Inhibitor Α-Glukosidase Dari Gabungan Ekstrak Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl) Dan Daun Sirsak (Annona Muricata Linn).

INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DARI GABUNGAN EKSTRAK
BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl)
DAN DAUN SIRSAK (Annona Muricata Linn)

ERA RAHMI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Inhibitor α-Glukosidase
dari Gabungan Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa (Scheff.)
(Boerl) dan Daun Sirsak (Annona Muricata Linn) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Era Rahmi
NIM G451130191

RINGKASAN
ERA RAHMI. Inhibitor α-Glukosidase dari Gabungan Ekstrak Mahkota Dewa
(Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl) dan Daun Sirsak (Annona Muricata Linn).
Dibimbing oleh IRMA HERAWATI SUPARTO dan LATIFAH KOSIM
DARUSMAN.
Pencarian tanaman obat yang dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal
antidiabetes terus dilakukan, baik dalam bentuk tunggal maupun gabungan dari
dua atau lebih tanaman herbal yang berbeda. Mahkota dewa (Phaleria
Macrocarpa (Scheff.) Boerl) dan daun sirsak (Annona muricata Linn) merupakan
tanaman yang telah banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional, salah satunya
sebagai antidiabetes. Beberapa peneliti sebelumnya telah melaporkan bahwa buah
mahkota dewa dan daun sirsak memiliki aktivitas antidiabetes melalui inhibisi
aktivitas enzim α-glukosidase, namun aktivitas inhibisi dari kedua ekstrak ini
masih rendah. Usaha menggabungkan kedua ekstrak buah mahkota dewa dengan
daun sirsak diharapkan dapat memberikan efek yang sinergis dalam meningkatkan

aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
untuk menilai efektivitas gabungan ekstrak etanol buah mahkota dewa-daun sirsak
dengan kombinasi tertentu sebagai inhibitor enzim α-glukosidase, serta analisis
profil metabolit dari ekstrak yang memiliki aktivitas terbaik menggunakan
kromatografi lapis tipis (KLT) dan Liquid Chromatography–Mass Spectroscopy
(LC-MS).
Sampel buah mahkota dewa dan daun sirsak dimaserasi menggunakan
pelarut etanol 96%, kemudian ditentukan aktivitas inhibisi enzim -glukosidase
dari masing-masing ekstrak menggunakan mikroplate 96-well. Ekstrak gabungan
ditentukan berdasarkan perbandingan nilai IC50 dari masing-masing ekstrak (1:1,
1:1/3, 1:2/3, 1/3:1, 2/3:1), kemudian dianalisis aktivitas inhibisi enzim αglukosidase dari masing-masing komposisi ekstrak gabungan. Profil metabolit
dari masing-masing ekstrak yang memberikan aktivitas paling baik dianalisis
menggunakan KLT dan LC-MS.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah mahkota dewa dan
daun sirsak mengandung senyawa metabolit sekunder golongan flavonoid,
fenolik, terpenoid, steroid, alkaloid, saponin, dan tanin. Aktivitas inhibisi enzim
dari masing-masing ekstrak etanol buah mahkota dewa dan daun sirsak semakin
meningkat dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak. Kedua ekstrak ini memiliki
potensi sebagai antidiabetes dalam menginhibisi aktivitas enzim α-glukosidase,
dengan nilai IC50 dari masing-masing ekstrak berturut-turut adalah 261.343 dan

428.790 µg mL-1. Aktivitas dari kedua ekstrak ini masih rendah jika dibandingkan
dengan akarbosa, yang memiliki nilai IC50 0.616 µg mL-1.
Ekstrak gabungan memberikan aktivitas inhibisi yang lebih baik
dibandingkan dengan masing-masing ekstrak yang dianalisis secara individual,
dengan aktivitas inhibisi tertinggi diperoleh pada perbandingan komposisi 1:2/3
(261.343:285.860 µg mL-1), yaitu sebesar 84.508±0.71%, sedangkan aktivitas
inhibisi terendah diperoleh pada perbandingan komposisi 1/3:1 (87.114:428.79 µg
mL-1), yaitu 63.89±0.94%. Gabungan ekstrak etanol buah mahkota dewa-daun
sirsak dinilai lebih efektif dibandingkan dengan masing-masing ekstrak
tunggalnya.

Hasil analisis profil metabolit menunjukkan bahwa ekstrak gabungan
memiliki profil KLT yang mirip dengan masing-masing ekstrak buah mahkota
dewa dan daun sirsak. Senyawa metabolit dugaan yang teridentifikasi dari hasil
analisis LC-MS menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah mahkota dewa dan daun
sirsak adalah senyawa golongan fenolik, flavonoid, dan alkaloid. Ekstrak
gabungan juga mengandung senyawa yang sama dengan masing-masing ekstrak
buah mahkota dewa dan daun sirsak, dengan beberapa senyawa dugaan yang
dominan adalah senyawa yang tergolong kedalam kelompok kuersetin.
Kata kunci: inhibitor -glukosidase, buah mahkota dewa, daun sirsak, sinergis,

ekstrak gabungan

SUMMARY
ERA RAHMI. α-Glucosidase inhibitory from crown of god Fruits (Phaleria
Macrocarpa (Scheff.) Boerl) and soursop leaves (Annona Muricata Linn) Extract
combination. Supervised by IRMA HERAWATI SUPARTO and LATIFAH
KOSIM DARUSMAN.
The research of medicinal plants as a source of therapy for diabetic disease
still needs to be explored. Currently, many researchers explored not limited to
single plant, but also combined medicinal plants. This combined extract is
expected to exert interaction specifically a synergistic effect. Crown of god fruits
and soursop leaves have been used as a source of traditional medicine, such as
antidiabetic activity. However, the antidiabetic activity through the inhibition of
-glucosidase for both crown of god fruits and soursop leaves extract still showed
weak activity. Combined extracts of both medicinal plants expect to provide
synergistic effect to increase inhibition of α-glucosidase activity. Therefore, the
purpose of this research was to evaluate the effectiveness of combined ethanol
extract of crown of god fruit-soursop leaves by inhibition assay to α-glucosidase
enzyme and to identify the metabolite profiles using Thin Layer Chromatographic
(TLC) and Liquid Chromatography–Mass Spectroscopy (LC-MS).

