Uji adaptasi sembilan galur harapan kedelai hasil persilangan kultivar slamet dan nokonsawon di lahan asam Jasinga

1

UJI ADAPTASI SEMBILAN GALUR HARAPAN KEDELAI
HASIL PERSILANGAN KULTIVAR SLAMET DAN
NOKONSAWON
DI LAHAN ASAM JASINGA

Oleh :
Isnan Prasetyo Widodo
G34101036

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

2

ABSTRAK
ISNAN PRASETYO WIDODO. Uji Adaptasi Sembilan Galur Harapan Kedelai Hasil Persilangan
Kultivar Slamet dan Nokonsawon di Lahan Asam Jasinga. Dibimbing oleh SUHARSONO dan

MUHAMMAD JUSUF
Tujuan penelitian ini adalah menguji daya adaptasi 9 galur harapan hasil persilangan kedelai
kultivar Slamet dengan Nokonsawon di lahan asam. Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Petak Terpisah dengan tiga ulangan. Petak utama adalah perlakuan pengapuran (pH
4.6-4.7 dan pH 6.4-7.0). Anak petak adalah sembilan galur harapan (KH 2, KH 3, KH 4, KH 6,
KH 8, KH 31, KH 55, KH 58, dan KH 71) dan kultivar pembanding Slamet, Panderman, Wilis,
dan Tanggamus. Setiap galur ditanam pada petak berukuran 3 x 2.5 m. Jarak tanam 20 x 40 cm.
Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi produksi antar galur. Hal ini disebabkan oleh
kondisi lahan yang tidak seragam. Galur KH 2, KH 3 dan KH 8 merupakan galur yang toleran
terhadap lahan asam dibandingkan dengan kultivar Slamet dan memiliki ukuran biji yang
cenderung lebih besar dibandingkan dengan Panderman. Ketiga galur ini adalah kandidat kultivar
dengan produksi tinggi, toleran lahan asam dan berbiji besar.

ABSTRACT
ISNAN PRASETYO WIDODO. Productivity test of Nine Soybean Lines Resulted from Crossing
between Slamet and Nokonsawon Cultivars on the Acid Land. Under Direction of SUHARSONO
and MUHAMMAD JUSUF.
The objective of this research was to test the productivity of nine lines of soybean on the acid
land. This experiment used split-plot design with three replications. The main plot was liming
treatment (pH 4.6-4.7 and pH 6.4-7.0). The sub-plot was nine lines of soybean (KH 2, KH 3, KH

4, KH 6, KH 8, KH 31, KH 55, KH 58 and KH 71) and four cultivars i.e Slamet, Panderman, Wilis
and Tanggamus. Each cultivars was grown on plot size 3 x 2.5 m. Planting distance was 20 x 40
cm.
The result of this experiment showed that there was a variance of productivity among lines of
soybean. This variations caused by the variation of land conditions. KH 2, KH 3 and KH 8 lines
were tolerant to acid land compared with Slamet and had bigger seeds than Panderman. Thes e
three lines were candidate of cultivars with high productivity, tolerant to acid soil and have big
seeds.

3

UJI ADAPTASI SEMBILAN GALUR HARAPAN KEDELAI
HASIL PERSILANGAN KULTIVAR SLAMET DAN
NOKONSAWON DI LAHAN ASAM JASINGA

Oleh :
Isnan Prasetyo Widodo
G34101036

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
di Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

4

Judul
Nama
NIM

: Uji Adaptasi Sembilan Galur Harapan Kedelai Hasil Persilangan
Kultivar Slamet dan Nokonsawon di Lahan Asam Jasinga
: Isnan Prasetyo Widodo
: G34101036

Menyetujui :

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Suharsono, DEA
NIP. 131664393

Dr. Ir. Muhammad Jusuf
NIP. 130536687

Mengetahui :
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr. drh. Hasim, DEA
NIP. 131578806
Tanggal Lulus :

5


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 Februari 1984. Anak pertama dari lima
bersaudara. Dari ayah Sumaryoto dan ibu Siti Halimatul Wardiyah.
Tahun 2001 penulis lulus dari SMU Negeri 80 Jakarta dan diterima pada tahun yang sama
di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur USMI. Selama perkuliahan, penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Botani
Umum tahun ajaran 2003/2004 dan Asisten Praktikum Genetika Dasar tahun ajaran 2004/2005.
Penulis juga pernah melaksanakan Praktik Lapang di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta dengan
judul “Perawatan dan Pemeliharaan Burung Kakatua Jambul Kuning Besar (Cacatua galerita) di
Taman Margasatwa Ragunan Jakarta”. Selama perkuliahan penulis juga pernah menjabat sebagai
Kepala Biro Bina Anak Islam Terpadu, DKM Al-Ghifari IPB.

6

PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia dari-Nya penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah dengan judul Uji Adaptasi Sembilan Galur Harapan Kedelai
Terhadap Cekaman pH Rendah dan Aluminium Hasil Persilangan Kultivar Slamet Dengan
Nokonsawon Di Jasinga. Penelitian ini dibiayai oleh Hibah Bersaing Ditjen Dikti, Depdiknas,
dengan topik Perbaikan genetik kedelai untuk produksi tinggi dan daya adaptasi terhadap pH

rendah atas nama Dr. Ir. Muhammad Jusuf. Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2005
sampai dengan Mei 2006. Penanaman dilakukan di lahan penduduk Jasinga Kabupaten Bogor.
Pengolahan pasca-panen dilakukan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Pusat
Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Kampus IPB Darmaga.
Terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Suharsono, DEA dan Bapak Dr. Ir. Muhammad Jusuf
atas bimbingannya selama penyusunan karya ilmiah ini. Terimakasih juga penulis sampaikan
kepada Pak Adi, Pak Mulya dan Pak Zaenal atas segenap bantuan dan kerjasamanya.
Ungkapan terimakasih kepada Bapak, Ibu dan Adik-adikku, Arief, Avi, Fauziyah dan
Roni atas segala dukungan dan doa. Terimakasih juga kepada rekan-rekan As-Syabab, Mbah,
Amir, Ahong, Bekti, Angga, Trio, dan Reizky, rekan-rekan Biologi 38, Nana, Dian, Intan, Rika,
Lulu, Hijrah dan WT atas dorongan semangat yang diberikan.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor , September 2008

Isnan Prasetyo Widodo

7

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL …………………………………………..………………………………

vii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………..………………………...

vii

PENDAHULUAN ……………………………………………………………..…………...

1

Latar Belakang ………………………………………………………………..….

1

Tujuan ……………………………………………………………………………

1


Waktu dan Tempat ……………………………………………………………….

1

BAHAN DAN METODE ………………………………………………………………….

1

Bahan Tanaman …………………………………………………………………..

1

Bahan dan Alat ……………………………………………………………………

1

Penanaman ……………………………………………………………………….

1


Pemeliharaan ………………………………………………………….................

2

Pemanenan ……………………………………………………………………….

2

Pengamatan ………………………………………………………………………

2

Analisa Data …………………………………………………………………….

2

HASIL ………………………………………………..........................................................

3


Produksi Biji tiap Galur……………………………..………………………………..

3

Produksi Biji tiap Petak…………………………………………………………..

3

Produksi Tanaman Sampel……………………………………………………….

4

Reduksi Produksi………………………………………………………………………

5

PEMBAHASAN……………………………………………………………………………

5


SIMPULAN………………………………………………...................................................

6

SARAN ……………………………………………….......................................................

6

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………

6

LAMPIRAN ………………………………………………………………………………...

