The Requirement Analysis of Diesel Fuel to Support The Troll Fishing Vessel Operational in Palabuhanratu Nusantara Fishing Port

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN SOLAR UNTUK MENDUKUNG

OPERASIONAL KAPAL PANCING TONDA DI PPN

PALABUHANRATU

DINNARI EKA HALLYZEPTA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Kebutuhan Solar untuk Mendukung Operasional Kapal Pancing Tonda di PPN Palabuhanratu adalah karya saya sendiri dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2012 Dinnari Eka Hallyzepta C44050539


(3)

ABSTRAK

DINNARI EKA HALLYZEPTA, C44050539. Analisis Kebutuhan Solar untuk Mendukung Operasional Kapal Pancing Tonda di PPN Palabuhanratu. Dibimbing oleh TRI WIJI NURANI dan MUSTARUDDIN.

Bahan bakar solar sangat penting dalam kegiatan perikanan tangkap, khususnya untuk mendukung kebutuhan operasional kapal pancing tonda di PPN Palabuhanratu. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung jumlah kebutuhan solar bagi kapal pancing tonda di PPN Palabuhanratu, penyalur dan jumlah solar yang disalurkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Penelitian lapangan dilakukan selama tiga bulan dengan studi kasus. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara terhadap 25 orang responden nelayan pancing tonda dan tiga penyalur solar di PPN Palabuhanratu. Data sekunder diperoleh dari PPN Palabuhanratu dan tiga penyalur solar di pelabuhan tersebut. Pada tahun 2011 terdapat dua penyalur resmi bahan bakar solar di PPN Palabuhanratu yang diperuntukan unit pancing tonda, yaitu KUD Mina Sinar Laut melalui Solar Packet Dealer Nelayan (SPDN) yang menyalurkan solar sebanyak 1.683.577 liter dan PT Mekar Tunas Raya Sejati melalui Stasiun Pengisian Bahan bakar Nelayan (SPBN) sebanyak 6.905.985 liter. Kebutuhan solar bagi kapal pancing tonda pada tahun 2011 adalah sebesar 1.147.050 liter atau 13,09% dari jumlah pasokan kedua penyalur tersebut.


(4)

ABSTRACT

DINNARI EKA HALLYZEPTA, C44050539. The Requirement Analysis of Diesel Fuel to Support The Troll Fishing Vessel Operational in Palabuhanratu Nusantara Fishing Port. Supervised by TRI WIJI NURANI and MUSTARUDDIN.

Diesel fuel is vital importance in fishing activities, specially to support requirement of troll fishing operational in Palabuhanratu Nusantara Fishing Port. The objectives of this research to count the diesel fuel requirement to troll fishing vessel in Palabuhanratu Nusantara Fishing Port, amount of diesel fuel and dealer fulfill that requirement. The research conducted by during three months with case study. Primary data collected to through observation and interview to 25 fishermen responder of troll fishing and three diesel fuel dealers in Palabuhanratu Nusantara Fishing Port. Secondary data obtained from Palabuhanratu Nusantara Fishing Port and three diesel fuel dealers in the port. In the year 2011 there are two formal diesel fuel dealers in Palabuhanratu Nusantara Fishing Port which are allotment of troll fishing unit, that is KUD Mina Sinar Laut is managed by Solar Packet Dealer Nelayan (SPDN) to supply 1,683,577 liters diesel fuel and PT Mekar Tunas Raya Sejati is managed by Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) to supply 6,905,985 liters. Diesel fuel requirement for troll fishing vessel in 2011 is equal to 1,147,050 liters or 13.09% from amount of both of the dealer. Key words: diesel fuel requirement, troll fishing unit, Palabuhanratu Nusantara


(5)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.


(6)

ANALISIS KEBUTUHAN SOLAR UNTUK MENDUKUNG

OPERASIONAL KAPAL PANCING TONDA DI PPN

PALABUHANRATU

DINNARI EKA HALLYZEPTA C44050539

Skripsi

Sebagai salah satu untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(7)

Judul Penelitian : Analisis Kebutuhan Solar untuk Mendukung Operasional Kapal Pancing Tonda di PPN Palabuhanratu

Nama : Dinnari Eka Hallyzepta

NRP : C44050539

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

Dr.Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si. Dr. Mustaruddin, S.TP.

NIP. 19650624 198903 2 002 NIP. 19750205 2007011 002

Diketahui

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP. 19621223 198703 1 001


(8)

PRAKATA

Kebutuhan bahan bakar solar adalah utama bagi nelayan pancing tonda di PPN Palabuhanratu untuk mengoperasikan kapalnya. Ketersediaan solar sangatlah penting diperhatikan. Skripsi ini mengungkapkan kebutuhan solar bagi kapal pancing tonda yang mendaratkan ikannya di PPN Palabuharatu, jumlah pasokan dan penyalurannya.

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini. Sehubungan dengan itu penulis mengucapkan terimakasih atas semua arahan, bimbingan, bantuan, dukungan dan semangat yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaannya. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan untuk pengembangan strategi pelayanan kebutuhan bahan bakar solar di PPN Palabuhanratu.

Bogor, September 2012 Dinnari Eka Hallyzepta


(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik juga atas bantuan banyak semua pihak. Semoga Allah SWT memberikan manfaat kepada kita. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis mengucapkan terimakasih :

1) Dr.Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si. dan Dr. Mustaruddin, S.TP. selaku Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingannya;

2) Dr.Ir. Ronny Irawan Wahju, M.Phil. sebagai Dosen Penguji Tamu dalam siding ujian skripsi dan Dr.Ir. Mohammad Imron, M.Si. sebagai Komisi Pendidikan yang telah memberikan masukan dan sarannya untuk perbaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada seluruh civitas Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB atas semua ilmu yang telah diberikan;

3) Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu beserta Staf, Bapak Arik Permana dan nelayan pancing tonda yang telah membantu dalam mengumpulkan data selama melakukan penelitian;

4) Kedua orangtua tersayang dan sanak saudara atas doa, pengertian dan semangat yang telah diberikan;

5) Teman, sahabat dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuannya dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan selama penelitian dan dalam penyelesaian skripsi ini, serta atas doa dan semangatnya.


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 September 1987. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara dari keluarga Bapak Moch. Prihatna Sobari dan Ibu Diniah.

Penulis lulus dari SMA Bina Bangsa Sejahtera pada tahun 2005 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI). Pada semester III tahun akademik 2006/2007, untuk kelanjutan studi penulis memilih Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama perkuliahan, penulis aktif membantu dosen dalam pelaksanaan praktikum mata kuliah sebagai asisten. Penulis menjadi asisten Mata Kuliah Dasar-dasar Perikanan Tangkap pada tahun akademik 2007/2008 dan 2009/2010 dan asisten Mata Kuliah Alat penangkapan Ikan pada tahun akademik 2007/2008 sampai dengan 2011/2012.

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian sebagai bahan penyusunan skripsi dengan judul Analisis Kebutuhan Solar untuk Mendukung Operasional Kapal Pancing Tonda di PPN Palabuhanratu ,dibimbing oleh Dr.Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si. dan Dr. Mustaruddin, S.TP. Penulis dinyatakan lulus dalam Sidang Ujian Skripsi yang diselenggarakan oleh Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada tanggal 11 September 2012.


(11)

x ✁✂✄ ☎✂✆ ✝✞ ✝

Halaman

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

1 PENDAHULUAN .. 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan 2

1.4 Manfaat .. 2

2 TINJAUAN PUSTAKA . 3

2.1 Pelabuhan Perikanan . 3

2.2 Unit Penangkapan Pancing Tonda . 5

2.3 Penyediaan Bahan Bakar ... 8

2.4 Pengertian Sediaan 9

2.5 Fungsi Pengendalian Sediaan 10

2.6 Komponen Biaya Sediaan . 11

3 METODE PENELITIAN 12

3.1 Waktu dan Tempat . 12

3.2 Metode Penelitian .. 12

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 12

3.4 Metode Analisis Data 13

4 HASIL DAN PEMBAHASAN .. 15

4.1 Keadaan Umum PPN Palabuhanratu . 15

4.2 Unit Penangkapan Pancing Tonda . 18

4.2.1 Konstruksi alat penangkapan pancing tonda 19

4.2.2 Kapal pancing tonda .. 21

4.2.3 Nelayan ... 21


(12)

x

4.2.5 Daerah dan musim pengoperasian pancing tonda 24

4.2.6 Hasil tangkapan pancing tonda 25

4.3 Kebutuhan Bahan Bakar Solar ... 27

4.4 Sediaan Bahan Bakar Solar 30

4.5 Pembahasan 36

5 KESIMPULAN DAN SARAN .. 40

5.1 Kesimpulan . 40

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41


(13)

xi

✟✠✡ ☛✠☞ ☛✠✌ ✍✎

Halaman 1 Karakteristik setiap tipe Pelabuhan Perikanan ... 5 2 Perkembangan jumlah kapal dan perahu di PPN Palabuhanratu

periode 1993-2011 16

3 Jenis dan jumlah alat penangkapan ikan yang mendaratkan hasil

tangkapannya di PPN Palabuhanratu tahun 2003-2011 . 17

4 Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu periode

1993-2011 . 17

5 Perkembangan jumlah pancing tonda bulanan tahun 2009-2011 .. 19 6 Volume produksi tuna (kg) dari unit penangkapan pancing tonda

tahun 2009-2011 .. 26

7 Nilai produksi tuna (Rp) dari unit penangkapan pancing tonda tahun

2009-2011 . 26

8 Rincian kebutuhan solar satu kapal pancing tonda pada tahun 2011 .. 28 9 Rincian perhitungan kebutuhan solar bulanan seluruh unit

penangkapan pancing tonda pada tahun 2011 29

10 Jumlah kebutuhan solar bulanan kapal pancing tonda tahun

2009-2011 berdasarkan data primer .. 30

11 Jumlah kebutuhan solar bulanan unit penangkapan pancing tonda

tahun 2009-2011 berdasarkan catatan PPN Palabuhanratu . 31

12 Jumlah pasokan solar bulanan tahun 2009-2011 32

13 Jumlah pasokan solar bulanan dari SPDN tahun 2009-2011 .. 33

14 Pasokan jumlah solar melalui SPBN tahun 2009-2011 .. 35

15 Pasokan solar melalui SPBB tahun 2009-2011 . 36

16 Jumlah pasokan solar bulanan untuk kapal-kapal <30 GT di PPN

Palabuhanratu tahun 2009-2011 37


(14)

xii

✏✑✒ ✓✑✔ ✕✑✖ ✗✑✔

Halaman

1 Pancing tonda 7

2 Fluktuasi jumlah kapal pancing tonda bulanan pada periode tahun

2009-2011 . 18

3 Alat penangkapan pancing tonda .. 20

4 Kapal pancing tonda . 21

5 Daerah pengoperasian pancing tonda ... 24

6 Hasil tangkapan pancing tonda . 25

7 Perkembangan volume dan nilai produksi tahun 2009-2011 . 27

8 Jumlah pasokan solar bulanan tahun 2009-2011 32

9 SPDN yang dikelola KUD Mina Sinar Laut 33

10 Bangunan kantor dan tangki penyaluran dari SPBN yang dikelola PT

Mekar Tunas Raya Sejati .. 34


(15)

xiii ✘ ✙✚✛ ✙✜✢ ✙✣✤ ✥ ✜✙✦

Halaman 1 Keragaan teknis unit penangkapan pancing tonda menurut responden 44 2 Musim penangkapan ikan dan lama dalam satu trip menurut musim

berdasarkan informasi responden .... 45

3 Informasi responden tentang jarakfishing grounddarifishing base

dan waktu tempuh kefishing ground .. 46


(16)

✧★ ✩✪✫✬✭ ✮✯✮✬✪

✰ ✱✰ ✲ ✳✴ ✳✵✶ ✷✸ ✳✹✳✺✻

✼✽✾✿❀ ❁❂❀❃ ❄✿❅✿ ❆ ❇✿❈❃ ❉❂ ❆❊ ❇ ❋✿●✿ ❆ ❋✿❅✿❀ ❁❊❆❍✿❅ ❍✿ ❆■ ❇✿ ❆■✿❈ ❏ ❊❄❂❀ ✾❃❅ ✿ ❆

❁✿ ❇❍✿ ❀✿❅ ✿❈ ❆❂✾✿❍✿ ❆ ❏✿✾✿ ❁ ❅❂■ ❊✿❈ ✿ ❆ ❁❂✾✿❃ ❈ ❆❍ ✿. ✼❂❉✿❅ ❁❂✾❃❆❑❃ ❀ ❆❍✿ ❅ ❂ ❋❊❉✿❅ ✿ ❆ ❄❂ ❁❂❀ ❊❆❈✿● ❈❂ ❆❈✿ ❆■ ❅❂ ❆✿ ❊❅✿ ❆ ● ✿❀■ ✿ ❋✿● ✿ ❆ ❋✿❅ ✿❀ ❁❊❆❍✿❅▲ ❄❂ ❁❂❀ ❊❆❈✿● ❁❂ ❁ ❋✿ ❆■❃❆

✾❂ ❁❋✿■✿ ❄❂ ❁✿ ❇ ✽❅ ❇ ✽✾✿❀ ❅ ❂ ✾ ✽❅ ✿ ❇ ❊-✾ ✽❅ ✿ ❇ ❊ ❇❈❀✿❈❂■❊❇ ❄❂ ❆■■ ❃ ❆✿ ❆❍✿, ❍✿ ❊❈❃ ❏ ❊ ✾ ❊❆■❅ ❃ ❆■✿ ❆ ❄❂✾✿ ❋❃● ✿ ❆ ❄❂❀ ❊❅✿ ❆✿ ❆▲ ❏ ❊✿ ❆❈✿❀✿ ❆❍✿ ✿ ❏✿✾✿● ▼❂✾✿❋❃ ●✿ ❆ ▼❂❀❊❅ ✿ ❆✿ ❆ ◆❃ ❇✿ ❆❈✿❀✿ (▼▼◆) ▼✿✾✿ ❋❃ ●✿ ❆❀✿❈❃.

