Peranan Tanaman Penutup Tanah Nephrolepis Biserrata Pada Teknik Konservasi Tanah Dan Air Terhadap Neraca Air Di Perkebunan Kelapa Sawit

i

PERANAN TANAMAN PENUTUP TANAH Nephrolepis
biserrata PADA TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR
TERHADAP NERACA AIR DI PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT

MIRA ARIYANTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul ” Peranan Tanaman
Penutup Tanah Nephrolepis biserrata pada Teknik Konservasi Tanah dan Air
terhadap Neraca Air Di Perkebunan Kelapa Sawit ” adalah benar karya saya sendiri
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2016

Mira Ariyanti
NRP A262110021

RINGKASAN
MIRA ARIYANTI. Peranan Tanaman Penutup Tanah Nephrolepis biserrata pada
Teknik Konservasi Tanah dan Air terhadap Neraca Air di Perkebunan Kelapa
Sawit. Dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA, KUKUH MURTILAKSONO,
SUWARTO, dan HASRIL HASAN SIREGAR.
Nephrolepis biserrata merupakan salah satu gulma yang banyak tumbuh di
kebun kelapa sawit terutama di areal kebun sawit menghasilkan (TM). Kondisi di
bawah tegakan kelapa sawit yang cenderung ternaungi menyebabkan terbatasnya
jenis vegetasi yang dapat tumbuh di area tersebut. Hal ini memunculkan ide dan
usaha untuk memanfaatkan N.biserrata sebagai tanaman penutup tanah dikaitkan
dengan potensi pertumbuhannya dan manfaatnya sebagai penyumbang karbon,
meningkatkan cadangan air tanah dan mengurangi terjadinya defisit air tanah di

kebun kelapa sawit. Keadaan air tanah di kebun kelapa sawit akan mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dimana defisit air tanah dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan produksi kelapa sawit. Pengelolaan air tanah
perlu dilakukan agar tidak terjadi defisit air tanah yaitu dengan tindakan konservasi
secara vegetatif dengan menanam tanaman penutup tanah dan secara mekanik
dengan pembuatan teras gulud di areal kebun kelapa sawit. Penelitian ini disusun
dalam suatu rangkaian percobaan dengan tujuan untuk: 1) mempelajari bio-ekologi
N.biserrata dan potensi pemanfaatannya sebagai tanaman penutup tanah di kebun
kelapa sawit, 2) mengetahui pengaruh N.biserrata terhadap neraca air di kebun
kelapa sawit unit usaha Rejosari PTPN VII Lampung Selatan, 3) menguji seberapa
besar pengaruh penanaman N. biserrata dan teras gulud terhadap aliran permukaan,
pertumbuhan dan produksi kelapa sawit.
Penelitian tahap pertama meliputi analisis vegetasi, perbanyakan dan
penanaman N.biserrata dengan perlakuan jarak tanam. Analisis vegetasi
dilaksanakan dengan observasi langsung di areal kebun kelapa sawit PTPN VII,
Rejosari, Lampung Selatan tahun tanam 1996, 2001 dan 2005 menggunakan
metode kuadrat. Pengamatan meliputi kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi,
frekuensi relatif, dominansi, dominansi relatif, dan indeks nilai penting, serta
kondisi lingkungan (suhu, intensitas cahaya matahari, kelembaban udara, lengas
tanah). Perbanyakan dan penanaman N.biserrata dilakukan di kebun percobaan

Cikabayan, University Farm Institut Pertanian Bogor. Percobaan penanaman
N.biserrata berbentuk percobaan lapangan menggunakan rancangan acak
kelompok yang terdiri dari tiga perlakuan jarak tanam yaitu 10 cm x 10 cm, 20 cm
x 20 cm, 40 cm x 40 cm masing-masing diulang tiga kali. Pengamatan meliputi
persentase tanaman hidup, tinggi tanaman, jumlah daun per tanaman, persentase
penutupan tanah, panjang akar dan indeks luas daun. Percobaan laju dekomposisi
dilakukan dengan membandingkan laju dekomposisi antara N.biserrata pada kebun
kelapa sawit di TM-2 (umur tanaman 5 tahun) dan TM-14 (umur tanaman 17 tahun).
Penelitian tahap kedua yaitu pengaruh N. biserrata terhadap neraca air di
kebun kelapa sawit dilakukan di blok 375 (tahun tanam 1996) PTPN VII, Rejosari,
Lampung Selatan. Penelitian dilaksanakan dengan pembuatan petak percobaan
seluas 4 m x 2 m di antara barisan tanaman kelapa sawit. Percobaan terdiri atas dua
taraf perlakuan yaitu dengan penanaman tanaman penutup tanah (N. biserrata) dan
tanpa penutup tanah yang diulang sebanyak tiga kali. Peubah hidrologi yang

diamati meliputi curah hujan, intersepsi kelapa sawit, intersepsi N. biserrata,
evapotranspirasi N. biserrata, kadar air tanah awal, kadar air tanah selama
percobaan di kedalaman 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm dan perkolasi.
Penelitian tahap ketiga yaitu pengaruh tanaman penutup tanah N.biserrata
dan teras gulud terhadap aliran permukaan, pertumbuhan dan produksi kelapa sawit

dilakukan di blok 375 dan 415 (tahun tanam 1996), blok 377 dan 457 (tahun tanam
2001), blok 295 dan 296 (tahun tanam 2005) kebun kelapa sawit PTPN VII,
Rejosari, Lampung Selatan. Penelitian ini berbentuk percobaan lapangan
menggunakan rancangan blok terpisah (split block design) dalam rancangan acak
kelompok yang terdiri dari 2 faktor yaitu teras gulud sebagai petak utama, tanaman
penutup tanah sebagai anak petak. Peubah hidrologi yang diamati meliputi curah
hujan, aliran permukaan, kadar air tanah di kedalaman 30 cm, 60 cm, 90 cm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa N. biserrata sebagai salah satu gulma
yang banyak tumbuh di kebun kelapa sawit terutama pada areal tanaman
menghasilkan bermanfaat sebagai tanaman penutup tanah sehingga mendukung
pada terwujudnya kebun kelapa sawit berkelanjutan. N.biserrata sebagai tanaman
penutup tanah di areal tanaman kelapa sawit menyumbang hara sebesar 15.7 ton
bobot kering/ha/tahun atau 7.7 ton C/ha/tahun. Penanaman dengan jarak tanam 10
cm x 10 cm menghasilkan persentase penutupan tanah dan indeks luas daun
tertinggi pada 20 MST (minggu setelah tanam).
N.biserrata mempengaruhi neraca air yang terjadi di kebun kelapa sawit
menghasilkan (TM) dengan mengurangi terjadinya defisit air tanah pada musim
kemarau atau bulan dengan curah hujan yang rendah. Penanaman N.biserrata
sebagai tanaman penutup tanah di kebun kelapa sawit menghasilkan berperan
mengurangi defisit air sebesar 51.53 % pada kondisi terjadi defisit air tertinggi.

