Penilaian Kriteria Green Building Aspek Konservasi Air dan Manajemen Lingkungan Bangunan pada Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB.

i

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING ASPEK
KONSERVASI AIR DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
BANGUNAN PADA GEDUNG ANDI HAKIM NASOETION
REKTORAT IPB

DESI EVA FATRA LUMBAN TOBING

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penilaian Kriteria
Green Building Aspek Konservasi Air dan Manajemen Lingkungan Bangunan
pada Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Desi Eva Fatra L Tobing
NIM F44110010

iv

v

ABSTRAK
DESI EVA FATRA LUMBAN TOBING. Penilaian Kriteria Green Building

Aspek Konservasi Air dan Manajemen Lingkungan Bangunan pada Gedung Andi
Hakim Nasoetion Rektorat IPB. Di bawah bimbingan YUDI CHADIRIN dan
ERIZAL BASA.
Saat ini gedung-gedung di Institut Pertanian Bogor (IPB) belum memiliki
sertifikat green building, khususnya dari lembaga Green Building Council
Indonesia (GBCI). Oleh karena itu, gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB
dipilih sebagai objek penelitian ini, yaitu tentang penilaian green building.
Perangkat penilaian yang dipakai sebagai instrumen penelitian ini adalah
greenship existing building versi 1.0, khususnya kategori konservasi air dan
manajemen lingkungan bangunan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
melakukan penilaian berdasarkan kemampuan gedung Andi Hakim Nasoetion
Rektorat IPB untuk memenuhi kriteria green building dalam greenship rating
tools milik GBCI, khususnya kategori konservasi air dan manajemen lingkungan
bangunan. Tujuan selanjutnya adalah memberikan rekomendasi perbaikan
gedung agar dapat mencapai peringkat tersertifikasi green building GBCI yang
lebih tinggi pada penilaian selanjutnya. Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat
IPB berdiri pada tahun 1995 dengan luas total bangunan kurang lebih 15.322 m2.
Gedung ini terdiri atas 6 lantai dan merupakan pusat informasi pendidikan di IPB.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini gedung Andi Hakim Nasoetion
Rektorat IPB berhasil memperoleh nilai sebesar 25% (5 dari 20 poin) pada

kategori konservasi air. Sedangkan pada kategori manajemen lingkungan
bangunan gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB berhasil memperoleh nilai
sebesar 61.5% (8 dari 13 poin).
Kata kunci : bangunan hijau, GBCI, greenship, konservasi air, manajemen
lingkungan bangunan.

ABSTRACT
DESI EVA FATRA LUMBAN TOBING. The Assessment of Green Building
Aspects Water Conservation and Building Environment Management in The
Central Administration Office of IPB, Andi Hakim Nasoetion Building.
Supervised by YUDI CHADIRIN and ERIZAL BASA.
The current buildings at Bogor Agricultural University (IPB) has not yet certified
green building, especially of the Green Building Council Indonesia (GBCI).
Therefore, the central administration office of IPB, Andi Hakim Nasoetion
Building was chosen as the object of this research, which is about green building
assessment. The device used as instrument of the assessment for this research is
greenship existing building version 1.0, in particular categories of water

vi


conservation and building environment management. This research is aim to make
an assessment based on the ability of the central administration office of IPB,
Andi Hakim Nasoetion Building to implement the criteria of green building in
GBCI’s greenship rating tools, in particular categories of water conservation and
building environment management. Next goal is to give the building
recommendations in order to achieve the higher rank of green building certified
of GBCI on the upcoming assessment. Central administration office of IPB, Andi
Hakim Nasoetion Building was built in 1995 with more or less 15322 m2. The
building comprises 6 floors and is the central office for educational information in
IPB. The Result of the research showed that at this time the central administration
office of IPB, Andi Hakim Nasoetion Building has gain value by 25% (5 out of
20 points) for water conservation category. Whereas, in the category of building
environment management, the building has gain value by 61.5% (8 out of
13 points).
Keywords: building enviroment management, GBCI, green building, greenship,
water conservation.

vii

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING ASPEK

KONSERVASI AIR DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
BANGUNAN PADA GEDUNG ANDI HAKIM NASOETION
REKTORAT IPB

DESI EVA FATRA LUMBAN TOBING

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

viii


x

xi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah
green building, dengan judul Penilaian Kriteria Green Building Aspek Konservasi
Air dan Manajemen Lingkungan Bangunan pada Gedung Andi Hakim Nasoetion
Rektorat IPB.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Yudi Chadirin,S.TP.,
M.Agr dan Bapak Dr.Ir.Erizal.M.Agr selaku dosen pembimbing, atas arahan,
bimbingan, dan bantuan yang diberikan selama penelitian ini berlangsung.
Terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf dan pegawai gedung
Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB, khususnya kepada Bapak Bambang
Kuntadi,SP.,MM dan Bapak Slamet Riyadi. Penghargaan juga penulis sampaikan
kepada Bapak Arie Prasetya, analis Laboratorium Air WTP Cihideung atas saran,
bantuan dan arahannya selama pengujian kualitas air gedung AHN Rektorat IPB.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada partner penelitian, Kirana Ayu

