Pengaruh Pemberian Jamu Terhadap Performa dan Kandungan Kolesterol Telur Burung Puyuh

PENGARUH PEMBERIAN JAMU TERHADAP PERFORMA DAN
KANDUNGAN KOLESTEROL TELUR BURUNG PUYUH

IWAN PURWANTO

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTIUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian
Jamu Terhadap Performa dan Kandungan Kolesterol Telur Puyuh adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014
Iwan Purwanto
NIM D24080237

ABSTRAK
IWAN PURWANTO. Pengaruh Pemberian Jamu Terhadap Performa dan
Kandungan Kolesterol Telur Burung Puyuh. Dibimbing oleh DWI MARGI SUCI
dan SUDARSONO JAYADI
Jamu memiliki khasiat yang dapat meningkatkan kesehatan tubuh. Selain
digunakan untuk manusia, jamu juga dapat diberikan pada ternak. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengkaji performa puyuh dan kandungan kolesterol
telur puyuh. Penelitian ini menggunakan burung puyuh betina sebanyak 320 ekor
yang berumur 36 minggu dengan lama pemeliharaan selama 8 minggu. Penelitian
menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 2 ulangan. Pakan
ini menggunakan 18% protein dan energi 2950 kkal kg-1. Perlakuan terdiri dari:
P0 (kontrol), P1 (jamu 30 ml l-1 air), P2 (jamu 60 ml l-1 air), P3 (jamu 90 ml l-1
air). Rancangan yang digunakan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa jamu yang diberikan mengandung flavonoid, saponin,

dan tanin. Semua taraf pemberian jamu dapat meningkatkan konsumsi pakan,
konsumsi air minum serta menurunkan kolesterol telur. Produksi telur pada
penelitian ini berkisar antara 58.62-65.4%, konversi pakan berkisar antara 2.963.60, dan bobot telur berkisar antara 9.69-10.0 g butir-1. Penggunaan jamu
sebanyak 30 ml l-1 air meningkatkan produksi telur 65%, menurunkan konversi
pakan sebesar 2.96 dan kolesterol telur sebesar 2.73 mg 100 mg-1.
Kata kunci: jamu, kolestrol, performa, puyuh, telur

ABSTRACT
IWAN PURWANTO. The effect of herbs to the performance and cholesterol level
of quail eggs. Supervised by DWI MARGI SUCI and SUDARSONO JAYADI.
Herbs have several benefit to improve the immunity. Animal also can take
the benefit of it. This research aimed to study the effects of herbs blended with
water to the performance of quail and cholesterol level of quail eggs. The research
using 320 female quails then the ages were 36 weeks were maintained in 8 weeks.
Feed contained 18 % of protein and energy 3876 kkal kg-1. The treatments
consists of R0 (control), R1 (30 ml of herbs l-1 of water), R2 (60 ml of herbs l-1 of
water), R3 (90 ml of herbs l-1 of water). The design of research was using
completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 2 replications then
the data was analysed descriptively. The results of this study indicate that herbal
contained flavonoids, saponins, and tannins. All herbs increase the level of

provision of feed consumption, water consumption and lowering cholesterol eggs.
Egg production in this study ranged between 58.62-65.4%, feed convertion ranged
between 2.96-3.60, and the weight of eggs were 9.69-10.0 g butir-1. 30 ml of herbs
increase 65% egg production decrease feed convertion 2.96 and egg cholesterol
2.73 mg 100 mg-1.
Keywords: cholesterol, eggs, herbs, performans, quail

PENGARUH PEMBERIAN JAMU TERHADAP PERFORMA DAN
KANDUNGAN KOLESTEROL TELUR BURUNG PUYUH

IWAN PURWANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Jamu Terhadap Performa dan Kandungan
Kolesterol Telur Burung Puyuh
Nama
: Iwan Purwanto
NIM
: D24080237

Disetujui oleh

Ir Dwi Margi Suci, MS
Pembimbing I

Ir Sudarsono Jayadi, MScAgr
Pembimbing II

Diketahui oleh


Prof Dr Ir Panca Dewi Manu Hara Karti S, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Bismillaahirrahmaanirrahim,
Alhamdulillahhi Rabbil Alamin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Pemberian Jamu Terhadap Performa dan Kandungan
Kolesterol Telur Burung Puyuh” sebagai salah satu syarat dalam memperoleh
gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut pertanian Bogor.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang yang senantiasa lurus di
jalan-Nya.
Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober sampai November 2012.
Penelitian dilakukan di peternakan puyuh Kayu Manis Farm, jalan Pool
Binamarga No. 7 Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Tanah Sereal, Bogor. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian jamu dalam air

minum terhadap performa burung puyuh dan kandungan kolesterol telur burung
puyuh.
Kolesterol merupakan substrat sebagai pembentuk asam empedu yang
disintesis dalam hati yang berfungsi untuk menyerap vitamin yang larut dari
makanan. Kolesterol juga berfungsi sebagai prekursor dari berbagai jenis hormon
steroid. Kolesterol yang tinggi sering menggangu kesehatan tubuh, karena
penyebab terjadinya penyakit arterosklerosis yaitu pengerasan dinding pembuluh
darah. Produk yang memiliki kandungan kolesterol yang rendah sebaiknya
dikonsumsi oleh masyarakat yang sudah lanjut usia, karena pada usia tersebut
hormon steroid yang berasal dari kolesterol sudah tidak banyak dibutuhkan oleh
tubuh.
Penulis memahami bahwa dalam penulisan skripsi masih jauh dari
sempurna. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, kekurangan berasal dari
penulis. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah ikut berperan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Juni 2014
Iwan Purwanto