Penanaman N.biserrata sebagai tanaman penutup tanah meningkatkan KAT
(kadar air tanah) rata-rata harian baik pada lahan tanpa teras gulud maupun dengan
teras gulud. N. biserrata berperan mempertahankan status KAT sampai kedalaman
tanah 90 cm terutama pada bulan-bulan kering. Pada bulan kering penanaman
N.biserrata meningkatkan KAT rata-rata harian pada petak dengan teras gulud
berturut-turut untuk kedalaman 30 cm, 60 cm, 90 cm sebesar 47.9%, 27%, 38.9%.
Pada bulan basah penanaman N.biserrata meningkatkan KAT rata-rata harian petak
tanpa teras gulud berturut-turut untuk kedalaman 30 cm, 60 cm, 90 cm sebesar
11.6%, 11.5%, 11.8%.
Lahan yang diberi teras gulud dan ditanami N.biserrata, tanpa teras gulud
dan ditanami N.biserrata, dengan teras gulud tanpa ditanami N.biserrata efektif
mengurangi aliran permukaan berturut-turut sebesar 95.7 %, 80.0% dan 63.4%.
Teras gulud dan tanaman penutup tanah N.biserrata mempengaruhi tingkat
pertumbuhan dan produksi kelapa sawit karena adanya ketersediaan air yang cukup
bagi tanaman kelapa sawit terutama berpengaruh terhadap peubah pertumbuhan
yaitu jumlah pelepah, jumlah pelepah sengkleh dan peubah produksi yaitu jumlah
bunga betina dan jumlah tandan.
Kata kunci : tanaman penutup tanah, Nephrolepis biserrata, teknik konservasi tanah
dan air, neraca air, kelapa sawit


SUMMARY
MIRA ARIYANTI. The Role of Cover Crop Nephrolepis Biserrata in Soil and
Water Conservation Technique against Water Balance in The Oil Palm
Plantation. Supervised by SUDIRMAN YAHYA, KUKUH MURTILAKSONO,
SUWARTO, and HASRIL HASAN SIREGAR.
Nephrolepis biserrata is one of many weeds growing in the oil palm
plantation especially in mature oil palm plantation.The condition under oil palm
stand which tends to be shaded limit the type of vegetation that can grow in this
area. It is supporting an idea and efforts to make use N.biserrata as cover crop
associated with its growth potential and benefits as carbon contributor, increasing
the storage of soil water content and reducing the deficit of soil water in oil palm
plantation. The state of soil water in the oil palm plantation will affect growth and
the production of oil palm when the deficit of soil water can cause a decline in the
production of oil palm. Soil water management shall be done to avoid soil water
deficit with conservation technique: vegetatively by planting of cover crop and
mechanically by making terrace ridge in the oil palm plantation. This research is
arranged in a series of experiments with the aim of : 1) learning bio-ecology of
N.biserrata and potential usage as cover crop in the oil palm plantation, 2)
understanding the influence of N.biserrata against water balance in oil palm
plantation at PTPN VII, Rejosari, South Lampung, 3) Testing how big the influence

of N. biserrata and ridge to the run off, growth and the production of oil palm.
The activities in first stage of experiment are vegetation analysis, propagation
and planting of N.biserrata with planting space treatments.Vegetation analysis was
carried out by direct observation in the area of oil palm plantation PTPN VII,
Rejosari, South Lampung with planted year 1996, 2001 and 2005, by using the
square method. The observations cover: density, relative density, frequency,
relative frequency, dominance, relative dominance, and important value index , and
also environmental conditions (temperature, light intensity, humidity, soil water
content). Propagation and planting of N.biserrata were conducted in Cikabayan
Experimental Station, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. The
field experiment of planting N.biserrata experiment was using random block design
consisting of three planting-space treatments: 10 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm, 40
cm x 40 cm with three replications. Observation covering the percentage of
survived plant, plant height, total number of leaves per plant, land coverage
pecentage, root length and leaf area index. The rate of N.biserrata decomposition
experiment was studied by comparing the rate of decomposition between
N.biserrata in oil palm plantation mature plant-2 (5 years old) and mature plant-14
(17 years old).
The second experiment was the influence of N. biserrata on the water
balance; it was conducted at oil palm plantation PTPN VII, Rejosari, South

Lampung in block 375 with planted year 1996. The research was carried out by
making an experiment plot of 4 m x 2 m among the rows of oil palm. The
experiment consisted of two treatments: with cover crop and without N.biserrata,
with three replications. The observations of hydrological parameters were rainfall,
interception of oil palm, interception of N. biserrata, evapotranspirasi of N.

biserrata, soil water content initial state, soil water content during experiment in a
depth of 10 cm,20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm and percolation.
The third experiment was the influence cover crop N.biserrata and ridge
against run off , growth and production of oil palm oil; it was conducted in block
375, block 415 (planted year 1996), block 377, block 457 (planted year 2001) and
block 295, block 296 (planted year 2005) at oil palm plantation PTPN VII, Rejosari,
South Lampung. This experiment using split block design in random block design
with two factors: ridge terrace as main plot and cover crop as sub plot. Observation
of hydrological parametres rainfall, run off, and soil water content during
experiment in a depth of 30 cm, 60 cm, 90 cm.
The results showed that N . biserrata as one of many weeds mostly grown in
under mature oil palm plantation used as a ground cover plants so it can support the
realization of sustainable oil palm plantation. N.biserrata is potential as cover crops
under mature oil palm platation because it contributes as much 15.7 tons of dry

weight/ha/year and 7.7 ton/ha/year. Planting with planting space 10 cm x 10 cm
produce the highest percentage of land coverage and leaf area index at 20 WAP
(Week After Planting).
N.biserrata affect water balance that occurs under mature oil palm
plantation by reducing the deficit soil water during the dry season or month with
low rainfall. N.biserrata as cover crops under mature oil palm plantation
contributed to the reduction of soil water deficit by 51.53% when soil water deficit
occured at the highest.
Planting N.biserrata as cover crops increase daily average of soil water
content either on land with or without ridge terrace. N.biserrata help maintain the
status of daily average of water soil content until the soil depth of 90 cm especially
during dry months. N.biserrata planting on dry months increase daily average of
soil water content in plot with ridge terrace respectively at depth of soil 30 cm , 60
cm , 90 cm as much as 47.9% , 27% , 38.9%. On the wet months planting
N.biserrata increase daily average of soil water content in plot without ridge terrace
at depth of soil 30 cm, 60 cm, 90 cm as much as 11.6%, 11.5%, 11.8% respectively.
The plots with ridge terrace and planted N.biserrata, the plots without ridge
terrace and planted N.biserrata, and the plots without ridge terrace and planted
N.biserrata effective in reducing run off by 95.75%, 80.0% and 63.4% respectively.
The ridge terrace and planting N.biserrata as cover crop affect the growth rates and

the production of oil palm due to the availability of soil water that enough for oil
palm especially against growth variables which are the amount of midrib, the
amount the droop midrib and the against production variables which are the number
of inflorescence and the number of bunch.

