Identifikasi Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja Di Workshop PT. Putra Tunas Megah Medan Tahun 2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Riset yang dilakukan oleh International Labour Office (ILO) tahun 2009
menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata 5500 orang meninggal, setara
dengan satu orang setiap 15 detik, dan setiap 15 detik 160 pekerja mengalami
kecelakaan kerja, berarti dalam satu hari hampir satu juta pekerja menderita akibat
kecelakaan kerja (ILO, 2009).
Perkembangan

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi

telah


membuat

penggunaan alat-alat produksi semakin komplek. Makin kompleknya peralatan
yang digunakan, makin besar pula potensi bahaya yang mungkin terjadi dan
makin besar pula kecelakaan kerja yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan
penanganan dan pengendalian sebaik mungkin. Setiap tahun ada lebih dari 250
juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit
karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja meninggal akibat
kecelakaan dan sakit di tempat kerja (ILO, 2013).
Menurut Hadiguna yang dikutip oleh Saragih (2015) menyatakan
kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada
pekerja di perusahaan. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu
aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 13
Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan
kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya

1
Universitas Sumatera Utara

2


kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan
kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan
keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan
keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional
dan psikologi.
Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat
kerja khususnya di lingkungan industri. Menurut International Labour
Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh
penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian
terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian akibat penyakit
akibat hubungan pekerjaan. Data dari Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasional (DK3N) menunjukkan bahwa kecenderungan kejadian kecelakaan kerja
meningkat dari tahun ke tahun yaitu 82.456 kasus di tahun 1999 meningkat
menjadi 98.905 kasus di tahun 2000 dan naik lagi mencapai 104.774 kasus pada
tahun 2001. Dari kasus-kasus kecelakaan kerja 9,5% diantaranya (5.476 tenaga
kerja) mendapat cacat permanen. Ini berarti setiap hari kerja ada 39 orang pekerja
yang mendapat cacat baru atau rata-rata 17 orang meninggal karena kecelakaan
kerja (Riyadina, 2007).
Di zaman yang


modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah

dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya
mesin. Dengan bantuan mesin produktivitas akan semakin meningkat, disamping
kualitas yang semakin baik dan standar (Anizar, 2009). Kemajuan teknologi
tersebut telah banyak menyumbangkan berbagai hal positif dalam pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara

3

ekonomi dan kemajuan sosial di dunia industri. Namun demikian, disisi lain
kemajuan teknologi juga mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan, antara
lain berupa terjadinya peningkatan pencemaran lingkungan, kecelakaan kerja, dan
timbulnya berbagai macam penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2012).
Disaat sebuah perusahaan baik besar maupun kecil tidak lagi
membutuhkan tenaga kerja yang banyak karena hadirnya mesin tadi. Mesin dapat
membuat keuntungan yang cukup besar bagi penggunanya, namun dapat juga
membuat kerugian karena mesin itu sewaktu-waktu dapat rusak, meledak atau

terbakar. Rusaknya mesin atau meledak ataupun terbakar disebut dengan
kecelakaan kerja.
Menurut Sinaga et al. (2014), dalam penelitian yang berjudul identifikasi
dan analisa risiko kecelakaan kerja dengan metode FMEA (Failure Mode and
Effect Analysis) dan FTA (Fault Tree Analysis) di proyek jalan tol SurabayaMojokerto. Sumber penyebab risiko kecelakaan disebabkan oleh 4 faktor, yaitu
faktor manusia/perilaku kerja, faktor karateristik/lingkungan proyek, faktor
peralatan dan bahan material dan faktor metode kerja.
Terjadinya kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja merupakan
dampak dari paparan risiko yang akan selalu ada di setiap tempat dan proses kerja,
bahkan di setiap tempat kegiatan manusia. Banyak sekali jenis risiko dan setiap
risiko memiliki dampak yang berlainan (Syaaf, 2008).
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk tempat kerja yang aman dari bahaya kecelakaan, sehat, bebas
dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari

Universitas Sumatera Utara

4

kecelakaan kerja penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan

efisiensi dan produktifitas kerja (Eva, 2008).
Jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tahun 2011-2014 yang paling tinggi
pada 2013 yaitu 35.917 kasus kecelakaan kerja (Tahun 2011 = 9.891; Tahun 2012
= 21.735; Tahun 2014 = 24.910). Provinsi dengan jumlah kasus kecelakaan akibat
kerja tertinggi pada tahun 2011 adalah Provinsi Banten, Kalimantan Tengah dan
Jawa Timur; Tahun 2012 adalah Provinsi Jambi, Maluku dan Sulawesi Tengah;
Tahun 2013 adalah Provinsi Aceh, Sulawesi Utara dan Jambi; tahun 2014 adalah
Provinsi Sulawesi Selatan, Riau dan Bali. Jumlah kasus kecelakaan kerja di
Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011 sebanyak 68 kasus, tahun 2012
sebanyak 397 kasus, dan pada tahun 2013 sebanyak 607 kasus (Kementerian
Kesehatan RI., 2015).
Data di PT Jamsostek menyebutkan kejadian kecelakaan cenderung
meningkat dalam kurun waktu lima tahun terakhir, menyusul makin
bertambahnya jumlah peserta yang terdaftar. Tahun 2011 tercatat sebanyak 99.491
kasus kecelakaan kerja atau rata-rata 414 kasus per hari, dengan pembayaran
jaminan mencapai Rp 504 miliar. Tahun 2012 meningkat menjadi 103.000 kasus
atau naik sebesar 3,41%. Jumlah pekerja yang mengalami kecelakaan kerja relatif
masih tinggi pada tiap tahunnya. PT Jamsostek yang sekarang ditransformasi
menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mendata
selama tahun 2013 jumlah pesertanya yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak

