UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN KEDELAI (Glycine max[L.] Merill) HASIL PERSILANGAN WILIS DAN Mlg 2521

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN KEDELAI
(Glycine max[L.] Merill) HASIL PERSILANGAN
WILIS DAN Mlg 2521
(Skripsi)

Oleh
JEFRI ZULKARNAIN

UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

ABSTRAK
UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN KEDELAI (Glycine
max[L.] Merill) HASIL PERSILANGAN WILIS DAN Mlg 2521

OLEH
Jefri Zulkarnain

Meningkatnya kebutuhan kedelai sepanjang tahun menyebabkan produksi kedelai
harus ditingkatkan. Cara untuk meningkatkan produksi kedelai adalah dengan

cara pemuliaan tanaman yang bertujuan menghasilkan varietas unggul. Untuk
mendapatkan varietas unggul diawali dengan menyilangkan dua tetua yang
memiliki keunggulan dan karakteristik yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah
mengevaluasi 14 galur F5 kedelai hasil persilangan Wilis x Mlg 2521 yang
memiliki produksi lebih tinggi dibandingkan dengan pembanding Wilis dan Mlg
2521. Penelitian ini menggunakan benih kedelai F5 persilangan varietas Wilis x
MLg 2521 dan benih tetua Wilis dan Mlg 2521. Perlakuan disusun dalam
rancangan kelompok teracak sempurna dengan dua ulangan. Pemisahan nilai
tengah menggunakan uji Least Significant Increase pada α 0.05. Karakter umur
berbunga memiliki waktu berbunga lebih awal daripada Wilis tetapi lebih lambat
dibandingkan dengan Mlg 2521. Karakter umur panen hampir semua nomor
genotipe memiliki waktu panen lebih cepat dibandingkan dengan Wilis dan Mlg
2521 kecuali genotipe nomor 7.24.1 dan 7.61.4. Pada karakter tinggi tanaman

Jefri Zulkarnain
terdapat 6 nomor genotipe yang lebih pendek daripada Mlg 2521 dan 4 nomor
genotipe daripada Wilis. Seluruh genotipe yang diuji memiliki jumlah polong
yang lebih sedikit daripada Wilis, sedangkan hanya genotipe nomor 7.199.4 dan
7.24.1 memiliki jumlah polong lebih banyak daripada Mlg 2521. Karakter jumlah
cabang hanya genotipe nomor 7.24.1 yang melebihi Mlg 2521, sedangkan

terdapat 7 genotipe yang melebihi Wilis. Genotipe nomor 7.64.1, 7.141.5, dan
7.83.5 memiliki bobot 100 butir yang lebih berat daripada pembanding Wilis dan
Mlg 2521. Bobot biji per tanaman hanya genotipe 7.199.4 memiliki nilai tengah
melebihi Wilis dengan bobot biji per tanaman 39,16 g atau 3,9 ton/ha.

Kata kunci: Uji daya hasil, generasi F5, kedelai galur harapan.

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Teluk Betung, Bandar Lampung, pada tanggal 17 Juni 1992,
sebagai anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Asrul Chilly dan
Ibu Tati Suryati.
Pendidikan Taman Kanak – kanak diselesaikan di TK Taman Siswa Teluk
Betung Bandar Lampung pada tahun 1998. Menyelesaikan Sekolah Dasar di
SD Taman Siswa Teluk Betung Bandar Lampung pada tahun 2004. Pada tahun
2007, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menegah Pertama di SMP
Negri 3 Bandar Lampung, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negri 4
diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Universitas

Lampung sebagai mahasiswa Program Studi Agronomi, jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian melalui jalur Ujian Mandiri (UM).

Penulis pernah menjadi asisten D3 mata kuliah Pengelolaan Kebun Karet pada
semester ganjil 2013/2014 dan pernah mengikuti pelatihan teknik budidaya
tanaman karet di PT Perkebunan Nusantara 7 unit usaha Way Berulu.

Pada tahun 2013 penulis Praktik Umum (PU) dengan judul Mekanisme
Pemetikan dan Alat yang digunakan dalam Pemetikan Pucuk Daun Teh di PT
Perkebunan Nusantara 7 Unit Usaha Pagaralam, Kota Pagaralam, Sumatera
Selatan. Kemudian penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun
2014 di Desa Sripendowo, Kecamatan Bangun Rejo, Kabupaten Lampung
Tengah.

Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan hidup
yang diidamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa kesenangan adalah cara
gembira menuju kegagalan.
(Mario Teguh)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
(Thomas Alva Edison)

Dengan Menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Kupersembahkan karya sederhana yang diiringi
rasa syukur dan bangga ini kepada
Papa dan Mama tercinta, serta kakak – kakakku tersayang Anggi, Irma, Ardi,
dan seorang pedampingku kelak sebagai ungkapan rasa kasih sayang dan
hormat kepada kalian yang kucintai karena Allah SWT.
“Almamater Tercinta”

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas anugerah, rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan
judul “Uji Daya Hasil Beberapa Galur Kedelai (Glycine max[L.] Merill) Hasil
Persilanagan Wilis dan Mlg 2521” yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Orang tuaku, Papa dan Mama, serta kakak – kakak penulis: Adisti Anggi
Iranti, S.P., dan Irma Sari, S.E., atas dukungan moral maupun material serta
doa dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.

2.

Dr. Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P., selaku Pembimbing Utama dan pembimbing
akademik yang telah memberikan perhatian, pemikiran, dan bimbingan yang
membangun selama penulis melakukan perkuliahan, penelitian, dan
penyelesaian skripsi.

3.

Dr. Ir. Maimun Barmawi, M.S.,selaku Pembimbing kedua yang telah
memberikan ilmu pengetahuan, saran, kritik, semangat, pengalaman dan
kesabaran yang tak terhingga saat membimbing dalam penelitian ini..

4.


Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Penguji yang telah memberikan
pengarahan, memberikan ilmu pengetahuan, kritik, dan saran dalam proses

penyelesaian skripsi ini dan selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
5.

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sekalu Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.

6.

Teman-teman satu penelitian Cristian Raymond, Noviaz Adriani, Aulia
Meydina, , Riza Aprianti, Tety Maryenti, Nidya Wanda, Nurul Aslichah, dan
Dimas Nugroho yang telah terlibat dalam penelitian dan memberikan
masukan dalam pembuatan skripsi ini.

