan mempunyai daya oles yang tidak baik jika warna yang menempel sedikit dan tidak merata (Keithler, 1956).

e. Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Cara: Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan akuades, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml akuades, lalu dipanaskan. Setelah suhu larutan hangat (sekitar 40 ºC), elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

f. Uji tempel (Patch Test)

Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak (Ditjen POM, 1985).

Iritasi dan kepekaan kulit adalah reaksi kulit terhadap toksikan. Jika toksikan dilekatkan pada kulit akan menyebabkan kerusakan kulit. Iritasi kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan golongan iritan, sedangkan kepekaan kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan golongan alergen (Ditjen POM, 1985).

Iritasi umumnya akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah pelekatan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi


(39)

tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder (Ditjen POM, 1985).

Tanda-tanda yang ditimbulkan ke dua reaksi kulit tersebut lebih kurang sama, yaitu akan tampak hiperemia, eritema, edema, atau vesikula kulit. Reaksi kulit yang demikian biasanya bersifat lokal (Ditjen POM, 1985).

Panel uji tempel meliputi manusia sehat. Manusia sehat yang dijadikan panel uji tempel sebaiknya wanita, usia antara 20 - 30 tahun, berbadan sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki riwayat penyakit alergi atau reaksi alergi, dan menyatakan kesediaannya dijadikan sebagai panel uji tempel (Ditjen POM, 1985).

Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel adalah bagian punggung, lengan tangan atas bagian dalam, lipatan siku, dan bagian kulit di belakang telinga (Ditjen POM, 1985).

Teknik uji tempel dapat dilakukan dengan uji tempel terbuka, uji tempel tertutup, dan atau uji tempel sinar. Prosedur uji tempel dibedakan menjadi uji tempel preventif, uji tempel diagnostik, dan uji tempel ramal (Ditjen POM, 1985).

Uji tempel preventif adalah uji tempel yang dilakukan sebelum penggunaan sediaan kosmetika untuk mengetahui apakah pengguna peka terhadap sediaan atau tidak. Uji tempel preventif dilakukan dengan teknik uji tempel terbuka atau tertutup, waktu pelekatannya ditetapkan 24 jam. Pengamatan reaksi kulit positif atau negatif (Ditjen POM, 1985).

Uji tempel diagnostik adalah uji tempel yang dilakukan untuk maksud pelacakan atau penyelidikan komponen sediaan kosmetika yang menjadi penyebab terjadinya reaksi kulit pada penderita peka. Uji tempel diagnostik


(40)

dilakukan dengan teknik uji tempel terbuka, uji tempel tertutup, dan atau uji tempel sinar. Lamanya pelekatan ditetapkan 24 jam, 48 jam, dan 72 jam (Ditjen POM, 1985).

Uji tempel ramal adalah uji tempel yang dilakukan untuk maksud apakah sediaan kosmetik dapat diedarkan dengan jaminan keamanan atau tidak (Ditjen POM, 1985).

Hasil uji tempel dipengaruhi oleh berbagai faktor: - Kadar dan jenis sediaan uji

- Ketaatan panel dalam melaksanakan instruksi penguji - Lamanya waktu pelekatan sediaan uji

- Lokasi lekatan - Umur panel

g. Uji kesukaan (Hedonic Test)

Uji kesukaan (hedonic test) merupakan metode uji yang digunakan untuk mengukur tingkat kesukaan terhadap produk dengan menggunakan lembar penilaian. Menurut Badan Standarisasi Nasional (2006), data yang diperoleh dari lembar penilaian ditabulasi dan ditentukan nilai mutunya dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%. Untuk menghitung interval nilai mutu rerata dari setiap panelis digunakan suatu rumus seperti di bawah ini:

% 95 )) / . 96 , 1 ( ( ))

/ . 96 , 1 (

(XS n ≤ ≤ X + S n

P µ

n Xi X

n i


(41)

(

)

n X Xi S

n i

=

2 2

2

S S =

Keterangan:

n = banyaknya panelis

S2 = keseragaman nilai

1,96 = koefisien standar deviasi pada taraf 95%

�̅ = nilai rata-rata

xi = nilai dari panelis ke i, dimana i = 1, 2, 3, ...n;

s = simpangan baku

P = tingkat kepercayaan µ = rentang nilai

Kriteria panelis (Soekarto, 1981):

1. Panelis yang digunakan adalah panelis yang tidak terlatih yang diambil secara acak sebanyak 30 orang panelis. Jumlah anggota panelis semakin besar semakin baik.

