Perubahan Sosial Budaya dan Tingkat Kesejahteraan Migran Batak di Sektor Informal di Kota Bogor

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DAN TINGKAT
KESEJAHTERAAN MIGRAN BATAK DI SEKTOR
INFORMAL DI KOTA BOGOR

FUAD HABIBI SIREGAR

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Sosial
Budaya Dan Tingkat Kesejahteraan Migran Batak di Sektor Informal di Kota
Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Fuad Habibi Siregar
NIM I34100065

iv

v

ABSTRAK
FUAD HABIBI SIREGAR. Perubahan Sosial Budaya dan Tingkat
Kesejahteraan Migran Batak di Sektor Informal di Kota Bogor. Di bawah
bimbingan RILUS. A. KINSENG
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan sosial budaya
dan tingkat kesejahteraan migran Batak yang bekerja di sektor informal di Kota

Bogor. Penelitian ini merupakan kombinasi antara pendekatan kualitatif dan
kuantitatif. Pendekatan kualitatif diperoleh dari hasil wawancara mendalam.
Pendekatan kuantitatif menggunakan metode survei yang mengambil 35 responden.
Tidak ada masyarakat yang tidak mengalami perubahan tidak terkecuali Migran
Batak. Perubahan yang terjadi pada migran Batak ini mencakup perubahan sosial
budaya dan tingkat kesejahteraan. Perubahan sosial mencakup interaksi yang
dilakukannya serta hubungan-hubungan dengan keluarganya sebelum dan sesudah
menjadi migran. Perubahan budaya mencakup nilai-nilai agama, adat istiadat dan
pola pikir terhadap materi dan sikap individualis. Perubahan kesejahteraan
mencakup tingkat pendapatan, akses pelayanan kesehatan serta kondisi perumahan
dan kepemilikan barang berharga yang dimiliki oleh migran Batak sebelum dan
sesudah menjadi migran di sektor informal.
Kata Kunci: perubahan sosial budaya, tingkat kesejahteraan, migran Batak sektor
informal.

ABSTRACT
FUAD HABIBI SIREGAR. Socio-Cultural Changes and The Level Of
Welfare Of Migrant Batak in The Informal Sector in The City Of Bogor. Supervised
by RILUS. A. KINSENG.
The purpose of this research is to analyze the changes of social culture and

the level of welfare of migrant Batak who worked in the informal sector in the city
of Bogor. This research provides a combination of qualitative and quantitative
approaches. The qualitative approach is obtained from the results of the in-depth
interviews. Quantitative survey method using approaches that take the 35
respondents. There is no society which does not suffer changes Migrant Batak is no
exception. Changes that occur on the migrants include Batak culture and social
change in the level of well-being. Social change include the interactions he does as
well as relations with his family before and after becoming migrants. Culture
change includes the values of religion, customs and mindset towards material and
individualist attitudes. The welfare changes include income levels, access to
medical services as well as housing conditions and ownership of the valuables
owned by migrant Batak before and after become migrants in the informal sector.
Keywords: socio-cultural change, the level of migrant welfare, migrant Batak
informal sector

vi

vii

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DAN TINGKAT

KESEJAHTERAAN MIGRAN BATAK DI SEKTOR
INFORMAL DI KOTA BOGOR

FUAD HABIBI SIREGAR

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyrakat
Pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

viii


ix

Judul Skripsi : Perubahan Sosial Budaya dan Tingkat Kesejahteraan Migran Batak
di Sektor Informal di Kota Bogor
Nama
: Fuad Habibi Siregar
Nim
: I34100065

Disetujui oleh

Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: ________________


x

xi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan berjudul “Perubahan Sosial Budaya dan Tingkat
Kesejahteraan Migran Batak Di Sektor Informal Di Kota Bogor” dengan baik.
Penulisan Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari
dukungan moral dan material dari berbagai pihak Oleh karena itu penulis ucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr. Ir Rilus A. Kinseng, MA selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran
dan kritik yang membangun hingga penulis menyelesaikan studi pustaka ini.
2. Ayah Indra Sakti Siregar, Ibunda Elmawati Harahap, Abang-Abang
semuanya, Fadly Sonata Siregar, Febdy Nuansyah Siregar serta Adik-adik
tersayang Fuji Amanda Siregar dan Fuja Anggun Siregar, yang merupakan
sumber motivasi utama penulis dalam segala hal.

3. Abang Faisal Onasis Siregar serta istrinya Kakak Hastuti selaku sepupu
penulis yang terus menerus memberikan segala dukungannya termasuk
nasehat-nasehatnya yang selalu mengobarkan semangat untuk penulis.
4. Sahabat-sahabat penulis yaitu Adi Chandra Berampu, Ricardus Keiya,
Sylsilia Trinova Sembiring, Fatwa, Rizky A, Demmy, Randy, Sugra, Zul
yang senantiasa memberi semangat dan dukungan dalam proses
pembelajaran, inspirasi, masukan, dan motivasi bagi penulis.
5. Saefihim yang telah memberikan beberapa ilmun dan arahannya untuk
penulisan skripsi ini.
6. Teman sebimbingan (Ferdi Tri Wahyudi dan Upi) yang menjadi teman
diskusi dan juga pemberi masukan bagi penulisan studi pustaka ini.
7. Teman-teman seperjuangan SKPM 47 atas semangat dan kebersamaan
selama ini.
8. Dan semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga
terselesaikannya studi pustaka ini
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna,
namun sedikit banyak semoga memberi manfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Bogor, Juli 2014


Fuad Habibi Siregar

xii

xiii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian

3
Kegunaan Penelitian
3
PENDEKATAN TEORITIS
5
Perubahan Sosial Budaya
5
Penyebab Terjadinya Perubahan Sosial
6
Level Perubahan Sosial
7
Tingkat Kesejahteraan
8
Migrasi
9
Migrasi Suku Batak
9
Sektor Informal
10
Kerangka Pemilkiran

11
Hipotesis
13
Definisi Operasional
13
PENDEKATAN LAPANG
15
Metode Penelitian
15
Lokasi dan Waktu Penelitian
15
Teknik Pengumpulan Data
15
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
16
GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR DAN MIGRAN BATAK DI 17
SEKTOR INFORMAL DI KOTA BOGOR
Gambaran Umum Kota Bogor
17
Gambaran Umum Migran Batak di Sektor Informal di Kota Bogor