Keywords: cover crop, Nephrolepis biserrata, soil and water conservation
technique, water balance, oil palm

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah,dan pengutipan tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

PERANAN TANAMAN PENUTUP TANAH Nephrolepis
biserrata PADA TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR

TERHADAP NERACA AIR DI PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT

MIRA ARIYANTI

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
Pada
Program Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

Penguji pada Ujian Tertutup:
1. Prof Dr Ir M.Achmad Chozin, M.Agr
2. Dr Ir Luqman Erningpraja, MS

Pelaksanaan Ujian Tertutup :
Hari/Tanggal : Selasa, 15 Desember 2015
Waktu
: 14.00 – selesai
Penguji pada Sidang Promosi :
1. Prof Dr Ir M.Achmad Chozin, M.Agr
2. Dr Ir Tony Liwang, MS
Pelaksanaan Sidang Promosi :
Hari/Tanggal : Selasa, 19 Januari 2016
Waktu
: 09.00 – 11.00 WIB

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
pertolongan-Nya, sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Judul disertasi ini
adalah Peranan Tanaman Penutup Tanah Nephrolepis biserrata pada Teknik
Konservasi Tanah dan Air terhadap Neraca Air di Perkebunan Kelapa Sawit.
Penghargaan dan ucapan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan
kepada Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc. selaku ketua komisi pembimbing,
Prof Dr Ir Kukuh Murtilaksono, MS., Dr Ir Suwarto, MSi. dan Dr Ir Hasril Hasan
Siregar, MSi. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan saran dan
masukan berharga dalam penyusunan disertasi ini. Ucapan terimakasih juga penulis
sampaikan kepada Prof Dr Ir M. Achmad Chozin, M.Agr., Dr Ir Luqman
Erningpraja, MS., Dr Ir Tony Liwang, MS. sebagai penguji luar komisi, Dr Ir
Hariyadi, MS. sebagai penguji luar komisi pada ujian prakualifikasi (prelim) atas
sumbangsih saran dan perbaikan untuk penyempurnaan disertasi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah memberikan beasiswa. Ucapan
terimakasih juga disampaikan kepada Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(PPKS) Medan atas pemberian fasilitas dan biaya penelitian, PT. Perkebunan
Nusantara VII (PTPN VII) atas pemberian ijin lokasi dan dukungan penelitian.
Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada rektor Universitas Padjadjaran atas
tugas belajar yang telah diberikan. Selanjutnya penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada rektor IPB, Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Pertanian IPB,
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
beserta jajarannya, staf pengajar mayor Agronomi dan Hortikultura, staf
administrasi pascasarjana, atas kelancaran dan dukungan selama penulis menempuh
pendidikan di Sekolah Pascasarjana IPB. Disamping itu, penulis juga
menyampaikan ucapan terima kasih kepada kepala kebun percobaan Cikabayan,
University Farm Institut Pertanian Bogor atas ijin tempat percobaan, staf
Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian
IPB, tenaga lapangan di Rejosari, Lampung Selatan yang telah banyak membantu
dalam pelaksanaan teknis di lapangan.
Penghormatan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang tulus disampaikan
kepada kepada Ibunda Hetty Djulaeha dan ayahanda Arnoldus Noll, Ibu Mertua
Endeh Mariam dan Bapak Mertua Satiya Wijaya yang telah mencurahkan kasih
sayangnya dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. Khusus untuk
suami tercinta Agung Yogaswara, ST terimakasih yang mendalam atas doa, kasih
sayang, kesabaran, dukungan, pengertiannya selama ini. Terima kasih diucapkan
juga kepada keluarga besar atas dukungan dan doanya. Kepada sahabat-sahabat
senasib seperjuangan dalam menempuh kuliah di IPB terima kasih atas motivasi,
dukungan, bantuan dan persahabatan tulus selama ini. Terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran studi, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis persembahkan karya ilmiah ini kepada Bangsa Indonesia,
semoga bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Januari 2016
Mira Ariyanti

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
xviii
DAFTAR GAMBAR
xx
DAFTAR LAMPIRAN
xxi
1 PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Hipotesis Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
Kebaruan Penelitian
6
2 TINJAUAN PUSTAKA
8
Pertumbuhan, Perkembangan dan Produktivitas Kelapa Sawit
8
Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit
11
Ketersediaan Air Tanah
12
Teknik Konservasi Tanah dan Air
13
Tanaman Penutup Tanah
13
Nephrolepis biserrata
14
Teras Gulud
15
Neraca Air di Kebun Kelapa Sawit
16
Infiltrasi, Evapotranspirasi dan Curah Hujan
17
Aliran Permukaan
17
3 STUDI
BIOEKOLOGI
Nephrolepis
biserrata
DAN
18
PEMANFAATANNYA SEBAGAI TANAMAN PENUTUP
TANAH PADA KEBUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis
Jacq.)
Pendahuluan
18
Bahan dan Metode
19
Tempat dan Waktu Penelitian
19
Bahan dan Alat yang Digunakan
19
Metode Penelitian
19
Tahapan Pelaksanaan
20
Hasil dan Pembahasan
23
Simpulan
30
4 PENGARUH Nephrolepis biserrata TERHADAP NERACA AIR
31
DI KEBUN KELAPA SAWIT UNIT USAHA REJOSARI PTPN
VII LAMPUNG SELATAN
Pendahuluan
31
Bahan dan Metode
32
Tempat dan Waktu Penelitian
32
Bahan dan Alat yang Digunakan
32
Metode Penelitian
32
Tahapan Pelaksanaan
32
Hasil dan Pembahasan
33
Simpulan
39

5

6
7
8

PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH Nephrolepis
biserrata DAN TERAS GULUD TERHADAP ALIRAN
PERMUKAAN, PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Tempat dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat yang Digunakan
Metode Penelitian
Tahapan Pelaksanaan
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
PEMBAHASAN UMUM
SIMPULAN UMUM
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

