Dampak Zakat Produktif Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Mustahik : Kasus Pada Usaha Mikro Binaan Baznas Di Kabupaten Bogor

DAMPAK PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF
TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO MUSTAHIK
Kasus : Usaha Mikro Binaan BAZNAS di Kabupaten Bogor

SYARIFAH MURSALINA

PROGRAM ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak
Pendayagunaan Zakat Produktif terhadap Perkembangan Usaha Mikro Mustahik
(Kasus Usaha Mikro Binaan BAZNAS di Kabupaten Bogor) adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Syarifah Mursalina
NIM H54100037

ABSTRAK
SYARIFAH MURSALINA, Dampak Zakat Produktif terhadap Perkembangan
Usaha Mikro Mustahik : Kasus pada Usaha Mikro Binaan BAZNAS di Kabupaten
Bogor. Dibimbing oleh ALLA ASMARA dan DENI LUBIS
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) melalui program pendayagunaan
zakat produktif (Rumah Makmur BAZNAS) memberikan pembiayaan
menggunakan dana zakat kepada usaha mikro mustahik. Penelitian ini bertujuan
untuk menjelaskan program Rumah Makmur BAZNAS, karakteristik mustahik
dan usaha yang dijalankan, serta menganalisis dampak zakat dan faktor lainnya
yang berpengaruh positif terhadap perkembangan usaha mikro mustahik. Peneitian
ini menggunakan teknik purposive sampling degan total responden sebanyak 38
orang. Metode analisis yang digunakan ialah regresi linier berganda.

Perkembangan usaha mikro mustahik dilihat melalui perkembangan omset, aset
dan keuntungan yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama usaha,
lama pendidikan dan dummy usaha berpengaruh positif terhadap omset. Variabel
jumlah pembiayaan, omset, lama usaha, lama pendidikan, berpengaruh positif
sedangkan dummy jenis kelamin berpengaruh negatif terhadap aset. Variabel
jumlah pembiayaan, lama usaha, perkembangan omset, perkembangan modal
berpengaruh positif terhadap keuntungan usaha, sedangkan aset berpengaruh
negatif.
Kata kunci: BAZNAS, usaha mikro, OLS, zakat produktif
ABSTRACT
SYARIFAH MURSALINA, Productive Zakat Impact on Growth of
Mustahik Micro Businesses: Case on Micro Businesses Patronage by BAZNAS in
Kabupaten Bogor. Supervised by ALLA ASMARA and DENI LUBIS.
Badan Amil Zakat (BAZNAS) through the utilization of productive zakat
programme (Rumah Makmur BAZNAS) provide financing using zakat funds to
micro businesses to mustahik. This study aims to explain the program of Rumah
Makmur BAZNAS, mustahik characteristics and the businesses carried on, and
analyze the impact of zakat and other factors that positively influence the growth
of mustahik micro businesses. This research used a purposive sampling technique
with a total of 38 respondents. The analytical method used is multiple linear

regression. The growth of mustahik micro businesses seen through the growth of
turnover, assets and profits. The results showed that the length of businesses,
length of education and businesses dummy effect on turnover. Amount of
financing, turnover, length of businesses, length of educating positively affect
asset, while dummy of gender negatively affect the asset. Factors that influence
positively on profitare amount of financing, length of business, development of
turnover, an capital growth, while asset negatively affects he profit.
Keywords : BAZNAS, micro businesses, OLS, productive zakat

DAMPAK PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF
TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO MUSTAHIK
Kasus : Usaha Mikro Binaan BAZNAS di Kabupaten Bogor

SYARIFAH MURSALINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Ilmu Ekonomi Syariah

Departemen Ilmu Ekonomi

PROGRAM ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan judul
Dampak Pendayagunaan Zakat Produktif terhadap Perkembangan Usaha Mikro
Mustahik (Kasus Usaha Mikro Binaan BAZNAS di Kabupaten Bogor).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Alla Asmara, M.Si dan Deni Lubis,
M.A selaku pembimbing atas arahan dan bimbingannya dalam penulisan skripsi
ini. Penulis jga berterima kasih kepada Bapak Jaenal Efendi selaku dosen penguji
utama dan Ibu Ranti Wiliasih selaku dosen penguji komisi pendidikan atas saran
dan kritikan yang telah menjadikan skripsi ini lebih baik. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada Ayahanda Said Marsul, Ibunda Darnita, serta kakak,

abang dan adik tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen, staf dan civitas
Departemen Ilmu Ekonomi, serta pada pengurus BAZNAS dan responden yang
telah berpartisipasi dalam penelitian ini, teman-teman Ekonomi Syariah 47 yang
selalu menghibur dan memotivasi serta kepada teman-teman yang tidak bisa
disebutkan satu per satu atas segala momen, pelajaran, bantuan, dan waktu
kebersamannya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2015
Syarifah Mursalina

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumasan Masalah

4

Tujuan Penelitian

7


Manfaat Penelitian

7

Ruang Lingkup Penelitian

7

TINJAUAN PUSTAKA

8

Konsep dan Pendayagunaan Zakat

8

Zakat Produktif

9


Kriteria dan Karakteristik Usaha Mikro

10

Pembiayaan Syariah

11

Penelitian Terdahulu

11

Kerangka Pikir

13

METODE PENELITIAN

15


Lokasi dan Waktu Penelitian

15

Jenis dan Sumber Data

15

Metode Pengumpulan Data

15

Metode Pengolahan dan Analisi Data

16

Definisi Operasional

17


GAMBARAN UMUM ZAKAT PRODUKTIF

18

HASIL DAN PEMBAHASAN

19

Mekanisme Pembiayaan

19

Karakteristik Mustahik

21

Karakteristik Usaha Mustahik

25


Dampak Zakat terhadap Perkembangan Usaha Mikro Mustahik

30

Dampak Zakat dan Faktor-Faktor Lainnya yang Berpengaruh terhadap
Perkembangan Usaha Mikro Mustahik dengan OLS