7

8

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Produksi biji/petak dan koefisien keragaman ……………………….……………… 3

2

Produksi biji tiap petak dan koefisien keragaman pada perlakuan kapur dan tidak
dikapur………………………………......................................................................... 3

3

Produksi biji tiap kelompok ……………………………........................................... 4

4

Produksi biji tiap tanaman dan ukuran biji ………………………….....…............... 4

5

Produksi biji tiap tanaman pada perlakuan kapur dan tidak dikapur.......................... 4

6

Reduksi produksi pada petak dan tanaman.…………….…………….............……. 5

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Deskripsi tanaman kedelai kultivar Slamet, Wilis, dan Tanggamus..…………….… 8

2

Hasil analisis tanah sebelum pengapuran…………………………………………… 9

3

Hasil analisis tanah setelah pengapuran…………………………………………..… 9

4

Denah lahan ………………………………………………………………………… 10

5

Analisis ragam produksi biji tiap petak……………………………………………… 11

6

Analisis ragam produksi biji tiap petak pada lahan yang dikapur……………..…… 11

7

Analisis ragam produksi biji tiap petak pada lahan yang tidak dikapur……….….… 11

8

Analisis ragam produksi biji tiap tanaman…………………………………….….… 11

9

Analisis ragam produksi biji tiap tanaman pada lahan yang dikapur……………..… 11

10

Analisis ragam produksi biji tiap tanaman pada lahan yang tidak dikapur………..… 11

11

Produksi biji dan jumlah tanaman tiap petak………………………………………… 12

12

Data umur panen, tinggi tanaman, jumlah polong, buku subur, jumlah cabang,
produksi dan ukuran biji tanaman sampel…………………………………….….…. 13

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai merupakan salah satu komoditas
pertanian yang sangat penting dan mempunyai
nilai ekonomi yang cukup tinggi. Produksi
kedelai tahun 2007 sebesar 592 530 ton biji
kering yang apabila dibandingkan dengan
produksi tahun 2006, terjadi penurunan
sebanyak 155 080 ton atau 20.74% (BPS
2008). Kebutuhan kedelai Indonesia sebesar 1
800 000 - 2 000 000 ton per tahun dan
Indonesia mengimpor rata-rata 65% dari
kebutuhan nasional (Kompas 2008).
Usaha untuk meningkatkan produksi
kedelai dapat dilakukan dengan memperluas
areal pertanaman termasuk penggunaan lahan
marjinal. Salah satu lahan marjinal yang
sangat potensial di Indonesia ialah lahan asam
yang mengandung kadar aluminium yang
tinggi. Lahan marjinal yang memiliki luasan
cukup besar di Indonesia adalah tanah
podsolik merah kuning yang mempunyai pH
rendah (4.2-5.0) dan kelarutan aluminium
tinggi. Aluminium bersifat racun bagi
tanaman karena dapat merusak perakaran dan
menghambat pertumbuhan bintil akar.
Kedelai dapat tumbuh baik pada kisaran pH
antara 5.8–7.0. Oleh sebab itu, untuk dapat
memanfaatkan tanah asam dengan kelarutan
aluminium yang tinggi diperlukan kultivar
kedelai yang toleran terhadap keadaan
tersebut.
Untuk mendapatkan kultivar toleran asam
dan aluminium, Paserang (2003) telah
melakukan persilangan beberapa kultivar.
Salah satu persilangan yang diharapkan dapat
menghasilkan
kultivar
unggul
adalah
persilangan antara kultivar Slamet dan
Nokonsawon (Suharsono et al. 2006).
Kultivar Slamet merupakan kultivar unggul
yang memiliki produksi tinggi (2.26 ton/ha),
berukuran biji sedang (12.5 g/100 biji), dan
toleran terhadap asam (Sunarto 1995).
Sedangkan kultivar Nokonsawon merupakan
kultivar introduksi dari Thailand memiliki biji
berukuran besar (19.6 g/100 biji), mempunyai
biji berwarna
kuning
bersih, tetapi
berproduksi rendah (1.1-2 ton/ha) (Balai
Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan
Umbi-umbian 1999). Dari persilangan ini
diharapkan menghasilkan galur yang memiliki
sifat unggul kedua tetuanya, yaitu toleran
asam, produksi tinggi dan berbiji besar.
Seleksi terhadap hasil persilangan ini telah
dilakukan (Dasumiati 2003, Jambormias
2004, Suharsono et al. 2007). Pengujian
terhadap 75 galur harapan pada tanaman

generasi seleksi 5 (F7) telah menunjukkan
bahwa galur-galur tersebut telah seragam
secara genetik (Bastanta 2004, Herdiana 2005
& Santoso 2004). Pengujian galur-galur
harapan terhadap cekaman pH rendah dan
kandungan aluminium yang tinggi pada media
cair berdasarkan pertumbuhan vegetatif
menunjukkan bahwa galur KH 3, 31, 40, 44,
dan 55 merupakan galur yang lebih toleran
pada pH 4 + 1.6 mM Al (Sari 2005).
Penelitian ini merupakan lanjutan dari uji
adaptasi galur harapan yang dilakukan oleh
Gunawan (2005) dan Atmaji (2005).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan menguji daya
adaptasi 9 galur harapan hasil persilangan
kedelai kultivar Slamet dan Nokonsawon di
tanah asam dengan kandungan aluminium
yang tinggi.
BAHAN DAN METODE
Bahan Tanaman
Bahan tanaman yang digunakan ialah 9
galur kedelai terpilih dari persilangan kultivar
Slamet x Nokonsawon yaitu KH 2, 3, 4, 6, 8,
31, 55, 58, dan 71. Kedelai kultivar Slamet,
Panderman, Wilis, dan Tanggamus digunakan
sebagai pembanding (Lampiran 1).
Kultivar Slamet merupakan pembanding
terhadap karakter toleran terhadap pH rendah
dan Aluminium. Panderman digunakan
sebagai
pembanding
kultivar
yang
menghasilkan biji besar dan produksi tinggi.
Tanggamus diginakan sebagai pembanding
kultivar yang memiliki karakter toleran
terhadap pH rendah. Wilis merupakan kultivar
yang banyak digunakan dan disukai oleh
petani di Indonesia.
Penanaman
Kedelai ditanam pada dua tanah yang
berbeda tingkat keasamannya, yaitu pH asam
(4.6-4.7) (Lampiran 2) dan pH netral (6.4-7.0)
(Lampiran 3). Peningkatan pH tanah menjadi
netral dilakukan melalui pemberian kapur, dan
kelompok tanpa pengapuran menjadi pH
asam.
Pemberian kapur dilakukan dengan
menaburkan kapur, kemudian diaduk dan
diinkubasi selama lebih kurang 1 bulan. Dosis
kapur
yang
diberikan
berdasarkan
rekomendasi dari Balai Penelitian Tanah
Bogor. Setelah pengapuran pH tanah menjadi
6.4-7.0.
Penelitian ini menggunakan Rancangan
Percobaan Petak Terpisah (Split-Plot Design)

2

dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan.
Faktor pertama adalah pH tanah dan faktor
kedua adalah galur tanaman. Setiap petak
utama dibagi ke dalam tiga kelompok dan di
dalam kelompok terdapat sembilan anak petak
galur berukuran 3 x 2.5 m (Lampiran 4).
Benih ditanam dalam lubang yang dibuat
dengan tugal, dengan jarak tanam 40 x 20 cm
dan setiap lubang ditanam 2 biji.
Pemeliharaan
Pemupukan diberikan dua tahap yaitu
ketika penanaman dan penyiangan pertama.
Dosis pupuk yang diberikan adalah 150 kg/ha
urea, 100 kg/ha TSP dan 100 kg/ha KCl.
Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada 3
dan 7 minggu setelah tanam (MST).
Pengendalian hama dilakukan dengan
pemberian Furadan 3G pada lubang tanam
ketika penanaman dan penyemprotan Thiodan
dilakukan setiap minggu yang berlangsung
dari 2 sampai dengan 8 MST.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan ketika 90% polong
sudah berubah warna menjadi kuning
kecoklatan. Pemanenan dilakukan dengan
mencabut 10 tanaman sampel kemudian
dimasukkan ke dalam kantung kertas terpisah
untuk setiap tanaman sampel. Tanaman yang
tersisa pada setiap petak dimasukkan ke dalam
karung terpisah untuk setiap petak. Kemudian,
tanaman dijemur hingga polongnya pecah.
Selanjutnya, biji - biji yang diperoleh ditampi
dan dibersihkan.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap tanaman
sampel dan tanaman petak. Setiap petak
diambil 10 tanaman secara acak sebagai
sampel. Karakter-karakter yang diamati pada
tanaman sampel adalah tinggi tanaman (cm),
umur panen (hari), jumlah buku subur, jumlah
cabang, bobot 100 biji (g), jumlah polong,
produksi biji per tanaman (g). Pada tanaman
petakan, karakter yang diamati adalah
produksi biji tiap petak (g) dan jumlah
tanaman tiap petak.
Analisa Data
Data Produksi biji per tanaman dan
produksi biji per petak dilakukan analisis
keragamannya
menggunakan
ANOVA
(Analysis of Variance) Rancangan Percobaan
Petak Terpisah (Split-Plot Design) dengan
model linier sebagai berikut :
Yijk = µ + Ki + βj + σ ij + Gk + (KG)ik + єijk .