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Bahan
Alat
Lokasi dan Waktu Penelitian
Prosedur
Rancangan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Zat Aktif Jamu
Konsumsi Pakan
Produksi Telur
Konversi Pakan
Bobot Telur
Konsumsi Air Minum
Kolesterol Telur
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP
UCAPAN TERIMAKASIH

x
1
2
2
3
3
3
5
5
6
6
8
8
9
9
10
10

10
11
13
13

DAFTAR TABEL
1. Bahan pakan dan komposisi formula yang digunakan untuk penelitian
2. Kandungan nutrien pakan perlakuan (asfed)
3. Hasil analisis fitokimia jamu ternak
4. Rataan performa puyuh dan kolesterol telur puyuh

2
2
5
7

PENDAHULUAN
Burung puyuh merupakan salah satu komoditas unggas sebagai penghasil
telur dan daging. Keberadaannya dapat sebagai pendukung ketersediaan protein
hewani yang murah dan mudah didapat. Berdasarkan basis data yang dimiliki

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013) populasi puyuh
secara nasional mengalami peningkatan, yakni dari 12 234 188 ekor pada tahun
2012 menjadi 12 594 043 ekor pada tahun 2013. Melihat dari data tersebut berarti
usaha budidaya puyuh salah satu jenis usaha yang banyak diminati dan
dikembangkan oleh masyarakat. Adanya peningkatan populasi dan produksi
puyuh salah satunya dikarenakan ternak puyuh ini merupakan salah satu ternak
yang dapat berproduksi dalam waktu cepat (umur 40 hari sudah bertelur). Puyuh
betina mulai bertelur pada umur 35 hari pada kondisi yang baik dan memproduksi
sekitar 200-300 telur per tahun (Varghese 2007).
Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan oleh
tubuh, dan mengandung asam amino esensial yang tinggi. Telur banyak
dikonsumsi oleh masyarakat karena mudah pengolahannya, murah, dan memiliki
kandungan zat yang sempurna. Selain itu juga telur memiliki kandungan
kolesterol yang tinggi, sehingga orang dewasa pada umumnya cenderung
mengurangi konsumsi telur. Mawaddah (2011) menyatakan bahwa kandungan
kolesterol telur yang diberi ekstrak tepung daun katuk sebesar 2.43 mg 100 mg-1.
Kolesterol yang tinggi dalam tubuh sering menimbulkan gangguan
kesehatan karena kolesterol merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit
arterosklerosis yaitu proses pengapuran dan pengerasan dinding pembuluh darah.
Akibatnya saluran pembuluh darah menjadi sempit dan menghambat aliran darah

di dalamnya. Fungsi kolesterol dalam tubuh sebagai prekursor yang disintesis
dalam hati untuk penyerapan vitamin. Pada keadaan normal, kolesterol
dibutuhkan tubuh dalam membentuk membran sel, struktur insulin otak, sistem
syaraf pusat, dan vitamin D (Murray et al. 2003).
Secara umum di dalam tanaman obat (rimpang, daun, batang, akar, bunga
dan buah) terdapat senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, tripenoid, minyak
atsiri glikosida dan sebagainya yang bersifat sebagai antiviral, anti bakteri serta
imunomodulator. Komponen senyawa aktif tersebut berguna untuk menjaga
kesegaran tubuh serta memperlancar peredaran darah (Zainuddin dan Wibawan
2007). Bahan ramuan tanaman obat seperti (jamu) dibuat sesuai kepentingan dan
fungsinya yang bisa dipilih dari satu jenis atau beberapa jenis tanaman obat antara
lain: kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, dan kayu manis.
Jamu dapat diberikan dengan cara mencampurnya dengan pakan atau air minum.
Selain banyak khasiatnya, bahan-bahan untuk pembuatan jamu juga mudah
didapat di pasaran. Keuntungan dari penggunaan obat tradisional ini juga untuk
mengurangi ketergantungan para peternak terhadap obat-obatan kimiawi sehingga
dapat mengurangi residu.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh pemberian jamu dalam air
minum terhadap performa burung puyuh dan kandungan kolesterol telur burung
puyuh agar dapat menghasilkan telur puyuh yang rendah kolesterol sehingga
dapat bermanfaat bagi masyarakat.

2
METODE PENELITIAN
Bahan
Penelitian ini menggunakan 320 ekor puyuh jepang betina (Coturnix
coturnix japonica) berumur 36 minggu. Pakan perlakuan disusun sesuai dengan
rekomendasi Leeson dan Summer (2005). Bahan pakan yang digunakan adalah
jagung kuning, dedak padi, bungkil kedelai, tepung ikan, CPO (crude palm oil),
CaCO3, DCP (dicalcium phospat), garam, premix, DL-Methionin. Susunan pakan
yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1, dan kandungan
nutrien pakan perlakuan pada Tabel 2.
Tabel 1 Bahan pakan dan komposisi formula yang digunakan untuk penelitian
Bahan pakan
Jagung kuning
Dedak padi
Bungkil kedelai
Tepung ikan
CPO
CaCO3
DCP
Garam
Premix
DL-Methionin

Penggunaan (%)
53.00
4.00
25.00
7.50
3.00
6.00
0.60
0.30
0.50
0.10

Pakan perlakuan disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan Summer (2005); CPO: Crude Palm
oil, DCP: dicalcium phospat.