34

SIMPULAN DAN SARAN

40

Simpulan

40

Saran

40

DAFTAR PUSTAKA

41

LAMPIRAN

47

RIWAYAT HIDUP

60

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Unit UMKM dan UB di Indonesia pada Tahun 20112012
Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor UMKM dan UB
di Indonesia pada Tahun 2011-2012
Kontribusi UMKM dan UB di Indonesia terhadap PDB
Nasional Tahun 2011-2012 menurut Harga Berlaku
Jumlah Unit Usaha di Kabupaten Bogor Tahun 2013
Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Bogor
Tahun 2013
Kendala Utama UMKM Berdasarkan Sesnus UMKM
2012
Kriteria UMKM berdasarkan UU No.20 Tahun 2008
Jumlah dan proporsi responden berdasarkan usia
Jumlah dan proporsi responden berdasarkan lama
pendidikan
Jumlah dan proporsi responden berdasarkan jumlah
anggota keluarga
Jumlah dan proporsi responden berdasarkan
penguasaan aset
Jumlah dan proporsi responden berdasarkan legalitas
usaha
Jumlah dan proporsi responden berdasarkan lama
usaha
Jumlah dan proporsi responden berdasarkan modal
usaha
Jumlah dan proporsi responden berdasarkan aset usaha
Jumlah dan proporsi responden berdasarkan jumlah
pembiayaan
Dampak pendayagunaan zakat terhadap omset usaha
mikro responden
Dampak pendayagunaan zakat terhadap aset usaha
mikro responden
Dampak pendayagunaan zakat terhadap keuntungan
usaha mikro responden
Dampak pembiayaan zakat produktif terhadap
perkembangan usaha mustahik
Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi omset
usaha
Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi aset
usaha
Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi
keuntungan usaha

1
2
2
4
4
5
9
21
22
23
23
27
28
29
29
30
31
31
32
33
35
37
38

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Badan hukum usaha mikro
Pendayagunaan zakat
Kerangka pikir
Pengajuan pembiayaan
Pencairan pembiayaan
Jumlah penerimaan rumah tangga
Jumlah pengeluaran rumah tangga
Jenis usaha responden
Lokasi usaha responden

6
9
14
20
21
24
25
26
27

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Kuesioner penelitian
Hasil estimasi model persamaan1
Hasil uji normalitas persamaan 1
Hasil uji heteroskedastisitas persamaan 1
Hasil uji autokorelasi persamaan 1
Hasil uji multikolinieritas persamaan 1
Hasil estimasi model persamaan 2
Hasil uji normalitas persamaan 2
Hasil uji heteroskedastisitas persamaan 2
Hasil uji autokorelasi persamaan 2
Hasil uji multikolinieritas persamaan 2
Hasil estimasi model persamaan 3
Hasil uji normalitas persamaan 3
Hasil uji heteroskedastisitas persamaan 3
Hasil uji autokorelasi persamaan 3
Hasil uji multikolinieritas persamaan 3

46
54
54
55
55
55
55
56
56
56
56
57
57
57
58
58

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) adalah pelaku usaha yang
memiliki peran sangat penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
Peran penting ini tidak hanya di negara-negara sedang berkembang, tetapi juga
pada negara maju. Pada negara maju, UMKM sangat penting bukan hanya karena
kelompok usaha ini menyerap banyak tenaga kerja, namun juga mampu
berkontribusi dalam pertumbuhan produk domestik bruto (PDB). PDB yang
dihasilkan oleh UMKM lebih besar dibandingkan dengan usaha besar (UB). Salah
satu contoh negara maju yang memiliki mayoritas kelompok usaha ini adalah
Amerika Serikat (AS). Jumlah UMKM di AS mencapai 99 persen dari jumlah unit
usaha dari semua kategori. Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan inti dari
basis industri di AS. (Tambunan dalam Aharoni, 2009)
Menurut Tambunan (2009), pada NSB (negara sedang berkembang) di Asia,
Afrika, dan Amerika Latin, UMKM juga berperan sangat penting, khususnya dari
perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin,
distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan, serta pembangunan ekonomi
perdesaan. Sektor usaha yang mendominasi di Indonesia -salah satu negara sedang
berkembang di Asia- adalah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Tabel 1 Unit UMKM dan UB di Indonesia pada Tahun 2011-2012
Indikator
Tahun 2011
Tahun 2012
Perkembangan
Tahun 2011-2012
Jumlah (unit)
Jumlah (unit)
Jumlah (unit)
A.Usaha Mikro, Kecil,
55 211 396
56 534 592
1 328 147
dan Menengah
- Usaha Mikro
54 559 969
55 856 176
1 296 207
- Usaha Kecil
602 195
629 418
27 223
- Usaha Menengah
44 280
48 997
4 717
B.Usaha Besar
4 952
4 968
16
Sumber: Kementrian Koperasi dan UKM (2013)
Unit UMKM periode 2010-2011 juga mengalami peningkatan sebesar 2.57
persen yaitu dari 53 823 732 unit pada tahun 2010 menjadi 55 206 444 unit pada
tahun 2011. UMKM merupakan pelaku usaha terbesar dengan persentasenya
sebesar 99,99 persen dari total pelaku usaha nasional pada tahun 2011
(Kementrian Koperasi dan UKM 2012). Pertumbuhan ekonomi yang didominasi
oleh usaha mikro juga memberikan dampak pada penyerapan tenaga kerja. Karena
sebagian usaha mikro merupakan jenis usaha padat karya dan masih
menggunakan teknologi yang sederhana (Tambunan 2009). Berdasarkan data dari
Kementrian Koperasi dan UKM, penyerapan tenaga kerja paling besar pada sektor
UMKM terutama pada sektor usaha mikro. Dengan penyerapan tenaga kerja
sebesar 107 657 509 pada sektor usaha mikro, maka sektor ini lebih mampu
meminimalisir tingkat pengangguran.

