Strategi Meningkatkan Akuntabilitas Keuangan Di Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian

STRATEGI MENINGKATKAN AKUNTABILITAS
KEUANGAN DI BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FINA ARPAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Meningkatkan
Akuntabilitas Keuangan di Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Fina Arpah
NRP H252144105

RINGKASAN
FINA ARPAH. Strategi Meningkatkan Akuntabilitas Keuangan di Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Dibimbing oleh HARIANTO
dan ABDUL KOHAR IRWANTO.
Evaluasi kinerja pada instansi pemerintah terdiri dari dua bagian, yaitu
eksternal dan internal. Penilaian yang bersifat eksternal didasarkan pada indikator
responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas; sementara yang sifatnya internal
didasarkan pada standar operasional prosedur (SOP). Kedua kinerja ini diarahkan
untuk menilai sejauhmana akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. SOP
merupakan pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan berdasarkan
indikator teknis, administratif dan prosedur. Tujuan dari SOP adalah menciptakan
komitmen mengenai apa yang dikerjakan untuk mewujudkan tata kelola yang baik.
Penelitian ini dilatarbelakangi tuntutan akuntabilitas keuangan yang
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 bagi semua
Kementerian/Lembaga yang mempergunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja

Negara (APBN), khususnya yang dilakukan oleh Satuan Kerja Balai Besar
Pengkajian Badan Litbang Pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk: 1)
mengevaluasi penerapan SOP pengelolaan keuangan di Balai Besar Pengkajian, 2)
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi akuntabilitas keuangan di Balai
Besar Pengkajian, dan 3) merumuskan rekomendasi strategis peningkatan
akuntabilitas keuangan di Balai Besar Pengkajian.
Metode untuk mengevaluasi penerapan SOP dilakukan dengan menggunakan
analisis deskriptif. Kemudian untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi akuntabilitas menggunakan analisis regresi, sedangkan untuk
menentukan rekomendasi menggunakan analisis Important Performance Analysis
(IPA).
Hasil analisis menunjukkan bahwa SDM belum sepenuhnya mematuhi
SOP, kecenderungan dalam penyelesaian masalah di lapang SDM mengacu kepada
pengalamannya. Variabel SDM dan Non SDM menunjukkan pengaruh positif dan
signifikan terhadap akuntabilitas keuangan dengan nilai masing-masing ρ (SDM) =
0,184 dan ρ (Non SDM) = 0,013. Sedangkan SOP tidak memberikan pengaruh
secara parsial terhadap akuntabilitas keuangan (ρ = 0,838). Keberhasilan
akuntabiltas dilakukan melalui unsur SDM berupa peningkatan kapasitas problem
solving dan peneguhan komitmen manajemen dalam implementasi dan evaluasi
SOP.

Kata kunci: akuntabilitas, SDM, SOP, komitmen

SUMMARY
FINA ARPAH. Strategy to increase of Financial Accountability in Indonesian
Center for Agricultural Technology Assessment and Development. Supervised by
HARIANTO and ABDUL KOHAR IRWANTO.
The performance evaluation of government agencies consists of two parts:
external and internal. The external evaluation is based on responsiveness,
responsibility, and accountability; whereas the internal one based on the standard
operating procedures (SOP). Both are intended to assess the performance financial
accountability of government agencies. SOP is a guideline or a reference to perform
job responsibilities based on technical, administrative and procedural indicators.
The purpose of the SOP is to create a commitment to what is to be done to achieve
good governance.
The background of this study is the demand for financial accountability
mandated by Decree No. 1/2004 for all Ministries/Agencies that use the funds from
the state budget (APBN), especially those managed by the Indonesian Center for
Agricultural Technology Assessment and Development (ICATAD). This study was
aimed to: 1) evaluate the implementation of SOP (Standard Operational Procedure)
in the financial management of ICATAD, 2) analyze the factors affecting the

financial accountability in ICATAD and 3) formulate strategic recommendations to
increase the financial accountability in the ICATAD.
Descriptive and regression analyses were applied to analyze the
implemented of SOP and to examine determinant factors of accountability, whereas
Impact Performance Analysis (IPA) was developed to formulate policy
recommendations.
The analysis showed that the human resources (HR) have not yet fully
complied with the SOP, with the tendecy that they solve the problem on the field
by referring to their experience. The variables of the HR and non-HR showed a
positive and significant impact on the financial accountability with the values,
respectively, ρ (HR) = 0.184 and ρ (NonHR) = 0.013. Meanwhile, SOP did not give
partial effect to the financial accountability (ρ = 0.838). The success of
accountability is established by improving the capacity of problem solving and
strengthening the management commitment to the implementation and evaluation
of SOP.
Keywords: accountability, human resources, standard operational procedure,
commitment

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

STRATEGI MENINGKATKAN AKUNTABILITAS
KEUANGAN DI BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FINA ARPAH

Tugas Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional
pada
Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir:

Dr Ir Trias Andati, MM MSi

Judul Tugas Akhir : Strategi Meningkatkan Akuntabilitas Keuangan di Balai
Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Nama
: Fina Arpah
NRP
: H252144105

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Harianto, MS
Ketua


Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Manajemen Pembangunan Daerah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Ma’mun Sarma, MS MEc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 13 Agustus 2016

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya tulis ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
penulis pilih dalam penelitian ini adalah tentang akuntabilitas keuangan, dengan
judul Strategi Meningkatkan Akuntabilitas Keuangan di Balai Besar Pengkajian
dan Pengembangan Teknologi Pertanian yang dimulai pada bulan Januari sampai
dengan April 2016.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Ir. Harianto, MS dan Bapak
Dr.Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, saran, dan masukan kepada penulis selama
penelitian ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak sponsor Program Beasiswa State Accountability Revitalization ADB – BPKP
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis.
Penulis menyampaikan terima kasih juga kepada semua pihak baik staf
pengajar, pimpinan dan karyawan program studi Manajemen Pembangunan Daerah
dan teman-teman seangkatan MPD VII yang telah membantu dan memberikan
dukungan, motivasi kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan
dengan baik. Begitu juga penulis berterima kasih kepada para responden di Balai
Besar Pengkajian yang telah meluangkan waktunya untuk mendukung penyelesaian
penelitian ini. Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada
orang tua dan suami tercinta atas dukungan penuh dan doanya selama proses

pembelajaran sampai dengan penyelesaian tugas akhir.
Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2016
Fina Arpah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

x

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup

1
1
4
6
6
6

2 TINJAUAN PUSTAKA
Akuntabilitas Keuangan
Pedoman Pengelolaan Dana APBN
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Revolving dana
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Penelitian Terdahulu