❖✿●✿ ❆ ❋✿❅ ✿❀ ❇✽✾✿❀ ❇✿ ❆■✿❈ ❄❂ ❆❈ ❊❆■ ❏✿✾✿ ❁ ❅❂■ ❊✿❈✿ ❆ ❄❂❀ ❊❅✿ ❆✿ ❆❈✿ ❆■❅ ✿ ❄▲ ❅ ●❃❇❃❇ ❆❍ ✿

❃❆❈❃❅ ❁❂ ❆❏❃❅ ❃ ❆■ ❄❂ ❆■✽❄❂❀✿ ❇❊✿ ❆ ❅✿ ❄✿✾ ❄❂ ❆✿ ❆■❅ ✿ ❄ ❊❅ ✿ ❆P ✼✿✾✿● ❇✿❈❃ ❇❂ ❆❈❀ ✿ ❅❂■❊✿❈✿ ❆

❄❂❀ ❊❅✿ ❆✿ ❆ ❈✿ ❆■❅ ✿ ❄ ❈❂❀❋❂ ❇✿❀ ❏ ❊ ❇❂✾✿❈✿ ❆ ◗ ✿❘✿ ❖✿❀ ✿❈ ✿ ❏✿✾✿● ▼❂✾✿ ❋❃ ●✿ ❆ ▼❂❀ ❊❅ ✿ ❆✿ ❆

◆❃ ❇✿ ❆❈✿❀✿ (▼▼◆) ▼✿✾✿ ❋❃ ●✿ ❆❀✿❈❃ P ❙❊ ✾ ✽❅✿ ❇ ❊ ❊❆❊ ❋✿ ❆❍✿❅ ❋❂❀✾✿ ❋❃● ❅ ✿ ❄✿✾-❅✿❄✿✾ ❄✿ ❆❑❊❆■ ❈ ✽❆ ❏✿. ◗ ❃❁✾✿● ❀✿❈✿-❀✿❈✿ ❋❃✾✿ ❆✿ ❆ ❃❆❊❈ ❄✿ ❆❑❊❆■ ❈ ✽❆ ❏✿ ❍✿ ❆■ ❋❂❀ ✽ ❄❂❀ ✿ ❇❊ ❏❊ ❄❂❀✿ ❊❀✿ ❆ ▼✿✾✿ ❋❃ ●✿ ❆❀✿❈❃ ❁❂ ❆ ❊❆■❅ ✿❈❈✿❉✿ ❁ ❏✿❀ ❊❈✿●❃❆❚ ❯ ❯❱ ❅❂❈✿● ❃ ❆❚ ❯❲❲▲ ❍✿ ❊❈❃ ❀✿❈✿-❀✿❈✿ ❳ ❯ ❃ ❆ ❊❈ ❄❂❀ ❋❃ ✾✿ ❆ ❄✿ ❏✿ ❈✿● ❃ ❆❚❯❯ ❱ ❁❂ ❆❉✿ ❏❊ ❱❨ ❃ ❆ ❊❈ ❄❂❀ ❋❃✾✿ ❆ ❄✿ ❏✿ ❈✿● ❃ ❆❚❯❲ ❲ ▲ ✿❀❈ ❊❆❍✿❈❂❀ ❉✿ ❏❊

❄❂ ❆❊❆■ ❅✿❈✿ ❆ ❇❂ ❋❂ ❇✿❀ ❲❩❩%. ▼❂ ❆❊ ❆■❅ ✿❈✿ ❆ ❉❃ ❁✾✿● ✿❀❁✿ ❏✿ ❄❂ ❆✿ ❆■❅ ✿ ❄✿ ❆ ❄✿ ❆❑❊❆■ ❈ ✽❆ ❏✿ ❊❆❊ ❈❂ ❆❈❃❆❍✿ ✿❅ ✿ ❆ ❁❂ ❁ ❄❂ ❆■✿❀ ❃●❊ ❅❂ ❋❃❈❃● ✿ ❆ ❏✿ ❆ ❇❂ ❏❊✿✿ ❆ ❋✿●✿ ❆ ❋✿❅✿ ❀ ❇✽✾✿❀ ❃❆❈❃ ❅

❅ ❂ ❄❂❀✾❃ ✿ ❆❅ ❂■❊✿❈✿ ❆❁❂✾✿❃ ❈. ✼❂ ❏❊✿✿ ❆❇✽✾✿❀❇❂● ✿❀❃❇ ❆❍✿❉❃■ ✿❁❂ ❆❊❆■❅ ✿❈.

▼❂ ❆❍❂ ❏❊✿✿ ❆ ❋✿● ✿ ❆ ❋✿❅ ✿❀ ❇ ✽✾✿❀ ❇✿ ❆■ ✿❈✾✿● ❄❂ ❆❈❊❆■ ❏✿✾✿ ❁ ❅❂ ■ ❊✿❈✿ ❆ ❄❂ ❆✿ ❆■ ❅✿ ❄✿ ❆

❊❅✿ ❆ P ✼❂✾✿ ❊❆❏✿❀ ❊✼▼❖❬, ❆❂✾✿❍✿ ❆❁❂ ❆❏✿ ❄✿❈❅ ✿ ❆❇ ✽✾✿❀❏✿❀ ❊ ❇❂❉❃ ❁✾✿● ❄❂ ❆❍✿✾❃ ❀, ❋✿ ❊❅ ❍✿ ❆■ ❋❂❀ ❇❊❭✿❈ ❀❂ ❇ ❁❊ ❁✿❃ ❄❃ ❆ ❈ ❊❏✿❅ ❀ ❂ ❇❁ ❊. ✼❂❉❃❁✾✿● ❄❂ ❆❍✿✾❃❀ ❇✽✾✿❀ ❍✿❆■ ❀❂ ❇ ❁❊ ❈❂❀ ❏✿❭❈✿❀ ❏❊ ▼▼◆ ▼✿✾✿ ❋❃● ✿ ❆❀ ✿❈❃ ❏❊✿ ❆❈✿❀✿ ❆❍✿ ❏✿✾✿ ❁ ❅ ✿❈✿■ ✽❀❊ ✼✽✾✿❀ ▼✿❑❅ ❂❈ ❙❂✿✾❂❀ ◆❂✾✿ ❍✿ ❆ (✼▼❙◆), ✼❈✿ ❇ ❊❃ ❆ ▼❂ ❆■❊❇❊✿ ❆ ❖✿● ✿ ❆ ❋✿❅ ✿❀ ◆❂✾✿ ❍✿ ❆ (✼▼❖◆) ❏✿ ❆ ✼❈✿ ❇ ❊❃ ❆ ▼❂ ❆■❊❇❊✿ ❆ ❖✿●✿ ❆ ❋✿❅ ✿❀ ❖❃❆❅ ❂❀ (✼▼❖❖). ❪ ❏✿❅✿● ❄❂❀ ❋❂ ❏✿✿ ❆ ❏❊✿ ❆❈✿❀✿ ❅ ❂❈ ❊■✿ ❄❂ ❆❍✿✾❃ ❀ ❈❂❀ ❇❂ ❋❃❈, ❋❂ ❀✿ ❄✿ ❉❃ ❁✾✿● ❇ ✽✾✿❀ ❍✿ ❆■ ❏ ❊❇✿✾❃ ❀❅ ✿ ❆❆❍✿, ❏✿ ❆ ❋❂❀✿ ❄✿❅ ✿● ❉❃❁✾✿● ❅ ❂ ❋❃ ❈❃● ✿ ❆ ❇✽✾✿❀ ❆❂✾ ✿❍✿ ❆▲ ❅● ❃ ❇❃ ❇ ❆❍✿ ❃❆❈❃❅✿❀ ❁✿ ❏✿❄❂ ❆✿ ❆■❅ ✿ ❄✿ ❆❄✿ ❆❑❊❆■❈ ✽ ❆❏✿,❋❂✾❃❁❏❊❅ ❂❈✿●❃❊❏✿ ❆❋❂✾❃❁❄❂❀❆✿●✿ ❏✿ ❍✿ ❆■ ❁❂ ❆■●❊❈❃ ❆■ ❆❍✿. ❫✾❂● ❅ ✿❀❂ ❆✿ ❊❈❃▲ ❄❂ ❆❃ ✾ ❊❇ ❋❂❀ ❁❊❆✿❈ ❁❂✾✿❅ ❃❅ ✿ ❆ ❄❂ ❆❂✾ ❊❈ ❊✿ ❆ ❈❂ ❆❈✿ ❆■ ● ✿✾ -● ✿✾❈❂❀ ❇❂ ❋❃ ❈.

✰ ✱❴❵✷rmasalahan

▼❂ ❆ ❊❆■❅ ✿❈✿ ❆ ❉❃❁✾✿● ❀ ✿❈✿-❀ ✿❈✿ ❋❃✾✿ ❆✿ ❆ ❃❆❊❈ ❄✿ ❆❑❊❆■ ❈✽ ❆❏✿ ❍✿ ❆■ ❋❂ ❀ ✽❄❂❀ ✿❇ ❊ ❏❊ ❄❂❀✿ ❊❀✿ ❆ ▼✿✾✿ ❋❃● ✿ ❆❀ ✿❈❃ ❁❂ ❆❑✿ ❄✿ ❊ ❲❩ ❩% ❄✿ ❏✿ ❈✿● ❃ ❆❚❯❲ ❲ ❏✿❀ ❊ ❈✿●❃❆❚ ❯ ❯❱. ❛✽ ❆❏ ❊❇ ❊❊❆ ❊


(17)

❝❞ ❝❡ ❢❣❡ ❤❡ ✐❞ ❝❥❞ ❝❡ ❞ ❣❦ ❧❥❧ ♠❝❡ ❦ ❝♠❝❡ ❦ ❝❞❝ ♥ ♦ ♣ q❝ ♥❡r❝. s❝♠❝❡ ❦ ❝❞❝♥ ♦ ♣q❝ ♥ ❢❣ ♥❧t❝❞ ❝❡ ♦❝q❝♠ ♦❝❥❧ ❞❣❦ ❧❥❧ ♠❝❡ ❧❥❝ ❢❝❦ ❝✐ ❤ ❡❣q❝r❝❡ ❧ ❡❥❧ ❞ ❢❣❡ ✐♣ t❣ ♥❝♦❤❞ ❝❡ ❞ ❝t❝q t❝❡ ✉ ❤❡ ✐ ❥♣❡ ✈❝, ❡ ❝ ❢❧❡❡ ❣q❝r❝❡♦❣ ♥❤❡ ✐❞❝q❤♦❧q❤❥ ❢❣ ❢t❣ ♥♣ q❣♠✇❣❡ ❤♦❦❝♠ ❝❡❦❝❞ ❝ ♥❤❡❤, ❥❣ ♥❧ ❥❝ ❢❝ ♦❝❝❥ ❢❧♦❤❢ ❥❣ ♥❥❣❡ ❥❧. ①✈❣❝q❡r❝, ❡❣q❝r❝❡♦❣♠❝ ♥❧♦❡r❝❥ ❤✈ ❝❞q❝♠ ♦❧q❤❥❢❣❡ ✈❝t❝❥❞❝❡❦❝♠ ❝❡❦ ❝❞❝ ♥❢❤❡r❝❞ ❥❣ ♥❢❝♦❧ ❞ ♦ ♣q❝ ♥ ✈ ❤ ♦❧❝ ❥❧ t❣q❝❦❧ ♠❝❡ t❣ ♥ ❤❞❝❡ ❝❡ ② ③❣♦❧q❤❥❝❡ ❤❥❧ ❥❣ ♥✇❝✈❤ ✈ ❤ ④④⑤

④❝q❝❦❧ ♠❝❡♥❝❥❧, ⑥❝q❝❧t❧ ❡ ♦❧✈ ❝♠ ❝✈ ❝ ♦❣✇❧ ❢q❝♠ t❣❡r❝q❧♥ ♥❣♦❢❤. ⑦❣q❝q❧❤ t❣❡❣q❤❥ ❤❝❡ ❤❡ ❤ ❝❞ ❝❡✈❤❧❡ ✐❞ ❝t❦ ❣❦ ❣ ♥❝t❝♠ ❝q❦❣ ♥ ❤❞❧ ❥⑧

⑨ ⑩ s❣ ♥❝t❝ ✇❧ ❢q❝♠ ♦ ♣ q❝ ♥ r❝❡ ✐ ✈❤♦❝q❧♥❞ ❝❡ ❧❡ ❥❧❞ ❢❣ ❢❣❡ ❧♠❤ ❞❣❦ ❧❥❧ ♠❝❡ ❡ ❣q❝r❝❡ t❝❡ ✉ ❤❡ ✐

❥♣❡✈ ❝✈❤④④⑤④❝q❝❦ ❧♠ ❝❡ ♥❝❥❧❶

❜⑩ s❣ ♥❝t❝✇❧❢q❝♠❞❣❦ ❧❥❧ ♠ ❝❡♦♣q❝ ♥❦ ❝✐ ❤❡❣q❝r❝❡t❝❡ ✉ ❤❡✐❥♣❡ ✈❝✈ ❤④④⑤④❝q❝❦❧ ♠❝❡♥❝❥❧.