2
Tabel 2 Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor UMKM dan UB di Indonesia pada
Tahun 2011-2012
Perkembangan
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2011-2012
Indikator
Jumlah (orang) Jumlah (orang) Jumlah (orang)
A.Usaha Mikro, Kecil
101 722 458
107 657 509
5 935 051
dan Menengah
- Usaha Mikro
94 957 797
99 859 517
4 901 720
- Usaha Kecil
3 919 992
4 535 970
615 977
- Usaha Menengah
2 844 669
3 262 023
417 354
B.Usaha Besar
2 891 224
3 150 645
259 422
Sumber: Kementrian Koperasi dan UKM 2013
Selain pertumbuhan unit usaha dan penyerapan tenaga kerja yang besar,
UMKM juga berperan penting dalam PDB nasional menurut harga berlaku
tercatat sebesar Rp 4 869.6 milyar. Kontribusi usaha mikro tercatat sebesar Rp
790.8 milyar dan usaha kecil sebesar Rp 294.2 milyar. Sedangkan usaha
menengah tercatat sebesar Rp 1 120.3 milyar, selebihnya adalah usaha besar yaitu
Rp 3 372.2 triliun atau 40.92 persen (Kemenkop 2013).
Tabel 3 Kontribusi UMKM dan Usaha Besar (UB) di Indonesia terhadap PDB
Nasional Tahun 2011-2012 Menurut Harga Berlaku
Tahun 2011

Tahun 2012

Indikator
Jumlah
Milyar)

(Rp. Jumlah
Milyar)

A.Usaha
Mikro,
4 303 571
4 869 568
Kecil dan Menengah
- Usaha Mikro
761 228
790 825
- Usaha Kecil
261 315
294 260
- Usaha Menengah 1 002 170
1 120 325
B.Usaha Besar
3 123 514
3 372 296
Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM 2013

Perkembangan
Tahun 20112012
(Rp. Jumlah
Milyar)

(Rp.

565 996
82 134
32 944
118 115
248 781

Dari data yang ada dapat disimpulkan bahwa usaha mikro (UM) memiliki
potensi yang besar terhadap ekonomi seperti banyaknya jumlah unit usaha,
tingginya tingkat penyerapan tenaga kerja dan besarnya kontribusi usaha mikro
terhadap PDB nasional. Namun, potensi yang dimiliki oleh usaha mikro tidak
didukung oleh kemudahan dalam memperoleh modal. Tingginya resiko yang
dimiliki usaha mikro membuat lembaga keuangan lebih berhati-hati dalam
memberikan pembiayaan, sehingga lembaga keuangan memiliki kriteria/karakter
tertentu bagi usaha yang akan diberikan pembiayaan atau akan menjalin kerja
sama (Bank Indonesia dalam Tunas 2014). Kesulitan ini dapat diatasi dengan
memberikan pembiayaan menggunakan dana zakat, sehingga pelaku usaha mikro
akan mampu bertahan menghadapi persaingan ekonomi. Zakat merupakan rukun
iman ketiga, sehingga zakat menjadi seuatu hal yang wajib dilaksanakan bagi
umat islam. Zakat juga mencerminkan bentuk tolong-menolong dan instrumen