Samples of crown of god fruits and soursop leaves was macerated with
ethanol 96%, then inhibition of -glucosidase activity were determined using
microplate 96-well. The extracts combination was made based on the IC50 of
enzyme inhibition of each extract (1:1, 1:1/3, 1:2/3, 1/3:1, 2/3:1), then inhibition
of -glucosidase activity of both extracts combination were analyzed. Metabolite
profile of the most active of individual and combined extracts were analyzed
using TLC and LC-MS.
The result showed that the ethanolic extract of crown of god fruits and
soursop leaves contained flavonoids, phenolics, terpenoids, steroids, alkaloids,
saponins, and tannins. The α-glucosidase inhibitory activity of each extracts was
concentration dependent. Both extracts were potent as antidiabetic activity
through the inhibition of -glucosidase, with IC50 values of individual extracts of
crown of god fruits and soursop leaves were 261.343 and 428.790 µg mL-1,
respectively. Meanwhile, both of extracts showed lower activities compared to
acarbose, with the IC50 value 0.616 µg mL-1.
The inhibition activity of α-glucosidase of extracts combination was better
than individual extracts. The highest inhibition activity was obtained at full
concentration IC50 of crown of god fruits and two-third IC50 concentration of
soursop leaves (261.343:285.860 µg mL-1) was 84.508±0.71%. The lower activity
was obtained at one-third concentration IC50 of crown of god and full

contrentation of soursop leaves (87.114:428.79 µg mL-1), it was 63.89±0.94%.
The combined crown of god fruits-soursop leaves ethanolic extracts were more
effective than the individual extract.
The TLC profile of the most active extracts combination showed similar
phytochemical constituents with the individual extract. The results of LC-MS
analysis showed that the ethanolic extracts of crown of god fruits and soursop
leaves contained secondary metabolite that was predicted as phenolics, flavonoids,

and alkaloids compounds. The combined extracts also contained a similar
compound with each extracts of crown of god fruits and soursop leaves, with a
dominant compound that was prediction as a group of quercetin compounds.
Keywords: inhibitory, -glucosidase, crown of god fruits, soursop leaves,
synergism, extracts combination

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DARI GABUNGAN EKSTRAK
BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl)
DAN DAUN SIRSAK (Annona Muricata Linn)

ERA RAHMI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Kimia

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Wulan Tri Wahyuni, MSi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 ini dengan
judul Inhibitor α-Glukosidase dari Gabungan Ekstrak Buah Mahkota Dewa
(Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl) dan Daun Sirsak (Annona Muricata Linn).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr dr Irma Herawati Suparto, MS
dan Ibu Prof Dr Ir Latifah Kosim Darusman, MS selaku pembimbing, Ibu Dr
Wulan Tri Wahyuni, MSi yang telah banyak memberi saran, serta ibu Prof Dr Ir
Dyah Iswantini P, MScAgr selaku ketua program studi Departemen Kimia. Selain
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf Departemen Kimia, Pusat Studi
Biofarmaka dan staf laboran Kimia Analitik Departemen Kimia, Institut Pertanian
Bogor yang telah membantu selama proses penelitian. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik, kakak, serta seluruh keluarga, dan
teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Maret 2016
Era Rahmi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
2
2
2

2

TINJAUAN PUSTAKA
Mahkota Dewa
Daun Sirsak
Diabetes Mellitus
Enzim α-Glukosidase
Ekstraksi

Analisi Sidik Jari dan Kontrol Kualitas

3
3
4
5
5
6
7

3

METODE
Bahan dan Alat
Prosedur Analisis Data

9
10
10

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kadar Air dan Rendemen
Analisis Fitokimia
Aktivitas Inhibisi Enzim α-Glukosidase
Aktivitas Inhibisi Enzim α-Glukosidase Ekstrak Gabungan
Analisis Profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Analisis Profil Metabolit Menggunakan LC-MS

13
13
14
14
16
17
19

5

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

20
20
21

DAFTAR PUSTAKA

21

LAMPIRAN

25

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Sistem reaksi pengujian aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase
Komposisi gabungan ekstrak etanol buah mahkota-daun sirsak
Kadar air dan persentase rendemen
Aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase dari gabungan ekstrak
Nilai Rf dan warna pita profil KLT ektrak etanol buah mahkota dewa,
daun sirsak dan ekstrak gabungan.

12
12
14
16
18

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Pohon mahkota dewa
Pohon sirsak
Proses kerja kromatografi lapis tipis (KLT)
Aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase ekstrak etanol buah mahkota dewa
dan daun sirsak
5 Profil KLT dari kuersetin (Q), kumarin (K), buah mahkota dewa (MD),
daun sirsak (DS) dan gabungan ekstrak buah mahkota dewa-daun sirsak
(MD-DS); UV 254 nm (kiri); UV 366 nm (kanan).
6 Kromatogram LC-MS ekstrak etanol buah mahkota dewa, daun sirsak
dan ekstrak gabungan.

3
4
8
15

18
19

DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir penelitian
2 Hasil penentuan kadar air serbuk kering buah mahkota dewa dan daun
sirsak
3 Hasil penentuan persentase rendemen ekstrak daun sirsak dan buah
mahkota dewa
4 Hasil analisis fitokimia ekstrak etanol daun buah mahkota dewa dan daun
sirsak
5 Aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase dari masing-masing ekstrak etanol
buah mahkota dewa dan daun sirsak
6 Aktivitas inhibisi gabungan ekstrak etanol buah mahkota dewa-daun
sirsak
7 Aktivitas Inhibisi α-glukosidase dari akarbosa
8 Profil KLT dan nilai Rf pada penggunaan 6 fase gerak berdasarkan
kepolarannya
9 Profil KLT menggunakan fase gerak n-butanol dan etil asetat.
10 Profil metabolit dan nilai Rf menggunakan pelarut n-butanol:kloroform
11 Senyawa-senyawa metabolit teridentifikasi dari ekstrak etanol daun
sirsak, mahkota dewa dan ekstrak gabungan.

26
27
28
28
29
30
31
32
33
34
35

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman obat dapat ditemukan di berbagai tempat di seluruh dunia,
terutama di daerah beriklim tropis. Indonesia merupakan salah satu negara
beriklim tropis yang memiliki lebih dari seribu tanaman obat. Penggunaan
tanaman obat sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit
telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Saat ini, penggunaan tanaman obat
(obat herbal) baik di Indonesia maupun di negara maju seperti Amerika dan Eropa
semakin meningkat. Beberapa obat herbal diyakini efektif dapat menyembuhkan
berbagai penyakit serta dapat dijadikan sebagai obat alternatif (Kumar et al.
2011). Penelitian-penelitian tentang pencarian tanaman yang dapat dimanfaatkan
sebagai herbal antidiabetes terus dilakukan, baik dalam bentuk tunggal maupun
kombinasi dari dua atau lebih tanaman yang berbeda. Kombinasi herbal tidak
hanya berbeda pada jumlah tanaman maupun senyawa, tetapi juga interaksi
senyawa-senyawa dari campuran. Interaksi yang sinergis dari kombinasi akan
memberikan aktivitas yang jauh lebih baik daripada komponen tunggalnya (Qi et
al. 2010).
Mahkota dewa (Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl) merupakan salah satu
tanaman yang telah banyak dimanfaatkan untuk pengobatan berbagai penyakit,
seperti diabetes. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa buah mahkota
dewa memiliki aktivitas sebagai antidiabetes dalam menginhibisi aktivitas enzim
α-glukosidase. Hasil Penelitian Sugiwati et al. (2006) menunjukkan bahwa
ekstrak metanol dan air dari buah mahkota dewa mampu menginhibisi aktivitas
enzim α-glukosidase sebesar 40.44 dan 26.53%. Suparto et al. (2008) melaporkan
bahwa ekstrak etanol 30% memiliki aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase dengan
aktivitas tertinggi pada konsentrasi 1.5% (29.22%). Selain itu, ekstrak flavonoid
dari buah mahkota juga telah diteliti memiliki inhibisi enzim α-glukosidase
sebesar 40.26% dengan konsentrasi 1% (Suparto et al. 2009). Ali et al. (2012)
juga melaporkan bahwa ekstrak metanol buah mahkota dewa mampu menurunkan
kadar glukosa darah dari tikus diabetes diinduksi streptozotosin sebesar 56.25%
setelah pengobatan selama 12 hari.
Sirsak (Annona muricata Linn) juga merupakan salah satu tanaman yang
telah diteliti memiliki aktivitas antidiabetes. Aktivitas antidiabetes dari daun
sirsak melalui inhibisi enzim α-glukosidase telah dilaporkan oleh Kumar et al.
(2011) yang menunjukkan bahwa ekstrak metanol dan etil asetat memiliki
aktivitas inhibisi dengan nilai IC50 dari masing-masing ekstrak berturut-turut
adalah 37.22 dan 231.54 µg mL-1. Hasil penelitian Adewole dan Martins, (2009)
menunjukkan bahwa ekstrak air daun sirsak mampu menurunkan kadar glukosa
darah dan meningkatkan konsentrasi insulin dari tikus yang diinduksi
streptozotosin. Adeyemi et al. (2009) juga melaporkan ekstrak metanol daun
sirsak memiliki aktivitas anti-hiperglikemia dari glukosa darah pada tikus yang
diinduksi streptozotosin. Akan tetapi, aktivitas penurunan glukosa darah melalui
aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase dari masing-masing ekstrak buah mahkota
dan daun sirsak masih rendah.