Tabel 2 Kandungan nutrien pakan perlakuan (asfed)
Nutrien
Bahan kering (%)
Abu (%)
Protein kasar (%)
Serat kasar (%)
Lemak kasar (%)
Beta-N (%)
Ca (%)
P (%)
NaCl (%)
Energi metabolisme (kkal kg-1)

Kandungan zat makanan
88.57
10.63
18.90
3.12
5.24
50.68
3.20
0.68
0.18
2950

Hasil Analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor (2012).

Alat
Kandang yang digunakan menggunakan kandang baterai sebanyak 8 petak.
Setiap petak kandang dilengkapi dengan satu tempat pakan dan satu tempat air

3
minum. Peralatan yang digunakan adalah termometer, timbangan, gelas ukur,
blender, tong berukuran 30 l dan kain yang digunakan untuk saringan dalam
pembuatan jamu.

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 8 minggu mulai dari bulan Oktober sampai
November 2012. Penelitian dilakukan di peternakan puyuh Kayu Manis Farm,
jalan Pool Binamarga No. 7 Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Tanah Sereal,
Bogor. Pembuatan jamu ternak dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak
Unggas, Institut Pertanian Bogor.

Prosedur
Pembuatan Jamu Ternak
Pembuatan jamu terdiri dari kencur (750 g), bawang putih (750 g), jahe (375
g), lengkuas (375 g), kunyit (375 g), temulawak (375 g), dan kayu manis (187.5 g)
kemudian ditambah molases sebanyak 300 ml dan EM4 (Effective
Microorganisms 4) sebanyak 300 ml (Saenab et al. 2002). Proses pembuatan jamu
ternak yaitu bahan jamu dipotong-potong dan dihaluskan dengan blender,
kemudian dilakukan penyaringan dan diambil ekstrak jamu. Setelah itu, ekstrak
jamu ditambahkan dengan air sebanyak 30 l kemudian dimasukkan ke dalam
drum plastik berukuran 30 l dan ditutup rapat untuk proses inkubasi selama 5 hari.
Jamu diaduk setiap hari selama proses inkubasi.
Pemeliharaan Puyuh dan Pengambilan Data
Sebanyak 320 ekor puyuh berumur 36 minggu dimasukkan secara acak ke
dalam 8 kandang koloni. Masing-masing kandang diisi dengan 40 ekor. Pakan dan
air minum disediakan ad libitum. Sisa pakan ditimbang setiap minggunya.
Pemberian jamu dilakukan satu minggu dua kali pada hari Senin dan Kamis
selama 8 minggu. Pengambilan telur dilakukan satu kali sehari yaitu pagi hari.
Telur diberi kode sesuai perlakuan dan ditimbang.

Rancangan dan Analisis Data
Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah:
P0: Tanpa pemberian jamu (kontrol).
P1: Pemberian jamu sebanyak 30 ml l-1 air
P2: Pemberian jamu sebanyak 60 ml l-1 air
P3: Pemberian jamu sebanyak 90 ml l-1 air
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 2 ulangan. Setiap unit percobaan terdiri
dari 40 ekor puyuh betina. Model matematika yang digunakan adalah sebagai
berikut:

4

Yij = µ + +
Keterangan :
Y
µ

= Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
= Nilai rataan umum
= Efek perlakuan ke-i
= Galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Data yang diperoleh kemudian di analisis menggunakan analisis deskriptif.
Peubah yang Diamati
1. Konsumsi ransum (g ekor-1 hari-1)
Konsumsi ransum dihitung setiap tujuh hari dengan rumus :
Kon um i ran um (g ekor hari )
pemberian i a pakan
2. Konversi pakan
Konversi pakan dihitung dengan menggunakan rumus:
Konver i pakan
3. Produksi telur
Produksi telur dihitung setiap hari dengan rumus sebagai berikut :

4. Bobot telur (g ekor-1 hari-1)
Bobot telur dihitung dari produksi telur setiap hari yang dihitung dari
jumlah telur yang ada pada setiap kandang, setelah itu dihitung rata-ratanya.
5. Konsumsi air minum (ml ekor-1 hari-1)
Konsumsi air minum diukur setiap hari berdasarkan air yang diberikan
dipagi hari dikurangi dengan sisa pada pagi hari berikutnya, kemudian
dijumlahkan untuk mendapatkan konsumsi selama penelitian.
6. Kandungan kolesterol (mg 100 mg-1)
Pengukuran kolesterol telur dilakukan berdasarkan metode LibermannBurchard (Kleiner dan Dotti 1962). Sampel diambil pada minggu ke 8 setelah
pemberian jamu. Adapun caranya adalah sebagai berikut: sampel ditimbang
sebanyak ± 0.2 g dimasukan ke dalam tabung sentrifuse berskala 15 ml, kemudian
ditambahkan campuran alkohol eter 3:1 sebanyak 12 ml dan diaduk hingga
bercampur dengan baik. Larutan didiamkan sambil dikocok sekali dua kali salama
30 menit. Pengaduk dibilas dengan alkohol eter 3:1 dan volume disetarakan
menjadi 15 ml, lalu di sentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit.
Supernatan yang terbentuk dimasukan ke dalam gelas piala 50 ml dan
dipanaskan pada penangas air sampai kering. Ekstrak residu dilarutkan dengan 2.5
khloroform sedikit demi sedikit atau dicuci sebanyak 2 kali atau dimasukan ke
dalam tabung reaksi 10 ml untuk disetarakan volumenya menjadi 5 ml. Lima ml