3
dalam pendistribusian harta dari kalangan berlebih kepada kalangan yang
kekurangan. Indonesia dengan mayoritas penduduk beragama Islam tentu
memiliki potensi yang besar pula pada pengumpulan dana zakat.
Menurut Sutisna dalam Bek (2011) zakat memiliki peranan penting dalam
dimensi ekonomi. Dimensi ini dicerminkan pada dua hal utama, yaitu
pertumbuhan ekonomi berkeadilan dan mekanisme sharing dalam perekonomian.
Dua hal tersebut sesuai dengan sabda Allah SWT (QS Ar-ruum[30]: 39 dan QS
51: 39) yang berbunyi “ Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar
harta manusia bertambah, maka tidak akan bertambah dalam pandangan Allah.
Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksud untuk memperoleh
keridaan Allah, maka itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.
“ Dan ada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta, dan
orang miskin yang tidak meminta”. Pada jangka pendek, kebutuhan primer dari
mustahik dapat terpenuhi karena adanya bantuan zakat, sehingga pada jangka
panjang tingkat daya tahan ekonomi mereka mampu meningkat, dan akan
memberikan efek yang sama terhadap pertumbuhan ekonomi.
Tujuan utama zakat ialah pemenuhan kebutuhan sehari-hari mustahik.
Namun, ketika kebutuhan sehari-hari (konsumsi) mustahik telah terpenuhi maka
zakat dapat digunakan sebagai pembiayaan bagi mustahik untuk menjalankan
usaha produktif. Menurut Hafidhuddin (2002), pemberian zakat bukan hanya
sekedar sesuap atau 2 suap nasi, sehari atau 2 hari, kemudian mustahik menjadi
miskin kembali, akan tetapi zakat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup
mereka agar lebih baik dalam waktu yang relatif lama. Dengan begitu, zakat juga
dapat digunakan untuk membantu mustahik dalam menjalankan usahanya melalui
pendayagunanaan zakat produktif. Dana zakat produktif disalurkan dengan tujuan
untuk memberdayakan masyarakat agar mampu meningkatkan perekonomian
mereka dalam memenuhi kebutuhan jangka panjang. Agar pendistribusian dana
zakat lebih optimal maka diperlukan sebuah lembaga yang bertugas dalam
mengelola dana zakat. Pemerintah telah merespon hal ini dengan mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat yang
menggantikan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999. Undang-undang tersebut
menegaskan mengenai tata cara pengelolaan zakat beserta lembaga pengelola
zakat.
Pendistribusian zakat secara profesional dapat dikelola oleh Badan Amil
Zakat (BAZ) yang dibentuk oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ)
yang bertugas dalam membantu BAZ oleh masyarakat. BAZ dan LAZ tidak hanya
mendistribusikan dana zakat untuk kegiatan konsumtif namun juga untuk kegiatan
produktif yang mampu meningkatkan pertumbuhan perekonomian (Pujiyono dan
Winoto). Pendistribusian zakat produktif tersebut, dilakukan dengan cara
memberikan bantuan modal atau barang untuk menunjang perkembangan
ekonomi masyarakat yang nantinya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Badan Amil Zakat yang menjalankan pendayagunaan zakat produktif dan
peduli terhadap kemakmuran pelaku usaha mikro mustahik ialah Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS). BAZNAS melalui program Rumah Makmur
BAZNAS (RMB) menawarkan bantuan kepada usaha mikro mustahik untuk
mampu mandiri menghadapi tantangan perekonomian. Bantuan yang diberikan
kepada usaha mikro mustahik berupa modal usaha atau barang yang mampu
menunjang usaha mereka.

4
Lokasi penyebaran usaha mikro lebih didominasi pada daerah pedesaan
bahkan wilayah-wilayah yang relatif terisolasi. Hal ini disebabkan, daerah
pedesaan merupakan daerah padat karya (Tambunan 2009). Salah satu Kabupaten
di Indonesia dimana tingkat penduduk yang tinggal di pedesaannya tinggi ialah
Kabupaten Bogor. Jumlah unit usaha di Kabupaten Bogor didominasi oleh usaha
mikro. Usaha mikro di Kabupaten Bogor sebanyak 628 158, usaha kecil sebanyak
39.228, usaha menengah sebanyak 5 166 dan usaha besar sebanyak 1 077 unit
usaha.
Tabel 4 Jumlah Unit Usaha di Kabupaten Bogor Tahun 2013
Jenis Usaha
Jumlah (unit)
Persentase (%)
Usaha Mikro
628 158
93.25
Usaha Kecil
39 228
5.82
Usaha Menengah
5 166
0.77
Usaha Besar
1 077
0.16
Sumber: DISKOPERINDAG Kab.Bogor 2014

Bila dilihat dari penyerapan tenaga kerja, usaha mikro juga memiliki tingkat
penyerapan terbesar yaitu sebanyak 1 267 987 orang. UMKM terbukti mampu
mengurangi angka pengangguran karena sebagian besar (85.79 persen) tenaga
kerja di serap oleh UMKM dan hanya sebesar 14.21 persen yang diserap oleh
usaha besar. Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa usaha mikro
mampu menciptakan lapangan kerja sehingga tingkat pengangguran dapat
diminimalisir.
Tabel 5 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Bogor Tahun 2013
Jenis Usaha
Jumlah (unit)
Persentase (%)
Usaha Mikro
1 267 987
59.30
Usaha Kecil
410 754
19.21
Usaha Menengah
155 590
7.28
Usaha Besar
303 895
14.21
Sumber: DISKOPERINDAG Kab. Bogor 2014

Perumusan Masalah
Beberapa potensi yang dimiliki oleh usaha mikro tidak disertai dengan
kemudahan pelaku usaha mengakses pembiayaan dari lembaga keuangan mikro.
Tingginya resiko kegagalan dari usaha mikro, mengakibatkan lembaga keuangan
enggan memberikan pembiayaan kepada mereka. Hal ini mengakibatkan, pelaku
usaha mikro sering mengalami masalah permodalan.
Menurut Tambunan, ada beberapa hal yang menjadi permasalahan bagi usaha
mikro (2009):
1.Kebijakan pemerintah daerah. Sebagian besar dari pemerintah yang
memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus masyarakat menetapkan
pungutan liar atau sumbangan wajib. Hal ini berdampak pada penurunan daya
saing karena meningkatnya pengeluaran terhadap biaya operasional.