Keterangan :
Yijk
: Nilai pengamatan pada kapur ke-i,
kelompok ke-j dan galur ke-k.
µ
: Rataan umum
: Pengaruh kapur ke-i
Ki
: Pengaruh kelompok ke-j
βj
: Pengaruh komponen acak petak
σij
Gk
: Pengaruh galur ke-k
(KG)ik : Pengaruh interaksi kapur ke-i
dengan galur ke-k
: Pengaruh acak pada kapur ke-i,
єijk
kelompok ke-j dan galur ke-k.
Dugaan produksi per hektar diperoleh dari :
a. Produksi tiap Petak
Produksi tiap petak dihitung dari jumlah
produksi biji yang diperoleh dalam tiap petak.
Dari hasil produksi tiap petak dapat dihitung
produksi per ha dengan rumus :
Produksi per hektar (P)
P = Produksi per petak x 104 m2/ha
Luas petakan
b. Produksi rata-rata tanaman sampel :
P = Produksi rataan tanaman sampel x N
N = 250 000 (jumlah tanaman/ha dengan
jarak tanam 40x20 cm)
Reduksi Produksi
Nilai reduksi produksi dihitung sebagai
persentase reduksi yaitu perbandingan antara
selisih rataan produksi pada petak dikapur
dengan produksi petak tidak dikapur dibagi
rataan produksi petak yang dikapur dikali
100%.
Reduksi Produksi = PK – PTK x 100%
PK
PK = Produksi di tanah yang dikapur
PTK = Produksi di tanah yang tidak
dikapur

3

HASIL
Produksi biji tiap galur
Produksi biji per petak
Analisis ragam menunjukkan bahwa
produksi biji antar kelompok, antar perlakuan
pengapuran dan antar galur berbeda nyata.
Analisis ragam juga menunjukkan bahwa
interaksi antara perlakuan pengapuran dan
galur tidak berbeda nyata (Lampiran 5).
Variasi produksi biji terjadi akibat
keragaman pada petak yang ditunjukkan oleh
nilai koefisien keragaman yang lebih besar
dari 20% (Tabel 1). Secara umum Tanggamus
mempunyai produksi paling tinggi. KH 3 dan
KH 4 mempunyai produksi biji per petak yang
tidak berbeda nyata dengan kultivar Slamet.
Seluruh galur uji, kecuali KH 31 dan KH 2
Tabel 1 Produksi biji/petak dan koefisien keragaman
Koefisien
Dugaan
Produksi per
Galur
Produksi Keragaman
Petak
Harapan
(%)
(ton/ha)
(g)
Tanggamus

732.17a

0.98

47.50

KH 3

643.17ab

0.86

38.42

KH 4

636.67ab

0.85

46.48

Slamet

623.17abc

0.83

54.02

KH 6

554.83abcd

0.74

28.73

KH 8

519.67abcde

0.69

54.88

KH 55

469.50bcde

0.63

35.29

Wilis

445.50bcdef

0.59

48.62

KH 71

432.83bcdef

0.58

61.83

KH 58

390.17cdef

0.52

79.44

Panderman

371.50def

0.50

35.43

KH 31

305.83ef

0.41

47.21

KH 2

229.67f

0.31

31.01

mempunyai nilai produksi biji yang cenderung
lebih tinggi daripada kultivar Panderman
(Tabel 1).
Untuk mereduksi pengaruh keragaman
petak pada data maka dilakukan pemisahan
data antara petak yang dikapur dan petak yang
tidak dikapur. Analisis ragam dari petak yang
dikapur menunjukkan bahwa produksi biji
antar kelompok tidak berbeda nyata
sedangkan produksi biji antar galur berbeda
nyata (Lampiran 6). Tanggamus berproduksi
paling tinggi. KH 4, KH 3, KH 8, KH 71 dan
KH 6 mempunyai produksi biji yang tidak
berbeda nyata dengan kultivar Tanggamus dan
Slamet. Seluruh galur yang di uji kecuali KH
31 dan KH 2 memilki produksi biji yang tidak
berbeda nyata dengan kultivar Panderman dan
produksi bijinya cenderung lebih tinggi
daripada kultivar Panderman (Tabel 2).
Analisis ragam pada petak yang tidak
dikapur menunjukkan bahwa produksi biji
antar kelompok berbeda nyata sedangkan
produksi biji antar galur tidak berbeda nyata
(Lampiran 7). KH 3 mempunyai produksi biji
yang cenderung lebih tinggi daripada kultivar
Tanggamus.
Koefisien keragaman galur uji pada lahan
yang dikapur berkisar antara 12-69% dan
koefisien keragaman kultivar pembanding
yang digunakan berkisar antara 6-29%.
Sedangkan pada lahan yang tidak dikapur
koefisien keragaman galur uji berkisar antara
11-69% dan koefisien keragaman kultivar
pembanding berkisar antara 24-54% (Tabel
2).
Analisis pengaruh tiap kelompok pada

Tabel 2 Produksi biji tiap petak dan koefisien keragaman pada perlakuan kapur dan tidak dikapur

KH 6

Tidak dikapur
Dugaan
Produksi
Produksi
Biji/petak
(ton/ha)
(g)
489a
0.65
450.33ab
0.60

Tanggamus

434.67ab

0.58
0.57

43

KH 3

797.33abcd

1.06

31

0.49

50

KH 8

668.33abcd

0.89

43

Galur
Harapan
KH 3

11

Slamet

Kapur
Dugaan
Produksi
Produksi
Biji/petak
(ton/ha)
(g)
1029.67a
1.37
953.33ab
1.27

54

KH 4

842.33abc

Koefisien
Keragaman
(%)
23

Galur
Harapan
Tanggamus

1.12

Koefisien
Keragaman
(%)
8
6
27

KH 4

431ab

KH 8

371ab

KH 55

343.67ab

0.46

28

KH 71

662.67abcd

0.88

28

Panderman

299ab

0.40

28

KH 6

659.33abcd

0.88

24

Slamet

293ab

0.39

24

Wilis

608.33bcde

0.81

27

Wilis

282.67ab

0.38

39

KH 55

595.33bcde

0.63

19

KH 2

257ab

0.34

32

KH 58

562bcde

0.52

59

KH 58

218.33b

0.29

69

Panderman

444cde

0.50

29

KH 71

203b

0.27

17

KH 31

417de

0.41

12

KH 31

194.67b

0.26

61

KH 2

202.33e

0.27

19

4

petak yang dikapur menunjukkan bahwa
produksi biji tertinggi terjadi pada kelompok
ke-2 dengan nilai produksi sebesar 753.38 g
per petak. Sedangkan produksi biji terendah
terjadi pada kelompok ke-3 dengan nilai
produksi sebesar 593.62 g per petak.
Pada petak yang tidak dikapur, produksi
biji tertinggi terdapat pada kelompok ke-2
dengan nilai produksi sebesar 409.96 g per
petak. Sedangkan produksi biji terendah
terdapat pada kelompok ke-3 dengan nilai
produksi sebesar 229.77 g per petak (Tabel 3).
Tabel 3 Produksi biji tiap kelompok
Kapur
Dugaan
Produksi
produksi
per petak
(ton/ha)
(g)

Tidak dikapur
Dugaan
Produksi
produksi
per petak
(ton/ha)
(g)

