Dinamika Struktur Komunitas Ikan di Bagian Hulu Sungai Sekongkang, Pulau Sumbawa
DINAMIKA STRUKTUR KOMUNITAS IKAN
DI BAGIAN HULU SUNGAI SEKONGKANG,
PULAU SUMBAWA
YULIA SARTIKA DEWI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dinamika Struktur
Komunitas Ikan di Bagian Hulu Sungai Sekongkang, Pulau Sumbawa adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Yulia Sartika Dewi
NIM C24090052
ABSTRAK
YULIA SARTIKA DEWI. Dinamika Struktur Komunitas Ikan di Bagian Hulu
Sungai Sekongkang, Pulau Sumbawa. Dibimbing oleh MOHAMMAD
MUKHLIS KAMAL.
Sungai Sekongang merupakan satu dari empat sungai yang berada di
kawasan tambang emas Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT),
Sumbawa. Dinamika struktur komunitas ikan yang menyusun ekosistem Sungai
Sekongkang masih belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis keanekaragaman jenis komunitas ikan yang ada di bagian hulu
Sungai Sekongkang, Pulau Sumbawa selama periode tahun 2008-2013 dengan
menganalisis variasi spasial dan temporal komunitas ikan. Data yang digunakan
adalah data primer dan data sekunder bulan April dan September dari hasil
monitoring PT. NNT. Data-data dianalisis kelimpahan relatif, indeks
keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E), dan indeks dominansi (C). Ikan
yang ditangkap di bagian hulu Sungai Sekongkang selama 2008-2013 berjumlah
2640 ekor yang terdiri dari 40 jenis spesies ikan dari 13 famili dan 6 ordo. Ikan
yang terbanyak ditemukan adalah famili Gobiidae, Poechilidae, dan Eleotrididae.
Nilai H’, E, dan C di Sungai Sekongkang berturut-turut adalah 2,30; 0,62; dan
0,15. Keanekaragaman ikan di hulu Sungai Sekongkang cukup tinggi dan
kemerataan spesiesnya merata sehingga tidak ada spesies tertentu yang
mendominasi pada komunitas ikan di sungai tersebut. Komunitas ikan di
ekosistem tersebut dipengaruhi oleh faktor heterogenitas habitat, kondisi perairan,
dan ketersediaan habitat.
Kata kunci: dominansi, keanekaragaman, keseragaman, komunitas ikan, Sungai
Sekongkang
ABSTRACT
YULIA SARTIKA DEWI. Dynamic of Fish Community Structure in Headwater
Stream of Sekongkang River, Sumbawa Island. Supervised by MOHAMMAD
MUKHLIS KAMAL.
Sekongkang River is one of four rivers in Batu Hijau mining area of PT
Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT), Sumbawa. The dynamic of fish community
in Sekongkang River was unknown. The aim of this research is to analyse the
diversity of fish community in headwater stream of Sekongkang River, Sumbawa
Island during 2008-2013 spatial and temporal. Primary and secondary data were
used in this research, collected in April and September from monitoring result of
PT. NNT. The data was analyzed for relative abundance, diversity index (H’),
eveness index (E), and dominance index (C). The amount of total fishes caught in
headwater stream of Sekongkang river during 2008-2013 were 2640 individuals
consist of 40 species from 13 families of 6 order. The most abundance fishes were
famili Gobiidae, Poechilidae, and Eleotrididae. The value H’, E, and C were 2,30;
0,62; and 0,15. Fish diversity in the upper Sekongkang river was high evently
distributed with no dominated species in fish community. Factors affecting fish
community is addressed to habitat heterogenity, water quality, and habitat
availability.
Key words: diversity, dominance, evennes, fish community, Sekongkang River
DINAMIKA STRUKTUR KOMUNITAS IKAN
DI BAGIAN HULU SUNGAI SEKONGKANG,
PULAU SUMBAWA
YULIA SARTIKA DEWI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber daya Perairan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Slaipsi: Dinamika Struktur Komunitas Ikan di Bagian Hulu Sungai
Sekongkang, Pulau Sumbawa
: Yulia Sartika Dewi
Nama
: C24090052
NIM
Disetujui oleh
Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc
Pembimbing I
セ
Tanggal Lulus:
Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc
Ketua Departemen
1 6 1 22 0 1 3
Judul Skripsi : Dinamika Struktur Komunitas Ikan di Bagian Hulu Sungai
Sekongkang, Pulau Sumbawa
Nama
: Yulia Sartika Dewi
NIM
: C24090052
Disetujui oleh
Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc
Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi yang berjudul “Dinamika Struktur Komunitas Ikan di
Bagian Hulu Sungai Sekongkang, Pulau Sumbawa” ini dapat diselesaikan. Skripsi
ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelasaikan studi
di Departemen Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada :
1. Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc selaku dosen pembimbing.
2. Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc selaku dosen penguji.
3. Dr Ir Yunizar Ernawati, MS selaku Komisi Pendidikan Departemen
Manajemen Sumber daya Perairan.
4. Prof Mennofatria Boer selaku dosen pembimbing akademik.
5. Keluarga tercinta ayah Surachman, Ibu Tungging Sarwo Rini, kakak
Endy Kurniawan dan Bagus Ananta Wibawa yang telah memberikan
dukungan dan kasih sayangnya.
6. Sahabat tercinta Indri Dwi Handayani, Kania Dewi Nastiti, Yuni Tri
Utami, Irma Oktiani, Silvia Kusumarini, Mega Magaretha Rachmadianti
yang telah memberikan semangat.
7. Aisya Intan Widya Satria, Teman-teman MSP 46, MSP 48, MSP 47,
MSP 45, serta Teman-teman Puri Fikriyyah.
8. Semua civitas akademika MSP.
9. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan di masa depan. Demikian skripsi ini disusun,
semoga bermanfaat.
Bogor, Desember 2013
Yulia Sartika Dewi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL………………………………………………………………... x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….. x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………... x
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................................. 2
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 2
Alat dan Bahan .................................................................................................... 3
Pengumpulan Data .............................................................................................. 3
Prosedur Analisis Data ........................................................................................ 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 6
Kelimpahan Relatif Ikan ..................................................................................... 6
Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi Ikan ..................................... 10
Alternatif Pengelolaan ....................................................................................... 16
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 16
Simpulan ............................................................................................................ 16
Saran .................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
LAMPIRAN…………………………………………………………………….. 20
RIWAYAT HIDUP……………………………………………………………... 25
DAFTAR TABEL
1
2
Kelimpahan relatif spesies ikan berdasarkan stasiun pengamatan……………6
Jumlah spesies, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan
indeks dominansi ikan di hulu Sungai Sekongkang…………………………11
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
Peta lokasi penelitian………………………………………………………….3
Kelimpahan relatif famili ikan di hulu Sungai Sekongkang ………………….9
Indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi, dan
jumlah jenis ikan berdasarkan waktu pengamatan di hulu Sungai
Sekongkang ………………………………………………………………….12
Indeks keanekaragaman ikan berdasarkan waktu pengamatan di setiap
stasiun pengambilan sampel…………………………………………………13
Indeks keseragaman ikan berdasarkan waktu pengamatan di setiap
stasiun pengambilan sampel…………………………………………………14
Indeks dominansi ikan berdasarkan waktu pengamatan di setiap stasiun
pengambilan sampel…………………………………………………………14
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Data kelimpahan relatif spesies di hulu Sungai Sekongkang………………..21
Data kelimpahan relatif famili ikan di hulu Sungai Sekongkang……………22
Data jumlah ikan yang ditangkap, indeks keanekaragaman, indeks
keseragaman, dan indeks dominansi di hulu Sungai Sekongkang …………..22
Ikan-ikan yang ditangkap di Sungai Sekongkang …………………………...23
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sungai merupakan salah satu tipe perairan mengalir yang alirannya berasal
dari hulu hingga bermuara di hilir. Sungai merupakan tempat interaksi antara
komponen biotik maupun abiotik yang saling terkait dan membentuk sistem.
Perairan sungai banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk menunjang berbagai
kegiatan seperti pertanian, kehutanan, pertambangan, industri, dan rumah tangga,
yang dapat menimbulkan gangguan terhadap kondisi ekosistem tersebut.
Komunitas adalah beberapa kumpulan populasi makhluk hidup di wilayah
atau area tertentu (Krebs 1972). Struktur komunitas merupakan jumlah
kelimpahan setiap jenis dalam komunitas tersebut dan dapat dideskripsikan
melalui variasi total dan subtotal dari kelimpahannya maupun dengan estimasi
biomasa (Korkmaz and Zencir 2009). Struktur komunitas ikan mengkaji
keragaman hayati ikan yang menyusun suatu ekosistem perairan. Ikan memiliki
fungsi ekologis di sungai dan keberadaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan perairan sehingga ikan dapat dijadikan bioindikator kualitas perairan.
Keragaman spesies ikan dapat menunjukkan tingkat kompleksitas dan kestabilan
dari komunitas ikan tersebut. Pengaruh kegiatan antropogenik atau faktor alami
lainnya yang dapat mengubah kualitas dan kondisi perairan sungai akan
berdampak pada kehidupan ikan. Perubahan kualitas air baik sifat fisika atau
kimia dapat mempengaruhi keberadaan komunitas ikan. Keadaan ini
mengakibatkan perubahan keragaman spesies ikan yang terdapat pada komunitas
ikan di sungai dari waktu ke waktu.
Kawasan Batu Hijau, Sumbawa memiliki potensi sumber daya alam yang
cukup banyak diantaranya tambang emas dan empat sungai yang bermuara ke
Samudera Hindia. Keempat sungai tersebut berada di sekitar kawasan tambang
emas milik PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT), sungai-sungai tersebut
yakni Sungai Sekongkang, Sejorong, Tongkoloka, dan Tatarloka. Sungai
Sekongkang merupakan sungai yang alirannya melewati desa Sekongkang Atas
dan Sekongkang Bawah hingga bermuara di Samudera Hindia. Umumnya sungai
tersebut memiliki karakteristik substrat berbatu, berarus deras, dan ikan-ikan yang
hidup di bagian hulu memiliki adaptasi pada arus deras. Masyarakat sekitar
memanfaatkan sungai tersebut untuk kebutuhan rumah tangga, irigasi, dan
menangkap ikan. Di daerah dekat hulu Sungai Sekongkang terdapat kegiatan
pertambangan emas yang juga memanfaatkan daerah aliran sungai tersebut.
Sungai Sekongkang merupakan salah satu sungai yang terkena dampak dari
kegiatan tersebut (Nurlela 2002). Ekosistem perairan tersebut menjadi habitat bagi
beberapa jenis ikan diantaranya dari famili Gobiidae.
Dinamika struktur komunitas ikan diperlukan untuk mengukur tingkat
perubahan struktur komunitas melalui perhitungan pada jumlah, jenis, dan
kelimpahan ikan. Perubahan struktur komunitas ikan dapat menggambarkan
dinamika perubahan lingkungan perairan. Perubahan lingkungan yang terjadi
akibat pemanfaatan daerah sepanjang aliran Sungai Sekongkang berdampak pada
ikan-ikan sehingga dapat mempengaruhi struktur komunitas ikan di sungai
tersebut. Sungai Sekongkang merupakan salah satu sungai yang dimonitoring oleh
2
PT. Newmont Nusa Tenggara terkait dengan kegiatan penambangan emas
dikawasan Batu Hijau. Monitoring dilakukan sejak tahun 1990-an dengan
melakukan eksplorasi data jenis dan kelimpahan ikan untuk dapat memantau
struktur komunitas ikan di sungai tersebut. Saat ini masih sedikit informasi
mengenai perubahan struktur komunitas ikan yang menyusun ekosistem Sungai
Sekongkang. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai dinamika struktur
komunitas ikan di Sungai Sekongkang untuk mengetahui keanekaragaman hayati,
khususnya ikan yang menyusun ekosistem tersebut. Pengetahuan keanekaragaman
hayati ini dapat dijadikan indikator perubahan kualitas lingkungan perairan sungai
dan membantu upaya konservasi di masa datang.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman jenis
komunitas ikan yang ada di bagian hulu Sungai Sekongkang, Pulau Sumbawa
selama periode tahun 2008 hingga 2013 dengan menganalisis variasi spasial dan
temporal komunitas ikan.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar informasi dan perkembangan
keanekaragam hayati khususnya ikan yang ada di Sungai Sekongkang serta
sebagai informasi upaya pelestarian keanekaragaman hayati di sungai tersebut.
Perumusan Masalah
Sungai Sekongang merupakan salah satu sungai yang berada di kawasan
tambang emas Batu Hijau, Sumbawa. Sungai ini banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai. Berbagai kegiatan yang ada di
sekitar aliran sungai dari bagian hulu hingga hilir memberikan dampak pada
kondisi dan kualitas perairannya. Hal ini berpengaruh pada biota, terutama ikan
yang menyusun ekosistem kawasan sungai tersebut.
Perubahan lingkungan akan berpengaruh kepada jenis ikan yang hidup di
sungai. Setiap jenis ikan memiliki kemampuan yang berbeda untuk mentoleransi
perubahan lingkungan. Ikan dengan kemampuan tinggi dalam mentoleransi
perubahan kondisi perairan akan lebih bertahan daripada ikan dengan kemampuan
yang rendah. Hal ini akan berdampak pada perubahan komunitas ikan yang
menyusun ekosistem Sungai Sekongkang. Jumlah dan jenis ikan yang menyusun
komunitas tersebut akan berubah seiring dengan kemampuan adaptasi ikan.