5
2. Kelemahan akses pasar. Sebagian besar usaha mikro memiliki kelemahan
dalam menyediakan barang/jasa, dikarenakan keterbatasan teknologi yang
digunakan, kurangnya pengetahuan terkait pemasaran dan informasi yang kurang
mengenai pasar.
3. Permodalan. Umumnya usaha mikro merupakan usaha perseorangan yang
menggunakan modal sendiri dengan jumlah dan akses ke sumber permodalan
yang terbatas. Selama ini, lembaga keuangan dan bank memiliki keengganan
untuk memberikan pinjaman terhadap usaha mikro yang dianggap tidak bankable.
Hal ini dikarenakan tingginya risiko yang dimiliki oleh usaha mikro. Penyebab
tingginya risiko ialah pendapatan pelaku usaha yag rendah sehingga tidak
memiliki jaminan ketika mengajukan pembiayaan
4. Kelemahan dalam organisasi dan manajemen. Rendahnya tingkat
pendidikan dan keterampilan, berpengaruh terhadap sulitnya usaha untuk
berkembang. Diakibatkan rendahnya kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan sehinnga usaha mikro mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan
bersaing dengan pelaku bisnis yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang
lebih baik.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika, menunjukkan
masalah yang sering dihadapi oleh usaha mikro, kecil dan menengah adalah
modal. Faktanya modal salah satu faktor utama dalam menjalankan usaha. Hal ini
mengakibatkan sektor usaha ini sulit untuk mengembangakan usahanya
(Marcellina 2012).
Tabel 6 Kendala Utama UMKM Berdasarkan Sensus UMKM 2012
Jenis Kesulitan
Jumlah UMKM
Persentase (%)
Modal
3 899 264
35.7
Pemasaran
3 795 000
34.8
Bahan Baku
1 173 911
10.8
BBM/Energi
444 340
4.1
Transportasi
303 327
2.8
Keterampilan
133 329
1.2
Upah Buruh
95 128
0.8
Lainnya
1 073 802
9.8
Sumber: Badan Pusat Statistika (BPS) 2013
Salah satu upaya dalam mengatasi permasalahan modal dapat dilakukan
dengan memberikan pembiayaan. Selain pembiayaan yang umumnya diberikan
dari lembaga keuangan, adapula pembiayaan dengan menggunakan dana zakat.
Pembiayaan yang diberikan lembaga keuangan masih mewajibkan pelaku usaha
untuk mengembalikan modal yang telah dipinjamkan. Namun, karena tingkat
risiko yang dimiliki usaha mikro sangat tinggi, maka sebagian besar pelaku usaha
mikro tidak mampu mengembalikan pinjaman tersebut. Oleh karena itu, lembaga
keuangan memiliki prinsip kehati-hatian dalam memberikan pinjaman. Hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kredit macet (Tunas 2014).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang sering
dihadapi pelaku usaha mikro adalah permodalan, sehingga menjadi penghambat
dalam mengembangkan usahanya (Marcellina 2012). Selain masalah permodalan,
sebagian besar usaha mikro di Kabupaten Bogor masih belum berbadan hukum
yang mengakibatkan pelaku usaha mikro harus menanggung semua beban

6
usahanya secara pribadi. Hanya sedikit usaha mikro yang melakukan kerjasama
permodalan dalam bentuk CV, koperasi, dan lain-lain. Jumlah usaha mikro yang
memiliki badan hukum perorangan sebesar 85 persen, usaha dagang/firma sebesar
6 persen, koperasi 5 persen, CV sebesar 3 persen dan PT sebesar 1 persen.

Badan Hukum Usaha Mikro di Kabupaten Bogor
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Persentase
Perorangan

UD/Firma

PT

CV

Koperasi

Gambar 1 Badan Hukum Usaha Mikro
Adanya kesulitan dalam mengakses pembiayaan dari lembaga keuangan,
maka para pelaku usaha dapat mengajukan pembiayaan menggunakan dana zakat.
Dana zakat yang digunakan untuk menunjang usaha yang dijalankan pelaku usaha
mikro mustahik ialah dana zakat produktif. Pada sistem zakat produktif, akad yang
digunakan ialah qardhul hasan, dimana pelaku usaha mikro hanya diminta untuk
mengembalikan bantuan modal tanpa dikenakan bunga. Maka, ini sangat
membantu pelaku usaha untuk melakukan ekspansi usaha dan juga membantu
dalam menghadapi masalah permodalan. Pendayagunaan zakat produktif dapat
dilakukan melalui lembaga pengelola zakat yaitu Lembaga Amil Zakat (LAZ)
atau Badan Amil Zakat (BAZ). Pendayagunaan zakat ini dapat berupa dana atau
barang yang mampu menunjang usaha. Badan Amil Zakat Nasional melalui
program Rumah Makmur BAZNAS memberikan bantuan modal dengan
menggunakan akad qardhul hasan. Dimana pelaku usaha hanya mengembalikan
pokok pinjaman tanpa adanya tambahan biaya. Pengembalian pinjaman ini
disebut tabungan dan memiliki jangka waktu selama 10 bulan. Selama jangka
waktu tersebut pelaku usaha mikro mustahik tidak diperbolehkan untuk
mengambil tabungan tersebut. Ini dilakukan agar pihak BAZNAS mampu melihat
kinerja dari usaha yang dijalankan. Bagi pelaku usaha mikro mustahik yang tidak
pernah terlambat dalam menabung setiap bulannya, pihak BAZNAS akan
memberikan reward berupa penambahan jumlah pembiayaan untuk pembiayaan
selanjutnya. Oleh karena itu, Badan Amil Zakat Nasional melalui Program Rumah
Makmur BAZNAS diharapkan mampu memberikan kemudahan bagi pelaku
usaha dalam memperoleh modal dan akhirnya mampu memberikan pengaruh
positif terhadap perkembangan usaha mikro serta menciptakan usaha mikro yang
bankable dalam pandangan lembaga keuangan.

