Evaluasi Aspek Green Building Pada Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat Ipb

EVALUASI ASPEK GREEN BUILDING
PADA GEDUNG ANDI HAKIM NASOETION
REKTORAT IPB

IRIANI MUSTIKA FURI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Evaluasi Aspek Green
Building pada Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016
Iriani Mustika Furi
NIM F451130101

RINGKASAN
IRIANI MUSTIKA FURI. Evaluasi Aspek Green Building pada Gedung Andi
Hakim Nasoetion Rektorat IPB. Dibimbing oleh ERIZAL dan YUDI CHADIRIN.
Pada dasarnya green building adalah konsep untuk menghemat energi dan
menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber
daya yang efisien di seluruh siklus hidup bangunan. Konsep green building dapat
diterapkan untuk gedung baru dan gedung terbangun. Saat awal pembangunan
Gedung AHN Rektorat IPB pada tahun 1995, lembaga untuk menyelenggarakan
kegiatan sertifikasi atau penilaian bangunan hijau belum ada. Green Building
Council Indonesia (GBCI) atau Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia baru
didirikan pada tahun 2009. Hal itu menjadi dasar penelitian ini untuk
mengevaluasi gedung Rektorat IPB berdasarkan GREENSHIP yang merupakan
program dari GBCI untuk kegiatan sertifikasi bangunan hijau.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penerapan konsep

green building pada gedung AHN Rektorat IPB dengan melakukan assessment
atau penilaian aspek green building di gedung Rektorat IPB dengan menggunakan
GREENSHIP GBCI untuk gedung terbangun versi 1.0, dan memberikan suatu
rekomendasi perbaikan pada aspek green building apabila belum tercapai dan
terpenuhi di Gedung AHN Rektorat IPB tanpa merubah struktural dan arsitektural
gedung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode assesment atau
penilaian dengan melakukan pengukuran penilaian terhadap kriteria green
building yang mengacu pada standar nasional GREENSHIP GBCI dengan
sistem rating untuk gedung terbangun ver. 1.0.
Hasil assessment terhadap enam aspek pada kriteria green building yang
mengacu pada standar nasional GREENSHIP GBCI dengan sistem rating untuk
gedung terbangun ver. 1.0, gedung AHN Rektorat IPB berhasil mendapatkan total
52 poin nilai atau 44% dari maksimal 117 poin nilai. Berdasarkan perolehan nilai
tersebut maka sesuai dengan peringkat GREENSHIP GBCI, gedung AHN
Rektorat IPB mendapatkan peringkat Perunggu.
Kata kunci: green building, GBCI, GREENSHIP, gedung AHN Rektorat IPB

SUMMARY
IRIANI MUSTIKA FURI. Evaluation Of Green Building Aspects In Andi Hakim
Nasoetion Building Of IPB Rectorate. Supervised by ERIZAL and YUDI

CHADIRIN.
Basically the concept of green building is to save energy and use processes
that are environmentally responsible and resource-efficient throughout a building's
life cycle. Green building concepts can be applied to new buildings and existing
building. At the beginning of the construction of AHN building IPB Rectorate in
1995, institutions to hold certification activities or judgment green building not
available yet. Green Building Council Indonesia (GBCI) had just founded in 2009.
It became the basis of this study to evaluate the IPB Rectorate building based
GREENSHIP which is a program of GBCI for green building certification
activities.
The objective of this research was to evaluate the application of green
building concept in AHN building by doing assessment green building aspect
based on GREENSHIP GBCI for existing building version 1.0 then gave
recommendations for the improvement of green building aspect who has yet to be
reached and fulfilled without changing structural and an architectural building.
Research methodology that is used is a method of assessment by doing
measurements of an assessment based on green building criteria referring to the
national standard GREENSHIP GBCI with the rating system for existing building
ver. 1.0.
The results of assessment toward six aspects on green building criteria based

on GREENSHIP GBCI for existing building ver. 1.0, AHN building managed to
get total 52 points or 44% from a maximum of 117 points. In accordance with a
rank of GREENSHIP GBCI, AHN building of IPB Rectorate get a bronze rating.
.
Key words: green building, GBCI, GREENSHIP, Andi Hakim Nasoetion
Building Of IPB Rectorate.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

EVALUASI ASPEK GREEN BUILDING
PADA GEDUNG ANDI HAKIM NASOETION
REKTORAT IPB


IRIANI MUSTIKA FURI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Meiske Widyarti, M.Eng

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari ini ialah Green

Building, dengan judul Evaluasi Aspek Green Building pada Gedung Andi Hakim
Nasoetion Rektorat IPB.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Erizal, M.Agr dan
Bapak Dr. Yudi Chadirin, S.TP., M.Agr selaku pembimbing. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Bambang Kuntadi, SP., MM dari
Divisi Biro Umum Gedung AHN Rektorat IPB. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, rekan-rekan mahasiswa
Pascasarjana Teknik Sipil dan Lingkungan Angkatan 2013 dan rekan satu tim
penelitian mahasiswa SI Teknik Sipil dan Lingkungan atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2016
Iriani Mustika Furi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
2
2

2

2 TINJAUAN PUSTAKA

3

3 METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Alat dan Bahan
Prosedur Analisis Data

5
5
5
5

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development-ASD)
Efisiensi dan Konservasi Energi
(Energy Efficiency and Conservation-EEC)

Konservasi Air (Water Conservation-WAC)
Sumber dan Siklus Material (Material Resources and Cycle-MRC)
Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang
(Indoor Health and Comfort-IHC)
Manajemen Lingkungan Bangunan
(Building Environment Management-BEM)

11
11
17
21
25
27
33

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

35

35
36

DAFTAR PUSTAKA

37

LAMPIRAN

39

DAFTAR TABEL
1

Hasil pengukuran ketersediaan fasilitas umum Gedung AHN Rektorat
IPB
2 Hasil perhitungan luasan area tapak Gedung AHN Rektorat IPB
3 Data curah hujan 2004-2014
4 Hasil perhitungan limpasan gedung AHN Rektorat IPB
5 Hasil perhitungan IKE listrik gedung AHN Rektorat IPB

6 Perbandingan lampu TL 40 W dan LHE 40 W
7 Prediksi jumlah konsumsi air di setiap titik pelayanan
8 Laju udara ventilasi
9 Laju udara ventilasi pada kondisi lain
10 Gas pencemar untuk tempat kerja perkantoran
11 Hasil pengukuran kualitas udara di gedung AHN Rektorat IPB
12 Hasil pengukuran tingkat kebisingan di gedung AHN Rektorat IPB

13
14
15
16
18
20
22
29
29
30
31
32

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Diagram Alir Penelitian
Peta sebaran jenis fasilitas umum Gedung AHN Rektorat IPB
Bus IPB dan Mobil Listrik fasilitas gedung AHN Rektorat IPB
Peluang kejadian bulan basah dan bulan kering
Energy monitoring system di gedung AHN Rektorat IPB
Neraca konsumsi air bersih