20
KARAKTERISTIK MIGRAN BATAK DI SEKTOR INFORMAL DI 25
KOTA BOGOR
Usia
25
Tingkat Pendidikan
26
Subsuku
27
Agama
28
Daerah Asal
29
Lama Tinggal
31
Jenis Pekerjaan Sektor Informal
33
Alamat Tinggal
34
PERUBAHAN SOSIAL MIGRAN BATAK DI SEKTOR INFORMAL DI 35
KOTA BOGOR
Perubahan Interaksi Sosial
36

xiv

Perubahan Hubungan-Hubungan Kekeluargaan
PERUBAHAN BUDAYA MIGRAN BATAK DI SEKTOR INFORMAL
DI KOTA BOGOR
Perubahan Nilai-Nilai Agama
Perubahan Nilai-Nilai Adat Istiadat
Perubahan Pola Pikir
TINGKAT KESEJAHTERAAN MIGRAN BATAK DI SEKTOR
INFORMAL DI KOTA BOGOR
Perubahan Tingkat Pendapatan
Perubahan Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan
Kondisi Perumahan serta Kepemilikan Barang Berharga
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

43
49
50
53
55
59
60
63
66
71
71
71
73
75
85

xv

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
Tabel 18
Tabel 19
Tabel 20
Tabel 21
Tabel 22
Tabel 23
Tabel 24
Tabel 25
Tabel 26
Tabel 27
Tabel 28
Tabel 29

Tingkatan perubahan Lauer
Karakteristik dari dua sektor ekonomi
Jumlah penduduk Kota Bogor per kecamatan menurut jenis
kelamin tahun 2012
Fasilitas tempat peribadatan di Kota Bogor
Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik
usia
Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat
pendidikan
Jumlah dan persentase responden berdasarkan subsuku Batak
Jumlah dan persentase responden menurut agamanya
Keterkaitan antara agama dan subsuku responden
Daerah asal responden di Kota Bogor
Keterkaitan antara daerah asal dan agama responden
Keterkaitan antara daerah asal dan sub suku responden
Jumlah dan persentase responden berdasarkan lama tinggal
Keterkaitan antara lama tinggal di Kota Bogor dan status
tempat tinggal.
Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis
pekerjaannya
Keterkaitan antara jenis pekerjaan sektor informal dan sub
suku responden

7
11
18

Alamat tinggal responden di Kota Bogor
Paired samples statistics perubahan sosial
Paires samples test perubahan sosial
Paired samples statistics perubahan interaksi antara suku yang
berbeda
Paired samples test perubahan interaksi antara suku yang
berbeda
Paired samples statistics perubahan interaksi antara agama
yang berbeda
Paired samples test perubahan interaksi antara agama yang
berbeda
Paired samples statistics perubahan interaksi antara lapisan
ekonomi yang berbeda
Paired samples test perubahan interaksi antara lapisan ekonomi
yang berbeda
Paired samples statistics perubahan hubungan-hubungan
kekeluargaan
Paired samples test perubahan hubungan-hubungan
kekeluargaan
Paired samples statistics perubahan budaya
Paired samples test perubahan budaya

34
35
35
36

20
25
26
27
28
28
30
30
31
31
32
33
33

36
40
40
42
42
44
44
49
49

xvi

Tabel 30
Tabel 31
Tabel 32
Tabel 33
Tabel 34
Tabel 35
Tabel 36
Tabel 37
Tabel 38
Tabel 39
Tabel 40
Tabel 41
Tabel 42
Tabel 43

Paired samples statistics perubahan nilai-nilai agama
Paired samples test perubahan nilai-nilai agama
Paired samples statistics perubahan nilai-nilai adat istiadat
Paired samples test perubahan nilai-nilai adat istiadat
Paired samples statistics perubahan pola pikir
Paired samples test perubahan pola pikir
Paired samples statistics tingkat kesejahteraan
Paired samples test tingkat kesejahteraan
Paired samples statistics perubahan tingkat pendapatan
Paired samples test perubahan tingkat pendapatan
Paired samples statistics perubahan akses terhadap layanan
kesehatan
Paired samples test perubahan akses terhadap layanan
kesehatan
Paired samples statistics perubahan kondisi perumahan serta
kepemilikan barang berharga
Paired samples test perubahan kondisi perumahan serta
kepemilikan barang berharga

50
51
53
53
55
55
59
59
60
60
63
64
66
67

xvii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3

Kerangka pemikiran
Peta Kota Bogor tahun 2012
Jumlah penduduk berdasarkan agama di Kota Bogor
tahun 2008

12
17
19

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3

Kuesioner penelitian
Daftar nama responden
Dokumentasi

75
81
83

xviii

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang. Salah satu ciri negara
berkembang yaitu masih banyaknya masyarakat yang hidup dalam jurang
kemiskinan. Kemiskinan menjadi keseharian dalam kehidupan. Ketidakmampuan
mencukupi kebutuhan hidupnya serta tidak adanya lapangan pekerjaan menjadi
faktor yang memicu kemiskinan ini. Kemiskinan ditambah dengan ketidak
merataan pembangunan. Tidak adanya lapangan pekerjaan dan ketidakmerataan
pembangunan ini menyebabkan banyaknya masyarakat yang memberanikan diri
untuk melakukan migrasi dengan harapan dapat memperoleh pekerjaan sehingga
ada kemungkinan untuk merubah kehidupannya.
Menurut Tjiptoherijanto (2000) dalam Safrida (2008), migrasi merupakan
perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan
pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah tersebut.
Tujuan utama migrasi adalah meningkatkan taraf hidup migran dan keluarganya,
sehingga umumnya mereka mencari pekerjaan yang dapat memberikan pendapatan
dan status sosial yang lebih tinggi di daerah tujuan. Sejalan dengan definisi tersebut,
Martin (2003) menyatakan migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu daerah
ke daerah lain, yang terjadi karena adanya perbedaan kondisi kedua daerah tersebut.
Riwayat migrasi sudah setua riwayat manusia. Orang mungkin bermigrasi karena
terpaksa, diatur atau tidak diatur, berkelompok atau secara perseorangan. Sebagai
pendorong mungkin keadaan alam (termasuk bencana alam), keadaan politik,
keadaan ekonomi atau kelangkaan berbagai fasilitas. Walaupun dalam keputusan
bermigrasi berbagai faktor mempengaruhi, secara umum kiranya faktor ekonomi
dianggap dominan. Singarimbun dalam Naim (1979) mengatakan faktor psikologi
sosial jelas mengambil bagian pula karena tindakan ini menyangkut keputusan yang
penting bagi seseorang atau keluarga yang bersangkutan. Bermigrasi sering
merupakan keputusan yang begitu penting karena dapat merubah jalan hidup
seseorang atau juga kelompok dan keturunan mereka secara fundamental.
Untuk memperoleh pekerjaan di daerah tujuan migrasi bukanlah pekerjaan
yang mudah, hal ini disebabkan lapangan pekerjaan di daerah tujuan juga sudah
memiliki tenaga kerja yang cukup dan seandainya jika membutuhkan tenaga kerja
biasanya memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pencari kerja. Seringkali
syarat-syarat yang diajukan oleh pemberi kerja tidak dapat dipenuhi karena
keterbatasan keterampilan, pengetahuan, pendidikan serta pengalaman pencari
kerja. Dari segi pendidikan biasanya migran ini sangat rendah. Proses pencarian
pekerjaan ini ternyata tidak semudah yang dibayangkan oleh para migran karena
terdapatnya kendala seperti jenis lowongan pekerjaan yang tidak sesuai dengan
keterampilan dan tingkat pendidikan migran. Ketidakmampuan migran
memperoleh pekerjaan seringkali mendorong para migran ini untuk bekerja di
sektor Informal. Hal ini disebabkan sektor informal tidak menuntut migran untuk
mempunyai keterampilan dan pengetahuan lebih. Manning dan Effendi (1985)
mengemukakan istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan
sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Selanjutnya dikatakan pula bahwa