❷ ❸❹ ❺ ❻juan

④❣❡ ❣q❤❥ ❤❝❡❤❡❤❦ ❣ ♥❥❧✇❧ ❝❡❧ ❡❥❧ ❞

⑨ ⑩ ⑦❣❡❣❡ ❥❧❞ ❝❡ ✇❧ ❢q❝♠ ♦ ♣q❝ ♥ r❝❡ ✐ ✈ ❤♦❝q❧♥❞ ❝❡ ❧❡ ❥❧❞ ❢❣ ❢❣❡❧ ♠ ❤ ❞ ❣❦❧ ❥❧♠ ❝❡ ❡❣q❝r❝❡

t❝❡ ✉ ❤❡ ✐❥♣❡ ✈❝✈ ❤④④⑤④❝q❝❦ ❧♠ ❝❡ ♥❝❥❧❶

❜⑩ ⑦❣❡❣❡ ❥❧❞ ❝❡ t❣ ♥♦❣✈❤❝❝❡ ❞❣❦ ❧❥❧ ♠❝❡ ♦ ♣q❝ ♥ r❝❡✐ ❤✈ ❣❝q ❦❝ ✐ ❤❡ ❣q❝r❝❡ t❝❡✉ ❤❡ ✐ ❥♣❡✈ ❝ ✈ ❤

④④⑤④❝q❝❦❧ ♠❝❡♥❝❥❧. 1.4 Manfaat

⑦❝❡ ❼❝❝❥ r❝❡ ✐✈❤♠❝ ♥❝t❞ ❝❡✈❝t❝❥✈❤t❣ ♥♣q❣♠✈ ❝ ♥❤t❣❡ ❣q❤❥ ❤❝❡❤❡❤♦❣❦❝✐ ❝ ❤❦ ❣ ♥❤❞❧ ❥⑧

⑨ ⑩ ⑦❣❡❝ ❢❦❝♠ ⑥❝⑥❝♦❝❡ t❣❡ ❧q❤♦ ❥❣❡❥❝❡ ✐ t❣ ♥♦❣✈ ❤❝❝❡ ❞❣❦ ❧❥❧ ♠❝❡ ♦ ♣ q❝ ♥ ❦❝✐❤ ❡❣q❝r❝❡

t❝❡ ✉ ❤❡ ✐❥♣❡ ✈❝✈ ❤④④⑤④❝q❝❦ ❧♠ ❝❡ ♥❝❥❧✈ ❝❡♦❤♦❥❣ ❢t❣❡r❝q❧♥❝❡ ❡r❝,

❜⑩ ❽❣❦❝✐ ❝❤ ❢❝♦❧ ❞❝❡ ❦❝✐❤ t❣❡✐ ❣q♣ q❝ ④④⑤ ④❝q❝❦❧ ♠❝❡♥❝❥❧ ✈ ❝q❝ ❢ ♠❝q t❣❡ ✐❝✈ ❝❝❡ ♦❝q❝♠

♦❝❥❧ ✇❣❡ ❤♦ ❦❝♠ ❝❡ ❦❝❞ ❝ ♥❢ ❤❡r❝❞ r❝❡✐✈ ❤❦❧ ❥❧♠ ❞❝❡ ✈ ❝q❝ ❢❞ ❣✐ ❤❝❥❝❡ t❣ ♥ ❤❞❝❡ ❝❡ ❥❝❡✐ ❞❝t

✈ ❤⑥ ❤q❝r❝♠④❝q❝❦ ❧♠ ❝❡ ♥❝❥❧❶

❾ ⑩ ❽❣❦ ❝✐❝ ❤ ❦❝♠ ❝❡t❣ ♥❥ ❤❢❦ ❝❡✐❝❡ ❦ ❝✐ ❤t❣❡ ✐❣q♣q❝④④⑤④❝q❝❦ ❧♠ ❝❡ ♥❝❥❧ ❧ ❡❥❧ ❞❢❣❡ ❣❡❥❧ ❞❝❡

♦❤♦❥❣ ❢ t❣❡✐ ❝✈❝❝❡ ✈❝❡ ❞ ❣♦❣✈ ❤❝❝❡ ✇❧ ❢q❝♠ ♦ ♣ q❝ ♥ ✈ ❣❡ ✐❝❡ ♠ ❝ ♥✐❝ r❝❡ ✐ ❢❣ ❢❝✈ ❝ ❤ ❦❝✐❤


(18)

❿➀➁ ➂➃➄➅➄ ➂➆➅➇➀ ➄➈ ➄

➉ ➊➋➌➍➎➏➐➑➒ ➏➓➌➍➔→ ➏➓➏ ➓r

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan Pasal 1, Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.

Pelabuhan perikanan mempunyai fungsi yang bersifat umum dan khusus (Murdiyanto 2004). Fungsi umum merupakan fungsi yang terdapat pula pada pelabuhan lain selain pelabuhan perikanan, misal pelabuhan umum atau pelabuhan niaga. Fasilitas-fasilitas yang perlu dibangun untuk memenuhi fungsi umum pelabuhan perikanan antara lain :

1) Jalan masuk yang aman bagi kapal yang datang menuju pintu gerbang masuk pelabuhan dengan kedalaman air yang cukup;

2) Pintu atau gerbang pelabuhan dan saluran navigasi yang aman dan dalam;

3) Kolam air yang cukup luas, dalam dan terlindung dari gelombang dan arus yang kuat untuk keperluan kegiatan kapal di dalam pelabuhan;

4) Bantuan peralatan navigasi untuk memandu kapal agar dapat melakukan manuver di dalam areal pelabuhan dengan lebih mudah dan aman;

5) Mendirikan bangunan penahan gelombang (breakwater) jika dianggap perlu; 6) Dermaga yang cukup panjang dan luas untuk melayani kapal yang berlabuh; 7) Fasilitas yang menyediakan bahan kebutuhan pelayaran, seperti bahan bakar

minyak, pelumas, air minum, listrik, saluran pembuangan sisa kotoran dari kapal, penanggulangan sampah dan sistem pemadam kebakaran;

8) Bangunan rumah dan perkantoran yang perlu untuk kelancaran dan pendayagunaan operasional pelabuhan;


(19)

4

10) Jalan raya atau jalan kereta api atau lori yang cukup panjang untuk sistem transportasi dalam areal pelabuhan dan untuk hubungan dengan daerah lain di luar pelabuhan;

11) Tempat parkir yang cukup luas untuk kendaraan industri atau perorangan di dalam pelabuhan, sehingga arus lalu-lintas di kompleks pelabuhan dapat berjalan lancar;

12) Fasilitas perbaikan, reparasi dan pemeliharaan kapal, seperti dok dan perbengkelan umum untuk melayani permintaan sesewaktu.

Fungsi khusus (Murdiyanto 2004) adalah fungsi-fungsi yang berkaitan dengan dengan masalah perikanan yang memerlukan pelayanan khusus yang belum terlayani oleh adanya berbagai fasilitas fungsi umum. Fungsi khusus merupakan tugas pelayanan di pelabuhan perikanan yang membedakannya dari pelabuhan lain yang bukan pelabuhan perikanan. Fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi fungsi khusus pelabuhan perikanan antara lain :

1) Fasilitas pelelangan ikan yang cukup luas dan dekat dengan tempat pendaratan; 2) Fasilitas penanganan dan pengolahan ikan;

3) Pabrik es;

4) Fasilitas penyediaan sarana produksi penangkapan ikan.

Ciri khusus lain dari pelabuhan perikanan adalah ukuran kapal yang relatif kecil dan berjumlah banyak. Hal ini menjadi pertimbangan tersendiri dalam membangun suatu pelabuhan perikanan.

Pelabuhan perikanan (Murdiyanto 2004) pada hakekatnya merupakan basis utama kegiatan industri perikanan tangkap yang harus dapat menjamin suksesnya aktivitas usaha perikanan tangkap di laut. Pelabuhan perikanan berperan sebagai terminal yang menghubungkan kegiatan usaha di laut dan di darat ke dalam suatu sistem usaha dan berdayaguna tinggi.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan mengemukakan bahwa berdasarkan kapasitas dan kemampuan menangani kapal yang datang dan pergi, serta letak dan posisinya, Pelabuhan Perikanan dibagi menjadi empat kategori utama yaitu :

1) PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera) 2) PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara)


(20)

5

3) PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai) 4) PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan)

Masing-masing tipe pelabuhan perikanan ini mempunyai karakteristik yang berbeda. Karaktertistik setiap tipe pelabuhan perikanan secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik setiap tipe pelabuhan perikanan

No Kriteria Pelabuhan

Perikanan

PPS PPN PPP PPI

1. Daerah operasional kapal ikan yang dilayani Wilayah laut teritorial, Zona Ekonomi Ekslusif (ZEEI) dan perairan internasional Perairan ZEEI dan laut teritorial

Perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, wilayah ZEEI Perairan pedalaman dan perairan kepulauan

2. Fasilitas tambat/labuh kapal

>60 GT 30-60 GT 10-30 GT 3-10 GT

3. Panjang dermaga dan

Kedalaman kolam

>300 m dan >3 m

150-300 m dan >3 m

100-150 m dan >2 m

50-100 m dan >2 m

4. Kapasitas

menampung Kapal

>6000 GT (ekivalen dengan 100 buah kapal berukuran 60 GT)

>2250 GT (ekivalen dengan 75 buah kapal berukuran 30 GT)

>300 GT (ekivalen dengan 30 buah kapal berukuran 10 GT) >60 GT (ekivalen dengan 20 buah kapal berukuran 3 GT)

5. Volume ikan yang

didaratkan rata-rata 60 ton/hari rata-rata 30 ton/hari -

-6. Ekspor ikan Ya Ya Tidak Tidak

7. Luas lahan >30 ha 15-30 ha 5-15 ha 2-5 ha

8. Fasilitas pembinaan mutu hasil perikanan

Ada Ada/Tidak Tidak Tidak

9. Tata ruang (zonasi) pengolahan/ pengembangan industri perikanan

Ada Ada Ada Tidak

Sumber :http://www.pipp.dkp.go.id/pipp2/pelabuhan_index.html01 Oktober 2006diacu dalamDiniah (2008)

➣ ↔➣↕➙➛➜➝➞ ➙➟ ➙➠➡➟ ➢➟➙➝➟➙➤ ➛➙➠➥ ➦ ➙➧➟

Unit penangkapan ikan adalah kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan ikan, terdiri atas kapal atau perahu beserta mesin penggeraknya, alat tangkap dan nelayan. Unit penangkapan pancing rumpon yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu secara formal tercatat di dalam buku statistik perikanan PPN Palabuhanratu sebagai pancing tonda, karena alat penangkapan ikan ini dioperasikan di sekitar rumpon. Oleh karena itu, untuk selanjutnya unit penangkapan ikan ini disebut sebagai pancing tonda. Unit penangkapan pancing tonda terdiri atas kapal, empat jenis alat tangkap pancing dan nelayan yang mengoperasikannya. Unit


(21)

6

penangkapan pancing tonda yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu digunakan untuk menangkap ikan berukuran besar dan bernilai ekonomis penting, seperti cakalang dan tuna (PPN Palabuhanratu 2011; Sari 2011).

Menurut klasifikasi von Brandt (2005), pancing tonda termasuk dalam kelompok perikanan pancing (lines), sementara dalam Statistik Perikanan Indonesia dari Kementerian Kelautan dan Perikanan tergolong kelompok pancing (hook and line). Sari (2011) mengemukakan bahwa pancing tonda terdiri atas pancing layang-layang, pancing jerigen, pancing tonda dan pancing kotrek. Secara umum keempat jenis pancing dalam unit penangkapan pancing tonda terdiri atas bagian tali pancing, mata pancing, swivel, pelampung dan pemberat. Cara pengoperasian dari keempat jenis pancing yang digunakan agak berbeda, namun keempatnya dioperasikan bersama pada trip yang sama. Pancing tonda memiliki nama daerah yang beragam, diantaranya pancing irid atau klewer (Jawa), pancing kaladalam atau kabalancam (Sepulu, Madura), pancing lohmoloh atau palanggungan atau lemading (Pegagan, Madura), pancing pengenser (Bawean), lor bebe (Penarukan, Jatim), pancing pengambes (Puger, Jatim), pancing pemalesan (Bali) dan kakahu atau sela (Ambon, Maluku Selatan) (Subani dan Barus 1989).

Menurut Gunarso (1989), pancing tonda adalah alat penangkapan ikan berupa tali yang diberi umpan tiruan atau imitation bait di sekitar mata pancingnya. Pancing tonda dioperasikan dengan cara ditarik menggunakan kapal secara horizontal. Kadang-kadang nelayan menggunakan umpan utuh atautrue baitdalam pengoperasian pancing tonda. Sasaran tangkap unit penangkapan pancing tonda adalah jenis-jenis ikan pelagis besar yang biasa hidup di lapisan permukaan dan mempunyai nilai ekonomis tinggi dengan kualitas daging yang tinggi, seperti tuna, cakalang dan tongkol.

Pancing tonda (Gambar 1) terdiri atas bagian-bagian (Subani dan Barus 1989) : 1) Tali utama, dari bahan nilon monofilamen dengan panjang bervariasi, namun

umumnya berkisar antara 50-100 meter 2) Kili-kili (swivel)

3) Tali kawat (wire rope) 4) Mata pancing (hook)

5) Umpan tiruan, berbentuk cumi-cumi, ikan, dan lain-lain.

Kapal pancing tonda yang umum digunakan memiliki panjang berkisar antara 5-20 m (Sainsbury 1971). Umumnya kapal memiliki 1-2 outriggers sebagai tempat tali


(22)

7

pancing diikatkan. Nelayan pancing tonda biasa disebut dengan pemancing. Jumlah nelayan yang terlibat dalam pengoperasian pancing tonda terdiri atas 4-7 orang (Adwino 1998).

Menurut Subani dan Barus (1989), pengoperasian pancing tonda menggunakan umpan, baik umpan segar maupun umpan buatan. Umpan buatan yang biasa digunakan adalah umpan yang dibentuk dari bulu ayam (chicken feader), bulu domba (sheep wools), potongan kain yang berwarna menarik, maupun bahan dari plastik berbentuk miniatur yang menyerupai aslinya. Bentuk umpan buatan diantaranya dapat menyerupai cumi-cumi atau ikan.

Pengoperasian pancing tonda dilakukan pada siang hari. Pancing tonda ditarik secara horizontal oleh perahu atau kapal yang bergerak di depan gerombolan ikan sasaran. Umpan buatan yang dipasang pada mata pancing dapat bergerak seperti ikan asli, karena adanya pengaruh tarikan dari kapal. Kecepatan tarik kapal bergantung pada ikan target tangkapan, untuk ikan perenang cepat seperti tuna dan cakalang biasanya dengan kecepatan 6-8 knot (Sainsbury 1971).

Hasil tangkapan utama dari unit penangkapan pancing tonda adalah ikan tuna madidihang (Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis) dan setuhuk (Makaira sp.). Hasil tangkapan sampingan antara lain tongkol (Euthynnus spp.) dan ikan tenggiri (Scomberomorus commersonii) (Sainsbury 1971; Subani dan Barus 1989; Handriana 2007).