40

40
41
41
42
42
43
45
56
57
62
63
64
69

DAFTAR TABEL
1
2

3

4
5
6
7

8

9

10

11

12

13

Halaman
Komposisi gulma di bawah tegakan kelapa sawit unit usaha
23
Rejosari PTPN VII, Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
Jenis gulma yang memiliki nilai SDR (Summed Dominance Ratio)
25
tinggi di bawah tegakan kelapa sawit Unit usaha Rejosari PTPN
VII, Natar, Lampung Selatan dengan tahun tanam yang berbeda
Kondisi lingkungan di bawah tegakan kelapa sawit menghasilkan,
26
unit usaha Rejosari PTPN VII, Natar, Lampung Selatan dengan
tahun tanam yang berbeda
Pengaruh jarak tanam terhadap komponen pertumbuhan
27
N.biserrata
Laju dekomposisi N. biserrata pada tingkat intensitas cahaya
29
matahari yang berbeda
Kandungan hara, nisbah akar tajuk (NAT), bobot kering, stok
30
karbon N.biserrata
Pengaruh penanaman N.biserrata terhadap perubahan kadar air
36
tanah (KAT) rata-rata harian pada petakan dengan kedalaman
tanah yang berbeda di Kebun Kelapa Sawit PTPN VII Rejosari,
Lampung Selatan bulan Agustus 2014 – April 2015
Pengaruh teras gulud dan tanaman penutup tanah N.biserrata
48
terhadap kadar air tanah (KAT) rata-rata harian pada petak erosi
dengan kedalaman tanah yang berbeda di Kebun Kelapa Sawit
Tahun Tanam 1996, 2001, 2005 PTPN VII Rejosari, Lampung
Selatan bulan Agustus 2014
Pengaruh teras gulud dan tanaman penutup tanah N.biserrata
48
terhadap kadar air tanah (KAT) rata-rata harian pada petak erosi
dengan kedalaman tanah yang berbeda di Kebun Kelapa Sawit
Tahun Tanam 1996, 2001, 2005 PTPN VII Rejosari, Lampung
Selatan bulan September 2014
Pengaruh teras gulud dan tanaman penutup tanah N.biserrata
49
terhadap kadar air tanah (KAT) rata-rata harian pada petak erosi
dengan kedalaman tanah yang berbeda di Kebun Kelapa Sawit
Tahun Tanam 1996, 2001,2005 PTPN VII Rejosari, Lampung
Selatan bulan April 2015
Pengaruh teras gulud dan tanaman penutup tanah N.biserrata
50
terhadap aliran permukaan pada petak erosi di Kebun Kelapa Sawit
Tahun Tanam 1996, 2001, 2005 PTPN VII Rejosari, Lampung
Selatan Bulan Oktober 2014 – April 2015
Pengaruh teras gulud dan tanaman penutup tanah N.biserrata
51
terhadap aliran permukaan total di Kebun Kelapa Sawit Tahun
Tanam 1996, 2001, 2005 PTPN VII Rejosari, Lampung Selatan
Rata-rata jumlah pelepah, rata-rata panjang rachis, rata-rata jumlah
52
anak daun, rata-rata panjang anak daun, rata-rata lebar anak daun
pada petak erosi di Kebun Kelapa Sawit Tahun Tanam 1996 PTPN
VII Rejosari, Lampung Selatan Bulan Agustus 2014, Desember
2014, April 2015

14 Jumlah pelepah sengkleh, rata-rata luas daun, indeks luas daun
(ILD) pada petak erosi di Kebun Kelapa Sawit Tahun Tanam 1996
PTPN VII Rejosari, Lampung Selatan Bulan Agustus 2014,
Desember 2014, April 2015
15 Jumlah bunga betina, jumlah bunga jantan, jumlah tandan buah
segar (TBS), bobot TBS per tandan pada petak erosi di Kebun
Kelapa Sawit Tahun Tanam 1996 PTPN VII Rejosari, Lampung
Selatan Bulan Agustus 2014, Desember 2014, April 2015

53

55

DAFTAR GAMBAR
1

2
3

4
5

6

7
8

Halaman
Diagram alir penelitian peranan tanaman penutup tanah
6
Nephrolepis biserrata pada konservasi tanah dan air terhadap
neraca air di kebun kelapa sawit
Diagram perkembangan bunga kelapa sawit
9
Hubungan antara tinggi dan umur tanaman N.biserrata (a) dan
28
hubungan antara jumlah daun dan umur tanaman N.biserrata (b)
dengan jarak tanam yang berbeda pada kondisi lapangan
Persentase penutupan tanah N.biserrata pada jarak tanam yang
28
berbeda
Profil KAT pada petakan tanpa (T0) dan dengan (T1) tanaman
34
penutup tanah di Kebun Kelapa Sawit PTPN VII Rejosari,
Lampung Selatan bulan Agustus 2014 – April 2015
Neraca air kumulatif harian di petakan dengan (T1) dan tanpa (T0)
38
tanaman penutup tanah bulan Oktober 2014 – Desember 2014 dan
Januari 2015 – April 2015 di Kebun Kelapa Sawit PTPN
VIIRejosari, Lampung Selatan
Penampang samping teras gulud
43
Kadar air tanah (KAT) pada perlakuan dengan teras gulud (G1) dan
46
tanpa teras gulud (G0) dan dengan tanaman penutup tanah (T1) dan
tanpa penutup tanah N.biserrata (T0) pada Agustus 2014,
September 2014, Oktober 2014, Desember 2014, Januari 2015,
April 2015)

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Halaman
Denah penanaman Nephrolepis biserrata pada kebun kelapa sawit
69
di Cikabayan, Bogor dan di PTPN 7 Rejosari, Lampung Selatan
Petak penanaman N.biserrata di pada kebun kelapa sawit
70
Cikabayan, Bogor
Cara pengukuran kadar air tanah pada petak neraca air
71
Petak erosi yang ditanami N.biserrata dengan teras gulud
72
Petak erosi yang ditanami N.biserrata tanpa teras gulud
73
Cara pengukuran KAT pada lahan yang ditanami tanaman penutup
74
tanah
Petak penamanan N.biserrata dengan perlakuan jarak tanam di
75
kebun percobaan Cikabayan, Bogor
Keadaan kebun kelapa sawit PTPN 7, Rejosari, Lampung Selatan
76
Kegiatan analisis vegetasi
77
Tanaman N.biserrata
78
Petak perlakuan neraca air
79
Petak perlakuan teras gulud dan tanaman penutup tanah N.biserrata
80
Petak erosi di lapangan
81
Keragaan tanaman kelapa sawit pada bulan Agustus 2014 (musim
82
kering)
Alat pengukur kadar air tanah
83
Alat pengukur curah hujan
84
Pelepah sengkleh
85