5
kolesterol standar (0.4 mg kolesterol dan 5 ml khoroform) dimasukan ke dalam
tabung reaksi yang lain. Keduanya ditambahkan 2 ml asetat anhidrida dan 00 μl
H2SO4 pekat, kemudian dikocok sampai timbul warna hijau dan disimpan selama
15 menit di ruang gelap, selanjutnya pembacaan dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm. Nilai kolesterol diperoleh dari
perhitungan dengan rumus sebagai berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Zat Aktif Jamu
Hasil analisis fitokimia pada Tabel 3 menunjukkan bahwa jamu yang
diberikan pada puyuh mengandung saponin, flavonoid dan tanin. Tanin yang ada
di dalam tubuh dapat mengurangi kolesterol karena tanin bekerja mengikat asam
lemak dalam saluran pencernaan, sedangkan saponin menghambat kolesterol
dengan proses penyabunan. Menurut Kurnia et al. (2010) tanin diketahui memacu
metabolisme glukosa dan lemak, sehingga timbunan kedua sumber kalori dalam
darah dapat dihindari atau dengan kata lain kolesterol dan gula darah menurun.
Menurut Park et al. (2002) adanya saponin dari turunan glikosida dapat
menurunkan kolesterol dengan mekanisme penghambatan penyerapan kolesterol
di dalam saluran pencernaan. Flavonoid yang terkandung dalam jamu memiliki
fungsi sebagai anti oksidan, mengurangi kandungan kolesterol dan penimbunan
lemak pada dinding pembuluh darah. Menurut Nisa (2005) flavonoid merupakan
antioksidan polifenol yang mampu memperkuat dinding sel darah merah dan
menghambat oksidasi LDL (low Density Lipoprotein) sehingga mengurangi
terjadinya proses arterosklerosis di pembuluh darah.
Tabel 3 Hasil analisis fitokimia jamu ternak
Jenis fitokimia

Hasil1

Alkaloid

-

Flavonoid

+++

Phenol hidrokuinon

+

Steroid

-

Triterpenoid

++

Tanin

+

Saponin

+

1

Laboratorium Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB (2012).

6
Secara umum di dalam tanaman obat (rimpang, daun, batang, akar, bunga
dan buah) terdapat senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, tripenoid, minyak
atsiri dan sebagainya yang bersifat sebagai antiviral, anti bakteri serta
imunomodulator. Jamu selain dimanfaatkan manusia untuk kesehatan, dapat juga
dimanfaatkan untuk hewan ternak. Haruna dan Sumang (2008) menyatakan
bahwa hasil monitoring dan pengamatan serta laporan dari peternak yang
menggunakan jamu ternak, bahwa jamu ternak sangat bermanfaat terhadap
kesehatan ternak unggas, efisiensi pakan lebih baik, warna kuning telur lebih
orange, dan kotoran di sekitar kandang tidak berbau menyengat.

Konsumsi Pakan
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 4) menunjukkan bahwa konsumsi pakan
pada semua perlakuan lebih tinggi daripada kontrol. Peningkatan pada perlakuan
P1,P2,P3 berturut-turut mencapai 4.50%, 9.96%, 6.89%. Hal ini menunjukkan
bahwa penambahan jamu pada air minum dapat meningkatkan konsumsi pakan.
Pada ramuan jamu terdapat tanaman kunyit dan temulawak yang memiliki
kandungan zat aktif kurkumin yang berfungsi meningkatkan nafsu makan dan
dapat menghambat partumbuhan bakteri pada saluran pencernaan. Menurut
Sembiring et al. (2006) kurkuminoid berkhasiat menetralkan racun, menurunkan
kandungan kolesterol, meningkatkan sekresi empedu serta dapat meningkatkan
nafsu makan. Konsumsi pakan burung puyuh umur 36 minggu pada penelitian ini
yaitu sebesar 134.71-141.75 (g ekor-1 minggu-1). Menurut Handarini et al. (2008)
konsumsi burung puyuh pada umur 6-16 minggu berkisar 139.73-149.91 (g ekor-1
minggu-1). Pakan memiliki kualitas yang baik apabila ternak dapat berproduksi
dengan normal dan memiliki performa yang baik. Pakan yang diberikan pada
penelitian ini juga dinilai agar dapat dibuktikan bahwa pakan yang diberikan
memiliki hasil yang positif pada ternak.