2. Berbadan sehat.

3. Tidak dalam keadaan tertekan

4. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang cara-cara penilaian organoleptik.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi pembuatan formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi terhadap sediaan dan uji kesukaan (hedonic test) terhadap variasi sediaan yang dibuat.

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan antara lain: neraca digital, oven, penangas air, batang pengaduk, spatula, sudip, tisu, kaca objek, cawan penguap, pencetak suppositoria, pipet tetes, roll up lipstick dan alat-alat gelas yang diperlukan.

3.2 Bahan-bahan

Bahan kimia yang digunakan antara lain: akuades, minyak jarak, minyak biji anggur, cera alba, vaselin alba, setil alkohol, carnauba wax, lanolin, oleum rosae, nipagin, butil hidroksitoluen, Tween 80 dan pewarna (smelling good).

3.3 Pembuatan Lipstik 3.3.1 Formula

Formula dasar yang dipilih pada pembuatan lipstik dalam penelitian ini dengan komposisi sebagai berikut (Young, 1974):

R/ Cera alba 36,0

Lanolin 8,0

Vaselin alba 36,0 Setil alkohol 6,0 Castor oil 8,0 Carnauba wax 5,0

Pewarna secukupnya

Parfum secukupnya


(43)

Berdasarkan formula dasar di atas dilakukan modifikasi formula basis lipstik dengan mengkombinasikan minyak jarak dan minyak biji anggur dalam berbagai perbandingan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan basis lipstik yang baik dalam tekstur, konsistensi dan kemampuan melarutkan zat warna.

3.3.2 Formula modifikasi

Setelah dilakukan orientasi di laboratorium, hasil yang baik untuk sediaan lipstik adalah dengan mengurangi carnauba wax karena sediaan lipstik yang dihasilkan dengan menggunakan formula Anne Young terlalu keras dan tidak mudah dioleskan. Zat warna yang digunakan dalam formula lipstik yang dimodifikasi adalah pewarna (Smelling good) yang berwarna merah dengan konsentrasi 2%. Butil hidroksi toluen (BHT) digunakan sebagai antioksidan dan digunakan sebanyak 0,1% (Rowe, dkk., 2009). Formula lipstik setelah dimodifikasi adalah sebagai berikut:

R/ Cera alba 35,65

Lanolin 8,0

Vaselin alba 35,65

Setil alkohol 5,0

Carnauba wax 3,0

Minyak jarak x

Minyak biji anggur y Pewarna (smelling good) 2

Oleum rosae 0,1

Nipagin 0,1

BHT 0,1

Tween 80 0,4

Keterangan:

X = jumlah minyak jarak Y = jumlah minyak biji anggur

Formula sediaan lipstik dengan perbandingan berat minyak jarak dan minyak biji anggur dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.


(44)

Tabel 3.1 Formula sediaan lipstik dengan berbagai perbandingan berat minyak jarak dan minyak biji anggur untuk 20 gram lipstik.

Komposisi (g) Formula

F1 F2 F3 F4 F5

Cera alba 7,13 7,13 7,13 7,13 7,13

Lanolin 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6

Vaselin 7,13 7,13 7,13 7,13 7,13

Setil alkohol 1 1 1 1 1

Carnauba wax 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6

Minyak jarak (MJ) 2 1,5 1 0,5 0

Minyak biji anggur (MBA) 0 0,5 1 1,5 2

Pewarna (Smelling good) 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4

Oleum rosae 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

Nipagin 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

BHT 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

Tween 80 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08

Jumlah 20 20 20 20 20

3.4 Prosedur Pembuatan Lipstik

Minyak jarak dan minyak biji anggur masing-masing ditimbang lalu dicampurkan. Campuran minyak ini ditambahkan ke dalam pewarna sambil diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan butil hidroksi toluen (BHT) dan nipagin, lalu diaduk hingga homogen (campuran A). Cera alba, carnauba wax, lanolin, vaselin alba, dan setil alkohol ditimbang dan dimasukkan dalam cawan penguap, kemudian dilebur di atas penangas air (campuran B). Selanjutnya campuran A ditambahkan tween 80 dan dicampurkan dengan campuran B secara perlahan-lahan di dalam cawan sambil dipanaskan. Ditambahkan parfum (Oleum rosae), aduk hingga homogen. Selagi cair dimasukkan ke dalam cetakan dan dibiarkan sampai membeku. Setelah membeku massa dikeluarkan dari cetakan dan dimasukkan dalam wadah (roll up lipstick).