2

sektor informal merupakan suatu manifestasi dari situasi pertumbuhan kesempatan
kerja di negara-negara sedang berkembang.
Kota Bogor merupakan salah satu tujuan migrasi. Orang-orang yang
melakukan migrasi ke Kota Bogor terdiri dari beragam macam baik suku maupun
budaya. Salah satu suku yang melakukan migrasi ke Kota Bogor adalah suku Batak.
Menurut sensus 1930 suku Batak merupakan suku yang jumlah migrannya
mencapai 15.3 persen dari jumlah penduduk yang bersuku Batak. Cunningham
dalam Naim (1979) memperkirakan bahwa dalam periode tahun 1950-1956
terdapat seperempat juta Batak Toba yang bermigrasi ke pesisir timur Sumatera
Utara. Sampai pada tahun 1960 lebih dari 1 juta orang Batak dari semua daerah di
Tapanuli telah bermigrasi keluar daerah Batak. Castles (1967) dalam Naim (1979)
juga memperkirakan bahwa tahun 1961 terdapat kira-kira 29.000 orang Batak
berdiam di Jakarta, 40.000 sampai 50.000, berada di Jawa. Suku Batak yang
bermigrasi ke Kota Bogor salah satunya untuk bekerja. Sektor informal merupakan
salah satu sektor yang tidak luput dari orang-orang Batak ini. Banyak orang Batak
yang bekerja di sektor informal di Kota Bogor
Ankie dalam Hatu (2011) berpendapat bahwa tidak ada masyarakat yang
berhenti perkembangannya, karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang
terjadi secara lambat atau cepat. Perubahan dalam masyarakat pada dasarnya akan
menyangkut hampir semua aspek atau segi masyarakat. Sesuai dengan pernyataan
tersebut, hal ini juga terjadi pada migran Batak yang bekerja disektor informal.
Migran Batak yang bekerja di sektor informal cepat atau lambat dalam
kehidupannya pasti akan mengalami yang namanya perubahan. Untuk melihat
penyebab perubahan dalam masyarakat tidak dapat dijelaskan dengan faktor
tunggal. Karena berbicara perubahan maka berbicara tentang kekompleksitasan.
Gillin dan Gillin dalam Marius (2006) mengatakan Perubahan sosial sebagai suatu
variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik karena
perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi,
maupun karena adanya difusi maupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat
tersebut.
Migran Batak yang bekerja di sektor informal seringkali mengalami
perubahan dalam kehidupannya. Perubahan ini terjadi setelah ia melakukan migrasi.
Banyak faktor yang menyebabkan perubahan ini baik dari segi perubahan tempat
tinggal, interaksi dengan berbagai orang yang berbeda, dari segi pekerjaan dan
seterusnya. Perubahan dalam kehidupan migran di sektor informal mencakup
perubahan sosial budaya serta tingkat kesejahteraannya. Hal ini menjadi menarik
untuk mengetahui sejauh mana sebenarnya perubahan yang dirasakan oleh migran
Batak yang bekerja di sektor informal di Kota Bogor dan apakah perubahan itu
memberikan dampak positif atau negatif dalam kehidupan mereka.

Rumusan Masalah
Seperti dijelaskan sebelumnya, Kota Bogor sebagai wilayah perkotaan
menjadi salah satu tujuan untuk bermigrasi. Orang-orang yang bermigrasi berasal
dari suku dan budaya yang berbeda. Salah satu suku yang bermigrasi adalah orangorang Batak. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya salah satu sektor pekerjaan
yang dilakukan adalah sektor informal. Perbedaan wilayah asal dan tujuan migrasi

3

seringkali memberikan dampak perubahan, selain itu faktor jenis pekerjaan juga
mempengaruhi perubahan tersebut. Perubahan yang terjadi mencakup banyak hal.
Bagaimana perubahan sosial budaya yang terjadi terhadap migran Batak di
sektor informal?
Salah satu motif seseorang melakukan migrasi yaitu agar dapat
memperbaiki kondisi kesejahteraan hidupnya. Pertanyaannya, bagaimana tingkat
kesejahteraan migran Batak sebelum dan sesudah bekerja di sektor informal?
Apakah terjadi perubahan tingkat kesejahteraan? Apakah perubahan ini
memberikan dampak positif atau negatif bagi migran Batak yang bekerja di
sektor informal di Kota Bogor.

Tujuan Penelitian
Penulisan Studi Pustaka dengan topik “Perubahan Sosial Budaya dan Tingkat
Kesejahteraan Migran Batak Di Sektor Informal Di Kota Bogor” ini bertujuan
untuk:
1. Menganalisis perubahan sosial budaya yang terjadi pada migran Batak di
sektor informal di Kota Bogor.
2. Menganalisis perubahan tingkat kesejahteraan yang terjadi pada migran
Batak di sektor informal di Kota Bogor.

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini akan bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu:
1. Akademisi.
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan rujukan untuk penelitianpenelitian selanjutnya. Dengan merujuk penelitian ini diharapkan nantinya
peneliti selanjutnya dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan dari
penelitian ini.
2. Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
pemerintah dalam mengambil dan menyusun kebijakan yang berkaitan
tentang migran, kebudayaan dan sektor informal. Sehingga kebijakan yang
nantinya diambil tidak berseberangan dengan pertimbangan yang satu
dengan yang lainnya.
3. Masyarakat
Dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat seputar tentang
kehidupan dan budaya para migran di sektor informal sehingga dapat saling
menghargai dan menghormati dalam perbedaan.