7.


Sahabat dan teman yang membantu dalam penelitian ini Rcatur,
Andhimaryno, Mustika, Fajrin, yunus, Dian s, Rubi, Echa, Dian, Yulinda,
Arisha, Desi, Iin, Satria, Viany, gorendva dan the actor terima kasih atas
motivasi, kebersamaan, keakraban, kebahagiaan dan duka yang selama ini
selalu dilalui bersama.

8.

Serta teman – teman seluruh agroteknologi yang telah ikhlas membantu
Penulis dalam penyelesaian skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi masih belum sempurna karena kesempurnaan
hanya milik ALLAH, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan orang lain
yang membacanya.

Bandar Lampung, Oktober 2014
Penulis,

Jefri Zulkarnain


DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL.................................................................................
DAFTAR GAMBAR............................................................................
I.

v
vii

PENDAHULUAN...........................................................................

1

1.1 Latar Belakang dan Masalah.....................................................

1

1.2 Tujuan Penelitian.......................................................................


3

1.3 Kerangka Pemikiran..................................................................

4

1.4 Hipotesis....................................................................................

5

II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................

6

2.1 Tanaman kedelai.....................................................................

6

2.1.1 Sejarah singkat.............................................................


6

2.1.2 Morfologi kedelai.........................................................

6

2.1.3 Syarat tumbuh..............................................................

8

2.2 Pemuliaan tanaman kedelai...................................................

9

2.2.1 Metode pemuliaan pada tanaman menyerbuk.............
Sendiri
2.2.2 Silsilah benih yang digunakan....................................

9
10


2.3 Uji Daya Hasil.......................................................................

14

2.4 Uji Least Significant Increase (LSI)

15

III. BAHAN DAN METODE.............................................................

17

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian...................................................

17

3.2 Bahan dan Alat.........................................................................

17

3.3 Metode Penelitian.....................................................................

18

3.4 Pelaksanaan Penelitian.............................................................

19

3.4.1 Persiapan lahan.............................................................

19

3.4.2 Penanaman....................................................................

19

3.4.3 Pemupukan...................................................................
3.4.4 Pemeliharaan.................................................................
3.4.5 Pemanenan.....................................................................

20
20
20

3.5 Variabel Pengamatan.............................................................

20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................

22

4.1 Hasil Penelitian.......................................................................

22

4.2 Pembahasan..............................................................................

26

V. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................

33

5.1 Kesimpulan..............................................................................

34

5.2 Saran........................................................................................

34

PUSTAKA ACUAN............................................................................

35

LAMPIRAN.........................................................................................

38

iv

DAFTAR TABEL

Tabel
1.

2.

3.

Halaman

Bobot biji per tanaman generasi F2 hasil persilangan
Wilis x Mlg 2521 dan tetua. ................................................................

11

Bobot biji per tanaman generasi F3 hasil persilangan
Wilis x Mlg 2521 dan tetua. ................................................................

12

Bobot biji per tanaman generasi F4 hasil persilangan
Wilis x Mlg 2521 dan tetua. ................................................................

14

4.

Rumus Analisis ragam. ............................................................................. 18

5.

Uji nilai tengah karakter umur berbunga, umur panen,
tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong, bobot
100 butir dan bobot biji per tanaman dengan pembanding
tetua Wilis. ........................................................................................

23

6.

Uji nilai tengah karakter umur berbunga, umur panen,
tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong, bobot
100 butir dan bobot biji per tanaman dengan pembanding
tetua Mlg 2521. ........................................................................ ................ 25

7.

Rerata untuk karakter umur berbunga. ..................................................... 39

8.

Analisis ragam untuk karakter umur berbunga. ....................................... 39

9.

Rerata untuk karakter umur panen. .......................................................... 40

10. Analisis ragam untuk umur panen. .......................................................... 40
11. Rerata untuk karakter tinggi tanaman. ..................................................... 41
12. Analisis ragam untuk tinggi tanaman.

..................................................... 41

13. Rerata untuk karakter jumlah cabang. ...................................................... 42
14. Analisis ragam untuk karakter jumlah cabang. ........................................ 42

15. Rerata untuk karakter jumlah polong. ...................................................... 43
16. Analisis ragam untuk karakter jumlah polong. ........................................ 43
17. Rerata untuk karakter bobot 100 butir benih. .............................................. 44
18. Analisis ragam untuk karakter bobot 100 butir benih. ............................. 44
19. Rerata untuk karakter bobot biji per tanaman. ......................................... 45
20. Analisis ragam untuk karakter bobot biji per tanaman. ............................ 45
21. Silsilah genotipe yang digunakan .....................................................

47

22. Deskripsi Varietas Wilis

50

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Tata letak penanaman benih F5 kedelai persilangan
Wilis x Mlg 2521 dan kedua tetuanya ..........................................

46

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang dan Masalah

Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu tanaman pangan yang
cukup penting dan banyak dibutuhkan oleh masyarakat, karena kedelai merupakan
sumber protein nabati yang dapat diolah menjadi bahan baku industri tempe, tahu,
kecap, dan susu kedelai. Selain kandungan protein kedelai yang bermanfaat bagi
tubuh, harga kedelai terjangkau dan mudah diperoleh di pasar tradisional maupun
pasar swalayan.

Di Indonesia kebutuhan kedelai yang terus meningkat menyebabkan persediaan
tidak sesuai dengan permintaan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)
2013, produksi kedelai nasional hanya 779.992 ton. Stok kedelai di Indonesia
pada tahun 2013 mengalami defisit sebanyak 1,3 juta ton. Pasalnya, produksi
kedelai hanya sebesar 807,6 ribu ton, adapun kebutuhan masyarakat mencapai
2.115,7 ribu ton. Untuk menutupi defisit tersebut, sampai dengan bulan
September 2013 Kementan terpaksa mengimpor sebanyak 1,2 Juta ton kedelai
dari sejumlah Negara untuk memenuhi kebutuhan industri tahu – tempe
(Kementan, 2013).