(45)

3.5 Pemeriksaan Mutu Minyak Biji Anggur

Identifikasi sampel dilakukan dengan menganalisis kandungan asam lemak yang terkandung dalam minyak biji anggur (Grapeseed oil) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Jl. Brigjen Katamso 51, Medan 20158 Indonesia.

3.6 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan

Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan lipstik. Pemeriksaan mutu fisik meliputi: pemeriksaan homogenitas, titik lebur, kekuatan lipstik dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan, uji oles dan pemeriksaan pH.

3.6.1 Pemeriksaan homogenitas

Masing-masing sediaan lipstik diperiksa homogenitasnya dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada kaca transparan, lalu diamati. Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya warna yang tidak merata (Ditjen POM,1979).

3.6.2 Pemeriksaan titik lebur lipstik

Pemeriksaan titik lebur lipstik dilakukan dengan cara melebur lipstik. Suhu lebur pada lipstik diatur hingga mendekati suhu bibir, yaitu 36 - 38 oC. Akan tetapi, karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu atau cuaca sekelilingnya, maka suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai, yaitu ± 62 oC, biasanya berkisar antara 55 - 75 oC (Ditjen POM, 1985).

Pengamatan dilakukan terhadap titik lebur lipstik dengan cara lipstik dimasukkan ke dalam oven dengan suhu awal 50 oC selama 15 menit, diamati apakah lipstik meleleh atau tidak, setelah itu suhu dinaikkan 1 oC setiap 15 menit dan diamati pada suhu berapa lipstik mulai meleleh. Sediaan lipstik yang baik


(46)

adalah sediaan lipstik dengan titik lebur dengan suhu di atas 50 oC (Vishwakarma, dkk., 2011)

3.6.3 Pemeriksaan kekuatan lipstik

Pengamatan dilakukan terhadap kekuatan lipstik dengan cara lipstik diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira ½ inci dari tepi lipstik, digantungkan beban yang berfungsi sebagai penekan. Tiap 30 detik berat penekan ditambah (misalnya 10 gram). Penambahan berat pada penekan dilakukan terus sampai lipstik patah (Vishwakarma, dkk., 2011).

3.6.4 Pemeriksaan stabilitas sediaan

Pemeriksaan stabilitas sediaan dilakukan terhadap adanya perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, 15, 30 dan selanjutnya setiap 15 hari hingga hari ke- 90 (Vishwakarma, dkk., 2011).

3.6.5 Uji oles

Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada kulit punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel dengan perlakuan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya menggunakan lipstik. Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang baik jika warna yang menempel pada kulit punggung tangan banyak dan merata dengan beberapa kali pengolesan pada tekanan tertentu. Sedangkan sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang tidak baik jika warna yang menempel sedikit dan tidak merata. Pemeriksaan dilakukan terhadap masing-masing sediaan yang dibuat dan dioleskan pada kulit punggung tangan dengan 5 kali pengolesan (Keithler, 1956).


(47)

3.6.6 Pemeriksaan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Cara kerja: Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dengan konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan dilarutkan dalam air suling yang sudah dipanaskan hingga 100 ml dan biarkan hingga dingin. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Alat dibiarkan sampai menunjukkan harga pH konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.7 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test) 3.7.1 Uji iritasi

Uji iritasi dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak.

Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (open test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama 3 hari berturut-turut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kriteria panelis uji iritasi (Ditjen POM, 1985): 1. Wanita


(48)

3. Berbadan sehat jasmani dan rohani 4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi

5. Menyatakan kesediaannya dijadikan panelis uji iritasi Indeks iritasi menurut (Ditjen POM, 1985):

1. Tidak ada reaksi 0

2. Eritema +

3. Eritema dan papula ++

4. Eritema, papula dan vesikula +++

5. Edema dan vesikula ++++

3.7.2 Uji kesukaan (hedonic test)

Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan yang dibuat. Jumlah panelis uji makin besar semakin baik, sebaiknya jumlah itu melebihi 20 orang (Soekarto, 1981).

Cara kerja: pengujian dilakukan secara visual terhadap 30 orang panelis. Setiap panelis diminta untuk mengoleskan lipstik yang dibuat pada kulit punggung tangannya. Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pengolesan sediaan lipstik, homogenitas dan intensitas warna sediaan lipstik saat dioleskan pada kulit punggung tangan. Penilaian panelis terhadap sediaan lipstik dikategorikan ke dalam 5 tingkatan, yaitu: sangat suka, suka, cukup suka, kurang suka, dan tidak suka. Kemudian dihitung persentase tingkat kesukaan terhadap masing-masing sediaan.