Produksi Telur
Produksi telur pada penelitian ini berkisar antara 58.63-65.4% (tabel 4).
Peningkatan produksi telur terlihat pada taraf 30 ml l-1 air dan 60 ml l-1 air yaitu
sebesar 8.98% dan 2.87% terhadap kontrol. Taraf pemberian jamu sebanyak 30 ml
l-1 air sudah tepat sehingga berdampak positif terhadap produksi telur, dengan
demikian jamu yang diberikan kepada ternak unggas melalui air minum
berdampak positif bagi produktifitasnya. Puyuh dengan umur 10-20 minggu yang
diberi kandungan protein 20-22 % memiliki produksi telur berkisar 63-71.7 %
(Eishu et al. 2005). Produksi telur dengan kandungan protein yang tinggi disertai
kecukupan energi dan kalsium lebih memberikan pengaruh terhadap produksi
telur (Cheeke 2005).
Perlakuan dengan taraf pemberian jamu sebesar 60 ml l-1 air mengalami
penurunan produksi telur sebesar 2.31%. Penurunan tersebut kemungkinan
disebabkan adanya interaksi zat aktif seperti tanin dalam jamu yang digunakan
sehingga menekan produksi telur. Menurut Widodo (2002) dalam tubuh unggas
khususnya ayam, pemberian pakan yang mengandung tanin sebesar 0.33% tidak

7
membahayakan, akan tetapi apabila kandungan tanin dalam pakan sebesar 0.5%
atau lebih maka akan mulai memberikan pengaruhnya dengan menekan
pertumbuhan dan produksi ayam. Mawaddah (2011) melaporkan bahwa pakan
yang ditambahkan dengan tepung daun katuk sebesar 10% memiliki produksi
telur yang rendah yaitu sebesar 18.90%. Rendahnya produksi telur disebabkan
karena tepung daun katuk memiliki kandungan tanin mencapai (+++), sehingga
dapat menekan pertumbuhan pada puyuh.
Tabel 4 Performa puyuh dan kolesterol telur puyuh.
Peubah
Konsumsi pakan
(g ekor-1 minggu-1)
Konsumsi
lemak kasar
( g ekor-1 minggu-1)
Produksi telur
(Quail day) (%)
Konversi pakan
Bobot telur (g butir-1)
Konsumsi
air minum
(ml ekor- 1 minggu-1)
Kolesterol
kuning telur
(mg 100 mg-1)

P0

P1

P2

P3

128.91±11.00

134.71±7.73

141.75±6.83

137.79±5.53

6.76±0.58

7.05±0.41

7.43±0.36

7.22±0.29

60.01±10.08

65.40±5.79

58.62±8.39

61.73±7.29

3.25±0.96
9.84±0.31

2.96±0.28
10.00±0.39

3.60±0.64
9.69±0.31

3.29±0.47
9.85±0.28

243.19±18.47

277.05±11.59

272.98±17.80

264.68±19.79

2.92

2.73

2.78

2.77

P0: Tanpa pemberian jamu, P1: Pemberian jamu 30 ml l-1 air, P2: Pemberian jamu 60 ml l-1 air, P3:
Pemberian jamu 90 ml l-1 air.

Produksi telur pada awal penelitian mengalami penurunan pada minggu ke2 (Gambar 1). Hal ini kemungkinan disebabkan puyuh masih belum terbiasa
ketika diberikan jamu. Peningkatan produksi telur terjadi pada minggu ke-4, akan
tetapi pada P1 peningkatan produksi telur terjadi pada minggu ke-3, kemungkinan
penambahan jamu pada air minum pada P1 sudah mulai bereaksi. Pada minggu
ke-7 semua perlakuan pemberian jamu mulai mengalami penurunan produksi telur
sampai akhir penelitian.

8
80

Produksi telur (%)

70
60
50
40
30
20
10
0
1

2

3
4
5
6
7
Lama pemeliharaan (Minggu ke-)

Gambar 1 Pengamatan produksi telur selama penelitian.
P3,
P4

P1,

8

P2,

Konversi Pakan
Hasil konversi pakan pada perlakuan P1, P2, dan P3 berturut-turut sebesar
2.96, 3.60, 3.29 (Tabel 4). Konversi pakan sangat erat kaitannya dengan konsumsi
dan produk yang dihasilkan. Konversi pakan yang terbaik pada perlakuan P1 yaitu
sebesar 2.96 yang artinya dalam 2.96 gram pakan menghasilkan 1 gram telur,
sedangkan produksi telur yang tertinggi juga pada P1, dengan demikian
pemberian jamu sebanyak 30 ml l-1 air lebih efisien dalam mengkonversi pakan
menjadi telur. Konversi ransum merupakan suatu ukuran efisiensi dalam
penggunaan ransum. Nilai konversi pakan didapat dari pembagian rataan
konsumsi per ekor dengan massa telur (Kalsum et al. 2012). Semakin rendah nilai
konversi ransum semakin efisien penggunaan dari ransum tersebut, karena
semakin sedikit jumlah ransum yang dibutuhkan untuk menghasilkan telur dalam
jangka waktu tertentu (Subekti 2003). Surung (2008) menyatakan bahwa jamu
yang diberi penambahan EM4 dalam air minum memiliki konsumsi pakan lebih
efisien dan dapat meningkatkan pertambahan berat badan ayam buras.

Bobot Telur
Pada pemberian jamu sampai taraf 90 ml l-1 air dihasilkan bobot telur yang
rata-rata masih normal yang artinya masih sama dengan kontrol (Tabel 4).
Perlakuan pakan puyuh pada penelitian ini memeliki jenis ransum, kandungan
protein, jumlah pakan dan genetik yang sama. Sehingga sangat wajar jika bobot
telur puyuh sama. Komposisi bahan pada jamu tidak memiliki pengaruh terhadap
bobot telur seperti yang dikemukakan Yunardi (2012) bahwa pemberian jamu
sebanyak 5 dan 10 ml tidak berpengaruh nyata terhadap bobot telur ayam arab.

