Identifikasi Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja Di Workshop PT. Putra Tunas Megah Medan Tahun 2017

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Kerja
2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja
Menurut OHSAS 18001:2007 kecelakaan kerja didefinisikan sebagai
kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera
atau kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian kematian atau kejadian
yang menyebabkan kematian.
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan
kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang
mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan
kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Sedangkan menurut UU No.3
Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah
kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju
tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan
sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu,
harta benda, atau properti maupun korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses
kerja industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan

kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan
terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.

11

Universitas Sumatera Utara

12

Maka dalam hal ini terdapat dua permasalahan penting, yaitu kecelakaan adalah
akibat langsung pekerjaan atau kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang
dilakukan (Suma’mur, 1987).
2.1.2 Teori Kecelakaan Kerja
Beberapa teori yang terkait dalam kecelakaan kerja menurut Goetsch
(2008) antara lain:
1.

Teori Swiss Cheese
Pada teori ini, James Reason membagi penyebab kelalaian atau kesalahan
manusa menjadi 4 tingkatan:

a.

Tindakan tidak aman (unsafe acts)

b.

Pra-kondisi yang menyebabkan tindakan tidak aman (precondition for
unsafe acts)

c.

Pengawasan yang tidak aman (unsafe supervision)

d.

Pengaruh organisasi (organization influence)
Dalam swiss cheese model, berbagai macam tipe kesalahan manusia ini

merepresentasikan lubang pada sebuah keju. Jika keempat keju ini sama-sama
mempunyai lubang, maka kecelakaan menjadi tak terhindarkan.

2.

Teori Domino
Fakor penyebab kecelakaan ini ditemukan oleh H.W.Heinrich dengan teori
dominonya yang menggolongkan atas:
a.

Ancestery and sosial evironment : karakter negatif dari seseorang untuk
berperilaku tidak aman, seperti ceroboh. Selain itu pengaruh lingkungan
sosial juga dapat menyebabkan seseorang membuat kesalahan.

Universitas Sumatera Utara

13

b.

Fault of person : karakter negatif yang menyebabkan kesalahan pada
seseorang yang mejadi penyebab melakukan tindakan tidak aman.


c.

Unsafe act and/or mechanical or physical hazard : tindakan tidak aman
seseorang.

d.

Accident : kejadian kecelakaan, seperti jatuh, terkena benda yang
menghasilkan penyebab kecelakaan .

e.

Injury : cidera yang merupakan hasil dari kecelakan.
Penggunaan teori domino ini digunakan sebagai petunjuk pertama, satu

domino yang dapat menghancurkan empat domino yang lain, kecuali pada
titik tertentu sebuah domino diangkat untuk menghentikan rangkaian.
Domino yang paling mudah dan paling efektif dihilangkan adalah domino
yang tengah yang berlabel “ tindakan dan atau kondisi yang tidak aman”.
3.


Human Factor Theory
Menurut Goetsch (2008) teori human faktor menyebutkan kecelakaan
karena kesalahan manusia.Teori ini dikembangkan oleh Ferel. Ada tiga faktor
yang menyebabkan kesalahan manusia yaitu : overload, inappropriate
respons, incompability dan inappropriate activites.
a.

Overload adalah ketidakseimbangan anatara beban kerja dengan
kapasitas yang dimiliki pekerja dalam melakukan pekerjaan. Selain
beban kerja individu, terdapat juga beban tambahan dari faktor
lingkungan (contohnya kebisingan dan gangguan lainnya), faktor internal
(contohnya masalah pribadi, stress emosional, rasa cemas, dan lain-lain),

Universitas Sumatera Utara

14

serta faktor situasi (misalnya tingkat risiko, instruksi yang tidak jelas, dan
lain-lain).

b.

Respon yang tidak tepat adalah bagaimana seseorang menghadapi situasi
yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Bila seseorang mendeteksi
adanya bahaya namun tidak melakukan apa-apa untuk mencegahnya,
maka itu berarti dia telah melakukan respon yang tidak tepat.

c.

Aktifitas yang tidak tepat adalah ketidaktahuan seseorang yang
mengerjakan suatu pekerjaan namun orang tersebut belum terlatih untuk
malakukan pekerjaan tersebut.

2.1.3 Penyebab Kecelakaan Kerja
Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama adalah
faktor mekanis dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor
manusia. Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri yang merupakan
penyebab kecelakaan. Untuk menentukan sebab dari kecelakaan tersebut maka
dilakukanlah analisis kecelakaan.
Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokan menurut

keperluan dengan suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab
kecelakaan dapat disusun menurut kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak,
dan perangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau
perkakas yang dipegang dengan tangan (manual), menginjak atau terbentur
barang, luka bakar oleh benda pijar dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari
kecelakaan yang menyebabkan kematian karena terjatuh, baik ditempat tinggi
maupun ditempat datar (Suma’mur, 2009).