1

601.15a

0.80

345.54a

0.46

2

753.38a

1.00

409.46a

0.55

3

593.62a

0.79

229.77b

0.31

Blok

Produksi tanaman sampel
Analisis ragam produksi biji tiap tanaman
sampel menunjukkan bahwa produksi biji
antar kelompok, antar perlakuan pengapuran,
antar galur serta interaksi antara pengapuran
dan galur berbeda nyata terhadap produksi biji
tiap tanaman (Lampiran 8).
DMRT terhadap nilai tengah produksi biji
tiap tanaman menunjukkan bahwa KH 58, KH
3, KH 8, KH 4, KH 6 dan KH 55 secara
statistik tidak berbeda nyata dengan kultivar
Panderman. Walaupum demikian KH 58, KH
3, dan KH 8 memiliki nilai produksi biji yang
cenderung lebih tinggi daripada kultivar
Panderman, yakni berturut-turut memiliki
nilai produksi sebesar 5.32; 5.27; dan 5.03 g
per tanaman dengan nilai dugaan produksinya

berturut-turut sebesar 1.33; 1.32; dan 1.26 ton
per ha. Kultivar Panderman sebagai
pembanding memiliki produksi biji sebesar
4.61 g per tanaman dengan dugaan produksi
biji sebesar 1.26 ton per ha. KH 2 pada uji
yang sama memiliki nilai produksi biji yang
berbeda nyata dan lebih tinggi daripada
kultivar Panderman yaitu 6.47 g per tanaman
atau 1.62 ton per ha. KH 2 juga memiliki
produksi biji yang tidak berbeda nyata dengan
kultivar Tanggamus dan Slamet. Walaupun
tidak berbeda nyata, KH 2 memiliki produksi
biji yang cenderung lebih tinggi daripada
kultivar Tanggamus dan Slamet (Tabel 4).
Nilai produksi biji pada kultivar Slamet dan
Tanggamus berturut-turut sebesar 6.12 dan
5.52 g dengan dugaan nilai produksi sebesar
1.53 dan 1.40 ton per ha.
Tabel 4. Produksi biji tiap tanaman dan ukuran biji
Produksi
Ukuran
Dugaan
biji per
biji
produksi
Galur Harapan
tanaman
(g)
(ton/ha)
(g)
KH 2

6.47a

1.62

16.79

Tanggamus

6.13ab

1.53

9.09

Slamet

5.52abc

1.40

9.64

KH 58

5.32abcd

1.33

14.28

KH 3

5.28abcd

1.32

16.24

KH 8

5.03bcde

1.26

15.26

KH 4

4.66cdef

1.17

15.69

Panderman

4.61cdef

1.26

16.01

KH 6

4.33cdef

1.08

14.96

KH 55

4.13def

1.03

15.53

Wilis

3.87ef

0.97

9.43

KH 71

3.83ef

0.96

14.74

KH 31

3.57f

0.89

15.46

Tabel 5. Produksi biji tiap tanaman pada perlakuan kapur dan tidak dikapur
Galur
Harapan
KH 2

Kapur
Produksi
biji/tanaman
(g)
9.49a

Dugaan produksi
(ton/ha)
2.37

Galur
Harapan
Panderman

Tidak dikapur
Produksi
biji/tanaman
(g)

Dugaan produksi
(ton/ha)

3.93a

0.98

Slamet

8.57ab

2.14

Tanggamus

3.72a

0.93

Tanggamus

8.53ab

2.13

Wilis

3.61ab

0.90

KH 58

7.81ab

1.95

KH 2

3.46ab

0.86

7.30abc

1.83

KH 3

3.25abc

0.81

KH 8

7.20abcd

1.80

KH 4

3.02abc

0.76

KH 6

6.43bcde

1.61

KH 55

2.92abc

0.73

KH 4

6.30bcde

1.57

KH 8

2.85abc

0.71

KH 71

5.36cde

1.34

KH 58

2.82abc

0.71

5.34cde

1.34

Slamet

2.48bc

0.62

KH 3

KH 55
Panderman

5.30cde

1.32

KH 71

2.30c

0.58

KH 31

4.86de

1.22

KH 31

2.28c

0.57

Wilis

4.13e

1.03

KH 6

2.24c

0.56

5

DMRT terhadap nilai tengah produksi biji
tiap tanaman pada petak yang dikapur
menunjukkan bahwa KH 3, KH 8, KH 6, KH
4, KH 71 dan KH 55 memiliki nilai produksi
biji yang tidak berbeda nyata dengan kultivar
Panderman. Nilai produksi bijinya berturutturut sebesar 7.30; 7.20; 6.42 dan 6.30; 5.36
dan 5.34 g per tanaman. Dan nilai dugaan
produksi biji berturut-turut sebesar 1.83; 1.80;
1.61;1.57; 1.34; 1.34 ton per ha. Kultivar
Panderman memiliki nilai produksi biji
sebesar 5.30 g per tanaman dan nilai dugaan
produksi biji sebesar 1.33 ton per ha. KH 2
juga memiliki produksi biji yang berbeda
nyata dengan Kultivar Slamet dan Tanggamus
serta produksi bijinya lebih tinggi daripada
Slamet dan Tanggamus.
Pada petak yang tidak dikapur,
dibandingkan dengan kultivar Panderman,
Tanggamus dan Wilis, KH 2, KH 3, KH 4,
KH 55, KH 8 dan KH 58 memiliki nilai
produksi yang tidak berbeda nyata. Namun
galur-galur uji tersebut nilai produksinya
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan
kultivar Panderman dan Tanggamus. Produksi
biji tiap tanaman pada KH 2, KH 3, KH 4, KH
55, KH 8 dan KH 58 berturut-turut sebesar
3.46; 3.25; 3.02; 2.92; 2.85 dan 2.82 g per
tanaman dengan nilai dugaan produksi sebesar
0.86; 0.81; 0.76; 0.73; 0.71 dan 0.71 ton per
ha. Produksi tanaman sampel kultivar
Panderman, Tanggamus dan Wilis berturutturut sebesar 3.39; 3.71 dan 3.61 g per
tanaman dengan nilai dugaan produksi sebesar
0.98; 0.93 dan 0.90 ton per ha. Namun
demikian, galur-galur tersebut mempunyai
produksi biji yang cenderung lebih tinggi
daripada kultivar Slamet (Tabel 5).
Reduksi Produksi
Umumnya galur yang diuji mengalami
penurunan ketika ditanam di lahan yang tidak
dikapur dibandingkan dengan lahan yang
dikapur. KH 2 produksi biji tiap petaknya
lebih tinggi pada lahan yang tidak dikapur
sehingga nilai reduksi produksi biji pada
petakannya bernilai negatif. Seluruh galur
yang diuji memiliki nilai reduksi produksi biji
yang lebih rendah daripada kultivar Slamet
yang mempunyai nilai reduksi produksi
sebesar 71% (Tabel 6).
Karena galur-galur uji memiliki reduksi
produksi yang lebih rendah daripada kultivar
Slamet yang merupakan kultivar dengan
karakter toleran terhadap tanah masam maka
semua galur uji adalah toleran terhadap tanah
asam.

Tabel 6. Reduksi produksi pada petak dan tanaman
Petak
Galur
Reduksi
Harapan
(%)
KH 2
-21