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang memiliki peranan cukup penting sebagai sumber devisa
Indonesia. Produk utama kelapa sawit adalah minyak sawit yang merupakan produk
unggulan yang perlu terus dikembangkan nilai produksinya. Data Direktorat
Jenderal Perkebunan (2014) menunjukkan bahwa pada tahun 2014 produksi CPO
mencapai 27.7 juta ton dengan luas areal pertanaman kelapa sawit mencapai 10.9
juta ha dengan pembagian 42% perkebunan rakyat, 7% perkebunan besar negara
dan 51% perkebunan besar swasta.
Peningkatan produksi kelapa sawit dilakukan dengan berbagai upaya
terutama dalam hal perbaikan kultur teknis di lapangan. Teknik konservasi tanah
dan air telah banyak dilakukan di kebun-kebun kelapa sawit guna meningkatkan
daya dukung kedua faktor tersebut disamping iklim terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang pada akhirnya akan mempengaruhi produksi tanaman
kelapa sawit yang dihasilkan.
Penanaman tanaman penutup tanah merupakan kegiatan yang telah banyak
dilakukan di kebun-kebun termasuk kebun kelapa sawit. Tanaman penutup tanah
ditanam bertujuan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit
lebih optimal, khususnya dalam menciptakan lingkungan mikro yang lebih baik.
Lingkungan mikro mencakup keadaan tanah dan iklim di sekitar tanaman kelapa
sawit. Pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit yang baik idealnya akan
menghasilkan tanaman yang memiliki produktivitas yang optimal.
Kajian mengenai penanaman tanaman penutup tanah di kebun kelapa sawit
lebih ditekankan pada fungsinya sebagai tanaman konservasi tanah dan air.
Tanaman penutup tanah memiliki beberapa fungsi yaitu mengurangi kepadatan
tanah (Cock 1985), sebagai tempat menyimpan karbon (Reicosky dan Forcella
1998), mempengaruhi hidrologi tanah dan menjaga dari erosi yang disebabkan oleh
air dan angin (Battany and Grismen 2000), meningkatkan laju infiltrasi air
(Archer et al. 2002).
Nephrolepis biserrata merupakan salah satu gulma yang banyak tumbuh di
kebun kelapa sawit. Gulma ini memiliki pertumbuhan yang tidak terlalu cepat,
tumbuh berupa perdu, dan keberadaannya tampaknya tidak banyak menimbulkan
kerugian atau gangguan sehingga N.biserrata cenderung dipertahankan
keberadaannya di kebun kelapa sawit. N.biserrata tumbuh secara berkelompok,
tidak melilit, jumlah daun banyak menutup tanah, perakaran serabut dan kuat
menancap sampai kedalaman tanah ± 20 cm (Lampiran 10). Manfaat lain
N.biserrata yaitu sebagai tanaman inang predator (Sycanus sp.) bagi hama pemakan
daun seperti ulat api (Setora nitens) dan sebagai sarang serangga penyerbuk
meskipun belum ada penelitian terkait hal ini.
Berdasarkan pertimbangan tersebut beberapa perkebunan kelapa sawit swasta
di Indonesia telah menggunakan N.biserrata sebagai tanaman penutup tanah. Selain
itu, N.biserrata merupakan gulma yang senang naungan dimana pada kondisi
lapangan gulma ini tumbuh baik di areal tanaman kelapa sawit menghasilkan (TM)
sehingga memungkinkan digunakan sebagai tanaman penutup tanah di areal

2

tersebut (Lampiran 10). Pada pertanaman kelapa sawit, N.biserrata sangat berguna
karena dapat menjaga kelembaban di sekitar tanaman kelapa sawit.
Penanaman tanaman penutup tanah merupakan salah satu metode konservasi
tanah air secara vegetatif. Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau
bagian-bagian tanaman atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir
hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada
akhirnya mengurangi erosi tanah (Arsyad 2010). Metode lainnya yang umum
diterapkan adalah metode mekanik. Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik
mekanik yang diberikan pada tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi
aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah.
Metode mekanik meliputi pengolahan tanah, guludan, teras, waduk, rorak,
perbaikan drainase dan irigasi (Arsyad 2010).
Pembuatan teras gulud sebagai metode konservasi mekanik berfungsi sebagai
penahan air sehingga air dapat lebih meresap ke dalam tanah, sedangkan tanaman
penutup tanah berfungsi untuk meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air
melalui sistem perakarannya, dan sisa-sisa tanaman yang jatuh ke tanah diharapkan
dapat melapuk dan berfungsi sebagai penambah bahan organik tanah.
Metode konservasi yang diterapkan baik itu metode vegetatif maupun metode
mekanik dalam hal ini ditujukan untuk mempengaruhi hidrologi tanah di kebun
kelapa sawit. Ketersediaan air tanah yang cukup diperlukan sehingga tidak akan
terjadi pengurasan yang menjadi penyebab utama terjadinya kekeringan pada lahan
pertanaman kelapa sawit. Tanah sebagai media tersimpannya air memegang
peranan sangat penting untuk dapat bersinergi dengan baik khususnya dalam
kemampuan tanah menyimpan air.
Defisit air tanah seringkali terjadi pada musim kemarau yang mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan, perkembangan bunga dan buah yang pada akhirnya
menurunkan produksi kelapa sawit. Keadaan sebaliknya terjadi pada musim hujan
dimana air hujan turun dalam jumlah banyak dan seringkali menyebabkan aliran
permukaan yang tidak proporsional, terlebih pada lahan miring, solum tanah
dangkal dan tidak disertai dengan tindakan konservasi yang memadai.
Keadaan hidrologi pada suatu lahan dapat digambarkan melalui neraca air
yang merupakan peubah pendekatan nilai-nilai proses hidrologis yang terjadi di
lapangan. Secara garis besar neraca air merupakan penjelasan hubungan antara
aliran ke dalam (in flow) dan aliran ke luar (out flow) di suatu daerah untuk suatu
periode tertentu dari proses sirkulasi air. Neraca air juga dapat didefinisikan sebagai
selisih antara jumlah air yang diterima oleh tanaman dan kehilangan air dari
tanaman beserta tanah melalui proses evapotranspirasi (Mayong 2006).
Curah hujan sebagai peubah masukan dalam suatu neraca air dan aliran
permukaan, intersepsi, evapotranspirasi, perkolasi sebagai peubah keluaran
memegang peranan penting dalam penentuan cadangan air tanah pada suatu lahan
kebun kelapa sawit. Diperlukan pengelolaan yang tepat antara peubah tersebut
terutama curah hujan dan aliran permukaan sehingga cadangan air tanah dapat
terjaga optimal.
Upaya pengendalian aliran permukaan yaitu dengan peresapan air hujan yang
jatuh ke dalam tanah, sehingga dapat mengurangi proporsi air yang mengalir di
permukaan tanah. Teknik konservasi dengan pembuatan teras gulud dalam hal ini
dapat dilakukan untuk mendukung upaya tersebut. Peresapan air ke dalam tanah
tersebut disamping dapat mengurangi aliran permukaan, juga dapat meningkatkan

3

cadangan air tanah. Air yang tersimpan sebagai air tanah tertahan lebih lama pada
areal tersebut, sehingga diharapkan dapat menjadi cadangan air bagi tanaman
kelapa sawit pada saat tidak terjadi hujan atau pada musim kemarau yang pada
gilirannya mampu meningkatkan produksi tanaman kelapa sawit.
Berdasarkan karakteristik kekeringan yang menyebabkan penurunan
produktivitas kelapa sawit, maka diperlukan tindakan konservasi tanah dan air
dalam bentuk teras gulud dan penanaman tanaman penutup tanah agar air yang jatuh
pada musim hujan dapat diresapkan secara maksimal ke dalam tanah melalui
infiltrasi sehingga tersimpan menjadi cadangan air tanah. Diharapkan dengan
tindakan konservasi tanah dan air akan tersedia air yang cukup di bulan kemarau
sehingga tidak mengganggu produktivitas kelapa sawit.