Ikan merupakan organisme yang bersifat mobile, artinya ikan sering berpindah-pindah tempat. Hal ini menyebabkan sulitnya menentukan arah dan letak dari perpindahan daerah penangkapan ikan. Tuna hidup di perairan tempat pertemuan

Keterangan : 1. Joran 2. Tali Pancing 3. Swivel

4. Tali pancing utama

5. Papan penyelam submarine board 6. Mata pancing dan umpan

7. Tali penarik tali pancing utama 8. Tempat menarik hasil tangkapan

Gambar 1 Pancing tonda

Sumber :www.kp3k.kkp.go.id

1

2 3 4 5 6

7


(23)

8

antara dua arus atau front, tempat terjadinya upwelling, konvergensi dan divergensi. Daerah ini merupakan daerah berkumpulnya plankton, yaitu perairan dengan salinitas sekitar 34 ppt serta temperatur optimum berkisar antara 150C-300C (Hetharuca 1983 vide Handriana 2007). Pengoperasian alat tangkap pancing tonda hampir terdapat di seluruh perairan Indonesia. Alat ini banyak digunakan di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Bali, Ambon dan Sumatera (Subani dan Barus 1989).

➨ ➩➫➭➯➲ye➳➵➸ ➸➲ B➸➺ ➸➲ B➸➻➸➼

Bahan bakar minyak (BBM) masih diusahakan oleh pemerintah dengan harga yang masih disubsidi. Perusahaan yang mengelola penyaluran BBM di dalam negeri adalah Pertamina. Penyaluran BBM dari Pertamina kepada masyarakat dilakukan guna memutar roda perekonomian nasional (Razak 2004).

Razak (2004) mengemukakan bahwa penyaluran BBM kepada nelayan di PP dan PPI melibatkanbeberapainstansi, yaitu :

1) Pertamina,

2) Departemen Kelautan dan Perikanan,

3) Tim Pelaksana Penanggulangan Penyalahgunaan BBM (TP3BBM),

4) Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (DPP HNSI), 5) Departemen Koperasi.

Tujuan dari kerjasama ini untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu : 1) Mendekatkan lokasi penyaluran BBM ke sentra-sentra nelayan, 2) Menyediakan pasokan BBM bagi nelayan dalam jumlah yang cukup, 3) Menjamin harga BBM yang dibeli nelayan dengan harga seperti di SPBU.

Menurut petunjuk pelaksanaan Pertamina (Razak 2004), jatah BBM yang diberikan Pertamina kepada PP atau PPI ditentukan berdasarkan besarnya konsumsi BBM di PP atau PPI dengan melihat jumlah, jenis dan tonase kapal. Jatah BBM juga ditetapkan berdasarkan rekomendasi dari TP3BBM dan juga harus disesuaikan dengan kapasitas mobil tanki, sebanyak delapan kilo liter. Lembaga-lembaga penyalur BBM Pertamina hingga tahun 2004 sudah turut melayani kebutuhan nelayan, namun dengan jumlah dan lokasi terbatas atau tidak menyebar.


(24)

9

➽ ➾➚➪➶➹➘➶rt➴➷➹ Se➬ ➴➷➷➹

Persediaan atau inventory suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumberdaya bisa internal maupun eksternal, terdiri atas bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan-bahan pembantu atau pelengkap dan komponen lainnya yang menjadi keluaran produk perusahaan (Handoko 1985).

Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena persediaan fisik banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos aktiva lancar. Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak dana dalam persediaan, akan menyebabkan biaya penyimpanan berlebihan, dan mungkin mempunyai opportunity cost untuk dapat ditanamkan dalam investasi lain yang lebih menguntungkan. Demikian pula bila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat mengakibatkan biaya-biaya dari terjadinya kekurangan bahan baku (Handoko 1985).

Model pengendalian sediaan dibedakan atas dua jenis, yaitu model pengendalian sediaan deterministik dan model pengendalian sediaan stokastik. Pada model pengendalian, sediaan deterministik permintaan pasar telah tertentu dan diketahui dengan pasti. Sementara pada model pengendalian sediaan stokastik, permintaan pasar tidak tertentu dengan pasti tetapi menyebar menurut fungsi peluang (Taha 1982videSiahaan 1990).

Sistem persediaan merupakan serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi dan berapa besar pesanan harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya sumberdaya yang tepat, dalam kuantitas dan pada waktu yang tepat. Atau dengan kata lain, sistem dan model persediaan bertujuan untuk meminimumkan biaya total melalui penentuan apa, berapa dan kapan pesanan dilakukan secara optimal (Handoko 1985).

Ada beberapa jenis persediaan, setiap jenis mempunyai karakteristik khusus dan cara pengolahan yang berbeda. Handoko (1985) membedakan persediaan menurut jenisnya sebagai berikut :

(1) Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi.


(25)

10

(2) Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased partsatau components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri atas komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain yang secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk. (3) Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan

barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.

(4) Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

(5) Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada langganan.

➮ ➱✃ ❐❒❮❰ ÏÐÑÒ❮❰Ò❮ÓÔ ÕÐÔ ❮ SeÓÐÔÔ ❮

Efisiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting persediaan. Harus diingat bahwa persediaan adalah sekumpulan produk fisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi. Handoko mengemukakan bahwa fungsi pengendalian sediaan dapat didefinisikan sebagai berikut :

(1) Fungsidecoupling

Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi-operasi perusahaan internal dan eksternal kebebasan (independence). Persediaan decouples ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi per mintaan langganan tanpa tergantung padasupplier.

(2) Fungsieconomic lot sizing

Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah dan sebagainya), karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul akibat besarnya persediaan, seperti biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya.


(26)

11

(3) Fungsi antisipasi

Sering perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pada pengalaman atau data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman atau seasonal inventaries. Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode persamaan kembali, sehingga memerlukan kuantitas ekstra yang sering disebut persediaan pengaman atausafety inventories. Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran proses produksi tidak terganggu.

Ö ×6 KoØÙ ÚpeÚ BÛÜÝ ÜÞeß ÛÜÜ Ú

Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan masalah tingkat pengendalian persediaan, diantaranya faktor biaya (Yusnita 2003 vide Mailany 2005). Menurut Supranto (1998) vide Mailany (2005), komponen-komponen biaya pengendalian secara garis besar dibedakan atas tiga bagian, yaitu :

(1) Biaya pemesanan (ordering cost)

Biaya pemesanan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menanggung biaya pemesanan, meliputi antara lain gaji pegawai, biaya telepon, biaya pengepakan dan penimbangan.

(2) Biaya penyimpanan (holding cost)

Biaya penyimpanan terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan, seperti biaya menyimpan, biaya kerusakan, biaya asuransi, pajak dan sebagainya.

(3) Biaya kekurangan (shortage costs)

Biaya kekurangan adalah biaya yang disebabkan keterlambatan di dalam memenuhi permintaan atau ketidakmampuan untuk memenuhinya sama sekali, karena kehabisan stok misalnya. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya kekurangan antara lain biaya pemesanan khusus, terganggunya operasi dan tambahan kegiatan manajerial.


(27)

àá âã ä åâæ âçâèéã é êç

ë ìí îïðñò daó Tôõöat Pôóô÷øtøaó.

ùúûú üýþýÿû ýûý ÿ ÿû ✁ ýüÿ ✂ ÿû ✁ ý ✄ú ýþÿ☎ ùù✆ ùÿüÿ✝✂ ✞ ÿû ☎ ÿþ✂ ✟ ✞✂ ✄✂ ✄û✠ÿ ✝ÿ✡ ý û ú üÿ ✠ÿû ☛ÿû☞ýû✡þ✌û ✁ ÿ✍ ùúû✡✂✎ ☛✂üÿû ✁ÿþÿ✁ýüÿ☛ÿû✡ÿû✁ ýüÿ ✂ ÿû ☛ÿ✁ÿ✝✂ üÿûDú ✄ú✎✝ú ☎ ✏ ✑✑ ✒✟ ✝✂üÿû ✓☛☎ýü✏ ✑ ✔ ✔✁ÿû✝✂üÿû✕ú ✝ ☎✂ÿ☎ý✏✑✔✏✍

3.2 ✖ ôt✗ ✘ô Pôóô÷øtøaó.

✙ú þ✌✁ú ☛úû ú üýþýÿû ✠ÿû✡✁ ý✡✂ûÿ ÿûÿ✁ÿüÿ✞✄ þ✂ ✁ ý ÿ✄✂ ✄✍ ✚ú ✝ ÿ✡ÿý ÿ✄✂✄û ✠ÿÿ✁ ÿüÿ✞

☛úû ✠ú ✁ ýÿÿû ú ✝✂þ✂ ✞ ÿû ✄✌üÿ☎ ✂ûþ✂ ÿ☛ÿü ☛ÿû☞ýû✡ þ✌û ✁ ÿ ✠ÿû✡ ✎úû ✁ ÿ☎ÿþ ÿû ✞ ÿ✄ýü

þÿû ✡ ÿ☛ÿûû✠ÿ✁ýùú üÿ✝✂ ✞ ÿû ùú ☎ý ÿû ÿû✆✂✄ÿûþÿ☎ÿ✛ ùù✆✜ùÿüÿ✝✂ ✞ ÿû ☎ ÿþ✂✍

3.3 ✖ôt✗ ✘ô Pôóguõöu÷aó✢ata

✣ÿþÿ ✠ÿû✡ ✁ ý ✂✎☛✂ ü ÿû ÿ✁ÿ ✁✂ÿ ✤úû ý✄ ✟ ✠ÿýþ✂ ✁ ÿþÿ ☛☎ý✎ú ☎ ✁ÿû ✁ÿþÿ ✄ú ✂ û✁ú ☎✍

✣ÿþÿ ☛☎ý✎ú ☎ ✁ý☛ú ☎✌üú ✞ ✁úû✡ÿû ☞ÿ☎ ÿ ✥ÿ✥ÿû☞ÿ☎ ÿ ✁ ÿû ☛úû✡ÿ✎ÿþÿû üÿû✡✄✂û✡ þú☎✞ÿ✁ ÿ☛

û ú üÿ ✠ÿû ☛ÿû☞ýû✡ þ✌û ✁ ÿ ✁ ÿû ☛úû✠ÿü✂☎ ✄✌ü ÿ☎ ✁ ý ùù✆ ùÿüÿ✝✂ ✞ ÿû ☎ÿþ✂✍ ✦ ÿ✥ÿû☞ÿ☎ÿ

✁ ýüÿ ✂ ÿû ✝ú ☎✁ ÿ✄ÿ ☎ ÿû ✁ÿ✧þÿ☎ ☛ú ☎ þÿû✠ÿÿû ✁ ÿû ✂ú ✄ ý✌û ú ☎ ✠ÿû ✡ þú üÿ✞ ✁ ý✄ ýÿ☛ ÿû

✄ú ✝ú ü✂✎û✠ÿ✍ ùúû✡ÿ✎ÿþÿû ✁ ýüÿ ✂ ÿû þú ☎✞ ÿ✁ÿ☛ ú ✡ ýÿþÿû ☛úû✠ÿü✂ ☎ ÿû ✄✌üÿ☎ ✁ ý ✄ú ýþÿ☎ ùù✆

ùÿüÿ✝✂✞ÿû☎ÿþ✂✍ ✣ÿþÿ ☛☎ý✎ú ☎✠ÿû✡✁ ý ✂✎☛✂ ü ÿû ÿûþÿ☎ÿ üÿýû ÿ☎ÿ þú ☎ý✄ þý ÿ☛ÿü ☛ÿû☞ýû✡

þ✌û✁ÿ ✟ ✎úû✡ý✁úûþý✧ý ÿ✄ý ú ✝✂þ✂ ✞ ÿû ✄✌üÿ☎ ✄ú þýÿ☛ ☎ú ✄☛ ✌û✁úû ûú üÿ ✠ÿû ☛ÿû☞ýû ✡ þ✌û✁ÿ ✁ ÿû

✎ÿ✄ ÿüÿ✞☛úû✠ú ✁ ýÿÿû✄✌üÿ☎✁ýùù✆ ùÿüÿ✝✂✞ÿû☎ÿþ✂✍

★✂✎üÿ✞☞ ✌ûþ✌✞ ✠ÿû✡ ✁ý✥ÿ✥ÿû☞ÿ☎ÿ ÿ✁ ÿüÿ✞ ✏ ✩ ☎ú ✄☛✌û ✁úû û ú üÿ✠ÿû ☛ÿû☞ýû ✡ þ✌û✁ÿ

✁ ÿû ✄ú✎✂ÿ ☛úû✠ÿü✂☎ ✄✌üÿ☎ ✠ÿû✡ ☎ú ✄✎ý ✁ ý ùù✆ ùÿüÿ✝✂ ✞ ÿû ☎ ÿþ✂✍ ✪ú ✄☛✌û ✁úû ✁ ýþúû þ✂ ÿû

✁úû ✡ ÿû ✎ú þ✌✁ú ✫ ✬✭✫ ✮ ✯✰✱ ✲ ✯✳✴✫✵✰✶✷✟ ✠ÿýþ✂ ☛úûúûþ✂ÿû ☎ú ✄☛✌û ✁úû ✁úû✡ÿû ☞ÿ☎ÿ ✄úû✡ÿ✤ÿ

✁ ý☛ýüý✞ ✝ú ☎✁ÿ✄ ÿ☎ ÿû ☎ýþú ☎ýÿ þú ☎þúûþ✂✍ ✸☎ ýþú ☎ýÿ ✠ÿû✡ ✎úû✤ÿ✁ ý✁ ÿ✄ ÿ☎ ☛ú✎ýüý✞ÿû ☎ú ✄☛ ✌û✁úû

ÿ✁ ÿüÿ✞û ú üÿ✠ÿû ✠ÿû ✡ ✝ý✄ ÿ✝ú ☎ ✌✎✂ûý ÿ✄ ý✁úû ✡ ÿû ✝ ÿý ☛ÿ✁ÿ✄ÿÿþ ✁ý✥ÿ✥ÿû☞ÿ☎ÿ✟✄ú ✞ ýû ✡ ✡ÿ

✁ ý☛ú ☎✌üú ✞ ✁ ÿþÿ ✠ÿû✡ ✁ýýû✡ýû ÿû ✄ú ✄✂ ÿý ✁úû✡ÿû þ✂✤✂ÿû ☛úûú üýþýÿû ýû ý✍ ✪ú ✄☛✌û ✁úû

☛úû ✠ÿü✂☎✄✌üÿ☎✝ú ☎✤✂✎üÿ✞þý✡ÿýû✄þÿû✄ý✟✠ÿýþ✂✠ÿû✡☎ú ✄✎ýþú ☎✁ ÿ✧þÿ☎✄ú ✝ ÿ✡ÿý ☛úû✠ÿü✂☎✄✌üÿ☎