Kerangka Pemikiran
Variabel Penelitian

7
7
8
8
9
9
10
11
13

3 METODOLOGI
Model yang digunakan
Uji Reliabilitas dan Validitas

14
19
19

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Responden
Statistik Deskriptif
Hasil Evaluasi SOP Pengelolaan Keuangan
Analisis Variabel SDM
Hasil analisis regresi variabel SDM
Hasil analisis diagram kartesius (gap analysis) variabel SDM
Analisis Variabel Non SDM
Hasil analisis regresi variabel non SDM
Hasil analisis diagram kartesius (gap analysis) variabel non SDM
Analisis Variabel Evaluasi SOP Pengelolaan Keuangan
Hasil analisis regresi variabel SOP pengelolaan keuangan
Hasil analisis diagram kartesius (gap analysis) variabel SOP pengelolaan
keuangan
Analisis Variabel Akuntabilitas Keuangan
Hasil analisis diagram kartesius (gap analysis) variabel akuntabilitas
keuangan

20
20
21
23
28
30
30
32
32
33
34
35
35
37
38

Perumusan Strategi
Implikasi Manajerial

40
40

5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

41
41
42

DAFTAR PUSTAKA

43

LAMPIRAN

45

RIWAYAT HIDUP

108

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Keragaan TGR periode 2010-2014 Balai Besar Pengkajian
3
Pagu anggaran Balai Besar Pengkajian dan laju pertumbuhannya tahun
anggaran 2010-2015
5
Variabel dan skala pengukuran penelitian
14
Jenis dan sumber data
15
Tujuan penelitian, metode analisis, dan data
19
Demografi responden
21
Rataan skor variabel menurut tingkatan manajerial
21
Rataan skor variabel menurut bagian
22
Rataan skor kinerja variabel menurut tingkatan manajerial dan
bagian
23
Matrik evaluasi SOP pengelolaan keuangan Balai Besar Pengkajian 24
Beban kerja kegiatan revolving dana Balai Besar Pengkajian
28
Rataan, minimum dan maksimum skor variabel SDM
29
Analisis diagram kartesius untuk variabel SDM
30
Rataan, minimum dan maksimum skor variabel non SDM
32
Analisis diagram kartesius untuk variabel non SDM
34
Rataan, minimum dan maksimum skor variabel evaluasi SOP
35
Analisis diagram kartesius untuk variabel evaluasi SOP
37
Rataan, minimum dan maksimum skor indikator akuntabilitas
keuangan
37
Analisis diagram kartesius untuk akuntabilitas keuangan
39

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Kinerja revolving dana Balai Besar Pengkajian kurun waktu 2013-2015
2
Keragaan SDM pengelola keuangan Balai Besar Pengkajian
4
Model faktor-faktor yang mempengaruhi akuntabilitas
12
Kerangka pemikiran penelitian
13
Diagram kartesius IPA
18
Dokumen sumber aplikasi SILABI
26
Proses pembukuan SILABI
27
Diagram kartesius untuk variabel SDM
30
Diagram kartesius untuk variabel non SDM
33
Diagram kartesius untuk variabel evaluasi SOP pengelolaan
keuangan
36
Diagram kartesius untuk variabel akuntabilitas keuangan
39

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kisi-kisi penelitian
46
Daftar istilah
47
Output hasil analisis SPSS
49
Kuesioner penelitian
58
Pedoman tata tara pembayaran APBN
63
Mekanisme pencairan dana APBN
69
Matrik penelitian terdahulu
70
Matrik kinerja pelaksanaan penelitian
71
Matriks standard operating procedure (SOP) keuangan Balai Besar Pengkajian
dan Pengembangan Teknologi Pertanian
71

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan Negara
mempertegas tanggung jawab instansi pengelola fiskal dan pengguna
anggaran/barang untuk menyelenggarakan akuntansi dan mempersiapkan laporan
pertanggungjawaban keuangan dan kinerja sehubungan dengan anggaran yang
telah digunakan. Laporan Keuangan pemerintah pusat disusun berdasarkan Laporan
Kementerian Negara/Lembaga serta laporan pertanggungjawaban pengelolaan
perbendaharaan negara untuk memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (Balai Besar
Pengkajian) sebagai satuan kerja yang berada di Kementerian Pertanian
berkewajiban atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih berdasarkan atas
asas akuntabilitas. Salah satu peran Balai Besar Pengkajian adalah melakukan
pembinaan dan koordinator kepada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) di seluruh Indonesia. Peran tersebut
mengharuskan Balai Besar Pengkajian memiliki kinerja yang lebih baik dari UPT
binaannya. Pembelajaran pengalaman tentang pengelolaan keuangan di Balai Besar
Pengkajian dapat diadopsi dan diterapkan di seluruh UPT nya. Untuk itu diperlukan
panduan pengelolaan keuangan yang terstandar untuk dapat dilakukan
pengendalian yang baik terhadap pengelolaan keuangan, yaitu dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan keuangan.
Balai Besar Pengkajian merupakan bagian elemen penting dalam mendukung
tercapainya akuntabilitas Kementerian Pertanian. Oleh karenanya diperlukan
instrumen yang terstandar untuk mewujudkan akuntabilitas keuangan melalui
penerapan SOP pengelolaan keuangan. SOP adalah dokumen tertulis yang memuat
prosedur kerja secara rinci dan sistematis (Ramli dan Mulidah 2013). Implementasi
SOP yang baik akan menunjukkan konsistensi hasil kinerja, kualitas produk dan
proses pelayanan yang mengacu kepada kepuasan publik. Selain itu tujuan SOP
adalah menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja
instansi pemerintahan untuk mewujudkan tata kelola yang baik1. Pada saat ini Balai
Besar Pengkajian menerapkan 12 (dua belas) SOP untuk pengelolaan keuangan dan
salah satu SOP keuangan Balai Besar Pengkajian yang sangat strategis adalah SOP
perencanaan kas. Instrumen ini terkait kebijakan perencanaan kas dalam rangka
menjaga ketertiban pencairan dana APBN.
Laporan sementara hasil observasi pendahuluan menunjukkan bahwa
penerapan SOP pengelolaan keuangan di Balai Besar Pengkajian belum
sepenuhnya mematuhi regulasi terbaru. Regulasi terbaru dimaksud adalah
Permenkeu Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan Permenkeu Nomor
162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan dan Tanggungjawab Bendahara pada
Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Permasalahan
yang diketemukan salah satunya adalah keterlambatan dalam proses pencairan
1