Perumusan Masalah
Gulma adalah tumbuhan yang mengganggu tanaman budidaya (Sembodo
2010). Gulma di perkebunan kelapa sawit adalah semua jenis tumbuh-tumbuhan
yang tumbuh di perkebunan kelapa sawit yang menimbulkan kerugian bagi
pertumbuhan dan produksi kelapa sawit serta menimbulkan gangguan bagi kegiatan
pengusahaan tanaman kelapa sawit. Gulma sebagai tumbuhan, tidak seluruhnya
menimbulkan kerugian tetapi terdapat pula manfaat yang mungkin dihasilkan oleh
gulma antara lain : melindungi permukaan tanah dari terik matahari, mengurangi
bahaya erosi, menambah bahan organik ke dalam tanah sehingga dapat
memperbaiki struktur dan status hara tanah, memperbaiki infiltrasi air sehingga
menambah retensi air dalam tanah, memperbaiki sifat biologi tanah (Nasution
1996).
Berdasarkan manfaat yang dapat dihasilkan oleh gulma, N. biserrata sebagai
salah satu gulma yang banyak tumbuh di kebun kelapa sawit menghasilkan (TM)
telah digunakan sebagai tanaman penutup tanah oleh beberapa perkebunan kelapa
sawit swasta di Indonesia. N.biserrata tumbuh baik di bawah tegakan kelapa sawit
dengan intensitas cahaya rendah (kondisi ternaungi) dimana tidak banyak gulma
lain yang dapat tumbuh pada areal ini (Lampiran 10). Jenis gulma lain yang
biasanya tumbuh di areal TM yang merupakan gulma tahan naungan diantaranya
Axonopus compressus, Mikania micrantha, Cyclossorus aridus. Biasanya jenis
gulma tersebut merupakan jenis gulma yang tumbuh dominan di suatu lahan
perkebunan sehingga perlu dikendalikan. N. biserrata sebagai gulma senang
naungan merupakan gulma yang kurang kompetitif dan ini menjadikan N.biserrata
cenderung tidak dikendalikan pertumbuhan sehingga keberadaannya banyak
dimanfaatkan sebagai tanaman penutup tanah salah satunya untuk mengurangi erosi
dan aliran permukaan di kebun kelapa sawit.
Perkebunan kelapa sawit di PTPN VII umumnya didominasi tanah Ultisol
yang secara aktual memiliki kelas kesesuaian lahan (KKL) S-2 (Sesuai) dan S-3
(Agak Sesuai) yang menunjukkan bahwa potensi produksi lahan kelapa sawit di
lahan ini tergolong rendah, karena keterbatasan faktor tanah dan iklim. Daerah ini
memiliki topografi datar hingga berombak dengan kemiringan lereng 3% - 8%,
solum tanah yang dangkal ± 1 m dan curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun
menyebabkan pada bulan-bulan tertentu terdapat musim kemarau yang nyata dan
musim hujan yang berlebih. Penyebaran curah hujan tidak merata artinya terdapat

4

perbedaan mencolok dalam sebaran curah hujan dari satu bulan ke bulan berikutnya
dan terdapat curah hujan bulanan di bawah 60 mm sehingga tanaman mengalami
kekeringan (Hartley 1988). Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya aliran
permukaan yang tinggi pada musim hujan yang menjadi salah satu penyebab
terjadinya defisit air tanah pada musim kemarau di perkebunan kelapa sawit PTPN
VII, Lampung Selatan.
Kelapa sawit merupakan tanaman yang berbunga dan berbuah sepanjang
tahun sehingga diperlukan kondisi lingkungan dengan curah hujan yang merata
sepanjang tahun sehingga menjamin ketersediaan air tanah yang cukup. Fase-fase
perkembangan bunga yang peka terhadap kekeringan akibat curah hujan yang
rendah (dirangkum dari Corley 1976) meliputi : inisiasi pembentukan bakal bunga
yang terjadi 27-42 bulan sebelum matang panen, pembentukan perhiasan bunga
yang terjadi 32-36 bulan sebelum matang panen, penentuan kelamin bunga yang
terjadi 14.5-22 bulan sebelum bunga mekar, peka aborsi bunga yang terjadi 10-14
bulan sebelum matang panen, anthesis yang terjadi 5-9 bulan sebelum matang
panen.
Peranan N.biserrata sebagai tanaman penutup tanah diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air (waterholding capacity). Hal
ini dikaitkan dengan N.biserrata yang memiliki akar serabut sehingga dapat
membantu tanah dalam menahan air di pori-pori tanah terutama pada kedalaman
lapisan olah tanah yang pada akhirnya akan mempengaruhi cadangan air tanah.
Pada kondisi cadangan air tanah yang cukup terutama pada musim kemarau
diharapkan dapat mengurangi terjadinya defisit air yang merupakan salah satu
penyebab umum terjadinya penurunan produksi kelapa sawit. Defisit air terjadi
karena tidak dilakukannya pengelolaan air secara efektif sehingga memungkinkan
adanya aliran permukaan yang tinggi pada musim hujan dan kekeringan pada
musim kemarau. Keadaan hidrologi seperti ini dapat digambarkan melalui neraca
air. Tanaman penutup tanah N.biserrata diharapkan dapat berperan dalam
mengatasi defisit air yang terjadi.
Metode konservasi tanah dan air secara vegetatif yang dikombinasikan
dengan pemberian teras gulud sebagai metode mekanik diharapkan akan
berpengaruh nyata terhadap penurunan defisit air yang terjadi di kebun kelapa
sawit. Teras gulud berperan sebagai penahan air hujan yang jatuh sehingga tidak
banyak terbuang sebagai aliran permukaan. Adanya teras gulud menjadikan air
hujan memiliki waktu lebih lama untuk terinfiltrasi ke dalam tanah sehingga kadar
air tanah meningkat. Selain itu N.biserrata diharapkan berperan sebagai
penyumbang bahan organik ke dalam tanah sehingga daya dukung tanah meningkat
yang pada akhirnya akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan produksi
kelapa sawit.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mempelajari bioekologi N.biserrata dan pemanfaatannya sebagai tanaman
penutup tanah di kebun kelapa sawit unit usaha Rejosari PTPN VII, Lampung
Selatan.

5

2.
3.

Mengetahui pengaruh N.biserrata terhadap neraca air di kebun kelapa sawit
unit usaha Rejosari PTPN VII Lampung Selatan.
Menguji seberapa besar pengaruh penanaman N. biserrata dan teras gulud
terhadap aliran permukaan, pertumbuhan dan produksi kelapa sawit di kebun
kelapa sawit unit usaha Rejosari PTPN VII Lampung Selatan.

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, rumusan hipotesis
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. N.biserrata bermanfaat sebagai tanaman penutup tanah di kebun kelapa sawit.
2. N.biserrata memberikan pengaruh positif terhadap neraca air di kebun kelapa
sawit unit usaha Rejosari PTPN VII Lampung Selatan.
3. Penanaman tanaman penutup tanah N.biserrata dan teras gulud akan
mengurangi terjadinya aliran permukaan sehingga diharapkan dapat
mempertahankan status air tanah sehingga berdampak terhadap peningkatan
pertumbuhan dan produksi kelapa sawit.