129.911 orang dengan perincian sekitar 69,59% terjadi di dalam perusahaan
ketika mereka bekerja. Terjadi di luar perusahaan sebanyak 10,26 % dan sekitar

Universitas Sumatera Utara

5

20,15% merupakan kecelakaan lalu lintas. Sementara data BPJS Ketenagakerjaan
mencatat terjadinya 8.900 kasus kecelakaan kerja dalam rentang waktu Januari April 2014 (Andani, 2015).
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 164
mengenai kesehatan kerja disebutkan upaya kesehatan kerja ditujukan untuk
melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan, pengelola tempat kerja wajib
bertanggung jawab atas kecelakaan kerja yang terjadi di lingkungan kerja sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pada pasal 165 disebutkan
bahwa pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga
kerja.
PT. Putra Tunas Megah merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang
bergerak dalam bidang konstruksi dan pembuatan mesin-mesin untuk keperluan

pabrik kelapa sawit. Produk utama yang menjadi keunggulan perusahaan ini
adalah sterilizer dan pintu sterilizer dengan dimensi dan ukuran yang dapat
disesuaikan dengan permintaan dari pihak konsumen.
PT. Putra Tunas Megah memiliki 5 (lima) alur proses kerja yaitu proses
pemotongan, pengerolan, pengelasan, pembubutan, dan fabrikasi. Proses produksi
di PT. Putra Tunas Megah dilakukan secara semi otomatis dimana mesin-mesin
yang digunakan masih dikendalikan oleh manusia. Pada masa awal berdirinya,
perusahaan ini memulai usahanya dengan melakukan produksi dalam skala kecil
dan seiring dengan meningkatnya permintaan dari pabrik kelapa sawit, perusahaan

Universitas Sumatera Utara

6

ini juga meningkatkan jumlah dan variasi produknya serta memperluas daerah
pemasarannya hingga mencapai Jawa dan Kalimantan.
Bahan baku utama yang digunakan adalah baja lembaran dan kawat las.
Dalam setiap proses produksi pekerja menggunakan mesin dan alat-alat berat
yang dapat menjadikan potensi bahaya bagi para pekerja. Mesin yang digunakan
antara lain: Portable profilling gas cutting machine, las robot, mesin rol, crane

machine, mesin gerinda, mesin las listrik. Potensi-potensi bahaya ini sangat
memungkinkan untuk memicu terjadinya kecelakaan kerja yang akan merugikan
pekerja dan perusahaan.
Pada area workshop terdapat dua area yaitu di dalam gedung dan outdoor.
Pada area outdoor proses kerja yang dialkukan adalah poses pemotongan dan
pengerolan, hal ini dikarenakan bahan baku yang cukup besar dan panjang
sehingga akan membutuhkan banyak ruang. Proses kerja yang berada di dalam
gedung yaitu pengelasan, pembubutan, dan fabrikasi. Area setiap proses kerja
tidak memiliki sekat khusus yang membatasi, semua nya berada dalam satu
ruangan dan disetiap area memiliki potensi bahaya yang berbeda.
Pada bagian pemotongan pekerja harus memotong lembaran baja
menggunakan portable profiling gas cutting machine sesuai dengan diameter
sterilizer yang dibutuhkan. Selanjutnya proses pengerolan, lembaran baja yang
telah dipotong akan diroll di mesin roll sehingga membentuk lingkaran. Baja yang
telah di roll akan dilakukan pengelasan. Pada proses pengelasan dilakukan dengan
2 tahap, yaitu pengelasan manual dan pengelasan robot dengan mesin las robot
otomatis. proses selanjutnya adalah pembubutan, proses ini untuk menghasilkan

Universitas Sumatera Utara


7

bagian-bagian berbentuk silindris pada baja menggunakan mesin bubut. Proses
terakhir adalah fabrikasi yaitu proses pengecatan dan perakitan hasil produksi.
Untuk memindahkan material ketiap proses produksi digunakan crane machine
tetapi karena jumlah crane yang dimiliki tidak terlalu banyak pekerja harus
bergantian untuk menggunakannya.
Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, diperoleh data
kecelakaan kerja di PT. Putra Tunas Megah pada tahun 2013 sebanyak 2 orang,
tahun 2014 sebanyak 2 orang, dan pada tahun 2016 sebanyak 4 orang. Total
pekerja yang mengalami kecelakaan kerja tahun 2013-2016 sebanyak 8 orang.
Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dibawa ke klinik kesehatan untuk
diobati. Selain itu terdapat pekerja yang mengalami cedera ringan yang hanya
diobati di tempat kerja.
Tabel 1.1 Data Kecelakaan Kerja PT. Putra Tunas Megah Medan
Tahun
2013

Proses
Pembubutan


Pembubutan
2014

2016

Kejadian
Tertimpa lockring yang sedang dibubut sehingga
menimpa paha sebelah kiri operator.
Tertimpa/kejatuhan tutup hock crane 5 ton yang
terlepas dan mengenai bagian kepala operator.