9
Bobot telur pada penelitian ini berkisar 9.69-10 g butir-1. Hasil tersebut tergolong
sama dengan burung puyuh yang ada di peternakan rakyat yaitu sebesar 9-11 g
butir-1. Bobot telur tersebut masih dikatakan normal pada telur puyuh artinya,
pakan yang diberikan serta adanya penambahan jamu pada air minum nutriennya
dapat diserap dengan baik oleh puyuh. Menurut penilitian Song et al. (2000)
menyatakan bahwa rata-rata bobot telur puyuh normal adalah 10.34 g butir-1.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bobot telur adalah jenis pakan, jumlah
pakan, genetik, lingkungan kandang, dan ukuran tubuh induk (Yuwanta 2004).

Konsumsi Air Minum
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada semua taraf pemberian jamu
lebih tinggi daripada kontrol. Puyuh yang diberi jamu sebesar 30 ml l-1 air, 60 ml
l-1 air, 90 ml l-1 air mengkonsumsi air minum berturut-turut sebesar 277.05 ml
ekor-1 minggu-1, 272.98 ml ekor-1 minggu-1, 264.68 ml ekor-1 minggu-1 (Tabel 4).
Jamu yang diberikan memiliki warna kuning, warna tersebut dapat berpengaruh
terhadap palatabilitas ternak unggas karena unggas lebih respon terhadap indera
penglihatan daripada perasa sehingga palatabilitas terhadap konsumsi air minum
lebih tinggi. Peningkatan konsumsi air minum dengan pemberian jamu 30 ml l-1
air yaitu sebesar 13.92%. terhadap kontrol. Seiring dengan meningkatnya taraf
pemberian jamu sebanyak 60 ml l-1 air dan 90 ml l-1 air konsumsi air minum pada
puyuh sebesar 12.24% dan 8.83% terhadap kontrol. Semakin meningkatnya
jumlah taraf pemberian jamu dalam air minum, semakin menurunnya konsumsi
air minum. Hal ini terjadi karena jumlah pemberian jamu pada air minum yang
semakin pekat. Hasil ini berbeda dengan penelitian Saputra (2013), konsumsi air
minum puyuh yang berumur 17 minggu sebesar 51 ml ekor-1 hari-1, yang berarti
dalam seminggu konsumsi air minumnya lebih kurang 357 ml ekor-1 minggu-1.
Konsumsi air minum bersifat linear terhadap konsumsi pakan, karena air minum
digunakan untuk mencerna zat makanan yang masuk ke dalam saluran
pencernaan. Banyaknya makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh ternak
tergantung tingkat aktifitas dan suhu lingkungannya.

Kolesterol Telur
Semua taraf pemberian jamu dalam air minum mengalami penurunan
kandungan kolesterol telur. Kandungan kolesterol terendah diperlihatkan pada
kelompok puyuh yang diberi jamu sebesar 30 ml l-1 air dengan penurunan
kandungan kolesterol sebesar 6.91%. Penurunan kandungan kolesterol pada taraf
pemberian jamu 60 ml l-1 air dan 90 ml l-1 air berturut-turut sebesar 4.79% dan
5.41%. Kolesterol merupakan substansi lemak yang berfungsi sebagai prekursor
berbagai hormon steroid dan pembentuk asam empedu yang disintesis dalam hati.
Penurunan kandungan kolesterol telur puyuh ini disebabkan karena adanya
kandungan zat aktif saponin, tanin dan flavonoid yang berkhasiat untuk
menurunkan kolesterol. Menurut Park et al. (2002) adanya saponin dari turunan
glikosida dapat menurunkan kolesterol dengan mekanisme penghambatan
penyerapan kolesterol di dalam saluran pencernaan. Flavonoid dapat mengurangi

10
kandungan kolesterol darah pada mencit yang mengalami hiperlipidemia
(Metwally et al. 2009).
Tanin di dalam tubuh akan berikatan dengan protein tubuh dan akan
melapisi dinding usus terhadap asam lemak tak jenuh sehingga penyerapan lemak
dihambat. Proses perlindungan tanin berupa pemadatan lapisan lendir dalam
saluran pencernaan sehingga menghambat penyerapan zat-zat makanan termasuk
lemak dan kolesterol dalam saluran pencernaan. Menurut Kurnia et al. (2010)
menyatakan bahwa tanin diketahui memacu metabolisme glukosa dan lemak,
sehingga timbunan kedua sumber kalori dalam darah dapat dihindari atau dengan
kata lain kolesterol dan gula darah menurun. Jamu mengandung probiotik yang
mampu menghasilkan asam organik yang dapat menurunkan pH di dalam usus
besar, dalam keadaan tersebut produksi empedu tinggi untuk menetralkan pH
karena empedu bersifat basa. Empedu diproduksi dalam hati kemudian disalurkan
ke saluran empedu untuk dikirim ke dalam usus besar sehingga pH menjadi
menurun. Semakin banyak empedu yang dihasilkan semakin banyak kolesterol
yang dibutuhkan sehingga puyuh yang diberi jamu memiliki konsumsi lemak
yang lebih tinggi, hal ini dapat dilihat dari Tabel 4. Menurut Herman (1991)
menyatakan bahwa semakin banyak asam empedu yang dihasilkan menyebabkan
semakin banyak hati mensintesis asam empedu baru yang berasal dari kolesterol,
sehingga kolesterol dalam tubuh berkurang.
Kandungan kolesterol yang rendah sebaiknya dikonsumsi oleh orang yang
sudah lanjut usia, karena pada usia tersebut kebutuhan hormon steroid yang
berasal dari kolesterol sedikit, sehingga kebutuhan kolesterol juga sedikit. Jika
kandungan kolesterol yang ada dalam tubuh tinggi dapat mengakibatkan penyakit
arterosklerosis yaitu pengerasan dinding pembuluh darah oleh kolesterol sehingga
aliran darah menjadi terhambat.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penggunaan jamu sebanyak 30 ml l-1 air pada air minum dengan intensitas 2
kali dalam seminggu dapat menurunkan konversi pakan sebesar 2.92 dan
kandungan kolesterol kuning telur sebesar 2.73 mg 100 mg-1 serta dapat
meningkatkan produksi telur sebesar 65%.