2
Usaha menggabungkan kedua ekstrak buah mahkota dewa dengan daun
sirsak diharapkan dapat memberikan efek yang sinergis dalam meningkatkan
aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase. Kombinasi ekstrak dibuat berdasarkan nilai
IC50, yaitu konsentrasi ekstrak yang mampu menghambat 50% aktivitas inhibisi
enzim α-glukosidase. Gabungan ekstrak dinilai bekerja sinergis apabila
memberikan aktivitas inhibisi terhadap enzim α-glukosidase lebih dari 50%. Efek
sinergis didefinisikan sebagai efek kombinasi komponen senyawa bioaktif dengan
aktivitas paling baik yang tidak dapat dihasilkan komponen tunggal (Rasoanaivo
et al. 2011).
Profil komponen yang terkandung didalam masing-masing ekstrak etanol
buah mahkota dewa, daun sirsak, dan ekstrak kombinasi yang memberikan efek
terapi dapat diperoleh melalui analisis sidik jari kromatografi Lapis Tipis (KLT)
dan dengan analisis Liquid Chromatography–Mass Spectroscopy (LC-MS).
Kedua metode tersebut merupakan metode analisis kualitatif yang telah umum
digunakan untuk menganalisis karakteristik dari senyawa-senyawa metabolit
sekunder dalam suatu ekstrak herbal. Analisis ini dapat memberikan karakteristik
dari senyawa-senyawa metabolit sekunder seperti senyawa golongan fenolik,
terpenoid, dan senyawa lainnya sesuai dengan senyawa-senyawa metabolit
sekunder yang terkandung dalam suatu ekstrak herbal (Liang et al. 2009).

Perumusan Masalah
Ekstrak buah mahkota dewa dan daun sirsak masih memiliki daya inhibisi
yang rendah terhadap enzim α-glukosidase. Gabungan ekstrak buah mahkota
dewa dan daun sirsak dengan komposisi tertentu dapat memberikan aktivitas
inhibisi enzim α-glukosidase yang lebih baik.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas dari gabungan ekstrak
buah mahkota dewa-daun sirsak dalam kombinasi tertentu untuk menginhibisi
aktivitas enzim α-glukosidase. Serta analisis profil metabolit dari ekstrak buah
mahkota dewa, daun sirsak dan ekstrak gabungan menggunakan KLT dan LCMS.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah gabungan ekstrak buah mahkota dewa-daun
sirsak dapat dijadikan sebagai bahan obat alternatif untuk antidiabetes.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi analisis kadar air dan analisis
fitokimia sebagai uji pendahuluan, selanjutnya uji inhibisi enzim α-glukosidase
dari masing-masing ekstrak buah mahkota dewa dan daun sirsak dengan beberapa

3
variasi konsentrasi. Nilai IC50 dari masing-masing ekstrak kemudian ditentukan
dan dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan gabungan ekstrak buah mahkota
dewa-daun sirsak.
Tahapan selanjutnya dilakukan uji inhibisi ekstrak gabungan terhadap
aktivitas enzim α-glukosidase dan dikaji efek sinergitas dari aktivitas ekstrak
gabungan tersebut dengan melihat nilai inhibisi dari gabungan ekstrak. Tahapan
akhir adalah analisis profil metabolit senyawa yang terkandung dalam masingmasing ekstrak buah mahkota dewa, daun sirsak dan gabungan keduanya yang
memiliki aktivitas terbaik dengan menggunakan KLT dan LC-MS.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Mahkota Dewa
Mahkota dewa (Phaleria Macrocarpa) merupakan tumbuhan asli Indonesia
yang berasal dari Papua. Tumbuhan ini umumnya hidup liar di daerah hutan dari
ketinggian 10–1200 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata
1000–2500 mm/tahun. Tumbuhan ini diklasifikasikan ke dalam kingdom plantae,
divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, bangsa
Thymelacales, suku Thymelacaceae, marga Phaleria, dan spesies Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl (Winarto 2003). Pohon mahkota dewa seperti pada
Gambar 1.

Gambar 1 Pohon mahkota dewa (Koleksi Pusat Studi Biofarmaka)
Mahkota dewa telah digunakan secara empiris untuk mengatasi berbagai
jenis penyakit seperti anti-kanker, anti-diabetes, anti-hiperlipidemik, antiinflamasi, anti-bakteri, anti-fungal, dan anti-oksidan. Komponen senyawa yang
telah berhasil diisolasi dari mahkota dewa adalah falerin, asam galat, mangiferin,
mahkosida A, asam dodekanoat, asam palmitat, asam stearat lignan, alkaloid,
saponin dan lainnya (Altaf et al. 2013). Bagian dari tumbuhan mahkota dewa
yang digunakan sebagai obat tradisional adalah tandan, daun dan buah. Bagian
dari tumbuhan mahkota dewa tersebut telah diuji memiliki aktivitas anti-mikroba
karena mengandung senyawa flavonoid (Hendra et al. 2011). Buah mahkota dewa
mengandung senyawa aktif berupa alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, saponin,
tanin dan senyawa lainnya. Ekstrak metanol buah mahkota dewa memiliki
aktivitas yang baik sebagai antioksidan (Altaf et al. 2013).