Pratiwi Sidik dan Iriani Mustika Furi atas kerjasama, dukungan dan kesabarannya
selama penelitian ini.
Terimakasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada seluruh
keluarga terkasih, Bapak P.Tobing, Ibu R.Pakpahan, Abang Frans Tobing, Kakak
Friska Tobing, Adik Maria Tobing dan seluruh keluarga besar atas doa, dukungan,
dan kasih sayang yang selalu diberikan. Ungkapan terimakasih juga penulis
ucapkan kepada sahabat dan keluarga, Dwi Regina Angels (Sherly, Nova, Ka
Nika, May, Arin, Mimi, Uwi) yang selalu menemani penulis melalui suka duka
penelitian. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada SIL 48 IPB atas dukungan
dan kebersamaan yang selalu diberikan, khususnya kepada Three Yuna R.B,S.T
atas bantuan dan dukungannya selama penelitian ini.
Karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat diperlukan untuk perbaikan selanjutnya. Semoga hasil penelitian
yang disampaikan dalam karya ilmiah ini dapat tersampaikan dengan baik dan
bermanfaat untuk pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juni 2015

Desi Eva Fatra Lumban Tobing

xii


DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Tinjauan Pustaka
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Alat dan Bahan
Prosedur Analisis Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Eksisting dan Hasil Assessment Gedung Rektorat IPB
Daftar Rekomendasi untuk Gedung Rektorat IPB
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP

1
1
2
2
3
3
3
6
7
7
8
9
9
20
24
24
24
24

52

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Peringkat green building berdasarkan greenship rating tools GBCI
untuk gedung terbangun
5
Tabel 2 Asumsi jumlah konsumsi air di setiap titik pelayanan submeter saat ini 12

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Diagram alir tahapan penelitian
Gambar 2 Lokasi utama penelitian
Gambar 3 Alat uji kualitas air bersih
Gambar 4 Stiker kampanye penghematan air
Gambar 5 Sub-meter konsumsi air
Gambar 6 Neraca konsumsi air bersih
Gambar 7 Diagram alir distribusi air bersih gedung AHN Rektorat IPB
Gambar 8 Instalasi WTP Cihideung

6
7

7
10
11
13
14
16

xiii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data kualitas air hasil olahan WTP Cihideung IPB
26
Lampiran 2 Denah lokasi pengambilan contoh uji air di lantai 1 gedung AHN
Rektorat IPB
27
Lampiran 3 Denah lokasi pengambilan contoh uji air di lantai 2 gedung AHN
Rektorat IPB
28
Lampiran 4 Denah lokasi pengambilan contoh uji air di lantai 3 gedung AHN
Rektorat IPB
29
Lampiran 5 Denah lokasi pengambilan contoh uji air di lantai 4 gedung AHN
Rektorat IPB
30
Lampiran 6 Denah lokasi pengambilan contoh uji air di lantai 5 gedung AHN
Rektorat IPB
31
Lampiran 7 Denah lokasi pengambilan contoh uji air di lantai 6 gedung AHN
Rektorat IPB
32
Lampiran 8 Data hasil uji kualitas air bersih gedung AHN Rektorat IPB
33
Lampiran 9 Hasil analisis konsep green building aspek water conservation
34
Lampiran 10 Standar prosedur operasi sistem elektrikal
36
Lampiran 11 Standar prosedur operasi sistem perawatan instalasi air
37
Lampiran 12 Standar prosedur operasi sistem perawatan bangunan
38
Lampiran 13 Standar prosedur operasi sistem pengelolaan sampah
39
Lampiran 14 Struktur organisasi divisi biro umum IPB
40
Lampiran 15 Dokumentasi penerapan kategori innovations
41
Lampiran 16 As built drawing lantai 1 gedung AHN Rektorat IPB
42
Lampiran 17 As built drawing lantai 2 gedung AHN Rektorat IPB
43
Lampiran 18 As built drawing lantai 3 gedung AHN Rektorat IPB
44
Lampiran 19 As built drawing lantai 4 gedung AHN Rektorat IPB
45
Lampiran 20 As built drawing lantai 5 gedung AHN Rektorat IPB
46
Lampiran 21 As built drawing lantai 6 gedung AHN Rektorat IPB
47
Lampiran 22 Hasil analisis konsep green building aspek building environment
management
48
Lampiran 23 Skema proses pengolahan air bersih pada WTP Cihideung IPB 50
Lampiran 24 Dokumentasi uji kualitas air gedung AHN Rektorat IPB
51