Ruang Lingkup Penelitian
Disertasi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang terdiri atas tiga
percobaan. Percobaan pertama bertujuan untuk mempelajari bioekologi
Nephrolepis biserrata dan pemanfaatannya sebagai tanaman penutup tanah di
kebun kelapa sawit, dengan judul “Studi Bioekologi Nephrolepis biserrata dan
Pemanfaatannya sebagai Tanaman Penutup Tanah di Kebun Kelapa Sawit”. Hasil
dari percobaan pertama digunakan sebagai acuan untuk percobaan kedua dan
ketiga. Percobaan kedua bertujuan untuk mengetahui pengaruh Nephrolepis
biserrata terhadap neraca air di kebun kelapa sawit unit usaha Rejosari PTPN VII
Lampung Selatan, dengan judul “Pengaruh Nephrolepis biserrata terhadap Neraca
Air di Kebun Kelapa Sawit Unit Usaha Rejosari PTPN VII Lampung Selatan”
sedangkan percobaan ketiga bertujuan untuk menguji pengaruh Nephrolepis
biserrata sebagai tanaman penutup tanah dan teras gulud terhadap aliran
permukaan tanah serta pertumbuhan dan produksi kelapa sawit, dengan judul
“Pengaruh Tanaman Penutup Tanah Nephrolepis biserrata dan Teras Gulud
terhadap Aliran Permukaan Tanah serta Pertumbuhan dan Produksi Kelapa Sawit”.
Diagram alir penelitian yang menunjukkan keterkaitan antar penelitian disajikan
pada Gambar 1.
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai
teknik konservasi tanah dan air yang dapat meningkatkan cadangan air tanah baik
pada saat musim hujan maupun musim kemarau, manfaat N.biserrata untuk
meningkatkan cadangan air tanah dan bahan organik, landasan dalam pengelolaan
air tanah dan bahan organik di kebun kelapa sawit secara lebih efektif.
Kebaruan penelitian adalah dengan dilakukannya penelitian mengenai
peranan tanaman penutup tanah N.biserrata pada teknik konservasi tanah dan air
terhadap neraca air di kebun kelapa sawit diharapkan dapat diketahui manfaat
menanam N.biserrata di kebun kelapa sawit dilihat dari aspek tanaman dan tanah

6

khususnya kontribusinya terhadap cadangan air tanah pada lahan tersebut. Hal ini
didasarkan pada pemikiran bahwa N.biserrata telah digunakan sebagai tanaman
penutup tanah di beberapa perkebunan kelapa sawit swasta di Indonesia tapi belum
diketahui pasti manfaat tanaman tersebut. Diperlukan data penelitian yang dapat
menjelaskan mengenai pentingnya N.biserrata bagi pertanaman kelapa sawit dan
mempublikasikannya.
Percobaan 1
Studi Ekobiologi N. biserrata dan Pemanfaatannya sebagai Tanaman Penutup Tanah di
Kebun Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

Studi Bioekologi N.biserrata
Hasil yang diharapkan : N. biserrata
yang teridentifikasi secara morfologi
dan ekologi.

Percobaan 2
Pengaruh N. biserrata terhadap
Neraca Air di Kebun Kelapa Sawit
Unit Usaha Rejosari PTPN VII
Lampung Selatan
Hasil yang diharapkan : diperoleh data
dan informasi mengenai pengaruh
N. biserrata terhadap neraca air di kebun
kelapa sawit.

Perbanyakan dan Penanaman N.biserrata
dengan Jarak Tanam yang Berbeda
Hasil yang diharapkan: dapat memperbanyak
N.biserrata dan menanamnya dengan jarak
tanam yang optimal.
-

Dekomposisi N.biserrata
Analisis kandungan karbon N.biserrata

Percobaan 3
Pengaruh Tanaman Penutup Tanah
N. biserrata dan Teras Gulud terhadap
Aliran Permukaan Tanah serta
Pertumbuhan dan Produksi Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.)
Hasil yang diharapkan : diperoleh data dan
informasi mengenai pengaruh penanaman
N.biserrata pada teras gulud terhadap aliran
permukaan tanah serta pertumbuhan dan
produksi kelapa sawit.

Hasil Akhir:
Diperoleh data dan informasi mengenai peranan tanaman penutup tanah N. biserrata pada
konservasi tanah dan air terhadap neraca air dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan kelapa sawit

Gambar 1. Diagram alir penelitian peranan tanaman penutup tanah Nephrolepis
biserrata pada konservasi tanah dan air terhadap neraca air di kebun
kelapa sawit
Kebaruan Penelitian
Kebaruan penelitian adalah dengan dilakukannya penelitian mengenai
peranan tanaman penutup tanah Nephrolepis biserrata pada teknik konservasi tanah
dan air terhadap neraca air di kebun kelapa sawit diharapkan dapat diketahui
manfaat menanam Nephrolepis biserrata di kebun kelapa sawit dilihat dari aspek
tanaman dan tanah khususnya kontribusinya terhadap cadangan air tanah pada

7

lahan tersebut. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa N.biserrata telah
digunakan sebagai tanaman penutup tanah di beberapa perkebunan kelapa sawit
tapi belum diketahui pasti manfaat N.biserrata. Diperlukan data penelitian yang
dapat menjelaskan mengenai pentingnya N.biserrata bagi pertanaman kelapa sawit
untuk kemudian mempublikasikannya.