7

Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, antara lain:
1. Bagaimana mekanisme program Rumah Makmur BAZNAS yang
dijalankan oleh BAZNAS?
2. Bagaimana karakteristik mustahik yang terdapat di BAZNAS?
3. Bagaimana karakteristik usaha mikro yang dijalankan oleh mustahik?
4. Bagaimana dampak zakat dan faktor lainnya terhadap perkembangan
usaha mikro mustahik?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusahan masalah yang telah disebutkan maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan program pendayagunaan zakat produktif BAZNAS
(Rumah Makmur BAZNAS)
2. Menganalisis karakteristik mustahik (penerima zakat) BAZNAS
3. Menganalisis profil usaha mikro mustahik
4. Menganalisis dampak zakat dan faktor-faktor lainnya yang berpengaruh
terhadap perkembangan usaha mikro mustahik.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak, antara
lain:
1. Bagi penulis, dapat mengaplikasikan dan mengidentifikasi teori-teori
yang telah diperoleh secara langsung ke lapangan
2. Bagi masyarakat, membuka pandangan masyarakat bahwa dana zakat
tidak hanya digunakan untuk tujuan konsumtif tetapi juga untuk tujuan
produktif agar mendorong masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
jangka panjang serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berzakat
3. Bagi praktisi, sebagai bahan acuan untuk menentukan kebijakan dalam
merancang program untuk memberdayakan ekonomi masyarakat
4. Bagi akademisi, sebagai bahan pustaka bagi peneliti-penelitian
selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil studi kasus pada usaha mikro
mustahik yang bertempat di Kabupaten Bogor, dimana usaha mikro ini
memperoleh pembiayaan zakat produktif melalui Program Rumah Makmur
BAZNAS. Program Rumah Makmur BAZNAS adalah pemberian dana zakat
kepada usaha mikro dengan menggunakan akad qardhul hasan. Program Rumah
Makmur BAZNAS merupakan bentuk pendayagunaan zakat terhadap sektor riil
(pendayagunaan zakat produktif). Periode waktu yang diambil dalam penelitian
ini ialah pemberian pembiayaan pada periode tahun 2013-1014.

8

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep dan Pendayagunaan Zakat
Zakat menurut bahasa memiliki arti yaitu bertambah, berkembang,
keberkahan, kesucian, pertumbuhan, dan perkembangan. Sedangkan menurut
istilah, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu
yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak
menerimanya. Dalam istilah fikih, zakat memiliki arti “Penunaian hak yang
diwajibkan atas harta tertentu, yang diperuntukkan bagi orang tertentu yang
kewajibannya didasari oleh haul (batas waktu) dan nishab (batas minimum).”
Hubungan antara pengertian zakat secara bahasa maupun istilah bahwa harta
yang dikeluarkan dengan persyaratan tertentu akan menjadi berkah, tumbuh,
berkembang, bertambah dan suci. Sesuai dengan sabda Allah dalam Alquran,
surat at-Taubah [9]: 103 “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa buat mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagu Maha Mengetahui.” Dan disebutkan pula dalam
surat ar-Ruum: 39 yang artinya “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan
agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi
Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang
yang melipatgandakan (pahalanya).”
Selain itu dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“sesungguhnya Allah telah mewajibkan zakat pada harta orang-orang kaya dari
kaum muslimin sejumlah yang dapat melapangi orang-orang miskin di antara
mereka. fakit miskin itu tidaklah akan menderita menghadapi kelaparan dan
kesulitan sandang, kecuali karena perbuatan golongan kaya. Ingatlah Allah akan
mengadili mereka secara tegas dan menyiksa mereka dengan pedih.” (HR. AtThabrani). Dari hadits terlihat bahwa kewajiban zakat diperuntukkan bagi mereka
kaum muslimin yang berkecukupan untuk diberikan kepada fakir miskin,
sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. pada akhirnya
tingkat kemiskinan dapat diminimalisir.
Manfaat yang mampu ditimbulkan dengan adanya zakat menurut
Hafidhuddin (2008) ialah sebagai bentuk tolong menolong dan membina orang
lain sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam jangka pendek
atau jangka panjang (manfaat zakat produktif). Selain itu, zakat juga sebagai
instrumen dalam pemerataan pendapatan yang mampu membantu mustahik dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena jika zakat tidak dilaksanakan, maka
kekayaan hanya akan dirasakan oleh kelompok tertentu saja. Berdasarkan manfaat
yang terdapat dalam zakat yang tidak hanya menunjukkan bukti keimanan
seseorang kepada Allah namun juga mampu membuktikan kepedulian seseorang
terhadap sesamanya. Maka, menjadi suatu hal yang penting untuk melakukan
pendayagunaan zakat agar zakat mampu diperoleh secara merata bagi mereka
yang memerlukannya.

9
Zakat Produktif
Zakat yang diberikan kepada mustahik akan berdampak jangka panjang, jika
digunakan pada kegiatan produktif. Dalam pendayagunaan zakat produktif
memiliki beberapa aturan seperti yang diatur dalam Undang-Undang No.23 tahun
2011 tentang pengelola zakat, Bab III pasal 27 sebagai berikut:
1.
Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan
fakir miskin dan peningkatan kualitas umat.
2.
Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi
3.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk usaha
produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri.
Pendayagunaan zakat dapat dibagi menjadi dua hal yaitu pendayagunaan
secara konsumtif dan produktif.
Pendayagunaan
Zakat

Produktif

Konsumtif

Pendidikan

Kesehatan

Sosial

Pemberdayaan
Komunitas

Pengembangan &
Pemberdayaan
UM

Sumber: Zakat and Development Report, 2009.