10
12
13
16
19
23

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Appropriate Site Develoment
Lanjutan Energy Efficiency and Conservation
Water Conservation
Data hasil pengujian kualitas air Gedung AHN Rektorat IPB
Material Resources and Cycle
Contoh surat manajemen puncak mengenai pembelanjaan material
ramah lingkungan
Contoh surat pernyataan manajemen puncak mengenai pengelolaan
sampah berdasarkan pemilahan
Contoh SOP pemilahan sampah
Contoh SOP pengelolaan limbah B3
Indoor Health and Comfort
Data hasil pengukuran tingkat pencahayaan di Gedung AHN Rektorat
IPB
Building Environment Management
Peta Lokasi Pengambilan Data Primer

39
43
47
50
51
55
56
57
58
59
62
63
66

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesadaran manusia tentang lingkungan hidup dan permasalahan yang
timbul akibat perubahan iklim kini semakin meningkat. Berbagai kegiatan
mengenai menjaga lingkungan hidup saat ini banyak di lakukan dengan berbagai
cara dan inovasi untuk melindungi bumi, mulai dari gerakan hijau 1 manusia
tanam 1 pohon, mengimplementasikan upaya efisiensi dalam penggunaan energi
dan meminimalisir kerusakan lingkungan. Hal ini tidak terlepas dari apa yang kini
sedang terjadi dengan bumi kita yaitu perubahan iklim dan isu pemanasan global
(global warming). Dengan meningkatnya kesadaran manusia akan lingkungan,
saat ini bukan hanya menjaga lingkungan dan merawatnya, upaya antisipasi
pemanasan globalpun dilakukan oleh sektor bangunan.
Pembangunan akan selalu membawa perubahan baik positif maupun negatif.
Dampak postitif dari pembangunan dalam satu kawasan salah satunya adalah
perkembangan jumlah sarana dan prasarana fisik baik berupa perekonomian, jalan,
transportasi, aksesibilitas dan fleksibilitas serta komunikasi. Dampak negatif dapat
berupa kerusakan lingkungan, perubahan kualitas udara, tingginya konsentrasi
polutan dan banjir. Perubahan lahan menjadi bangunan terbangun menghilangkan
vegetasi pada lahan tersebut, vegetasi memiliki peran penting dalam mengatasi
polutan maupun polusi udara yang terjadi. Vegetasi juga merupakan penghasil
oksigen dan mengurangi karbondioksida.
Bangunan mempunyai andil yang cukup signifikan dalam proses kerusakan
lingkungan. Bangunan merupakan penyumbang gas rumah kaca terbesar di bumi.
Sekitar 30-40% emisi CO2 dihasilkan oleh bangunan (GBCI 2013). Menurut
Prianto (2007) semakin besar peningktan emisi CO 2 di atmosfer, bila tidak segera
ditangani, diperkirakan tahun 2050 permukaan air laut akan naik 5m. Isu global
warming, menjadi prediksi bencana yang urgent dan harus diatasi secara
komprehensif. Oleh karenanya, hal yang paling potensial untuk mengantisipasi
kerusakan bumi lebih efektif melalui bangunan, salah satunya dengan
mengimplementasikan suatu konsep bangunan ramah lingkungan atau biasa
disebut dengan konsep green building (Firsani dan Utomo 2012).
Pada dasarnya green building adalah konsep untuk menghemat energi dan
menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber
daya yang efisien di seluruh siklus hidup bangunan. Konsep green building dapat
diterapkan untuk gedung baru dan gedung terbangun. Saat awal pembangunan
Gedung AHN Rektorat IPB pada tahun 1995, lembaga untuk menyelenggarakan
kegiatan sertifikasi atau penilaian bangunan hijau belum ada. Green Building
Council Indonesia atau Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia baru didirikan
pada tahun 2009. Hal tersebut menjadi dasar penelitian ini untuk mengevaluasi
gedung Rektorat IPB berdasarkan GREENSHIP yang merupakan program dari
GBCI untuk kegiatan sertifikasi bangunan hijau.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dan menilai apakah gedung
Rektorat IPB memenuhi standar green building dan sampai sejauh mana
penerapan konsep green building yang ada di gedung Rektorat IPB berdasarkan
acuan dari GREENSHIP GBC Indonesia. Penelitian ini dapat memberikan suatu

2
rekomendasi pada konsep green building di gedung AHN rektorat IPB apabila
belum terpenuhi. Dengan menerapkan konsep green building diharapkan gedung
rektorat IPB akan lebih hemat energi, meminimalkan dampak kerusakan
lingkungan, dan dapat dijadikan perbandingan untuk mengkaji gedung-gedung
lain di kampus IPB.
Perumusan Masalah
1. Sejauh mana penerapan konsep green building yang ada di gedung Rektorat
IPB berdasarkan acuan dari GREENSHIP GBC Indonesia?
2. Apa saja rekomendasi teknis yang dapat diberikan kepada gedung AHN
Rektorat IPB setelah dilakukan penilaian aspek green building sesuai
GREENSHIP GBC Indonesia?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengevaluasi penerapan konsep green building pada gedung AHN Rektorat
IPB dengan melakukan assessment atau penilaian aspek green building di
gedung Rektorat IPB berdasarkan GREENSHIP GBCI untuk gedung
terbangun versi 1.0.
2. Memberikan suatu rekomendasi perbaikan pada konsep green building di
Gedung AHN Rektorat IPB apabila belum tercapai dan terpenuhi tanpa
merubah struktural dan arsitektural gedung.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi pengguna Gedung
Melindungi kesehatan penghuni dan meningkatkan produktivitas pengguna
sesuai dengan salah satu tolak ukur kesehatan dan kenyamanan dalam ruang
pada aspek green building.
2. Bagi Pengelola Gedung
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan dan saran untuk efisiensi
konsumsi energi listrik, air dan peningkatan kualitas operasional Gedung
AHN Rektorat IPB.
3. Bagi Lingkungan
Mengurangi dampak kerusakan lingkungan dari bangunan.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Objek penelitian adalah gedung AHN Rektorat IPB dan aspek yang akan di
ukur mengacu pada rating tools GREENSHIP GBCI versi 1.0 untuk gedung
terbangun.
2. Memberikan rekomendasi untuk gedung Rektorat IPB sesuai dengan aspek
green building pada GBCI tanpa merubah struktural dan arsitektural gedung.