Perubahan spesies ikan didalam komunitas mempengaruhi keanekaragaman
spesies ikan di Sungai Sekongkang. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan kondisi perairan terhadap
perubahan struktur komunitas ikan yang menyusun ekosistem di Sungai
Sekongkang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer yang diperoleh
dari hasil monitoring PT. Newmont Nusa Tenggara di Sungai Sekongkang. Data
sekunder yang digunakan adalah data lima tahun terakhir yaitu tahun 2008 hingga
2012 sedangkan data primer yang digunakan diambil pada bulan Maret 2013.
3
Ikan-ikan hasil tangkapan dianalisis di laboratorium Biomakro 1, Departemen
Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk mengidentifikasi data primer yaitu buku
identifikasi ikan ciptaan Kottelat et al. (1993), Allen (2000), alat tulis, pinset, kaca
pembesar, dan kamera. Alat yang digunakan untuk menganalisis data sekunder
dan data primer yaitu laptop atau PC dengan sistem operasi Windows 7 dan
program Microsoft Excel. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu ikan
hasil tangkapan di hulu Sungai Sekongkang, formalin 10%, dan data sekunder
tahun 2008-2013 hasil monitoring PT. Newmont Nusa Tenggara.
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dan
data primer hasil tangkapan ikan di Sungai Sekongkang yang diambil dari hasil
monitoring PT. Newmont Nusa Tenggara. Data monitoring diambil dua kali
dalam setahun untuk mewakili musim kemarau atau kering dan musim hujan atau
basah. Pengambilan data pada musim kemarau dilakukan pada bulan April
sedangkan musim hujan pada bulan September. Penelitian ini menggunakan data
sekunder lima tahun terakhir yaitu tahun 2008 hingga 2012. Data primer diambil
pada bulan Maret 2013. Stasiun pengambilan sampel ikan dibagi menjadi dua
tempat di bagian hulu, yaitu SEK 12 dan SEK 20. Metode pengambilan contoh
4
ikan dilakukan dengan metode non-probability sampling yaitu purposive sampling
based from profesionalism. Stasiun pengambilan contoh ditentukan berdasarkan
perbedaan karakteristik lingkungannya dan setiap populasi ikan yang ada di
habitat tersebut memiliki peluang yang tidak sama untuk tertangkap. Ikan
ditangkap menggunakan alat electrofishing. Penangkapan ikan dilakukan selama 1
jam sepanjang 1-2 km di setiap stasiun pengambilan contoh. Jalur penangkapan
berbentuk zig zag dan berlawanan dengan arah aliran arus air. Ikan hasil
tangkapan diidentifikasi menggunakan buku identifikasi ikan di laboratorium
Biomakro 1, Departemen Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Prosedur Analisis Data
Data yang dianalisis untuk ikan-ikan sungai meliputi data kelimpahan relatif,
keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi. Data tersebut dianalisis menurut
kaidah sebagai berikut:
Kelimpahan Relatif
Komposisi ikan dapat dilihat berdasarkan kelimpahan ikan yang ada disuatu
ekosistem. Kelimpahan dapat diukur menggunakan densitas, biomasa, atau
produktivitas (Krebs 1972). Perhitungan kelimpahan relatif berdasarkan
presentase perbandingan jumlah spesies, dihitung menggunakan persamaan
(Krebs 1972) :
ni
×
%
Kr =
N
Keterangan :
Kr = kelimpahan relatif
ni = jumlah individu spesies ke-i
N = jumlah total individu semua spesies yang tertangkap
Indeks Keanekaragaman Jenis
Indeks keanekaragaman jenis adalah indeks untuk mengetahui tingkat
keanekaragaman jenis dalam komunitas dan menunjukkan keseimbangan dalam
pembagian jumlah individu tiap spesies (Odum 1971). Keanekaragaman
tergantung pada jumlah spesies dan kelimpahan setiap spesies yang ditemukan di
dalam komunitas (Jain et al. 2012). Keanekaragaman ikan dihitung dengan
menggunakan indeks Shannon (Odum 1971; Krebs 1972; Ludwig and Reynolds
1988) :
n
ni
ni
′
H = − ∑ ( ) ln ( )
N
N
i=0
Keterangan :
H’ = indeks Shannon
ni = jumlah individu spesies ke-i
N = jumlah total individu semua spesies
5
Indeks Keseragaman
Indeks keseragaman merupakan indeks yang menggambarkan ukuran
jumlah individu antara spesies dalam suatu komunitas ikan (Odum 1996 in Jukri
et al. 2013). Keseragaman merupakan ukuran dari kelimpahan relatif dari setiap
spesies-spesies yang berbeda yang menyusun keanekaragaman disuatu ekosistem
(Jain et al. 2012). Indeks tersebut menunjukkan kemerataan sebaran individu
setiap spesies. Semakin merata penyebaran individu antara spesies maka
keseimbangan ekosistem semakin meningkat. Keseragaman dalam komunitas
dapat dihitung dengan persamaan indeks keseragaman (evennes) (Odum 1971;
Krebs 1972; Ludwig and Reynolds 1988) :
H′
E=
ln S
Keterangan :
E = indeks keseragaman
H’= indeks Shannon
S = jumlah jenis spesies didalam komunitas
Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0 hingga 1. Nilai indeks
mendekati nol menunjukkan bahwa jumlah individu disatu atau beberapa spesies
relatif banyak tetapi beberapa spesies yang lainnya memiliki jumlah individu yang
relatif sedikit atau kemerataan antara spesiesnya rendah. Nilai indeks mendekati
satu menunjukkan bahwa jumlah individu setiap spesies relatif sama atau
kemerataan antara spesies relatif merata.
Indeks Dominansi
Spesies dominan dapat diketahui berdasarkan jumlah kelimpahan spesies
atau biomasanya dalam suatu komunitas. Spesies kunci tidak selalu menjadi
spesies yang dominan dikomunitas (Krebs 2008). Dominansi suatu spesies di
dalam komunitas dihitung menggunakan persamaan (Odum 1971) :
n
ni 2
C = ∑( )
N
i=0
Keterangan :
C = indeks dominansi
ni = jumlah individu spesies ke-i
N = jumlah total individu semua spesies
Nilai indeks dominansi berkisar antara 0 hingga 1. Nilai mendekati nol
menunjukkan di dalam komunitas terdapat beragam spesies sehingga tidak ada
jenis spesies tertentu yang mendominasi. Nilai mendekati satu menunjukkan
adanya suatu jenis spesies tertentu mendominasi komunitas.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelimpahan Relatif Ikan
Ikan yang ditangkap di bagian hulu Sungai Sekongkang dari tahun 2008
hingga 2013 berjumlah 2640 ekor yang terdiri dari 40 jenis spesies ikan dari 13
famili dan 6 ordo. Komposisi ikan yang ditangkap pada stasiun SEK 12 berjumlah
1225 ekor yang terdiri dari 26 jenis spesies dan stasiun SEK 20 berjumlah 1415
ekor yang terdiri dari 32 jenis spesies. Jumlah jenis ikan yang ditangkap di stasiun
SEK 20 lebih banyak daripada di stasiun SEK 12. Stasiun SEK 12 terletak lebih
ke arah hulu dibandingkan dengan stasiun SEK 20. Menurut Ostrand and Wilde
(2002), komposisi spesies ikan di sungai berubah dari bagian hulu ke hilir. Hal ini
karena adanya perbedaan faktor kimia, fisika, dan karakteristik habitat di hulu
maupun hilir sehingga terjadi heterogenitas habitat. Heterogenitas meningkat
sepanjang gradien hulu ke hilir sehingga akan berpengaruh pada komunitas ikan
yang menghuni daerah tersebut (Taylor et al. 2006). Semakin ke arah hilir, arus
sungai semakin lamban dan unsur hara atau makanan bagi ikan semakin
meningkat jumlahnya mengakibatkan ikan yang ditemukan juga semakin beragam.
Semakin ke arah hulu, arus semakin cepat sehingga diperlukan adaptasi-adaptasi
khusus pada ikan untuk bertahan hidup. Arus merupakan faktor pembatas dan
pengontrol bagi organisme di sungai. Kecepatan arus mempengaruhi distribusi
ikan di sungai daripada faktor abiotik lainnya (Casatti and Castro 1998). Data
jenis dan kelimpahan relatif ikan di Sungai Sekongkang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kelimpahan relatif spesies ikan berdasarkan stasiun pengamatan
Organisme
SEK 12
(%)
SEK 20
(%)
Total
(%)
1
2
3
4
0,09
1,34
1,14
0,08
0,64
0,38
4,08
0,08
-
4,17
2,12
0,07
4,13
1,14
0,04
0,04
0,24
4,16
23,18
0,11
14,36
-
0,21
0,11
A. Ordo Anguilliformes
- Famili Anguillidae
Anguilla marmorata
B. Ordo Beloniformes
- Famili Oryziidae
Oryzias javanicus
C. Ordo Cypriniformes
- Famili Cyprinidae
Puntius binotatus
Puntius orphoides
Puntius sp.
Rasbora lateristriata
D. Ordo Cyprinodontiformes
- Famili Poecilidae
Poecilia sp.
Xiphophorus helleri
E. Ordo Perciformes
- Famili Anabantidae
Anabas testudineus
7
Tabel 1 Lanjutan
1
- Famili Belontiidae
Trichogaster trichopterus
- Famili Chandidae
Chandidae sp.
- Famili Cichlidae
Oreochromis mossambicus
- Famili Eleotrididae
Belobranchus belobranchus
Butis butis
Eleotris melanosoma
Ophieleotris aporos
- Famili Gobiidae
Awaous sp.
Glossogobius biocellatus
Glossogobius celebius
Glossogobius giuris
Glossogobius sp.
Gobiidae sp.
Lentipes sp.
Papillogobius reichei
Pseudogobiopsis sp.
Redigobius isognathus
Redigobius sp.
Schismatogobius bruynisi
Schismatogobius marmoratus
Sicyopterus cynocephalus
Sicyopterus longifilis
Sicyopterus microcephalus
Sicyopus sp.
Stenogobius sp.
Stiphodon elegans
Stiphodon semoni
Stiphodon sp.
- Famili Kuhlidae
Kuhlia marginata
- Famili Rhyacichthyidae
Rhyacichthys aspro
F. Ordo Synbranchiformes
- Famili Synbranchidae
Monopterus albus
Total
Total individu
2
3
4
-
0,07
0,04
-
0.28
0.15
-
0,07
0,04
8,49
1,14
0,08
2,54
0,07
1,63
0,57
5,03
0,04
1,40
0,34
0,49
1,39
0,33
0,16
0,08
0,08
0,08
10.12
28,24
22,45
0,41
0,41
12,24
2,69
1,39
0,07
0,07
0,07
1,06
0,14
2,97
0,14
0,21
0,21
1.27
17,53
22,61
0,14
13,85
0,57
1,77
0,23
0,04
0,04
0,04
0,57
0,08
0,64
1,74
0,08
0,11
0,11
0,15
0,04
5.38
22,50
22,54
0,27
0,19
13,11
1,55
1,59
-
0,07
0,04
0,08
-
0,04
0,08
100,00
1225
0,28
100,00
1415
0,19
100,00
2640
Berdasarkan distribusi spasial, ikan yang memiliki kelimpahan relatif
tertinggi di stasiun SEK 12 yaitu Sicyopterus longifilis (28,24%), Sicyopterus
microcephalus (22,45%), dan Stiphodon elegans (12,24%); sedangkan pada
8
stasiun SEK 20 ikan yang memiliki kelimpahan relatif tertinggi yaitu Xiphophorus
helleri (23,18%), S. microcephalus (22,61%), dan S. longifilis (17,53%). Spesies
ikan yang memiliki kelimpahan relatif tertinggi dikedua stasiun tersebut jenisnya
hampir sama. S. microcephalus dan S. longifilis merupakan spesies yang
jumlahnya cukup melimpah dikedua stasiun. Hal ini disebabkan kedua spesies
ikan ini mempunyai kemampuan beradaptasi yang baik untuk bertahan hidup di
sungai bagian hulu.
Data tahun 2008-2013 menunjukkan bahwa spesies-spesies ikan dengan
kelimpahan relatif spesies tertinggi yang terdapat di hulu Sungai Sekongkang
yaitu S. microcephalus (22,54%), S. longifilis (22,50%), Xiphophorus helleri
(14,36%), Stiphodon elegans (13,11%) dan S. cynocephalus (5,38%). Kelima ikan
tersebut merupakan spesies ikan yang ditemukan di kedua stasiun pengamatan.
Hal ini menunjukkan habitat Sungai Sekongkang merupakan tempat yang baik
untuk hidup ikan-ikan tersebut. S. microcephalus, S. longifilis, Stiphodon elegans,
dan S. cynocephalus merupakan spesies native yang memiliki kemampuan
adaptasi yang baik di bagian hulu sungai. Keempat spesies ikan tersebut memiliki
bentuk sirip ventral yang menyerupai cakram untuk memudahkan ikan-ikan
tersebut hidup di kondisi sungai dengan arus yang deras. Selain itu, kondisi
substrat Sungai Sekongkang yang berbatu membantu ikan-ikan tersebut untuk
menempel pada substrat dan berlindung dari arus yang deras. Menurut Boseto et
al. (2007), habitat yang baik bagi ikan-ikan tersebut adalah sungai dengan substrat
berbatu atau berkerikil. Xiphophorus helleri merupakan spesies ikan introduksi
yang kelimpahan spesiesnya paling tinggi jika dibandingkan dengan spesies
introduksi lainnya yang ditemukan di Sungai Sekongkang. Ikan ini merupakan
salah satu jenis ikan hias yang dapat bereproduksi secara optimal pada suhu 2226oC (Tamaru et al. 2001). Kelimpahan spesies ikan tersebut tinggi disebabkan
kondisi perairan Sungai Sekongkang cukup efektif untuk berkembang biak. Jenis
makanan yang dimakan oleh ikan ini bermacam-macam atau bersifat omnivora
sehingga memudahkan ikan ini untuk berkembang (Kottelat et al. 1993; Tamaru
et al. 2001).