Arman Razak, 2016. makalah pada Seminar dan Temu Karya Widyaiswara Balai Diklat
Keagamaan manado [diunduh tanggal 17 Januari 2016]

2

dana, hal ini disebabkan karena: (1) kurang lengkapnya data, (2) kesalahan dalam
memproses data, (3) tidak lengkapnya bahan pendukung, (4) belum sepenuhnya
mengikuti proses pencairan dana, dan (5) sistem pembayaran yang belum
sepenuhnya mengacu kepada SOP yang telah ditetapkan. Keterlambatan ini
mengganggu kelancaran aktivitas kegiatan manajemen dan mengiindikasikan
bahwa ada kendala pada proses ini.
Kemampuan membelanjakan dalam bentuk revolving menjadi faktor yang
cukup menarik untuk diamanati. Berdasarkan data dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun
terakhir, kinerja revolving Balai Besar Pengkajian seperti tersaji pada Gambar 1.

Gambar 1 Kinerja revolving dana Balai Besar Pengkajian kurun waktu 2013-2015
Gambar 1 menjelaskan bahwa pada tahun 2013, kinerja revolving sebesar
80% di atas batas waktu pertanggung jawaban yang semestinya. Sedangkan di
tahun 2014, terjadi penurunan jumlah waktu keterlambatan menjadi 73,3% bahkan
terdapat 4 periode yang berada di bawah waktu penyelesaian sebanyak 26,3%, dan
berlanjut di kondisi di tahun 2015 jumlah waktu keterlambatan menjadi 50%. Ratarata berada di waktu penyelesaian. Namun kondisi ini, menjadi pertanyaan sendiri
jika dikaitkan dengan bagaimana kinerja ideal pengelolaan kas dana APBN yang
mengacu kepada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang
Tata Cara Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara. Jika evaluasi kinerja revolving berdasarkan SOP, maka akan
terpetakan kualitas dari pengelolaan itu sendiri.
Laporan sementara terhadap penerapan SOP pengelolaan keuangan
menggambarkan bahwa pengelolaan anggaran belum tertib, sehingga dapat

3

mengakibatkan kerugian Negara. Adapun hasil temuan Tuntutan Ganti Rugi (TGR)
Keuangan Negara selama 4 (empat) tahun dari TA 2010 – 2014 di Balai Besar
Pengkajian tersaji dalam Tabel 1 yang menggambarkan bahwa terjadi tuntutan ganti
rugi atas pengelolaan anggaran periode 2010 sampai dengan 2014 yang tidak efektif
dan efisien. Dari segi laju pertumbuhan, nampak adanya fluktuasi kondisi yang
cukup tajam dalam kurun waktu tersebut. Terjadi pelambatan pada kinerja
pengelolaan 2012 sebesar (63,4)%, namun terjadi peningkatan yang sangat
signifikan di tahun 2013 dan 2014 sebesar 954,3%. Jika merujuk kepada Gambar 1,
kinerja revolving "seakan" tidak selaras dengan output yang seharusnya didapat.
Hal ini menguatkan bahwa ada sesuatu yang perlu di kaji secara mendalam tentang
bagaimana kinerja revolving pengelolaan dana APBN yang mengacu SOP.
Harapannya akan teridentifikasi dengan baik permasalahan sesungguhnya yang
terkait dengan akuntabilitas keuangan Balai Besar Pengkajian. Seperti diketahui
bahwa semakin tinggi nilai TGR maka sebagai konsekwensinya adalah nilai
akuntabilitas semakin rendah (menurun).
Tabel 1 Keragaan TGR periode 2010-2014 Balai Besar Pengkajian
No.

1
2
3

Bahan Audit
(Tahun Pengelolaan
Anggaran)
TA. 2010-2011
TA. 2012
TA. 2013-2014

Nilai TGR
(jutaan rupiah)

Laju Pertumbuhan
(%)

31,4
11,5
121,3

100
(63,37)
286,30

Sumber : Balai Besar Pengkajian 2015, data diolah.

Kinerja revolving dana Balai Besar Pengkajian yang berfluktuatif
menunjukkan beban kerja Bendahara Pengeluaran cukup berat sehingga
memerlukan pembantu bendahara yang berkompeten. Hal ini sejalan dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013 pasal 6 ayat (2) disebutkan
bahwa guna kelancaran pelaksanaan kegiatan, Menteri/Pimpinan Lembaga atau
pejabat yang diberi kuasa dapat mengangkat satu atau lebih Bendahara Pengeluaran
Pembantu (BPP), namun sampai saat ini penugasan tentang BPP belum dijalankan
di Balai Besar Pengkajian.
Hasil laporan sementara lainnya terkait penerapan SOP adalah banyak
personil keuangan tidak membaca regulasi yang berlaku tentang pengelolaan
keuangan dan tidak melakukan pembukuan yang terstandar. Selain itu ditemukan
belum adanya kesadaran dan komitmen pihak manajemen dalam melaksanakan
SOP ini. Untuk itu, kajian ini untuk menjawab kondisi dan permasalahan
pengelolaan keuangan yang telah diutarakan di atas, yaitu: “Bagaimana Strategi
Meningkatkan Akuntabilitas Keuangan di Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian?”

4

Perumusan Masalah
Akuntabilitas merupakan kewajiban mempertanggungjawabkan mengenai
kewenangan yang diberikan. Untuk memahami terkait peran, fungsi, dan
kewenangan dalam organisasi, maka diperlukan guideline berupa SOP sebagai
pengendalian terhadap pengelolaan keuangan. Terkait dengan pengelolaan dana
APBN, SOP dimaksud mencakup tentang manajemen kas dalam membelanjakan
dana APBN pada batasan kurun waktu tertentu.
Peran strategis Balai Besar Pengkajian dapat mendukung tercapainya
akuntabilitas Kementerian Pertanian. Oleh karenanya diperlukan instrumen yang
terstandar untuk mewujudkan akuntabilitas keuangan, yakni melalui SOP
pengelolaan keuangan. Merujuk hasil observasi tentang kinerja revolving dana,
diketahui kendala penyelesaian waktu pengelolaan keuangan yang tidak tepat dan
menyalahi ketentuan yang berlaku sehingga perlu diteliti lebih dalam lagi tentang
SOP pengelolaan keuangan lainnya apakah sudah sesuai dengan kebutuhan dan
regulasi yang ada. Sehingga, masih diperlukan kajian “Bagaimana penerapan
SOP pengelolaan keuangan di Balai Besar Pengkajian?”
Acuan SOP pengelolaan dana APBN berlandaskan pada Permenkeu
No.190/PMK.05/2012 dan Silabi. Kedua landasan ini merupakan pedoman umum
yang dijadikan acuan dalam penyusunan SOP pengelolaan keuangan di masingmasing satker. Dalam pelaksanaannya seringkali terjadi penyesuaian-penyesuaian
operasional antara lain disebabkan keterbatasan sumberdaya manusia dan
dukungan komitmen dari manajemen.
Menurut Stafruddin (2014) sekurang-kurangnya minimal 2 (dua) orang
Sarjana Akuntansi untuk mengelola keuangan dalam satu SKPD 2 . Akan tetapi
Gambar 2 menunjukkan keragaan pengelola keuangan Balai Besar Pengkajian
memiliki satu orang yang berlatar belakang pendidikan akuntansi.