(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pemeriksaan Mutu Minyak Biji Anggur

Identifikasi sampel dilakukan dengan menganalisis kandungan asam lemak yang terkandung dalam minyak biji anggur di Pusat Penelitian Kelapa Sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Jl. Brigjen Katamso 51, Medan 20158 Indonesia. Hasil pemeriksaan identifikasi sampel dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.2 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan 4.2.1 Homogenitas sediaan

Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa seluruh sediaan lipstik tidak memperlihatkan adanya warna yang tidak merata saat sediaan dioleskan pada kaca objek. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat mempunyai susunan yang homogen. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 6.

4.2.2 Titik lebur lipstik

Hasil uji titik lebur sediaan lipstik dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Data pemeriksaan titik lebur

Sediaan Titik Lebur (oC)

1 62

2 62

3 62

4 62

5 62

Keterangan:

Sediaan 1= MJ : MBA = 2:0 Sediaan 2= MJ : MBA = 1,5:0,5 Sediaan 3= MJ : MBA = 1:1

Sediaan 4= MJ : MBA = 0,5:1,5 Sediaan 5= MJ : MBA = 0:2


(50)

Hasil pemeriksaan titik lebur lipstik menunjukkan bahwa seluruh sediaan lipstik dengan kombinasi minyak biji anggur dan minyak jarak melebur pada suhu 62 oC. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki titik lebur yang baik yaitu berada di antara 55 - 75 oC (Ditjen POM, 1985).

4.2.3 Kekuatan lipstik

Berdasarkan hasil pemeriksaan kekuatan lipstik diketahui bahwa sediaan lipstik patah pada penambahan beban 79,25 - 89,25 gram. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki kekuatan yang baik. Kesimpulan ini diambil berdasarkan perbandingan antara berat beban yang digunakan pada sediaan lipstik dengan kombinasi minyak jarak dan minyak biji anggur dengan berat beban yang digunakan pada sediaan lipstik yang beredar di pasaran yaitu lipstik Wardah yang patah pada penambahan beban 80 gram. Hasil pemeriksaan kekuatan lipstik dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Data pemeriksaan kekuatan lipstik

Sediaan Penambahan berat (g)

Berat alat (g) Penambahan berat (g) + Alat

Pembanding 80 9,25 89,25

1 70 9,25 79,25

2 80 9,25 89,25

3 70 9,25 79,25

4 80 9,25 89,25

5 70 9,25 79,25

Keterangan:

Sediaan 1= MJ : MBA = 2:0 Sediaan 2= MJ : MBA = 1,5:0,5 Sediaan 3= MJ : MBA = 1:1

Sediaan 4= MJ : MBA = 0,5:1,5 Sediaan 5= MJ : MBA = 0:2

4.2.4 Stabilitas sediaan

Hasil uji stabilitas sediaan lipstik menunjukkan bahwa seluruh sediaan yang dibuat tetap stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 90 hari


(51)

pengamatan. Parameter yang diamati dalam uji kestabilan fisik meliputi perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Hasil uji stabilitas fisik dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Data pengamatan perubahan bentuk, warna dan bau sediaan

Pengamatan Sediaan Lama pengamatan (hari)

1 15 30 45 60 75 90

Bentuk

1 b b b b b b b

2 b b b b b b b

3 b b b b b b b

4 b b b b b b b

5 b b b b b b b

Warna

1 m m m m m m m

2 m m m m m m m

3 m m m m m m m

4 m m m m m m m

5 m m m m m m m

Bau

1 bk bk bk bk bk bk bk

2 bk bk bk bk bk bk bk

3 bk bk bk bk bk bk bk

4 bk bk bk bk bk bk bk

5 bk bk bk bk bk bk bk

Keterangan: b : baik m : merah bk : bau khas 4.2.5 Hasil uji oles

Sediaan lipstik menghasilkan warna yang baik jika sediaan memberikan warna yang intensif, merata dan homogen saat dioleskan pada kulit punggung tangan. Berdasarkan uji oles diperoleh hasil bahwa sediaan yang menghasilkan pengolesan yang sangat baik adalah sediaan 3 yaitu lipstik dengan perbandingan berat minyak jarak dan minyak biji anggur 1:1.

Sediaan 1 memberikan warna yang baik dan mudah dioleskan. Sediaan 2 dan 4 memberikan warna yang terlalu lemah dan agak sukar dioleskan. Sediaan 3


(52)

memberikan warna yang baik, homogen dan lebih mudah dioleskan. Sediaan 5 memberikan warna yang baik dan mudah dioleskan tetapi tidak semudah pengolesan pada sediaan 1 dan 3.