Universitas Sumatera Utara

15

Menurut Djati (2001) penyebab kecelakaan dapat dibagi 2:
1.

Kondisi tidak aman (unsafe condition)
Kondisi tidak aman dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan
pekerja di lingkungan kerja seharusnya mematuhi aturan dari Industrial
Hygiene, yang mengatur agar kondisi tempat kerja aman dan sehat. Apabila
tempat kerja tidak mengikuti aturan kesehatan dan keselamatan kerja yang

telah ditentukan maka terjadilah konsisi yang tidak aman sebagai contoh,
lantai yang licin sehingga dapat menyebabkan jatuhnya seseorang, selang air
yang melintang di jalan, dan lain-lain.

2.

Tindakan tidak aman (unsafe action)
Menurut penelitian hampir 85% kecelakaan terjadi disebabkan faktor manusia
yang melakukan tindakan tidak aman. Tindakan tidak aman ini dapat
disebabkan oleh:
a. Karena tidak tahu
Yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan
dengan aman dan tidak tahu bahaya-bahaya yang ada.
b. Karena tidak mampu/ tidak bisa
Yang bersangkutan telah mengetahui cara kerja yang aman, bahayabahaya yang ada tetapi karena belum mampu, kurang terampil dia
melakukan kesalahan.
c. Walaupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja dan peraturanperaturannya serta yang bersangkutan dapat melaksanakannya, tetapi

Universitas Sumatera Utara


16

karena tidak mau melaksanakan maka terjadi kecelakaan, misalnya tidak
mau memakai alat keselamatan atau meleepas alat pengaman.
Menurut

Rijanto

(2010),

penyebab-penyebab

yang

paling

sering

menyebabkan kematian dan cedera adalah:
1.


Jatuh
Orang-orang jatuh karena jalan yang menuju dan dari tempat kerja tidak baik,
atau tempat kerjanya itu sendiri tidak aman. Ada 5 kelompok pekerjaan
berisiko tinggi dimana jatuh merupakan akibat yang utama, yaitu: Pekerjaan
atap, pekerjaan pemasangan konstruksi baja, pekerjaan pemasangan rangka,
pengecoran beton, dan pekerjaan pembongkaran.

2.

Benda-benda jatuh dan roboh
Orang dapat kejatuhan benda yang sedang ddiangkat, benda yang terguling
atau yang terlepas dari kedudukannya; kejatuhan atau tertimbun oleh bahanbahan saat penggalian, robohnya bangunan atau rangka.

3.

Kecelakaan-kecelakaan akibat listrik
Orang-orang menderita syok listrik dan terbakar bila menggunakan peralatan
yang tidak aman dan bila tersentuh pada kabel-kabel listrik di atas kepala dan
kabel-kabel yang ditanam.


4.

Alat berat yang bergerak
Konstruksi peralatan ini berat dan tempat dimana bidang pandang
operatornya tidak baik, orang yang berjalan di lokasi pekerjaan dapat cedera
atau meninggal disebabkan kendaraan yang bergerak, terutama saat mundur.

Universitas Sumatera Utara

17

2.1.4 Klasifikasi Kecelakaan Kerja
A. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan:
1. Terjatuh
2. Tertimpa benda
3. Tertumbuk atau terkena benda-benda
4. Terjepit oleh benda
5. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
6. Pengaruh suhu tinggi
7. Terkena arus listrik
8. Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi
B. Klasifikasi menurut penyebab :
1. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergajian
kayu, dan sebagainya.
2. Alat angkut, alat angkut darat, udara dan air.
3. Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,
alat-alat listrik, dan sebagainya.
4. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak, gas, zat-zat
kimia, dan sebagainya.
5. Lingkungan kerja (diluar bangunan, didalam bangunan dan dibawah
tanah).
6. Penyebab lain yang belum masuk tersebut diatas.

Universitas Sumatera Utara

18

C. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan :
1. Patah tulang
2. Dislokasi (keseleo)
3. Regang otot (urat)
4. Memar dan luka dalam yang lain
5. Amputasi
6. Luka di permukaan
7. Geger dan remuk
8. Luka bakar
9. Keracunan-keracunan mendadak
10. Pengaruh radiasi
D. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh :
1. Kepala
2. Leher
3. Badan
4. Anggota atas
5. Anggota bawah
6. Banyak tempat
7. Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut (Suma’mur,
1987).