✁ ýùù✆ùÿüÿ✝✂✞ÿû☎ÿþ✂✍

✣ÿþÿ ✄ú ✂û✁ú ☎ ✁ý☛ú ☎✌üú ✞ ✁ ÿ☎ý ✁✌ ✂✎úû✹✁✌ ✂✎úû ✁ ÿ☎ý ✣ýûÿ✄ ùú ☎ý ÿû ÿû ✁ÿû

✸ú üÿ✂ þÿû ✄ú þú✎☛ÿþ✟ ÿû þ✌☎ ùù✆ ùÿüÿ✝✂✞ÿû☎ÿþ✂✟ ☛ú ☎✂✄ ÿ✞ÿÿû ☛úû✠ÿ ü✂ ☎ ✄✌üÿ☎✟ ✁ÿû üÿýû✹


(28)

✻ ✼

✻✽ ✾ ✿❀❁❂❃❄ ❅❀❅❆❂ ❇❂ ❇❈❂ ❇❉❊❂ ❋❂❄ ❅❇ ❋❊❀❄ ❂ ❇❂ ❇❆●❁❂❍■

❏ ✽ ❑❂❍▲❂❉ ❅❁❊❈ ❂ ❇❃ ❂❍▲ ❂ ▼✿❂❁❆●❁❂❍◆❖❄❄❅❍❁❊P❅❍✽■

✼✽ ◗❍❅❘ ✿❅❇❆ ❊❈❂ ❇❙●❁ ✿❀ ❅❄❅❀❅❆❂ ❇❂ ❇❆●❁❂❍❈ ❂❁❂❀❆❂P✿P❂❃✿❇■

❚ ✽ ◗❍❅❘ ✿❅❇❆ ❊❈❂ ❇❙●❁ ✿❀ ❅❄❅❇▼✿❂❁❂ ❇❆●❁❂❍❈ ❂❁❂❀❆❂P✿P❂❃✿❇■❈ ❁❁❯

❱ ❲❳ ❨❩❬❭ ❪❩❫❴❵❛❜ss ata

❞❇❂❁❊❆ ❊❆ ❈❂P❂❈❊❁❂ ❘ ✿❘❂ ❇❀ ❅❇▲▲✿❇❂ ❘❂ ❇❄ ❅❍❃❊P✿ ❇▲ ❂ ❇❀❂P❅❀ ❂P❊ ❘❂❆ ❅❈ ❅❍❃❂ ❇❂ ❯ ❡❂P❂

❋❂ ❇▲ ❈❊❄❅❍●❁ ❅❃ ❈❊P❂ ❉ ✿❁❂❆ ❊ ❘❂ ❇ ❈ ❂ ❇ ❈❊ ❉ ✿❂P ▲❍❂ ❢❊ ❘ ❈ ❂❁❂❀ ❄ ❅❇❂❀❄ ❊❁❂ ❇❇ ❋❂❯ ❣❂ ❇▲ ❘❂❃ ❤

❁❂ ❇▲❘❂❃ ❋❂ ❇▲❈❊❁❂ ❘ ✿❘❂ ❇❈❂❁❂❀❂ ❇❂❁❊❆ ❊❆❈ ❂P❂❈ ❊ ✿❍❂❊❘❂ ❇❆ ❅❉❂▲ ❂❊❉ ❅❍❊ ❘✿P❯

✻✽ ✐ ❅❇P❂ ❉✿❁❂❆ ❊ ❘❂ ❇ ❈❂P❂ ❄ ❅❇▲▲ ✿ ❇❂ ❂ ❇ ❆●❁❂❍ ❃ ❂❆❊❁ ❥❂❥❂ ❇❦❂❍❂ ❈❂ ❇ ❁❂❄● ❍❂ ❇ ❂P❂ ✿ ❈❂P❂

❆P❂P❊❆P❊ ❘ ❧❧♠ ❧❂❁❂ ❉ ✿❃ ❂ ❇❍❂P✿■ ❋❂❊P✿ ❈ ❂P❂ ❘ ❅❄ ❅❍❁ ✿❂ ❇ ❆●❁❂❍ ❆ ❅P❊❂❄ P❍❊❄ ●❄❅❍❂❆ ❊

❄❅❇❂ ❇▲ ❘❂❄❂ ❇ ❊ ❘❂ ❇❈❂ ❇ ▼✿❀❁❂❃ P❍❊❄ ❈❂❁❂❀ ❆ ❅P❊❂❄ ❉ ✿❁❂ ❇❇ ❋❂❯ ✾✿❀❁❂❃ ❆●❁❂❍ ❈ ❂ ❇ P❍❊❄

❈ ❊ ❉❅❈ ❂ ❘❂ ❇❉❅❍❈❂❆ ❂❍❘❂ ❇❀ ✿❆ ❊❀❄❅❇❂ ❇▲ ❘❂❄ ❂ ❇❊ ❘❂ ❇❋❂ ❇▲ ❉❅❍❁❂ ❇▲❆ ✿❇▲❯ ♥❅❍❦❂P❂P❂❈❂

P❊▲❂ ❀✿❆ ❊❀ ❄ ❅❇❂ ❇▲ ❘❂❄ ❂ ❇ ❊ ❘❂ ❇■ ❋❂❊P✿ ❀✿❆ ❊❀ ❄✿❇❦❂ ❘ ❄ ❅❇❂ ❇▲ ❘❂❄❂ ❇ ❊ ❘❂ ❇■ ❀ ✿❆ ❊❀

❆ ❅❈❂ ❇▲❈❂ ❇❀ ✿❆ ❊❀❄ ❂ ❦❅❘❁❊ ❘❯

❏ ✽ ✐❅❇▲❃ ❊P✿❇▲ ❍❂P❂ ❤❍❂P❂ ❘❅❉ ✿P✿❃❂ ❇ ❆●❁❂❍ P❂❃✿❇❂ ❇ ✿ ❇❊P ❄❂ ❇ ❦❊ ❇▲ P●❇❈❂ ❉ ❅❍❈❂ ❆❂❍❘❂ ❇

❃ ❂❆❊❁ ❥❂ ❥❂ ❇❦❂❍❂◆❈ ❂P❂❄❍❊❀❅❍✽❀❅❇▲▲ ✿ ❇❂ ❘❂ ❇❍✿❀ ✿❆♦

♣ q r rs t ✉ ✈ ✇

 

    ①② ③ ④ ③

⑤❅P❅❍❂ ❇▲ ❂ ❇♦

⑥⑦⑧ = Rata-rata kebutuhan solar tahunan unit pancing tonda (liter/unit) ⑥

⑨ = Jumlah kebutuhan solar unit pancing tonda ke-m pada musim ke-n ⑩ = Jumlah trip pancing tonda ke-m pada musim ke-n

❶ = Unit pancing tonda ke 1, 2, ., 25

❷ = Musim penangkapan ikan ke-1 (musim puncak), ke-2 (musim

sedang) dan ke-3 (musim paceklik)

3) Menghitung jumlah kebutuhan solar berdasarkan data statistik per unit pancing tonda di bulan ke-z, yaitu dengan mengalikan antara jumlah kebutuhan solar per trip di bulan ke-z dengan jumlah trip di bulan ke-z. Perhitungan ini dilakukan menggunakan rumus :

❸ ❸ ❸

❹ ❺ ❹


(29)

14

Keterangan :

Bz = Jumlah kebutuhan solar per unit pancing tonda di bulan ke-z

(liter/unit)

STz = Jumlah kebutuhan solar per trip per unit pancing tonda di bulan ke-z

(liter/trip)

Tz = Jumlah trip per bulan

z = 1, 2, , 12

4) Menghitung jumlah kebutuhan solar bulanan untuk seluruh unit pancing tonda. Tahapan pertama adalah mengalikan jumlah kebutuhan solar per unit pancing tonda di bulan ke-z dengan jumlah armada penangkapan ikan yang beroperasi di bulan ke-z dan selanjutnya ditotalkan untuk setiap bulan. Jumlah armada penangkapan ikan yang beroperasi setiap bulan diambil dari data Statistik Perikanan Tangkap. Tahapan kedua adalah membagi hasil total kebutuhan solar tersebut dengan jumlah bulan operasi. Perhitungan ini dilakukan menggunakan rumus :

z UP SB

SB z

z z

  

12

1

Keterangan :

SB = Jumlah kebutuhan solar bulanan seluruh unit pancing tonda (liter)

SBz = Jumlah kebutuhan solar per unit pancing tonda di bulan ke-z (liter/unit)

UPz= Jumlah unit pancing tonda di bulan ke-z

z = 1, 2, ., 12 (bulan operasi pancing tonda)

5) Menghitung jumlah kebutuhan solar untuk armada penangkapan ikan per tahun dengan cara menjumlahkan besaran kebutuhan solar setiap bulan, mulai Januari hingga Desember.

6) Membandingkan jumlah kebutuhan solar bulanan dan tahunan yang telah dihitung dengan data pemakaian solar yang tercatat dalam Statistik Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu dan jumlah solar yang dipasok yang tercatat di setiap penyalur.


(30)

❽❾❿➀ ➁➂➃❿ ➄➅ ➆➇ ➈❿ ❾❿➀❿ ➄

➉ ➊➋ ➌➍➎ ➏➎ ➎ ➐➑➒ ➓➒➔➔→➔➎ ➣➎ ↔➓↕➎ ➐r➎ ➙u

➛➜➝➞➟ ➠➡➞ ➢ ➛➜r➤➥➞ ➢➞ ➢ ➦us➞ ➢➧➞r➞ (➛➛➦) ➛➞➝➞➟➠➡ ➞ ➢➨➞tu y➞ ➢ ➩ t➜r➝➜t➞➥ ➫➤ ➭➜➯➞➲➞t➞ ➢➛➞➝➞➟➠➡ ➞ ➢r➞tu ➲➜ru➳➞➥➞ ➢ s➞➝➞➡ s➞tu ➳➠➵➞t ➸➞s➤➝➤t➞s ➫ ➞ ➢➞➥➧➤v➤t➞s ➳➜r➤➥➞ ➢➞ ➢

t➞ ➢➩➥➞➳ ➫➤ ➭➞➟ ➠➳➞t➜ ➢ ➺u➥ ➞➟ ➠➲➤. ➛➜➝➞➟➠➡ ➞ ➢ ➛➜r➤➥ ➞ ➢➞ ➢ ➦us➞ ➢➧➞r➞ ➛➞➝➞➟ ➠➡➞ ➢ ➨➞tu ➲➞➲➳➠ ➲➜ ➢➞➲➳➠ ➢➩ ➳➜r➞➡➠ ➞t➞u ➞r➲➞➫ ➞ ➳➜r➤➥➞➢➞ ➢ ➫➜ ➢ ➩➞ ➢ ➥ ➞➳➞s➤t➞s ➫ ➤ ➞t➞s 30 GT, sedangkan di tempat pendaratan ikan lainnya yang ada di Kabupaten Sukabumi hanya dapat menampung kapal-kapal yang berbobot tidak lebih dari 15 GT. Hal inilah yang menyebabkan jumlah ikan yang didaratkan dan dilelang di PPN Palabuhanratu jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ikan yang didaratkan dan dilelang di kecamatan lain (PPN Palabuhanratu 2011).

Secara umum kapal penangkapan ikan di Palabuhanratu dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu kapal motor (KM) dan perahu motor tempel (PMT). Kapal motor adalah kapal yang pengoperasiannya menggunakan mesin yang disimpan di dalam badan kapal (inboa➻➼ engine) dan digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap rawai, tuna longline, gillnet, pancing ulur, p➽ ➻➾➚ seine, pancing tonda. Kapal motor juga biasanya digunakan oleh nelayan sebagai angkutan ke bagan. Perahu motor tempel adalah kapal atau perahu yang pengoperasiannya menggunakan mesin motor tempel (outboa➻➼ engine ) dan umumnya digunakan oleh nelayan t➻➪➶mel net, payang, rampus dan pancing ulur.

Perkembangan jumlah armada perikanan yang menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai fishing baseselama 19 tahun terakhir berfluktuasi. Jenis kapal perikanan yang mendominasi setiap tahun pada periode 1993-2011 bervariasi, pada tiga tahun terakhir armada perikanan didominasi oleh perahu motor tempel. Pada tahun 2011 armada perikanan berjumlah 1.090 unit atau meningkat sebesar 30,23% dari tahun 2010. Perkembangan jumlah kapal atau perahu yang tercatat berlabuh di PPN Palabuhanratu periode 1993-2011 menurut jenisnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Alat penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan di Palabuhanratu sangat bervariasi dengan jumlah yang berfluktuasi selama sembilan tahun terakhir. Alat penangkapan ikan yang paling banyak mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu dalam dua tahun terakhir ini adalah pancing tonda, berjumlah 1.124 unit.


(31)

16

Secara lengkap jenis dan jumlah alat penangkapan ikan dalam periode tahun 2003-2011 dapat dilihat dalam Tabel 3.

Tabel 2 Perkembangan jumlah kapal dan perahu yang berlabuh di PPN Palabuhanratu periode 1993-2011

Tahun Jenis Kapal/Perahu Perikanan (unit) Jumlah total (unit)

KM PMT

1993 342 78 420

1994 344 101 445

1995 352 109 461

1996 365 123 488

1997 290 116 406

1998 275 146 421

1999 278 181 459

2000 235 181 416

2001 167 323 490

2002 135 317 452

2003 128 253 381

2004 138 266 404

2005 229 428 657

2006 511 287 798

2007 531 321 852

2008 416 230 646

2009 364 394 758

2010 346 491 837

2011 461 629 1.090

Sumber : PPN Palabuhanratu (2011)

Nelayan di Palabuhanratu dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik atau juragan adalah nelayan yang memiliki fasilitas produksi dan membiayai operasi penangkapan ikan. Nelayan ini juga berperan dalam proses pendaratan sampai pemasaran hasil tangkapan. Nelayan buruh adalah nelayan yang secara langsung melakukan operasi penangkapan ikan dan umumnya tidak memiliki alat tangkap. Jumlah nelayan di Palabuhanratu pada periode 1993-2011 berfluktuasi. Pada tiga tahun terakhir, tahun 2009-2011, terjadi peningkatan jumlah nelayan. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah nelayan sebesar 2,12% dari tahun 2010. Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu periode 1993 -2011 dapat dilihat pada Tabel 4.