Pembubutan

Terkena gancu penarik sampah buubutan sehingga
terluka pada posisi rahang sebelah kanan tembus
ke mulut.

Pemeliharaan


Tangan terjepit roda crane end carry.

Fabrikasi

Kaki koyak
potongan.

terkena

potongan

plate

bekas

Pemeliharaan

Kaki koyak
potongan.

terkena

potongan

plate

bekas

Fabrikasi

Tangan tertimpa engsel pintu rebusan sehingga

Universitas Sumatera Utara

8

koyak dan keseleo.
Fabrikasi

Jari kaki koyak/keseleo karena tertimpa lockring.

Perusahaan ini belum memiliki bagian K3 serta ahli K3 sehingga pengawasan
dilakukan oleh supervisor. Supervisor juga yang menetapkan kebijakan-kebijakan
untuk dapat meningkatkan efisiensi kerja. Apabila terjadi kasus kecelakaan akan
dilaporkan kepada supervisor untuk dilakukan penanganan kecelakaan serta
pencatatan. Untuk memastikan hasil produksi yang dibuat sudah sesuai dengan
standar yang ditetapkan Disnaker, sebelum dilakukan pengiriman produk kepada
pelanggan pihak Disnaker akan mengirimkan karyawannya untuk pengujian
langsung.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Winiarto et.al. (2013), identifikasi
penilaian aktivitas pengelasan pada bengkel umum dengan pendekatan job safety
analysis, didapat potensi bahaya yang memiliki tingkat risiko/peringkat risiko
tertinggi adalah terkena sinar ultraviolet dan infra merah, asap pengelasan terhirup
pekerja, percikan api mengenai benda yang mudah terbakar atau mengenai
tabung, terdapat kandungan gas hidrogen di area pengelasan tempat tertutup dan
ketinggian, dan terjatuh/terpeleset dari ketinggian.
Untuk dapat menciptakan upaya perlindungan bagi pekerja dari bahaya perlu
dilakukan identifikasi bahaya. Bahaya-bahaya dapat diidentifikasi

melalui

prosedur analisis keselamatan kerja (Job Safety Analysis atau JSA). JSA biasa
digunakan bagi perusahaan yang memiliki bahaya-bahaya berkaitan dengan
mesin-mesin dan peralatan-peralatan seperti: pusat kegiatan, perangkat penyaluran
tenaga, sumber energi bahaya, area bukan tempat kerja di sekeliling mesin-mesin,

Universitas Sumatera Utara

9

pekerjaan pelayanan dan pemeliharaan, serta pekerja-pekerja lain yang berdekatan
(Rijanto, 2011).
JSA merupakan salah satu teknik analisa bahaya yang sangat populer dan
banyak

digunakan

di

lingkungan

kerja.

Teknik

ini

bertujuan

untuk

mengidentifikasi dan menganalisa bahaya dalam suatu pekerjaan. Hal ini sejalan
dengan pendekatan sebab kecelakaan yang bermula dari adanya kondisi atau
tindakan tidak aman saat melakukan suatu aktivitas, dengan melakukan
identifikasi bahaya pada setiap jenis pekerjaan dapat dilakukan langkah
pencegahan yang tepat dan efektif (Ramli, 2010).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana
identifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja di workshop PT. Putra Tunas Megah
Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah bagaimanakah potensi bahaya kecelakaan kerja pada pekerja bagian
workshop PT. Putra Tunas Megah Medan.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun yang menjadi tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja di workshop PT. Putra Tunas
Megah Medan.

Universitas Sumatera Utara

10

1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Untuk mengidentifikasi potensi bahaya pada proses pemotongan di workshop
PT. Putra Tunas Megah.

2.

Untuk mengidentifikasi potensi bahaya pada proses pengerolan di workshop
PT. Putra Tunas Megah.

3.

Untuk mengidentifikasi potensi bahaya pada proses pengelasan di workshop
PT. Putra Tunas Megah.

4.

Untuk mengidentifikasi potensi bahaya pada proses pembubutan di workshop
PT. Putra Tunas Megah.

5.

Untuk mengidentifikasi potensi bahaya pada proses fabrikasi di workshop PT.
Putra Tunas Megah.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi tenaga kerja terkait dalam bahaya kecelakaan kerja
2. Sebagai masukan kepada tenaga kerja tentang aspek-aspek keselamatan dan
kesehatan kerja sekaligus sebagai bahan pertimbangan dalam upaya perbaikan
dan peningkatan efisiensi di tempat kerja.
3. Menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis tentang potensi kecelakaan
kerja
4. Sebagai masukan dan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian sejenis.

Universitas Sumatera Utara