Saran
Perlu dilakukan penelitian dengan memberikan jamu pada burung puyuh
fase pertumbuhan serta peningkatan intensitas dalam pemberian jamu.

11

DAFTAR PUSTAKA
Cheeke PR 2005. Applied Animal Nutrition: Feed and Feeding. 3rd Ed. Upper
Saddle River. New Jersey (US): Pearson Education.
[Ditjen PKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2013.
Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2013. Jakarta (ID): Ditjen PKH.
Eishu RI, Katsunori S, Takuro O, Kunieda T, Hideji U. 2005. Effects of dietary
protein levels on production and caracteristics of japanese quail egg. J Poult
Sci. 42(2):130-139.
Herman, S. 1991. Pengaruh gizi terhadap penyakit kardiovasculer. Cermin Dunia
Kedokteran. 73:12-16.
Handarini R, Saleh E, Togotrop B. 2008. Produksi burung puyuh yang diberi
ransum dengan penambahan tepung umbut sawit fermentasi. J Agribis
Petern. 4(3):107-110.
Haruna S, Sumang. 2008. Pemanfaatan jamu sebagai campuran air minum pada
ternak ayam buras. J Agrisistem 4(1):1-6.
Kalsum U, Soetanto H, Achmanu, Sofjan O. 2012. Influence of a probiotic
containing Lactobacillus fermentus on the laying performance and egg
quality of Japanese quails. Int J Poult Sci. 11(4):311-315.
Kleiner IS, Dotti LB. 1962. Laboratory in Biochemistry. 6th Ed. The C. V.New
York (US): Mosby Company.
Kurnia YN, Afifah A, Mustofa, Firdausy U. 2010. Pengaruh pemberian air
rebusan daun pare (Momordica charantia L.) terhadap kadar kolesterol total
serum darah tikus putih (Rattus norvegicus) dengan induksi
hiperkolesterolemia [Program Kreatifitas Mahasiswa]. Surakarta (ID): Univ
Sebelas Maret.
Leeson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd Edition. Publ.
Guelph. Ontario (Canada): University Books.
Mawaddah S, 2012. Kandungan kolesterol, lemak, vitamin A dan E dalam daging,
hati, dan telur, serta performa puyuh dengan pemberian ekstrak dan tepung
daun katuk (sauropus androgynus l. merr) dalam ransum [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Metwally MAA, El-Gellal AM, El-Sawaisi SM. 2009. Effects of silymarin on
lipid metabolism in rats. Int J App Sci. 12:1634-1637.
Murray RKDK, Granner PA, Mayes VW. 2003. Biokimia Harper. Edisi 25.
Andry H, penerjemah. Jakarta (ID): Kedokteran EGC.
Nisa Z, 2005. Evaluasi penggunaan tepung sambiloto (Andrographis paniculata
ness) terhadap kandungan kolesterol dan trigliserida serum ayam petelur
umur 33-40 minggu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Park SY, Bok SH, Joen SM, Park YB, Lee SJ, Jeong TS, Choi MS. 2002. Effect
of rutin and tannic acid supplements on cholesterol metabolism in rats. J
Nutr. 22(3):283-295.
Saenab A, Bakri B, Darmanto, Ramdhan T, Lotulung SV. 2002. Kajian berbagai
dosis dan frekuensi pemberian jamu untuk perbaikan kualitas daging pada
ayam buras potong [laporan akhir]. Jakarta (ID): Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian.

12
Saputra H. 2013. Performa Puyuh yang Diberi Pakan dengan Campuran Tepung
Daun Katuk dan Tepung Daun Murbei [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Sembiring B, Ma‟mun, Ginting EI. 2006. Pengaruh kehalusan bahan dan lama
ekstraksi terhadap mutu ekstrak temulawak (Curcuma Xanthorriza Roxb).
Bul Littro. 17(2):53-58.
Song KT, Choi SH, Oh HR. 2000. A comparison of egg quality of phesant,
chukar, quail and guinea fowl. Asian-Aust J Anim Sci. 13(7):986-990.
Subekti S. 2003. Kualitas telur dan karkas ayam lokal yang diberi tepung daun
katuk dalam ransum [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Surung Y. 2008. Evaluasi penyuluhan pemberian jamu pada air minum untuk
meningkatkan berat badan ayam buras fase starter. J Agrisistem 4(2): 67-76.
Widodo W. 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual [skripsi]. Malang (ID):
Univ Muhammadiyah Malang.
Yunardi Y. 2012. Performa produksi ayam arab petelur yang diberi jamu ternak
melalui air minum [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Yuwanta T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Varghese SK. 2007. The Japanese Quail. Ottawa (Canada): Feather Francier
Newspaper.
Zainuddin D, Wibawan IWT. 2007. Biosekuriti dan manajemen penanganan
penyakit ayam lokal. Dwiyanto K, Prijono ST, editor. Bogor (ID): Pusat
Penelitian Biologi LIPI.