Ikan-ikan yang tertangkap di hulu Sungai Sekongkang terdiri dari 13 famili.
Berdasarkan jumlah jenis spesies yang terdapat pada masing-masing famili, famili
Gobiidae memiliki jenis spesies terbanyak yaitu 21 jenis spesies; Cyprinidae dan
Eleotrididae terdiri dari empat jenis spesies; Poeciliidae terdiri dari dua jenis
spesies; sedangkan Anabantidae, Anguillidae, Belontiidae, Chandidae, Cichlidae,
Kuhlidae, Oryziidae, Rhyacichthydae, dan Synbranchidae masing-masing terdiri
dari satu jenis spesies. Data kelimpahan relatif famili ikan di bagian hulu Sungai
Sekongkang dapat dilihat pada Gambar 2.
Famili yang memiliki kelimpahan relatif tertinggi di sungai ini adalah
Gobiidae (70,98%), Poeciliidae (14,47%), dan Eleotrididae (7,08%). Gobiidae
menjadi famili yang memiliki kelimpahan relatif tertinggi disebabkan anggota dari
spesies ini banyak ditangkap dikedua stasiun pengamatan. Selain itu, bentuk tubuh
yang kecil, tingkah laku seperti kemampuan untuk memanjat atau naik ke daerah
hulu, dan adaptasi morfologi seperti adanya alat penempel di bagian sirip ventral
yang dimiliki oleh sebagian besar anggota famili Gobiidae membantu spesies ikan
ini untuk bertahan hidup, mencari makan, dan bergerak pada kondisi arus sungai
yang deras di bagian hulu (Ryan 1991; Tweedley et al. 2013). Arus yang deras di
hulu sungai mengakibatkan ikan-ikan sulit untuk mempertahankan posisinya di
9
Kelimpahan relatif (%)
kolom perairan sehingga famili Gobiidae menggunakan sirip ventralnya untuk
menempel pada substrat. Hal ini membuat famili Gobiidae lebih efisien dalam
memanfaatkan energinya dibandingkan dengan jenis famili ikan lainnya (Ryan
1991). Menurut Boseto et al. (2007), famili Gobiidae juga dapat hidup dengan
baik pada kondisi substrat berbatu atau kerikil dan kualitas air yang masih baik.
Hal ini menunjukkan bahwa Sungai Sekongkang merupakan habitat yang baik
bagi kehidupan ikan-ikan dari famili Gobiidae.
85
80
75
70
65
60
55
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Famili
SEK 12
SEK 20
Gambar 2 Kelimpahan relatif famili ikan di hulu Sungai Sekongkang
Famili Eleotrididae merupakan spesies yang jumlah jenis spesiesnya paling
banyak ditemukan di hulu Sungai Sekongkang setelah Gobiidae. Sebagian besar
spesies dari famili ini berada di stasiun SEK 20 yang letaknya lebih ke arah hilir
dibandingkan stasiun SEK 12. Menurut Tweedley et al. (2013), famili ini lebih
banyak ditemukan di daerah hulu sungai dengan ketinggian yang lebih rendah dan
memiliki tipe substrat berpasir serta terdapat endapan sedimen. Tipe substrat juga
mempengaruhi struktur komunitas ikan di sungai. Hal ini karena beberapa jenis
spesies ikan sungai hidupnya tergantung pada karakteristik tipe substratnya dan
komponen tipe substrat untuk setiap individu berbeda-beda (Lyons 1989; Doughty
and Maitland 1994; Pires et al. 1999 in Humpl and Pivincka 2006). Substrat
merupakan salah satu faktor yang penting untuk kehidupan famili Gobiidae dan
Eleotrididae karena ikan-ikan tersebut memanfaatkan substrat untuk berlindung
dan mencari makan. Eleotrididae juga memiliki kemampuan memanjat atau
bergerak naik ke arah hulu dengan bantuan sirip ventralnya (Ryan 1991).
Famili Gobiidae dan Eleotrididae merupakan ikan-ikan yang memiliki
kemampuan adaptasi morfologi yang baik untuk hidup di sungai bagian hulu yang
10
berarus deras. Hal ini mengakibatkan famili kedua ikan ini jumlahnya relatif
melimpah di Sungai Sekongkang. Selain itu, rata-rata spesies dari kedua famili
ikan ini bersifat amphidromus yaitu melakukan ruaya dari sungai ke laut untuk
melangsungkan fase hidupnya (Ryan 1991; Tweedley et al. 2013). Famili
Gobiidae bereproduksi di hulu sungai dan telur-telurnya akan hanyut terbawa air
ke laut. Hal ini akan lebih menguntungkan famili Gobiidae karena lebih sedikit
mengeluarkan energi dibandingkan ikan jenis lainnya untuk beruaya guna
bereproduksi (Ryan 1991). Setelah menjalani masa larva di lautan, ikan ini akan
beruaya kembali ke hulu sungai sehingga ikan-ikan Gobiidae yang banyak
ditemukan di hulu Sungai Sekongkang masih dalam tahap juvenil. Distribusi
famili Gobiidae tergolong luas karena famili tersebut bersifat euryhaline. Menurut
Tweedley et al. (2013), distribusi larva dan juvenil muda dari famili Eleotrididae
juga berada di lautan sehingga banyak ditemukan juvenil famili tersebut di Sungai
Sekongkang.
Kelimpahan relatif famili ikan Gobiidae juga tinggi di bagian hulu Sungai
Sekongkang disebabkan trofik level ikan tersebut luas. Famili ini bersifat herbivor,
bahkan dapat bersifat omnivor hingga karnivor (Ryan 1991). Trofik level yang
luas menguntungkan famili ini dalam berkembang karena perubahan trofik level
sesuai dengan fase hidup Gobiidae sehingga memudahkan ikan untuk makan.
Famili Poeciliidae merupakan famili ikan introduksi yang kelimpahannya cukup
tinggi di Sungai Sekongkang. Famili tersebut bersifat omnivor sehingga
memudahkan ikan tersebut dalam mencari makanannya (Tamaru et al. 2001).
Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi Ikan
Data hasil ikan yang ditangkap di hulu Sungai Sekongkang dari tahun 2008
hingga 2013 pada Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman,
keseragaman, dan dominansi di Sungai Sekongkang berturut-turut adalah 2,30;
0,62; dan 0,15. Nilai indeks keanekaragaman (H’) tersebut memperlihatkan nilai
yang cukup tinggi sehingga bagian hulu Sungai Sekongkang memiliki
keanekaragaman spesies yang tinggi. Jenis substrat di Sungai Sekongkang yang
berupa batuan berpengaruh terhadap keanekaragaman ikan yang ada di sungai
tersebut. Sungai dengan substrat berbatu atau berkerikil mempunyai
keanekaragaman spesies yang lebih tinggi dibandingkan dengan sungai yang
memiliki substrat berlumpur. Hal ini karena batuan akan menyediakan relung atau
niche yang lebih luas untuk ikan (Boseto et al. 2007). Menurut Kristina (2001),
keanekaragaman spesies yang tinggi dapat mengindikasikan stabilitas suatu
ekosistem. Suatu ekosistem yang memiliki keanekaragaman spesies tinggi
menunjukkan keseimbangan di dalam ekosistem tersebut lebih baik dan memiliki
elastisitas yang tinggi dalam menghadapi bencana, seperti penyakit, predator, dan
lainnya dibandingkan dengan ekosistem yang memilki keanekaragaman spesies
rendah.
Nilai indeks keseragaman (E) yang mendekati nilai satu juga menunjukkan
setiap spesies yang ada di sungai tersebut kelimpahannya relatif merata.
Keanekaragaman dan keseragaman berhubungan dengan distribusi spesies di
dalam komunitas (Suarez et al. 2007). Indeks dominansi (C) di Sungai
Sekongkang mendekati nilai 0 yang mengindikasikan bahwa di sungai tersebut
11
tidak terjadi dominansi atau tidak ada spesies tertentu yang mendominasi sehingga
spesies-spesies ikan di sungai tersebut terdistribusi secara merata. Data jumlah
spesies, indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi ikan di hulu Sungai
Sekongkang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah spesies, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks
dominansi ikan di hulu Sungai Sekongkang
Tahun
Musim
kemarau
hujan
kemarau
2009
hujan
kemarau
2010
hujan
kemarau
2011
hujan
kemarau
2012
hujan
2013
kemarau
Total
2008
n
SEK SEK
12
20
28
43
37
133
86
121
143
269
208
136
67
111
59
133
7
100
67
126
399
53
124
190
2640
H'
SEK SEK
12
20
1.07 0.76
1.69 1.17
1.69 2.00
1.64 1.65
0.90 1.15
0.93 0.65
1.25 1.36
0.80 1.18
1.67 0.99
1.16 1.64
0.94 1.02
2.30
E
SEK SEK
12
20
0.77 0.42
0.81 0.51
0.77 0.69
0.75 0.66
0.65 0.64
0.48 0.37
0.64 0.62
0.72 0.51
0.93 0.55
0.60 0.75
0.43 0.46
0.62
C
SEK SEK
12
20
0.39 0.67
0.26 0.48
0.22 0.21
0.25 0.27
0.49 0.38
0.59 0.72
0.43 0.39
0.55 0.47
0.20 0.49
0.29 0.27
0.61 0.56
0.15
Berdasarkan waktu pengamatan, ikan yang ditangkap setiap tahun pada
musim kemarau rata-rata jumlahnya lebih sedikit dibandingkan pada saat musim
hujan. Berdasarkan Gambar 3, hasil ikan yang ditangkap dari tahun 2008-2013
menunjukkan nilai H’ ikan di Sungai Sekongkang berkisar 0,78-2,10; E berkisar
0,40-0,76; dan C berkisar 0,17-0,67. Nilai ketiga indeks tersebut pada masingmasing musim berbeda-beda. Musim kemarau menunjukkan nilai H’, E, dan C
berturut-turut berkisar 1,01-2,10; 0,43-0,76; 0,17-0,58. Nilai-nilai indeks tersebut
pada musim hujan berturut-turut yaitu 0,78-1,75; 0,40-0,66; 0,25-0,67.
Keanekaragaman jenis ikan dari tahun ke tahun pada musim kemarau dan
hujan di Sungai Sekongkang rata-rata mengalami penurunan. Hal ini ditunjukkan
dari kecenderungan grafik yang mengalami penurunan selama periode enam tahun
pengamatan. Jumlah jenis ikan yang ditangkap berfluktuasi dari tahun ke tahun.
Rata-rata jumlah jenis ikan yang ditangkap juga cenderung mengalami penurunan
selama enam tahun terakhir. Penurunan terjadi secara berturut-turut dari periode
tahun 2010 hingga 2013. Penurunan keanekaragaman jenis dan jumlah jenis ikan
disebabkan oleh ketersediaan habitat bagi ikan yang semakin berkurang. Hal ini
dapat disebabkan adanya perbedaan curah hujan. Perbedaan curah hujan dapat
mengakibatkan struktur komunitas ikan di suatu tempat berubah secara temporal
(Eikaas & McIntosh 2006; Jenkins et al. 2010 in Simanjuntak 2012). Curah hujan
yang tidak menentu setiap tahunnya dapat mempengaruhi ketersediaan habitat
ikan. Ketersediaan habitat ikan berkaitan dengan kedalaman sungai, debit air, dan
kondisi kualitas perairan.
12
18
2.50
16
2.00
14
12
1.50
Indeks
10
8
1.00
6
4
0.50
2
0
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
0.00
2008
2009
2010
2011
2012
2013
+
-
+
-
-
-
Waktu pengamatan
Jumlah jenis ikan
H'
E
C
Gambar 3 Indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi, dan
jumlah jenis ikan berdasarkan waktu pengamatan di hulu Sungai
Sekongkang
Nilai H’ dan E pada musim kemarau nilainya lebih tinggi daripada saat
musim hujan. Namun, keanekaragaman dan keseragaman ikan di kedua musim
masih tergolong tinggi. Sebaliknya, pada musim hujan nilai C lebih tinggi
daripada musim kemarau. Jumlah individu dan keanekaragaman ikan pada musim
kemarau berbeda dengan musim hujan. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan
ketersediaan habitat ikan di sungai pada kedua musim. Debit sungai pada musim
kemarau lebih kecil daripada saat musim hujan sehingga habitat ikan menjadi
berkurang. Jumlah ikan yang ditangkap menjadi semakin sedikit. Namun,
keanekaragaman dan keseragaman ikan di musim kemarau lebih tinggi jika
dibandingkan dengan musim hujan. Menurut Simanjuntak (2012), ikan yang
ditangkap dimusim kemarau lebih beragam daripada musim hujan karena pada
saat musim hujan kekeruhan air meningkat akibat adanya run off sehingga
berpengaruh terhadap keragaman dan kelimpahan spesies ikan. Indeks dominansi
ikan pada musim hujan lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau. Hal ini
13
dikarenakan saat musim hujan ikan-ikan yang mampu bertahan hidup merupakan
ikan yang dapat bertahan pada kondisi perairan dengan kekeruhan yang tinggi.
Famili ikan yang jumlah jenis dan tangkapannya terbanyak pada kedua musim
adalah Gobiidae. Famili Gobiidae merupakan jenis famili ikan yang umumnya
memiliki keanekaragaman dan jumlah spesies yang tinggi di hulu-hulu sungai
tropis di kawasan Indo Pasifik (Ryan 1991; Jenkins et al. 2010; McDowall 2010;
Thuesen et al. 2011 in Tweedley et al. 2013).