Universitas Sumatera Utara

19

2.1.5 Kerugian yang Disebabkan Kecelakaan Kerja
Tiap Kecelakaan merupakan suatu kerugian, yang antara lain tergambar
dari pengeluaran dan besarnya biaya kecelakaan. Biaya yang dikeluarkan akibat
terjadinya kecelakaan seringkali sangat besar, biaya tersebut bukan semata-mata
beban perusahaan melainkan juga beban masyarakat dan negara secara
keseluruhan. Biaya ini dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tersembunyi.
Biaya langsung ialah biaya P3K, pengobatan, dan perawatan, biaya rumah sakit,
biaya angkutan, biaya upah selama pekerja tidak mampu bekerja, kompensasi
cacat dan biaya kerusakan bahan, perlengkapan, peralatan dan mesin. Biaya
tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu dan beberapa
waktu pasca kecelakaan terjadi. Biaya ini meliputi terhentinya operasi perusahaan,
oleh karena pekerja lainya menolong korban atau berhenti bekerja, biaya yang
harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang ditimpa kecelakaan dan sedang
sakit serta berada dalam perawatan dengan orang baru yang belum bisa bekerja
pada tempat kerja tersebut. (Suma’mur,2009).
Menurut tarwaka, 2008 secara garis besar kerugian akibat kecelakaan kerja
dapat dikelompokan menjadi :
a.

Kerugian atau Biaya Langsung (direct cost)
Yaitu suatu kerugian yang dapat dihitung secara langsung dari mulai terjadi
peristiwa sampai dengan tahap rehabilitasi, seperti :
1) Penderitaan tenaga kerja yang mendapat kecelakaan dan keluarganya.
2) Biaya pertolongan pertama pada kecelakaan.
3) Biaya pengobatan dan perawatan, dll.

Universitas Sumatera Utara

20

b.

Kerugian atau Biaya Tidak Langsung atau Terselubung
Yaitu kerugian berupa biaya yang dikeluarkan dan meliputi suatu yang tidak
terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah terjadinya kecelakaan, biaya
tidak langsung ini antara lain mencakup :
1) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja yang mendapat kecelakaan.
2) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lain, seperti rasa ingin tahu, dan
rasa simpati serta setia kawan untuk membantu dan memberikan
pertolongan bagi korban, mengantar ke rumah sakit, dll.
3) Terhentinya proses produksi sementara, kegagalan pencapaian target,
kehilangan bonus, dll.

2.1.6 Pencegahan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan dapat dicegah, asal ada kemauan yang cukup untuk
mencegahnya dan pencegahan dilakukan atas dasar penegetahuan yang memadai
tentang sebab-sebab terjadinya kecelakaan dan penguasaan teknik-teknologi
upaya preventif terhadap kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan disuatu perusahaan
diketahui dengan melakukan analisis disetiap kecelakaan yang terjadi. Selain
analisis mengenai penyebab terjadinya suatu kecelakaan, untuk pencegahan
kecelakaan kerja sangat penting dilakukan identifikasi yang terdapat dan mungkin
menimbulkan insiden kecelakaan perusahaan serta assessment besarnya risiko
kecelakaan kerja.

Universitas Sumatera Utara

21

Menurut Suma’mur (2009), pencegahan kecelakaan kerja ditujukan
kepada:
1.

Lingkungan
Lingkungan harus memenuhi syarat lingkungan kerja yang aman serta
menunjukan persyaratan keselamatan, tata ruang yang baik, kondisi gedung
dan tempat kerja yang memenuhi syarat keselamatan. Syarat-syarat
lingkungan kerja meliputi hygiene umum, sanitasi, ventilasi udara,
pencahayaan dan penerangan di tempat kerja, dan pengaturan suhu ruangan di
tempat kerja.

2.

Mesin dan Peralatan
Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan perencanaan yang baik.
Perencanaan yang baik terlihat dari baiknya pagar atau tutup pengaman
(guarding) pada bagian-bagian mesin atau perkakas yang bergerak. Efektif
atau tidaknya pagar atau tutup pengaman terlihat dari bentuk dan ukurannya
yang sesuai dengan mesin atau alat serta perkakas yang memberikan
keselamatan bagi pekerja.

3.

Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi bagi
pekerja alat pelindung diri berupa pakaian kerja, kaca mata, sarung tangan,
harus cocok ukurannya sehingga nyaman dalam penggunaannya.

4.