(32)

17

Tabel 3 Jenis dan jumlah alat penangkapan ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu tahun 2003-2011

Alat Penangkapan Ikan

Jumlah alat penangkapan ikan (unit) per tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Pancing 2020 1902 - - -

-Payang 1002 1027 1009 1812 159 45 971 533 375

Bagan 1289 1097 2913 2333 - - - -

-Jaring Klitik - 264 47 - - -

-Rampus 127 552 160 476 101 35 553 301 91

ill et 1813 1700 264 581 109 40 369 118 54

una ongline 205 238 399 204 1 - 275 437

-Pancing Layur - 92 238 44 - - - -

-Rawai 72 128 73 61 4 - - -

-Purse Seine 33 96 17 6 5 2 18 12

-➴➬ ➮➱mel et - 324 71 185 33 30 93 235 90

Pancing Tonda - - 92 150 29 40 605 1065 1124

Pancing Ulur - - 1198 2613 414 254 1677 1052 729

Bagan Apung - - - 164 453

-Ang. Bagan - - - - 267 200 - - 79

Rawai Cucut - - - 2 1

Sumber : PPN Palabuhanratu (2011)

Tabel 4 Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu periode 1993-2011

Tahun Jumlah nelayan (orang) Perubahan (%)

1993 3.028

-1994 2.608 -13,87

1995 2.718 4,22

1996 2.418 -11,04

1997 2.589 7,07

1998 2.694 3,90

1999 2.565 -4,79

2000 2.354 -8,22

2001 2.377 0,97

2002 2.519 5,64

2003 3.340 24,58

2004 3.439 2,88

2005 3.498 1,69

2006 4.363 24,73

2007 5.994 37,38

2008 3.900 -34,93

2009 4.453 14,18

2010 4.474 0,47

2011 4.569 2,12


(33)

18

✃ ❐❒ ❮❰ÏÐÑÒ❰ Ó❰Ô ÕÓÖ Ó❰ÑÓ❰×ÏÔnØonÙÓ

Unit penangkapan ikan merupakan kesatuan tiga unsur yang terdiri atas alat penangkapan ikan, kapal dan nelayan yang mengoperasikannya. Satu unit penangkapan ikan pancing tonda terdiri atas satu kapal pancing tonda dengan empat jenis alat penangkapan ikan pancing dan dioperasikan oleh 5-8 orang nelayan. Alat penangkapan pancing tonda berkembang pesat di PPN Palabuhanratu dari 605 unit pada tahun 2009 menjadi sebanyak 1.124 kapal pada tahun 2011, atau meningkat sebanyak 185,79%. Satu unit alat penangkapan pancing tonda terdiri atas empat macam pancing dan sekaligus dioperasikan oleh satu kapal, sehingga jumlah alat penangkapan pancing tonda ini dapat dianalogkan dengan jumlah kapal yang beroperasi.

Pada tahun 2009 jumlah pancing tonda yang dioperasikan dalam setiap bulannya berkisar antara 32 65 unit. Pada tahun 2010 meningkat menjadi 66 112 unit per bulan dan pada tahun 2011 menjadi 55 115 unit per bulan. Jumlah pancing tonda yang beroperasi setiap bulan dipengaruhi oleh musim penangkapan ikan. Jumlah terbanyak terjadi pada saat musim puncak, yaitu antara Bulan April sampai Bulan Juli. Jumlah pancing tonda yang dioperasikan dalam setiap bulannya secara rinci selama periode Tahun 2009 2011 dapat dilihat pada Gambar 2 dan Tabel 5. Penjelasan lebih rinci tentang unit penangkapan pancing tonda di PPN Palabuhanratu diuraikan lebih lanjut.

Gambar 1 Fluktuasi jumlah unit pancing tonda bulanan pada periode Tahun 2009-2011.

Gambar 1 Fluktuasi jumlah unit pancing tonda bulanan pada periode tahun 2009-2011.


(34)

19

Tabel 5 Perkembangan jumlah unit pancing tonda bulanan tahun 2009-2011

Bulan 2009 2010 2011

Januari 38 69 78

Februari 51 80 115

Maret 42 89 111

April 49 90 156

Mei 49 98 108

Juni 65 97 93

Juli 54 112 106

Agustus 64 102 85

September 60 66 73

Oktober 54 95 84

November 47 87 60

Desember 32 80 55

Rata-rata 50 89 94

Sumber : PPN Palabuhanratu 2011

4.2.1 Konstruksi alat penangkapan pancing tonda

Secara umum konstruksi alat tangkap pancing tonda berupa pancing, terdiri atas bagian tali pancing, mata pancing, swivel, pelampung dan pemberat. Pada saat dioperasikan, terdapat empat macam pancing yang dioperasikan dengan cara yang berbeda. Keempat macam pancing tersebut adalah pancing jerigen, pancing layang-layang, pancing tonda dan pancing kotrek (Gambar 3).

Pancing jerigen dibentuk dari tali nilon monofilament. Tali pancing di bagian atas bernomor 1.000 sepanjang 180-225 m, sedangkan tali bagian bawah lebih kuat bernomor 1.200 sepanjang 10-15 m. Tali pancing bagian atas dan bagian bawah dihubungkan menggunakanswivel, agar tali pancing tidak mudah putus. Mata pancing yang digunakan terbuat dari baja berukuran nomor 1 atau 2. Pelampung terbuat dari drum atau jerigen bekas berukuran 30 liter, sedangkan pemberat terbuat dari timah dengan bobot 250 g. Pancing jerigen menggunakan umpan hidup.

Konstruksi pancing layang-layang terdiri atas tali pancing, mata pancing dan layang-layang. Layang-layang terbuat dari plastik bewarna hitam dengan rangka dari bilah bambu. Tali pancing dari bahan nilon monofilamen. Tali pancing yang digunakan untuk mengendalikan layang-layang dari nomor 800 dengan panjang sekitar 50 m. Tali pancing bagian bawah tempat mata pancing diikatkan terbuat dari nomor 500 dengan panjang sekitar 10-15 m. Pancing layang-layang dioperasikan


(35)

20

menggunakan umpan buatan. Dalam satu trip, nelayan membawa 10-15 buah layang-layang.

Pancing kotrek merupakan pancing ulur yang dioperasikan dengan cara dihentak-hentak atau istilah nelayan adalah dikotrek. Pancing kotrek dioperasikan pertama dan berfungsi untuk menangkap ikan umpan. Tali pancing dari bahan nilon monofilamen bernomor 150 atau 200 dan memiliki panjang 150-200 m. Mata pancing terbuat dari baja bernomor 7 atau 8. Pemberat terbuat dari bahan timah seberat 250 g. Umpan yang digunakan adalah umpan buatan. Jumlah pancing kotrek yang dibawa dalam satu trip umumnya sesuai dengan jumlah nelayan yang ikut operasi penangkapan ikan, bahkan bisa lebih banyak.

Pancing tonda adalah pancing yang yang dioperasikan dengan cara ditarik oleh kapal. Tali pancing tonda terbuat dari bahan nilon monofilamen nomor 500-800. Saat dioperasikan, panjang tali pancing yang diulur mencapai 15-18 meter. Pancing tonda

e a c d a b Pancing jerigen a a b c f g h Pancing layang-layang Keterangan : a = tali pancing b =kili-kili ( swivel) c = mata pancing d = pemberat e = jerigen

f = penggulung (roller) g =umpan buatan h = layang-layang I = bulu ayam J = kapal

i a b c d j Pancing tonda d a a b c f Pancing kotrek


(36)

21

dioperasikan menggunakan umpan buatan berbentuk ikan, cumi atau bulu-bulu. Mata pancing terbuat dari baja bernomor 2. Pemberat terbuat dari timah dengan bobot sekitar 250 g.

4.2.2 Kapal pancing tonda

Kapal yang digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap pancing tonda umumnya terbuat dari kayu, ada juga yang terbuat dari bahan fibeÚ ÛÜass. Panjang (LOA) kapal berkisar antara 11 - 15 m, lebar 2,8 - 3,5 m dan tinggi 1,2 1,8 m. Tenaga penggerak di kapal adalah mesin inboaÚÝ berbahan bakar solar, berjumlah dua buah, terdiri atas mesin utama dan mesin tambahan. Mesin utama berkekuatan 120 -300 PK, sedangkan mesin tambahan berkekuatan 22 - 30 PK. Kapasitas tangki bahan bakar berkisar antara 300 700 liter. Gambaran kapal yang digunakan untuk mengoperasikan alar penangkapan pancing tonda seperti tampak dalam Gambar 4 dan Lampiran 1.

4.2.3 Nelayan

Nelayan yang mengoperasikan pancing tonda dalam satu kapal umumnya berjumlah 5 - 8 orang (Lampiran 1). Responden nelayan umumnya berumur produktif, yaitu berkisar antara 23 50 tahun. Pendidikan responden nelayan umumnya mencapai tingkat Sekolah Dasar, beberapa diantaranya mencapai tingkat SMP. Umumnya telah berpengalaman melaut selama 5 30 tahun. Secara umum pembagian tugas nelayan sebagai:

1) Juru mudi, bertugas mengemudikan kapal; 2) Juru masak, bertugas untuk memasak;


(37)

22

3) Juru mesin, bertugas untuk mengecek dan memastikan mesin dalam keadaan optimal; dan

4) Pemancing; bertugas memancing ikan. 4.2.4 Metode pengoperasian pancing tonda

Kegiatan pengoperasian unit penangkapan pancing tonda dalam satu kali trip berlangsung selama 3 sampai 12 hari, bergantung pada musim penangkapan ikan. Pada saat musim puncak, satu trip pengoperasian unit penangkapan pancing tonda berlangsung 3-7 hari dengan rata-rata 5 hari per trip. Pada saat musim sedang, satu trip pengoperasian unit penangkapan pancing tonda berlangsung 7-10 hari dengan rata-rata 8 hari per trip. Pada saat musim paceklik, satu trip pengoperasian unit penangkapan pancing tonda berlangsung 7-12 hari dengan rata-rata 10 hari per trip. Dalam satu bulan berlangsung 2-5 trip, jumlah trip ini juga bergantung pada musim penangkapan ikan. Pada saat musim puncak, satu bulan berlangsung 3-5 trip dengan rata-rata 4 trip per bulan. Pada saat musim sedang dan musim paceklik, satu bulan berlangsung 2-3 trip dengan rata-rata 3 trip per bulan saat musim sedang dan 2 trip per bulan saat musim paceklik. Dalam satu tahun, kegiatan operasi penangkapan ikan berlangsung selama 9-12 bulan.

Waktu tempuh menuju daerah penangkapan ikan berkisar antara 2-19 jam, bergantung pada posisi daerah penangkapan ikan yang dituju dan musim penangkapan ikan yang sedang berlangsung. Umumnya kapal menyesuaikan waktu keberangkatan dengan posisi daerah penangkapan ikan yang dituju, dan berusaha sampai di lokasi pemancingan pada pagi hari.

Kegiatan memancing dilakukan di sekitar rumpon. Oleh karena ada empat macam pancing, maka pengoperasiannya pun sesuai dengan jenis alat pancingnya. Metode pengoperasian keempat jenis pancing tersebut adalah

1) Pancing jerigen. Tali pancing dirangkaikan dengan swivel, mata pancing dan pelampung. Pada mata pancing dipasang umpan berupa umpan hidup. Pancing jerigen dioperasikan dengan cara diapungkan di sekitar rumpon. Satu kali operasional dipasang 6-10 rangkaian. Pancing jerigen dibiarkan mengapung sekitar 30-60 menit, kapal dalam keadaan mesin mati. Apabila ada pelampung jerigen yang bergerak timbul dan tenggelam di permukaan laut, itu adalah tanda ada ikan yang memakan umpan pada mata pancing. Rangkaian pancing segera ditarik dan


(38)

23

diangkat ke atas kapal. Nelayan mengangkat ikan hasil tangkapan menggunakan ganco sebagai alat bantu penangkapan ikan. Pancing jerigen dioperasikan setelah nelayan mendapatkan umpan hidup dari hasil tangkapan pancing kotrek.

2) Pancing layang-layang. Pancing layang-layang dioperasikan dengan cara menerbangkan layang-layang yang telah digantungkan tali pancing dan umpan buatan. Pancing layang-layang dioperasikan pada keadaan cukup angin. Saat dioperasikan, tali pancing layang-layang terhentak-hentak dan menyebabkan umpan buatan bergerak menyerupai gerakan ikan. Kondisi kapal dalam keadaan berhenti. Pada saat umpan dimakan ikan sasaran, maka layang-layang digulung dengan cepat dan ikan tangkapan dinaikkan ke kapal dengan bantuan ganco. Pancing layang-layang dioperasikan bersamaan dengan pengoperasian pancing jerigen. Alat penangkapan ikan yang dipasang terlebih dahulu adalah pancing jerigen, setelah pancing jerigen diapungkan sambil menunggu umpan dimakan ikan sasaran, maka nelayan mengoperasikan pancing layang-layang.

3) Pancing kotrek. Pancing kotrek merupakan rangkaian mata pancing yang diikatkan pada tali pancing dan diberi pemberat. Pengoperasian pancing kotrek diulurkan menggunakan tangan sampai di kedalaman tertentu. Pancing dioperasikan dengan cara dikotrek atau digerak-gerakkan seperti menghentak. Gerakan umpan buatan yang turut terhentak ini menarik perhatian ikan sasaran. Pada saat umpan dimakan, tali pancing langsung ditarik dan ikan hasil tangkapan diangkat ke kapal. Pancing kotrek dioperasikan pertama kali saat sampai di daerah penangkapan ikan dengan maksud untuk memancing ikan umpan. Hasil tangkapan pancing kotrek biasanya berupa ikan tuna kecil, kembung dan layur. Selanjutnya hasil tangkapan digunakan dalam pengoperasian pancing jerigen sebagai umpan hidup.