Nilai H’ pada musim kemarau di stasiun SEK 12 nilainya rata-rata lebih
rendah daripada di stasiun SEK 20. Nilai H’ pada musim kemarau di stasiun SEK
12 berkisar 0,90-1,69 sedangkan di stasiun SEK 20 nilainya berkisar 0,76-1,99.
Musim hujan menunjukkan hasil H’ yang berbeda dengan musim kemarau.
Stasiun SEK 12 memiliki nilai H’ rata-rata yang lebih tinggi daripada stasiun SEK
20 yakni berkisar 0,80-1,69 sedangkan di stasiun SEK 20 berkisar 0,65-1,65.
Nilai E di stasiun SEK 12 pada musim kemarau rata-rata berkisar 0,43-0,93
sedangkan pada musim hujan rata-rata berkisar 0,48-0,81. Nilai E di stasiun SEK
20 rata-rata pada musim kemarau berkisar 0,42-0,69 sedangkan pada musim hujan
nilainya rata-rata berkisar 0,37-0,75. Rata-rata nilai tersebut lebih tinggi pada
musim kemarau daripada saat musim hujan.
Musim kemarau di stasiun SEK 12 menunjukkan nilai C berkisar 0,20-0,61
sedangkan di stasiun SEK 20 nilainya berkisar 0,21-0,67. Musim hujan di stasiun
SEK 12 nilai C rata-ratanya berkisar 0,25-0,59 sedangkan di stasiun SEK 20
nilainya berkisar 0,27-0,72. Grafik nilai indeks keanekaragaman, keseragaman,
dan dominansi berdasarkan waktu pengamatan di setiap stasiun pengambilan
sampel dapat dilihat secara berturut-turut pada Gambar 4, Gambar 5, dan Gambar
6.
Indeks keanekaragaman
2.5
2
1.5
1
0.5
2008
+
2009
- - -
2010
+
-
2011
-
+
2012
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
0
2013
-
Waktu pengamatan
H' (SEK 12)
H' (SEK 20)
Gambar 4 Indeks keanekaragaman ikan berdasarkan waktu pengamatan di setiap
stasiun pengambilan sampel
14
1.00
0.90
Indeks Keseragaman
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
2008
2009
2010
2011
Waktu pengamatan
E (SEK 12)
2012
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
0.00
2013
E (SEK 20)
Gambar 5 Indeks keseragaman ikan berdasarkan waktu pengamatan di setiap
stasiun pengambilan sampel
0.80
Indeks Dominnasi
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
2008
2009
2010
2011
Waktu pengamatan
C (SEK 12)
2012
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
0.00
2013
C (SEK 20)
Gambar 6 Indeks dominansi ikan berdasarkan waktu pengamatan di setiap stasiun
pengambilan sampel
15
Interaksi antara habitat dan variasi musiman dalam keanekaragaman
merupakan salah satu hal yang penting untuk membentuk komunitas ikan sungai
(Suarez et al. 2007). Menurut Ostrad and Wilde (2002), keanekaragaman
meningkat secara gradien dari hulu ke hilir. Keanekaragaman ikan pada musim
kemarau di stasiun SEK 12 nilainya lebih kecil daripada SEK 20 dan sebaliknya
pada musim hujan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan ukuran dan heterogenitas
habitat dikedua musim. Perubahan ukuran dan heterogenitas habitat berkorelasi
positif dengan gradien sungai dari hulu ke hilir tetapi berkorelasi negatif dengan
arus sungai (Taylor et al. 2006). Semakin ke arah hilir, ukuran dan heterogenitas
habitat semakin meningkat tetapi kecepatan arus semakin berkurang.
Luas dan kedalaman sungai semakin meningkat di bagian hilir sehingga
habitat bagi ikan semakin besar jika dibandingkan dengan bagian hulu. Debit
sungai pada musim kemarau jumlahnya menurun dan menjadi semakin mengecil
pada lokasi yang berada lebih ke arah hulu. Hal ini berpengaruh terhadap ukuran
atau ketersediaan habitat bagi ikan di sungai. Oleh karena itu, pada stasiun SEK
20 yang letaknya lebih ke arah hilir, ikan yang ditangkap lebih beragam daripada
stasiun SEK 12. Kondisi perairan seperti arus yang meningkat ke arah hulu
berpengaruh terhadap laju limpasan air di sungai. Perairan sungai yang masih
memiliki konektivitas tinggi dengan daratan membuat kondisi perairan banyak
terpengaruh oleh daratan. Kekeruhan yang meningkat pada musim hujan akibat
adanya run off berakibat pada keberadaan ikan di sungai. Semakin ke arah hulu
arus semakin cepat sehingga bahan tersuspensi dan terlarut dalam air semakin
cepat terbilas atau tersapu. Sebaliknya, semakin ke arah hilir arus semakin lambat
dan mengakibatkan bahan-bahan tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk dapat terbilas dari perairan sehingga di bagian hilir terjadi proses
sedimentasi yang lebih tinggi. Perbedaan karakteristik dan kondisi habitat
memiliki peran penting pada kelimpahan dan keanekaragaman ikan dalam suatu
komunitas (Langeani et al. 2005). Hal ini mengakibatkan stasiun SEK 20
keanekaragamannya lebih rendah dibandingkan stasiun SEK 12 karena kekeruhan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan hidup ikan.
Keseragaman spesies di stasiun SEK 12 pada musim kemarau dan hujan
lebih tinggi daripada SEK 20. Nilai indeks keseragaman pada stasiun tersebut
mendekati nilai satu yang berarti masing-masing spesies yang ditangkap
jumlahnya relatif merata. Semakin merata penyebaran individu antara spesies
maka keseimbangan ekosistem semakin meningkat (Fachrul 2007 in Jukri et al.
2013). Keseragaman ikan pada stasiun SEK 12 yang sama-sama tinggi dikedua
musim dikarenakan perubahan kondisi habitat terutama kondisi fisik perairan pada
kedua musim di stasiun tersebut tidak begitu berbeda secara signifikan
dibandingkan dengan stasiun SEK 20.
Berdasarkan variasi musiman, komunitas ikan yang menyusun ekosistem
pada sungai yang lebih ke arah hilir lebih sedikit spesiesnya karena adanya variasi
parameter hidrologi dan ukuran habitat yang berbeda (Leunda et al. 2012). Indeks
dominansi pada kedua musim di masing-masing stasiun pengamatan nilainya
berfluktuasi. Nilainya rata-rata tidak cukup tinggi atau mendekati nol sehingga
dapat diketahui bahwa pada kedua musim di masing-masing stasiun tidak terjadi
dominansi oleh jenis spesies tertentu. Namun, rata-rata nilai indeks dominasi di
stasiun SEK 20 lebih tinggi daripada SEK 12 terutama pada saat musim hujan.
Hal ini karena pada daerah sungai yang lebih ke arah hilir, parameter hidrologi
16
seperti kekeruhan lebih tinggi nilainya sehingga ukuran habitat untuk ikan
menjadi berkurang. Oleh karena itu, pada musim hujan di stasiun SEK 20 ada
beberapa spesies yang lebih mendominasi karena ikan tersebut mampu bertahan
hidup pada kondisi perairan dengan kekeruhan tinggi.
Ikan yang ditangkap di Sungai Sekongkang dari tahun 2008-2013
didominasi oleh spesies native dan hanya ada tiga spesies dari 40 spesies ikan
yang ditangkap merupakan jenis ikan introduksi. Ikan introduksi yang ditangkap
yaitu Oreochromis mossambicus, Poecilia sp. dan Xiphophorus helleri.
Kelimpahan relatif spesies Oreochromis mossambicus dan Poecilia sp. tidak
cukup tinggi atau tergolong rendah di Sungai Sekongkang. Jenis spesies
introduksi yang cukup tinggi kelimpahannya adalah Xiphophorus helleri tetapi
jumlahnnya tidak cukup tinggi jika dibandingkan dengan kelimpahan spesies
native yang ada. Banyaknya spesies native yang ditangkap dibandingkan dengan
spesies introduksi menunjukkan kondisi ekosistem perairan Sungai Sekongkang
masih tergolong baik. Hal ini dikarenakan adanya spesies introduksi tidak
mempengaruhi keberadaan spesies native di sungai tersebut (Boseto et al. 2007).
Alternatif Pengelolaan
Sungai Sekongkang merupakan sungai yang masih memiliki kondisi
perairan yang baik bagi habitat ikan. Keanekaragaman ikan di sungai tersebut juga
tergolong cukup tinggi dan tidak adanya spesies tertentu yang mendominasi
komunitas ikan di sungai tersebut. Sebagian besar ikan yang ada di Sungai
Sekongkang yaitu famili Gobiidae yang bersifat amphidromus atau melakukan
ruaya dari sungai ke laut. Telur ikan ini akan terbawa arus sungai dari hulu hingga
ke laut. Kemudian larva ikan ini akan kembali lagi ke hulu. Kegiatan
pembangunan bendungan di daerah aliran Sungai Sekongkang dapat memutus
aliran sungai yang akan berdampak pada terganggunya fase perkembangan ikan
tersebut. Oleh karena itu, upaya yang diperlukan untuk menjaga kelestarian
sumberdaya ikan famili Gobiidae yaitu dengan membuat tangga ruaya sehingga
mempermudah ikan dalam beruaya. Selain itu, diperlukan juga upaya untuk
menjaga kualitas air Sungai Sekongkang sehingga air sungai tidak tercemar
seperti tidak membuang limbah pertambangan ke aliran Sungai Sekongkang.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ikan yang ditangkap di bagian hulu Sungai Sekongkang dari tahun 2008
hingga 2013 berjumlah 2640 ekor yang terdiri dari 40 jenis spesies ikan dari 13
famili dan 6 ordo. Nilai indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi di
Sungai Sekongkang berturut-turut adalah 2,03; 0,62; dan 0,15. Keanekaragaman
ikan di hulu Sungai Sekongkang cukup tinggi dan kemerataan spesiesnya merata
sehingga tidak ada spesies tertentu yang mendominasi. Struktur komunitas ikan di
bagian hulu Sungai Sekongkang berubah menurut musim dan gradien sungai.
Keanekaragaman dan keseragaman ikan meningkat secara gradien dari hulu ke
17
hilir. Komunitas ikan pada musim kemarau memiliki keanekaragaman dan
keseragaman spesies yang lebih tinggi daripada musim hujan. Keanekaragaman,
keseragaman, dan dominansi komunitas ikan di Sungai Sekongkang dipengaruhi
oleh faktor heterogenitas habitat, kondisi perairan, dan ketersediaan habitat.
Saran
Perlu dilakukan penelitian terkait konektivitas antar habitat stasiun
pengamatan dan aspek reproduksi dan kebiasaan makanan ikan-ikan yang banyak
ditangkap di Sungai Sekongkang. Selain itu, perlu dilakukan penelitian kondisi
kualitas air menggunakan bioindikator selain ikan, seperti makroinvertebrata.
DAFTAR PUSTAKA
Allen G. 2000. Marine Fishes of South-East Asia. Australia (AUS): Periplus
Edition (HK) Ltd.
Boseto D, Clare M, Patrick P, Tikai P. 2007. Biodiversity and conservation of
freshwater fishes in selected rivers on Chioseul Island, Solomon Island. J.
Nat of Scien. [Internet]. [diunduh 2013 Jul 29]; 3; 16-21. Tersedia pada:
http://www.publish.csiro.au/journals/spjnx.
Casatti L, Castro RMC. 1998. A fish community of the Sao Francisco River
headwater riffles, southeastern Brazil. J. Ichtyol Explor Fresh. [Internet].
[diunduh 2013 Feb 26]; 9(3); 229-242. Tersedia pada:
http://www.sfrancisco.bio.br/arquivos/Casatti%20L001%20.pdf.
Humpl M, Pivincka K. 2006. Fish assemblages as influenced by environmental
factor in streams in protected areas of the Czech Republic. J. Ecol Fresh
Fish. 15: 96-103. doi: 10.1111/j.1600-0633.2006.00126.x.
Jain R, Choudhary P, Dhakad NK. 2013. Study on ichtyofaunal diversity of
Baliwali Tank in Indore (M.P). J. Chem, Biol, and Phys Scien. [Internet].
[diunduh 2013 Juli 4]; 3(1): 336-344. Tersedia pada: http: // jcbsc.org/
journal/ Paper/ Vol_3_I_1_2012/B18.pdf
Jukri M, Emiyarti, Kamri S. 2013. Keanekaragaman jenis ikan di Sungai
Lamunde Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi
Tenggara. J Min Laut Indones. 01(01):23-37.
Korkmaz AS, Zencir O. 2009. Fish community structure in Suveri Stream, Central
Anatolia, Turkey. J. Anim Veter. [Internet]. [diunduh 2013 Feb 26]; 8(11):
2305-2310. Tersedia pada: http : //docsdrive.com /pdfs /medwelljournals
/javaa/2009/2305-2310.pdf.
Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoatmodjo S. 1993. Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Singapore (SG): Periplus
Edition.
Krebs CJ. 1972. Ecology : The Experimental Analysis of Distribution and
Abundance. New York (US) : Harper and Row Publisher.
________. 2008. The Ecological World View. Australia (AU) : CSIRO Publishing.
18
Kristina EL. 2001. Komposisi jenis ikan Sungai Cimanuk segmen Kabupaten
Garut serta pola pertumbuhan dan reproduksi ikan yang dominan [skripsi].
Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Langeani F, Casatti L, Gameiro HS, Carmo AB, Rossa-Feres DC. 2005. Riffle
and pool fish communities in a large stream of southeastern Brazil.