Tanaman
Galur
Reduksi
Harapan
(%)
Wilis
13

KH 6

32

Panderman

Panderman

33

KH 55

26
45

KH 3

38

KH 4

52

KH 55

42

KH 31

53

KH 8

44

KH 3

55

KH 4

48

Tanggamus

56

KH 31

53

KH 71

57

Wilis

54

KH 8

60

Tanggamus

58

KH 2

64

KH 58

61

KH 58

64

KH 71

69

KH 6

65

Slamet

71

Slamet

71

PEMBAHASAN
Analisis ragam menunjukkan bahwa
produksi biji antar galur per petak tidak
berbeda nyata secara statistik, walaupun nilai
tengah produksi biji per petak bervariasi pada
kisaran 229.67 hingga 732.17 g per petak.
Tidak nyatanya perbedaan nilai tengah
dimungkinkan oleh adanya keragaman antar
petak
dalam
satu
galur
akibat
ketidakseragaman kondisi lahan, karena
pengolahan yang kurang intensif serta faktor
alam seperti kemiringan lahan yang tidak
merata. Adanya variasi produksi biji akibat
ketidakseragaman lahan ini ditunjukkan oleh
nilai koefisien keragaman yang bernilai lebih
dari 20 pada tiap galur. Sedangkan nilai batas
koefisien keragaman yang dapat diterima
dalam pelepasan kultivar kacang-kacangan
adalah kurang dari 20-25%. Pada penelitian
ini kultivar pembanding yang seharusnya
memiliki koefisien keragaman kurang dari
20% ternyata memiliki koefisien keragaman
yang lebih dari 20%. Kultivar pembanding
merupakan kultivar yang telah seragam secara
genetik. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
keragaman dalam lingkungan tumbuh
kultivar. Keragaman lingkungan tumbuh atau
lahan penanaman dapat terjadi akibat
perbedaan lapisan olah tanah, kemiringan
lahan yang berbeda-beda yang dapat
menyebabkan perbedaan tingkat kesuburan
tanah yang berbeda-beda. Jumlah tanaman
yang dipanen dari tiap petak juga bervariasi
antara 61 sampai dengan 192 tanaman per
petak (Lampiran 9). Variasi jumlah tanaman
tiap petak ini mempengaruhi produksi biji
secara keseluruhan.
Hasil analisis kelompok menunjukkan
bahwa produksi biji yang tinggi terdapat pada

6

kelompok ke-2 untuk petak dikapur dan tidak
dikapur, dikarenakan kondisi fisik tanahnya
yang lebih baik dengan kemiringan lahan
yang lebih rendah daripada kelompok ke-1
dan ke-3. Kondisi seperti ini mengakibatkan
unsur hara dari kelompok ke-1 dan ke-3 yang
terbawa oleh aliran air hujan terakumulasi di
kelompok ke-2. Hal ini meningkatkan kondisi
kesuburan tanah kelompok ke-2 yang
berpengaruh positif terhadap produksi biji.
Kemiringan lahan ini juga mengakibatkan
nilai produksi biji kelompok ke-1 dan ke-3
lebih rendah. Posisi lahan kelompok ke-1 dan
ke-3 yang lebih tinggi mengakibatkan unsur
hara mudah tercuci oleh aliran air hujan.
Bahkan pada kelompok ke-3 yang memiliki
nilai produksi terendah, daerah tepi luar
petakannya ternaungi oleh pohon yang
menghalangi
cahaya
matahari
dan
berpengaruh terhadap nilai produksinya.
DMRT terhadap nilai tengah produksi biji
tiap tanaman pada perlakuan kapur dan tidak
dikapur, menunjukkan KH 2, KH 58, KH 3,
KH 8 dan KH 4 cenderung memiliki potensi
produksi yang lebih tinggi daripada kultivar
Panderman tetapi, kecuali KH 2, galur-galur
tersebut produksinya masih lebih rendah
daripada Tanggamus dan Slamet. Pada petak
yang dikapur potensi produksi yang lebih
tinggi
daripada
kultivar
Panderman
ditunjukkan oleh KH 2, 58, 3, 8, 6, dan
4.Bahkan produksi biji KH 2 juga lebih tinggi
daripada kultivar Slamet dan Tanggamus.
Namun pada petak yang tidak dikapur,
produksi biji tertinggi ditunjukkan oleh
kultivar Panderman dan tidak ada galur yang
memiliki nilai produksi yang lebih tinggi
daripada kultivar Panderman. KH 2, 3, 4, 55,
8 dan 58 produksi bijinyanya cenderung lebih
tinggi daripada Slamet.
Kultivar Slamet pada lahan Jasinga pada
penelitian ini mengalami penurunan produksi
dibandingkan potensi produksinya. Kultivar
Slamet memiliki potensi produksi 2.26 ton per
ha. Pada penelitian ini produksi kultivar
Slamet pada petak yang dikapur sebesar 2.14
ton per ha dan pada petak yang tidak dikapur
produksinya sebesar 0.62 ton per ha.
Penurunan produksi ini terjadi juga pada
galur-galur lain yang diujikan.
Menurut Bastanta dan Herdiana (2004)
generasi F7 memiliki ukuran biji antara 13
hingga 14.8 g per 100 biji. Pada penelitian ini
kesembilan galur memiliki ukuran biji
berkisar antara 14.28 hingga 16.79 g per 100
biji. Ukuran biji kesembilan galur ini lebih
besar daripada kultivar Tanggamus, Slamet
dan Wilis yang memiliki ukuran biji 9.09;

9.64 dan 9.43 g per 100 biji pada penelitian
ini. Sedangkan kultivar Panderman memiliki
ukuran biji sebesar 16.01 g per 100 biji.
Umumnya
galur-galur
yang
diuji
mengalami penurunan produksi ketika
ditanam pada lahan yang tidak dikapur
dibandingkan dengan lahan yang dikapur. Hal
ini membuktikan bahwa kondisi lahan asam
menyebabkan penurunan produksi. Kedelai
dapat tumbuh optimal pada pH 5.5-6.5.
Pengapuran pada lahan asam dilakukan untuk
meningkatkan pH tanah dan memperbaiki
sifat tanah sehingga berada pada kisaran
optimal bagi pertumbuhan kedelai.
Nilai reduksi produksi menunjukkan
ketahanan galur terhadap kondisi pH tanah.
Semakin tinggi persentasenya berarti galur
tersebut semakin tidak toleran terhadap pH
rendah.
Sebaliknya,
semakin
rendah
persentasenya berarti galur tersebut dapat
beradaptasi baik terhadap pH rendah. Semua
galur yang diuji memiliki persentase reduksi
yang lebih rendah daripada kultivar Slamet.
Hal ini menunjukkan bahwa galur tersebut
lebih toleran terhadap kondisi pH rendah
daripada kultivar Slamet.
Berdasarkan
pengamatan
pada
pertumbuhan vegetatif tanaman, KH 3, 31, 40,
44, 55 dan 38 adalah galur yang toleran
terhadap pH rendah dan aluminium (Sari
2005). Pada penelitian ini KH 3 dan 55 juga
menunjukkan sifat toleran terhadap pH
rendah.
Rendahnya pH tanah mengakibatkan
penurunan suplai hara bagi tanaman.
Akumulasi
aluminium
pada
akar
mengakibatkan kerusakan pada akar yang
menjadikan proses penyerapan unsur hara
menjadi terganggu sehingga terjadi penurunan
produksi biji. Data umur panen, tinggi
tanaman, jumlah polong, jumlah buku subur,
jumlah cabang, produksi dan ukuran biji
disajikan pada lampiran 12.
SIMPULAN
Adanya ketidakseragaman pada lahan
mengakibatkan produksi biji sangat bervariasi.
Seluruh galur yang diuji mengalami
penurunan produksi pada lahan yang tidak
dikapur dibandingkan dengan produksi pada
lahan yang dikapur. Persentase reduksi
produksi galur-galur yang diuji lebih rendah
daripada persentase reduksi produksi kultivar
Slamet. Hal ini menunjukkan galur-galur uji
tersebut lebih toleran terhadap pH rendah
dibandingkan dengan kultivar Slamet. KH 2,
KH 3 dan KH 8 memiliki produksi biji yang
cenderung lebih tinggi daripada kultivar

7

Panderman dan lebih toleran terhadap pH
rendah daripada kultivar Slamet. Sehingga
galur tersebut menjadi kandidat kultivar
dengan karakter biji besar, produksi tinggi dan
toleran pH rendah.
SARAN
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya
dilakukan pada lahan yang datar, tanpa
naungan serta pengolahan lahan yang lebih
baik sehingga diperoleh keseragaman
lingkungan tumbuh.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaji BP. 2005. Uji daya hasil delapan galur
harapan kedelai hasil persilangan
kultivar Slamet dengan Nokonsawon
[skripsi].
Bogor.
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Press
Releases Production of Paddy Maize
And
Soybeans,
2007.
http://www.bps.go.id/
Releases/Production_of_Paddy_Maiz
e_and_Soybeans/Bahasa Indonesia/
[1 Februari 2008]
Bastanta ES. 2004. Seleksi dan uji
kemantapan genetik galur-galur
kedelai generasi S5 (F7) hasil
persilangan Slamet X Nokonsawon
[skripsi].
Bogor:
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengutahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
[Balitkabi] Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi-umbian. 1999.
Kultivar Unggul Tanaman Pangan
Departemen Pertanian. Bogor: Balai
Penelitian
Tanaman
Kacangkacangan dan Umbi-umbian.
Dasumiati. 2003. Seleksi peningkatan
produksi biji kedelai dari generasi
seleksi 1 (F3) dan seleksi 2 (F4) hasil
persilangan varietas Slamet dan
Nokonsawon [tesis]. Bogor :
Program
Pascasarjana,
Institut
Pertanian Bogor
Gunawan IMY. 2005. Uji daya hasil delapan
galur
harapan
kedelai
hasil
persilangan kultivar Slamet dengan
Nokonsawon
[skripsi].
Bogor.
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Herdiana Y. 2005. Uji kemantapan genetik
galur-galur kedelai generasi S5 (F7)
hasil
persilangan
Slamet
X
Nokonsawon
[skripsi].
Bogor:

Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengutahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Jambormias E. 2004. Seleksi produksi biji dan
ukuran biji kedelai (Glycine max L.
Merril) generasi seleksi F5 dan F6
persilangan varietas Slamet dan
Nokonsawon (dengan pendekatan
kuantitatif) [tesis]. Bogor : Program
Pascasarjana,
Institut
Pertanian
Bogor.
Kompas. 15 Januari 2008. Pemerintah Harus
Impor Kedelai.
http://www.kompas.co.id/read.php?c
nt=.xml.2008.01.15.1810468&chann
el=1&mn=1&idx=17 [15 Januari
2008].
Paserang AP. 2003. Seleksi untuk peningkatan
produksi kedelai dari generasi F2
hasil persilangan beberapa kultivar
dan galur [tesis]. Bogor : Program
Pascasarjana,
Institut
Pertanian
Bogor.
Santoso P. 2004. Seleksi dan uji kemantapan
genetik galur-galur kedelai generasi
S5 (F7) hasil persilangan Slamet x
Nokonsawon
[skripsi].
Bogor:
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Sari DL. 2005. Uji daya adaptasi kedelai
terhadap cekaman pH rendah dan
aluminium galur-galur harapan (F8)
hasil seleksi dari turunan persilangan
kultivar Slamet x Nokonsawon
[skripsi].
Bogor.
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
Suharsono, Jusuf M, Paserang AP. 2006.
Analisis ragam, heritabilitas dan
pendugaan seleksi populasi F2 dari
persilangan kultivar Slamet dan
Nokonsawon. J Tanaman Tropika
9(2) : 86-94.
Suharsono, Jusuf M, Dasumiati. 2007.
Analisis ragam dan seleksi populasi
F3 dari persilangan kultivar Slamet
dan Nokonsawon. J Tanaman
Tropika 10(1) : 21-29.
Sunarto. 1995. Pemuliaan kedelai untuk
toleran terhadap tanah masam dan
keracunan AL. J Industri dan
Pangan. Vol. 4(1): 98-99.

8

Lampiran 1 Deskripsi tanaman kedelai kultivar Slamet, Wilis, dan Tanggamus

1

No
1

Karakter
Asal

Slamet1
Dempo x Wilis

Wilis2
Orba x No. 1682

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Warna hipokotil
Warna epikotil
Warna daun
Warna biji
Warna bunga
Warna bulu
Tipe tumbuh
Tinggi tanaman
Umur berbunga
Umur polong masak
Kerebahan
Bobot 100 biji
Kandungan protein
Kandungan lemak
Rata-rata hasil

Ungu
Ungu
Hijau
Kuning
Ungu
Coklat
Determinat
65 cm
37 hari
87 hari
Tahan rebah
12.5 g
34%
15%
2.26 ton/ha

Ungu
Ungu
Hijau tua
Kuning
Ungu
Coklat tua
Determinat
50 cm
39 hari
85-90 hari
Tahan rebah
10 g
37%
18%
1.6 ton/ha

Suhartina 2002; 2Balitkabi 1999

Tanggamus
Kerinci x No
3911
Ungu
Hijau
Hijau
Kuning
Ungu
Coklat
Determinat
67 cm
35 hari
88 hari
Tahan rebah
11 g
44.5%
12.9%
1.22 ton/ha

9

Lampiran 2 Hasil analisis tanah sebelum pengapuran (Balai Penelitian Tanah, 2005)
Nomor Contoh
Urut Pengirim

1
2
3
4

I
II
III
IV

Ekstrak 1:5
pH
H 2O
KCl

KCl 1 N
Al3+
H+

4.6
4.5
4.4
4.5

Cmol+/kg
2.91 0.56
2.93 0.39
4.76 0.74
2.10 0.28

3.9
3.9
3.8
3.9

Terhadap contoh kering 1050 C
Kebutuhan Kapur (CaCO3)
pH
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
Kw/ha
4.80 12.89 22.02 32.18
2.34 8.83 18.42 31.12
0.87 4.26 13.45 26.25 42.67
2.82 8.09 15.21 24.17

Lampiran 3 Hasil analisis tanah setelah pengapuran (Balai Penelitian Tanah, 2006)
Nomor Contoh
Urut
Pengirim
1
2
3
4
5
6

U1K
U2K
U3K
U1N
U2N
U3N

Seri No
11
1
2
3
4
5
6

Ekstrak 1:5
pH
H 2O
KCl
6.4
5.4
7.0
6.3
6.5
4.0
4.6
5.2
4.6
4.0
4.7
5.3

Terhadap contoh kering 1050C
KCl 1N
Al3+
H+
0.00
0.14
0.00
0.20
1.55
0.30
0.04
0.23
1.92
0.32
0.00
0.08

7.0
43.38
46.92
62.70
34.98

10

ALAMI

Lampiran 4 Denah lahan

KAPUR

Ulangan 1

Ulangan 2

Ulangan 3

10

TG

40

SL

55

71

31

40

10

NS

28

71

42

35

38

4

6

WL

3

35

38

6

8

WL

38*

TG*

58*

WL*

11*

8*

9*

42*

2

PD

9

58

NS

28

11

SL

TG

PD

42

41

44

LM

3

10

PD

55

31

40

11

44

3

31

LM

8

58

9

4

2

LM

55

NS

4

SL

71

35

28

2

6

9

35

38

71

PD

3

71

NS

WL

6

8

28

LM

SL

55

58

WL

6

8

PD

35

44

40

42

TG

8

10

4

LM

31

9

SL

NS

4

2

3

40

9

11

71

LM

2

SL

31

6

NS

35

38

11

3

55

44

28*

42*

44*

31*

10*

38*

35*

TG*

55

4

58

10

28

WL

PD

40

TG

58

2

42

* = petak ternaungi

11

Lampiran 5 Analisis ragam produksi biji tiap petak
Sumber keragaman
db
JK
Kelompok
2
383849.718
Pengapuran (P)
1
2010904.821
Galur (G)
12
1546697.154
Pengapuran * Galur
(P*G)
12
627082.846
Galat
50
1627916.949
Total
77
6196451.48

KT

F-hitung

191924.859
2010904.821
128891.429

5.895
61.763
3.959

0.005
0.000
0.000

52256.904
32558.339

1.605

0.121

Lampiran 6 Analisis ragam produksi biji tiap petak pada lahan yang dikapur
Sumber keragaman
db
JK
KT
F-hitung
Kelompok
2
211281.4
105640.7
2.242
Galur
12
1815105
151258.7
3.211
Galat
24
1130659
47110.8
Total
38
3157045
Lampiran 7 Analisis ragam produksi biji tiap petak pada lahan yang tidak dikapur
Sumber keragaman
db
JK
KT
F-hitung
Kelompok
2
215704.7
107852.3
5.7
Galur
12
358675.4
29889.62
1.58
Galat
24
454121.3
18921.72
Total
38
1028501
Lampiran 8 Analisis ragam produksi biji tiap tanaman
Sumber keragaman
db
JK
Kelompok
2
498.47
Pengapuran (P)
1
2629.262
Galur (G)
12
578.736
Pengapuran * Galur
(P*G)
12
507.551
Galat
752
7614.47
Total
779
11828.49