4

5

PENDEKATAN TEORITIS
Perubahan Sosial Budaya
Pudjiwati (1995) dalam Sahab (2002) menunjukkan perubahan sosial itu
merupakan implikasi dari hubungan interaksi antara orang, organisasi atau
komunitas yang menyangkut struktur sosial, pola nilai, norma dan peranan. Hal ini
sejalan dengan Kingley Davis dalam Soekanto (1990) yang mengartikan perubahan
sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat. Gillin dan Gillin dalam Soekanto (1990) mengatakan perubahanperubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik
karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk,
ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam
masyarakat. Perubahan-perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembagalembaga sosial didalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya,
termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku diantara
kelompok-kelompok dalam masyarakat (Soemardjan 1981)
Menurut Soedjito dalam Sahab (2002) perubahan sosial sebagai fenomena
sosial, merupakan suatu gambaran dinamika masyarakat yang mengalami alih nilainilai tradisional. Nilai-nilai tradisional yang selama ini dipegang teguh beralih ke
nilai-nilai kapitalis. Nilai-nilai tradisional yang mengedepankan kebersamaan
digantikan dengan nilai-nilai kapitalis yang lebih individualis. Kamanto dalam
Marius (2006) yang mengatakan sesuai dengan pandangan klasik Durkheim tentang
perkembangan masyarakat dari sistem yang berkarakteristik mekanik (yang penuh
kekeluargaan, keintiman, masing-masing orang dapat memenuhi kebutuhannya
sendiri tanpa memerlukan bantuan orang, belum adanya spesialisasi pekerjaan,
adanya kesadaran kolektif bersama) ke sistem masyarakat yang berkarakteristik
organik. Masyarakat organik ini sudah maju di mana setiap orang bekerja sesuai
dengan keahliannya dan saling bergantung satu sama lain, adanya norma hukum
yang telah disepakati, terbentuknya ikatan-ikatan atas dasar profesi atau pekerjaan,
hubungan antara manusia berdasarkan kepentingan, dsb. Pergeseran masyarakat
tradisional menjadi masyarakat kapitalis digambarkan oleh Lauer (2001) sebagai
fenomena penting dari struktur sosial, berhubungan dengan pola-pola perilaku dan
interaksi sosial. Konsekuensinya perubahan itu berwujud norma-norma, nilai-nilai
dan adaftasi budaya yang dilihat oleh Evers dalam Sahab (2002) sebagai akibat
pengaruh luar terhadap sendi-sendi kehidupan internal.
Ankie dalam Hatu (2011) berpendapat bahwa tidak ada masyarakat yang
berhenti perkembangannya, karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang
terjadi secara lambat atau cepat. Perubahan dalam masyarakat pada dasarnya akan
menyangkut hampir semua aspek atau segi masyarakat. Perubahan-perubahan itu
dapat mengenai nilai-nilai, norma-norma, pola-pola, perilaku, organisasi, susunan
lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan
dan wewenang, interaksi sosial, dan sebagainya (Soekanto 1990). Berbicara tentang
perubahan banyak sekali ahli yang membedakan antara perubahan sosial dan
perubahan kebudayaan. Suparlan dalam Hatu (2011) misalnya membedakan
perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Menurutnya perubahan sosial adalah
perubahan dalam struktur sosial dan dalam pola-pola hubungan sosial antara lain

6

mencakup sistem status, hubungan-hubungan dalam keluarga, sistem-sistem
politik dan kekuasaan serta persebaran penduduk, sedangkan perubahan
kebudayaan perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh
para warga atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan, yang antara lain
mencakup aturan-aturan atau norma-norma yang digunakan sebagai pegangan
dalam kehidupan warga masyarakat yang meliputi nilai-nilai, teknologi, selera dan
rasa keindahan atau kesenian dan bahasa. Namun pada dasarnya antara perubahan
sosial dan budaya itu merupakan satu kesatuan. Perubahan sosial merupakan
cakupan dari perubahan budaya. Hal ini sejalan dengan pendapat Pujiwati dalam
Hatu (2011) yang mengatakan bahwa tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai
kebudayaan, sebaliknya pula tidak ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu
masyarakat. Dengan demikian istilah yang lebih lengkap semestinya adalah
“perubahan sosial budaya”. Analisis perubahan sosial budaya juga telah dilakukan
Pitirin Sorokin dalam Munandar dalam Hatu (2011) yang mengatakan bahwa
jangka panjang pola-pola kebudayaan berubah, proses sejarahnya dan sosial terus
menerus mengalami variasi-variasi baru, disertai dengan hal-hal yang sulit diduga
dan sulit diramalkan secara keseluruhan, bahkan bersifat unik.
Davis dalam Soekanto (1982) menyatakan bahwa perubahan sosial
merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan ini
mencakup : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan seterusnya bahkan
perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial. Sebagai contoh
dalam suatu masyarakat terjadi perubahan logat bahasa akan tetapi perubahan ini
tidak mempengaruhi organisasi sosialnya. Keadaan tersebut lebih merupakan
perubahan kebudayaan dibandingkan dengan perubahan sosial. Davis juga
menyatakan bahwa perubahan dalam kebudayaan tidak mempengaruhi sistem
sosialnya.

Penyebab Terjadinya Perubahan Sosial
Menurut Bettelheim dan Janowtz dalam Halim (2002) di antara faktorfaktor yang mendorong dapatlah disebutkan kontak dengan kebudayaan lain, sistem
pendidikan yang maju, toleransi terhadap perilaku yang menyimpang, stratifikasi
yang terbuka, penduduk yang heterogen, dan ketidakpuasan terhadap bidangbidang kehidupan tertentu. Daya pendorong faktor-faktor tersebut dapat berkurang
karena adanya faktor-faktor yang menghambat, seperti kurangnya atau tidak ada
hubungan dengan masyarakat lain, perkembangan ilmu pengetahuan yang
terlambat, sikap masyarakat yang terlalu tradisionalistis, adanya kepentingankepentingan yang telah tertanam dengan kuat sekali, rasa takut akan kegoyahan
pada integrasi kebudayaan, prasangka terhadap hal-hal yang baru, hambatanhambatan yang bersifat ideologis, dan mungkin juga adat istiadat yang melembaga
dengan kuat Menurut Soekanto (2000), faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
perubahan sosial dan kebudayaan antara lain, yaitu bertambahnya penduduk,
penemuan baru (inovasi), konflik dalam masyarakat, revolusi dalam masyarakat,
peperangan, bencana alam, dan pengaruh interaksi dengan kebudayaan lain.
Sayogyo (1985) mengatakan bahwa faktor pendukung terjadinya perubahan sosial
yaitu intensitas hubungan atau kontak dengan kebudayaan lain, tingkat kebudayaan
yang maju, sikap terbuka dari masyarakat, dan sikap ingin berkembang dan maju

7

dari masyarakat. Sebab-sebab terjadiaya perubahan sosial-budaya antara lain
dikarenakan adanya perubahan demografi (demographic change), pergerakan dan
perubahan sosial (social movement and change), serta adanya penemuan-penemuan.
Penemuan itu sendiri meliputi persebaran kebudayaan (diffusion), inovasi dan
evolusi kebudayaan (Koentjaraningrat 1986).