3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Green building adalah bangunan ramah lingkungan yang dicapai baik dari
tahap perencanaan, pembangunan maupun pengoperasian dan pemeliharaan
sehari-hari (GBCI 2013). Sebuah bangunan ramah lingkungan harus
menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber
daya yang efisien. Green building adalah konsep untuk bangunan berkelanjutan
dan merupakan salah satu upaya untuk penghematan energi yang dapat
diterapkan pada suatu gedung (Putri et al. 2012). Bangunan berkelanjutan
mempunyai
prinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan
kebutuhan generasi kedepan, hal ini tentu sangat selaras dengan konsep green
building yang salah satunya menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan.
Untuk mendapatkan sebuah bangunan atau gedung yang merupakan
bangunan green building, terlebih dahulu dilakukan sertifikasi bangunan tersebut.
Pihak yang melakukan sertifikasi diantaranya adalah Amerika Serikat – LEED,
Singapura - Green Mark, dan untuk di Indonesia adalah GBCI. Green Building
Council Indonesia atau Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia adalah
asosiasi bangunan green building untuk Negara Indonesia. Salah satu program
GBC Indonesia adalah menyelenggarakan kegiatan Sertifikasi Bangunan Hijau di
Indonesia berdasarkan perangkat penilaian khas Indonesia yang disebut
GREENSHIP dengan sistem rating. Kategori GREENSHIP dibagi menjadi dua
yaitu untuk kategori bangunan baru (new building) dan kategori bangunan
terbangun (existing building).
GBCI (2013) menjelaskan bahwa sistem rating GREENSHIP merupakan
alat bantu bagi para pelaku industri bangunan, baik pengusaha, engineer, maupun
pelaku lainnya dalam menerapkan best practices dan mencapai standar terukur
yang dapat dipahami oleh masyarakat umum, terutama tenant dan pengguna
bangunan. Standar yang ingin dicapai dalam penerapan GREENSHIP adalah
terjadinya suatu bangunan hijau (green building) yang ramah lingkungan sejak
tahap perencanaan, pembangunan, hingga pengoperasian dan pemeliharaan seharihari. Kriteria penilaiannya dikelompokkan menjadi enam kategori, yaitu:
1. Appropriate site development/ASD (tepat guna lahan)
2. Energy efficiency and conservation/EEC (efisiensi dan konservasi energi)
3. Water conservation/WAC (konservasi air)
4. Material resources and cycle/MRC (sumber dan siklus material)
5. Indoor air health and comfort/IHC (kualitas udara dan kenyamanan
ruangan)
6. Building and environment management/BEM (manajemen lingkungan
bangunan)
Untuk menciptakan sebuah green building, harus dilalui serangkaian proses
assessment atau penilaian sampai akhirnya pada tahap sertifikasi pada bangunan
tersebut. Hal ini diperlukan karena untuk mencapai tingkatan tertentu tentu
diperlukan pencapaian nilai minimum. Semakin tinggi peringkat yang diinginkan,
semakin banyak nilai yang harus dicapai. Pencapaian nilai minimum ini
mencerminkan usaha dan produk akhir tertentu yang diharapkan berlanjut hingga
ke pengoperasian. Menurut GBCI (2013) bangunan terbangun lebih mendasarkan
pada pengoperasian dan perawatan (maintenance).

4
Peringkat pada GREENSHIP tahap final assessment terdiri dari:
Platinum
: Minimum persentase 73% dengan 86 poin
Gold (emas)
: Minimum persentase 57% dengan 67 poin
Silver (perak)
: Minimum persentase 46% dengan 54 poin
Bronze (perunggu) : Minimum persentase 35% dengan 41 poin
Menurut GBCI (2013) peringkat dari GREENSHIP mencerminkan usaha
pemilik gedung. Butir rating yang dimuat didalamnya mengkombinasikan
berbagai tingkat kesulitan. Untuk melakukan assessment hingga tahap sertifikas
dibutuhkan peran penting seorang evaluator atau disebut Accredited Professional
(AP). Seorang AP GREENSHIP sudah memahami rating-rating secara mendalam,
baik tujuan maupun filosofinya, sehingga dapat membantu cara-cara mencapai
rating tersebut. Tingkat pemahaman ini diperoleh dari pendidikan yang
diselenggarakan GBCI dan dikukuhkan dengan sertifikat. Untuk memperoleh
sertifikat AP, seorang profesional harus terlebih dahulu menjalani serangkaian
pendidikan. Profesional tersebut harus telah memiliki tingkat pendidikan
minimum S1 dan terlebih dahulu melalui workshop Green Associate (GA).
Peserta harus melalui ujian untuk mendapatkan sertifikat kelulusan pendidikan
GA.
Didalam rating tools atau ringkasan tolak ukur untuk penilaian gedung
terbangun didasarkan pada beberapa unsur (GBCI 2013). Unsur-unsur tersebut
adalah:
a. Kategori
Yang dimaksudkan dengan kategori adalah pembidangan aspek-aspek yang
dinilai secara signifikan, dan harus menjadi perhatian utama dalam konsep
bangunan hijau. Kategori ini mengandung rating-rating yang menjadi inti
penilaian perangkat rating GREENSHIP ini.
b. Rating
Rating adalah bagian dari kategori, berisi muatan apa saja yang dinilai, tolok
ukur apa saja yang harus dipenuhi, dan berapa nilai poin yang terkandung
didalamnya.
c. Rating Prasyarat
Rating prasyarat adalah butir rating yang mutlak harus dipenuhi dan
diimplementasikan dalam suatu kategori. Apabila butir ini tidak terpenuhi, butirbutir rating lainnya dalam kategori ini tidak dapat dinilai dan tidak akan
mendapatkan nilai sehingga proses sertifikasi tidak dapat dilanjutkan. Butir rating
ini sendiri tidak memiliki butir nilai.
d. Rating Biasa
Rating biasa adalah turunan dalam kategori selain butir prasyarat. Butir ini
baru dapat dinilai dan diberi nilai kalau semua butir prasyarat dalam kategori
tersebut telah dipenuhi atau telah dilaksanakan. Butir rating ini memiliki butir
nilai tertentu, sesuai dengan ketentuan pencapaian tolok ukur yang sudah
ditetapkan
e. Rating Bonus
Rating bonus adalah butir rating yang dapat dinilai seperti butir rating biasa
tetapi keberadaannya tidak diperhitungkan dalam jumlah total butir rating yang
digunakan sebagai nilai pembagi dalam perhitungan persentase penilaian.