Faktor manusia
Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia harus memperhatikan
tentang betapa pentingnya peraturan kerja, mempertimbangkan batas

Universitas Sumatera Utara

22

kemampuan dan keterampilan pekerja, meniadakan hal-hal yang mengurangi
konsentrasi pekerja, menegakkan disiplin kerja, menghindari perbuatan yang
mendatangkan kecelakaan, serta menghilangkan adanya ketidakcocokan fisik
dan mental (Suma’mur, 2009).
Menurut Ridley (2008), sasaran pencegahan kecelakaan adalah mencegah
terjadinya kecelakaan dan jika kecelakaan terjadi, mencegahnya agar tidak
terulang kembali.
Adapun prosedur pencegahan kecelakaan adalah:
1.

Mengidentifikasi bahaya

2.

Menghilangkan bahaya

3.

Mengurangi bahaya hingga seminm mungkin jika penghilangan bahaya tidak
dapat dilakukan

4.

Melakukan penilaian risiko residual

5.

Mengendalikan risiko residual
Pencegahan cedera memiliki dua komponen utama: mengantisipasi potensi

bahaya dan desain tempat kerja. Sistem surveilans yang dikembangkan dengan
data yang baik dapat membantu perusahaan mengantisipasi cedera potensial, baik
itu kecelakaan atau tindak kekerasan. Cedera seharusnya tidak lagi dianggap
akibat yang dihasilkan dari berada di tempat yang salah pada waktu yang salah.
Sebaliknya, pengusaha harus menganggap mereka sebagai peristiwa-biaya tinggi
dalam hal biaya pengobatan dan kehilangan produktivitas, biaya yang dibayar
oleh pekerja, pengusaha dan akhirnya konsumen. Namun, banyak perusahaan
menganggap hal tersebut sekadar kepatuhan, bukan pencegahan proaktif. Selain

Universitas Sumatera Utara

23

itu, jumlah saat ini yang dikeluarkan oleh pemerintah pada pencegahan cedera
kecil jika dibandingkan dengan uang yang dialokasikan untuk penyakit yang
paling kronis. Tetapi pengusaha beruapaya untuk memiliki program pencegahan
cedera yang dirancang dengan baik di tempat kerja (Healey dan Walker, 2009).
2.2 Bahaya
Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau
gangguan lainnya. Bahaya merupakan sifat yang melekat (inherent) dan menjadi
bagian dari suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan (Ramli, 2010)
Menurut Suma’mur (1987), bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam
hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut
disebut potensial, jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan.
Jika kecelakaan telah terjadi, maka bahaya tersebut sebagai bahaya nyata.
2.2.1 Jenis Bahaya
Menurut Ramli (2010), jenis bahaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.

Bahaya Mekanis
Bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya
mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak.
Misalnya mesin gerinda, press, tempa, pengaduk, dan lain-lain,
Bahaya yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan
mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan, dan bentuk gerakan
lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan
seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau terkupas.

Universitas Sumatera Utara

24

2.

Bahaya Listrik
Merupakan sumber bahaya yang berasal dari energi listrik yang dapat
mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan
hubungan singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemkan bahaya listrik, baik
dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan
energi listrik.

3.

Bahaya Kimiawi
Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan
kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya
yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain:
a.

Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat racun (toxic).

b. Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam keras,
cuka air aki, dan lainnya.
c. Kebakaran dan peledakan. Beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat
mudah terbakar dan meledak misalnya golongan senyawa hidrokarbon
seperti minyak tanah, premium, LPG, dan lainnya.
d.
4.

Polusi dan pencemaran lingkungan.

Bahaya Fisis
Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain:
a. Bising, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan indera
pendengaran
b. Tekanan
c. Getaran

Universitas Sumatera Utara

25

d. Suhu panas atau dingin
e. Cahaya atau penerangan
f. Radiasi dan bahan radioaktif, sinar ultra violet, atau infra merah
5.

Bahaya Biologis
Di berbagai lingkungan terdapat bahaya yang bersumber dari unsur biologis
seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari
aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan,
farmasi, pertanian dan kimia, pertambangan, minyak dan gas bumi.

2.2.2 Sumber Informasi Bahaya
Bahaya dapat diketahui dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber
antara lain dari peristiwa atau kecelakaan yang pernah terjadi, pemeriksaan ke
tempat kerja, melakukan wawancara dengan pekerja di lokasi kerja, informasi dari
pabrik atau asosiasi industri, data keselamatan bahan (material safety data sheet).
1.