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam dua dasawarsa terakhir ini, seiring proses pembangunan tumbuh
dengan pesat, jumlah penduduk meningkat, serta pertumbuhan wilayah urban
berlangsung cepat, kebutuhan air bersih menjadi sangat meningkat. Di sisi lain,
imbuhan air tanah semakin berkurang karena terjadinya pengalihan fungsi lahan
yang kurang memperhatikan wawasan lingkungan, yang mengakibatkan
terjadinya penyusutan sumberdaya air tanah. Akibatnya, salah satu sumber air
bersih untuk pemenuhan kebutuhan sehari – hari pun ikut berkurang hingga
terjadinya ketidakseimbangan ekosistem (Djaendi 2003).
Di Indonesia sendiri, (Frick et al. 2007) mengemukakan bahwa hampir
semua gedung yang dibangun sejak tahun 1950 tidak memenuhi tuntutan
pembangunan berkelanjutan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa secara
keseluruhan, bangunan setidaknya memberikan andil yang cukup besar dalam
menciptakan ketidakseimbangan ekosistem, khususnya dalam masalah kelangkaan
sumber daya air. Berbagai upaya dikerahkan untuk mengekploitasi sumber daya
alam tanpa memperhatikan kenampakan perubahan lingkungan yang akhirnya
memperburuk lingkungan geologi daerah setempatnya.
Bertolak dari hal-hal tersebut di atas, sangat diperlukan sistem pengelolaan
air bersih dan pengelolaan bangunan secara seksama, dengan pemanfaatan yang
efisien dan efektif, dilandasi asas kemanfaatan, keseimbangan, dan kelestarian,
guna menjaga kesinambungan ketersediaan sumber dayanya dalam menunjang
pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini green building merupakan teknologi
konstruksi yang selaras dengan alam, berkelanjutan, ramah lingkungan, dan
efisien dalam penggunaan sumber daya alam (Anbarci et al. 2012). Dengan kata
lain, green building merupakan salah satu komponen dan solusi nyata dalam
mendukung pembangunan berkelanjutan. Penerapan green building bukan saja
memberikan manfaat secara ekologis, tetapi juga bernilai ekonomis, karena dapat
menurunkan biaya operasional dan perawatan gedung (Indah 2013).
Green building harus dapat diposisikan dalam level yang dapat dimengerti
atau diukur oleh suatu acuan (standar) tertentu. Oleh sebab itu diperlukan suatu
alat ukur untuk mengukur tingkat kehijauan (green building) suatu bangunan atau
kawasan. Di Indonesia sendiri sudah ada standar greenship yang berada di bawah
lembaga sertifikasi nasional Green Building Council Indonesia (GBCI). Suatu
bangunan layak disebut green building jika sudah melalui tahap sertifikasi dan
dinyatakan lulus oleh lembaga GBCI tersebut.
Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai kampus pertanian sangat
mendukung penerapan konsep-konsep pembangunan berkelanjutan seperti green
building. Hanya saja hingga saat ini, belum ada satupun gedung di IPB yang
memiliki sertifikat green building khususnya dari lembaga GBCI. Sehingga belum
dapat dipastikan keberadaan gedung-gedung di kampus IPB tidak akan berdampak
negatif pada lingkungan disekitarnya. Berdasarkan permasalahan tersebut,
Gedung Andi Hakim Nasoetion (AHN) Rektorat IPB dipilih mewakili gedunggedung lain di kampus IPB sebagai objek penelitian tentang green building ini.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan umum sebagai berikut yaitu, memberikan