5

3 METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2015 sampai dengan bulan
Mei 2015. Lokasi penelitian dilakukan di gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat
IPB di Jalan Lingkar Akademik, Kampus IPB Dramaga, Bogor.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: perangkat
analisis green building GBCI greenship rating tools untuk gedung terbangun versi
1.0, perangkat pengukurannya antara lain GPS (Global Positioning System),
anemometer (Mastech-MS6252A), gas sampler impinger (Binalab-CS596AC), lux
meter (Krisbow-KW06291), sound level meter (Krisbow-KW06291), photometer
(Pallintest-8000), PH meter (pHep-Hanna), eco tester TDS high (Oakton),
microprocessor turbidity meter (Hanna Instrument-93703), komputer laptop
Windows 7, software microsoft office 2010, autocad 2010 dan arcGIS 10.
Prosedur Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan metode Assesment atau penilaian dengan
melakukan pengukuran penilaian berdasarkan kriteria green building yang
mengacu pada standar nasional Greenship GBCI dengan sistem rating untuk
gedung terbangun ver. 1.0. Pengumpulan data dalam penelitian ini berasal dari
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengukuran
langsung dilapangan, survei, wawancara dan kuisioner. Sedangkan data sekunder
peneliti peroleh dari pihak lain, dimana data tersebut telah didokumentasikan
dalam bentuk catatan, laporan, arsip dan data pendukung lainnya
Berikut adalah analisa penilaian dari masing-masing kriteria pada 6
parameter yang telah ditetapkan GBCI, yaitu:
1. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development-ASD)
Untuk mengetahui berapa nilai poin yang diperoleh pada parameter ASD
dilakukan pengukuran, wawancara dan survei sebagai berikut:
- Pada aspek peraturan pemeliharaan lahan dilakukan wawancara kepada
pihak manajemen puncak mengenai adanya surat pernyataan yang memuat
komitmen mengenai pemeliharaan eksterior bangunan.
- Pada aspek pengurangan pemakaian kendaraan bermotor dilakukan
wawancara kepada pihak manajemen puncak untuk mengetahui berbagai
tindakan dalam rangka mencapai pengurangan pemakaian kendaraan
bermotor pribadi, contohnya car pooling, feeder bus, voucher kendaraan
umum dan diskriminasi tarif parkir dan survei terkait surat pernyataan,
kampanye dan tindakan pengurangan pemakaian kendaraan bermotor
pribadi.
- Pada aspek aksesibilitas dan komunitas dilakukan pengukuran untuk
mengetahui terdapat minimal 5 jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian
jalan utama sejauh 1500 m dari tapak. Survei fasilitas pejalan kaki yang
aman, nyaman dan bebas dari perpotongan akses kendaraan bermotor untuk

6
menghubungkan minimal 3 fasilitas umum dan atau dengan stasiun
transportasi masal. Alat yang dipakai yaitu menggunakan GPS (Global
Positioning System) dengan sistem tracking, penggunaan aplikasi google
earth dan program arcGIS.
- Survei untuk mengetahui penyediaan shuttle bus bagi pengguna gedung
untuk mencapai stasiun transportasi umum atau car pooling yang
terintegrasi dengan shuttle bus tersebut
- Survei adanya pengurangan pemakaian kendaraan pribadi bermotor dengan
implementasi dari salah satu opsi: car pooling, feeder bus, voucher
kendaraan umum atau diskriminasi tarif parkir.
- Survei adanya parkir sepeda sebanyak 1 unit parkir per 30 pengguna gedung
tetap.
- Adanya vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan taman (hardscape)
yang terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 30% luas total lahan.
Formasi tanaman sesuai dengan Permen PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal 2.3.1 tentang Kriteria Vegetasi untuk
Pekarangan. Perhitungan untuk mengetahui luasan softcase dan hardscape
dilakukan dengan penggunaan aplikasi google earth dan program arcGIS.
- Penggunaan bahan dengan nilai albedo rata-rata minimal 0,3.
- Pengurangan beban volume limpasan air hujan sebesar 50% berdasarkan
perhitungan debit air hujan pada bulan basah.
Untuk memprakirakan besarnya air larian (limpasan), metode rasional
adalah salah satu teknik yang dianggap memadai (U.S. Soil Conservation
Service, 1973 ; Asdak, 2007). Persamaan matematik metoda rasional untuk
memperkirakan besarnya air larian adalah:
Q = 0,0028 C.i.A
(1)
Keterangan:
Q = air larian (debit) puncak (m3/dt)
C = koefisien air larian
i = intensitas hujan (mm/jam)
A = luas daerah tangkapan air hujan
Data sekunder dalam kategori ini adalah data curah hujan dari stasiun
klimatologi Darmaga Bogor.
- Survei mengenai peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar gedung
dengan melakukan salah satu tindakan berikut: perbaikan sanitasi,
penyediaan tempat beribadah, WC umum, kaki lima dan pelatihan
pengembangan masayarakat.
- Survei mengenai adanya akses pejalan kaki ke minimal 2 orientasi menuju
bangunan tetangga tanpa harus melalui area publik.
2. Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency and Conservation-EEC)
Untuk mengetahui berapa nilai poin yang diperoleh pada parameter EEC
dilakukan wawancara kepada manajemen puncak, untuk mengetahui antara
lain:
- Adanya surat pernyataan yang memuat komitmen yang mencakup: adanya
audit energi, target penghematan dan action plan berjangka waktu tertentu.
- Adanya kampanye dalam rangka mendorong penghematan energi dengan
minimal pemasangan kampanye tertulis secara permanen di setiap lantai
Selain wawancara dilakukan pengukuran dan survei, antara lain:

7
- Pengukuran dan survei dilakukan untuk mengetahui nilai poin pada aspek
efisiensi kebutuhan energi dengan menunjukkan IKE (Intensitas Konsumsi
Energi) listrik dengan nilai dibawah IKE listrik standar acuan dalam 6 bulan
terakhir.
- Penyediaan kWh meter yang meliputi: sistem tata udara, sistem tata cahaya
dan kotak kontak, sistem beban lainnya, dan ruang yang tidak dikecualikan
atau dikondisikan.
- Adanya pencatatan rutin bulanan hasil pantau dan koleksi data pada kWh
meter minimal selama 6 bulan terakhir.
- Adanya penerapan dukungan teknologi untuk memonitoring dan mengontrol
peralatan gedung melalui teknologi EMS (Energy Monitoring System)
3. Konservasi Air (Water Conservation-WAC)
Untuk mengetahui berapa nilai poin yang diperoleh pada parameter WAC
dilakukan wawancara, survei, dan pengukuran sebagai berikut:
- Pada aspek kebijakan pengelolaan air dilakukan wawancara kepada pihak
manajemen puncak yang mencakup adanya audit air, target penghematan
dan action plan berjangka waktu tertentu. Selain itu dilakukan survei adanya
kampanye konservasi air, minimal kampanye tertulis berupa stiker, poster
dan email.
- Pada aspek sub meter konsumsi air dilakukan survei adanya sub-meter
konsumsi air pada sistem area publik.
- Pada aspek kontrol pemerikasaan air dilakukan survei adanya standar
prosedur operasi dan pelaksanaannya mengenai pemeliharaan dan
pemeriksaan sistem plambing secara berkala.
- Pada aspek efisiensi air bersih dilakukan perhitungan untuk mengetahui
adanya penurunan jumlah konsumsi air sesuai acuan SNI 03-7065-2005
tentang Tata Cara Pelaksanaan Sistem Plambing.
Menurut Morimura (2000) untuk mengetahui pemakaian konsumsi air dapat
dilakukan dengan metoda penaksiran laju air, salah satu metodanya dilihat
berdasarkan jumlah pemakai, metode ini didasarkan pada pemakaian air
rata-rata sehari dari setiap penghuni, dan perkiraan jumlah penghuni.
Apabila jumlah penghuni diketahui untuk satu gedung, maka angka yang
dipakai untuk menghitung pemakaian air rata-rata sehari-hari berdasarkan
tabel “standar” mengenai pemakaian air per orang per hari.
- Pada aspek kualitas air dilakukan survei mengenai bukti laboratorium 6
bulan terakhir dari sumber air primer yang sesuai dengan kriteria air bersih
dan pengujian kualitas air bersih gedung AHN Rektorat IPB dengan
menggunakan alat photometer (Pallintest-8000), PH meter (pHep-Hanna),
eco tester TDS high (Oakton), microprocessor turbidity meter (Hanna
Instrument-93703) di laboratorium WTP Cihideung.
- Pada aspek daur ulang air dilakukan survei mengenai air daur ulang, sistem
filtrasi yang menghasilkan air minum yang sesuai dengan Permenkes No.
492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
4. Sumber dan Siklus Material (Material Resources and Cycle-MRC)
Untuk mengetahui berapa nilai poin yang diperoleh pada parameter MRC
dilakukan wawancara dan survei sebagai berikut:
- Survei mengenai penggunaan refrigerant non-CFC dan bahan pembersih
yang memiliki nilai Ozone Depleting Potential (ODP) kecil, < 1