Kejadian Kecelakaan
Informasi berharga tentang sumber bahaya atau risiko adalah melalui
informasi kejadian yang pernah terjadi sebelumnya, terutama dari hasil
penelitian dan kajian penyebabnya akan bermanfaat untuk mencegah kejadian
serupa.
Dari kasus kecelakaan banyak informasi berguna untuk mengenal bahaya
misalnya:


Lokasi kejadian



Peralatan atau alat kerja



Pekerja yang terlibat dalam kecelakaan

Universitas Sumatera Utara

26



Data-data korban berkaitan dengan usia, pengamlaman, pendidikan, masa
kerja, kondisi kesehatan, dan kondisi fisik serta informasi lainnya.

2.



Waktu kejadian



Bagian badan yang cedera



Keparahan kejadian

Kecenderungan Kejadian
Identifikasi

bahaya

juga

dapat

dilakukan

dengan

mempelajari

kecenderungan atau trend kejadian dalam perusahaan. Misalnya dalam
periode setahun ditemukan banyak pekerja yang menderita penyakit
pernafasan, terkena semburan bahan kimia, atau jatuh dari tangga. Indikasi ini
dapat dipelajari untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang ada di tempat
kerja (Ramli, 2010).
2.3 Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi
bahaya yang ada di lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakteristik
bahaya, kita dapat lebih berhati-hati, waspada dan melakukan langkah-langkah
pengamanan agar tidak terkena bahaya. Identifikasi bahaya adalah suatu teknik
komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem
(Ramli, 2010).
Menurut Rijanto (2011), untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya khusus
yang berhubungan dengan pekerjaan, maka dapat dimulai dengan mencari
bahaya-bahaya. Untuk itu perlu dijawab beberapa pertanyaan tentang setiap
langkahnya:

Universitas Sumatera Utara

27

1.

Apakah ada bahaya terbentur, terpukul, atau lainnya yang membuat luka,
dengan suatu objek?

2.

Dapatkah pekerja terjepit pada, atau diantara objek?

3.

Apakah ada potensi untuk terpeleset, atau tersandung? Apakah pekerja dapat
terjatuh, pada lantai yang sama atau yang lain?

4.

Apakah ada ketegangan karena mendorong, menarik, membungkuk, atau
memelintir?

5.

Apakah lingkungan membahayakan keselamatan atau kesehatan? Contohnya,
apakah ada konsentrasi gas racun, uap, asap, debu, panas, atau radiasi?
Pengamatan terhadap pekerjaan harus diulang sesering mungkin sesuai

dengan kebutuhan sampai semua bahaya dan potensi kecelakaan teridentifikasi.
Kadang risiko timbul secara tidak tetap, dan kondisi yang menunjukkan risiko
yang sebenarnya mungkin tidak timbul saat dilakukan pengamatan. Untuk itu
pekerja-pekerja dapat membantu mengidentifikasi risiko-risiko berdasarkan
pengalaman mereka.
Kegiatan lainnya yang berkaitan dengan identifikasi bahaya dan risiko
adalah melakukan penlaian setiap laporan survei dan/ atau inspeksi K3 atau
lingkungan yang berhubungan dengan lokasi. Sumber-sumber tambahan yang
mungkin dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko antara lain:
1.

Analisis dan prosedur kerja yang dilaksanakan pada atau di dekat lokasi kerja.

2.

Laporan kecelakaan/ insiden dari area umum di lokasi kerja.

3.

Laporan pengamatan kerja.

4.

Peraturan kerja khusus di lokasi.

Universitas Sumatera Utara

28

5.

Kebutuhan alat pelindung diri.

6.

Gambar, skema atau diagram alir berkaitan dengan lokasi.

2.3.1 Tujuan Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program pencegahan
kecelakaan atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal bahaya, maka risiko tidak
dapat ditentukan sehingga upaya pencegahan dan pengendalian risiko tidak dapat
dijalankan. Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain:
a.

Mengurangi peluang kecelakaan
Identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan, dengan
melakukannya maka berbagai sumber bahaya yang merupakan pemicu
kecelakaan dapat diketahui dan dihilangkan sehingga kecelakaan dapat
ditekan.