4) Pancing tonda. Pancing tonda dioperasikan dengan cara ditonda atau ditarik oleh kapal mengelilingi rumpon dengan kecepatan 4-8 knot. Penarikan umumnya dilakukan sekitar 15-30 menit atau bergantung saat tertangkapnya ikan sasaran. Ikan hasil tangkapan diangkat dari laut ke atas kapal menggunakan alat bantu penangkapan ikan ganco. Saat operasi penangkapan ikan, kapal menarik 2-4 rangkaian pancing tonda.

Kegiatan memancing biasanya dilakukan pada pagi hingga sore hari. Satu trip penangkapan ikan akan berakhir lebih cepat apabila terjadi cuaca buruk di daerah


(39)

24

penangkapan ikan atau palka ikan sudah penuh dan tidak dapat menampung hasil tangkapan lagi.

4.2.5 Daerah dan musim pengoperasian pancing tonda

Daerah pengoperasian pancing tonda adalah di Samudera Hindia di posisi 06059 LS- 08029 LS dan 104000 BT - 106036 BT (Gambar 5). Di lokasi ini telah dipasang sejumlah rumpon. Rumpon tersebut merupakan milik sendiri nelayan, ada juga yang dipasang oleh pihak PPN Palabuhanratu. Jarak lokasi penangkapan ikan dari fishing basedi PPN Palabuhanratu berkisar antara 12-120 mil, bergantung pada musim penangkapan ikan. Pada saat musim puncak, nelayan menuju lokasi penangkapan ikan yang berjarak 12-87 mil, pada musim sedang jarak lokasi berkisar antara 12-90 mil, sedangkan pada musim paceklik berlangsung jarak fishing gÞ ßà áâ terjauh dapat mencapai 120 mil (Lampiran 3).

Pengoperasian unit penangkapan pancing tonda dapat dilakukan sepanjang tahun. Nelayan pancing tonda menyatakan ada tiga musim penangkapan ikan dalam setahun, yaitu musim puncak, sedang dan paceklik. Musim puncak biasanya berlangsung pada bulan April Juli, musim sedang pada bulan Agustus November, sedangkan musim paceklik berlangsung pada bulan Desember Maret (Lampiran 2).

= daerah penangkapan ikan Gambar 5 Daerah pengoperasian pancing tonda

Palabuhanratu

0°LS

100°BT

= daerah penangkapan ikan

Gambar 5 Daerah pengoperasian pancing tonda

Palabuhanratu

0°LS

100°BT

= daerah penangkapan ikan 5°LS

10°LS


(1)

➀ ➁

a

z

r. 2005.

Metode Penelitian (cetakan keenam). Bo

o

r

➅➆➇ ➈➉➃➈➊➋ ➌➍➋ ➎➏ ➃ ➈

. 542

➇ ➈➉

.

➐ ➑➑➂ ➒ ➑➎ ➉➈➓ ➔➇ ➈

n

➑➎

r

➃→ ➈➋➈

n

➂ ➔➏ ➈

n

t

r

➈ ➑➈➉➈➓➔➇➈➈

r

n

tu

. 2011.

t

t

st

➃→ ➑➎

r

➃→ ➈➋➈

n

.

➑➎ ➉➈➓ ➔➇ ➈

n

➑➎

r

➃→ ➈➋➈

n

➂➏ ➈

u

n

t

➈➈

r

➑➈➉➈➓➔➇➈

n

r

tu

,

↔➈➓ ➔↕➈

t

n

➣➔→ ➈➓➔➙➃

.

➑➎

r

tu

r

n

➛➎➎

t

n

r

↔➎ ➉➈

u

t

n

➌ ➈

n

➑➎

r

➃→➈➋ ➈

n

➂➍➙➅

o

r

➑➜ ➝

.16/

➛➜ ➂

/2006 t

n

t

➈➄

n

➑➎ ➉➈➓ ➔➇ ➈

n

➑➎

r

➃→ ➈➋➈

n

➝ ➈

z

➈→➛➞

2004.

➟➋ ➈➉➃➏ ➃

s

➣➃➎➙

st

➠➃

str

➃➓➔➏ ➃➣➍➉➈

r

➌➈➉➈➙➛➎➋➔➋➡➈➄

n

➟→➢➃➤➃

t

s

➂➎ ➉ ➈

y

n

➌ ➃ ➑➑➊ ➛ ➔ ➈

r

➈ ➟➄→ ➎

n

➥ ➈→ ➈

rt

➈ ➐➣→ ➦➃↕➏ ➃➒

. B

➍ ➄

o

r

➅ ➥

u

r

➔➏ ➈

n

➑➎➙➈

n

➧ ➈➈

t

n

➣➔➙➓➎

r

➌ ➈➈

y

➑➎

r

➃→ ➈➋ ➈

n

, F

➈→ ➔ ➉

t

s

➑➎

r

➃→ ➈

n

n

➌➈

n

➊ ➉➙

u

↔➎ ➉➈➈

t

u

n

,

n

st

tu

t

➑➎

rt

➈➋ ➃➈

n

Bo

o

r.

➣➈➌➇ ➍ ➦ ➃ ➂

. 1

➨ ➩➫➞

Teknik Penangkapan Ikan. B

n

➌ ➔➋ ➄ ➅ ➑➎➋➎➓➃

r

t

➟➂➆↔➟➣➟ ➟➋ ➄➄

o

t

➈ ➊↔➟➑➊

. 1

➩➁➇ ➈➉

.

➣➈➃➋➏ ➓➔➦

y

C. 1

➨➭ ➯ ➞

Commercial Fishing Methods

an introduction to vessels and

gears.

➜➋ ➄ ➉➈➋➌➅

F

➃➏ ➇ ➃➋ ➄➂➎

w (B

➍➍ →➏➲➳

t

➌➞

35

➨↕ ➞

➣➈

r

➃ ➵➛➞

2011.

➑➎➋ ➃➉➈➃➈

n

➑➎➄ ➄ ➈

n

➃➈

t

n

n

➸➋➃

t

➑➎➋➈➋➄ → ➈↕➈

n

➑➈➈➋ ➄

y

➌➃ ➑➑➂ ➑➈➉➈➓ ➔➇ ➈

r

n

tu

➐➣→ ➦➃↕➏ ➃➒

. Bo

o

r

➅ ➠➎↕➈➎➙➎

rt

n

➑➎➙➈➋ ➧ ➈➈

t

n

➣➔➙➓ ➎

r

➌➈

y

➑➎

r

➃→ ➈➋➈

n

, F

➈→➔➉

t

s

➑➎

r

➃→➈➋ ➈

n

➌ ➈

n

➊ ➉➙

u

↔➎ ➉➈➈

t

u

n

,

n

st

tu

t

➑➎

rt

➈➋➃➈

n

Bo

o

r.

100

➇➈➉

.

➣➃➈➇ ➈➈

n

➛➞

1

➨ ➨ ➺➞ ➣

t

➔ ➌➃ ➻➎

n

t

➈➄

n

➛➍➌➎ ➉ ➟

n

tr

➃➈

n

➌ ➈

n

➑➎➄➎➋ ➌ ➈➉➃➈

n

n

➣➎ ➌➃➈➈

n

➌➃

➑➎ ➉➈➓➔➇➈

n

➑➎

r

➃→ ➈➋➈

n

➣➈➙➔ ➌➎➈

r

➥ ➈→ ➈

rt

➈ ➐ ➣→➦➃↕➏ ➃➒

. Bo

o

r

F

➈→➔➉➈

t

s

➑➎

r

➃→ ➈➋➈

n

,

n

st

tu

t

➑➎

rt

➈➋➃➈

n

Bo

o

r.

➣➔➓➈➋ ➃➵ ➌ ➈

n

➼➝

B

s. 1

ru

➨ ➩➨➞

Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia.

➥➋ ➈➉

u

r

➑➎

r

➃→➈➋ ➈

n

➳➈

u

t.

➂➍➙➅

o

r

50

➻➈➇ ➔➋

1

➨ ➩ ➩➽

1

➨➩➨➞➥ ➈→ ➈

rt

➈➅

B

➈➌➈

n

➑➎➋ ➎ ➉➃

t

➃➈

n

➑➎

r

➃→ ➈➋➈

n

➳➈

u

t,

➠➎↕➈➎➙➎

rt

n

➑➎

rt

➈➋ ➃➈

n

. 245

➇➈➉

.

➸➋ ➌ ➈

n

-

➸➋➌➈

n

➄ ➝➎↕➔➓➉➃→ ➊➋➌➍ ➋ ➎➏ ➃➈ ➂➍➙

o

r

45

➻ ➈➇ ➔➋

200

➨ ➎

t

n

t

➈➄

n

➑➎➔➓ ➈➇➈

r

n

t

s

➸➋ ➌ ➈

n

-

➸➋➌➈

n

➄➂➍➙

o

r 31

➻ ➈➇➔➋➁➺ ➺➀➻➎➈

n

t

n

➑➎

r

➃→ ➈➋➈

n


(2)

(3)

44

➷➬ ➮➱✃❐➬ ❒❮ ❰ Ï❐➬ Ð➬ ➬ ❒Ñ ÏÒ ❒✃ÓÔ ❒✃Ñ➱ Ï❒➬❒Ð Ò➬➱➬ ❒➱➬ ❒

c

✃ ❒ÐÑ Õ ❒Ö➬ ➮Ï❒Ô❐ÔÑ❐ ÏÓ➱ Õ ❒ÖÏ❒

× ØÙÚ ÛÜ Ý ØÜ

ÞßÚß à

á âãàß ä

åØà ßæßÜ

çÛèßÜ é ê

ëßÙìà

íßÜ é îß ÚßÜ

ï ØÙìÜ

ð ã âè

í Ø îÜìÙ

çñß ä âÜê ò ó ã

ÞßÚ ßÙìñßÙ

íßÜ é îì

çàìñ Øè ê òßäßÜ ôìãØÜÙì ôè ßõñ íß äâÜ áØÜìÙ á âãàß ä ÞØ îâß ñßÜ

çäÚ ê

çÚ

x l x t) m

(m)

ò Ø

li

Utama

Tambahan

ö

.

kayu

ö÷

x

÷

x

ö

,

ø ö

.

ù ú ù ùø ø

Tuna

inboard

ú ÷ù ú û öù

solar

ü ùù

ú

.

kayu

öú

x

÷

,

ú

x

ö

,

ø ö

.

ù ú ù ù÷ ø

Tuna

inboard

ú ÷ù ú ú öù

solar

÷ùù ÷

.

kayu

ö ü

x

÷

x

ö

,

ø ö

.

ù ú ù ùý ø

Tuna

inboard

ú öú ù ú þ öù

solar

ÿ ùù ü

.

kayu

ö ü

x

÷

x

ö

,

ø ö

.

ù ú ù ùû ø

Tuna

inboard

ú ÷ù ÷ù öù

solar

ü ùù

ø

.

kayu

ö ü

x

÷

,

ú

x

ö

,

ø ù

,

ý ú ù ùý ø

Tuna

inboard

ú ö ùù ÷ù öø

solar

ýùù ÿ

.

kayu

ö ü

x

÷

x

ö

,

ø ö

.

ù ú ù ùø ø

Tuna

inboard

ú ÷ ÷ ÷ù öù

solar

ø ùù

û

.

kayu

öú

x

÷

,

ú

x

ö

,

ÿ ö

.

ù ú ù ùý ø

Tuna

inboard

ö ÷ ÷ ÷ ÷ öù

solar

ø ùù þ

.

kayu

öú

x

ú

,

þ

x

ö

,

ú ù

,

þ ú ù ùû ø

Tuna

inboard

ö ÷ ÷ ÷ ÷ öù

solar

ø ùù ý

.

kayu

ö ü

x

÷

x

ö

,

ø ù

,

ý ú ù ùû ø

Tuna

inboard

ú ÷ù ÷ù ø

solar

ü ùù

ö ù

.

kayu

ö ü

x

÷

,

ö

x

ö

,

ø ö

.

ù ú ù ùþ ø

Tuna

inboard

ú ö ùù ÷ù öù

solar

ûùù öö

.

kayu

ö ø

x

÷

,

ø

x

ö

,

û ö

,

ö ú ù ùý ø

Tuna

inboard

ú öú ù ÷ù öù

solar

ÿ ùù öú

.

kayu

ö÷

x

÷

x

ö

,

ø ù

,

ý ú ù ùÿ ø

Tuna

inboard

ú ÷ù ú þ ø

solar

ø ùù

ö÷

.

kayu

ö ø

x

÷

x

ö

,

ø ö

.

ù ú ù ùý ø

Tuna

inboard

ú ÷ ÷ ÷ù öù

solar

ø ùù

ö ü

.

kayu

ö ü

x

÷

,

ú

x

ö

,

ø ö

.

ù ú ù ùø ø

Tuna

inboard

ú ÷ù ú þ

solar

÷ùù

ö ø

.

kayu

ö÷

x

÷

x

ö

,

ø ö

.

ù ú ù ùø ø

Tuna

inboard

ú ÷ù ÷ù

solar

ü ùù

ö ÿ

.

kayu

ö ü

x

÷

,

ú

x

ö

,

þ ö

,

ö ú ù ùý ø

Tuna

ú öú ù ÷ù öù

solar

ÿ ùù

öû

.

fibre glass

öú

x

÷

x

ö

,

ú ù

,

þ ú ù ùþ þ

Tuna

inboard

ö ö ùù ö ùù þ

solar

ÿ ùù öþ

.

kayu

ö÷

x

÷

x

ö

,

ø ù

,

ý ú ù ùÿ ø

Tuna

inboard

ú úû ù ú þ ø

solar

ü ùù

öý

.

kayu

ö ü

x

÷

x

ö

,

ø ù

.

ý ú ù ùø ø

Tuna

inboard

ú ÷ ÷ ÷ù öù

solar

ûùù

ú ù

.

kayu

öú

x

÷

x

ö

,

ø ù

,

þ ú ù ùý ø

Tuna

inboard

ú ú þ úü ø

solar

÷ùù

úö

.

kayu

ö÷

x

÷

x

ö

,

ø ö

.

ù ú ù ùû ø

Tuna

ú ÷ ùù ú þ ø

solar

ü ùù

úú

.

kayu

ö÷

x

÷

x

ö

,

ú ù

,

þ ú ù ùþ ø

Tuna

inboard

ú ú þ úü ø

solar

÷ùù

ú÷

.

ö ø

x

÷

,

ú

x

ö

,

ø ö

.