Level Perubahan Sosial
Lauer (2001), perubahan sosial merupakan perubahan fenomena sosial di
berbagai tingkat kehidupan manusia mulai dari tingkat individu hingga tingkat
dunia. Lauer membagi level analisis ke dalam 9 tingkatan seperti yang akan
dipaparkan dalam tabel berikut:
Tabel 1 Tingkatan perubahan Lauer
Tingkat Analisis
Global
Peradaban

Kebudayaan
Masyarakat

Wakil Kawasan Studi
Organisasi internasional,
ketimpangan internasional
Lingkaran kehidupan,
peradaban
Kebudayaan material dan
kebudayaan non material
Sistem stratifikasi, struktur,
demografi, kejahatan

Komunitas

Sistem stratifikasi, struktur,
demografi,kejahatan

Institusi

Ekonomi, pemerintahan,
agama, perkawinan,
keluarga, pendidikan

Organisasi

Interaksi

Struktur, polainteraksi,
struktur kekuasaan,
produktivitas
Tipe interaksi, komunikasi

Individu

Sikap

Sumber: Lauer (2001).

Wakil unit-unit studi
GNP, data perdagangan
Inovasi ilmiah, kesenian dan
inovasi lain-lain, institusi
sosial
Teknologi, ideologi, nilainilai
Pendapatan, kekuasaan,
gengsi, peranan, tingkat
migrasi, tingkat pembunuhan
Pendapatan, kekuasaan,
gengsi, peranan, tingkat
migrasi, tingkat pembunuhan
Pendapatan keluarga, pola
pemilihan umum, jemaah
gereja dan masjid, tingkat
perceraian, proporsi
penduduk di perguruan tinggi
Peranan, klik persahabatan,
administrasi, tingkat produksi
Jumlah konflik, kompetisi
atau kedekatan, identitas
keseringan dan kejarangan
partisipasi interaksi
Keyakinan mengenai
berbagai persoalan, aspirasi

8

Tingkat Kesejahteraan
Konsep kesejahteraan berkaitan dengan konsep kemiskinan.
Mangkuprawira (1993) menjelaskan bahwa kemiskinan sering disebut pula sebagai
ketidakberdayaan dalam pemenuhan kebutuhan pokok baik materi maupun bukan
materi. Fauzi (1992) menjelaskan kemiskinan sebagai suatu keadaan dimana
seseorang atau masyarakat tidak mampu mencapai kebutuhan fisik yakni pangan
dan bukan pangan (pakaian, perumahan dan jasa). Menurut Sayogyo (1977)
kemiskinan pada dasarnya menggambarkan kondisi kesejahteraan yang buruk.
Indikator yang digunakan yaitu dengan pendekatan konsumsi atau pengeluaran.
Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar
(basic needs approach) dalam menentukan kemiskinan di Indonesia. Seseorang
tergolong dalam kategori miskin bila dia tidak mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya (basic needs), dengan kata lain, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi dalam memenuhi kebutuhan dasar, baik
makanan maupun non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Kemiskinan
sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan.
Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar
dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan
fungsi sosialnya. Todaro dalam Parassa (2012) mengemukakan bahwa
kesejahteraan masyarakat menengah ke bawah dapat direpresentasikan dari tingkat
hidup masyarakat. Tingkat hidup masyarakat ditandai dengan terentaskannya dari
kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang
lebih tinggi, dan tingkat produktivitas masyarakat .Badan Pusat Statistik (2000)
menerangkan bahwa guna melihat tingkat kesejahteraan rumah tangga suatu
wilayah ada beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuruan, antara lain adalah :
1. Tingkat pendapatan keluarga;
2. Komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan pengeluaran
untuk pangan dengan non-pangan;
3. Tingkat pendidikan keluarga;
4. Tingkat kesehatan keluarga, dan;
5. Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam rumah tangga.
Menurut Kolle dalam Bintarto (1989), kesejahteraan dapat diukur dari
beberapa aspek kehidupan:
1. Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah,
bahan pangan dan sebagianya;
2. Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh,
lingkungan alam, dan sebagainya;
3. Dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas pendidikan,
lingkungan budaya, dan sebagainya;
4. Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral, etika,
keserasian penyesuaian, dan sebagainya.

9

Migrasi
Migrasi adalah suatu bentuk gerak penduduk geografis, spasial, atau
teritorial antara unit-unit geografis yang melibatkan perubahan tempat tinggal yaitu
tempat asal ke tempat tujuan. Orang yang melakukan migrasi disebut dengan
migran, karena itu seseorang yang disebut sebagai migran ada kemungkinan telah
melakukan migrasi lebih dari satu kali. Migrasi terjadi sepanjang waktu, sehingga
jumlah migran atau migrasi sering dihitung untuk jangka waktu tertentu atau
interval migrasi. Jika tidak menggunakan interval migrasi (misal: 1 tahun, 5 tahun,
10 tahun, dan sebagainya), jumlah migran atau migrasi dihitung hanya dengan
mempertimbangkan tempat lahir. Dalam hal ini, setiap orang yang ditemukan
bertempat tinggal atau berdomisili di luar tempat kelahirannya disebut sebagai
migran semasa hidup. Migran di suatu wilayah dapat pula diidentifikasi
berdasarkan tempat tinggal terakhir dan tempat tinggal dalam periode tahun-tahun
belakangan. Semua migran yang berbeda antara tempat tinggal terakhir dan tempat
tinggal sekarang dikatakan sebagai migran total (total migrant), sedangkan migran
yang tempat tinggalnya dalam periode tahun-tahun belakangan (umpamanya dalam
5 tahun terakhir) berbeda dari tempat tinggal sekarang disebut dengan migran risen
(recent migrant). Selain itu, di suatu wilayah mungkin juga terdapat migrasi yang
disebut dengan migrasi kembali (return migrant), yaitu seseorang yang tempat
tinggalnya sekarang tidak berbeda dengan tempat lahir, tetapi untuk jangka waktu
tertentu pernah bertempat tinggal di luar tempat kelahirannya (Rusli 2012).
Menurut Tjiptoherijanto (2000) dalam Safrida (2008), migrasi merupakan
perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan
pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah tersebut.
Tujuan utama migrasi adalah meningkatkan taraf hidup migran dan keluarganya,
sehingga umumnya mereka mencari pekerjaan yang dapat memberikan pendapatan
dan status sosial yang lebih tinggi di daerah tujuan. Mantra (1992) dalam Safrida
(2008) juga menjelaskan bahwa motivasi utama orang melakukan perpindahan dari
daerahnya (pedesaan) ke perkotaan adalah motif ekonomi. Martin (2003)
menyatakan migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain,
yang terjadi karena adanya perbedaan kondisi kedua daerah tersebut. Perbedaan
terbesar yang mendorong terjadinya migrasi adalah kondisi ekonomi dan non
ekonomi. Berdasarkan pengelompokannya, maka faktor yang mendorong migran
untuk migrasi dibedakan dalam tiga kategori, yaitu faktor demand pull, supply push
dan network. Faktor demand pull terjadi jika ada permintaan tenaga kerja dari
daerah tujuan, seperti tenaga kerja Meksiko yang direkrut untuk bekerja pada sektor
pertanian di Amerika. Faktor supply push terjadi jika tenaga kerja sudah tidak
mungkin lagi memperoleh pekerjaan di daerahnya sendiri, sehingga mendorong
mereka untuk migrasi ke daerah lain. Network factor merupakan faktor yang dapat
memberi informasi bagi migran dalam mengambil keputusan untuk migrasi.