Sediaan lipstik pada formula 3 dengan perbandingan kombinasi minyak jarak dan minyak biji anggur 1:1 memiliki tekstur, warna, dan homogenitas yang baik dibanding dengan sediaan lipstik tanpa kombinasi atau perbedaan perbandingan masing-masing formula pada sediaan lipstik yang dibuat. Hasil uji oles dapat dilihat pada Lampiran 8.

4.2.6 Hasil pemeriksaan pH

Hasil pemeriksaan pH menunjukkan bahwa sediaan lipstik yang menggunakan kombinasi minyak jarak dan minyak biji anggur memiliki pH yaitu 4,7 - 4,8. Hasil uji pengukuran pH sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan

Sediaan Pengukuran pH pH rata-rata

I II III

1 4,8 4,8 4,9 4,8

2 4,7 4,6 4,8 4,7

3 4,8 4,9 4,8 4,8

4 4,6 5,0 4,8 4,8

5 4,6 5,0 4,9 4,8

Keterangan:

Sediaan 1= MJ : MBA = 2:0 Sediaan 2= MJ : MBA = 1,5:0,5 Sediaan 3= MJ : MBA = 1:1

Sediaan 4= MJ : MBA = 0,5:1,5 Sediaan 5= MJ : MBA = 0:2

pH sediaan lipstik berada dalam rentang pH fisiologis kulit yaitu 4,5 - 6,5. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan lipstik yang dibuat tidak menyebabkan iritasi pada bibir. Semakin alkalis atau semakin asam bahan yang mengenai kulit, semakin sulit kulit menetralisasinya dan kulit dapat menjadi kering, pecah-pecah,


(53)

sensitif dan mudah terkena infeksi. Oleh karena itu pH kosmetik diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis kulit yaitu antara 4,5 - 6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007).

4.3 Hasil Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test) 4.3.1 Hasil uji iritasi

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 10 orang panelis dengan cara mengoleskan sediaan lipstik pada kulit lengan bawah bagian dalam selama tiga hari berturut-turut, menunjukkan bahwa semua panelis tidak menunjukkan reaksi terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati yaitu adanya eritema, papula, edema ataupun adanya vesikula. Hasil uji iritasi menunjukkan bahwa sediaan lipstik yang dibuat tidak menyebabkan iritasi kulit (Tranggono dan latifah, 2007). Hasil uji iritasi dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5 Data uji iritasi

Panelis

Reaksi Eritema Eritema dan

papula

Eritema, papula dan

vesikula

Edema dan vesikula

1 0 0 0 0

2 0 0 0 0

3 0 0 0 0

4 0 0 0 0

5 0 0 0 0

6 0 0 0 0

7 0 0 0 0

8 0 0 0 0

9 0 0 0 0

10 0 0 0 0

Keterangan (Ditjen POM, 1985): 1. Tidak ada reaksi 0

2. Eritema +

3. Eritema dan papula ++

4. Eritema, papula dan vesikula +++ 5. Edema dan vesikula ++++


(54)

4.3.2 Hasil uji kesukaan (hedonic test)

Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuesioner) dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6 Data nilai uji kesukaan (hedonic test)

Panelis Penilaian

F1 F2 F3 F4 F5

1 2 1 4 5 3

2 1 2 5 4 3

3 2 1 5 4 3

4 3 1 5 4 2

5 2 2 5 3 4

6 2 1 5 3 4

7 2 1 5 3 4

8 4 2 5 3 1

9 1 3 5 4 2

10 2 3 4 5 1

11 1 2 5 4 3

12 4 1 3 2 5

13 3 2 5 4 1

14 4 1 2 3 5

15 4 1 5 3 2

16 3 2 1 4 5

17 5 2 3 2 4

18 4 2 5 3 5

19 3 1 5 2 4

20 3 1 5 4 4

21 2 1 5 3 4

22 1 1 4 4 5

23 2 1 4 3 5

24 1 1 5 4 5

25 2 1 5 4 4

26 3 2 4 3 5

27 4 3 4 3 5

28 4 2 5 2 3

29 3 2 4 3 4

30 4 1 5 3 4

Total 81 46 132 101 109

Keterangan:

F1= MJ : MBA = 2:0 F2= MJ : MBA = 1,5:0,5 F3= MJ : MBA = 1:1

F4= MJ : MBA = 0,5:1,5 F5= MJ : MBA = 0:2


(55)

Data di atas, ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%. Perhitungan hasil rerata uji kesukaan dapat dilihat pada Lampiran 11.