4
Sugiwati et al. (2006) telah meneliti ekstrak metanol buah mahkota untuk
fraksi etilasetat, n-butanol, dan air memiliki aktivitas dalam menghambat kerja
enzim α-glukosidase, serta memiliki aktivitas hipoglikemia yang diujikan pada
tikus. Senyawa-senyawa yang telah berhasil diisolasi dari buah mahkota dewa
diantaranya adalah senyawa falerin dengan struktur 2,4’,6-trihydroxy-4methoxybenzophenone-2-o-β-D-glucosidase, mangiferin, dan icarisida C3 (Oshimi
et al. 2008). Senyawa mangiferin yang terkandung dalam buah mahkota dewa
juga bertanggung jawab dalam aktivitas antidiabetes dari buah mahkota dewa (Ali
et al. 2012).

Daun Sirsak
Sirsak (Annona muricata L.) merupakan yang tumbuh di daerah tropis dan
subtropis. Tanaman ini berasal dari negara Amerika Selatan, yaitu Meksiko
(Malviya et al. 2010). Tanaman sirsak diklasifikasikan berasal dari kingdom
Plantae, dari superdivisi Spermatophyta, divisi Magnoliophyta, Kelas
Magnoliopsida, subkelas Magnoliida, ordo Magnoliales, famili Annonaceae,
Genus Annona dan spesiesnya Annona muricata. Pohon sirsak seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Pohon sirsak (Koleksi Pusat Studi Biofarmaka)
Tanaman sirsak telah lama dimanfaatkan untuk berbagai macam penyakit.
Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa kulit batang, akar dan daun dari
tumbuhan sirsak telah digunakan sebagai antidiabetes. Selain berpotensi sebagai
antidiabetes, tanaman ini juga memiliki aktivitas anti-hipertensi, antikanker,
antibakteri, antifungi, dan antirematik (Adeyemi et al. 2009). Ekstrak air daun
sirsak mengandung senyawa saponin, glikosida dan flavonoid (Arthur et al.
2011). Ekstrak air dari daun sirsak menunjukkan adanya aktivitas antidiabetes dan
aktivitas antioksidan (Florence et al. 2014).
Senyawa golongan alkaloid yang telah berhasil diisolasi dari daun sirsak
antara lain anonaina, alkaloid noraporpine, isolaurelina dan xylopina (Fofana et al.
2011). Matsushige et al. (2012), telah berhasil mengisolasi tiga senyawa baru dari
daun sirsak yaitu annoionals A, annoionals B dan annoionosida. Selain senyawa
tersebut diatas, senyawa kaempferol dan kuersetin telah berhasil diisolasi dari
tumbuhan yang tergolong kedalam family annonaceae dan mememiliki aktivitas
biologis (santos dan salatino 2000).

5
Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolomik yang
ditandai dengan terjadinya peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah
(hiperglikemia) yang disebabkan karena kekurangan insulin atau fungsi insulin
tidak efektif (Association diabetes, 2011). Menurut World Health Organization
(WHO) melalui riset yang dilakukan Wild et al. (2004), diperkirakan penderita
diabetes akan meningkat dari 2.8% pada tahun 2000 menjadi 4.4% pada tahun
2030. Jumlah penderita DM diperkirakan 171 juta jiwa pada tahun 2000 akan
meningkat menjadi 366 juta jiwa pada 2030. Penderita DM di Indonesia mencapai
8.4 juta jiwa pada 2000 dan diperkirakan akan naik menjadi 21.3 juta jiwa pada
2030. Menurut penelitian yang dilakukan federasi diabetes internasional, pada
2010 penderita DM dalam rentang usia 20-79 tahun diperkirakan telah mencapai
284 juta jiwa, dan pada 2030 akan mencapai 438 juta jiwa.
Diabetes mellitus dibagi menjadi dua tipe, yaitu diabetes tipe I dan diabetes
tipe II. Diabetes tipe I merupakan tipe diabetes yang sangat bergantung pada
suntikan insulin atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), kebanyakan
penderitanya masih muda dan tidak gemuk. DM tipe 1 disebabkan oleh rusaknya
sel pankreas yang memproduksi insulin, sehingga mengakibatkan kadar insulin
menjadi berkurang atau bahkan tidak ada. Pengobatan DM tipe I dilakukan
dengan pemberian atau suntik insulin kepada penderita. Diabetes tipe II
merupakan tipe diabetes yang tidak bergantung pada insulin atau Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Penderita DM tipe II umumnya
disebabkan oleh obesitas atau kelebihan berat badan. Pengobatan DM tipe II
dilakukan dengan pengaturan pola makan dan olah raga, namun dapat pula diobati
dengan obat-obat antidiabetes (Matsumono et al. 2002).
Pengobatan penyakit DM dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai
dengan tipe diabetes yang diderita. Secara umum pecegahan awal diabetes dapat
dilakukan dengan cara pengendalian berat badan, diet, olah raga dan pemberian
obat antidiabetik. Pengobatan DM tipe 1 dapat dilakukan dengan cara terapi
insulin. Insulin menjadi mutlak diperlukan oleh penderita diabetes tipe I.
Pengobatan diabetes tipe II umumnya dilakukan dengan cara pemberian obat
antidiabetes secara oral (Association Diabetes, 2011). Pengobatan awal untuk
penyakit diabetes tipe II adalah dengan cara mencegah terjadinya kenaikan gula
darah setelah makan. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan memperlambat kerja
enzim α-glukosidase sehingga dapat menekan laju dari hidrolisis karbohidrat.
Hanya monosakarida yang dapat terserap langsung kedalam aliran darah,
sedangkan karbohidrat kompleks harus dipecah terlebih dahulu (Sunil et al. 2009).
Enzim α-Glukosidase
α-Glukosidase merupakan enzim golongan hidrolase yang berfungsi
memecah karbohidrat pada usus halus manusia. Enzim ini mengkatalisis hidrolisis
ikatan α-1,6 sehingga menghasilkan α-D glukosa dan residu glukosa dengan
ikatan α-1,4 (Stuart et al. 2004). Penghambatan aktivitas dari enzim α-glukosidase
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kadar
glukosa dalam darah pada penderita diabetes. Inhibisi aktivitas dari enzim α-

6
glukosidase akan menghambat absorbsi glukosa. Inhibitor enzim α-glukosidase
merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat kerja dari enzim tersebut.
Senyawa inhibitor enzim α-glukosidase banyak digunakan untuk pengobatan pada
pasien diabetes tipe II. Inhibitor α-glukosidase menunda pemecahan oligosakari
menjadi monosakarida dengan menginhibisi α-glukosidase pada small intestinal
brush border (Ye et al. 2002).
Saat ini, telah dikenal obat yang berfungsi menghambat pembentukan
glukosa dari karbohidrat kompleks, yaitu akarbosa yang dijual bebas dan
diproduksi Bayer Jerman AG dengan nama dagang Glucobay®. Prinsip kerja
akarbosa adalah dengan menghambat aktivitas dari enzim α-glukosidase secara
kompetitif dalam usus halus. Pemberian akarbosa pada penderita diabetes telah
berhasil menghambat aktivitas dari enzim α-glukosidase, sehingga sebagian besar
karbohidrat masih dalam bentuk yang belum terurai. Karbohidrat yang tersisa
akan tetap berada di usus dan masuk ke usus besar. Dalam usus besar, bakteri
mencerna karbohidrat kompleks. Hal ini menyebabkan timbulnya efek samping
seperti perut kembung pada sebagian besar pasien dan juga diare pada sebagian
kecil pasien.

Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses transfer solut dari suatu fase ke fase yang
baru. Ekstraksi dilakukan untuk mengambil zat-zat yang terkandung dalam suatu
campuran. Proses ekstraksi terjadi akibat nilai konstanta distribusi yang berbeda di
kedua fase. Proses transfer solut ini menggunakan prinsip like dissolve like.
Pelarut polar akan melarutkan komponen polar, sedangkan pelarut non-polar akan
melarutkan komponen non-polar (Skoog et al. 2004).
Ekstraksi merupakan tahapan awal dari proses penemuan komponen dalam
tanaman obat. Ekstraksi dalam konteks analisis tanaman obat merupakan
pemisahan komponen aktif dari suatu tanaman dengan menggunakan pelarut yang
selektif serta prosedur ekstraksi yang sesuai. Produk yang dihasilkan dapat berupa
cairan, semi padat maupun serbuk. Pemilihan metode ekstraksi sangat bergantung
pada sifat dari senyawa yang terkandung dalam tanaman obat. Beberapa faktor
yang harus diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah jenis dan volume pelarut,
suhu, lamanya ekstraksi dan jumlah sampel. Beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mengekstrak suatu komponen dari suatu tanaman obat
diantaranya adalah perkolasi, sokletasi, counter-current, sonikasi, dan maserasi.
Metode ekstraksi yang umum digunakan untuk memperoleh komponen fitokimia
dari tanaman obat adalah maserasi (Singh et al. 2008).
Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang umum digunakan
untuk mendapatkan komponen aktif dari tanaman obat. Maserasi merupakan
teknik ekstraksi sederhana dan klasik yang dapat digunakan dalam skala kecil
maupun skala industri. Keuntungan dari metode ini murah dan sederhana. Namun,
tidak efisien karena tidak ada gaya lain yang membantu proses ekstraksi sehingga
diperlukan pelarut yang banyak dan waktu ekstraksi yang lama agar memperoleh
hasil yang maksimum. Proses ekstraksi yang terjadi pada maserasi adalah difusi
molekular yang berjalan sangat lambat, sehingga perlu adanya pengadukan untuk
membantu terjadinya proses difusi (Zahid dan Gray 2006).

7
Pelarut akan menembus dinding sel tanaman dan masuk kerongga sel yang
mengandung zat aktif dan melarutkannya. Ekstraksi menggunakan metode
maserasi ini sangat menguntungkan untuk mengekstraksi senyawa yang tidak
tahan terhadap panas. Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang
disarankan dalam pembuatan ekstrak herbal. Jenis pelarut yang digunakan harus
dapat mengekstrak seluruh senyawa metabolit sekunder yang terkadung dalam
serbuk sampel. Pelarut yang disarankan untuk keperluan farmakologi adalah
etanol dan air suling. Metode ekstraksi maserasi sangat mudah untuk dilakukan,
cukup dengan merendam serbuk kering menggunakan pelarut, dipisahkan
maseratnya dan dipekatkan dengan penguap putar (FHI 2009).

Analisi Sidik Jari dan Kontrol Kualitas
Tanaman herbal mengandung bermacam-macam komponen dengan
berbagai variasi konsentrasi. Meskipun sebagian besar dari komponen dalam
suatu herbal terdapat dalam konsentrasi yang kecil, namun kualitas dan
kemanjuran dari obat herbal tersebut sangat bergantung pada efek yang sinergis
dari komponen-komponen tersebut. Profil dan komponen individu dari suatu
herbal dapat diperoleh melalui sidik jari (fingerprint) (Bansal et al. 2013).
Analisis sidik jari merupakan teknik analisis yang dikembangkan dengan tujuan
kontrol kualitas (autentitas, identitas, mutu, dan reliabilitas) suatu obat herbal
yang berasal dari tumbuhan (Rajkumar & Sinha 2010). Kontrol kualitas ini
bertujuan untuk mengetahui kualitas, keamanan dan mutu dari suatu obat herbal.
Analisis sidik jari atau senyawa penciri yang bertanggung jawab dalam suatu obat
herbal sangat penting untuk kontrol kualitas dari obat herbal tersebut (Li et al.
2008).
Kromatografi merupakan salah satu metode yang sangat dianjurkan untuk
analisis sidik jari dan kontrol kualitas suatu ekstrak herbal. Kromatografi
memisahkan komponen berdasarkan pada perbedaan daya adsorpsi suatu
komponen diantara dua fase (fase gerak dan fase diam). Teknik pemisahan ini
dilakukan dengan melewatkan fase gerak yang mengandung sampel melalui fase
diam didalam suatu sistem tertentu sehingga terjadi suatu partisi komponen dalam
sampel diantara fase gerak dan fase diam. Komponen yang memiliki rasio
distribusi yang lebih besar terhadap fase diam akan membutuhkan waktu paling
lama untuk melewati sistem tersebut, begitu juga sebaliknya. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi pemisahan dengan kromatografi yaitu metode ekstraksi,
instrumen kromatografi dan kondisi pemisahan. Pemisahan yang baik dari suatu
analisis kromatografi memiliki puncak kromatogram dengan nilai resolusi lebih
besar atau sama dengan 1.5 dan memiliki nilai rasio sinyal terhadap derau lebih
besar atau sama dengan 3 (Harvey 2000).
Beberapa teknik kromatografi yang umum digunakan sebagai metode untuk
menentukan kualitas kontrol atau analisis sidik jari dari obat herbal adalah seperti
kromatografi Lapis Tipis (KLT), kromatografi gas (KG), high-performance liquid
chromatography (HPLC), capillary electrophoretic (CE). Saat ini, sistem
kromatografi juga telah banyak dikombinasikan dengan UV-vis atau spektroskopi
masa. Beberapa instrumen kromatografi yang dikombinasikan dengan
spektroskopi masa adalah gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS),

8
high-performance liquid chromatography- mass spectrometry (HPLC-MS) dan
capillary electrophoretic-mass spectrometry (CE-MS) (Liang et al, 2004).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
KLT merupakan salah satu metode analisis untuk menentukan kontrol
kualitas atau analisis sidik jari suatu obat herbal yang masih umum digunakan
sampai saat ini. Analisis menggunakan KLT sangat mudah untuk diaplikasikan
dan dapat menganalisis beberapa sampel sekaligus dalam sekali analisis, yang
dapat menghasilkan 30 spot atau noda dari sampel dalam satu waktu. KLT
merupakan metode analisis yang sangat sederhana, fleksibel, sensitivitas khusus
dan juga preparasi sampel yang sangat mudah. TLC juga dapat diaplikasikan
untuk menentukan kualitas dan kemungkinan pemalsuan produk herbal (Liang et
al. 2004).
KLT memisahkan campuran komponen berdasarkan distribusi antara fase
diam dan fase gerak. Pemisahan dilakukan pada lapisan tipis fase stasioner,
umumnya pada silika gel yang ditempatkan pada pelat kaca, plastik atau
aluminium. Proses kerja KLT dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Proses kerja kromatografi lapis tipis (KLT) (Rousessac and Rauessac 2007).