2

Meningkatnya kebutuhan kedelai sepanjang tahun menyebabkan poduksi kedelai
harus ditingkatkan. Terdapat berbagai cara untuk meningkatkan produksi kedelai
salah satunya dengan cara pemuliaan tanaman yang bertujuan menghasilkan
varietas unggul. Untuk mendapatkan varietas unggul dapat diawali dengan
menyilangkan dua tetua yang memiliki keunggulan dan karakteristik yang
berbeda. Pada penelitian ini menggunakan persilangan antara Wilis dan Mlg
2521. Varietas Wilis adalah varietas yang dibudidayakan petani dan memiliki
produksi tinggi tetapi rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh soybean
stunt virus (SSV)dan cowpea mild mottle virus (CPMMV). Menurut Asadi (2005
dan 2010), Mlg 2521 tahan terhadap SSV dan CPMMV tetapi memiliki produksi
yang rendah.

Genotipe nomor 7 menempati peringkat pertama dari 12 nomor genotipe harapan
yang dipilih. Benih F3 genotipe no 7 yang diuji oleh Sari (2013) merupakan
langkah selanjutnya untuk mengestimasi keragaman fenotipe dan genotipe serta
heritabilitas dalam arti luas. Hasil penelitian Sari (2013) menunjukkan bahwa
keragaman genetik dan fenotipe untuk berbagai karakter agronomi termasuk ke
dalam kriteria sempit sampai luas. Besaran nilai hertabilitas dalam arti luas
termasuk ke dalam kriteria sedang sampai tinggi. Juga diperoleh nomor – nomor
harapan yang produktivitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan tetua Wilis dan
Mlg2521.

Pada generasi F4 diuji sebanyak 25 genotipe harapan yang dipilih berdasarkan
bobot biji per tanaman dan bobot 100 butir. Pengujian dilakukan oleh Barmawi et
al,. (2013). Hasil pengujian menunjukkan bahwa kergaman genetik dan fenotipe

3

untuk berbagai karakter yang diamati termasuk ke dalam kriteria sempit sampai
luas dan besaran nilai heritabilitas dalam arti luas termasuk ke dalam kriteria
rendah sampai tinggi. Diperoleh 14 genotipe harapan yang memiliki nilai tengah
bobot biji per tanaman dan bobot 100 butir yang lebih berat dibandingkan dengan
2 tetuanya.

Keragaman fenotipe dan genotipe yang tinggi mempunyai peluang untuk memilih
nomor – nomor harapan yang memiliki nilai tengah untuk karakter bobot biji,
bobot 100 butir, dan total jumlah polong per tanaman agar produktivitas
meningkat. Potensi hasil suatu galur harapan terpilih dapat dilakukan melalui
suatu pengujian yaitu uji daya hasil. Pengujian galur-galur homozigot merupakan
aspek penting dalam program perakitan varietas baru. Pada penelitian ini tidak
dilakukan seleksi pada ketahanan terhadap virus, tetapi hanya dari daya hasilnya
saja.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam
pertanyaan sebagai berikut: Apakah terdapat galur-galur harapan yang memiliki
produksi lebih unggul dibandingkan dengan pembandingnya (Wilis dan
Mlg2521)?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang maka disusun tujuan dari penelitian ini adalah
mengevaluasi galur-galur F5 tanaman kedelai hasil persilangan Wilis x Mlg 2521
yang memiliki produksi lebih tinggi dibandingkan dengan pembanding (Wilis dan
Mlg 2521).

4

1.3 Kerangka Pemikiran

Kedelai merupakan tanaman pangan yang memiliki kandungan protein tinggi
yang menyebabkan permintaan kedelai lebih besar dibandingkan produksi. Oleh
karena itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan mutu dan produksi kedelai
dengan cara pemuliaan tanaman. Program pemulian tanaman dapat dilakukan
dengan perakitan varietas unggul.

Pada generasi F3 penelitian dilanjutkan oleh mahasiswa angkatan 2009 (Sari dan
Wulandari) yang dimulai pada bulan September 2012 sampai dengan Desember
2012. Benih F3 berasal dari 12 nomor genotipe yang ada pada F2. Hasil penelitian
Sari (2013)menunjukan keragaman genetik daan fenotipe untuk berbagai karakter
agronomi termasuk kedalam kriteria sempit sampai luas, sedangkan besaran nilai
heritabilitas dalam arti luas termasuk kedalam kriteria sedang sampai tinggi dan
didapat nomor-nomor harapan yang diharapkan dapat menjadi genotipe unggul.

Kemudian pada benih F4 mulai dilakukan penanaman pada bulan April 2013.
Genotipe yang ditanam pada generasi F4 ini adalah 25 nomor genotipe. Hasil
pengujian menunjukan bahwa keragaman genetik dan fenotipe untuk berbagai
karakter termasuk ke dalam kriteria sempit sampai luas dan besaran nilai
heritabilitas dalam arti luas termasuk ke dalam kriteria rendah sampai tinggi. Dari
hasil penelitian generasi F4 tersebut diseleksi dan diambil 14 genotipe terpilih
yang akan dilanjutkan penanamannya pada generasi F5. Hasil pengujian
menunjukan bahwa keragaman genetik sempit dan fenotipe luas, sedangkan
besaran nilai heritabilitas beragam.

5

Diharapkan dengan keunggulan dari kedua tetua pada persilangan ini
menghasilkan keturunan yang unggul dalam hal produksinya. Genotipe hasil
persilangan ini dilakukan uji daya hasil dengan membandingkan benih hasil
persilangan dengan tetuanya untuk melihat apakah benih hasil persilangan ini
benar – benar memiliki produksi lebih tinggi.
1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan
hipotesis bahwa terdapat sekurang-kurangnya satu galur F5 hasil persilangam
varietas Wilis x Mlg 2521 yang memiliki produksi lebih tinggi dari kedua
tetuanya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman kedelai

2.1.1 Sejarah singkat

Tanaman Kedelai pertama kali dibudidayakan oleh orang China dan pertama kali
ditemukan di daerah Manshukuo (China Utara) berupa semak yang tumbuh tegak.
Kemudian mulai menyebar lebih lanjut ke seluruh China dan ke negara-negara
lain di sekitarnya. Beberapa waktu setelah domestikasi tanaman kedelai, Eropa
juga belajar tentang penggunaan kedelai. Di Indonesia, dibudidayakan mulai abad
ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau (Yantama, 2012).