8
- Wawancara kepada pihak manajemen puncak untuk mengetahui adanya
surat pernyataan yang memuat kebijakan mengenai pembelanjaan material
yang memprioritaskan material ramah lingkungan, adanya surat pernyataan
yang mengatur pengelolaan sampah berdasarkan pemisahan sampah organik,
anorganik dan sampah yang mengandung B3.
- Survei mengenai penggunaan seluruh sistem pendingin ruangan dengan
bahan refrigerant yang memiliki ODP = 0 (non CFC dan non HCFC)
- Survei daftar material yang ramah lingkungan dan adanya dokumen yang
menjelaskan pembelajaan material tersebut.
- Survei adanya standar prosedur operasi pelatihan dan laporan untuk
mengumpulkan dan memilah sampah berdasarkan jenis organik dan non
organik dan upaya penanganan sampah dari kegiatan renovasi ke pihak
ketiga minimal 10% dari total anggaran renovasi dalam 6 bulan terakhir.
- Survei adanya Standar Prosedur Operasi dan laporan penyaluran barang
bekas yang masih dapat dimanfaatkan kembali.
5. Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang (Indoor Health and Comfort-IHC)
Untuk mengetahui berapa nilai poin yang diperoleh pada parameter IHC
dilakukan wawancara kepada pihak manajemen puncak, untuk mengetahui
adanya surat yang memuat komitmen untuk mendorong minimalisasi aktifitas
merokok dalam gedung.
Selain wawancara, dilakukan survei dan pengukuran antara lain:
- Survei adanya kampanye dilarang merokok.
- Pengukuran mengenai kualitas udara ruangan yang menunjukkan adanya
introduksi udara luar minimal sesuai dengan SNI-03-6572-2001 tentang
Tata Cara Ventilasi dan Sistem Pengkondisian Udara pada Bangunan
Gedung. Alat yang digunakan dalam pengukuran adalah anemometer
(Mastech-MS6252A). Rumus untuk menghitung laju udara ventilasi
berdasarkan perbedaan tekanan angin menurut Satwiko (2009) adalah
sebagai berikut:
Q = Cv.A.V
(2)
Keterangan:
Q
= Laju ventilasi (m3/detik)
A
= Luas bukaan inlet (m2)
V
= Kecepatan angin (m/detik)
Cv = Efektivitas bukaan (0,5-0,6 apabila arah datang angin tegak lurus
bukaan dan 0,25-0.35 untuk arah angin diagonal) untuk luas area
bukaan inlet dan outlet yang sama.
Dan untuk mengetahui pertukaran udara per jam pada penggunaan ventilasi
mekanis rumus yang digunakan adalah:
ACR = 60 x CFM/V
(3)
Keterangan:
ACR = Pertukaran udara per jam
A
= Laju udara dalam ruang (feet3)
V
= Volume ruangan (feet)
- Survei dilarang merokok di seluruh area gedung dan tidak menyediakan
bangunan/area khusus di dalam gedung untuk merokok.
- Pengukuran kualitas udara dalam ruang menggunakan alat gas sampler
impinger (Binalab-CS596AC).

9
- Survei pembersihan filter, coil pendingin dan alat bantu VAC (Ventilation
and Air Conditioning) sesuai dengan jadwal perawatan berkala.
- Pengukuran tingkat pencahayaan (iluminasi) sesuai dengan SNI 03-61972000 tentang Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan. Alat yang
digunakan adalah lux meter (Krisbow-KW06291).
- Pengukuran tingkat bunyi di ruang kerja sesuai dengan SNI 03-6386-2000
tentang Spesifikasi Tingkat Bunyi dan Waktu Dengung dalam Bangunan
Gedung dan Perumahan. Alat yang digunakan dalam pengukuran adalah
sound level meter (Krisbow-KW06291). Rumus perhitungan tingkat
kebisingan adalah sebagai berikut:
Leq (1 menit) = 10 log
(4)
Leq (10 menit) = 10 log

(5)

Ls = 10 log

(6)

Keterangan :
Leq
= Equivalent Continuous Noise Level, merupakan nilai tingkat
kebisingan yang berfluktuatif selama waktu tertentu dan
setara dengan tingkat kebisingan yang ajeg pada selang waktu
yang sama (dBA)
L1, ..., L10 = Tingkat kebisingan yang terbaca pada detik ke-n selama 1
menit (dBA)
LI, ...., LX = Tingkat kebisingan yang terbaca pada detik ke-n selama 10
menit (dBA)
Ls
= Leq selama siang hari (dBA)
Ta,Tb,Tc = Rentang waktu pengukuran (Ta = 3, Tb = 2, dan Tc = 6)
(Jam)
La
= Leq (10 menit) pada rentang waktu pukul 06.00-09.00 (dBA)
Lb
= Leq (10 menit) pada rentang waktu pukul 09.00-11.00 (dBA)
Lc
= Leq (10 menit) pada rentang waktu pukul 11.00-17.00 (dBA)
- Survei kenyamanan pengguna gedung yang meliputi suhu udara, tingkat
pencahayaan ruang, kenyamanan suara, kebersihan gedung dan keberadaan
hama penganggu dengan membuat kuisioner.
6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building Environment Management-BEM)
Untuk mengetahui berapa nilai poin yang diperoleh pada parameter BEM
dilakukan wawancara dan survei. Wawancara dilakukan kepada pihak
manajemen puncak untuk mengetahui adanya rencana operation &
maintenance yang mendukung sasaran pencapaian rating-rating Greenship
Existing Building yang dititik beratkan pada: sistem mekanikal dan elektrikal,
sistem plambing dan kualitas air, pemeliharaan eksterior dan interior,
purchasing dan pengelolaan sampah.
Selain wawancara, survei dilakukan untuk mengetahui aplikasi inovasi
dengan meningkatkan kualitas bangunan dan dengan melakukan pendekatan
manajemen, tersedianya dokumen Design Intent dan Owner’s Project
Requirement berikut perubahannya yang terjadi selama masa revitalisasi dan
operasional, adanya satu struktur yang terintegrasi di dalam struktur
operasional dan pemeliharaan gedung yang bertugas menjaga penerapan
prinsip sustainability/green building. Pada parameter BEM data sekunder yang