1
Fatal

30
kecelakaan
berat

300
kecelakaan serius

3000
kecelakaan ringan

30.000
tindakan dan kondisi tidak aman

Gambar 2.1 Rasio kecelakaan menurut Dupont
Menurut Dupont, rasio kecelakaan adalah:
1 : 30 : 300 : 3000 : 30.000

Universitas Sumatera Utara

29

yang artinya untuk setiap 30.000 bahaya atau tindakan tidak aman atau
kondisi tidak aman, akan terjadi 1 kali kecelakaan fatal, 30 kali kecelakaan
berat, 300 kali kecelakaan serius, dan 3000 kali kecelakaan ringan.
Berdasarkan rasio ini dapat dilihat bahwa dengan mengurangi penyea
kecelakaan yang menjadi dasar piramida, maka peluang terjadinya kecelakaan
dapat diturunkan. Maka dari itu perlunya diupayakan mengidentifikasi
seluruh sumber bahaya di tempat kerja.
b. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja-manajemen dan
pihak terkait lainnya) mengenai potensi bahaya dari aktivitas perusahaan
sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan operasi
perusahaan.
c. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan
dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan menentukan skala prioritas
penanganannya sesuai dengan tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya
akan leih efektif.
d. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam
perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku kepentingan. Dengan
demikian mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko usaha yang
akan dilakukan (Ramli, 2010).
2.3.2 Persyaratan Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya harus dilakukan secara terencana dam komprehensif.
Ada beberapa hal yang mendukung keberhasilan program identifikasi bahaya
antara lain:

Universitas Sumatera Utara

30

1. Identifikasi bahaya harus sejalan dan relevan dengan aktivitas perusahaan
sehingga dapat berfungsi dengan baik.
2. Identifikasi bahaya harus dinamis dan selalu mempertimbangkan adanya
teknologi dan ilmu terbaru.
3. Keterlibatan semua pihak terkait dalam proses identifikasi bahaya. Proses
identifikasi bahaya harus melibatkan atau dilakukan melalui konsultasi
dengan pihak terkait misalnya dengan pekerja. Identifikasi bahaya juga
berdasarkan masukan dari pihak lain misalnya konsumen atau masyarakat
sekitar.
4. Ketersediaan metoda, peralatan, referensi, data dan dokumen untuk
mendukung kegiatan identifikasi bahaya. Salah satu sumber informasi
misalnya data kecelakaan yang pernah terjadi baik internal maupun eksternal
perusahaan.
5. Akses terhadap regulasi yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan termasuk
juga pedoman industri dan data seperti MSDS (Material Safety Data Sheet)
(Ramli, 2010)
2.3.3

Teknik Identifikasi Bahaya

Menurut Ramli (2010), identifikasi bahaya adalah suatu teknik
komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau
sistem.

Teknik

identifikasi

bahaya

ada

berbagai

macam

yang

dapat

diklasifikasikan atas:
a.

Teknik pasif

Universitas Sumatera Utara

31

Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara
langsung. Cara ini bersifat primitif dan terlambat, karena langkah pencegahan
diambil setelah kecelakaan terjadi. Metoda ini sangat rawan, kerena tidak
semua bahaya dapat menunjukkan eksistensinya sehingga dapat terlihat.
b.

Teknik semi proaktif
Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita tidak
perlu mengalaminya sendiri. Namun teknik ini juga kurang efektif karena;
a) tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan dampak
kejadian kecelakaan.
b) tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada pihak lain
untuk diambil sebagai pelajaran.
c) kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian,
walaupun menimpa pihak lain.
Sejalan dengan hal ini, setiap sistem K3 mensyaratkan untuk melakukan

penyelidikan kecelakaan sebagai “lesson learning” agar kejadian serupa tidak
terulang kembali.
c. Teknik Proaktif
Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif atau
mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak
yang merugikan.

Universitas Sumatera Utara

32

Tindakan proaktif memiliki kelebihan;
1) Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum menimbulkan
kecelakaan atau cedera.
2) Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement) karena
dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan.
3) Meningkatkan kepedulian (awareness) semua pekerja setelah mengetahui
dan mengenal bahaya di tempat kerja.
4) Mencegah pemborosan, karena bahaya dapat menimbulkan kerugian.
Dewasa ini telah berkembang berbagai macam teknik identifikasi bahaya
yang bersifat proaktif antara lain:
1.

Daftar periksa dan audit atau inspeksi K3

2.

Hazops (Hazard and Operability Study)

3.

Analisa Keselamatan Pekerjaan (Job Safety Analysis-JSA)

4.

Analisa Risiko Pekerjaan (Task Risk Analysis-TRA)

2.3.4 Pemilihan Teknik Identifikasi Bahaya
Teknik identifikasi bahaya yang digunakan harus sesuai, karena sangat
menentukan efektivitas identifikasi bahaya yang dilakukan. Ada beberapa
pertimbangan dalam menentukan teknik identifikasi bahaya yang tepat antara lain:
1) Sistematis dan terstruktur
2) Mendorong pemikiran kreatif tentang kemungkinan bahaya yang belum
pernah dikenal sebelumnya.
3) Harus sesuai dengan sifat dan skala kegiatan perusahaan.
4) Mempertimbangkan ketersediaan informasi yang diperlukan.