Tanaman kedelai adalah sejenis tanaman kacang-kacangan yang dapat
diklasifikasikan ke dalam famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara
taksonomi kedelai memiliki kerajaan Plantae, famili Fabaceae, ordo Fabales,
genus Glycine dan spesies Glycine max (L.) Merr. Acquaah (2008). Di Indonesia
kedelai memiliki beragam nama umum yaitu kedelai, kedhele, dhele (Jawa),
kacang kadele (Sunda).

2.1.2 Morfologi kedelai

Tanaman kedelai memiliki dua jenis daun yaitu daun tunggal dan berdaun tiga
(trifololiate). Menurut Adisarwanto (2005), daun kedelai juga memiliki dua

7

bentuk yaitu lancip dan oval dan perbedaan bentuk dipengaruhi faktor genetiknya.
Daun kedelai memiliki bulu yang berwarna cerah dengan jumlah yang bervariasi.
Bunga kedelai adalah bunga sempurna yaitu setiap bunga memiliki alat kelamin
jantan dan kelamin betina. Rata-rata tanaman kedelai mulai berbunga pada umur
5 – 7 minggu setelah tanam. Perkawinan silang kemungkinan sangat kecil karena
penyerbukan terjadi pada saat mahkota masih menutup. Besar bunga 3 – 7 mm
dengan kelopak berbentuk bergerigi tidak rata dan pada bunga terdapat 3 – 5 bakal
biji (Lamina, 1989). Bunga kedelai berbentuk kupu-kupu, mahkota bunga terdiri
atas lima helai, yang menyelubungi bakal buah dan benang sarinya. Bunga jantan
terdiri atas sembilan benang sari yang membentuk tabung dan terdapat satu
benang sari lagi menyendiri. Saat masih kuncup, kedudukan kepala sari
(antheridium) berada di bawah kepala putik (stigma). Pada saat kepala sari
menjelang pecah, tangkai sari memanjang sehingga kepala sari menyentuh kepala
putik, kemudian terjadi penyerbukan (Sumarno, 1999).

Menurut Poehlman (1979), tanaman kedelai merupakan tanaman self pollinated.
Bunga kedelai berwarna ungu, putih atau kombinasi dari keduanya. Kedelai
mengalami kematangan pada umur 100-150 hari tergantung varietas, lokasi dan
cuaca. Buah kedelai berupa polong dan setiap tanaman mampu menghasilkan
antara 100 dan 250 polong.

Biji pada tanaman kedelai adalah berkeping dua, serta terbungkus kulit biji dan
tidak mengandung jaringan endosperma. Warna kulit biji hijau, kuning, coklat,
dan hitam. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapi ada pula yang
bundar atau bulat pipih (Suprapto, 1993). Menurut Ginting dkk. (2009), apabila

8

biji kedelai memiliki bobot 8-10 gram/100 butir adalah tergolong kecil, sedang
10-13 gram/100 butir dan besar jika memiliki bobot lebih dari 13 gram/100 butir.
Tanaman kedelai berbatang pendek (30 cm – 100 cm) memiliki 3 – 6 percabangan
dan berbentuk tanaman perdu. Pada pertanaman yang rapat seringkali tidak
terbentuk percabangan atau hanya bercabang sedikit. Batang tanaman kedelai
berkayu, biasanya kaku dan tahan rebah, kecuali tanaman yang dibudidayakan di
musim hujan atau tanaman yang hidup di tempat yang ternaungi (Pitojo, 2003).

Menurut Suprapto (1993), tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang
membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh
dari permukaan tanah. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan
alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan
tempat terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni bakteri
pengikat nitrogen yang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai. Bintil akar
ini biasanya akan terbentuk 15 – 20 hari setelah tanam. Pada tanah yang belum
pernah ditanami kedelai atau kacang-kacangan lainnya, bintil akar tidak akan
tumbuh. Selain sebagai penyerap unsur hara dan penyangga tanaman, akar
kedelai merupakan tempat terbentuknya bintil/nodul akar. Nodul tersebut adalah
Rhizobium spp. berfungsi sebagai pabrik alami yang memfiksasi nitrogen udara

2.1.3 Syarat tumbuh

Kedelai tumbuh baik pada dataran rendah dari 1 meter hingga 600 meter di atas
permukaan laut dan dapat juga hidup sampai ketinggian 900 meter di atas
permukaan laut. Tanaman ini menghendaki penyinaran 10 jam/hari – 12 jam/hari

9

dengan curah hujan 100 – 200 mm/bulan. Suhu 30 – 15 0C pada berbagai jenis
tanah yang drainasenya baik (Kasno dkk., 1992). Iklim kering lebih cocok untuk
tanaman kedelai dibandingkan dengan iklim lembab. Tekstur tanahnya lempung
berpasir dan liat, struktur gembur, pH 5,8 – 7,0 sedangkan pH optimal 6,8.
(Direktorat Jendral Tanaman Pangan, 2011). Kedelai yang ditanam pada tanah
Ultisol dan tanah yang mengandung pasir kuarsa yang tinggi dapat tumbuh
dengan baik apabila ditambah pemberian pupuk dan bahan organik

2.2 Pemuliaan tanaman kedelai

2.2.1 Metode pemuliaan pada tanaman menyerbuk sendiri

Kedelai merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri (self polination). Pada
tanaman yang menyerbuk sendiri akan terjadi penurunan heterozigot sebesar
setengahnya dan akan terjadi peningkatan homozigot setengahnya pada setiap kali
terjadi penyerbukan sendiri pada individu heterosigot . Apabila dilakukan
penyerbukan sendiri secara terus-menerus maka lokus-lokus homozigot nya
makin tinggi dan heterozogositasnya makin kecil. Pada generasi F5 presentase
homozigositasnya adalah 93,875%.

Segregasi menyebabkan alel suatu tanaman dapat membentuk individu baru yang
berbeda. Perbedaan genotipe tanaman akan mempengaruhi keragaman genetik
dan heritabilitasnya. Nomor-nomor harapan akan diperoleh ketika nilai
keragaman luas dan nilai heritabilitas tinggi (Yantama, 2012).