AKUNTANSI
1 1 1

3

EKONOMI
IPA
4

PERBANKAN
1
1

PERPUSTAKAAN
PERTANIAN

18
SOSEK PERTANIAN
UMUM

Gambar 2 Keragaan SDM pengelola keuangan Balai Besar Pengkajian

2

Warta Badan Pemeriksa Keuangan RI. 2014. laporan utama. Edisi Februari: (6-10).

5

Ketimpangan antara beban kerja dengan kompetensi pendidikan yang kurang
memadai dapat menjadi penyebab terhambatnya penyelesaian pekerjaan. Beban
pekerjaan dalam mengelola keuangan dapat dilihat dari besarnya pagu anggaran
yang dikelola oleh Balai Besar Pengkajian selama kurun waktu 5 (lima) tahun
terakhir, sebagaimana tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Pagu anggaran Balai Besar Pengkajian dan laju pertumbuhannya tahun
anggaran 2010-2015
No. Tahun Anggaran
Pagu (milyar rupiah)
1.
2010
16,338259
2.
2011
43,392323
3.
2012
23,148746
4.
2013
33,225104
5.
2104
27,721706
6.
2015
32,697911
Laju pertumbuhan rata-rata

Laju pertumbuhan (%)
-62,9
165,6
-46,7
43,5
-16,6
18,0
16,81

Tabel 2 menunjukkan trend kenaikan pagu anggaran di Balai Besar Pengkajian.
Pada tahun 2011 ada kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar 165,5%
dikarenakan ada dana BPTP yang dititipkan di DIPA Balai Besar Pengkajian
sebesar Rp 20 milyar rupiah. Jadi secara trend, nampak kenaikan anggaran dari
tahun ke tahun Balai Besar Pengkajian mengelola anggaran DIPA cukup besar.
Evaluasi terhadap penerapan SOP pengelolaan keuangan membutuhkan
dukungan sumberdaya manusia dan komitmen dari semua pihak terutama
manajemen terkait. Kepatuhan dalam menjalankan prosedur, dukungan
sumberdaya manusia, non sumberdaya manusia dan komitmen manajemen patut
diduga mempengaruhi akuntabilitas keuangan, sehingga diperlukan analisis
terhadap pengelolaan keuangan “Bagaimana dukungan faktor-faktor yang
mempengaruhi akuntabilitas keuangan di Balai Besar Pengkajian?”
Tata kelola keuangan yang baik perlu segera dilakukan supaya permasalahan
yang timbul dapat segera dipecahkan. Disadari, mewujudkan upaya ini
membutuhkan waktu yang tidak singkat dan juga upaya yang terus menerus.
Disamping itu, perlu juga dibangun kesepakatan serta rasa optimis yang tinggi dari
seluruh komponen yang terlibat untuk menumbuhkembangkan rasa kebersamaan
dalam rangka mencapai tata kelola keuangan yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud mengkaji lebih dalam
tentang pengelolaan keuangan yang akuntabel berdasarkan dari laporan sementara
terhadap penerapan SOP pengelolaan keuangan di Balai Besar Pengkajian. Oleh
karena itu, hasil kajian ini diharapkan dapat merumuskan : Strategi meningkatkan
akuntabilitas keuangan di Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian.

6

Tujuan Penelitian
Mengacu pada permasalahan dan pertanyaan penelitian yang telah
dirumuskan, maka disusun tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengevaluasi penerapan SOP pengelolaan keuangan di Balai Besar Pengkajian
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi akuntabilitas keuangan di Balai
Besar Pengkajian
3. Merumuskan rekomendasi strategis meningkatkan akuntabilitas keuangan di
Balai Besar Pengkajian

Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:
1. Bagi peneliti sendiri, memberikan pemahaman yang mendalam mengenai
pentingnya akuntabilitas pengelolaan keuangan sesuai dengan prosedur dan
aturan yang berlaku, meningkatkan kemampuan analisis dalam mengidentifikasi
masalah dan memberikan solusi atau strategi perubahan untuk meningkatkan
akuntabilitas keuangan di Balai Besar Pengkajian.
2. Bagi dunia praktisi khususnya Balai Besar Pengkajian, hasil peneltiain ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam merumuskan
kebijakan pengelolaan anggaran utamanya evaluasi SOP Sub. Bagian Keuangan
dan faktor-faktor yang mempengaruhi, baik faktor SDM dan Non SDM yang
akan mempengaruhi akuntabilitas keuangan di Balai Besar Pengkajian.
3. Bagi dunia akademisi atau peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi acuan atau referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian
lanjutan terkait dengan peningkatan akuntabilitas keuangan.

Ruang Lingkup
Ruang lingkup Kajian ini adalah penyusunan strategi meningkatkan
akuntabilitas pengelolaan keuangan Balai Besar Pengkajian, sehingga diharapkan
dapat meningkatkan kinerja keuangan dan mengantisipasi titik rawan dalam
pengelolaan keuangan. Indikator akuntabilitas yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kepatuhan pengelola keuangan dalam melaksanakan SOP, pengusulan dan
pencairan dana, proses penatausahaan dana, pencatatan transaksi dan pembuatan
laporan keuangan. Kepatuhan pengelolaan keuangan terhadap SOP dimaksud dapat
mempengaruhi jumlah kerugian negara / TGR, disebutkan semakin rendah jumlah
kerugian negara maka akan semakin tinggi akuntabilitas keuangan. Batasan
masalah penelitian adalah mengevaluasi SOP pengelolaan keuangan fokus terhadap
kemampuan membelanjakan dana APBN dalam bentuk revolving. Pendanaan
APBN dalam bentuk revolving mengacu pada pedoman umum pengelolaan dana
APBN, yaitu: (1) Permenkeu No.190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran
Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara , dan (2)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan dan
Tanggung Jawab Bendahara pada satuan kerja pengelolaan anggaran dan belanja
pada Bab VI (Pembukuan Bendahara) pasal 30 ayat 1. Pada Bab VI pasal 30 ayat 1

7

dinyatakan bahwa pembukuan Bendahara dilakukan dengan aplikasi yang dibuat
dan dibangun oleh Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal Perbendaharaan
yaituSistem Laporan Bendahara Instansi (SILABI).