[Internet]. [diunduh pada 2013 Mar 4]. J. Neot Icht. 3(2): 305
DI BAGIAN HULU SUNGAI SEKONGKANG,
PULAU SUMBAWA
YULIA SARTIKA DEWI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dinamika Struktur
Komunitas Ikan di Bagian Hulu Sungai Sekongkang, Pulau Sumbawa adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Yulia Sartika Dewi
NIM C24090052
ABSTRAK
YULIA SARTIKA DEWI. Dinamika Struktur Komunitas Ikan di Bagian Hulu
Sungai Sekongkang, Pulau Sumbawa. Dibimbing oleh MOHAMMAD
MUKHLIS KAMAL.
Sungai Sekongang merupakan satu dari empat sungai yang berada di
kawasan tambang emas Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT),
Sumbawa. Dinamika struktur komunitas ikan yang menyusun ekosistem Sungai
Sekongkang masih belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis keanekaragaman jenis komunitas ikan yang ada di bagian hulu
Sungai Sekongkang, Pulau Sumbawa selama periode tahun 2008-2013 dengan
menganalisis variasi spasial dan temporal komunitas ikan. Data yang digunakan
adalah data primer dan data sekunder bulan April dan September dari hasil
monitoring PT. NNT. Data-data dianalisis kelimpahan relatif, indeks
keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E), dan indeks dominansi (C). Ikan
yang ditangkap di bagian hulu Sungai Sekongkang selama 2008-2013 berjumlah
2640 ekor yang terdiri dari 40 jenis spesies ikan dari 13 famili dan 6 ordo. Ikan
yang terbanyak ditemukan adalah famili Gobiidae, Poechilidae, dan Eleotrididae.
Nilai H’, E, dan C di Sungai Sekongkang berturut-turut adalah 2,30; 0,62; dan
0,15. Keanekaragaman ikan di hulu Sungai Sekongkang cukup tinggi dan
kemerataan spesiesnya merata sehingga tidak ada spesies tertentu yang
mendominasi pada komunitas ikan di sungai tersebut. Komunitas ikan di
ekosistem tersebut dipengaruhi oleh faktor heterogenitas habitat, kondisi perairan,
dan ketersediaan habitat.
Kata kunci: dominansi, keanekaragaman, keseragaman, komunitas ikan, Sungai
Sekongkang
ABSTRACT
YULIA SARTIKA DEWI. Dynamic of Fish Community Structure in Headwater
Stream of Sekongkang River, Sumbawa Island. Supervised by MOHAMMAD
MUKHLIS KAMAL.
Sekongkang River is one of four rivers in Batu Hijau mining area of PT
Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT), Sumbawa. The dynamic of fish community
in Sekongkang River was unknown. The aim of this research is to analyse the
diversity of fish community in headwater stream of Sekongkang River, Sumbawa
Island during 2008-2013 spatial and temporal. Primary and secondary data were
used in this research, collected in April and September from monitoring result of
PT. NNT. The data was analyzed for relative abundance, diversity index (H’),
eveness index (E), and dominance index (C). The amount of total fishes caught in
headwater stream of Sekongkang river during 2008-2013 were 2640 individuals
consist of 40 species from 13 families of 6 order. The most abundance fishes were
famili Gobiidae, Poechilidae, and Eleotrididae. The value H’, E, and C were 2,30;
0,62; and 0,15. Fish diversity in the upper Sekongkang river was high evently
distributed with no dominated species in fish community. Factors affecting fish
community is addressed to habitat heterogenity, water quality, and habitat
availability.
Key words: diversity, dominance, evennes, fish community, Sekongkang River
DINAMIKA STRUKTUR KOMUNITAS IKAN
DI BAGIAN HULU SUNGAI SEKONGKANG,
PULAU SUMBAWA
YULIA SARTIKA DEWI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber daya Perairan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Slaipsi: Dinamika Struktur Komunitas Ikan di Bagian Hulu Sungai
Sekongkang, Pulau Sumbawa
: Yulia Sartika Dewi
Nama
: C24090052
NIM
Disetujui oleh
Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc
Pembimbing I
セ
Tanggal Lulus:
Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc
Ketua Departemen
1 6 1 22 0 1 3
Judul Skripsi : Dinamika Struktur Komunitas Ikan di Bagian Hulu Sungai
Sekongkang, Pulau Sumbawa
Nama
: Yulia Sartika Dewi
NIM
: C24090052
Disetujui oleh
Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc
Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi yang berjudul “Dinamika Struktur Komunitas Ikan di
Bagian Hulu Sungai Sekongkang, Pulau Sumbawa” ini dapat diselesaikan. Skripsi
ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelasaikan studi
di Departemen Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada :
1. Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc selaku dosen pembimbing.
2. Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc selaku dosen penguji.
3. Dr Ir Yunizar Ernawati, MS selaku Komisi Pendidikan Departemen
Manajemen Sumber daya Perairan.
4. Prof Mennofatria Boer selaku dosen pembimbing akademik.
5. Keluarga tercinta ayah Surachman, Ibu Tungging Sarwo Rini, kakak
Endy Kurniawan dan Bagus Ananta Wibawa yang telah memberikan
dukungan dan kasih sayangnya.
6. Sahabat tercinta Indri Dwi Handayani, Kania Dewi Nastiti, Yuni Tri
Utami, Irma Oktiani, Silvia Kusumarini, Mega Magaretha Rachmadianti
yang telah memberikan semangat.
7. Aisya Intan Widya Satria, Teman-teman MSP 46, MSP 48, MSP 47,
MSP 45, serta Teman-teman Puri Fikriyyah.
8. Semua civitas akademika MSP.
9. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan di masa depan. Demikian skripsi ini disusun,
semoga bermanfaat.
Bogor, Desember 2013
Yulia Sartika Dewi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL………………………………………………………………... x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….. x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………... x
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................................. 2
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 2
Alat dan Bahan .................................................................................................... 3
Pengumpulan Data .............................................................................................. 3
Prosedur Analisis Data ........................................................................................ 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 6
Kelimpahan Relatif Ikan ..................................................................................... 6
Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi Ikan ..................................... 10
Alternatif Pengelolaan ....................................................................................... 16
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 16
Simpulan ............................................................................................................ 16
Saran .................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
LAMPIRAN…………………………………………………………………….. 20
RIWAYAT HIDUP……………………………………………………………... 25
DAFTAR TABEL
1
2
Kelimpahan relatif spesies ikan berdasarkan stasiun pengamatan……………6
Jumlah spesies, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan
indeks dominansi ikan di hulu Sungai Sekongkang…………………………11
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
Peta lokasi penelitian………………………………………………………….3
Kelimpahan relatif famili ikan di hulu Sungai Sekongkang ………………….9
Indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi, dan
jumlah jenis ikan berdasarkan waktu pengamatan di hulu Sungai
Sekongkang ………………………………………………………………….12
Indeks keanekaragaman ikan berdasarkan waktu pengamatan di setiap
stasiun pengambilan sampel…………………………………………………13
Indeks keseragaman ikan berdasarkan waktu pengamatan di setiap
stasiun pengambilan sampel…………………………………………………14
Indeks dominansi ikan berdasarkan waktu pengamatan di setiap stasiun
pengambilan sampel…………………………………………………………14
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Data kelimpahan relatif spesies di hulu Sungai Sekongkang………………..21
Data kelimpahan relatif famili ikan di hulu Sungai Sekongkang……………22
Data jumlah ikan yang ditangkap, indeks keanekaragaman, indeks
keseragaman, dan indeks dominansi di hulu Sungai Sekongkang …………..22
Ikan-ikan yang ditangkap di Sungai Sekongkang …………………………...23
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sungai merupakan salah satu tipe perairan mengalir yang alirannya berasal
dari hulu hingga bermuara di hilir. Sungai merupakan tempat interaksi antara
komponen biotik maupun abiotik yang saling terkait dan membentuk sistem.
Perairan sungai banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk menunjang berbagai
kegiatan seperti pertanian, kehutanan, pertambangan, industri, dan rumah tangga,
yang dapat menimbulkan gangguan terhadap kondisi ekosistem tersebut.
Komunitas adalah beberapa kumpulan populasi makhluk hidup di wilayah
atau area tertentu (Krebs 1972). Struktur komunitas merupakan jumlah
kelimpahan setiap jenis dalam komunitas tersebut dan dapat dideskripsikan
melalui variasi total dan subtotal dari kelimpahannya maupun dengan estimasi
biomasa (Korkmaz and Zencir 2009). Struktur komunitas ikan mengkaji
keragaman hayati ikan yang menyusun suatu ekosistem perairan. Ikan memiliki
fungsi ekologis di sungai dan keberadaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan perairan sehingga ikan dapat dijadikan bioindikator kualitas perairan.
Keragaman spesies ikan dapat menunjukkan tingkat kompleksitas dan kestabilan
dari komunitas ikan tersebut. Pengaruh kegiatan antropogenik atau faktor alami
lainnya yang dapat mengubah kualitas dan kondisi perairan sungai akan
berdampak pada kehidupan ikan. Perubahan kualitas air baik sifat fisika atau
kimia dapat mempengaruhi keberadaan komunitas ikan. Keadaan ini
mengakibatkan perubahan keragaman spesies ikan yang terdapat pada komunitas
ikan di sungai dari waktu ke waktu.
Kawasan Batu Hijau, Sumbawa memiliki potensi sumber daya alam yang
cukup banyak diantaranya tambang emas dan empat sungai yang bermuara ke
Samudera Hindia. Keempat sungai tersebut berada di sekitar kawasan tambang
emas milik PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT), sungai-sungai tersebut
yakni Sungai Sekongkang, Sejorong, Tongkoloka, dan Tatarloka. Sungai
Sekongkang merupakan sungai yang alirannya melewati desa Sekongkang Atas
dan Sekongkang Bawah hingga bermuara di Samudera Hindia. Umumnya sungai
tersebut memiliki karakteristik substrat berbatu, berarus deras, dan ikan-ikan yang
hidup di bagian hulu memiliki adaptasi pada arus deras. Masyarakat sekitar
memanfaatkan sungai tersebut untuk kebutuhan rumah tangga, irigasi, dan
menangkap ikan. Di daerah dekat hulu Sungai Sekongkang terdapat kegiatan
pertambangan emas yang juga memanfaatkan daerah aliran sungai tersebut.
Sungai Sekongkang merupakan salah satu sungai yang terkena dampak dari
kegiatan tersebut (Nurlela 2002). Ekosistem perairan tersebut menjadi habitat bagi
beberapa jenis ikan diantaranya dari famili Gobiidae.
Dinamika struktur komunitas ikan diperlukan untuk mengukur tingkat
perubahan struktur komunitas melalui perhitungan pada jumlah, jenis, dan
kelimpahan ikan. Perubahan struktur komunitas ikan dapat menggambarkan
dinamika perubahan lingkungan perairan. Perubahan lingkungan yang terjadi
akibat pemanfaatan daerah sepanjang aliran Sungai Sekongkang berdampak pada
ikan-ikan sehingga dapat mempengaruhi struktur komunitas ikan di sungai
tersebut. Sungai Sekongkang merupakan salah satu sungai yang dimonitoring oleh
2
PT. Newmont Nusa Tenggara terkait dengan kegiatan penambangan emas
dikawasan Batu Hijau. Monitoring dilakukan sejak tahun 1990-an dengan
melakukan eksplorasi data jenis dan kelimpahan ikan untuk dapat memantau
struktur komunitas ikan di sungai tersebut. Saat ini masih sedikit informasi
mengenai perubahan struktur komunitas ikan yang menyusun ekosistem Sungai
Sekongkang. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai dinamika struktur
komunitas ikan di Sungai Sekongkang untuk mengetahui keanekaragaman hayati,
khususnya ikan yang menyusun ekosistem tersebut. Pengetahuan keanekaragaman
hayati ini dapat dijadikan indikator perubahan kualitas lingkungan perairan sungai
dan membantu upaya konservasi di masa datang.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman jenis
komunitas ikan yang ada di bagian hulu Sungai Sekongkang, Pulau Sumbawa
selama periode tahun 2008 hingga 2013 dengan menganalisis variasi spasial dan
temporal komunitas ikan.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar informasi dan perkembangan
keanekaragam hayati khususnya ikan yang ada di Sungai Sekongkang serta
sebagai informasi upaya pelestarian keanekaragaman hayati di sungai tersebut.
Perumusan Masalah
Sungai Sekongang merupakan salah satu sungai yang berada di kawasan
tambang emas Batu Hijau, Sumbawa. Sungai ini banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai. Berbagai kegiatan yang ada di
sekitar aliran sungai dari bagian hulu hingga hilir memberikan dampak pada
kondisi dan kualitas perairannya. Hal ini berpengaruh pada biota, terutama ikan
yang menyusun ekosistem kawasan sungai tersebut.
Perubahan lingkungan akan berpengaruh kepada jenis ikan yang hidup di
sungai. Setiap jenis ikan memiliki kemampuan yang berbeda untuk mentoleransi
perubahan lingkungan. Ikan dengan kemampuan tinggi dalam mentoleransi
perubahan kondisi perairan akan lebih bertahan daripada ikan dengan kemampuan
yang rendah. Hal ini akan berdampak pada perubahan komunitas ikan yang
menyusun ekosistem Sungai Sekongkang. Jumlah dan jenis ikan yang menyusun
komunitas tersebut akan berubah seiring dengan kemampuan adaptasi ikan.