Segregasi transgresif didefinisikan sebagai penampilan individu dalam populasi
segregasi yang berbeda jauh dari kedua tetua mereka. Segregasi transgresif

10

adalah sebuah mekanisme yang sangat menarik dari perubahan yang besar dan
cepat karena hibridisasi menghasilkan variasi pada banyak gen secara bersamaan
(Rieseberg dkk., 2003).

2.2.2 Silsilah benih yang digunakan

P:

Wilis x Mlg 2521

F1:

80 genotipe

= 1 – 80

F2:

12 genotipe

= 7, 46, 72, 31, 62, 58, 23, 10, 13, 70, 74, dan 36

F3:

genotipe nomor 7

= 300 Biji

F4:
25 genotipe
= 24, 52, 64, 44, 56, 199, 3, 21, 61, 9, 73, 141, 261,
gggggggggggggggggggggggggg144, 104, 218, 82, 192, 176, 66, 22, 42, 57, 83,
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhdan 23
F5:

14 genotipe
= 7.144.2, 7.64.1, 7.24.1, 7.61.4, 7.141.5, 7.261.1,
dddddddddddddddddd83.5, 7.192.1, 7.61.1, 7.44.3, 7.90.27.23.37.199.4,
sssssssssssssssssssssssdan 7.73.3

Silsilah benih kedelai yang digunakan ini merupakan hasil penelitian dari Maimun
Barmawi, Hasriadi Mat Akin, Setyo Dwi Utomo yang dibantu oleh beberapa
mahasiswa dari jurusan Hama Penyakit Tanaman dan Agronomi Fakultas
Petanian, Universitas Lampung. Penelitian ini diawali dengan seleksi tetua yang
tahan terhadap Cowpea Mild Mottle Virus (CPMMV) pada tahun 2001 (Fertani,
2001). Dari hasil penelitian tersebut diperoleh galur yang tahan yaitu galur Mlg
2521. Menurut Asadi (2005), Pudrayani (2005), dan Asadi (2010), galur Mlg
2521 memiliki ketahanan terhadap soybean stunt virus (SSV).

11

Pada tahun 2009 dilakukan persilangan antara varietas Wilis dan galur Mlg 2521
oleh Maimun Barmawi. Penanaman F1 dilakukan oleh mahasiswa yang
mengambil mata kuliah pemuliaan tanaman lanjutan pada semester genap tahun
2011 di lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Selanjutnya
benih F2 ditanam oleh Yantama dan Ardiansyah di Kebun Percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung bulan November 2011 – Maret 2012 dan terdapat
nomor harapan yaitu 12 nomor genotipe, nomor – nomor genotipe tersebut adalah
7, 46, 72, 31, 62, 58, 23, 10, 13, 70, 74, 36. Bobot biji pertanaman pada penelitian
ini berkisar 66,06 – 118,27 gram. Data lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Bobot biji per tanaman generasi F2 hasil persilangan Wilis x Mlg 2521
dan tetua.
Nomor Genotipe
7
46
72
31
62
58
23
10
13
70
74
36
Wilis
Mlg 2521

BBT
(gram)
118,27
115,39
106
98,94
98
93,03
82,5
75,12
74,12
68,69
67,55
66,06
33,25
33,13

Sumber: Yantama (2012)

Pada penelitian ini menggunakan cara seleksi Pedigree, yaitu pencatatan
dilakukan setiap anggota populasi bersegregasi dari hasil persilangan. Silsilah

12

(pedigree) diperlukan untuk menyatakan bahwa galur tersebut serupa dengan cara
mengkaitkan terhadap individu tanaman generasi sebelumnya. Genotipe nomor 7
kemudian digunakan sebagai bahan penelitian oleh Sari dan Wulandari sebagai
benih F3. Penelitian tersebut dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung Oktober 2012 – Februari 2013. Dari hasil penanaman F3
diperoleh 50 nomor genotipe yang unggul dibandingkan tetuanya dan nomor
genotipe yang lainnya. Nomor – nomor genotipe tersebut 199, 24, 23, 178, 61, 22,
287, 82, 218, 277, 83, 143, 3, 21, 64, 261, 74, 75, 141, 90, 104, 42, 160, 58,192,
123, 97, 144, 140, 176, 260, 44, 66, 73, 85, 52, 56, 62, 70, 57, 105, 31, 110, 28,
38, 162, 103, 213, 7, dan 207. Data lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bobot biji per tanaman generasi F3 hasil persilangan Wilis x Mlg 2521
dan tetua.
No
Genotipe
199
24
23
178
61
22
287
82
218
277
83
143
3
21

BBT
(gram)
73
61,4
50
45,4
44,3
40,2
39,8
38,3
36,8
36,7
33,6
33,6
33,3
33,3

No
Genotipe
123
97
144
140
176
260
44
66
73
85
52
56
62
70

BBT
(gram)
30,3
30,1
30,1
29,9
29,9
29,8
29,3
29,2
29,1
29
28,9
28,9
28,8
28,8

No
Genotipe
64
261
74
75
141
90
104
42
160
58
192
57
105
31

BBT
No
BBT
(gram) Genotipe (gram)
33
110
28,2
32,7
28
28
32,3
38
28
32,3
162
28
32,3
103
27,9
32,2
213
27,9
32,1
7
27,7
31,6
207
27,5
31,5
Wilis
14,18
31,3 Mlg 2521 25,47
31,1
28,6
28,5
28,4

Sumber: Sari (2013)

Bobot biji per tanaman pada generasi F3 yang dilakukan Sari memiliki bobot biji
pertanaman berkisar 27,5 – 73 gram. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh

13

nomor harapan yang paling unggul yaitu genotipe nomor 199. Pada tahun 2013
penelitian dilanjutkan dengan kembali menggunakan 25 nomor genotipe sebagai
benih F4 yang ditanam di Politeknik Negeri Lampung oleh Maimun Barmawi

Data lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Bobot biji per tanaman generasi F4 hasil persilangan Wilis x Mlg 2521
dan tetua.
Nomor Genotipe
24
52
64
44
56
199
3
21
61
9
73
141
261
144
104
218
82
192
176
66
22
42
57
83
23
Sumber: Barmawi (2013)