10
diperoleh berupa dokumen As Built Drawing gedung AHN Rektorat IPB yang
digunakan sebagai denah untuk pengukuran.
Prosedur pada penelitian ini disajikan dalam Gambar 1.
Mulai

Perumusan Masalah

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengambilan Data Primer dan Sekunder:
Appropriate site development (ASD)
Energy efficiency and conservation (EEC)
Water conservation (WAC)
Material resources and cycle (MRC)
Indoor air health and comfort (IHC)
Building and environment management (BEM)

Data primer:
 Pengukuran minimal 5 jenis
fasilitas umum.
 Pengukuran
Intensitas
Konsumsi Energi.
 Survei adanya kampanye.
 Pengukuran
jumlah
konsumsi air gedung.
 Jumlah populasi pengguna
gedung.
 Dokumentasi
kondisi
ekxisting gedung.
 Data
hasil
analisis
laboratorium kualitas air
bersih rektorat
 Pengukuran
laju
udara
ventilasi
 Pengukuran kualitas udara.

Data sekunder:
 Surat komitmen manajemen
puncak.
 Standar Prosedur Operasi dan
bukti pelaksanaannya.
 Data curah hujan stasiun
klimatologi Darmaga Bogor.
 Data kWh meter.
 Data sub meter air.
 Dokumen as built drawing

Pengolahan dan analisis data dengan greenship
rating tools beserta rekomendasi perbaikan

Nilai gedung AHN Rektorat IPB dan peringkat
berdasarkan greenship

Selesai

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian

11

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development-ASD)
Pemanfaatan lahan yang baik dengan memperhatikan dan memperhitungkan
dampak pembangunan dalam suatu kawasan terhadap lingkungan hidup dan
lingkungan sekitarnya merupakan tolak ukur dalam aspek tepat guna lahan ini.
Menurut Briassoulis (2000) perubahan guna lahan adalah perubahan yang terjadi
pada suatu pemanfaatan lahan dengan tujuan tertentu.
Aspek tepat guna lahan diharapkan mampu mengurangi pengaruh negatif
dari perubahan guna lahan oleh pembangunan terhadap lingkungan. Berikut
adalah rating dan penilaian dalam aspek ASD yang terdiri dari 2 rating prasyarat
dan 8 rating biasa dengan total nilai maksimal adalah 16 poin. Hasil penilaian
terhadap rating aspek ASD berdasarkan greenship adalah sebagai berikut:
Site Management Policy
Peraturan pemeliharaan tapak merupakan kriteria prasyarat. Didalamnya
memuat adanya komitmen mengenai pemeliharaaan eksterior bangunan.
Berdasarkan hasil wawancara kepada pihak manajemen puncak, terdapat standar
operasional prosedur (SOP) perawatan bangunan dengan kode: POB-FP 00,
perawatan bangunan yang dimaksud adalah perawatan fisik (konstruksi) terhadap
bagian struktur dan arsitektur bangunan. Perawatan tersebut merupakan
perbaikan/rehab, renovasi dan perluasan bangunan. Dengan demikian kriteria
prasyarat dalam kategori ini terpenuhi.
Community Accessibility
Terdapat 3 tolak ukur yang terpenuhi dalam aspek aksesibilitas dan
komunitas ini. Tolak ukur pertama adalah terdapat minimal 5 jenis fasilitas umum
dalam jarak pencapaian jalan utama sejauh 1500 m dari tapak. Di gedung AHN
Rektorat terdapat 15 jenis fasilias umum dalam pencapaian 1500 m dari tapak,
dengan data sebagai berikut:

12

Gambar 2 Peta sebaran jenis fasilitas umum Gedung AHN Rektorat IPB

13
Tabel 1 Hasil pengukuran ketersediaan fasilitas umum Gedung AHN Rektorat
IPB
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Keterangan
Bank mandiri
Bank BNI
Bank BRI
ATM Center
Perpustakaan
Musholla
Masjid Alhuriyah
Kantin Zeamays
Poliklinik
Kantor Polisi
Kantor Lurah
Pedagang Kaki Lima (Bara)
Gelanggang Olah Raga (GOR)
Mini Market Agrimart
Halte Bus Umum

Jarak (m)
41
725
768
755
1.013
145
707
119
785
697
800
878
774
902
1.415

Tolak ukur kedua yaitu menyediakan fasilitas pejalan kaki yang aman,
nyaman dan bebas dari perpotongan akses kendaraan bermotor untuk
menghubungkan 3 fasilitas umum sesuai tolak ukur pertama. Dari tapak utama
gedung AHN Rektorat IPB pencapaian ke fasilitas lain tanpa ada perpotongan
akses kendaraan bermotor adalah perpustakaan, Bank Mandiri, musholla dan
kantin Zeamays. Tolak ukur ketiga yaitu menyediakan shuttle bus bagi pengguna
gedung untuk mencapai stasiun transportasi. IPB mempunyai bus karyawan yang
dapat digunakan oleh pegawai gedung AHN Rektorat IPB. Dengan demikian
kategori ini mendapatkan nilai 3 poin.
Motor Vehicle Reduction
Tolak ukur dalam pengurangan pemakaian kendaraan bermotor pribadi
adalah adanya pengurangan pemakaian kendaraan pribadi bermotor dengan salah
satu opsi: car pooling, feeder bus, voucher kendaraan umum, atau diskriminasi
tarif parkir. Untuk gedung AHN Rektorat IPB telah mempunyai bus karyawan dan
fasilitas umum bus IPB di dalam kampus untuk aksesibilitas di areal kampus IPB.
Kemudian adanya fasilitas mobil listrik yang lebih ramah bagi lingkungan.
Dengan demikian kategori ini mendapatkan nilai 1 poin.

