LAPORAN KASUS Perbandingan Terapi Vitiligo Dengan Krim Pimekrolimus 1% Di Wajah Dan Leher

Berikut dilaporkan suatu kasus penderita vitiligo pada daerah wajah dan leher yang diterapi dengan krim pimekrolimus 1.

II. LAPORAN KASUS

Seorang wanita, berusia 25 tahun,belum menikah, datang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan pada tanggal 17 Februari 2010 dengan keluhan adanya bercak putih pada daerah kelopak atas mata kanan dan kiri serta daerah leher. Hal ini dialami oleh penderita sejak ± 7 bulan yang lalu. Bercak awalnya kecil berwarna putih di daerah dada yang semakin melebar dan mulai muncul di daerah kelopak mata, tanpa disertai rasa gatal. Penderita sudah pernah berobat ke sarana kesehatan terdekat, diberikan salep dan obat makan selama ± 3 bulan, tetapi penderita tidak tahu nama obat-obat tersebut dan perbaikan tidak dijumpai setelah memakai dan memakan obat tersebut. Keluarga penderita yaitu ibu penderita juga mengalami penyakit seperti ini, berupa bercak-bercak putih pada daerah lengan. Penderita tidak pernah menderita suatu penyakit sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis, status gizi baik, tekanan darah 12080 mmHg, nadi 76 x menit, frekwensi nafas 20 x menit, suhu tubuh afebris. Pada pemeriksaan dermatologi dijumpai makula depigmentasi berbatas tegas, tepi berlekuk-lekuk dan tidak teratur, ukuran ±2,5x0,5 cm pada regio palpebra superior dextra, ±2x2 cm pada regio palpebra superior sinistra, ±6x3 cm pada regio koli anterior hingga sternum bagian atas. Gambar 1. Pasien saat pertama kali datang tampak makula depigmentasi berbatas tegas, tepi berlekuk-lekuk dan tidak teratur a ukuran ±2,5x0,5 cm pada regio palpebra superior dextra b ±2x2 cm pada regio palpebra superior sinistra c ±6x3 cm pada regio koli anterior hingga sternum bagian atas. 1.a 1.b 1.c Universitas Sumatera Utara Pada penderita dilakukan pemeriksaan darah rutin, urine rutin, KGD ad random, kadar TSH, T3, T4 dan pemeriksaan KOH 10. Hasil pemeriksaan KOH 10 dari kerokan kulit tidak dijumpai hifa dan spora. Penderita didiagnosis banding dengan vitiligo, tinea versikolor dan pitiriasis alba. Diagnosis kerja adalah vitiligo. Penatalaksanaan pada penderita diberikan krim tabir surya SPF 33 dan krim pimekrolimus 1 elidel ® Hasil pemeriksaan darah pada tanggal 18 Februari 2010 didapatkan darah rutin dan urine rutin dalam batas normal, kadar TSH, T3 dan T4 dalam batas normal, KGD ad random dalam batas normal. yang dioleskan 2 kali sehari pada lokasi ruam yang ada. Penderita disarankan untuk kontrol ulang setiap satu bulan. Kontrol ulang pada tanggal 19 April 2010 bulan kedua pengobatan tampak beberapa makula repigmentasi pada sekitar folikel-folikel rambut pada pada regio palpebra superior sinistra et dextra, serta belum terlihat adanya makula repigmentasi pada regio koli anterior hingga sternum bagian atas. Penatalaksanaan pada penderita diberikan krim tabir surya SPF 33 dan krim pimekrolimus 1 elidel ® yang dioleskan 2 kali sehari pada lokasi ruam yang ada. Gambar 2. Pasien pada saat kontrol ulang tanggal 19 April 2010 a pada regio palpebra superior sinistra et dextra tampak makula repigmentasi b regio koli anterior hingga sternum bagian atas belum terlihat adanya repigmentasi. Bercak repigmentasi semakin banyak dan melebar pada kontrol-kontrol berikutnya terutama pada daerah wajah. Kontrol ulang pada tanggal 5 Agustus 2010 bulan keenam pengobatan, repigmentasi hampir sempurna pada regio palpebra superior sinistra et dextra, repigmentasi pada regio koli anterior hingga sternum bagian atas. Penatalaksanaan pada penderita diberikan krim tabir surya SPF 33 dan krim pimekrolimus 1 elidel ® yang dioleskan 2 kali sehari pada lokasi ruam yang ada. Efek samping pengobatan tidak dijumpai. 2.a 2.b Universitas Sumatera Utara Gambar 3. Pasien pada saat kontrol ulang tanggal 5 Agustus 2010.a tampak repigmentasi hampir sempurna pada regio palpebra superior sinistra et dextra, b makula repigmentasi pada regio koli anterior hingga sternum bagian atas. Prognosis pada penderita ini quo ad vitam ad bonam, quo ad funcitonam ad bonam, quo ad sanationam dubia ad malam.

III. DISKUSI