BBT
(gram)
33,27
18,91667
28,39444
31,055
33,45833
24,02571
24,33299
25,59056
22,62726
30,12857
22,73389
31,63667
25,00429
30,16
28,898
26,1119
22,15333
25,465
21,89167
24,699
21,85
24,569
21,18188
31,90313
23,52597

14

Pada hasil tanaman benih F4 akan diperoleh 25 nomor genotipe kemudian di
seleksi sebanyak 15 nomor genotipe yang akan digunakan sebagai bahan
penelitian selanjutnya yaitu benih F5. Lebih lanjut dapat dilihat pada tabel 21.
Menurut Mugiono (2010), tujuan utama pemulian tanaman adalah memperbaiki
varietas yang sudah ada untuk mendapatkan varietas yang lebih unggul. Galurgalur mutan yang telah diciptakan oleh pemulia tanaman dikatakan berhasil
apabila tanaman tersebut dapat dilepas sebagai varietas unggul dan dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan petani. Pada dasarnya pemuliaan
tanaman adalah usaha menciptakan keragaman genetik. Dengan keragaman
genetik yang luas maka pemulia tanaman dapat melakukan seleksi sesuai dengan
tujuan pemuliaan yang dilakukan. Meningkatkan keragaman genetik dilakukan
dengan beberapa metode antara lain (1) introduksi, (2) hibridisasi, (3)
poliploidisasi, (4) bioteknologi, (5) rekayasa gentika serta mutasi. Di perguruan
tinggi, pemuliaan tanaman adalah salah satu cabang agronomi atau genetika
terapan, karena sifat multidisiplinernya.

2.3 Uji Daya Hasil

Kasno (1992) menyatakan bahwa pemuliaan tanaman kacang-kacangan secara
umum dapat dilakukan dengan tiga cara ,yaitu (1) penciptaan populasi beragam
sebagai suatu koleksi plasma nutfah, dilakukan evaluasi, seleksi dan pelepasan
varietas. (2) Penciptaan populasi beragam sebagai suatu koleksi plasma nutfah,
evaluasi, uji daya hasil, dan pelepasan varietas. (3) Penciptaan populasi beragam
sebagai salah satu koleksi plasma nutfah, evaluasi, persilangan, seleksi-seleksi, uji

15

daya hasil, dan pelepasan varietas. Cara pemuliaan yang ke-1 memerlukan waktu
kurang dari 3 tahun, cara ke-2 memerlukan 3 tahun, sedangkan cara yang ke-3
memerlukan waktu sampai 3 tahun. Potensi hasil suatu galur harapan terpilih
dapat dilakukan melalui suatu pengujian yaitu uji daya hasil. Pengujian galurgalur homozigot merupakan aspek penting dalam program perakitan varietas baru.
Beberapa tahapan pengujian daya hasil yaitu uji daya hasil pendahuluan (UDHP),
uji daya hasil lanjutan (UDHL) dan Uji Multilokasi (UML). Pengujian tahap awal
(UDHP) diutamakan 50-60 galur homozigot di lokasi yang terbatas (1-2 lokasi).
Pada musim berikutnya, pengujian daya hasil lanjutan diuji 10-20 galur di 4-5
lokasi. Selanjutnya, dalam uji multi lokasi, diuji 8-10 galur di 10-12 lokasi selama
dua musim tanam (Arsyad et al., 2007).
Dalam uji daya hasil lanjutan, jumlah galur yang diuji 10 – 20 galur,
termasuk varietas unggul pembanding. Jumlah lokasi sekurang-kurangnya empat
lokasi selama 2-4 musim. Rata-rata hasil produksi dari semua lokasi itulah yang
akan menentukan suatu galur dapat diharapkan untuk dilepas sebagai varietas
unggul baru. Pada tahap pengujian multi lokasi hanya 5-10 galur saja yang diuji,
tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui daya adaptasi dari galur-galur
harapan yang akan dilepas sebagai varietas-varietas unggul kedelai pada
umumnya.

2.4 Uji Least Significant Increase

Penelitian pemuliaan tanaman adalah harus membandingkan genotipe baru
tersebut dengan genotipe pembanding dari varietas lokal atau varietas unggulan
terbaik yang lama maupun yang baru. Membandingkan atau mengikutsertakan

16

pembanding dalam melakukan pemuliaan tanaman merupakan suatu ketentuan
yang wajib. Untuk menguji perbedaan nilai tengah perlakuan yang dicoba antara
lain menggunakan uji F. Apabila perlakuan berpengaruh nyata, maka dilakukan
uji lanjutan yaitu BNT. Uji BNT adalah salah satu uji pemisah nilai tengah yang
digunakan untuk kurang dari lima perlakuan dan perlakuan yang akan
dibandingkan sudah terencana sebelumnya. Dalam pemuliaan dikenal dengan
nama uji LSI (Least Significance Increase), Uji LSI dapat dibandingkan dengan
kontrol (varietas pembanding) dengan banyak perlakuan dan harus dilakukan uji F
terdahulu (Peterson, 1994).

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilaksanakan di Laboratorium
Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2013 sampai dengan bulan
Januari 2014.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai F5 hasil
pemuliaan Maimun Barmawi, dkk. yaitu hasil persilangan antara Wilis x Mlg
2521 dan benih Varietas Wilis dan Mlg 2521 sebagai pembanding. Pupuk Urea
50 kg/ha, SP36 100 kg/ha, KCl 100 kg/ha, pupuk kompos dan kandang,
insektisida Decis berbahan aktif Deltramethrin 25 g/l, Furadan berbahan aktif
Karbofuran dan fungisida Dithane berbahan aktif Mancozeb.

Alat yang digunakan adalah cangkul, koret, penggaris, meteran, gunting, tali rafia,
bambu, tugal, selang, gembor, plastik es, dan kantung panen, sedangkan alat yang
digunakan di Laboratorium adalah timbangan elektrik, alat penghitung benih seed
counter automatik.