2 TINJAUAN PUSTAKA
Akuntabilitas Keuangan
Prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik atau tata kelola yang baik
salah satunya mengandung asas akuntabilitas. Setiap kegiatan yang dilakukan
memiliki kewajiban untuk dipertanggungjawabkan pelaksanaan dan pelaporannya
kepada atasan/pimpinannya. Sebagaimana dijelaskan oleh Mohamad et al. (2004)
bahwa “Akuntabilitas secara filosofi timbul karena adanya kekuasaan yang berupa
mandat/amanah yang diberikan kepada orang atau pihak tertentu untuk
menjalankan tugasnya dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu dengan
menggunakan sarana pendukung yang ada”. Dalam kondisi seperti ini setiap tugas
yang diemban pasti dimintai pertanggungjawabannya oleh yang memberi mandat
dimaksud.
Menurut McKinsey dan Howard dalam Badrudin (2013) menyatakan
akuntabilitas adalah suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki dan
menggunakan sesuatu kewenangan tertentu diharapkan dapat dikendalikan, dan
pada kenyataannya memang terbatasi ruang lingkup penggunaan kekuasaan dan
kewenangannya itu oleh instrumen pengendalian eksternal, termasuk oleh sistem
nilai internal yang berlaku dalam institusi yang bersangkutan. Akuntabilitas disini
berarti kewenangan yang dimiliki seseorang dibatasi oleh instrumen eskternal serta
sistem dan nilai yang berlaku di instansi tersebut.
Deklarasi Tokyo 1985 mendefinisikan konsep akuntabilitas sebagai setiap
individu, penguasa, atau pejabat harus menyadari bahwa segala tindakannya
berdampak
kepada
orang
lain/masyarakat/publik,
sehingga
harus
mempertanggungjawabkan segala tindakannya kepada publik yang menjadi
konsumen pelayanannya. Jenis akuntabilitas diantaranya adalah akuntabilitas
keuangan yang menekankan kepada pertanggungjawaban integritas keuangan dan
ketaatan terhadap peraturan perundangan, sehingga praktek-praktek penyimpangan
kecurangan dan KKN dalam keuangan dapat dihindari (Akbar 2013). Setiap
individu, penguasa atau pejabat yang diberi amanah oleh rakyat wajib memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakat, menghindarkan diri dari praktek KKN dan
selalu berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengertian akuntabilitas yang telah diuraikan diatas erat kaitannya dengan
sistem yang berada pada organisasi. Tambunan (2013) menjelasakan definisi sistem
yang erat kaitannya dengan definisi organisasi adalah ‘kelompok dari unsur sistem
terdiri dari manusia (human) dan/atau bukan manusia (non-human), yang dikelola
dan diorganisasikan sedmikian rupa, sehingga masing-masing-masing unsur dapat
menghambil keputusan dan melakukan tindakan sebagai satu kesatuan dalam
mencapai tujuan, sasaran bersama atau hasil akhir yang telah disepakati’.
Berdasarkan teori sistem dan uraian teori akuntabilitas diatas, dapat dikatakan
bahwa akuntabilitas merupakan perwujudan seseorang atau organisasi untuk

8

mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan dan pengendalian kewenangan
jabatan yang diamanahkan dengan selalu berpedoman pada sistem, nilai dan aturan
perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas dihubungkan dengan
pengelolaan keuangan di Balai Besar Pengkajian dapat memberikan penjelasan
apabila satker mampu mengelola keuangannya sesuai dengan sistem dan standar
yang berlaku yang terbebas dari praktek KKN. Pengelolaan keuangan yang tepat
waktu, pelaksanaan yang sesuai prosedur dan pelaporan yang baik mengindikasikan
bahwa satker sudah akuntabel. Pada akhirnya bahwa tujuan adanya akuntabilitas
adalah mendorong organisasi untuk menjadi lebih kompetitif dan meningkatkan
kinerja. Terdapat keterkaitan yang erat antara TGR dan tingkat akuntabilitas
keuangan, bahwa semakin kecil jumlah TGR maka akuntabilitas menjadi semakin
tinggi.

Pedoman Pengelolaan Dana APBN
Pemerintah menetapkan pedoman pembayaran dalam pelaksanaan Anggaran
Pendapatan Belanja Negara yang ditujukan agar lebih tertib, efisien, ekonomis,
efektif, transparan, dan bertanggung jawab. Pedoman tersebut diatur dalam
Permenkeu No.192/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Tata cara pembayaran dana
APBN (disajikan dalam lampiran).

Standar Operasional Prosedur (SOP)
SOP memuat serangkaian instruksi secara tertulis tentang kegiatan rutin atau
berulang-ulang yang dilakukan oleh sebuah organisasi. Evaluasi SOP yang baik,
akan menunjukkan konsistensi hasil kinerja, karena kita akan memahami dengan
jelas, apa, mengapa, dan bagaimana langkah-langkah/alur pekerjaan tersebut.
Secara konseptual, Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan bentuk konkrit
dari penerapan prinsip manajemen kualitas yang diaplikasikan untuk organisasi
pemerintahan (organisasi publik). Semua prosedur kerja pengelolaan keuangan
Balai Besar Pengkajian sudah memiliki SOP karena dokumen SOP biasanya
digunakan untuk kegiatan yang bersifat rutin dan berulang-ulang (Rusdiono et al.
2013).
Dalam makalahnya Tjipto Atmoko tentang SOP dan akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah, SOP adalah “pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas
pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah
berdasarkan indikator indikator teknis, administratif dan proseduril sesuai dengan
tata kerja, prosedur kerja dan system kerja pada unit kerja yang bersangkutan”.
Tujuan dari SOP ini adalah untuk mewujudkan tata kelola yang baik dan sebagai
acuan dalam bertindak, agar akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dapat
dievaluasi dan terukur.
Menurut Tambunan (2013), pengertian SOP pada dasarnya adalah “pedoman
yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada di dalam suatu
organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa setiap keputusan, langkah,
atau tindakan, dan penggunaan fasilitas pemrosesan yang dilaksanakan oleh orang-