13

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 24 Februari 1990 di
Tegal. Penulis adalah anak pertama dari Bapak Kasmui dan
Ibu Marwiyah. Pendidikan dasar penulis ditempuh di SDN
Beji 1 Depok, Jawa Barat dan lulus pada tahun 2002.
Kemudian pada 2005, penulis lulus dari SMPN 2 Depok.
Pada Tahun 2008, penulis menyelesaikan pendidikan SMA di
SMA Darul „Ulum Unggulan BPPT Peterongan Jombang
Jawa Timur.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan Mayor Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan.
Selama kuliah penulis aktif dalam berbagai kegiatan. Terdapat beberapa
organisasi yang diikuti oleh penulis, seperti wakil ketua IKALUM (Ikatan Alumni
dan Mahasiswa Darul Ulum), Anggota HIMASITER (Himpunan Mahasiswa
Nutrisi dan Makanan Ternak), Anggota KOPMA (Koperasi Mahasiswa). Penulis
aktif menjadi panitia di beberapa kegiatan kampus dan non-kampus seperti
Peringatan Hari Susu Nusantara (HSN), Dekan Cup, Musyawarah Nasional
ISMAPETI dan Indolivestock. Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan
kewirausahaan di luar kampus seperti pada tingkat 3 penulis bekerjasama dengan
suatu perusahaan peternakan dalam pemeliharaan ayam broiler dan usaha
konveksi.

UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillahirabbil‟alamin, egala puji yukur kehadirat Allah SWT ata
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi,
penelitian, seminar dan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat serta pengikutnya hingga akhir
zaman.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Dwi Margi Suci, MS dan
Bapak Ir. Sudarsono Jayadi, Msc.Agr selaku dosen pembimbing skripsi. Ibu Dr.Ir.
Widya Hermana, Msi selaku dosen pembahas seminar sekaligus panitia seminar.
Ibu Dr.Ir. Sumiati, M.Sc dan Ibu Dr.Ir. Niken Ulupi, MS selaku dosen penguji
sidang skripsi serta Ibu Dr. Sri Suharti S.Pt, M.Si selaku dosen panitia sidang.
Penghargaan juga diberikan kepada Ibu Lanjarsih, dan Ibu Eneh Komalasari yang
telah membantu selama analisis di laboratorium serta Bapak Jaja dan Bapak H.
Sofwan yang telah memberikan tempat untuk penelitian. Ungkapan terimakasih juga
disampaikan kepada ayahanda Kasmui dan Ibu Marwiyah, beserta seluruh keluarga
ata egala do‟a, dukungan dan ka ih ayangnya. Tidak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada seluruh teman-teman yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi. Penelitian ini terlaksana berkat bantuan dana penelitian
dari Ir. Dwi Margi Suci, MS.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Probiotik Starbio pada Ransum Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Terhadap Produksi Telur

1 61 65

Kandungan Kolesterol, Lemak, Vitamin A dan E dalam Daging, Hati, dan Telur, serta Performa Puyuh dengan Pemberian Ekstrak dan Tepung Daun Katuk (Sauropus androgynus L. Merr) dalam Ransum

0 4 104

PENGARUH PEMBERIAN MIKROKAPSUL MINYAK IKAN DALAM RANSUM PUYUH TERHADAP PERFORMA PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR.

0 0 13

PEMBERIAN CAMPURAN DEDAK DAN AMPAS TAHU FERMENTASI DENGAN Monascus purpureus TERHADAP PERFORMA DAN KUALITAS TELUR BURUNG PUYUH.

0 0 5

Pengaruh Penggunaan Limbah Penetasan Telur Puyuh dalam Ransum terhadap Performa Burung Puyuh Jantan (Coturnix coturnix japonica) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 11

Pengaruh Penggunaan Limbah Penetasan Telur Puyuh dalam Ransum terhadap Performa Burung Puyuh Jantan (Coturnix coturnix japonica) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 2

Pengaruh Penggunaan Limbah Penetasan Telur Puyuh dalam Ransum terhadap Performa Burung Puyuh Jantan (Coturnix coturnix japonica) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 1 8

PENGARUH PEMBERIAN CAMPURAN DEDAK DAN AMPAS TAHU FERMENTASI DENGAN Monascus purpureus TERHADAP PERFORMA BURUNG PUYUH

0 0 12

Pengaruh Pemberian Probiotik yang Diisolate Dari Dadih Kenagarian Air Dingin Kabupaten Solok Terhadap Kadar Lemak dan Kolesterol Total Telur Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

0 1 30

Performa Produksi Telur Burung Puyuh yang Diberi Ransum Mengandung Kromium Organik

0 0 6