18

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok teracak sempurna, yang terdiri
atas dua ulangan. Model linear yang digunakan:

Xij = µ + αi

+

βj + εij

Keterangan :
Xij

=

setiap nilai pengamatan pada kelompok ke - i, dan genotipe ke - j

µ

=

Nilai tengah populasi

αi

=

Pengaruh kelompok ke - i

βj

=

Pengaruh genotipe ke - j

εij

=

Pengaruh galat percobaan pada kelompok ke – i, genotipe ke – j

Uji Homogenitas ragam menggunakan uji Bartlett. Apabila ragam antara
perlakuan tersebut homogen maka dilakukan analisis ragam, sedangkan jika
ragam tidak homogen perlu dilakukan transformasi data terlebih dahulu. Kuadrat
nilai tengah galat digunakan untuk menghitung nilai LSI pada α = 5%. Semua
genotipe yang akan diuji dibandingkan dengan pembanding dengan uji Least
significance increase (Petersen, 1994).

Tabel 4. Analisis ragam.
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat nilai
Keragaman
Kebebasan
kuadrat
Tengah
Kelompok
(k-1)
JKk
KTk
Genotipe
(m-1)
JKm
KTm
Galat
(k-1) (m-1)
JKg
KTg
Total
(km-1)
JKT
Keterangan: k = jumlah kelompok; m = jumlah genotipe; g = galat

19

LSI = tα (2KNTG / n)1/2
Keterangan:


= nilai t-student pada derajat kebebasan KNTG pada eka arah.

n

= jumlah ulangan genotipe yang diuji

KNTG = kuadrat nilai tengah galat

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan dengan menggunakan lahan seluas 9 m x 10 m. Lahan
seluas 9 m x 10 m dibagi menjadi dua ulangan. Jarak antara ulangan adalah satu
meter. Satu satuan percobaan berupa satu baris tanaman sepanjang 4 meter.
Jarak antar baris 50 cm. Jarak tanam dalam satu baris adalah 20 cm. Dalam satu
baris terdapat 20 tanaman. Genotipe yang diuji sebanyak 14 genotipe, satu tetua
Mlg 2521, satu tetua Wilis. Pengolahan tanah dilakukan dengan olah tanah
sempurna dengan mencangkul sampai kedalaman 20 – 30 cm kemudian diratakan
kembali menggunakan cangkul.

3.4.2 Penanaman

Penanaman benih kedelai dilakukan dengan cara mengukur jarak tanam 20 x 60
cm tanam dan menugal sedalam 3-5 cm. Per lubang tanam dimasukkan satu benih
kedelai dan disertai dengan pemberian Furadan 3G.

20

3.4.3 Pemupukan

Pupuk yang digunakan ialah Urea, TSP, KCl dan Kompos. Pemupukan dilakukan
sebanyak 2 kali, yaitu pertama pada saat tanaman berumur 15 hari, pemupukan
kedua diberikan saat menjelang pembungaan 25 hari setelah tanam

3.4.5 Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman yang dilakukan sore hari
menggunakan gembor dan selang. Pengendalian gulma dilakukan secara mekanik
dengan koret dan sabit, sedangkan pemberantasan hama dan penyakit
menggunakan insektisida berbahan delhtametrin 25g/l dan fungisida berbahan
aktif Mancozeb 80%. Penyemprotan pestisida dan penyiangan gulma dilakukan
setiap minggu agar pertumbuhan dan perkembangan tidak terganggu.

3.4.6 Pemanenan

Waktu pemanenan dapat ditentukan ketika polong tanaman sudah kecoklatan,
batang mengering dan sebagian besar daun kering menguning hingga rontok.
Pemanenan dilakukan dengan mencabut tanaman sampai ke akar kemudian
dimasukkan ke kantung panen dan diberi label yang berisi keterangan waktu
pemanenan, nomor genotipe dan ulangan.

3.5 Variabel Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan untuk menunjang hipotesis tidak hanya di lapang
tetapi dilanjutkan dengan pengamatan di laboratorium. Pada penelitian ini
diambil sampel lima tanaman dari 20 tanaman dalam satu baris.

21

Adapun variabel pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah:

1. Umur tanaman berbunga
Perhitungan umur bunga dilakukan sejak penanaman sampai 50%
tanaman/baris berbunga.
2. Umur panen
Dihitung dari awal hari penanaman sampai 50% dari tanaman pada masingmasing baris dapat dipanen.
3. Tinggi Tanaman
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan ketika tanaman siap di panen dan diukur
dari pangkal batang sampai titik tumbuh terakir
4. Jumlah cabang produktif
Dihitung berdasarkan banyaknya cabang produktif yang menghasilkan polong.
5. Total Jumlah polong
Perhitungan dilakukan setelah panen dan dihitung berdasarkan jumlah polong
yang ada pada setiap tanaman.
6. Bobot 100 butir
Ditimbang bobot rata-rata 100 biji kering yang diambil secara acak.
7. Bobot biji per tanaman
Dihitung berdasarkan jumlah bobot/tanaman sampel yang dilakukan setelah
panen pada masing-masing per genotipe.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa terdapat satu
nomor genotipe yang memiliki daya hasilnya melebihi tetua Wilis, yaitu genotipe
nomor 7.199.4 yang memiliki bobot biji per tanaman 39,16 g atau 3,9 ton/ha.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka sebaiknya perlu
dilakukan pengujian uji daya hasil lanjutan pada semua nomor genotipe pada
generasi selanjutnya diuji di beberapa lokasi minimal 2 lokasi.

PUSTAKA ACUAN

Acquaah, G. 2008. Principles of Genetics and Plant Breeding. Blackwell
Publishing, USA. 569 hlm.
Adie, M.M dan A. Krisnawati. 2007. Peluang peningkatan kualitas biji kedelai.
Prosiding. Risalah Seminar. 23 November 2008. Badan Litbang Pertanian.
pp.216-230.
Adisarwanto, T. 2005. Kedelai: Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan
Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Jakarta: Penebar Swadaya. 107 hlm.
Asadi, Soemartono, M. Woerjono, dan H. Jumanto. 2003. Kendali genetik
ketahanan kedelai terhadap penyakit virus kerdil (soybean stunt virus).
Zuriat 14 (2); 1-11.
Arsyad, D.M., M. M Adie, dan H. Kuswantoro. 2007. Perakitan varietas unggul
kedelai spesifik agroekologi, hal 205-228. Dalam: Sumarno, Suyamto, A.
Widjono, Hermanto, dan H. Kasim (Eds.). Kedelai: Teknik Produksi dan
Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2013. Tanaman pangan Produksi Tanaman Kedelai
Provinsi Indonesia. http://bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3. Diakses pada
tanggal 19 Oktober 2013.
Baihaki, A. 2000. Teknik Rancangan dan Analisis Pemuliaan. Bandung:
Universitas Padjajaran. 91 hlm.
Direktorat Jendral Tanaman Pangan. 2011. Kedelai.
http://www.deptan.go.id/ditjentan/. Diakses tanggal 31 Oktober 2011.
Evita. 2010. Respon Tanaman Kacang Tanah (Arachis Hypogea L.) terhadap
kecaman air. Buletin Agronomi 3 (7) 15-20.
Fertani, E. Y. 2001. Uji ketahanan beberapa kultivar kedelai (Glycine max [L.]
Merill) terhadap cppmv dan pengaruhnya terhadap kehilangan hasil
kedelai. [Skripsi]. Bandar Lampung: Universitas Lampung. 58 hlm.