9

orang di dalam suatu organisasi, telah berjalan secara efektif, konsisten, standar,
dan sistematis”. SOP erat kaitannya dengan organisasi dan sistem, stakeholder yang
terlibat di dalam suatu organisasi dan sistem harus menyadari pentingnya SOP,
karena SOP yang baik akan membentuk organisasi dan sistem yang baik juga.
Menurut pengertian ini bahwa sistem dan organisasi yang baik memiliki SOP yang
terstandar dan memuat prosedur kerja secara rinci, tahap demi tahap secara
sistematis.
Selanjutnya, Tambunan (2013) menjelaskan pengertian efektif adalah sesuai,
atau melakukan sesuatu yang tepat, dan untuk mencapai Evaluasi SOP secara
konsisten, organisasi harus secara rutin mengevaluasi SOP. Efektivitas penerapan
SOP memuat daftar manfaat teknis SOP yang lengkap mengenai pemahaman
kebutuhan organisasi, pembuatan rancangan sistem, pendefinisian kebutuhan
organisasi, penyusunan SOP yang efektif, penerapan SOP dengan efektif dan
kontrol perbaikan SOP. Kelengkapan manfaat tersebut akan memudahkan kontrol
dalam menerapkan Evaluasi SOP secara periodik, misalnya kontrol per hari, per
minggu, per bulan dan periode yang lebih panjang seperti tahunan. Hasil dari
pemutakhiran ini akan menjadi temuan yang penting sebagai dasar untuk
pemutakhiran prosedur.
Untuk memastikan SOP berjalan sistematis dan konsisten diperlukan payung
hukum yang jelas, dapat berupa pedoman yang memayungi seluruh prosedur
operasional standar, dapat pula berupa pedoman yang mengikat prosedur tertentu
saja.Pentingnya standarisasi kebijakan merupakan landasan utama setiap prosedur
operasional standar yang ada dalam prosedur, karena pada dasarnya SOP
merupakan pedoman yang berisi prosedur-prosedur untuk memastikan semua
keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas-fasilitas berjalan efektif,
standar, dan konsisten.

Revolving dana
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang tata
cara pembayaran dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, pasal 43 ayat (2) dan (7) yang dimaksud revolving adalah penggantian uang
muka kerja, penggantian ini dapat dilakukan sepanjang dana masih tersedia dalam
DIPA. Uang muka kerja yang dapat dimintakan penggantiannya diantaranya adalah
Uang Persediaan (UP) dan Tambahan Uang Persediaan (TUP), sedangkan waktu
penyelesaian pertanggungjawaban revolving tersebut selama 1 (satu) bulan.

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Kualitas sumberdaya manusia merupakan faktor terpenting yang dapat
menjamin keberhasilan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Kualitas tidak
hanya dinilai dari sisi teknis dan pengetahuan, tetapi juga kualitas mental untuk mau
berubah guna mengikuti tuntutan yang dihadapi organisasi. Sumberdaya manusia
yang memiliki kualitas yang baik senantiasa berpikiran positif dalam menerapakan
prosedur yang ada dalam organisasi (Tambunan 2013).

10

Menurut Nawawi dalam Sedarmayanti (2007) mengatakan ada tiga
pengertian sumber daya manusia, yaitu:
1. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja dilingkungan suatu
organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan).
2. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi
dalam mewujudkan eksistensinya.
3. Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi
sebagai modal (non material/non financial) di dalam organisasi bisnis yang
dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (riel) secara fisik dan non fisik dalam
mewujudkan eksistensi organisasi.
Merujuk dari pengertian diatas bahwa pengertian sumberdaya manusia adalah
manusia yang berada dalam suatu lingkungan atau organisasi yang memiliki potensi
untuk mengembangkan lingkungan atau organisasi yang ditempatinya.
Indikator yang digunakan untuk menilai kualitas SDM menurut Dasi Astawa
dalam penelitian Mustika (2013) meliputi:
1. Intelligence (kecerdasan)
Indikator ini dinilai berdasarkan tingkat pendidikan.
2. Inisiative (inisiatif)
Indikator ini mengetahui dan memahami persoalan di lingkungan kerja serta ada
tidaknya usahanya untuk mengatasi persoalan yang dihadapi tersebut.
3. Individuality (kepribadian)
Indikator ini untuk mengetahui sikap seseorang dalam menjalani kehidupan
sehari-hari.
4. Fair (adil)
Indikator ini untuk mengetahui sikap seseorang mengenai dukungan fasilitas
terhadap aktivitasnya kinerja.
5. Skill (keahlian)
Indikator ini untuk menilai kesesuaian antara keahlian dengan pekerjaan yang
digeluti.
6. Perspevtive (pandangan)
Indikator ini terkait dengan masa depan yang berkaitan dengan pendidikan.
7. Optimism (optimis)
Indikator ini berdasarkan harapan akan kehidupan yang lebih baik di masa
depan.

Penelitian Terdahulu
Rekapitulasi beberapa penelitian terdahulu yang relevan dan juga digunakan
sebagai referensi dalam penelitian ini tersaji dalam Lampiran 7. Dari beberapa
penelitian terdahulu tersebut memiliki relevansi dengan penelitian ini adalah
penggunaan variabel penelitian yang terdiri dari kualitas SDM dengan indikator
kecerdasan, inisiatif, kepribadian, adil, keahlian dan pandangan dalam pengelolaan
keuangan untuk menyusun strategi meningkatkan akuntabilitas keuangan. Selain
itu variabel akuntabilitas menjadi kajian dalam salah satu penelitian tersebut
menguatkan variabel independen dari penelitian ini. Untuk mengukur variabel
akuntabilitas, peneliti menggunakan tools Standar Operasional Prosedur (SOP)
sebagai acuan dalam meningkatkan akuntabilitas keuangan di Balai Besar

11

Pengkajian. Beberapa penelitian terdahulu banyak menggunakan penelitian
kualitatif dengan menggunakan teknik dokumentasi dan wawancara. Dalam
penelitian ini metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dan
kuantitaif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan
observasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah kuantitif dengan
menggunakan regresi linear berganda, serta untuk menentukan strategi penelitian
adalah dengan menggunakan Importance Performance Analysis atau diagram
kartesius.