P-hitung

KT

F-hitung

P-hitung
0.128
0.007

P-hitung
0.009
0.164

P-hitung

249.235
2629.262
48.228

24.614
259.664
4.763

0.000
0.000
0.000

42.296
10.126

4.177

0.000

Lampiran 9 Analisis ragam produksi biji tiap tanaman pada lahan yang dikapur
Sumber keragaman
db
JK
KT
F-hitung
Kelompok
2
243.881
121.940
7.519
Galur
12
967.993
80.666
4.974
Galat
375
6081.857
16.218
Total
389
7293.730
Lampiran 10 Analisis ragam produksi biji tiap tanaman pada lahan yang tidak dikapur
Sumber keragaman
db
JK
KT
F-hitung
Kelompok
2
396.116
198.058
53.391
Galur
12
118.294
9.858
2.657
Galat
375
1391.087
3.710
Total
389
1905.497

P-hitung
0.001
0.000

P-hitung
0.000
0.002

12

Lampiran 11 Produksi biji dan jumlah tanaman tiap petak

Galur
Harapan
KH 2
KH 3
KH 4
KH 6
KH 8
KH 31
KH 55
KH 58
KH 71
Slamet
Wilis
Panderman
Tanggamus

Galur
Harapan
KH 2
KH 3
KH 4
KH 6
KH 8
KH 31
KH 55
KH 58
KH 71
Slamet
Wilis
Panderman
Tanggamus

Kelompok 1
Jumlah
Produksi
Tanaman
Biji (g)
80
264
163
649
168
175
129
522
130
601
81
112
70
352
66
110
122
154
168
366
188
322
186
223
182
642

Tidak dikapur
Kelompok 2
Jumlah
Produksi
Tanaman
Biji (g)
97
357
97
388
129
627
132
409
82
372
77
364
92
458
86
433
116
225
152
316
164
394
192
420
178
560

Kelompok 3
Jumlah
Produksi
Tanaman
Biji (g)
89
150
143
430
130
491
104
420
101
140
86
108
118
221
61
112
119
230
172
197
156
132
124
254
160
102

Kelompok 1
Jumlah
Produksi
Tanaman
Biji (g)
117
164
135
573
133
516
81
796
132
1021
101
354
150
594
93
336
158
396
186
1034
166
845
170
283
190
903

Kapur
Kelompok 2
Jumlah
Produksi
Tanaman
Biji (g)
121
255
109
1143
149
959
104
751
125
669
94
417
133
740
96
1031
136
761
188
891
174
460
128
599
166
1118

Kelompok 3
Jumlah
Produksi
Tanaman
Biji (g)
70
188
125
676
153
1052
66
431
125
315
82
480
121
452
78
319
125
831
144
935
144
520
138
450
154
1068

13

Lampiran 12 Data Umur panen, tinggi tanaman, jumlah polong, buku subur,
produksi dan ukuran biji tanaman sampel
Tanaman sampel kelompok 1
Galur
Perlakuan
No
UP
TT
JP
BS
JC
KH 2
kapur
1
73
33
16
4
2
43
8
5
0
3
83
57
24
5
4
82
40
20
4
5
66
20
12
3
103
6
79
28
13
3
7
102
39
21
3
8
70
33
18
4
9
91
31
15
3
10
82
49
23
4
Rata-rata
77.1
33.8
16.7
3.3
alami
1
53
40
20
2
2
42
11
7
0
3
64
31
17
2
4
52
24
14
2
5
53
28
14
1
103
6
62
31
17
2
7
51
19
8
2
8
50
27
11
1
9
63
46
22
3
10
55
11
6
1
Rata-rata
54.5
26.8
16.7
3.3
KH 3

kapur

Rata-rata
alami

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

96

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

100

Rata-rata
KH 4

kapur

1
2

96

jumlah cabang,

PB
4.55
0.79
7.11
5.72
3.07
2.93
5.87
4.69
2.92
4.75
4.24
4.13
1.93
3.42
2.74
2.67
1.51
2.40
0.76
4.83
3.77
2.82

61
56
57
85
82
64
101
83
61
69
71.9
62
73
74
52
82
76
66
54
53
74
66.6

21
21
14
34
35
33
39
24
23
23
26.7
22
52
16
8
31
21
12
12
8
17
19.9

15
13
9
26
21
16
20
14
13
10
13.6
11
25
9
8
17
14
7
8
6
10
15.7

3
2
2
7
4
3
5
2
2
1
1.6
3
3
3
1
2
3
1
1
1
2
3.1

2.28
1.82
2.59
7.78
7.22
4.89
9.50
5.80
3.35
4.61
4.98
4.50
8.82
3.08
2.70
5.56
6.40
2.78
2.67
2.17
1.87
4.06

74
80

32
41

16
19

3
3

4.83
7.84

UK

15.64

13.88

15.64

16.82

16.6

14

3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
alami

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

100

Rata-rata
KH 6

kapur

Rata-rata
alami

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

93

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

100

Rata-rata
KH 8

kapur

1
2
3
4
5
6
7
8

96

82
65
55
67
62
65
58
69
67.7
54
59
46
50
40
60
51
49
55
61
52.5

56
33
17
33
29
41
17
33
33.2
18
15
16
11
10
29
13
8
6
14
14

25
16
11
17
14
23
12
16
16.9
11
8
8
6
4
13
7
6
4
12
7.9

4
4
2
3
4
4
1
3
3.1
1
2
1
0
0
3
0
0
0
2
0.9

8.87
4.47
3.05
6.28
5.86
5.36
2.47
5.30
5.43
0.88
1.10
0.68
0.80
1.01
1.78
0.78
0.58
0.54
1.58
0.97

71
74
93
88
53
59
82
92
42
66
72
77
74
55
58
80
67
83
81
78
53
70.6

25
47
43
45
47
39
52
53
34
25
41
27
19
13
20
27
19
32
26
37
20
24

11
18
19
20
21
15
25
19
18
13
17.9
12
12
7
9
10
9
14
11
13
8
10.5

0
3
3
3
4
1
3
4
3
2
2.6
2
2
2
0
0
0
2
1
1
1
1.1

5.20
9.38
11.82
9.97
5.85
5.04
6.43
12.26
6.40
4.59
7.69
3.48
1.80
2.24
1.01
1.70
2.94
5.65
3.64
3.72
2.79
2.90

102
102
84
105
96
82
88
79

64
50
54
59
46
26
43
29

31
22
20
21
18
16
18
23

4
3
4
2
2
1
2
4

16.63
14.37
11.50
14.15
11.43
6.71
10.16
10.96

10.38

14.91

17.26

15.48

15

9
10
Rata-rata
alami

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

96

Rata-rata
KH 31

kapur

Rata-rata
alami

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

89

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

103

Rata-rata
KH 55

kapur

Rata-rata
alami

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3

96

100

78
87
90.3
62
81
77
62
73
80
74
73
65
62
70.9

28
41
44
20
37
27
18
20
26
40
32
20
22
26.2

12
22
20.3
10
20
15
12
12
12
21
19
12
14
14.7

1
3
2.6
1
2
3
1
2
0
2
2
2
2
1.7

8.44
10.34
11.47
3.52
5.77
4.87
2.89
3.35
4.02
6.57
7.02
2.82
4.41
4.52

56
57
43
45
48
54
45
52
43
38
48.1
43
50
42
41
38
44
47
46
42
47
44

48
56
15
30
22
37
16
61
21
17
32.3
30
23
15
25
15
26
17
21
26
24
22.2

26
26
10
19
16
17
19
28
16
11
18.8
14
13
10
12
9
14
10
11
11
12
11.6

3
4
2
4
4
3
3
3
3
2
3.1
3
2
1
2
1
3
0
2
2
0
1.6

6.01
7.06
1.60
3.64
3.29
3.81
1.50
6.35
4.69
2.22
4.02
2.31
1.42
0.53
2.28
1.26
1.35
1.20
1.02
1.52
1.49
1.44