Gambar 3 Bus IPB dan Mobil Listrik fasilitas gedung AHN Rektorat IPB

14
Bicycle
Untuk kategori sepeda, di gedung AHN Rektorat IPB belum menyediakan
secara khusus adanya parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 30
pengguna gedung tetap, namun kampus IPB mempunyai fasilitas shelter sepeda
dan menyediakan sepeda yang dapat dipinjam oleh mahasiswa, pengunjung dari
luar maupun karyawan yang hampir tersebar di seluruh areal kampus. Jarak
terdekat dari gedung AHN Rektorat IPB ke shelter sepeda tersebut berjarak
kurang lebih 268 m. Rekomendasi untuk kategori ini adalah agar dilakukan
penyedian parkir sepeda khusus pada gedung AHN Rektorat IPB.
Site Landscaping
Tolak ukur dalam lansekap pada lahan adalah persentase area lansekap
berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan taman (hardscape) yang
terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 30% luas total lahan. Luas area
yang diperhitungkan adalah termasuk taman di atas basement, roof garden, terrace
garden dan wall garden. Formasi tanaman sesuai dengan Permen PU No.
5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal 2.3.1 tentang
Kriteria Vegetasi untuk Pekarangan. Hasil perhitungan luasan area tapak gedung
adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Hasil perhitungan luasan area tapak Gedung AHN Rektorat IPB
Keterangan
Bangunan Terbangun
Ruang Hijau (Softcase)
Lahan Terbuka
Total Lahan

Luas (m2)
4.567,07
3.554,96
3.557,70
11.679,74

Persentase softcase terhadap total luas lahan gedung AHN Rektorat IPB
adalah 30%, hal ini telah sesuai dengan tolak ukur pada site landscaping. Di areal
sekitar gedung AHN Rektorat IPB juga terdapat beberapa jenis vegetasi tanaman
dan hewan. Vegetasi yang ada berupa tegakan pinus, tegakan campuran dan
alang-alang (Riyani 2010) dan ada beberapa jenis hewan seperti burung, kadal
kebun, dan bajing. Sesuai dengan tujuan site landscaping dalam GBCI (2013)
yaitu memelihara atau memperluas kehijauan kota, aspek ini diharapkan dapat
meningkatkan kualitas lingkungan hidup, mengurangi limpasan permukaan
terhadap beban sistem drainase sehingga meminimalkan dampak terhadap neraca
air bersih dan sistem air tanah, mengurangi heat island, reduksi CO2 dan zat
polutan lain pencegah erosi, konservasi dan penanganan polusi. Dengan demikian
kategori ini mendapatkan nilai 3 poin.
Heat Island Effect
Heat island effect berisi tolak ukur mengenai penggunaan bahan yang nilai
albedo rata-rata minimal 0,3 pada area atap yang tertutup perkerasan dan non atap
yang tertutup perkerasan. Albedo merupakan daya refleksi matahari suatu
permukaan yang dapat mempengaruhi heat island effect (GBCI 2013). Semakin
tinggi nilai albedo berarti semakin banyak radiasi matahari yang dipantulkan.

15
Sebaliknya semakin tinggi penyerapan radiasi, maka semakin tinggi radiasi yang
dipancarkan kembali ke atmosfer sehingga akan terjadi pemanasan udara dan
peningkatan suhu udara (Rushayati et al. 2010). Peningkatan udara dan suhu
udara tersebut yang menyebabkan terjadinya heat island effect. Dengan demikian
penggunaan bahan material dengan nilai albedo tinggi lebih baik karena dapat
memantulkan radiasi matahari lebih besar dan penyerapan radiasi kepermukaan
bumi lebih kecil.
Nilai minimal albedo menurut GBCI adalah 0,3 untuk atap yang tertutup
perkerasan dan non atap yang tertutup perkerasan. Gedung AHN Rektorat IPB
menggunakan material tutupan atap berupa ceramic roof tile (genting keramik
yang terbuat dari tanah liat yang dilapis glazur) fungsi glazur adalah untuk warna,
menghias, memperkuat dan anti kedap air dari suatu item bangunan. Nilai albedo
dari genting tanah liat adalah sebesar 0,4 (Komalasari et al. 2013) sehingga telah
memenuhi poin pada tolak ukur atap yang tertutup perkerasan. Untuk tolak ukur
non atap yang tertutup perkerasan gedung AHN Rektorat IPB menggunakan beton
dengan nilai albedo 0,55 (Rushayati et al. 2010). Dengan demikian kategori ini
mendapatkan nilai 2 poin.
Stormwater Management
Dalam manajemen air limpasan hujan berisi tolak ukur pengurangan beban
volume limpasan air hujan dari luas lahan ke jaringan drainase kota sebesar 50%
total volume hujan harian yang dihitung berdasarkan perhitungan debit air hujan
pada bulan basah. Berikut adalah langkah perhitungan untuk mendapatkan poin
dalam tolak ukur Stormwater Management. Peluang kejadian hujan bulan basah di
hitung berdasarkan data curah hujan harian yang didapatkan dari stasiun
klimatologi Darmaga Bogor dengan rentang 11 tahun dari tahun 2004-2014,
hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Data curah hujan 2004-2014
Bulan

Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sept
Oktr
Nop
Des

RataRata
(mm)

Tahun
2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

403,7
327,2
431,8
639,8
373,6
169,3
208,6
166,0
391,5
277,3
400,8
431,7

536,5
580,4
679,6
307,7
428,9
682,0
215,4
153,2
319,9
350,9
422,9
251,5

639,8
434,3
138,3
163,9
323,7
173,1
31,2
191,2
25,7
152,0
354,9
362,5

372,8
438,2
276,4
472,7
195,6
273,5
133,9
247,9
205,9
235,5
444,0
476,0

260,6
384,5
671,6
527,0
267,1
171,5
172,4
195,7
343,5
311,3
509,0
224,7

360,8
305,3
261,1
259,9
570,6
338,1
131,1
33,1
156,8
415,8
407,0
258,2

252,0
460,7
414,5
42,9
330,9
303,4
270,4
477,6
601,0
435,9
284,2
177,3

202,7
76,5
140,0
278,4
361,7
274,6
202,0
142,0
105,9
256,0
457,7
344,6

271,7
548,9
136,0
389,5
194,8
93,9
118,9
79,3
270,5
539,5
548,9
358,8

509,8
406,2
289,8
216,0
399,3
62,3
360,2
258,3
503,2
393,6
186,9
407,7

702,0
337,4
281,6
510,9
296,4
84,7
349,0
538,4
21,8
180,3
673,2
200,2

410,2
390,9
338,2
346,2
340,2
238,8
199,4
225,7
267,8
322,6
426,3
317,6

16

Curah hujan rata-rata (mm)

450
400
350
300
250
200

Bulan Basah

150

Bulan Kering

100
50
0

Gambar 4 Peluang kejadian bulan basah dan bulan kering
Kategori untuk penentuan bulan basah dan bulan kering didasarkan pada
klasifikasi Oldeman. Adapun kategori untuk bulan basah adalah jika rata-rata
curah hujan lebih dari 200 mm, bulan lembab 100-200 dan bulan kering rata-rata
curah hujannnya kurang dari 100 (Sasminto et al. 2014). Apabila di lihat dari
Gambar 4, bulan basah terjadi pada bulan Agustus - Desember dan dilanjutkan
pada bulan Januari – Juni, bulan Juli termasuk bulan lembab. Data ini digunakan
untuk menghitung volume hujan harian yang dihitung berdasarkan perhitungan
debit air hujan pada bulan basah. Setelah itu dilakukan perhitungan limpasan
sebagai berikut:
Tabel 4 Hasil perhitungan limpasan gedung AHN Rektorat IPB
Penggunaan
Lahan
Bangunan
Ruang hijau
Lahan terbuka
Total