Migrasi Suku Batak
Suku Batak terdiri atas lima subsuku, yaitu Batak Toba, Batak AngkolaMandailing, Batak Simalungun, Batak Karo dan Batak Pakpak/Dairi. Kozok
(1999:11) mengatakan bahwa definisi awal tentang Batak adalah sebutan bagi

10

semua suku yang tidak atau belum memeluk agama Islam. Hal ini sudah mengalami
perubahan, sekarang hanya suku Batak Toba saja yang menyebutnya sebagai Batak,
sedangkan subsuku yang lain cenderung meninggalkan Nama Batak tersebut.
Namun menurut Kozok (1999:12) sesungguhnya kelima subetnis tersebut
merupakan bagian dari Batak.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2008, “Batak” mempunyai
arti petualang, pengembara, sedang “membatak” berarti berpetualang, pergi
mengembara. Naim (1979) dalam Sinaga (2012) mengatakan orang Batak sangat
suka mengembara. Mobilitas yang tinggi dan semangat serta perasaan ingin tahu
yang sangat besar menjadi salah satu faktor yang membuat suku ini tersebat di
mana-mana di Nusantara pun di luar negeri.
Menurut sensus 1930 suku Batak merupakan suku yang jumlah migrannya
mencapai 15.3 persen dari jumlah penduduk yang bersuku Batak. Suku bangsa
Batak yang terdata pada saat itu menempati urutan kedua secara persentase dalam
hal migrasi penduduk pada suku-suku bangsa utama di Indonesia. Jumlah migran
suku bangsa Batak mencapai 140.776 orang dari total 919.462 orang. Cunningham
dalam Naim (1979) memperkirakan bahwa dalam periode tahun 1950-1956
terdapat seperempat juta orang Batak Toba yang bermigrasi ke Pesisir Timur
Sumatera Utara. Sampai pada tahun 1960 lebih dari 1 juta orang Batak dari Semua
daerah di Tapanuli telah bermigrasi ke luar daerah Batak. Castles (1967) dalam
Naim (1979) juga memperkirakan bahwa tahun 1961 terdapat kira-kira 29.000
orang Batak berdiam di Jakarta, 40.000 sampai 50.000 berada di Jawa.
Selain Jakarta, Provinsi Jawa Barat juga merupakan Kota tujuan migran.
Seperti data arus migrasi masuk ke Provinsi Jawa Barat pada tahun 2000 yang
dilansir BPS, ada sebanyak 1.097.021 jiwa migran yang masuk ke Jawa Barat dalam
kurun waktu 1995-2000. Dari total migran yang masuk tersebut, penduduk asal
Sumatera Utara yang berdomisili di Jawa Barat berjumlah 43.890 orang (4 persen)
dan itu menduduki peringkat kelima dari seluruh penduduk provinsi lain yang kini
berdomisili di Jawa Barat (Sinaga 2012).

Sektor Informal
Konsep sektor informal yang dikemukakan pertama kali oleh Hart (1991)
dalam Amalia (2013) adalah konsep unit usaha dengan ciri-ciri padat karya,
pengelolaan bersifat kekeluargaan, tingkat pendidikan formal yang rendah, mudah
dimasuki oleh pandatang baru, sifat usaha berubah-ubah dan tidak stabil.
Sumodiningrat (1990) mengemukakan bahwa sektor informal perkotaan dunia
ketiga, umumnya menjadi tumpuan lapangan usaha dan kerja para migran desa
Kota. Para migran dari pedesaan ini pada umumnya berpendidikan sangat rendah
dan tidak terampil, oleh karenanya mereka sulit bersaing untuk masuk ke sektor
formal, sehingga hanya terserap oleh sektor informal. Namun demikian, sumbangan
yang diberikan sektor ini dalam sistem ekonomi perkotaan cukup besar. Sektor ini
cukup berperan penting, terutama dalam melayani konsumen lapisan bawah yang
memiliki daya beli relatif rendah, yang tidak memungkinkannya untuk menjangkau
sektor formal. Sektor informal sangat berarti bagi kelangsungan hidup masyarakat
miskin di perkotaan. Dalam memahami karakteristik sektor informal, Weeks dalam

11

Thomas (1992) dalam Suwartika (2003) memfokuskan pada pengelolaan usaha dan
hubungannya dengan pemerintah, pembedaan tersebut antara lain:
a. Sektor Formal
Sektor formal termasuk dalam aktivitas pemerintah, dan juga perusahaan di
sektor swasta yang secara resmi dikenali, diatur dan dipelihara oleh negara.
Sektor formal formal dicirikan dengan skala operasi yang relatif besar, teknik
padat modal, tingkat upah dan gaji yang tinggiK
b. Sektor Informal
Di sektor informal, perusahaan dan individu beraktivitas di luar sistem
peraturan dan kepentingan pemerintah sehingga tidak memiliki akses terhadap
institusi kredit formal dan kecukupan sumberdaya untuk mentrasfer teknologi
dari luar negeri. Di beberapa negara, pelaku ekonomi di sektor ini beroperasi
secara ilegal, meski pengaruhnya terhadap aktivitas ekonomi sama seperti
sektor formal. Keilegalan tidak selalu merupakan konsekuensi alamiah dari
keterbatasan sumberdaya dan akses terhadap sektor formal.
Tabel 2 Karakteristik dari dua sektor ekonomi
No
1.
2.