Perubahan spesies ikan didalam komunitas mempengaruhi keanekaragaman
spesies ikan di Sungai Sekongkang. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan kondisi perairan terhadap
perubahan struktur komunitas ikan yang menyusun ekosistem di Sungai
Sekongkang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer yang diperoleh
dari hasil monitoring PT. Newmont Nusa Tenggara di Sungai Sekongkang. Data
sekunder yang digunakan adalah data lima tahun terakhir yaitu tahun 2008 hingga
2012 sedangkan data primer yang digunakan diambil pada bulan Maret 2013.
3
Ikan-ikan hasil tangkapan dianalisis di laboratorium Biomakro 1, Departemen
Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk mengidentifikasi data primer yaitu buku
identifikasi ikan ciptaan Kottelat et al. (1993), Allen (2000), alat tulis, pinset, kaca
pembesar, dan kamera. Alat yang digunakan untuk menganalisis data sekunder
dan data primer yaitu laptop atau PC dengan sistem operasi Windows 7 dan
program Microsoft Excel. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu ikan
hasil tangkapan di hulu Sungai Sekongkang, formalin 10%, dan data sekunder
tahun 2008-2013 hasil monitoring PT. Newmont Nusa Tenggara.
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dan
data primer hasil tangkapan ikan di Sungai Sekongkang yang diambil dari hasil
monitoring PT. Newmont Nusa Tenggara. Data monitoring diambil dua kali
dalam setahun untuk mewakili musim kemarau atau kering dan musim hujan atau
basah. Pengambilan data pada musim kemarau dilakukan pada bulan April
sedangkan musim hujan pada bulan September. Penelitian ini menggunakan data
sekunder lima tahun terakhir yaitu tahun 2008 hingga 2012. Data primer diambil
pada bulan Maret 2013. Stasiun pengambilan sampel ikan dibagi menjadi dua
tempat di bagian hulu, yaitu SEK 12 dan SEK 20. Metode pengambilan contoh
4
ikan dilakukan dengan metode non-probability sampling yaitu purposive sampling
based from profesionalism. Stasiun pengambilan contoh ditentukan berdasarkan
perbedaan karakteristik lingkungannya dan setiap populasi ikan yang ada di
habitat tersebut memiliki peluang yang tidak sama untuk tertangkap. Ikan
ditangkap menggunakan alat electrofishing. Penangkapan ikan dilakukan selama 1
jam sepanjang 1-2 km di setiap stasiun pengambilan contoh. Jalur penangkapan
berbentuk zig zag dan berlawanan dengan arah aliran arus air. Ikan hasil
tangkapan diidentifikasi menggunakan buku identifikasi ikan di laboratorium
Biomakro 1, Departemen Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Prosedur Analisis Data
Data yang dianalisis untuk ikan-ikan sungai meliputi data kelimpahan relatif,
keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi. Data tersebut dianalisis menurut
kaidah sebagai berikut:
Kelimpahan Relatif
Komposisi ikan dapat dilihat berdasarkan kelimpahan ikan yang ada disuatu
ekosistem. Kelimpahan dapat diukur menggunakan densitas, biomasa, atau
produktivitas (Krebs 1972). Perhitungan kelimpahan relatif berdasarkan
presentase perbandingan jumlah spesies, dihitung menggunakan persamaan
(Krebs 1972) :
ni
×
%
Kr =
N
Keterangan :
Kr = kelimpahan relatif
ni = jumlah individu spesies ke-i
N = jumlah total individu semua spesies yang tertangkap
Indeks Keanekaragaman Jenis
Indeks keanekaragaman jenis adalah indeks untuk mengetahui tingkat
keanekaragaman jenis dalam komunitas dan menunjukkan keseimbangan dalam
pembagian jumlah individu tiap spesies (Odum 1971). Keanekaragaman
tergantung pada jumlah spesies dan kelimpahan setiap spesies yang ditemukan di
dalam komunitas (Jain et al. 2012). Keanekaragaman ikan dihitung dengan
menggunakan indeks Shannon (Odum 1971; Krebs 1972; Ludwig and Reynolds
1988) :
n
ni
ni
′
H = − ∑ ( ) ln ( )
N
N
i=0
Keterangan :
H’ = indeks Shannon
ni = jumlah individu spesies ke-i
N = jumlah total individu semua spesies
5
Indeks Keseragaman
Indeks keseragaman merupakan indeks yang menggambarkan ukuran
jumlah individu antara spesies dalam suatu komunitas ikan (Odum 1996 in Jukri
et al. 2013). Keseragaman merupakan ukuran dari kelimpahan relatif dari setiap
spesies-spesies yang berbeda yang menyusun keanekaragaman disuatu ekosistem
(Jain et al. 2012). Indeks tersebut menunjukkan kemerataan sebaran individu
setiap spesies. Semakin merata penyebaran individu antara spesies maka
keseimbangan ekosistem semakin meningkat. Keseragaman dalam komunitas
dapat dihitung dengan persamaan indeks keseragaman (evennes) (Odum 1971;
Krebs 1972; Ludwig and Reynolds 1988) :
H′
E=
ln S
Keterangan :
E = indeks keseragaman
H’= indeks Shannon
S = jumlah jenis spesies didalam komunitas
Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0 hingga 1. Nilai indeks
mendekati nol menunjukkan bahwa jumlah individu disatu atau beberapa spesies
relatif banyak tetapi beberapa spesies yang lainnya memiliki jumlah individu yang
relatif sedikit atau kemerataan antara spesiesnya rendah. Nilai indeks mendekati
satu menunjukkan bahwa jumlah individu setiap spesies relatif sama atau
kemerataan antara spesies relatif merata.
Indeks Dominansi
Spesies dominan dapat diketahui berdasarkan jumlah kelimpahan spesies
atau biomasanya dalam suatu komunitas. Spesies kunci tidak selalu menjadi
spesies yang dominan dikomunitas (Krebs 2008). Dominansi suatu spesies di
dalam komunitas dihitung menggunakan persamaan (Odum 1971) :
n
ni 2
C = ∑( )
N
i=0
Keterangan :
C = indeks dominansi
ni = jumlah individu spesies ke-i
N = jumlah total individu semua spesies
Nilai indeks dominansi berkisar antara 0 hingga 1. Nilai mendekati nol
menunjukkan di dalam komunitas terdapat beragam spesies sehingga tidak ada
jenis spesies tertentu yang mendominasi. Nilai mendekati satu menunjukkan
adanya suatu jenis spesies tertentu mendominasi komunitas.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelimpahan Relatif Ikan
Ikan yang ditangkap di bagian hulu Sungai Sekongkang dari tahun 2008
hingga 2013 berjumlah 2640 ekor yang terdiri dari 40 jenis spesies ikan dari 13
famili dan 6 ordo. Komposisi ikan yang ditangkap pada stasiun SEK 12 berjumlah
1225 ekor yang terdiri dari 26 jenis spesies dan stasiun SEK 20 berjumlah 1415
ekor yang terdiri dari 32 jenis spesies. Jumlah jenis ikan yang ditangkap di stasiun
SEK 20 lebih banyak daripada di stasiun SEK 12. Stasiun SEK 12 terletak lebih
ke arah hulu dibandingkan dengan stasiun SEK 20. Menurut Ostrand and Wilde
(2002), komposisi spesies ikan di sungai berubah dari bagian hulu ke hilir. Hal ini
karena adanya perbedaan faktor kimia, fisika, dan karakteristik habitat di hulu
maupun hilir sehingga terjadi heterogenitas habitat. Heterogenitas meningkat
sepanjang gradien hulu ke hilir sehingga akan berpengaruh pada komunitas ikan
yang menghuni daerah tersebut (Taylor et al. 2006). Semakin ke arah hilir, arus
sungai semakin lamban dan unsur hara atau makanan bagi ikan semakin
meningkat jumlahnya mengakibatkan ikan yang ditemukan juga semakin beragam.
Semakin ke arah hulu, arus semakin cepat sehingga diperlukan adaptasi-adaptasi
khusus pada ikan untuk bertahan hidup. Arus merupakan faktor pembatas dan
pengontrol bagi organisme di sungai. Kecepatan arus mempengaruhi distribusi
ikan di sungai daripada faktor abiotik lainnya (Casatti and Castro 1998). Data
jenis dan kelimpahan relatif ikan di Sungai Sekongkang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kelimpahan relatif spesies ikan berdasarkan stasiun pengamatan
Organisme
SEK 12
(%)
SEK 20
(%)
Total
(%)
1
2
3
4
0,09
1,34
1,14
0,08
0,64
0,38
4,08
0,08
-
4,17
2,12
0,07
4,13
1,14
0,04
0,04
0,24
4,16
23,18
0,11
14,36
-
0,21
0,11
A. Ordo Anguilliformes
- Famili Anguillidae
Anguilla marmorata
B. Ordo Beloniformes
- Famili Oryziidae
Oryzias javanicus
C. Ordo Cypriniformes
- Famili Cyprinidae
Puntius binotatus
Puntius orphoides
Puntius sp.
Rasbora lateristriata
D. Ordo Cyprinodontiformes
- Famili Poecilidae
Poecilia sp.
Xiphophorus helleri
E. Ordo Perciformes
- Famili Anabantidae
Anabas testudineus
7
Tabel 1 Lanjutan
1
- Famili Belontiidae
Trichogaster trichopterus
- Famili Chandidae
Chandidae sp.
- Famili Cichlidae
Oreochromis mossambicus
- Famili Eleotrididae
Belobranchus belobranchus
Butis butis
Eleotris melanosoma
Ophieleotris aporos
- Famili Gobiidae
Awaous sp.
Glossogobius biocellatus
Glossogobius celebius
Glossogobius giuris
Glossogobius sp.
Gobiidae sp.
Lentipes sp.
Papillogobius reichei
Pseudogobiopsis sp.
Redigobius isognathus
Redigobius sp.
Schismatogobius bruynisi
Schismatogobius marmoratus
Sicyopterus cynocephalus
Sicyopterus longifilis
Sicyopterus microcephalus
Sicyopus sp.
Stenogobius sp.
Stiphodon elegans
Stiphodon semoni
Stiphodon sp.
- Famili Kuhlidae
Kuhlia marginata
- Famili Rhyacichthyidae
Rhyacichthys aspro
F. Ordo Synbranchiformes
- Famili Synbranchidae
Monopterus albus
Total
Total individu
2
3
4
-
0,07
0,04
-
0.28
0.15
-
0,07
0,04
8,49
1,14
0,08
2,54
0,07
1,63
0,57
5,03
0,04
1,40
0,34
0,49
1,39
0,33
0,16
0,08
0,08
0,08
10.12
28,24
22,45
0,41
0,41
12,24
2,69
1,39
0,07
0,07
0,07
1,06
0,14
2,97
0,14
0,21
0,21
1.27
17,53
22,61
0,14
13,85
0,57
1,77
0,23
0,04
0,04
0,04
0,57
0,08
0,64
1,74
0,08
0,11
0,11
0,15
0,04
5.38
22,50
22,54
0,27
0,19
13,11
1,55
1,59
-
0,07
0,04
0,08
-
0,04
0,08
100,00
1225
0,28
100,00
1415
0,19
100,00
2640
Berdasarkan distribusi spasial, ikan yang memiliki kelimpahan relatif
tertinggi di stasiun SEK 12 yaitu Sicyopterus longifilis (28,24%), Sicyopterus
microcephalus (22,45%), dan Stiphodon elegans (12,24%); sedangkan pada
8
stasiun SEK 20 ikan yang memiliki kelimpahan relatif tertinggi yaitu Xiphophorus
helleri (23,18%), S. microcephalus (22,61%), dan S. longifilis (17,53%). Spesies
ikan yang memiliki kelimpahan relatif tertinggi dikedua stasiun tersebut jenisnya
hampir sama. S. microcephalus dan S. longifilis merupakan spesies yang
jumlahnya cukup melimpah dikedua stasiun. Hal ini disebabkan kedua spesies
ikan ini mempunyai kemampuan beradaptasi yang baik untuk bertahan hidup di
sungai bagian hulu.
Data tahun 2008-2013 menunjukkan bahwa spesies-spesies ikan dengan
kelimpahan relatif spesies tertinggi yang terdapat di hulu Sungai Sekongkang
yaitu S. microcephalus (22,54%), S. longifilis (22,50%), Xiphophorus helleri
(14,36%), Stiphodon elegans (13,11%) dan S. cynocephalus (5,38%). Kelima ikan
tersebut merupakan spesies ikan yang ditemukan di kedua stasiun pengamatan.
Hal ini menunjukkan habitat Sungai Sekongkang merupakan tempat yang baik
untuk hidup ikan-ikan tersebut. S. microcephalus, S. longifilis, Stiphodon elegans,
dan S. cynocephalus merupakan spesies native yang memiliki kemampuan
adaptasi yang baik di bagian hulu sungai. Keempat spesies ikan tersebut memiliki
bentuk sirip ventral yang menyerupai cakram untuk memudahkan ikan-ikan
tersebut hidup di kondisi sungai dengan arus yang deras. Selain itu, kondisi
substrat Sungai Sekongkang yang berbatu membantu ikan-ikan tersebut untuk
menempel pada substrat dan berlindung dari arus yang deras. Menurut Boseto et
al. (2007), habitat yang baik bagi ikan-ikan tersebut adalah sungai dengan substrat
berbatu atau berkerikil. Xiphophorus helleri merupakan spesies ikan introduksi
yang kelimpahan spesiesnya paling tinggi jika dibandingkan dengan spesies
introduksi lainnya yang ditemukan di Sungai Sekongkang. Ikan ini merupakan
salah satu jenis ikan hias yang dapat bereproduksi secara optimal pada suhu 2226oC (Tamaru et al. 2001). Kelimpahan spesies ikan tersebut tinggi disebabkan
kondisi perairan Sungai Sekongkang cukup efektif untuk berkembang biak. Jenis
makanan yang dimakan oleh ikan ini bermacam-macam atau bersifat omnivora
sehingga memudahkan ikan ini untuk berkembang (Kottelat et al. 1993; Tamaru
et al. 2001).