ù ú ù ùþ ø

Tuna

inboard

ú öú ù ú þ öù

solar

ÿ ùù ú ü

.

kayu

ö ü

x

÷

,

÷

x

ö

,

ø ö

,

ú ú ù ùø ø

Tuna

inboard

ú ÷ù ú û ÿ

solar

ø ùù ú ø

.

kayu


(4)

✁ ✂✄☎✆✁ ✝✞ ✟ ✠✡☎ ✂✄☛ ✝✁ ✝☞✌✁✄✁ ✝☎✌✁ ✝✍✁ ✝✎✁ ✂✁✍✁ ✎✁ ✂✡✁ ✏ ✠✏✆☎✄✂☛ ✝✠✆ ✠✏✂✠✡☎ ✂✑☛✆ ✍✁✡✁✆✌✁✝☎ ✝✒ ✓✆ ✂✁✡☎✆☛ ✡✄ ✓✝✍☛ ✝

✔✕✖ ✗ ✘✙ ✚✕✙

✛✜✖✢✣✤✥✜ ✦✧✙★ ✩✧✣✧✪✫✬✢✗✤ ✭✧ ✬✢ ★

✮✜✙✯✧ ✰ ✱✕ ✚✧✙✲ ✮✧ ✯✕✰✦✢ ✰ ✮✜✙✯✧ ✰ ✱✕ ✚✧✙✲ ✮✧ ✯✕✰✦✢ ✰

✪✳ ✴✗✬✢✦✵✶✜ ✦✢ ✴✲ ✜✖✫✜✖ ✵✷✘✸ ✕✣✥✕✬ ✹✕✖ ✕✣✥✕✬✵✛✧ ✬✕✫ ✺ ✻ ✪✼

✽✳ ✴✗✬✢✦✵✶✜ ✦✢ ✴✲ ✜✖✫✜✖ ✵ ✹✕✖✕✣ ✥✕✬ ✶✧✙✜✧ ✬✢✵✛✧ ✬✕✫ ✾ ✻ ✻

✿✳ ✴✗✬✢✦✵✶✜ ✦✢ ✴✲✜✖✫✜✖ ✵✱✕✗✫✕✣ ✥✕✬ ✹✕✖ ✕✣✥✕✬✵✛✧ ✬✕✫ ✺ ✻ ✪✽

✾✳ ✴✗✬✢✦✵✶✜ ✦✢ ✴✲ ✜✖✫✜✖ ✵✷✘✸ ✕✣✥✕✬ ✹✕✖ ✕✣✥✕✬✵✛✧ ✬✕✫ ✺ ✻ ✪✽

✺ ✳ ✴✗✬✢✦✵✶✜ ✦✢ ✴✲✜✖✫✜✖ ✵✱✕✗✫✕✣ ✥✕✬ ✹✕✖ ✕✣✥✕✬✵✛✧ ✬✕✫ ✻ ✪✼ ✪✽

❀✳ ✴✗✬✢✦✵✶✜ ✦✢ ✴✲✜✖✫✜✖ ✵✱✕✗✫✕✣ ✥✕✬ ✹✕✖ ✕✣✥✕✬✵✛✧ ✬✕✫ ✺ ✻ ✪✼

✻✳ ✴✗✬✢✦✵✶✜ ✦✢ ✴✲ ✜✖✫✜✖ ✵ ✹✕✖✕✣ ✥✕✬ ✶✧✙✜✧ ✬✢✵✛✧ ✬✕✫ ✺ ✻ ✪✼

❁✳ ✴✗✬✢✦✵✶✜ ✦✢ ✴✲✜✖✫✜✖ ✵✱✕✗✫✕✣ ✥✕✬ ✹✕✖ ✕✣✥✕✬✵✛✧ ✬✕✫ ✺ ✻ ✪✼

❂ ✳ ✴✗✬✢✦✵✶✜ ✦✢ ✴✲ ✜✖✫✜✖ ✵✷✘✸ ✕✣✥✕✬ ✹✕✖ ✕✣✥✕✬✵✛✧ ✬✕✫ ✻ ✪✼ ✪✽

✪✼✳ ✴✗✬✢✦✵ ✴✲✜✖✫✜✖ ✱✕✗✫✕✣ ✥✕✬✵✷ ✘✸ ✕✣ ✥✕✬ ✹✕✖✕✣ ✥✕✬✵✶✧✙✜✧ ✬✢ ✺ ✻ ✪✽

✪✪✳ ✴✗✬✢✦✵✶✜ ✦✢ ✴✲ ✜✖✫✜✖ ✵✷✘✸ ✕✣✥✕✬ ✹✕✖✕✣ ✥✕✬✵✶✧✙✜✧ ✬✢ ✻ ✪✼ ✪✽

✪✽✳ ✛✕✢ ✵✴✲✜✖✫✜✖ ❃✕✥ ✬✜ ✧ ✬✢ ✵✴✗✬✢✦ ✱✕✗✫✕✣ ✥✕✬✵✶✧✙✜✧ ✬✢ ✿ ✻ ✪✼

✪✿✳ ✛✕✢ ✵✴✲✜✖✫✜✖ ❃✕✥ ✬✜ ✧ ✬✢ ✵✴✗✬✢✦ ✱✕✗✫✕✣ ✥✕✬✵✶✧✙✜✧ ✬✢ ✾ ✻ ✪✼

✪✾✳ ✴✗✬✢✦✵✶✜ ✦✢ ✴✲ ✜✖✫✜✖✵✷ ✘✸ ✕✣✥✕✬ ✹✕✖✕✣ ✥✕✬✵✛✧ ✬✕✫ ✻ ✪✼ ✪✽

✪✺✳ ✛✕✢ ✵✴✲✜✖✫✜✖ ❃✕✥ ✬✜ ✧ ✬✢ ✵✴✗✬✢✦ ✱✕✗✫✕✣ ✥✕✬✵✶✧✙✜✧ ✬✢ ✿ ✻ ✪✼

✪❀✳ ✴✗✬✢✦✵✶✜ ✦✢ ✴✲ ✜✖✫✜✖✵✷ ✘✸ ✕✣✥✕✬ ✹✕✖✕✣ ✥✕✬✵✛✧ ✬✕✫ ✻ ✪✼ ✪✽

✪✻ ✳ ✴✗✬✢✦✵✶✜ ✦✢ ✴✲ ✜✖✫✜✖✵✷ ✘✸ ✕✣✥✕✬ ✹✕✖✕✣ ✥✕✬✵✛✧ ✬✕✫ ✺ ❁ ✪✼

✪❁✳ ✴✗✬✢✦✵✶✜ ✦✢ ✴✲ ✜✖✫✜✖✵✷ ✘✸ ✕✣✥✕✬ ✹✕✖✕✣ ✥✕✬✵✛✧ ✬✕✫ ✻ ✪✼ ✪✽

✪❂✳ ✴✗✬✢✦✵✶✜ ✦✢ ✴✲ ✜✖✫✜✖✵✷ ✘✸ ✕✣✥✕✬ ✹✕✖✕✣ ✥✕✬✵✛✧ ✬✕✫ ✿ ✻ ✪✼

✽✼✳ ✴✗✬✢✦✵✶✜ ✦✢ ✴✲ ✜✖✫✜✖✵✷ ✘✸ ✕✣✥✕✬ ✹✕✖✕✣ ✥✕✬✵✛✧ ✬✕✫ ✺ ✪✼ ✪✽

✽✪✳ ✴✗✬✢✦✵✶✜ ✦✢ ✴✲ ✜✖✫✜✖✵✷ ✘✸ ✕✣✥✕✬ ✹✕✖✕✣ ✥✕✬✵✛✧ ✬✕✫ ✻


(5)

46

❄❅ ❆❇❈❉❅ ❊❋ ● ❊❍■❉ ❆❅ ❏❈❉❑ ❏❇■❊▲❑ ❊▼❑ ❊▼❅ ❊◆❖❅ ❉❅ P

fishing ground

▲❅ ❉❈

fishing base

▲❅ ❊◗❅ P▼❘▼❑ ❆❇ ❘❙P❑

fishing ground

❚ ❯❱ ❲❳ ❨❩ ❯❨

❬ ❭❪ ❭❫❩❭❪❴❵❛❜ ❝ ❛❞ ❡❢ ❣ ❜❤✐❥ ❴❦❧ ♠ ❭❫ ♥♦♥❯❥❲♦ ♣✐q❭❥❧

r♦❨s ❭❫ t❯❩❭❨✉ r❭s❯❫ ❦ ❴❫ r♦❨s ❭❫ t❯❩❭❨✉ r❭s❯❫ ❦ ❴❫

✈✇ ①② ①② ①② ✈③ ✈③ ✈③

④✇ ⑤② ⑤② ⑤② ⑥ ⑥ ⑥

⑦✇ ①⑧ ①⑧ ①⑧ ✈④ ✈④ ✈④

⑤✇ ①⑧ ①⑧ ①⑧ ✈④ ✈④ ✈④

⑧✇ ①⑧ ①⑧ ①⑧ ✈④ ✈④ ✈④

⑨✇ ①⑧ ①⑧ ①⑧ ✈✈ ✈✈ ✈✈

② ✇ ①③ ✈✈⑧ ✈✈⑧ ✈③ ✈⑥ ✈⑥

①✇ ①⑧ ①⑧ ①⑧ ✈③ ✈③ ✈③

⑥✇ ①③ ✈④③ ✈④③ ✈③ ✈④ ✈④

✈③✇ ⑤② ② ✈ ✈③⑦ ② ✈③ ✈⑤

✈ ✈✇ ⑨ ⑦ ⑨⑦ ⑨⑦ ✈③ ✈③ ✈③

✈④✇ ⑤⑧ ⑨⑦ ✈③ ③ ② ✈③ ✈⑤

✈⑦✇ ①② ①② ①② ✈④ ✈④ ✈④

✈⑤✇ ①③ ⑥③ ✈④③ ⑥ ✈④ ✈⑧

✈⑧✇ ⑤② ② ✈ ✈③⑧ ② ✈③ ✈⑨

✈⑨✇ ⑤② ⑤② ⑤② ✈③ ✈③ ✈③

✈②✇ ①③ ⑥③ ✈④③ ✈③ ✈④ ✈⑨

✈ ①✇ ⑤② ①② ①② ① ✈④ ✈④

✈⑥✇ ⑤② ⑤② ⑤② ✈③ ✈③ ✈③

④③✇ ⑤② ② ✈ ② ✈ ② ✈✈ ✈✈

④✈✇ ✈④ ✈④ ✈④ ④ ④ ④


(6)

⑩❶❷❸ ❹❺ ❶❻ ❼ ❽❾❿ ➀➁ ➀➂ ❶❻❿ ❶➂ ❶❻❿ ❶➃ ❶❺➄ ➅➆ ❶❺➄❾➁ ❹❶❸❺❾ ➄❸➅❻ ➇❾❻

➈❾ ➄❸➅❻ ➇❾❻

➉❾❻ ❹➄

➉➀ ❷➆ ❶➂❸ ❶➃ ❶❹➊➁ ❺❹❸

➋➆ ❹➁❾ ❺➌

➍❾ ❷❸❶➁❿❾➆ ❹

➎❶❺➏ ❶➊➆ ❹➁❾ ❺

➋➈❸➌

❽❾❿➀➁ ➀ ➂❶❻➋➆ ❹➁❾ ❺ ➌

➐➀❻ ➑❶➃ ➒❾➇❶❻➏ ➐ ❶➑❾ ➃➆ ❹➃

➊➓ ➒➅➆ ❶❺ ➔ → → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➔ →→ ➔ ↕ → ➔↕→

➙➓ ➒➅➆ ❶❺ ➔ → → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➙→→ ➙↕ → ➔ → →

➔➓ ➒➅➆ ❶❺ ↕ → → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ❼→→ ❼↕ → ↕ → →

❼➓ ➒➅➆ ❶❺ ➔ → → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➙↕ → ➔→→ ➔↕→

↕➓ ➒➅➆ ❶❺ ➛ → → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➜ →→ ➛→→ ➝→ →

➜➓ ➒➅➆ ❶❺ ❼→ → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➔ →→ ➔ ↕ → ❼→ →

➛➓ ➒➅➆ ❶❺ ❼→ → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➙↕ → ➔→→ ❼→ →

➞➓ ➒➅➆ ❶❺ ❼→ → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➙↕ → ➔→→ ❼→ →

➝➓ ➒➅➆ ❶❺ ➔↕→ ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➙→→ ➙↕ → ➔↕→

➊→➓ ➒➅➆ ❶❺ ➜ → → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ❼→→ ❼↕ → ↕ → →

➊➊➓ ➒➅➆ ❶❺ ➛ → → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ❼→→ ↕→→ ➜↕→

➊➙➓ ➒➅➆ ❶❺ ➔ → → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➊↕ → ➙➔ → ➔ → →

➊➔➓ ➒➅➆ ❶❺ ❼→ → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➔ →→ ➔ ↕ → ❼→ →

➊❼➓ ➒➅➆ ❶❺ ➔ → → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➙→→ ➙↕ → ➔ → →

➊↕➓ ➒➅➆ ❶❺ ➔ → → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➙→→ ➔→→ ❼→ →

➊➜➓ ➒➅➆ ❶❺ ↕ → → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➙↕ → ➔→→ ❼↕→

➊➛➓ ➒➅➆ ❶❺ ↕ → → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➔ →→ ❼→→ ↕ → →

➊➞➓ ➒➅➆ ❶❺ ❼→ → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➙→→ ➙↕ → ➔↕→

➊➝➓ ➒➅➆ ❶❺ ➜ → → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➔ →→ ❼→→ ➜ → →

➙→➓ ➒➅➆ ❶❺ ➔↕→ ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➙→→ ➙↕ → ➔↕→

➙ ➊➓ ➒➅➆ ❶❺ ➔ → → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➊↕ → ➙→→ ➔ → →

➙➙➓ ➒➅➆ ❶❺ ➔ → → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➙→→ ➙↕ → ➔ → →

➙➔➓ ➒➅➆ ❶❺ ➛ → → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➔ →→ ➔ ↕ → ➜ → →

➙❼➓ ➒➅➆ ❶❺ ❼→ → ➒➐➣↔ ❼↕ → → ➔ →→ ❼→→ ❼↕→