Sifat-Sifat Koloid Gel Gel merupakan sistem koloid zat cair yang terdispersi dalam medium padat. Gel

PPPPTK IPA Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: KOLOID KELOMPOK KOMPETENSI H 20 2. Gel yang menarik air dari lingkungannya atau mengeringkan udara di sekitarnya. Contoh, silika gel yang sering terdapat dalam dus kamera, dus sepatu, atau dus obat-obatan. Medium pendispersi pada gel jenis ini berwujud padat, di mana ruang kosong rongga akan diisi oleh sejumlah air atau udara bergantung pada derajat hidrasinya kemampuan menarik air. e. Busa dan Busa Padat Busa merupakan campuran dari gas yang terdispersi dalam medium zat cair. Jika fasa terdispersinya berupa zat padat, maka disebut busa padat Gambar 1.9. Busa sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, busa padat berupa busa poliuretan. Jenis busa ini banyak digunakan sebagai alas duduk karena adanya udara yang tersimpan dalam busa yang menyebabkan alas duduk ini menjadi dingin dan empuk Busa di mana gas terdispersi dalam zat cair disebut busa cair, misalnya busa yang terdapat pada softdrink, minuman pereda panas dalam, serta buih sabun. Gambar 1.9 Busa padat untuk kasur dan kursi A, busa cair pada buih sabun dan minuman berkarbonasi sumber gambar: www.foambymail.com; www.iteachem.net; au.lifestyle.yahoo.com

4. Sifat-Sifat Koloid

Koloid mempunyai sifat-sifat yang khas, terutama dari segi sifat optik, kinetik, elektrik, adsorpsi, koagulasi, serta liofil dan liofob. Untuk memahaminya, pelajarilah uraian berikut. a. Sifat optik Sifat optik adalah sifat yang berhubungan dengan hamburan cahaya. Ketika cahaya dilewatkan pada koloid, cahaya tersebut akan dihamburkan oleh partikel- partikel koloid. Partikel koloid ini tidak dapat diamati secara langsung, yang dapat LISTRIK untuk SMP Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Kimia SMA KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: KOLOID KELOMPOK KOMPETENSI H 21 diamati adalah hamburan cahayanya. Sifat optik koloid yang menghamburkan cahaya ini menyebabkan terjadinya Efek Tyndall, yaitu suatu gejala penghamburan berkas sinar oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan oleh ukuran molekul koloid yang cukup besar untuk menghamburkan cahaya. Efek Tyndall kali pertama diamati oleh Fisikawan Inggris, John Tyndall 1820-1893 sehingga dikenal sebagai Efek Tyndall. Gambar 1.10 menunjukkan saat larutan sejati A1 disinari dengan cahaya, larutan tersebut tidak menghamburkan cahaya, melainkan meneruskan cahaya, sedangkan pada sistem koloid A2, cahaya akan dihamburkan. Penghamburan cahaya tersebut terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sulit diamati. Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dijumpai pada peristiwa terlihatnya cahaya lampu kendaraan di jalanan yang berdebu, cahaya proyektor di gedung bioskop, serta berkas cahaya dari suatu panggung pertunjukan. Gambar 1.10 Efek Tyndall menyebabkan terlihatnya berkas cahaya yang dihamburkan oleh partikel koloid dalam cairan A; dan oleh partikel koloid dalam udara B sumber:www.akiitians.com; www.courses.candelalearning.com b. Sifat kinetik Sifat kinetik adalah sifat koloid yang berkaitan dengan gerakan partikel koloid dalam medium pendispersinya. Sifat kinetik koloid meliputi Gerak Brown, difusi, sedimentasi, tekanan osmotik, dan viskositas. Yang akan kita pelajari lebih jauh pada modul ini adalah sifat kinetik yang paling sering teramati pada partikel koloid, yaitu Gerak Brown. Gerakan ini kali pertama diamati oleh Robert Brown 1827 yang mengamati gerakan butir serbuk sari pollen tumbuhan dalam air. A B A1 A2 PPPPTK IPA Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: KOLOID KELOMPOK KOMPETENSI H 22 Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang bertumbukan dengan molekul-molekul dari medium pendispersinya secara acak dan tidak beraturan. Jika diamati menggunakan mikroskop ultra, partikel-partikel koloid tersebut bergerak secara lurus sehingga ketika bertumbukan dengan molekul medium pendispersinya akan menimbulkan suatu gerakan zig-zag Gambar 1.11. Tumbukan partikel koloid dengan molekul medium pendispersi tersebut terjadi dari segala arah, yang menyebabkan suatu resultan tumbukan yang mengubah arah gerakan sedimentasi partikel koloid sehingga mencegah partikel koloid tersedimentasi. Untuk lebih memahami mengenai gerak Brown Brownian motion. Mengamati ilustrasinya yang menarik pada link video berikut: https:www.youtube.comwatch?v=CiTzJTcArks. Gambar 1.11 Gerak Brown yang terjadi secara zigzag akibat tumbukan partikel koloid dengan molekul medium pendispersinya sumber: www.web2.clarkson.edu; www.chemistry.tutorvista.com Kecepatan gerak partikel koloid semakin meningkat dengan berkurangnya ukuran partikel dan viskositas larutan. Semakin kecil ukuran partikel semakin cepat gerak Brown yang terjadi, demikian pula sebaliknya, semakin besar ukuran partikel, semakin lambat gerak Brownnya. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan suspensi. Meningkatnya kekentalan viskositas medium pendispersi akan memperlambat bahkan menghentikan gerak Brown. Selain dipengaruhi oleh ukuran partikel, gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu, semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fasa terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

c. Sifat elektrik Pada umumnya, koloid memiliki muatan yang menyebabkannya dapat bergerak