Kerangka Pemikiran
Pengelolaan keuangan yang akuntabel dapat mendukung tercapainya
pelaksanaan program dan kegiatan sehingga diperlukan sinergitas diantara
stakeholder terkait. Prinsip akuntabilitas dalam pengimplementasian ini dimulai
sejak proses pengajuan sampai dengan penyajian laporan. Pengelolaan keuangan
akuntabel merupakan proses pengelolaan keuangan yang dipertanggungjawabkan
sesuai aturan yang berlaku. Selain itu harus dilengkapi dengan bukti-bukti yang sah
dan dapat diselesaikan tepat waktu. Untuk melaksanakan pengelolaan keuangan
yang akuntabel tentunya diperlukan guidline berupa SOP yang berdasarkan pada
aturan terbaru. Sebuah SOP dalam pelaksanaanya harus dievaluasi sesuai dengan
kebutuhan organisasi. SOP yang secara periodik dievaluasi akan menghasilkan
penyusunan SOP yang apilikatif sehingga membantu pengelola keuangan bekerja
sesuai dengan aturan terstandar. Dan untuk itu para pengelola keuangan harus
memiliki kompetensi yang memahami prosedur pengelolaan keuangan sehingga
mampu mengelola anggaran DIPA Satker.
Pada kenyataannya komposisi pengelola keuangan di Balai Besar Pengkajian
hanya memiliki 1 (satu) orang berlatar belakang pendidikan akuntansi dan
penyelesaian permasalahan selama ini lebih mengandalkan pengalaman. Selain itu
pengelola anggaran memiliki beban kerja melebihi standar yang ditetapkan.
Sehingga penting diketahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi akuntabilitas
pengelolaan keuangan yang sesuai dengan SOP. Untuk memperjelas pengaruh dari
masing-masing variabel, maka model pengaruh yang disesuaikan dengan kondisi
pengelolaan keuangan pada Balai Besar Pengkajian tersaji pada Gambar 3.
Pengelolaan keuangan yang akuntabel dapat mencegah kerugian Negara
diantaranya pengelolaan yang mengacu pada regulasi terbaru, para pengelola
keuangan selain memahami juga mampu menerapkan aturan terbaru dalam setiap
kegiatannya. Namun pada kenyatannya dari hasil observasi awal terhadap SOP
pengelola keuangan, para pengelola keuangan di Balai Besar Pengkajian jarang atau
tidak pernah membaca perundang-undangan yang berlaku dan banyak yang tidak
melakukan pembukuan yang terstandar. Hal ini lah menjadi salah satu penyebab
hasil temuan didominasi oleh permasalahan administrasi. Selain itu akibat dari
pembukuan yang tidak terstandar serta beban kerja bendahara yang cukup berat
menjadi penyebab dalam proses pencairan dana yang lama. Permasalahan tersebut
seharusnya tidak terjadi apabila pengelola keuangan memahami dan menerapkan
Peraturan Menteri Keuangan No 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran
dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
melaksanakan pembukuan SILABI sebagaimana tercantum dalam Peraturan

12

Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan dan
Tanggungjaab Bendahara pada satuan Kerja Pengelolaa Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.

Gambar 3 Model faktor-faktor yang mempengaruhi akuntabilitas
Hasil obervasi awal terhadap SOP pengelola keuangan ditemukan bahwa
manajemen Balai Besar Pengkajian tidak pernah melakukan evaluasi SOP sehingga
manajemen satker dalam pengelolaan keuangan belum sepenuhnya menjalankan
SOP. Selain itu komposisi staf pengelola keuangan Balai Besar Pengkajian jarang
yang memiliki latar belakang akuntansi dan secara teknis para pengelola keuangan
tersebut lebih mengandalakan pengalaman kerja dalam penyelesaian pekerjaannya.
Meskipun setiap pekerjaan pengelolaan keuangan dapat diselesaikan akan tetapi
melihat dari hasil TGR TA. 2011-2014 menunjukkan bahwa para pengelola
keuangan belum memahami acuan regulasi terbaru. Untuk itu manajemen Balai
Besar pengkajian perlu meningkatkan kapasitas SDM staf pengelola keuangan dan
perbaikan dari sisi non SDM untuk peningkatan kinerja. Berdasarkan model
penelitian dan permasalahan yang terjadi dari hasil obervasi awal SOP pengelola
keuangan maka kerangka pemikiran tersaji dalam Gambar 4.
Hipotesis
Sesuai dengan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan
teoritis dan kerangka pemikiran, maka pengujian hipotesis dapat dirumuskan
sebagai berikut:
H1 : SDM berpengaruh terhadap evaluasi SOP di Balai Besar Pengkajian
H2 : Non SDM berpengaruh terhadap evaluasi SOP di Balai Besar Pengkajian
H3 : Evaluasi SOP berpengaruh terhadap akuntabilitas keuangan di Balai Besar
Pengkajian
H4 : SDM dan Non SDM berpengaruh terhadap evaluasi SOP di Balai Besar
Pengkajian
H5 : Kualitas SDM, Non SDM, dan evaluasi SOP berpengaruh terhadap
akuntabilitas di Balai Besar Pengkajian

13

Gambar 4 Kerangka pemikiran penelitian

Variabel Penelitian
Berdasarkan kepada tujuan peneltiian dan kerangka pemikiran, yang
dijadikan sebagai variabel penelitian dari peneltiian ini adalah SDM yang bertujuan
untuk mengetahui keragaan kualitas SDM yang dimiliki oleh Balai Besar
Pengkajian sehingga dapat memformulasikan strategi pengelolaan keuangan
berdasarkan SDM (selanjutnya disebut variabel SDM), Non SDM merupakan
sumber daya lainnya yang dimiliki oleh Balai Besar Pengkajian untuk menjalankan
proses pengelolaan keuangan (selanjutnya disebut variabel non SDM), dan evaluasi
SOP sebagai tools yang bertujuan untuk mengukur efektivitas sumber daya yang
telah digunakan sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku
(selanjutnya disebut variabel evaluasi SOP), yang terakhir untuk mengetahui
indikator akuntabilitas yang diharapkan peneliti menganggap prosedur, pencatatan,
penatausahaan dan pelaporan merupakan kegiatan dari pengelolaan keuangan.
Indikator-indikator ini mengacu pada penelitian sebelumnya atau tinjauan pustaka
yang relevan dengan kerangka pemikiran dan tujuan peneltian. Permasalahan dalam

14

peneltian ini akan dijawab melalui penyusunan indikator-indikator ini yang
dijadikan sebagai pedoman untuk menyusun instrument pengumpulan data
(Arikunto 2014). Selengkapnya seperti tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3 Variabel dan skala pengukuran penelitian

1.