Gambar 2 Pendayagunaan Zakat
Pendayagunaan zakat mampu berperan secara positif dalam ekonomi
maupun sosial. Dalam lingkup ekonomi, zakat mampu memberikan kemandirian
kepada mustahik sedangkan dalam lingkup sosial, zakat mampu memberikan
kesetaraan kedudukan dalam kehidupan sosial. Zakat dalam lingkup ekonomi
dapat dikatakan sebagai zakat produktif karena zakat diberikan kepada mustahik
untuk digunakan dalam kegiatan yang produktif. Zakat produktif digunakan
sebagai bantuan modal bagi usaha mikro untuk mengembangkan usaha agar
mereka mampu membiayai kehidupannya secara konsisten. Beberapa syarat
mengenai prosedur dalam pendayagunaan zakat produktif, seperti yang telah
ditaur dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang pengelola zakat, Bab V
pasal 29 yaitu melakukan studi kelayakan, menetapkan jenis usaha produktif,
melakukan bimbingan dan penyuluhan, melakukan pemantauan pengendalian dan
pengawasan serta melakukan evaluasi.

10
Kriteria dan Karakteristik Usaha Mikro
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008, kriteria
yang digunakan dalam mendefinisikan usaha mikro, kecil dan menengah adalah
nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha, atau hasil penjualan tahunan.
Tabel 7 Kriteria UMKM berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008
No. Uraian
Kriteria
Aset
Omset
1
Usaha Mikro
Maks. 50 juta
2
Usaha Kecil
>50 juta-500juta
3
Usaha Menengah
>500juta-10 M
Sumber: Kementrian Koperasi dan UMKM (2014)

Maks. 300 juta
>300juta-2.5 M
>2.5 M-50 M

Berdasarkan kriteria yang ada, maka usaha mikro adalah unit usaha yang
memiliki nilai aset paling banyak Rp 50 juta atau dengan hasil penjualan tahunan
paling besar Rp 300 juta. Selain itu kriteria lain usaha mikro adalah jumlah tenaga
kerja yang digunakan paling banyak 4 orang (Tambunan 2009)
Menurut Tambunan (2009) UMKM tidak saja berbeda dengan usaha besar,
namun dalam kelompok UMKM itu sendiri juga memiliki perbedaan karakteristik.
Beberapa karakteristik yang dimiliki usaha mikro adalah:
No.
Aspek
1
Formalitas
2

Organisasi & Manajemen

3

Sifat dari kesempatan kerja

4

Pola/sifat
dari
produksi
Orientasi pasar

5
6
7
8

9

proses

Profil ekonomi & sosial
dari pemilik usaha
Sumber-sumber dari bahan
baku dan modal
Hubungan-hubungan
eksternal

Wanita pengusaha

Sumber: Tambunan (2009)

Usaha Mikro
Beroperasi di sektor informal, usaha tidak
terdaftar, tidak/jarang bayar pajak
Dijalankan oleh pemilik, tidak menerapkan
pembagian tenaga kerja internal (ILD),
manajemen & struktur organisasi formal
(MOF), sistem pembukuan formal (ACS)
Kebanyakan menggunakan anggota-anggota
keluarga tidak dibayar
Derajat mekanisasi sangat rendah/umumnya
manual, tingkat teknologi sangat rendah
Umumnya menjual ke pasar lokal untuk
kelompok berpendapatan rendah
Pendidikan rendah & dari rumah tangga
miskin, motivasi utama: survival
Kebanyakan pakai bahan baku lokal dan
uang sendiri
Kebanyakan tidak punya akses ke programprogram pemerintah dan tidak punya
hubungan-hubungan bisnis dengan usaha
besar
Rasio dari wanita terhadap pria sebagai
pengusaha sangat tinggi

11
Pembiayaan Syariah
Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. Dapat dikatakan bahwa pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan
(Al-Arief 2011).
Menurut Al-Arief (2011) pembiayaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
pembiayaan yang bersifat konsumtif, seperti pembiayaan untuk
pembelian rumah, kendaraan bermotor, pembiayaan pendidikan, dan
apapun yang bersifat konsumtif.
2. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
pembiayaan sektor produktif, seperti pembiayaan modal kerja,
pembiayaan pembelian barang modal, dan lainnya yang memiliki tujuan
untuk memberdayakan sektor riil.
Pembiayaan yang diperoleh nasabah dipengaruhi oleh dua faktor umum,
yaitu faktor ekonomi dan non-ekonomi dengan penjelasan sebagai berikut
(Mahliza 2011):
1. Faktor ekonomi
a. Jumlah tanggungan keluarga, yaitu jumlah anggota keluarga yang
harus dihidupi atau merasakan manfaat dari kredit yang
bersangkutan.
b. Pendapatan usaha, yaitu rasio pendapatan dari usaha yang dibiayai
oleh kredit terhadap pendapatan total.
c. Biaya transportasi.
2. Faktor non-ekonomi
a. Umur berhubungan dengan kematangan berpikir atau kedewasaan
seseorang dalam menentukan tindakan.
b. Tingkat pendidikan.
c. Pengalaman mengambil kredit bagi yang bersangkutan berpengaruh
pada pemahaman prosedur pengambilan.
d. Pengalaman usaha.
e. Jarak lokasi.
f. Tingkat pengenalan pengurus.
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Meylani (2009) mengenai analisis pengaruh
pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah sebagai modal kerja terhadap indikator
kemiskinan dan pendapatan mustahiq studi kasus: Program Ikhtiar di Desa
Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Metode yang
digunakan adalah FGT Index sebagai indikator kemiskinan yang terdiri dari
headcount ratio (H), poverty depth index (P1), dan poverty severity index (P2).
Hasil penelitian menunjukan H, P1, dan P2 mengalami penurunan setelah mustahiq
mengikuti Program Ikhitiar. Dimana H menggambarkan persentase orang miskin
dalam suatu populasi yang diobservasi, P1 menunjukkan kesenjangan antara