Hasil perhitungan menunjukkan interval nilai kesukaan untuk setiap sediaan sebagai berikut:

− Sediaan 1 memiliki interval nilai kesukaan 2,30 - 3,10. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil dari nilai terkecil yaitu 2,30 dan dibulatkan menjadi 2 (kurang suka).

− Sediaan 2 memiliki interval nilai kesukaan 1,26 - 1,74. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil dari nilai terkecil yaitu 1,26 dan dibulatkan menjadi 1 (tidak suka).

− Sediaan 3 memiliki interval nilai kesukaan 4,05 - 4,75. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil dari nilai terkecil yaitu 4,05 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).

− Sediaan 4 memiliki interval nilai kesukaan 3,10 - 3,70. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil dari nilai terkecil yaitu 3,10 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka).

− Sediaan 5 memiliki interval nilai kesukaan 3,14 - 4,06. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil dari nilai terkecil yaitu 3,14 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka).

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa sediaan lipstik yang baik dan banyak disukai adalah sediaan lipstik pada formula 3 dengan perbandingan berat minyak jarak (Castor oil) dan minyak biji anggur (Grapeseed oil) yaitu 1:1.


(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa formulasi lipstik dengan menggunakan kombinasi minyak biji anggur (Grapeseed oil) dan minyak jarak (Castor oil) dapat digunakan sebagai pelarut zat warna sintetis, yaitu dengan menghasilkan intensitas warna yang lebih baik (lebih terang) dibandingkan hanya dengan minyak jarak saja.

Sediaan lipstik yang baik dan paling banyak disukai adalah sediaan lipstik pada formula 3 dengan perbandingan minyak 1:1 dengan nilai kesukaan 4 (suka), memiliki titik lebur 62 oC, kekuatan lipstik 72,95 g, mudah dioleskan dengan warna yang baik dan merata, memiliki pH 4,8, stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 90 hari dan tidak mengiritasi kulit.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya mengenai formulasi sediaan lipstik dengan menggunakan minyak nabati lain sebagai alternatif pelarut pengganti minyak jarak dan minyak biji anggur.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013)a. Manfaat Buah Anggur. Diakses 22 Desember 2014. http:// manfaat-buah-anggur.blogspot.com /2013/07/ ada-khasiat- di-setiap-tetes-minyak.html.

Anonim. (2013)b. Poncheau 4R. Diakses 23 Desember 2014. http://brantar. blogspot.com/2013/06/ponceau-4r.html.

Anonim. (2014). Minyak Biji Anggur dari Memasak sampai Kosmetik. Diakses 22 Desember 2014. http: //wawasanilmukimia.wordpress.com/2014/01/18/ minyak-biji-anggur-dari-memasak-sampai-kosmetika/html.

Anief, M. (2000). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan kesembilan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 55.

Badan Standarisasi Nasional. (2006). Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau Sensori. Diakses 23 Desember 2014.

Balsam, M.S., dan Sagarin, E. (1972). Cosmetic Science and Technology Volume I. Edisi Kedua. London: John Wiley and Sons. Hal. 63-80.

Barron, L.J.R., Celaa, M.V., Santa-Maria, G., Corzo, N. (1988). Determination of the Triglyceride Composition of Grapes by HPLC. Chromatographia. 25(7): 609-612.

Da Silva, T.L., Bernardo, E.C., Nobre, B., Mendes, R.L., dan Reis, A. (2008). Extraction of Victoria and Red Globe Grapeseed Oil Using Supercritical Carbondioxide With and Without Ethanol. Journal of Food Lipids. 15: 356-357.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 33, 459.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 378.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 83, 85, 86, 103-105, 195-197.

Groteluschen, B., Kovacevic, M., Lanzendorfer, G., Muller, A., dan Riedel, C. (2005). Lipstick. United States: Patent Application Publication. Hal. 1. Heldermann, M. (2011). Castor Oil Alternative for Lipsctick Formulas. Cosmetics


(58)

Hudiyanti, D. (2009). Lipstik, Bukan Sekedar Warna. Diakses 19 Januari 2015. http: //www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_material/lipstik-bukan-sekedar-warna/html.

Keithler, W.R. (1956). The Formulation of Cosmetics and Cosmetic Specialities. New York: Drug and Cosmetic Industry. Hal. 153-155.

Maheswari, M.U., dan Rao, P.G.M. (2005). Antihepatotoxic Effect of Grape Seed Oil in Rat. Indian Journal Pharmacology. 37(3): 179.

Muliyawan D., dan Suriana, N. (2013). A - Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Hal. 134, 157-158.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Amsterdam: Elsevier Science. Hal. 385-389.