Ikan-ikan yang tertangkap di hulu Sungai Sekongkang terdiri dari 13 famili.
Berdasarkan jumlah jenis spesies yang terdapat pada masing-masing famili, famili
Gobiidae memiliki jenis spesies terbanyak yaitu 21 jenis spesies; Cyprinidae dan
Eleotrididae terdiri dari empat jenis spesies; Poeciliidae terdiri dari dua jenis
spesies; sedangkan Anabantidae, Anguillidae, Belontiidae, Chandidae, Cichlidae,
Kuhlidae, Oryziidae, Rhyacichthydae, dan Synbranchidae masing-masing terdiri
dari satu jenis spesies. Data kelimpahan relatif famili ikan di bagian hulu Sungai
Sekongkang dapat dilihat pada Gambar 2.
Famili yang memiliki kelimpahan relatif tertinggi di sungai ini adalah
Gobiidae (70,98%), Poeciliidae (14,47%), dan Eleotrididae (7,08%). Gobiidae
menjadi famili yang memiliki kelimpahan relatif tertinggi disebabkan anggota dari
spesies ini banyak ditangkap dikedua stasiun pengamatan. Selain itu, bentuk tubuh
yang kecil, tingkah laku seperti kemampuan untuk memanjat atau naik ke daerah
hulu, dan adaptasi morfologi seperti adanya alat penempel di bagian sirip ventral
yang dimiliki oleh sebagian besar anggota famili Gobiidae membantu spesies ikan
ini untuk bertahan hidup, mencari makan, dan bergerak pada kondisi arus sungai
yang deras di bagian hulu (Ryan 1991; Tweedley et al. 2013). Arus yang deras di
hulu sungai mengakibatkan ikan-ikan sulit untuk mempertahankan posisinya di
9
Kelimpahan relatif (%)
kolom perairan sehingga famili Gobiidae menggunakan sirip ventralnya untuk
menempel pada substrat. Hal ini membuat famili Gobiidae lebih efisien dalam
memanfaatkan energinya dibandingkan dengan jenis famili ikan lainnya (Ryan
1991). Menurut Boseto et al. (2007), famili Gobiidae juga dapat hidup dengan
baik pada kondisi substrat berbatu atau kerikil dan kualitas air yang masih baik.
Hal ini menunjukkan bahwa Sungai Sekongkang merupakan habitat yang baik
bagi kehidupan ikan-ikan dari famili Gobiidae.
85
80
75
70
65
60
55
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Famili
SEK 12
SEK 20
Gambar 2 Kelimpahan relatif famili ikan di hulu Sungai Sekongkang
Famili Eleotrididae merupakan spesies yang jumlah jenis spesiesnya paling
banyak ditemukan di hulu Sungai Sekongkang setelah Gobiidae. Sebagian besar
spesies dari famili ini berada di stasiun SEK 20 yang letaknya lebih ke arah hilir
dibandingkan stasiun SEK 12. Menurut Tweedley et al. (2013), famili ini lebih
banyak ditemukan di daerah hulu sungai dengan ketinggian yang lebih rendah dan
memiliki tipe substrat berpasir serta terdapat endapan sedimen. Tipe substrat juga
mempengaruhi struktur komunitas ikan di sungai. Hal ini karena beberapa jenis
spesies ikan sungai hidupnya tergantung pada karakteristik tipe substratnya dan
komponen tipe substrat untuk setiap individu berbeda-beda (Lyons 1989; Doughty
and Maitland 1994; Pires et al. 1999 in Humpl and Pivincka 2006). Substrat
merupakan salah satu faktor yang penting untuk kehidupan famili Gobiidae dan
Eleotrididae karena ikan-ikan tersebut memanfaatkan substrat untuk berlindung
dan mencari makan. Eleotrididae juga memiliki kemampuan memanjat atau
bergerak naik ke arah hulu dengan bantuan sirip ventralnya (Ryan 1991).
Famili Gobiidae dan Eleotrididae merupakan ikan-ikan yang memiliki
kemampuan adaptasi morfologi yang baik untuk hidup di sungai bagian hulu yang
10
berarus deras. Hal ini mengakibatkan famili kedua ikan ini jumlahnya relatif
melimpah di Sungai Sekongkang. Selain itu, rata-rata spesies dari kedua famili
ikan ini bersifat amphidromus yaitu melakukan ruaya dari sungai ke laut untuk
melangsungkan fase hidupnya (Ryan 1991; Tweedley et al. 2013). Famili
Gobiidae bereproduksi di hulu sungai dan telur-telurnya akan hanyut terbawa air
ke laut. Hal ini akan lebih menguntungkan famili Gobiidae karena lebih sedikit
mengeluarkan energi dibandingkan ikan jenis lainnya untuk beruaya guna
bereproduksi (Ryan 1991). Setelah menjalani masa larva di lautan, ikan ini akan
beruaya kembali ke hulu sungai sehingga ikan-ikan Gobiidae yang banyak
ditemukan di hulu Sungai Sekongkang masih dalam tahap juvenil. Distribusi
famili Gobiidae tergolong luas karena famili tersebut bersifat euryhaline. Menurut
Tweedley et al. (2013), distribusi larva dan juvenil muda dari famili Eleotrididae
juga berada di lautan sehingga banyak ditemukan juvenil famili tersebut di Sungai
Sekongkang.
Kelimpahan relatif famili ikan Gobiidae juga tinggi di bagian hulu Sungai
Sekongkang disebabkan trofik level ikan tersebut luas. Famili ini bersifat herbivor,
bahkan dapat bersifat omnivor hingga karnivor (Ryan 1991). Trofik level yang
luas menguntungkan famili ini dalam berkembang karena perubahan trofik level
sesuai dengan fase hidup Gobiidae sehingga memudahkan ikan untuk makan.
Famili Poeciliidae merupakan famili ikan introduksi yang kelimpahannya cukup
tinggi di Sungai Sekongkang. Famili tersebut bersifat omnivor sehingga
memudahkan ikan tersebut dalam mencari makanannya (Tamaru et al. 2001).
Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi Ikan
Data hasil ikan yang ditangkap di hulu Sungai Sekongkang dari tahun 2008
hingga 2013 pada Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman,
keseragaman, dan dominansi di Sungai Sekongkang berturut-turut adalah 2,30;
0,62; dan 0,15. Nilai indeks keanekaragaman (H’) tersebut memperlihatkan nilai
yang cukup tinggi sehingga bagian hulu Sungai Sekongkang memiliki
keanekaragaman spesies yang tinggi. Jenis substrat di Sungai Sekongkang yang
berupa batuan berpengaruh terhadap keanekaragaman ikan yang ada di sungai
tersebut. Sungai dengan substrat berbatu atau berkerikil mempunyai
keanekaragaman spesies yang lebih tinggi dibandingkan dengan sungai yang
memiliki substrat berlumpur. Hal ini karena batuan akan menyediakan relung atau
niche yang lebih luas untuk ikan (Boseto et al. 2007). Menurut Kristina (2001),
keanekaragaman spesies yang tinggi dapat mengindikasikan stabilitas suatu
ekosistem. Suatu ekosistem yang memiliki keanekaragaman spesies tinggi
menunjukkan keseimbangan di dalam ekosistem tersebut lebih baik dan memiliki
elastisitas yang tinggi dalam menghadapi bencana, seperti penyakit, predator, dan
lainnya dibandingkan dengan ekosistem yang memilki keanekaragaman spesies
rendah.
Nilai indeks keseragaman (E) yang mendekati nilai satu juga menunjukkan
setiap spesies yang ada di sungai tersebut kelimpahannya relatif merata.
Keanekaragaman dan keseragaman berhubungan dengan distribusi spesies di
dalam komunitas (Suarez et al. 2007). Indeks dominansi (C) di Sungai
Sekongkang mendekati nilai 0 yang mengindikasikan bahwa di sungai tersebut
11
tidak terjadi dominansi atau tidak ada spesies tertentu yang mendominasi sehingga
spesies-spesies ikan di sungai tersebut terdistribusi secara merata. Data jumlah
spesies, indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi ikan di hulu Sungai
Sekongkang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah spesies, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks
dominansi ikan di hulu Sungai Sekongkang
Tahun
Musim
kemarau
hujan
kemarau
2009
hujan
kemarau
2010
hujan
kemarau
2011
hujan
kemarau
2012
hujan
2013
kemarau
Total
2008
n
SEK SEK
12
20
28
43
37
133
86
121
143
269
208
136
67
111
59
133
7
100
67
126
399
53
124
190
2640
H'
SEK SEK
12
20
1.07 0.76
1.69 1.17
1.69 2.00
1.64 1.65
0.90 1.15
0.93 0.65
1.25 1.36
0.80 1.18
1.67 0.99
1.16 1.64
0.94 1.02
2.30
E
SEK SEK
12
20
0.77 0.42
0.81 0.51
0.77 0.69
0.75 0.66
0.65 0.64
0.48 0.37
0.64 0.62
0.72 0.51
0.93 0.55
0.60 0.75
0.43 0.46
0.62
C
SEK SEK
12
20
0.39 0.67
0.26 0.48
0.22 0.21
0.25 0.27
0.49 0.38
0.59 0.72
0.43 0.39
0.55 0.47
0.20 0.49
0.29 0.27
0.61 0.56
0.15
Berdasarkan waktu pengamatan, ikan yang ditangkap setiap tahun pada
musim kemarau rata-rata jumlahnya lebih sedikit dibandingkan pada saat musim
hujan. Berdasarkan Gambar 3, hasil ikan yang ditangkap dari tahun 2008-2013
menunjukkan nilai H’ ikan di Sungai Sekongkang berkisar 0,78-2,10; E berkisar
0,40-0,76; dan C berkisar 0,17-0,67. Nilai ketiga indeks tersebut pada masingmasing musim berbeda-beda. Musim kemarau menunjukkan nilai H’, E, dan C
berturut-turut berkisar 1,01-2,10; 0,43-0,76; 0,17-0,58. Nilai-nilai indeks tersebut
pada musim hujan berturut-turut yaitu 0,78-1,75; 0,40-0,66; 0,25-0,67.
Keanekaragaman jenis ikan dari tahun ke tahun pada musim kemarau dan
hujan di Sungai Sekongkang rata-rata mengalami penurunan. Hal ini ditunjukkan
dari kecenderungan grafik yang mengalami penurunan selama periode enam tahun
pengamatan. Jumlah jenis ikan yang ditangkap berfluktuasi dari tahun ke tahun.
Rata-rata jumlah jenis ikan yang ditangkap juga cenderung mengalami penurunan
selama enam tahun terakhir. Penurunan terjadi secara berturut-turut dari periode
tahun 2010 hingga 2013. Penurunan keanekaragaman jenis dan jumlah jenis ikan
disebabkan oleh ketersediaan habitat bagi ikan yang semakin berkurang. Hal ini
dapat disebabkan adanya perbedaan curah hujan. Perbedaan curah hujan dapat
mengakibatkan struktur komunitas ikan di suatu tempat berubah secara temporal
(Eikaas & McIntosh 2006; Jenkins et al. 2010 in Simanjuntak 2012). Curah hujan
yang tidak menentu setiap tahunnya dapat mempengaruhi ketersediaan habitat
ikan. Ketersediaan habitat ikan berkaitan dengan kedalaman sungai, debit air, dan
kondisi kualitas perairan.
12
18
2.50
16
2.00
14
12
1.50
Indeks
10
8
1.00
6
4
0.50
2
0
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
0.00
2008
2009
2010
2011
2012
2013
+
-
+
-
-
-
Waktu pengamatan
Jumlah jenis ikan
H'
E
C
Gambar 3 Indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi, dan
jumlah jenis ikan berdasarkan waktu pengamatan di hulu Sungai
Sekongkang
Nilai H’ dan E pada musim kemarau nilainya lebih tinggi daripada saat
musim hujan. Namun, keanekaragaman dan keseragaman ikan di kedua musim
masih tergolong tinggi. Sebaliknya, pada musim hujan nilai C lebih tinggi
daripada musim kemarau. Jumlah individu dan keanekaragaman ikan pada musim
kemarau berbeda dengan musim hujan. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan
ketersediaan habitat ikan di sungai pada kedua musim. Debit sungai pada musim
kemarau lebih kecil daripada saat musim hujan sehingga habitat ikan menjadi
berkurang. Jumlah ikan yang ditangkap menjadi semakin sedikit. Namun,
keanekaragaman dan keseragaman ikan di musim kemarau lebih tinggi jika
dibandingkan dengan musim hujan. Menurut Simanjuntak (2012), ikan yang
ditangkap dimusim kemarau lebih beragam daripada musim hujan karena pada
saat musim hujan kekeruhan air meningkat akibat adanya run off sehingga
berpengaruh terhadap keragaman dan kelimpahan spesies ikan. Indeks dominansi
ikan pada musim hujan lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau. Hal ini
13
dikarenakan saat musim hujan ikan-ikan yang mampu bertahan hidup merupakan
ikan yang dapat bertahan pada kondisi perairan dengan kekeruhan yang tinggi.
Famili ikan yang jumlah jenis dan tangkapannya terbanyak pada kedua musim
adalah Gobiidae. Famili Gobiidae merupakan jenis famili ikan yang umumnya
memiliki keanekaragaman dan jumlah spesies yang tinggi di hulu-hulu sungai
tropis di kawasan Indo Pasifik (Ryan 1991; Jenkins et al. 2010; McDowall 2010;
Thuesen et al. 2011 in Tweedley et al. 2013).