Karakteristik
Teknologi
Organisasi

Sektor Formal
Capital intensive
Birokratis

3.
4.
5.
6.
7.

Modal
Jam Kerja
Upah
Kesediaan
Harga

Berlebih
Teratur
Normal : Teratur
Berkualitas
Harga pas

8.

Kredit

9.
10.
11.

Keuntungan
Hubungan dengan klien
Biaya tetap

Dari bank atau institusi
yang sama dengan bank
Tinggi
Secara Formal
Besar

12.
13.

Sektor Informal
Labour Intensive
Hubungan
Kekeluargaan
Sedikit
Tidak teratur
Tidak teratur
Tidak berkualitas
Cenderung bisa
dinegosiasikan
Pribadi bukan bank
Rendah
Secara Pribadi
Kecil (dapat
diabaikan)
Kurang penting
Berguna

Pemberitaan/advertising Penting
Pemanfaatan barang
Tidak Berguna
bekas
14. Modal tambahan
Indispensible
Dispensible
15. Perangkat pemerintahan Besar
Hampir tidak ada
16. Ketergantungan
Besar : khususnya untuk Hampir tidak ada
terhadap dunia luar
orientasi ekspor
atau kecil
Sumber Weeks dalam Thomas (1992) dalam suwartika (2003)

Kerangka Pemikiran
Salah satu tujuan dari migrasi yaitu untuk memperoleh pekerjaan. Seseorang
yang melakukan migrasi dapat disebut dengan migran. Para migran ini banyak yang

12

bekerja di sektor informal. Salah satu suku yang melakukan migrasi yaitu suku
Batak. Sebagai migran sudah tentu mengalami hal-hal yang baru dalam
kehidupannya yang mengakibatkan perubahan. Kondisi lingkungan yang berbeda
sedikit banyaknya berpengaruh terhadap kehidupan migran Batak di sektor
informal. Pengaruh ini bisa berdampak positif dan negatif sejauh mana migran
dapat menyesuaikan diri. Perubahan yang terjadi terhadap migran Batak di sektor
informal mencakup perubahan sosial budaya dan tingkat kesejahteraan. Penelitian
ini membatasi perubahan sosial budaya mencakup interaksi sosial, hubunganhubungan kekeluargaan, nilai-nilai agama, nilai-nilai adat istiadat, perubahan pola
pikir terhadap materi dan sikap individualis, sedangkan perubahan tingkat
kesejahteraan dilihat dari indikator tingkat pendapatan, tingkat kesehatan dan
kondisi perumahan serta kepemilikan barang berharga.

Perubahan Sosial Antara lain:
● Interaksi sosial: Interaksi
dengan suku, agama dan
lapisan ekonomi yang berbeda
●Hubungan-hubungan
kekeluargaan: Tingkat
kedekatan dan kebersamaan
dengan keluarga.

Perubahan Budaya
● Nilai-Nilai Agama
● Nilai-Nilai Adat Istiadat
● Pola pikir terhadap materi
dan individualisme

Migran
Batak
Sektor
Informal

Tingkat Kesejahteraan
● Tingkat pendapatan
● Akses terhadap pelayanan
kesehatan
● Kondisi perumahan serta
kepemilikan barang berharga

Keterangan:
Mempengaruhi
Fokus Penelitian
Gambar 1 Kerangka pemikiran

13

Hipotesis Penelitian
1. Diduga ada perbedaan nyata pada interaksi sosial sebelum dan setelah
melakukan migrasi
2. Diduga ada perbedaan nyata pada hubungan-hubungan kekeluargaan sebelum
dan setelah melakukan migrasi.
3. Diduga ada perbedaan nyata pada nilai-nilai agama sebelum dan setelah
melakukan migrasi
4. Diduga ada perbedaan nyata pada nilai-nilai adat istiadat sebelum dan setelah
melakukan migrasi
5. Diduga ada perbedaan nyata pada pola pikir terhadap materi dan sikap
individualis sebelum dan setelah melakukan migrasi
6. Diduga ada perbedaan nyata pada tingkat pendapatan sebelum dan setelah
melakukan migrasi
7. Diduga ada perbedaan nyata pada akses terhadap pelayanan kesehatan sebelum
dan setelah melakukan migrasi
8. Diduga ada perbedaan nyata pada kondisi perumahan serta kepemilikan barang
berharga sebelum dan setelah melakukan migrasi

Definisi Operasional
Perubahan sosial
1. Interaksi Sosial: Suatu hubungan antara dua individu atau lebih yang saling
mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perbuatan individu lainnya
ataupun sebaliknya. Interaksi sosial yang diukur meliputi interaksi dengan
orang-orang yang berbeda suku, agama, dan lapisan ekonomi sebelum dan
sesudah menjadi migran di sektor informal. Interaksi Sosial di ukur dengan
melihat penilaian migran Batak di sektor informal secara subjektif. Ukuran
perubahan kondisi interaksi sosial diukur dengan menggunakan skala penilaian
1-10 yang kemudian hasilnya akan diperbandingkan.
2. Hubungan-Hubungan Kekeluargaan: Hubungan-hubungan kekeluargaan yang
akan diukur meliputi kedekatan dan kebersamaan dengan keluarga sebelum
dan sesudah menjadi migran di sektor informal. Hubungan-hubungan
kekeluargaan di ukur dengan melihat penilaian migran Batak di sektor informal
secara subjektif. Ukuran perubahan kondisi hubungan-hubungan kekeluargaan
diukur menggunakan skala penilaian 1-10 yang kemudian hasilnya akan
diperbandingkan.