Pergerakan zat relatif terhadap garis depan pelarut dalam sistem KLT
didefinisikan sebagai nilai Retention factor (Rf). Rf merupakan nisbah jarak
tempuh zat dengan jarak tempuh garis pada pelarut (Rousessac and Rauessac
2007).
Liquid Chromatography-Mass Spectroscopy (LC-MS).
LC-MS merupakan salah satu teknik analitik yang mampu memberikan
informasi penting berupa profil, nama serta dapat digunakan untuk menentukan
suatu senyawa penciri. Penggabungan Liquid Chromatography dan Mass
Spectroscopy memberikan suatu metode baru dalam menganalisis suatu obat
herbal (Daszykowski et al. 2007; Liang et al. 2004). Analisis kualitatif suatu obat
herbal menggunakan LC-MS dapat menghasilkan karakteristik dari senyawasenyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, saponin, antrakuinon,
fenolik, isoflavonoid, lignan dan lainnya sesuai dengan senyawa-senyawa
metabolit sekunder yang terkandung dalam suatu obat herbal (Liang et al. 2009).
Element-element yang terdapat dalam sistem LC-MS adalah autosampler
(tempat memasukkan sampel kedalam HPLC), sistem HPLC, Sumber ion,
spektroskopi massa dan sistem komputer sebagai pengontrol. Suatu sistem LCMS memiliki batasan-batasan pada laju alir dan penggunaan fase gerak. Fase

9
gerak yang digunakan harus berupa kombinasi air dan metanol atau asetonitril.
Fase gerak yang digunakan harus bersifat volatil (Korfmacher 2005).
Analisis menggunakan LC-MS menghasilkan data yang sangat besar dan
kompleks. Penanganan kompleksitas data ini dapat dilakukan dengan beberapa
metode perangkat lunak yang mendukung untuk menyederhanakan dimensi data.
Sejumlah perangkat lunak telah dikembangkan untuk penyederhanaan data-data
yang kompleks. Salah satu perangkat lunak yang telah dikembangkan adalah
MzMine. Perangkat lunak ini dapat mengubah format data kromatogram menjadi
data yang lebih mudah diolah, seperti dalam bentuk netCDF. Perangkat lunak
pengolah data spekra massa memiliki kemampuan algoritma yang mampu
menyaring dan menyingkirkan data yang dianggap sebagai derau (noise),
sehingga mampu mendeteksi ion analat yang ditandai sebagai hubungan rasio m/z
terhadap waktu retensi. Selanjutnya perangkat lunak akan menyusun (alignment)
dan melakukan normalisasi terhadap kumpulan data sehingga menghasilkan mass
aray berupa tabel puncak yang merupakan matriks berukuran besar. Identifikasi
metabolit dugaan dari kromatogram LC-MS dilakukan dengan mencocokkan nilai
m/z pada tabel mass array dengan massa akurat senyawa metabolit pada literatur
(Castillo et al. 2011).
Tahapan penting pada proses pengolahan data menggunakan perangkat
lunak mzMine adalah pemisahan puncak kromatogram yang berupa sinyal dan
pengganggu dengan melakukan koreksi baseline. Tahap berikutnya, deteksi
puncak untuk mengidentifikasi dan kuantifikasi sinyal yang terkait dengan
molekul dalam sampel, serta mereduksi kompleksisitas data, sehingga analisis
data menjadi lebih mudah. Tahap deisotop bertujuan untuk menyederhanakan
matriks data untuk tahap analisis berikutnya. Tahap aligment merupakan tahap
yang penting untuk membandingkan sifat metabolit antar sampel yang dianalisis
dengan cara mencocokkan dan mengelompokkan puncak yang dihasilkan sampel
sebelum memasuki tahap analisis secara statistika. Tahap gap filling diperlukan
untuk mendeteksi puncak dengan intensitas yang sangat rendah, kualitas bentuk
yang kurang baik, atau adanya kesalahan dalam mendeteksi puncak sehingga
dapat mencegah terjadinya penarikan kesimpulan yang kurang tepat. Data yang
telah diidentifikasi mengalami normalisasi untuk mengoreksi dan
menyempurnakan data. Normalisai dapat dilakukan dengan menghilangkan bias
sistematik yang tidak diinginkan dalam pengukuran (Castillo et al. 2011).

3 METODE

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai September 2015. Bagan
alir penelitian terdapat pada Lampiran 1. Tempat penelitian dilaksanakan di
Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia dan Laboratium Pusat Studi
Biofarmaka, IPB.

10
Bahan dan Alat
Sampel yang digunakan adalah daun sirsak dan buah mahkota dewa yang
diperoleh dari kebun Pusat Studi Biofarmaka, Cikabayan, IPB. Bahan-bahan
kimia untuk ekstraksi dan analisis metabolit sekunder antara lain etanol 70%,
pereaksi uji flavonoid, alkaloid, terpenoid, steroid, saponin dan tannin. Bahan
untuk uji aktivitas enzim α-glukosidase, yaitu enzim α-glukosidase (Sigma G
3651-250UN), p-nitrofenil α-D-glukopiranosida (PNG) (Sigma N 1377-5G),
serum bovine albumin (SBA), dan tablet akarbosa (Bayer, Jakarta-Indonesia).
Bahan yang digunakan untuk analisis profil metabolit dengan KLT yaitu fase
gerak metanol, etil asetat, kloroform, n-butanol, diklorometana dan n-heksana.
Alat-alat yang digunakan antara lain peralatan kaca sederhana, neraca analitik,
oven, penguap putar, inkubator, pembaca mikroplat, bejana kromatografi, pelat
KLT G254, dan lampu UV.

Prosedur Analisis Data
Penyiapan Serbuk Buah Mahkota Dewa dan Daun Sirsak Kering
Daun sirsak yang digunakan adalah daun yang terletak pada lembaran
keempat dari pucuk ke arah yang lebih tua. Buah mahkota dewa yang digunakan
adalah buah tua. Masing-masing sampel dikeringkan menggunakan oven dengan
suhu 50 oC hingga kadar air kurang dari 10%. Hasil pengeringan kemudian
digiling hingga membentuk serbuk berukuran 40 mesh (AOAC 1984).
Pengukuran Kadar Air
Pengukuran kadar air dianalisis menggunakan metode standar AOAC
(1984). Cawan porselin dikeringkan pada suhu 105 oC selama 30 menit lalu
didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak ± 3 g masing-masing
simplisia dimasukkan ke dalam cawan yang telah ditetapkan bobotnya. Kemudian
dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 °C selama 3 jam lalu didinginkan
dalam desikator dan bobotnya ditimbang. Pengulangan dilakukan hingga
diperoleh bobot konstan. Selanjutnya dihitung kadar air menggunakan persamaan
dibawah ini:
A−B
X
%
Kadar air % =
A
Keterangan:
A = bobot sampel sebelum dikeringkan (g)
B = bobot sampel setelah dikeringkan (g)
Maserasi
Ekstraksi sampel dengan teknik maserasi dilakukan menggunakan metode
standar Kemenkes RI (2009). Masing-masing sampel ditimbang sebanyak 300
gram, ditambahkan pelarut etanol 96% sebanyak 3 liter, didiamkan 2 x 24 jam,
penyaringan dilakukan setiap 24 jam, maserat direndam kembali dengan jumlah
dan jenis pelarut yang sama. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan penguap
putar, sehingga diperoleh ekstrak pekat.