8

2 TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan, Perkembangan dan Produktivitas Kelapa Sawit
Pertumbuhan
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang termasuk
divisi Tracheophyta, subdivisi Pteropsida, kelas Angiospermae, subkelas
Monocotyledonae, ordo Palmales, famili Palmaceae, subfamili Palminae, genus
Elaeis, spesies Elaeis guineensis (asal Afrika Barat) dan Elaeis oleifera (asal
Amerika Latin), serta memiliki beberapa varietas yaitu Dura, Pisifera dan Tenera
(Hartley 1988). Famili Palmae dikenal juga sebagai family Arecaceae (Ferwerda
1977).
Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh dari biji mempunyai akar yang
tumbuh vertikal menyerupai akar tunggang, tetapi akar ini kemudian segera mati
dan diganti dengan akar serabut yang tumbuh terus-menerus membentuk anyaman
rapat dan tebal. Selanjutnya sistem perakaran yang membentuk anyaman rapat dan
tebal ini dapat mencapai kedalaman 1 m, tetapi sebagian besar terdapat pada
kedalaman 15-30 cm. Sistem perakaran serabut tersebut terdiri dari 4 tipe, yaitu
akar primer yang tumbuh vertikal dan horizontal, akar sekunder yang tumbuh dari
akar primer dengan diameter 1-4 mm, akar tersier yang tumbuh dari akar sekunder,
arah tumbuhnya horizontal dengan panjang sampai 15 cm dan diameter 0.5-1.5 mm,
akar kuarter yang tumbuh dari akar tersier dengan panjang sekitar 3 cm dan
diameter 0.2-0.5 mm. Akar kuarter ini merupakan akar yang aktif menyerap unsur
hara, air dan oksigen (Hartley 1988)
Batang kelapa sawit baru jelas dapat dilihat setelah tanaman bermur 3-4
tahun. Batang tanaman ini tumbuh tegak ke atas, tidak bercabang, berbentuk bulat
dengan diameter 40-75 cm dan lebih besar pada pangkalnya. Lingkar batang
menjadi lebih besar karena selalu diselubungi oleh pelepah daun. Secara alami
tinggi batang dapat mencapai 30 meter pada umur 135 tahun, tetapi untuk usaha
kebun hingga 15 meter pada umur 25 tahun (Hartley 1988).
Dasar-dasar daun kelapa sawit dibentuk berangsur-angsur di dekat titik
tumbuh. Daun yang panjangnya mencapai 9 m terdiri dari satu pelepah daun utama
(rachis), 100-160 pasang helai anak daun dengan panjang mencapai 1.2 m per helai.
Pada pangkal pelepah (petiole) terdapat duri-duri halus sampai kasar (Ferwerda
1977).
Kedudukan pelepah tersusun melingkari batang dan berbentuk spiral. Setiap
satu set spiral dalam lingkar batang terdiri atas 8 pelepah daun. Pertumbuhan
pelepah daun setiap tahun pada tanaman muda berumur 4-8 tahun mencapai 30-40
pelepah, sedangkan pada tanaman yang lebih tua (dewasa berumur 8-14 tahun dan
tua berumur lebih dari 14 tahun) berkisar 20-25 pelepah. Pada tanaman kelapa sawit
yang dibudidayakan dipertahankan 40-56 pelepah daun, sedangkan pada tanaman
yang tidak dibudidayakan dapat mencapai lebih dari 60 pelepah daun (Hartley
1988).
Tandan bunga jantan berbentuk bulat memanjang, setiap tandan mempunyai
200 cabang bunga dengan panjang masing-masing cabang 10-20 cm. Pada setiap
cabang bunga jantan terdapat 700-1200 bunga jantan. Setiap tandan bunga jantan
tersusun atas 6 helai benang sari dan 6 perhiasan bunga. Tepung sari berwarna

9

kuning pucat dan memiliki aroma yang khas. Satu tandan bunga jantan dapat
mengandung 25-50 g tepung sari (Hartley 1988).
Tandan bunga betina berbentuk bulat dan setiap tandan mempunyai 100-200
cabang bunga. Masing-masing cabang bunga tersebut terdiri dari 30 bunga betina,
sehingga dalam satu tandan terdapat sekitar 3000-6000 bunga betina. Bunga betina
mempunyai tiga putik dan 6 perhiasan bunga, tetapi hanya satu bakal buah yang
subur diantara bakal buah lainnya. Secara alami, baik bunga jantan maupun bunga
betina biasanya terbuka mekar untuk penyerbukan selama 2-3 hari, walaupun pada
musim hujan bisa sampai 4 hari. Oleh karena itu, waktu anthesis bunga kelapa sawit
hanya 2-3 hari dan lama daya hidup tepung sari juga berkisar 2-3 hari, setelah itu
daya hidupnya semakin menurun hingga mati (Hartley 1988).
Perkembangan Tandan Bunga-Buah
Tandan bunga terletak pada ketiak daun, mulai muncul setelah tanaman
berumur satu tahun di lapangan. Disebabkan pada setiap ketiak daun terdapat
potensi untuk menghasilkan bakal bunga, maka semua faktor yang mempengaruhi
pembentukan daun juga akan mempengaruhi potensi bakal bunga serta dapat juga
mempengaruhi perkembangan bunga. Bakal bunga terbentuk sekitar 33-34 bulan
sebelum bunga mekar (anthesis), sedangkan pemisahan bunga jantan dan betina
terjadi sekitar 14 bulan sebelum anthesis (Breure and Menendez 1990).
Hartley (1988), secara umum telah menggambarkan perkembangan daun dan
bunga kelapa sawit. Perkembangan bunga dari bakal bunga sampai buah matang
dirangkum dalam diagram berikut ini (Gambar 2).
Bakal bunga
Penentuan kelamin Bunga mekar
Buah matang panen
(Primordia)
(Sex determination)
(Anthesis)
(Ripening)
7.5 – 11 bulan
14.5 – 22 bulan
5 -9 bulan
27 – 42 bulan
Gambar 2. Diagram perkembangan bunga kelapa sawit (Hartley 1988, Ong 1983)
Fase-fase perkembangan bunga yang peka terhadap kekeringan akibat curah
hujan yang rendah (dirangkum dari Corley 1976) adalah sebagai berikut :
- Inisiasi pembentukan bakal bunga yang terjadi 27-42 bulan sebelum matang
panen.
- Pembentukan perhiasan bunga yang terjadi 32-36 bulan sebelum matang
panen.
- Penentuan kelamin bunga yang terjadi 14.5-22 bulan sebelum bunga mekar.
- Peka aborsi bunga yang terjadi 10-14 bulan sebelum matang panen.
- Anthesis yang terjadi 5-9 bulan sebelum matang panen.
Penentuan jenis kelamin ataupun pemisahan kelamin merupakan proses yang
penting dalam rasio seks kelapa sawit. Rasio seks yang dimaksud merupakan
perbandingan antara jumlah bunga betina dengan seluruh bunga yang diproduksi
pada suatu waktu tertentu. Semakin tinggi rasio seks maka semakin banyak bunga
betina sehingga peluang untuk mendapatkan produktivitas tandan yang tinggi akan
menjadi besar.
Rasio seks yang tinggi ternyata belum menjamin produktivitas kelapa sawit
yang tinggi, karena belum tentu semua bunga betina yang dihasilkan akan menjadi

10

tandan buah yang dapat dipanen. Hal ini disebabkan kemungkinan terjadi aborsi
bunga betina dan kegagalan tandan. Penyebab aborsi adalah karbohidrat yang
kurang untuk perkembangan bunga, kurangnya ketersediaan air, pengurangan daun
yang terlalu banyak sehingga tanaman mengalami cekaman (Corley 1973).
Kerawanan aborsi ini biasanya terjadi 4.5-5.5 bulan sebelum bunga mekar. Jumlah
bunga yang mengalami aborsi dapat mencapai lebih 25% dari produksi yang
dihasilkan (Bealing dan Harun 1989), sehingga dapat merupakan salah satu faktor
penyebab fluktuasi produktivitas kelapa sawit.
Kegagalan tandan merupakan tandan yang gagal berkembang dari bunga
mekar sampai tidak dapat dipanen. Hal ini disebabkan penyerbukan tidak
sempurna, karbohidrat kurang, variasi musim ataupun serangan hama dan penyakit
(Corley 1973). Kegagalan perkembangan tandan bunga dari bunga mekar hingga
matang fisiologis (3-4 minggu sebelum siap panen) juga merupakan faktor yang
mempengaruhi jumlah tandan dan fluktuasi produktivitas kelapa sawit.
Produktivitas Tandan Buah
Pada keadaan normal-optimal, tandan buah kelapa sawit dapat