SDM (X1)

Intelligence
Inisiative
Individuality
Optimism
Skill
Perspective
Fair

Skala
Pengukuran
Ordinal likert
Ordinal likert
Ordinal likert
Ordinal likert
Ordinal likert
Ordinal likert
Ordinal likert

2.

Non SDM (X2)

Pagu Anggaran
Realisasi Anggaran
Komitmen Satker

Ordinal likert
Ordinal likert
Ordinal likert

Wawancara
expert
judgment

3.

Evaluasi SOP (X3)

Kemampuan revolving
Waktu
pertanggungjawaban

Ordinal likert
Ordinal likert

Wawancara
expert
judgment

4.

Akuntabilitas Keuangan
(Y)

Prosedur pengusulan dan
pencairan dana
Proses penatausahaan dana
Proses pencatatan
Laporan keuangan

Ordinal likert

Arsyati et al.
(2008)

No.

Variabel

Sub Variabel

Sumber
Kajian
Dasi Astawa
dalam
Mustika,
(2013)

Ordinal likert
Ordinal likert
Ordinal likert

3 METODOLOGI
Lokasi kajian
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian pada Sub. Bagian Keuangan yang beralamat di Jl. Tentara
Pelajar No. 10 Bogor. Waktu Penelitian dilakukan selama lima bulan yaitu dari
bulan Januari sampai dengan April 2016.

Sasaran kajian
Sebagai sasaran dari penelitian ini adalah manajemen keuangan di Balai
Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Penentuan sasaran
penelitian relevan dengan permasalahan penelitian dan tujuan yang akan dicapai
yaitu peningkatan akuntabilitas keuangan dengan menganalisis faktor sumberdaya
manusia dan non sumberdaya manusia ditinjau dari besaran pagu anggaran,
revolving dana dan penyelesaian pertanggungjawaban anggaran serta kualitas sdm
yang harus dimiliki. Variasi objek penelitian yang dijadikan variabel penelitian oleh

15

peneliti bertujuan untuk dianalisis dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2003).
Adapun variabel penelitian dalam penelitian ini meliputi : sumberdaya manusia,
non sumberdaya manusia, evaluasi SOP keuangan dan akuntabilitas keuangan.

Metode pengumpulan data
Sumber data penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan
data sekunder, data primer diperoleh dari observasi, wawancara langsung dan
pengisian kuesioner oleh responden sub bagian keuangan dan stakeholder lainnya
yang terlibat langsung dalam pengelolaan keuangan. Selanjutnya, sumber data lain
dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang
diperoleh melalui publikasi dari instansi terkait atau dokumen yang ada pada Balai
Besar Pengkajian, dukungan regulasi serta kebijakan internal instansi, buku dan
sumber-sumber literatur lainnya yang relevan dalam penelitian ini.
Tabel 4 Jenis dan sumber data
Jenis Data
Angka Tuntutan Ganti Rugi
Kinerja Revolving Dana
Angka Pagu Anggaran
SOP Pengelolaan Keuangan
Data Primer

Tahun
2010-2014
2013-2015
2010-2015
2015-2016

Sumber
Subbagian Keuangan
Bendahara Pengluaran
Subbagian Keuangan
Bagian Tata Usaha
Pengelola Anggaran

Sumber data sekunder berasal dari Balai Besar Pengkajian pada TA 2010–
2016, dan untuk data primer berasal dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada
responden pengelola anggaran. Peneliti memilih responden dengan cara purposive
sampling yakni pemilihan responden berdasarkan kepakarannya dalam
memberikan informasi yang relevan dengan topik dan tujuan penelitian (Wibisono
2013). Disebutkan juga bahwa cara ini dianggap dapat merefrensentasikan hasil
penelitian dan dapat diterapkan dalam penelitian.
Metode pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dan pendekatan kualitatif untuk menganalisis perancangan strategi dan
program terkait akuntabilitas keuangan dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan
Belanja Negara.
Metode pengolahan dan analisis data
1. Analisis deskriptif.
Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis untuk menjelaskan keadaan
sebenarnya dengan cara yang mudah dipahami dan biasanya disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik. Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan
untuk melihat penerapan prosedur pengelolaan keuangan dengan instrument
SOP pengelolaan keuangan. Analisis penelitian ini menggambarakan
pelaksanaan SOP pengelola keuangan, kualitas SDM yang melaksanakannya,
tertib administrasi yang dijalankan serta mengetahui komitmen satker dalam
mengevaluasi SOP setiap periodenya. Penyajian analisis penelitian ini

16

menggunakan tabel evaluasi SOP yang pada akhirnya pembaca dengan mudah
memahami kondisi yang sebenarnya.
2. Wawancara
Metode wawancara merupakan pengumpulan data yang utama dalam sebuah
penelitian kualitatif, dikarenakan sebagaian besar data diperoleh melalui
wawancara (Herdiansyah 2014). Wawancara dalam sebuah penelitian
bertujuan untuk menggali informasi untuk suatu tujuan tertentu. Melalui
metode ini penulis mewawancarai seluruh subjek yang melakukan SOP
pengelolaan keuangan di Balai Besar Pengkajian, sehingga dapat mengetahui
implementasi SOP yang dimaksud. Dalam proses wawancara ini penulis
menggunakan panduan berupa dokumen SOP pengelola keuangan yang sudah
dimiliki oleh Balai Besar Pengkajian.
3. Analisis regresi.
Regresi linier berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan hubungan
antara peubah respon (variabel dependen) dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi lebih dari satu prediktor (variabel independen). Tujuan analisis
regresi linier berganda adalah untuk mengukur intensitas hubungan antara dua
variabel atau lebih dan membuat prediksi perkiraan nilai Y atas X. Secara
umum model regresi linier berganda untuk populasi adalah sebagai berikut:

Y  β0  β1 x1  β2 x2  ..... βk xk  ε
dengan β0 , β1 , β 2 ,..., β k adalah koefisien atau parameter model.
Model regresi linier berganda untuk populasi diatas dapat ditaksir berdasarkan
sebuah sampel acak yang berukuran n dengan model regresi linier berganda
untuk sampel, yaitu:
Yˆ  a 0  a1 x1  a 2 x 2  .....  a k x k  ε

Dengan:



a0
a1 , a2 ,..., ak

= Nilai taksiran bagi variabel Y
= Taksiran bagi parameter konstanta β0
= Taksiran bagi parameter koefisien regresi β1 , β 2 ,..., β k

Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam melakukan analisis regresi
berganda, diantaranya :
1. Sisaan menyebar normal, yaitu denga