Universitas Sumatera Utara

33

Sumber bahaya di tempat kerja dapat berasal dari unsur-unsur produksi antara
lain:
1.

Manusia
Manusia berperan menimbulkan bahaya di tempat kerja yaitu pada saat
melakukan aktivitasnya masing-masing.,

2.

Peralatan
Semua peralatan di tempat kerja seperti mesin, pesawat uap, alat angkut, dan
lainnya dapat menjadi sumer bahaya bagi manusia yang menggunakannya.

3.

Material
Material yang digunakan baik sebagai bahan baku, bahan antara atau hasil
produksi mengandung berbagai macam bahaya sesuai dengan sifat dan
karakteristik masing-masing.

4.

Proses
Semua kegiatan dalam proses produksi mengandung bahaya baik bersifat fisis
atau kimia. Tekanan yang berlebihan atau temperatur yang terlalu tinggi dapat
menimbulkan bahaya peledakan atau kebakaran.

5.

Sistem dan Prosedur
Secara langsung sistem dan prosedur tidak bersifat bahaya, namun dapat
mendorong timbulnya bahaya yang potensial. Contohnya seorang pekerja
yang bekerja secara terus menerus selama 8 jam maka akan menimbulkan
kelelahan yang akan mendorong terjadinya kondisi yang tidak aman,
misalnya menurunnya konsentrasi pada akhirnya mendorong terjadinya
kecelakaan.

Universitas Sumatera Utara

34

Tidak ada teknik identifikasi yang mampu menjangkau 100% bahaya
yang ada tetapi dapat dibagi sesuai kondisi umum, sifat kegiatan, sumber bahaya
dominan, dan unsur produksi yang merupakan objek penelitian.
Lain-lain
What If, Hazid,
dll
Proses
Hazops,
FTA, What
If, PHA
Manusia
JSA-TRA
Sistem
dan
Prosedur
JSA
What
Peralatan
If,
dll
/ Teknis
Failure
Mode
and
Effect
Analysis,
What If

Gambar 2.2 Program identifikasi bahaya yang dapat menjangkau seluruh potensi
bahaya yang ada dalam kegiatan perusahaan
2.4 Job Safety Analysis (JSA)
Job Safety Analysis (JSA) adalah suatu teknik yang dipakai untuk
menganalisa suatu pekerjaan secara sistematis untuk bisa mengenali bahaya
disetiap langkahnya sehingga bisa dikembangkan solusi untuk mencegah
terjadinya kecelakaan.
Job Safety Analysis (JSA) pada dasarnya adalah penganalisaan aktivitas
kerja dan tempat kerja untuk menentukan tindakan pencegahan yang memadai di
tempat kerja. Dengan kata lain, JSA sebagai sistematis identifikasi potensi bahaya

Universitas Sumatera Utara

35

di tempat kerja sebagai langkah untuk mengendalikan risiko yang mungkin akan
terjadi disuatu lingkungan kerja.
Job Safety Analysis (JSA) digunakan untuk meninjau metode kerja dan
menemukan bahaya yang :
1. Mungkin diabaikan dalam layout pabrik atau bangunan dan dalam desain
permesinan, peralatan, perkakas, stasiun kerja dan proses.
2. Memberikan perubahan dalam prosedur kerja atau personel.
3. Mungkin dikembangkan setelah produksi dimulai.
Job Safety Analysis (JSA) sangat diperlukan dalam setiap pekerjaan.
Kriteria pekerjan yang memerlukan kajian Job Safety Analysis (JSA) menurut
Ramli (2010) adalah sebegai berikut :
1.

Pekerjaan yang sering mengalami kecelakaan atau memiliki angka
kecelakaan yang tinggi.

2.

Pekerjaan berisiko tinggi dan dapat berakibat fatal misalnya industri
pertambangan

3.

Pekerjaan yang jarang dilakukan sehingga belum diketahui secara persis
bahaya yang ada.

4.

Pekerjaan yang rumit atau komplek dimana sedikit kelalaian dapat berakibat
kecelakaan atau cidera.
Pekerjaan yang memerlukan kajian JSA diantaranya pekerjaan pada

proyek konstruksi, pembersih kaca gondola, mengganti bola lampu, melepas
saringan, memasang AC.