Pranitasari, N. (2011). Anggur (Vitis vinifera L.). Diakses 15 Desember 2014.http: //novi-biologi.blogspot.com/2011/08/anggur-vitis-vinifera-l.html.

Rawlins, E.A. (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. Edisi Kedelapan belas. London: Bailierre Tindall. Hal. 355.

Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, E.Q. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi Keenam. London: Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association. Hal. 75, 442, 742.

Sahu, G.S., Sahu, S.S., Sharma, H., Dewangan, M.K., dan Sinha, D. (2004). Formulation and Characterization of herbal Lipstick Containing Beta vulgaris Linn. International Journal of Pharmaceutical and Biomedical Research. 5(4): 90.

Setiadi. (1995). Bertanam Anggur. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 1, 4.

Soekarto, S.T. (1981). Penilaian Organoleptik Pusat Pengembangan Teknologi Pangan. Bogor: IPB Press. Hal. 355.

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 11, 90-93, 167.

Vishwakarma, B., Dwivedi, S., Dubey, K., dan Joshi, H. (2011). Formulation and Evaluation of Herbal Lipstick. International Journal of Drug Discovery & Herbal Research. 1(1): 18-19.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI-Press. Hal. 3-5, 26, 28, 122-126.

Wibowo, D.S. (2013). Anatomi Fungsional Elementer dan Penyakit yang Menyertai. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Hal. 27.


(59)

Wilkinson, J.B. (1982). Harry’s Cosmetology. Edisi ketujuh. London: George Godwin. Hal. 549.

Wiryanta, B.T.W. (2004). Membuahkan Anggur di Dalam Pot dan Pekarangan. Jakarta: Agro Media Pustaka. Hal. 5, 11-12, 20-21.

Woelfel, J.B., dan Scheid, R.C. (1997). Dental Anatomy Its Relevance to Dentistry. Edisi Kelima. Maryland: Williams & Wilkins. Hal. 69.

Young, A. (1974). Pratical Cosmetic Science. London: Mills & Boon Limited. Hal. 86.


(60)

LAMPIRAN


(61)

Lampiran 2. Sediaan minyak biji anggur


(62)

Lampiran 3. Pewarna pada formula lipstik


(63)

Lampiran 4. Sediaan lipstik

Gambar 3. Formula sediaan lipstik Keterangan:

Formula 1= MJ : MBA = 2:0 Formula 2= MJ : MBA = 1,5:0,5 Formula 3= MJ : MBA = 1:1 Formula 4= MJ : MBA = 0,5:1,5 Formula 5= MJ : MBA = 0:2


(64)

Lampiran 5. Alat pencetak lipstik


(65)

Lampiran 6. Hasil uji homogenitas

Gambar 5. Uji homogenitas


(66)

Lampiran 7. Gambar alat uji sediaan lipstik

Gambar 5. Alat uji sediaan lipstik Keterangan:

a = Alat uji titik lebur lipstik (oven) b = Alat uji kekuatan lipstik

c = Alat uji pH lipstik (pH meter)

(a) (b)


(67)

Lampiran 8. Hasil uji oles lipstik

Gambar 6. Uji oles sediaan lipstik Keterangan:

F1= MJ : MBA = 2:0 dengan 5 kali pengolesan F2= MJ : MBA = 1,5:0,5 dengan 5 kali pengolesan F3= MJ : MBA = 1:1 dengan 5 kali pengolesan F4= MJ : MBA = 0,5:1,5 dengan 5 kali pengolesan F5= MJ : MBA = 0:2 dengan 5 kali pengolesan

F1 F2 F3

F5 F4


(1)

7 , 2 3 81

30

4 .... 3 2 1 2

= =

+ + + + + =

(

)

n X Xi S

n i

=

2 2

(

) (

) (

) (

)

(

)

28 , 1

30 8 , 38

30

7 , 2 4 .... 7 , 2 3 7 , 2 2 7 , 2 1 7 , 2

2 2 2 2 2 2

= =

− + + −

+ −

+ −

+ −

=

• 2

S S =

13 , 1

28 , 1

= =

S S

P(X −(1,96.S/ n))≤µ≤(X +(1,96.S/ n))

) 10 , 3 30

, 2 (

) 40 , 0 7 , 2 ( )

40 , 0 7 , 2 (

)) 30 / 13 , 1 . 96 . 1 ( 7 , 2 ( ))

30 / 13 , 1 . 96 , 1 ( 7 , 2 (

≤ ≤

+ ≤ ≤ −

+ ≤ ≤ −

µ µ

µ

P P P

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 2,30 dan dibulatkan menjadi 2 (kurang suka).