36

Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya (terjemahan). Universitas Indonesia Press. Jakarta. 428 hal.
Ginting, E., S. S. Antarlina, dan S. Widowati. 2009. Varietas unggul kedelai
untuk bahan baku industri pangan. Jurnal Litbang Pertanian 28 (3): 18 –
25.
Kasno, A., M, Dahlan, dan Hasnam. 1992. Pemuliaan Tanaman KacangKacangan. Jawa Timur: Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. 439
hlm.
Kementan. 2013. Guna memenuhi kebutuhan industri tahu-tempe, maka
dilakukan impor dimana sampai dengan bulan September 2013 tercatat
sebesar 1,2 juta ton. http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/12/30/tahun2013-kedelai-alami-defisit-13-juta-ton 16 Oktober 2014.
Lamina. 1989. Kedelai dan Pengembangan nya. Jakarta: CV Simplex. 135 hlm.
Mugiono. 2010. Kegiatan dan hasil pemuliaan padi dengan teknik mutasi.
http://www.batan.go.id/patir/_berita/pert/padi/padi.html. Diakses tanggal 17
Juni 2013.
Ohorella, Zainuddin. 2011. Respon pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai
pada sistem olah tanah yang berbeda. Jurnal Agronomika Vol. 1 No. 2: 92
– 98.
Pandiangan, M. B. S. P. K. 2012. Uji daya hasil kedelai (Glycine max (L.) Merril)
berdaya hasil tinggi di kampung Sidey Makmur SP 11 Manokwari.
[Skripsi]. Manokwari: Universitas Negeri Papua.
Partohardjono, S. 2005. Upaya peningkatan produksi kedelai melalui perbaikan
teknologi budidaya. Bogor: Puslitbangtan: 132-147 hlm.
Peterson, R.G. 1994. Agricultural field experimental design and analysis. Mecel
Dekker. Inc. New York. 409p.
Pitojo, S. 2003. Benih Kedelai. Yogyakarta: Kanisius. 84 hlm.
Poehlman, J. M. 1979. Breeding Field Crop. AVI publishing Company Inc.
Wetsport. Connecticut. 483 hlm.
Rukmana, R. dan Y. Yuniarsih. 1999. Kedelai dalam Budidaya dan Pasca panen.
Jakarta: Penerbit Kanisius. 92 hlm.
Rieseberg, L. H., O. Raymond, D. M. Rosenthal, Z. Lai, K. Livingstone, T.
Nakazato, J. L. Durphy. 2003. Major ecological transitions in wild
sunflowers facilitated by hybridization. Science 301: 1211–1216.

37

Sa’diyah, N., M. Widiastuti, dan Ardian. 2013. Keragaan, keragaman, dan
heritabilitas karakter agronomi kacang panjang (Vigna unguiculata) generasi
F1hasil persilangan tiga genotipe. J. Agrotek Tropika. 1(1):32-37.
Sari, Y. 2013. Estimasi Keragaman dan Heritabilitas Karakter Agronomi
(Glycine max [L.] Merrill) Famili F3 Hasil Persilangan Antara Wilis x
MLG 2521. [Skripsi]. Bandar Lampung: Universitas Lampung
Siagian, C. R. 2014. “Korelasi dan Analisis Lintas Karakter Agronomi kedelai
(Glycine max[L.] Merill) Hasil Persilangan Wilis dan Mlg 2521”. Skripsi
Sarjana. Universitas Lampung. 51 hlm.
Somaatmadja, S., M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manuhurung, dan
Yuswadi. Kedelai. Bogor: Puslitbangtan.
Suharsono, A., K. Makarim, A. A. Rahmianna, M. M. Adie, A. Taufiq, F. Rozi, I.
K. Tastra, dan D. Harnowo. 2007. Peningkatan Produksi Kacangkacangan dan Umbi-umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor: Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian.
Suharsono, M. Jusuf, dan A.P. Paserang. 2006. Analisis ragam, heritabilitas, dan
pendugaan kemajuan seleksi populasi F2 dari persilangan kedelai kultivar
Slamet dan Nokonsawon. Jurnal Tanaman Tropika. XI (2) : 86-93.
Sujiprihati, S., M. Syukur, dan R. Yuniati. 2005. Teknik Pemuliaan Tanaman.
Bogor: Institut Pertanian Bogor. 168 hlm.
Sumarno. 1999. Teknik Pemuliaan Kedelai. Dalam: Kedelai. Bogor: Balai
Penelitian Tanaman Pangan Bogor. 265-294 hlm.
Sumarno, Suyamto, A. Widjono, dan H. Kasim. 2007. Kedelai: Teknik
Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sumpena, U., Y. Kusandriani, dan Luthfi. 2013. Uji daya hasil sembilan galur
harapan kacang merah di Jawa Barat. Jurnal Agrotropika 18(1): 12 – 15.
Susanto, G. W. A. 2004. Variasi genetik karakteristik kuantitatif galur-galur
kedelai. Dukungan Pemuliaan terhadap Industri Perbenihan pada Era
Pertanian Kompetatif. Prosiding Lokakarya Perhimpunan Ilmu Pemuliaan
Indonesia VII.
Yantama, E. 2012. Keragaman dan Hertabilitas Karakter Agronomi Kedelai
(Glycine max [L.] Merril) Generasi F2 Hasil Persilangan Wilis dan Malang
2521. [Skripsi]. Bandar Lampung: Universitas Lampung. 54 hlm.