12
pendapatan orang miskin terhadap garis kemiskinan, dan P2 menunjukkan
distribusi pendapatan di antara orang miskin. Sedangkan, pengaruh Program
Ikhtiar terhadap pendapatan perkapita mustahiq dianalisis menggunakan metode
Ordinary Least Square (OLS). Hasil menunjukkan bahwa pada taraf nyata 1
persen, variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap
pendapatan per kapita mustahiq adalah pendapatan mustahiq yang diperoleh dari
usaha usaha yang menggunakan dana dari Program Ikhtiar dan variabel dummy
keaktifan bekerja mustahiq.
Putra (2010) mengenai pengaruh pendayagunaan zakat produktif terhadap
pemberdayaan mustahik pada Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal
Muhammadiyah (BAPELURZAM) pimpinan cabang muhammadiyah weleri
Kabupaten Kendal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi,
dimana variabel X adalah pendayagunaan zakat produktif dan variabel Y adalah
pemberdayaan mustahik. Dari hasil yang diperoleh membuktikan bahwa
mayoritas responden sangat setuju dan setuju dengan prosedur pendayagunaan
zakat produktif (alokasi, sasaran dan distribusi) yang sudah baik dalam
pelaksanaannya. Sedangkan untuk hasil variabel Y jawaban mayoritas responden
mengenai pelatihan untuk pemberdayaan mustahik adalah kurang setuju. Hal ini
membuktikan perlu adanya peningkatan pemberdayaan mustahiq yang dapat
dilakukan melalui pelatihan, manajemen usaha, dan pendampingan.
Winoto (2011) dengan judul pengaruh dana zakat produktif terhadap
keuntungan usaha mustahik penerima zakat studi kasus: BAZ Kota Semarang.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif untuk
mengetahui sumber dan penggunaan dana zakat serta mekanisme pemberian dana
zakat produktif pada Badan Amil Zakat Kota Semarang. Metode uji beda (Paired
T-test) dilakukan untuk menganalisis pengaruh dana zakat produktif terhadap
pendapatan usaha, keuntungan usaha, pengeluaran rumah tangga mustahik.
Metode analisis regresi sederhana dilakukan untuk dapat mengetahui seberapa
besar pengaruh modal usaha terhadap keuntungan usaha setelah menerima
bantuan modal. Hasil analisis uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
total pengeluaran rumah tangga, penerimaan usaha, pengeluaran usaha dan
keuntungan usaha responden sebelum dan setelah menerima bantuan modal.
Untuk hasil analisis regresi pada tingkat signifikansi 5% menunjukkan variabel
modal usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan usaha
setelah menerima bantuan modal usaha.
Septiana (2013) dengan judul analisis dampak pembiayaan mikro syariah
terhadap perkembangan UMKM di Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan
untuk melihat akses UMKM terhadap pembiayaan mikro syariah Baitul Maal wat
Tamwil (BMT) adalah regresi logistik dan OLS untuk menganalisis dampak
kredit dari BMT pada terhadap perkembangan usaha. Hasil regresi logistik
menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi akses UMKM terhadap
pembiayaan mikro syariah dari BMT adalah dummy akses pinjaman perbankan
konvensional, dummy jenis kelamin, dan dummy jenis usaha 1 (perdagangan).
Hasil OLS adalah keuntungan usaha meningkat sebesar 28 persen per tahun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan keuntungan usaha adalah lama
pendidikan, jumlah pembiayaan mikro syariah BMT, perubahan omset dan total
aset.

13
Penelitian dari Tunas (2014) yang berjudul analisis pengaruh pembiayaan
syariah terhadap perkembangan usaha mikro kecil menengah di Kota Depok.
Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk
menganalisis akses UMKM pada BMT dan metode regresi logistik untuk
menganalisis dampak pembiayaan syariah terhadap perkembangan usaha. Hasil
analisis menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi akses UMKM terhadap
pembiayaan mikro syariah BMT adalah lama usaha, omset usaha, total aset, dan
jumlah tabungan. Jumlah pembiayaan mikro syariah berpengaruh positif terhadap
perkembangan UMKM dengan faktor-faktor yang memengaruhi nilai
perkembangan omset adalah frekuensi pembiayaan, lama usaha, dan jumlah
pembiayaan.
Marcellina (2012) meneliti dampak kredit mikro terhadap perkembangan
usaha mikro di Kota Semarang studi kasus: Nasabah Koperasi Enkas Mulia.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik pangkat
wilcoxon yang sebelumnya seluruh instrumen penelitian (keuntungan, tenaga kerja,
modal usaha dan omzet usaha) telah diuji menggunakan uji validitas dan uji
reliabilitas. Uji statistik pangkat wilcoxon digunakan untuk mengetahui perbedaan
antara sebelum dan sesudah memperoleh kredit mikro dari Koperasi Enkas Mulia
yang dilihat dari perkembangan usaha mikro. Hasil dari uji statistik pangkat
wilcoxon diperoleh bahwa setiap instrumen memiliki nilai –p sebesar 0,000
(0,000