Perubahan Budaya
1. Nilai-Nilai Agama: Ajaran-ajaran agama yang dianut oleh responden. Diukur
dengan melihat penilaian secara subjektif migran di sektor informal mengenai
ketaatan beragama (kesalehan) responden sebelum dan sesudah menjadi
migran di sektor informal. Ukuran perubahan kondisi nilai-nilai agama diukur

14

menggunakan skala penilaian 1-10 yang kemudian hasilnya akan
diperbandingkan.
2. Nilai-Nilai Adat Istiadat: Nilai-nilai adat istiadat yang dianut oleh responden.
Diukur dengan melihat penilaian secara subjektif migran di sektor informal
mengenai ketaatan responden terhadap nilai-nilai adat istiadat sebelum dan
sesudah menjadi migran di sektor informal. Ukuran perubahan kondisi nilainilai adat istiadat diukur menggunakan skala penilaian 1-10 yang kemudian
hasilnya akan diperbandingkan.
3. Pola pikir terhadap materi dan individualisme: Orientasi responden terhadap
materi dan sikap individual. Diukur dengan melihat tingkat orientasi nilai
terhadap materi (tingkat materialistik) dan sikap individual sebelum dan
sesudah menjadi migran di sektor informal secara subjektif. Ukuran perubahan
kondisi orientasi terhadap materi dan sikap individual diukur menggunakan
skala penilaian 1-10 yang kemudian hasilnya akan diperbandingkan

Tingkat Kesejahteraan
1. Tingkat Pendapatan adalah Ukuran taraf hidup yang dilihat dari jumlah
penghasilan seseorang dalam sebulan terakhir. Ukuran perubahan tingkat
pendapatan diukur menggunakan skala penilaian 1-10 yang kemudian hasilnya
akan diperbandingkan.
2. Akses terhadap pelayanan kesehatan: adalah akses terhadap fasilitas kesehatan
yang diukur dengan melihat tempat responden paling sering berobat. Ukuran
perubahan akses terhadap pelayanan kesehatan diukur menggunakan skala
penilaian 1-10 yang kemudian hasilnya akan diperbandingkan
3. Kondisi perumahan serta kepemilikan barang berharga: Kondisi fisik dan
fasilitas bangunan rumah tangga serta kepemilikan barang berharga. Ukuran
perubahan kondisi perumahan serta kepemilikan barang berharga diukur
dengan menggunakan skala penilaian 1-10 kemudian hasilnya akan
diperbandingkan.

15

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian
kualitatif bersifat explanatory research dengan menggunakan teknik wawancara
mendalam dan observasi langsung. Penelitian kuantitatif yang dilakukan
merupakan metode penelitian survei. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui
pengisian kuesioner.

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Bogor. Lokasi penelitian
ditentukan secara purposive (sengaja). Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah
Kota Bogor sebagai daerah perkotaan menjadi salah satu Kota tujuan bagi para
migran dan salah satu migran yang berada di Kota Bogor adalah migran Batak.
Untuk memenuhi kebutuhan Hidupnya para migran batak ini melakukan beragam
jenis pekerjaan. Sektor Informal menjadi menarik bagi migran Batak karena mudah
untuk dimasuki. Kota Bogor merupakan salah satu daerah yang memiliki komunitas
migran Batak yang bekerja di sektor informal yang tinggi. Kegiatan penelitian ini
dilaksanakan dalam jangka waktu enam bulan yang terhitung mulai bulan Februari
2014 sampai dengan Juli 2014. Penelitian ini dimulai dengan penyusunan proposal
penelitian, kolokium, perbaikan proposal skripsi, pengambilan data lapang,
pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi dan
perbaikan laporan skripsi.

Teknik Pengumpulan Data
Jenis data berdasarkan sumbernya yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan sekunder. Data primer didapatkan langsung dilapangan
dengan menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara mendalam dengan
menggunakan panduan pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya kepada
responden. Responden adalah pihak yang memberikan keterangan tentang diri dan
kegiatan yang dilakukannya. Dalam Penelitian ini Responden bertindak juga
sebagai Informan. Informan adalah orang yang termasuk dalam kegiatan ini yang
memberikan keterangan mengenai informasi ataupun data disekitar lingkungannya
yang berhubungan dengan penelitian ini. Informan juga dikatakan sebagai pihak
yang dapat mendukung keberlangsungan informasi penelitian secara lancar. Data
sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan studi literatur seperti buku, skripsi,
tesis, artikel dan berbagai karya ilmiah. Dalam penelitian ini akan dilihat perubahan
yang terjadi dalam diri migran batak yang bekerja di sektor informal yang
mencakup perubahan sosial, budaya dan tingkat kesejahteraan. Perubahan yang
terjadi diukur menurut pandangan responden secara subjektif. Populasi sasaran
dalam penelitian ini adalah seluruh migran batak yang bekerja disektor informal

16

kota Bogor. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu migran batak yang
bekerja disektor informal. Migran dalam hal ini adalah setiap orang yang ditemukan
bertempat tinggal atau berdomisili di luar tempat kelahirannya atau disebut sebagai
migran semasa hidup (Rusli 2012). Penentuan responden dilakukan dengan
pengambilan sampel “accidental sampling”. Cara ini dilakukan karena jumlah
orang Batak yang ada di Bogor tidak terdata secara statistik. Teknik Accidental
sampling yaitu responden dipilih secara tidak sengaja. Sampel yang akan diambil
sebanyak 35 orang. Pembagian kuesioner diberikan pada migran Batak yang
bekerja di sektor informal di Kota Bogor yang bertemu pada saat pembagian
kuesioner tersebut dilakukan. Hal ini dilakukan karena sulit dilakukan random
terhadap populasi migran Batak di sektor informal di Kota Bogor.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Ada dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis dalam penelitian ini yaitu,
data Kualitatif dan Kuantitatif. Miles dan Huberman (1992) dalam Agusta (2000)
mengatakan terdapat tiga jalur analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat
diambil. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,
sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus
menerus selama berada dilapangan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti
kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola (dalam
catatan teori), penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur
sebab akibat, dan proposisi.
Data Kuantitaif diolah melalui instrumen kuesioner. Data hasil kuesioner
kemudian diolah menggunakan microsoft excel 2014 dan SPSS for windows versi
20. Data yang diperoleh melalui kuesioner kemudian diolah dan dimasukan ke
perangkat lunak microsoft excel 2014 sebelum dimasukan ke perangkat lunak SPSS
for Windows versi 20 untuk mempermudah pengolahan data. Kemudian data yang
didapatkan dianalisis secara statistik dengan menggunakan Analisis Uji Beda (TPaired Sample). Analisis data dengan pengujian ini untuk menguji perbedaan
kondisi aspek perubahan sosial budaya dan tingkat kesejahteraan responden
sebelum dan sesudah menjadi migran di sektor informal di Kota Bogor. Pada uji
beda ini digunakan total nilai dari semua indikator.

17

GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR DAN MIGRAN BATAK
DI SEKTOR INFORMAL DI KOTA BOGOR
Gambaran Umum Kota Bogor
Kota Bogor merupakan salah satu Kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat
yang memiliki luas wilayah sekitar 11.850 hektar. Kota Bogor terletak pada 106º
48’ Bujur Timur dan 6º 36’ Lintang Selatan, ± 56 Km Se