Universitas Sumatera Utara

36

2.4.1. Manfaat Job Safety Analysis (JSA)
Analisa keselamatan kerja atau JSA bermanfaat dalam keamaan kerja dan
melindungi produktivitas pekerja. Manfaatnya adalah :
1.

Mengidentifikasi usaha perlindungan yang dibutuhkan di tempat kerja.

2.

Menemukan bahaya fisik yang ada di lingkungan kerja.

3.

Mempelajari pekerjaan untuk peningkatan yang memungkinkan dalam
metode kerja.

4.

Biaya kompensasi pekerja menjadi lebih rendah dan meningkatkan
produktivitas.

5.

Penentuan standar-standar yang diperlukan untuk keamanan, termasuk
petunjuk dan pelatihan tenaga kerja manusia.

6.

Memberikan pelatihan individu dalam hal keselamatan dan prosedur kerja
efisien.

2.4.2. Kelebihan Job Safety Analysis (JSA)
1.

Sebagai upaya pencegahan kecelakaan

2.

Sebagai alat kontak safety (safety training) terhadap tenaga kerja baru

3.

Melakukan review pada Job prosedur setelah terjadi kecelakaan

4.

Memberikan pre job intruction pada pekerjaan yang baru

5.

Memberikan pelatihan secara pribadi kepada karyawan

6.

Meninjau ulang SOP sesudah kecelakaan atau nearmiss accident terjadi.

Universitas Sumatera Utara

37

2.4.3. Langkah melakukan Job Safety Analysis (JSA)
Occupational Health and Safety (OSH, 2013) menjelaskan langkah Job
Safety Analysis (JSA) adalah sebagai berikut :
1.

Memilih pekerjaan ( Job selection)
Pekerjaan dengan sejarah kecelakaan yang buruk mempunyai prioritas dan
harus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa,
hal penting yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
a.

Frekuensi kecelakaan.
Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang kecelakaan merupakan
prioritas utama dalam JSA.

b.

Tingkat cedera yang menyebabkan cacat.
Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan ke dalam JSA.

c.

Kekerasan potensi
Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai sejarah kecelakaan namun
mungkin berpotensi untuk menimbulkan bahaya.

d.

Pekerjaan baru
Untuk setiap pekerjaan baru harus memiliki JSA. Analisa tidak boleh
ditunda hingga kecelakaan atau kejadian hampir celaka terjadi.

e.

Mendekati bahaya
Pekerjaan yang sering hampir terjadi bahaya harus menjadi prioritas JSA.
Hal ini dimaksudkan agar potensi bahaya yang sering terjadi itu berubah
menjadi kecelakaan.

Universitas Sumatera Utara

38

2.

Menguraikan pekerjaan ( Job breakdown)
Pekerjaan yang akan dianalisis harus diuraikan berdasarkan tahapan-tahapan
pekerjaannya. Tahapan setiap pekerjaan harus dijelaskan secara jelas dari
tahap awal sampai akhir. Hindari keselahan-kesalahan yang sering terjadi
seperti :
a. Terlalu rinci dalam menentukan langkah pekerjaan, sehingga dapat
menimbulkan langkah yang tidak penting.
b. Terlalu umum dalam menguraikan langkah pekerjaan, sehingga langkahlangkah dasar tindak dapat dibedakan.

3.

Mengidentifikasi bahaya (Hazard identification)
Proses identifikasi bahaya merupakan bagian yang sangat penting dalam
keberhasilan suatu analisa keselamatan kerja. Dalam upaya identifikasi semua
potensi bahaya harus dicermati dan dianalisa dengan baik agar semua potensi
dapat ditanggulangi. Ada beberapa pertanyaan yang dapat menggambarkan
indentifikasi bahaya diantaranya :
a.

Apakah metode kerja dan sikap pekerja aman dalam bekerja?

b.

Apakah lingkungan kerja membahayakan pekerja?

c.

Apakah kapasitas beban pekerja terlalu besar?

d. Apakah pekerja berpotensi tertusuk, terpotong, tergelincir, tergilas,
terjepit, terpukul, tertanduk, terseruduk, dan lain sebagainya.
e.

Apakah pekerja berpotensi terperangkap, tertanam, tertimbun dan potensi
membahayakan pekerja lainnya.

Universitas Sumatera Utara

39

4.

Pengendalian bahaya (Hazard control)
Pada tahap terakhir dari dari analisa kecelakaan kerja adalah melakukan
pengendalian bahaya dengan menemukan solusi alternatif yang dapat
mengembangkan suatu prosedur keselamatan dalam bekerja sehingga
pekerjaan dapat dikerjakan secara aman, efektif dan efisien.

Universitas Sumatera Utara