Luas
(m²)
4.567,07
3.554,96
3.557,70
11.679,74

Luas
(ha)
0,45
0,35
0,35
1,16

i (mm/jam)

C

0,179
0,179
0,179

0,65
0,15
0,80
1,60

Q
(m³/s)
0,000149
0,000027
0,000143
0,000319

Beban volume limpasan di gedung AHN Rektorat IPB adalah 0,000319 m³/s
atau 3,695602 mm³/hari. Untuk volume hujan harian yang di hitung berdasarkan
perhitungan debit air hujan pada bulan basah di gedung AHN Rektorat IPB adalah
10,81 mm/hari. Persentase beban volume limpasan air hujan terhadap beban
volume hujan harian pada bulan basah adalah 34%, sehingga air yang terserap ke
tanah kurang lebih 66%. Dalam tolak ukur disebutkan pengurangan beban volume
limpasan sebesar 50%, pihak GBCI menjelaskan bahwa total 50% adalah jumlah
limpasan yang diserapkan ke lahan ataupun yang dikelola melalui rain water
harvesting. Dengan demikian tolak ukur dalam kategori ini terpenuhi dan
mendapatkan nilai 1 poin.

17
Building Neighbourhood
Tolak ukur pertama dalam kategori ini adalah melakukan peningkatan
kualitas hidup masyarakat sekitar gedung dengan melakukan salah satu dari
tindakan berikut: perbaikan sanitasi, penyediaan tempat beribadah, WC umum,
kaki lima dan pelatihan pengembangan masyarakat. Di sekitar gedung AHN
Rektorat IPB terdapat tempat ibadah berupa musholla termasuk wc didalamnya
yang dapat digunakan oleh siapapun termasuk masyarakat umum, kemudian
mengalokasikan lahan khusus untuk kantin yaitu kantin Makjan yang lokasinya
cukup dekat dari gedung sehingga warga sekitar dapat mencari nafkah dari
berjualan. Kaki lima berjarak kurang lebih 878 m dari tapak nama lokasinya
adalah Babakan Raya. Sepanjang jalan Babakan Raya terdapat berbagai macam
pedagang kaki lima, sebagian besar penjual adalah warga Babakan Raya
Tolak ukur kedua mengenai membuka akses pejalan kaki ke minimal 2
orientasi menuju bangunan tetangga tanpa harus melalui area publik. Pihak GBCI
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan 2 orientasi yang berbeda adalah arah
mata angin, sebagai contoh membuka akses pejalan kaki di sebelah utara gedung
dan barat gedung. Untuk gedung AHN Rektorat IPB orientasi menuju bangunan
tetangga terdapat di sebelah selatan gedung yaitu gedung Pasca Sarjana IPB, dan
disebelah timur adalah gedung Auditorium AHN IPB. Dengan demikian kategori
ini mendapatkan nilai 2 poin.
Hasil Penilaian Appropriate Site Development-ASD
Hasil assessment terhadap aspek ASD yang dilakukan pada gedung AHN
Rektorat IPB menunjukkan bahwa perolehan poin nilai yang didapat adalah 12
poin dari nilai maksimal 16 poin sehingga telah memenuhi 75% dari rating yang
telah di tetapkan greenship GBCI. Rekomendasi dan saran bagi beberapa kategori
yang belum terpenuhi pada aspek ASD adalah:
a) Bagi kategori Motor Vehicle Reduction Policy adalah pembuatan surat
pernyataan mengenai pengurangan pemakaian kendaraan bermotor pribadi,
kemudian pembuatan kampanye dan dipasang di setiap lantai. Kampanye
tersebut berfungsi untuk menyampaikan suatu pesan yang berisi ajakan
kepada pengguna gedung agar dapat mengerti maksud dan tujuan dari
pengurangan kendaraan bermotor pribadi tersebut.
b) Bagi kategori Site Management adalah membuat SPO pengendalian terhadap
hama penyakit dan gulma tanaman dengan menggunakan bahan-bahan tidak
beracun.
2. Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency and ConservationEEC)
Konservasi energi merupakan sebuah peningkatan efisiensi energi yang
digunakan atau biasa disebut dengan proses penghematan energi (Untoro et al.
2014). Penggunaan energi terbesar pada suatu gedung salah satunya adalah listrik,
listrik digunakan pada hampir seluruh siklus operasional bangunan. Energi listrik
gedung Rektorat IPB di suplai dari PLN dan digunakan untuk mengoperasikan
peralatan seperti AC (air conditioning), penerangan lampu, lift, pompa dan lainlain. Dengan pengggunaan energi yang cukup besar, perlu adanya sebuah upaya
dalam membatasi penggunaan energi tersebut dengan sistem dan cara yang efisien.

18
Tujuan utama dari aspek ini adalah mendorong penghematan konsumsi
energi melalui aplikas langkah-langkah efisiensi energi. Berikut adalah rating dan
penilaian dalam aspek EEC yang terdiri dari 2 rating prasyarat, 5 rating biasa dan
2 rating bonus dengan total nilai maksimal adalah 36 poin. Hasil penilaian
terhadap rating aspek ASD berdasarkan greenship adalah sebagai berikut:
Policy and Energy Management Plan
Policy and Energy Management Plan merupakan kriteria prasyarat. Salah
satu tolak ukur didalamnya adalah adanya kampanye dalam rangka mendorong
penghematan energi dengan minimal pemasangan kampanye tertulis permanen di
setiap lantai berupa skiter, poster, dan email. Gedung AHN Rektorat IPB telah
melakukan kampanye berupa stiker hemat energi yang di tempel di hampir
seluruh WC di setiap lantai. Dengan demikian prasyarat dalam tolak ukur kategori
ini terpenuhi.
Minimum Building Energy Performance
Minimum Building Energy Performance merupakan kriteria prasyarat. Tolak
ukur didalamnya adalah memperlihatkan IKE (Intensitas Konsumsi Energi)
selama 6 bulan terakhir sampai lebih kecil dari IKE listrik standar acuan yang
ditentukan oleh GBC Indonesia. Standar acuan untuk gedung perkantoran adalah
250 kWh/m2.tahun. Hasil perhitungan intensitas konsumsi energi di gedung
rektorat pada tahun 2014 adalah 91,42 kWh/m2 lebih kecil dari standar acuan yang
di tetapkan oleh GBCI yaitu 250 kWh/m2. Dengan demikian kriteria prasyarat
terpenuhi.
Optimized Efficiency Building Energy Performance
Tolak ukur dalam kategori Optimized Efficiency Building Energy
Performance adalah perhitungan nilai IKE gedung yang menunjukkan nilai di
bawah IKE standar acuan, setiap penurunan 3% akan mendapatkan 1 poin
tambahan sampai maksimal