11

Analisis Fitokimia
Analisis metabolit sekunder dari masing-masing sampel buah mahkota
dewa dan daun sirsak dilakukan menggunakan metode standar Harbone (1987).
Analisis ini meliputi kandungan senyawa flavonoid, fenolik, terpenoid, steroid,
alkaloid, saponin dan tanin.
Analisis Flavonoid dan Fenolik. Ekstrak sampel dilarutkan dalam air
kemudian dididihkan selama 2 menit lalu disaring. Untuk pengujian flavonoid, 5
mL filtratnya ditambah H2SO4 atau setelah dipanaskan 5 ml filtrat ditambahkan
0.25 g serbuk Mg dan ditambahkan 1ml klorhidrat. Terbentuknya warna merah
akibat penambahan H2SO4 menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid dan
terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil alkohol,
sedangkan untuk pengujian senyawa fenolik, ditambahkan NaOH 10% (b/v)
terbentuknya warna merah menunjukkan adanya senyawa fenolik hidrokuinon.
Analisis terpenoid dan steroid. Ekstrak sampel dilarutkan dalam 5 ml
etanol, lalu dipanaskan pada 50°C dan disaring. Filtrat yang diperoleh diuapkan
hingga kering kemudian dilarutkan dengan eter. Lapisan eter ditambah 3 tetes
asetat anhidrida dan 1 tetes H2SO4 pekat. Warna merah atau ungu menunjukkan
adanya terpenoid dan warna hijau menunjukkan adanya steroid.
Analisis Alkaloid. Ekstrak sampel ditambahkan 2.5 mL kloroform dan
beberapa tetes amoniak. Kemudian campuran diasamkan dengan 5 tetes H2SO4
2M. Fraksi asam dibagi menjadi tiga tabung kemudian masing-masing
ditambahkan pereaksi Meyer, Wagner, dan Dragendrof. Adanya alkaloid ditandai
dengan terbentuknya endapan putih pada pereaksi Meyer, endapan cokelat pada
pereaksi Wagner, dan terbentuk warna merah jingga pada pereaksi Dragendrof.
Analisis Saponin. Ekstrak dari masing-masing bagian ditambah air
secukupnya dan dipanaskan selama lima menit. Larutan tersebut didinginkan
kemudian dikocok. Timbulnya busa selama sekitar 10 menit menunjukkan adanya
saponin.
Analisis Tanin. Ekstrak sampel ditambahkan air kemudian dididihkan
selama 2 menit lalu disaring. Sebanyak 5 ml filtrat ditambahkan larutan FeCl3 1%
(b/v). Uji positif ditandai dengan munculnya warna biru tua atau hijau kehitaman.
Analisis Aktivitas Enzim α-Glukosidase
Analisis aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase mengacu pada metode yang
dikembangkan (Sugiwati et al. 2006) dan (Shancheti et al. 2009). Masing-masing
sampel dilarutkan dalam pelarut dimetil sulfoksida (DMSO) dengan konsentrasi
125, 250, 500, 750 dan 1000 µg ml-1. Larutan enzim dibuat dengan melarutkan 1.0
mg α-glukosidase dalam larutan buffer fosfat (pH 7) yang mengandung 200 mg
serum bovin albumin. Sebelum digunakan sebanyak 1 ml enzim diencerkan 25
kali dengan buffer fosfat (pH 7). Campuran pereaksi terdiri dari 50 µL larutan
buffer fosfat 0.1 M (pH 7.0), 25 µL ρ-nitrofenil α-D-glukopiranosa (ρ-NPG) 10
mM sebagai substrat, 10 µL larutan sampel dalam dimetil sulfoksida, dan 25 µL
larutan enzim α-glukosidase 0.04 unit mL-1. Setelah itu, campuran pereaksi
diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30 menit. Reaksi enzim dihentikan dengan
menambahkan 100 µL sodium karbonat (Na2CO3) 0.2 M dan absorbans dari pnitrofenol diukur pada panjang gelombang 410 nm menggunakan pembaca
mikroplat.

12
Kontrol posistif dibuat dengan melarutkan tablet akarbosa dalam buffer
fosfat (pH 7) dan HCl 2N. Konsentrasi larutan standar akarbosa 1% yang
digunakan dibuat dari tablet akarbosa yang dilarutkan dalam akuades dan HCl 2N
(1:1). Perbandingan bobot tablet akarbosa dengan akuades dan HCl 2N adalah 1 :
100. Kemudian larutan akarbosa disentrifus dan supernatannya digunakan sebagai
standar. Larutan standar diperlakukan sama dengan ekstrak. Sistem reaksi enzim
selengkapnya untuk setiap sampel dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Sistem reaksi pengujian aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase
Kontrol Blanko
Blanko
Kontrol Sampel Sampel
(µL)
(µL)
(µL)
(µL)
Ekstrak
10
10
DMSO
10
10
Bufer
50
50
50
50
Substrat
25
25
25
25
Bufer
25
25
Enzim
25
25
Inkubasi 37 oC selama 30 menit
Na2CO3
100
100
100
100

Setiap pengujian diulang sebanyak 3 kali. Masing-masing pengujian daya
hambat ekstrak terhadap aktivitas α-glukosidase dihitung dalam % inhibisi dengan
rumus,
C−S
% inhibisi =
X
%
C
C adalah absorbans larutan tanpa adanya ekstrak (kontrol) dan S adalah
absorbans larutan dengan pemberian ekstrak dari sampel. Nilai IC50 diperoleh
dengan memplot log konsentrasi versus persen inhibisi menggunakan persamaan
regresi. Nilai IC50 adalah nilai konsentrasi yang menghambat 50% kerja enzim.
Pembuatan Gabungan Ekstrak Etanol Daun Sirsak dan Buah mahkota Dewa
Ekstrak gabungan ditentukan menggunakan metode numerik dengan
beberapa perbandingan komposisi. Komposisi ekstrak gabungan dibuat
berdasarkan nilai IC50 dari masing-masing ekstrak etanol buah mahkota dewa dan
daun sirsak. Variasi komposisi gabungan ekstrak seperti ditampilkan pada Tabel
2. Hasil penggabungan ekstrak kemudian dilakukan pengujian terhadap aktivitas
inhibisi α-glukosidase dengan metode yang sama.
Tabel 2 Komposisi gabungan ekstrak etanol buah mahkota dewa dan daun sirsak
Perbandingan komposisi ekstrak (IC50)
Gabungan
Buah mahkota dewa
Daun sirsak
1:1
1
1
1:1/3
1
1/3
1:2/3
1
2/3
1/3:1
1/3
1
2/3:1
2/3
1