102
85
98
89
98
95
102
94
94
79
93.6
52
49
39

63
43
27
45
73
38
41
39
41
44
45.4
12
15
14

25
15
11
21
31
12
15
12
17
19
17.8
7
8
7

6
3
0
4
7
0
2
2
3
4
3.1
2
0
0

9.07
3.74
5.60
7.90
11.32
1.79
4.98
3.44
5.58
7.49
6.09
1.95
3.73
2.50

14.9

15.84

14.62

17.97

17.21

16

4
5
6
7
8
9
10

44
55
48
50
49
41
52
47.9

14
26
17
13
7
13
11
14.2

7
14
8
8
7
7
8
8.1

0
2
0
1
0
2
1
0.8

3.35
5.15
2.60
3.03
2.67
2.29
2.50
2.98

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

89

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

103

56
78
52
60
63
70
80
51
60
62
63.2
72
56
63
70
57
70
60
52
47
63
61

31
76
26
28
44
55
62
50
50
48
47
50
39
33
40
25
40
17
18
23
22
30.7

16
32
15
17
23
17
28
24
22
21
21.5
17
13
11
12
11
15
8
11
9
9
11.6

2
4
2
2
3
0
3
2
2
2
2.2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.2

1.72
8.46
2.52
4.80
3.80
5.35
9.79
4.12
5.12
6.52
5.22
1.84
1.20
1.27
1.26
0.65
1.56
1.52
0.90
1.04
0.83
1.21

80
62
80
53
65
83
84
49
76
64
69.6
24
32
26
51
23
23
21
38
44

34
20
35
17
37
51
39
27
30
24
31.4
7
8
6
24
5
11
6
11
15

10
10
12
9
18
22
19
12
14
11
13.7
5
6
5
11
5
7
4
7
11

2
1
2
1
5
4
4
2
2
1
2.4
0
0
0
0
0
0
0
1
2

6.83
3.74
7.18
1.91
5.44
10.64
8.69
3.26
5.98
2.91
5.66
0.99
1.09
0.97
3.68
0.59
1.21
1.14
1.61
1.94

Rata-rata
KH 58

kapur

Rata-rata
alami

Rata-rata
KH 71

kapur

Rata-rata
alami

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9

89

103

13.61

9.88

17.33

13.65

17

10

22
30.4

8
10.1

6
6.7

0
0.3

1.02
1.42

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

103

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

103

96
87
86
91
71
97
90
68
69
76
83.1
38
59
59
49
58
57
53
66
34
32
50.5

28
29
48
48
38
47
30
27
33
26
35.4
18
23
31
20
26
21
23
32
18
17
22.9

16
15
19
18
15
22
11
11
17
14
15.8
9
11
14
11
12
11
10
14
9
7
10.8

2
3
3
4
3
3
4
3
4
3
3.2
0
2
3
1
3
1
1
3
0
0
1.4

4.91
6.71
9.92
12.35
5.38
9.35
6.44
6.65
5.43
4.16
7.13
0.83
2.88
3.33
1.94
3.15
2.81
1.73
2.75
1.14
1.64
18.46

53
49
56
64
41
47
49
57
54
61
53.1
46
40
45
58
80
79
58
51
53
74
58.4

47
38
46
49
38
39
42
43
44
47
43.3
28
25
40
41
60
29
40
20
41
43
36.7

22
21
23
27
22
23
22
26
24
26
23.6
19
11
19
20
29
11
19
12
17
20
17.7

3
3
3
5
3
2
3
2
2
2
2.8
2
2
3
3
5
3
3
3
2
4
3

3.41
4.31
4.35
5.11
4.12
5.25
4.16
6.11
6.11
3.15
4.61
2.07
3.08
5.73
6.04
11.44
5.15
7.22
3.21
6.32
9.65
5.99

43
61
53

38
37
40

19
18
21

3
3
3

4.61
3.79
5.21

Rata-rata
Slamet

kapur

Rata-rata
alami

Rata-rata
Wilis

kapur

Rata-rata
alami

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

100

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

103

Rata-rata
Panderman

kapur

1
2
3

103

10.43

9.32

9.61

9.21

17.71

18

4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
alami

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

103

Rata-rata
Tanggamus

kapur

Rata-rata
alami

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

103

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

100

Rata-rata

Keterangan
UP
= Umur Panen (hari)
TT
= Tinggi Tanaman (cm)
JP
= Jumlah Polong
BS
= Buku Subur

JC
PB
UK

58
64
49
49
34
42
35
48.8
74
57
59
29
44
41
42
34
42
43
46.5

36
23
26
23
11
15
11
26
57
34
53
8
18
14
21
10
32
29
27.6

19
11
12
11
7
9
6
13.3
23
16
24
7
9
8
9
7
11
12
12.6

3
2
3
2
0
2
0
2.1
5
2
6
0
0
1
2
0
2
2
2

3.11
1.21
3.34
3.96
2.27
2.38
1.86
3.17
7.86
7.25
10.48
1.41
4.35
3.14
4.51
2.03
7.54
6.15
5.47

67
53
60
54
83
82
78
87
91
3
65.8
58
62
59
56
52
63
58
58
49
56
57.1

30
43
26
39
46
57
32
35
41
42
39.1
31
43
21
29
24
44
33
21
26
31
30.3

11
25
13
19
17
21
18
19
21
29
19.3
20
24
16
22
15
31
21
12
19
23
20.3

1
3
2
2
2
3
2
2
1
4
2.2
2
2
2
4
4
4
3
1
4
3
2.9

4.48
5.74
3.56
5.13
6.32
7.86
5.82
6.91
9.51
7.04
6.24
4.27
5.72
3.53
6.44
3.05
10.78
5.77
3.37
5.22
5.77
5.39

= Jumlah Cabang
= Produksi Biji (g)
= Ukuran Biji (g/100 biji)

18.51

11.1

7.9

19

Tanaman sampel kelompok 2
Galur
Perlakuan
No
KH 2
kapur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
alami
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
KH 3

kapur

Rata-rata
alami

UP

103

103

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

103

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

103

Rata-rata
KH 4

kapur

1
2
3
4

100

TT
107
136
95
115
140
131
103
134
128
123
121.2
83
87
81
79
87
74
69
97
71
103
83.1

JP
61
100
68
106
112
78
51
87
82
51
79.6
29
20
31
86
42
67
28
35
50
60
44.8

BS
32
38
33
52
43
37
24
33
33
27
35.2
15
10
14
39
23
25
14
18
20
26
20.4

JC
61
100
68
106
112
78
51
87
82
51
79.6
29
20
31
86
42
67
28
35
50
60
44.8

PB
18.04
25.10
14.59
28.12
33.49
12.36
9.84
22.23
21.43
14.21
19.94
7.06
5.33
3.66
13.89
3.36
4.50
6.08
4.12
3.09
6.23
5.73

93
111
72
76
77
94
95
102
82
89
89.1
97
86
58
91
87
74
63
97
62
78
79.3

49
53
26
25
26
34
37
29
46
31
35.6
14
42
19
35
36
18
15
47
9
27
26.2

27
25
11
15
11
20
19
17
22
19
18.6
10
25
10
19
18
11
8
28
4
15
14.8

49
53
26
25
26
34
37
29
46
31
35.6
14
42
19
35
36
18
15
47
9
27
26.2

8.98
8.32
3.69
3.66
2.23
7.28
8.96
8.04
9.72
7.14
6.80
2.88
7.19
2.89
7.45
6.07
3.53
2.74
7.99
2.56
5.36
4.86

82
94
89
69

27
54
48
16

15
29
24
11

27
54
48
16

3.18
5.84
4.57
2.21

UK

21.99

16.38

18.85

15.35

19.27

20

5
6
7
8
9
10
Rata-rata
alami

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

100

Rata-rata
KH 6

kapur

Rata-rata
alami

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

93

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

100

Rata-rata
KH 8

kapur

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

93

109
73
72
67
64
40
75.9
64
86
66
77
68
63
92
67
91
60
73.4

25
22
24
25
24
13
27.8
16
29
15
22
20
15
30
19
38
13
21.7

17
17
13
18
14
8
16.6
9
23
10
15
11
10
20
13
21
9
14.1

25
22
24
25
24
13
27.8
16
29
15
22
20
15
30
19
38
13
21.7

4.82
2.38
2