(2)

5 , 1 30 46

30

1 .... 1 1 2 1

= =

+ + + + + =

(

)

n X Xi S

n i

=

2 2

(

) (

) (

) (

)

(

)

45 , 0

30 5 , 13

30

5 , 1 1 .... 5 , 1 1 5 , 1 1 5 , 1 2 5 , 1

1 2 2 2 2 2

= =

− + + − + − + − + − =

• 2

S S =

67 , 0

45 , 0

= =

S S

P(X −(1,96.S/ n))≤µ ≤(X +(1,96.S/ n))

) 74 , 1 26

, 1 (

) 24 , 0 5 , 1 ( )

24 , 0 5 , 1 (

)) 30 / 67 , 0 . 96 . 1 ( 5 , 1 ( ))

30 / 67 , 0 . 96 , 1 ( 5 , 1 (

≤ ≤

+ ≤ ≤ −

+ ≤ ≤ −

µ µ

µ

P P P

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 1,26 dan dibulatkan menjadi 1 (tidak suka).


(3)

4 , 4 30 132

30

5 .... 5 5 5 4

= =

+ + + + + =

(

)

n X Xi S

n i

=

2 2

(

) (

) (

) (

)

(

)

97 , 0

30 2 , 29

30

4 , 4 5 .... 4 , 4 5 4 , 4 5 4 , 4 5 4 , 4

4 2 2 2 2 2

= =

− + + −

+ −

+ −

+ −

=

• 2

S S =

98 , 0

97 , 0

= =

S S

P(X −(1,96.S/ n))≤µ ≤(X +(1,96.S/ n))

) 75 , 4 05

, 4 (

) 35 , 0 4 , 4 ( )

35 , 0 4 , 4 (

)) 30 / 98 , 0 . 96 . 1 ( 4 , 4 ( ))

30 / 98 , 0 . 96 , 1 ( 4 , 4 (

≤ ≤

+ ≤ ≤ −

+ ≤ ≤ −

µ µ

µ

P P P

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 4,05 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).


(4)

4 , 3 30 101

30

3 .... 4 4 4 5

= =

+ + + + + =

(

)

n X Xi S

n i

=

2 2

(

) (

) (

) (

)

(

)

69 , 0

30 8 , 20

30

4 , 4 3 .... 4 , 3 4 4 , 3 4 4 , 3 4 4 , 3

5 2 2 2 2 2

= =

− + + −

+ −

+ −

+ −

=

• 2

S S =

83 , 0

69 , 0

= =

S S

P(X −(1,96.S/ n))≤µ ≤(X +(1,96.S/ n))

) 70 , 3 10

, 3 (

) 30 , 0 4 , 3 ( )

30 , 0 4 , 3 (

)) 30 / 83 , 0 . 96 . 1 ( 4 , 3 ( ))

30 / 83 , 0 . 96 , 1 ( 4 , 3 (

≤ ≤

+ ≤ ≤ −

+ ≤ ≤ −

µ µ

µ

P P P

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 3,10 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka).


(5)

6 , 3 30 109

30

4 .... 2 3 3 3

= =

+ + + + + =

(

)

n X Xi S

n i

=

2 2

(

) (

) (

) (

)

(

)

63 , 1 30 49

30

6 , 3 4 .... 6 , 3 2 6 , 3 3 6 , 3 3 6 , 3

3 2 2 2 2 2

= =

− + + −

+ −

+ −

+ −

=

• 2

S S =

28 , 1

63 , 1

= =

S S

P(X −(1,96.S/ n))≤µ ≤(X +(1,96.S/ n))

) 06 , 4 14

, 3 (

) 46 , 0 6 , 3 ( )

46 , 0 6 , 3 (

)) 30 / 28 , 1 . 96 . 1 ( 6 , 3 ( ))

30 / 28 , 1 . 96 , 1 ( 6 , 3 (

≤ ≤

+ ≤ ≤ −

+ ≤ ≤ −

µ µ

µ

P P P

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 3,14 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka).


(6)

Minyak biji anggur (MBA)

1 Pewarna “Smelling

good” 2

BHT + Nipagin

Campuran B (cera alba + carnauba wax

+ lanolin+ vaselin alba + setil alkohol) +

Tween 80 Campuran A

3

Lebur diatas penangas

air

4

Campur perlahan-lahan 5

Tambahkan parfum

Masukkan ke dalam cetakan lipstik dan biarkan sampai membeku, lalu masukkan ke dalam wadah