Nilai H’ pada musim kemarau di stasiun SEK 12 nilainya rata-rata lebih
rendah daripada di stasiun SEK 20. Nilai H’ pada musim kemarau di stasiun SEK
12 berkisar 0,90-1,69 sedangkan di stasiun SEK 20 nilainya berkisar 0,76-1,99.
Musim hujan menunjukkan hasil H’ yang berbeda dengan musim kemarau.
Stasiun SEK 12 memiliki nilai H’ rata-rata yang lebih tinggi daripada stasiun SEK
20 yakni berkisar 0,80-1,69 sedangkan di stasiun SEK 20 berkisar 0,65-1,65.
Nilai E di stasiun SEK 12 pada musim kemarau rata-rata berkisar 0,43-0,93
sedangkan pada musim hujan rata-rata berkisar 0,48-0,81. Nilai E di stasiun SEK
20 rata-rata pada musim kemarau berkisar 0,42-0,69 sedangkan pada musim hujan
nilainya rata-rata berkisar 0,37-0,75. Rata-rata nilai tersebut lebih tinggi pada
musim kemarau daripada saat musim hujan.
Musim kemarau di stasiun SEK 12 menunjukkan nilai C berkisar 0,20-0,61
sedangkan di stasiun SEK 20 nilainya berkisar 0,21-0,67. Musim hujan di stasiun
SEK 12 nilai C rata-ratanya berkisar 0,25-0,59 sedangkan di stasiun SEK 20
nilainya berkisar 0,27-0,72. Grafik nilai indeks keanekaragaman, keseragaman,
dan dominansi berdasarkan waktu pengamatan di setiap stasiun pengambilan
sampel dapat dilihat secara berturut-turut pada Gambar 4, Gambar 5, dan Gambar
6.
Indeks keanekaragaman
2.5
2
1.5
1
0.5
2008
+
2009
- - -
2010
+
-
2011
-
+
2012
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
0
2013
-
Waktu pengamatan
H' (SEK 12)
H' (SEK 20)
Gambar 4 Indeks keanekaragaman ikan berdasarkan waktu pengamatan di setiap
stasiun pengambilan sampel
14
1.00
0.90
Indeks Keseragaman
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
2008
2009
2010
2011
Waktu pengamatan
E (SEK 12)
2012
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
0.00
2013
E (SEK 20)
Gambar 5 Indeks keseragaman ikan berdasarkan waktu pengamatan di setiap
stasiun pengambilan sampel
0.80
Indeks Dominnasi
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
2008
2009
2010
2011
Waktu pengamatan
C (SEK 12)
2012
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
hujan
kemarau
0.00
2013
C (SEK 20)
Gambar 6 Indeks dominansi ikan berdasarkan waktu pengamatan di setiap stasiun
pengambilan sampel
15
Interaksi antara habitat dan variasi musiman dalam keanekaragaman
merupakan salah satu hal yang penting untuk membentuk komunitas ikan sungai
(Suarez et al. 2007). Menurut Ostrad and Wilde (2002), keanekaragaman
meningkat secara gradien dari hulu ke hilir. Keanekaragaman ikan pada musim
kemarau di stasiun SEK 12 nilainya lebih kecil daripada SEK 20 dan sebaliknya
pada musim hujan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan ukuran dan heterogenitas
habitat dikedua musim. Perubahan ukuran dan heterogenitas habitat berkorelasi
positif dengan gradien sungai dari hulu ke hilir tetapi berkorelasi negatif dengan
arus sungai (Taylor et al. 2006). Semakin ke arah hilir, ukuran dan heterogenitas
habitat semakin meningkat tetapi kecepatan arus semakin berkurang.
Luas dan kedalaman sungai semakin meningkat di bagian hilir sehingga
habitat bagi ikan semakin besar jika dibandingkan dengan bagian hulu. Debit
sungai pada musim kemarau jumlahnya menurun dan menjadi semakin mengecil
pada lokasi yang berada lebih ke arah hulu. Hal ini berpengaruh terhadap ukuran
atau ketersediaan habitat bagi ikan di sungai. Oleh karena itu, pada stasiun SEK
20 yang letaknya lebih ke arah hilir, ikan yang ditangkap lebih beragam daripada
stasiun SEK 12. Kondisi perairan seperti arus yang meningkat ke arah hulu
berpengaruh terhadap laju limpasan air di sungai. Perairan sungai yang masih
memiliki konektivitas tinggi dengan daratan membuat kondisi perairan banyak
terpengaruh oleh daratan. Kekeruhan yang meningkat pada musim hujan akibat
adanya run off berakibat pada keberadaan ikan di sungai. Semakin ke arah hulu
arus semakin cepat sehingga bahan tersuspensi dan terlarut dalam air semakin
cepat terbilas atau tersapu. Sebaliknya, semakin ke arah hilir arus semakin lambat
dan mengakibatkan bahan-bahan tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk dapat terbilas dari perairan sehingga di bagian hilir terjadi proses
sedimentasi yang lebih tinggi. Perbedaan karakteristik dan kondisi habitat
memiliki peran penting pada kelimpahan dan keanekaragaman ikan dalam suatu
komunitas (Langeani et al. 2005). Hal ini mengakibatkan stasiun SEK 20
keanekaragamannya lebih rendah dibandingkan stasiun SEK 12 karena kekeruhan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan hidup ikan.
Keseragaman spesies di stasiun SEK 12 pada musim kemarau dan hujan
lebih tinggi daripada SEK 20. Nilai indeks keseragaman pada stasiun tersebut
mendekati nilai satu yang berarti masing-masing spesies yang ditangkap
jumlahnya relatif merata. Semakin merata penyebaran individu antara spesies
maka keseimbangan ekosistem semakin meningkat (Fachrul 2007 in Jukri et al.
2013). Keseragaman ikan pada stasiun SEK 12 yang sama-sama tinggi dikedua
musim dikarenakan perubahan kondisi habitat terutama kondisi fisik perairan pada
kedua musim di stasiun tersebut tidak begitu berbeda secara signifikan
dibandingkan dengan stasiun SEK 20.
Berdasarkan variasi musiman, komunitas ikan yang menyusun ekosistem
pada sungai yang lebih ke arah hilir lebih sedikit spesiesnya karena adanya variasi
parameter hidrologi dan ukuran habitat yang berbeda (Leunda et al. 2012). Indeks
dominansi pada kedua musim di masing-masing stasiun pengamatan nilainya
berfluktuasi. Nilainya rata-rata tidak cukup tinggi atau mendekati nol sehingga
dapat diketahui bahwa pada kedua musim di masing-masing stasiun tidak terjadi
dominansi oleh jenis spesies tertentu. Namun, rata-rata nilai indeks dominasi di
stasiun SEK 20 lebih tinggi daripada SEK 12 terutama pada saat musim hujan.
Hal ini karena pada daerah sungai yang lebih ke arah hilir, parameter hidrologi
16
seperti kekeruhan lebih tinggi nilainya sehingga ukuran habitat untuk ikan
menjadi berkurang. Oleh karena itu, pada musim hujan di stasiun SEK 20 ada
beberapa spesies yang lebih mendominasi karena ikan tersebut mampu bertahan
hidup pada kondisi perairan dengan kekeruhan tinggi.
Ikan yang ditangkap di Sungai Sekongkang dari tahun 2008-2013
didominasi oleh spesies native dan hanya ada tiga spesies dari 40 spesies ikan
yang ditangkap merupakan jenis ikan introduksi. Ikan introduksi yang ditangkap
yaitu Oreochromis mossambicus, Poecilia sp. dan Xiphophorus helleri.
Kelimpahan relatif spesies Oreochromis mossambicus dan Poecilia sp. tidak
cukup tinggi atau tergolong rendah di Sungai Sekongkang. Jenis spesies
introduksi yang cukup tinggi kelimpahannya adalah Xiphophorus helleri tetapi
jumlahnnya tidak cukup tinggi jika dibandingkan dengan kelimpahan spesies
native yang ada. Banyaknya spesies native yang ditangkap dibandingkan dengan
spesies introduksi menunjukkan kondisi ekosistem perairan Sungai Sekongkang
masih tergolong baik. Hal ini dikarenakan adanya spesies introduksi tidak
mempengaruhi keberadaan spesies native di sungai tersebut (Boseto et al. 2007).
Alternatif Pengelolaan
Sungai Sekongkang merupakan sungai yang masih memiliki kondisi
perairan yang baik bagi habitat ikan. Keanekaragaman ikan di sungai tersebut juga
tergolong cukup tinggi dan tidak adanya spesies tertentu yang mendominasi
komunitas ikan di sungai tersebut. Sebagian besar ikan yang ada di Sungai
Sekongkang yaitu famili Gobiidae yang bersifat amphidromus atau melakukan
ruaya dari sungai ke laut. Telur ikan ini akan terbawa arus sungai dari hulu hingga
ke laut. Kemudian larva ikan ini akan kembali lagi ke hulu. Kegiatan
pembangunan bendungan di daerah aliran Sungai Sekongkang dapat memutus
aliran sungai yang akan berdampak pada terganggunya fase perkembangan ikan
tersebut. Oleh karena itu, upaya yang diperlukan untuk menjaga kelestarian
sumberdaya ikan famili Gobiidae yaitu dengan membuat tangga ruaya sehingga
mempermudah ikan dalam beruaya. Selain itu, diperlukan juga upaya untuk
menjaga kualitas air Sungai Sekongkang sehingga air sungai tidak tercemar
seperti tidak membuang limbah pertambangan ke aliran Sungai Sekongkang.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ikan yang ditangkap di bagian hulu Sungai Sekongkang dari tahun 2008
hingga 2013 berjumlah 2640 ekor yang terdiri dari 40 jenis spesies ikan dari 13
famili dan 6 ordo. Nilai indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi di
Sungai Sekongkang berturut-turut adalah 2,03; 0,62; dan 0,15. Keanekaragaman
ikan di hulu Sungai Sekongkang cukup tinggi dan kemerataan spesiesnya merata
sehingga tidak ada spesies tertentu yang mendominasi. Struktur komunitas ikan di
bagian hulu Sungai Sekongkang berubah menurut musim dan gradien sungai.
Keanekaragaman dan keseragaman ikan meningkat secara gradien dari hulu ke
17
hilir. Komunitas ikan pada musim kemarau memiliki keanekaragaman dan
keseragaman spesies yang lebih tinggi daripada musim hujan. Keanekaragaman,
keseragaman, dan dominansi komunitas ikan di Sungai Sekongkang dipengaruhi
oleh faktor heterogenitas habitat, kondisi perairan, dan ketersediaan habitat.
Saran
Perlu dilakukan penelitian terkait konektivitas antar habitat stasiun
pengamatan dan aspek reproduksi dan kebiasaan makanan ikan-ikan yang banyak
ditangkap di Sungai Sekongkang. Selain itu, perlu dilakukan penelitian kondisi
kualitas air menggunakan bioindikator selain ikan, seperti makroinvertebrata.
DAFTAR PUSTAKA
Allen G. 2000. Marine Fishes of South-East Asia. Australia (AUS): Periplus
Edition (HK) Ltd.
Boseto D, Clare M, Patrick P, Tikai P. 2007. Biodiversity and conservation of
freshwater fishes in selected rivers on Chioseul Island, Solomon Island. J.
Nat of Scien. [Internet]. [diunduh 2013 Jul 29]; 3; 16-21. Tersedia pada:
http://www.publish.csiro.au/journals/spjnx.
Casatti L, Castro RMC. 1998. A fish community of the Sao Francisco River
headwater riffles, southeastern Brazil. J. Ichtyol Explor Fresh. [Internet].
[diunduh 2013 Feb 26]; 9(3); 229-242. Tersedia pada:
http://www.sfrancisco.bio.br/arquivos/Casatti%20L001%20.pdf.
Humpl M, Pivincka K. 2006. Fish assemblages as influenced by environmental
factor in streams in protected areas of the Czech Republic. J. Ecol Fresh
Fish. 15: 96-103. doi: 10.1111/j.1600-0633.2006.00126.x.
Jain R, Choudhary P, Dhakad NK. 2013. Study on ichtyofaunal diversity of
Baliwali Tank in Indore (M.P). J. Chem, Biol, and Phys Scien. [Internet].
[diunduh 2013 Juli 4]; 3(1): 336-344. Tersedia pada: http: // jcbsc.org/
journal/ Paper/ Vol_3_I_1_2012/B18.pdf
Jukri M, Emiyarti, Kamri S. 2013. Keanekaragaman jenis ikan di Sungai
Lamunde Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi
Tenggara. J Min Laut Indones. 01(01):23-37.
Korkmaz AS, Zencir O. 2009. Fish community structure in Suveri Stream, Central
Anatolia, Turkey. J. Anim Veter. [Internet]. [diunduh 2013 Feb 26]; 8(11):
2305-2310. Tersedia pada: http : //docsdrive.com /pdfs /medwelljournals
/javaa/2009/2305-2310.pdf.
Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoatmodjo S. 1993. Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Singapore (SG): Periplus
Edition.
Krebs CJ. 1972. Ecology : The Experimental Analysis of Distribution and
Abundance. New York (US) : Harper and Row Publisher.
________. 2008. The Ecological World View. Australia (AU) : CSIRO Publishing.
18
Kristina EL. 2001. Komposisi jenis ikan Sungai Cimanuk segmen Kabupaten
Garut serta pola pertumbuhan dan reproduksi ikan yang dominan [skripsi].
Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Langeani F, Casatti L, Gameiro HS, Carmo AB, Rossa-Feres DC. 2005. Riffle
and pool fish communities in a large stream of southeastern Brazil.
[Internet]. [diunduh pada 2013 Mar 4]. J. Neot Icht. 3(2): 305