13
Analisis Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Analisis profil KLT dari masing-masing ekstrak etanol buah mahkota dewa,
daun sirsak dan ekstrak gabungan yang memiliki aktivitas terbaik mengacu pada
metode yang dikemukakan Rafi et al. (2011). Esktrak etanol buah mahkota dewa
dan daun sirsak dilarutkan dalam pelarut etanol dan ditotolkan pada pelat KLT
silika gel 60 F254. Setelah kering, pelat dimasukkan kedalam bejana kromatografi
yang diisi dengan masing-masing eluen dan telah dijenuhkan selama 30 menit.
Eluen yang digunakan adalah metanol, etil asetat, kloroform, n-butanol,
diklorometana dan n-heksana. Elusi dihentikan ketika eluen telah mencapai 1 cm
batas atas pelat KLT. Setelah elusi selesai maka pelat diangkat, dikeringkan dan
dideteksi dibawah lampu UV 254 dan 366 nm. Analisis profil KLT dari ekstrak
gabungan dilakukan dengan eluen yang memberikan pemisahan yang baik
berdasarkan kepolarannya.
Analisis LC-MS
Sampel ekstrak buah mahkota dewa, daun sirsak dan ekstrak kombinasi
masing-masing dilarutkan dalam pelarut etanol, kemudian disaring menggunakan
filter milipore berukuran 0.45 mikron. Masing-masing sampel diinjeksikan ke
dalam system instrument ultra performance liquid chromatography-electro spary
ionization-quadropole time of flight (UPLC-ESI-QTOF). MS yang digunakan
adalah system Xevo G2-S TOF dengan mode ionisasi positif. Parameter ESI yang
digunakan meliputi suhu kapiler 120oC, dengan laju aliran gas 50 L/jam, sumber
tegangan sebesar +2.9 kV. Modus full scan dari m/z 100-1000 dilakukan dengan
suhu sumber 41oC. Kolom UPLC yang digunakan Acquity UPLC BEH C18 1.8
µm x 2.1 x 150 mm, dengan eluen yang digunakan adalah metanol:air.
Selanjutnya dilakukan pengolahan data menggunakan perangkat lunak
mzMine. Data kromatogram yang dihasilkan diubah kedalam bentuk NetCDF dan
diolah melalui beberapa tahapan yaitu filtering, baseline peak, peak detection,
deisotope, aligment, gap filling, dan normalisasi. Hasil yang diperoleh setelah
dilakukan beberapa tahap berupa data mass array dari kromatogram masingmasing ekstrak yang meliputi 3 variabel yaitu m/z, waktu retensi, dan intensitas
puncak. Identifikasi senyawa metabolit dugaan dilakukan dengan mencocokkan
data m/z hasil analisis dengan masa akurat pada literatur (Castillo et al. 2011).

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kadar Air dan Rendemen
Analisis kadar air dilakukan untuk mengetahui berat kering simplisia.
Jumlah kadar air dari suatu sediaan herbal sangat penting untuk mengetahui
ketahanan penyimpanan sampel. Selain itu, kadar air juga digunakan sebagai
faktor koreksi dalam perhitungan rendemen ekstrak. Hasil analisis kadar air dan
persentase rendemen ditunjukkan pada Tabel 3.

14
Tabel 3 Kadar air dan rendemen ekstrak etanol buah mahkota dewa dan daun sirsak
Simplisia
Kadar air (%)a
Rendemen (%)a
Buah mahkota dewa
5.60 ± 0.60
16.51 ± 1.28
Daun sirsak
7.42 ± 0.07
16.11 ± 0.29
a
Hasil dinyatakan dalam ± relatif standar deviasi (n = 3)

Tabel 3 menunjukkan persentase kadar air dari serbuk kering buah mahkota
dewa dan daun sirsak, dan juga persentase rendemen dari ekstrak buah mahkota
dewa dan daun sirsak yang dimaserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Kadar
air dari kedua sampel berada di bawah 10%, hal ini menunjukkan sampel buah
mahkota dewa dan daun sirsak yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi
persyaratan untuk ekstrak herbal Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.661/Menkes/sk/vii/1994. Ekstraksi dilakukan dengan teknik maserasi
menggunakan pelarut etanol, pelarut ini mampu mengekstrak semua senyawa
metabolit yang bersifat polar maupun kurang polar. Selain itu, berdasarkan
Menteri kesehatan, (2009), etanol merupakan salah satu jenis pelarut selain
pelarut air yang diizinkan untuk membuat ekstrak sediaan bahan alam yang
dijadikan sebagai ekstrak herbal. Rendemen ekstrak yang diperoleh dari buah
mahkota dewa dan daun sirsak tidak jauh berbeda, seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 3. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan senyawa bioaktif yang bersifat
polar maupun kurang polar dari buah mahkota dewa dan daun sirsak yang mampu
terekstrak dengan pelarut etanol tidak jauh berbeda.

Analisis Fitokimia
Analisis fitokimia secara kualitatif sangat penting untuk mengetahui
kandungan senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak etanol buah mahkota dewa
dan daun sirsak. Kedua ekstrak tersebut mengandung senyawa metabolit sekunder
golongan flavonoid, fenolik, terpenoid, steroid, alkaloid, saponin dan tannin
(Lampiran 4). Hasil ini sesuai dengan temuan Lay et al. (2014) dan Gavamukulya
et al. (2014). Keberadaan senyawa metabolit sekunder inilah yang diduga dapat
memberikan efek farmakologis untuk berbagai penyakit dari suatu bahan alam,
salah satunya sebagai inhibitor enzim α-glukosidase. Golongan senyawa metabolit
sekunder seperti fenolik, alkaloid, saponin dan antrakuinon dari berbagai
tumbuhan telah dilaporkan memiliki aktivitas antidiabetes (Qi et al. 2010).
Aktivitas Inhibisi Enzim α-Glukosidase
Aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase dari masing-masing ekstrak etanol
buah mahkota dewa dan daun sirsak dievaluasi pada

Dokumen yang terkait

Efektivitas Ekstrak Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Sebagai Antibakteri untuk Mencegah Serangan Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

8 111 70

Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Boerl.)

11 97 60

Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans (in vitro)

8 92 64

Daya atibakteri ekstrak etanol buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) terhadap Fusobacterium nucleatum sebagai bahan medikamen saluran akar secara in vitro.

3 69 76

Pengaruh Ekstrak-Metanol Daun Sirsak (Annona Muricata Linn) Terhadap Daya Tetas Telus, Mortalitas Dan Perkembangan Larva Aedes Aegypti Linn

3 104 47

Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa.Scheff (Boerl)) Terhadap Enterococcus faecalis Sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar Secara In Vitro.

2 65 72

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

1 11 70

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 23 78

Aktivitas antihiperglikemik dari ekstrak buah mahkota dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] sebagai inhibitor alfa-glukosidase in vitro dan in vivo pada tikus putih

0 8 126

Potensi antioksidan daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)

2 10 28