2

penilaian terhadap Gedung AHN Rektorat IPB berdasarkan kriteria green building
dalam GBCI, dan memberikan rekomendasi teknis terkait usaha perbaikan
Gedung AHN Rektorat IPB untuk mencapai peringkat tersertifikasi green
building dalam GBCI.
Perumusan Masalah
Keberadaan Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB jelas sekali
merubah kenampakan alam di lahan setempatnya. Dengan adanya Gedung AHN
Rektorat IPB, fungsi lahan di area tersebut menjadi ikut berubah. Lahan yang kini
difungsikan sebagai bangunan perkantoran ini, sangat mempengaruhi kondisi
geologi area setempatnya. Lahan kosong yang sebelumnya dapat menyimpan air
hujan menjadi air tanah tersebut, kini sebagian besar hanya dapat melimpaskan air
hujan menjadi run off.
Jika dihubungkan dengan permasalahan kelangkaan ketersediaan air yang
sedang marak di berbagai daerah saat ini, perubahan fungsi lahan di area setempat
bangunan ini memang sangat disayangkan. Namun jika pengelolaan bangunan
suatu gedung dilakukan dengan baik dan berwawasan lingkungan, dampak negatif
dari pembangunan tersebut dapat dihindari. Oleh karena itu, harus dipastikan
bahwa adanya Gedung AHN Rektorat IPB tidak akan menjadi suatu penyebab
dari kelangkaan sumber daya air maupun ketidakseimbangan ekosistem di area
setempatnya kini dan kelak. Perlu diketahui bahwa kegiatan konservasi air, yang
mencakup pengurangan penggunaan sumber daya air, daur ulang air, dan
perbaikan keseimbangan neraca air merupakan kesepakatan yang dikeluarkan
sebagai salah satu landasan untuk pembangunan ramah lingkungan.
Penelitian ini dilakukan untuk menilai Gedung AHN Rektorat IPB
berdasarkan aspek green building pada greenship rating tools untuk existing
building. Penilaian khususnya dilakukan pada aspek konservasi air dan aspek
manajemen lingkungan bangunan. Oleh karena itu permasalahan khusus yang
akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana kondisi eksisting dan kesesuaian Gedung AHN Rektorat IPB
dengan kriteria green building GBCI dalam aspek Konservasi Air dan aspek
Manajemen Lingkungan Bangunan?
2) Apa saja rekomendasi teknis yang dapat diberikan, terkait usaha perbaikan
Gedung AHN Rektorat IPB dalam rangka pemenuhan kriteria green building
sesuai dengan standar GBCI dalam aspek Konservasi Air dan Manajemen
Lingkungan Bangunan?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan khusus sebagai berikut :
1. Memberikan penilaian terhadap kondisi eksisting Gedung AHN Rektorat
Institut Pertanian Bogor berdasarkan kriteria green building dalam aspek
Konservasi Air dan aspek Manajemen Lingkungan Bangunan pada rating
tools GBCI.
2. Memberikan rekomendasi teknis terkait usaha perbaikan Gedung AHN
Rektorat Institut Pertanian Bogor untuk mencapai peringkat tersertifikasi

3

green building yang lebih tinggi sesuai dengan konsep green building pada
GBCI khususnya dalam aspek Konservasi Air dan aspek Manajemen
Lingkungan Bangunan.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Menjadi salah satu referensi penting bagi pihak pengelola gedung AHN
Rektorat IPB dalam melakukan peningkatkan kualitas bangunan Rektorat
dan kepedulian terhadap lingkungan berdasarkan konsep green building.
2. Memberikan informasi mengenai konsep dan sertifikasi green building
oleh GBCI khususnya dalam aspek Konservasi Air dan aspek Manajemen
Lingkungan Bangunan.
3. Sebagai acuan bagi penelitian lanjutan terkait faktor penilaian kriteria
green building berdasarkan GBCI.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan dengan ruang lingkup sebagai berikut:
1. Objek penelitian ialah Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB.
2. Parameter penelitian dibatasi pada aspek Konservasi Air (Water
Conservation) dan aspek Manajemen Lingkungan Bangunan (Building
Enviroment Management) mengacu pada Greenship rating tools yang
dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi nasional (Greenship-GBCI).
3. Analisis green building pada gedung ini mengacu pada data tahun 20142015 dan dilakukan pada bulan Februari 2015 – Mei 2015.
4. Keberhasilan penilaian gedung AHN Rektorat IPB dibatasi oleh kondisi
lapangan, ketersediaan data sekunder, dan ketersediaan alat yang
dibutuhkan untuk pengukuran.

Tinjauan Pustaka
Keadaan pembangunan yang sangat besar dapat mempengaruhi kualitas
lingkungan, maka setiap pembangunan harus menerapkan konsep pembangunan
berkelanjutan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan
keadilan sosial. Salah satu kriteria pembangunan dapat dikatakan berkelanjutan
adalah tidak adanya polusi dan dampak lingkungannya. Sehingga kelestarian
sumber daya alam dan lingkungan diharapkan tetap terjaga dan terjamin kualitas
kehidupannya bagi generasi yang akan datang (Sutamihardja 2004).
Pada beberapa negara maju telah dikeluarkan peraturan tentang penerapan
konsep pembangunan berkelanjutan atau yang dikenal sustainable building. Salah
satu wujud implementasi konsep pembangunan berkelanjutan adalah bangunan
ramah lingkungan (green building). Bangunan ramah lingkungan mengacu kepada
suatu tatanan pembangunan yang memanfaatkan proses-proses yang ramah
lingkungan dan dalam pengoperasiannya memakai sumber daya secara efisien

4

sepanjang siklus hidup bangunan tersebut. Green building adalah bangunan yang
memaksimalkan penghematan energi, melindungi lingkungan, mengurangi polusi,
menjaga kesehatan, pemanfaatan ruang secara efektif, serta selaras dengan alam
pada daur hidupnya (Hong dan Minfang 2011). Green building juga mengacu
pada bangunan yang meminimalisir konsumsi sumber daya, meningkatkan
kualitas dan keberagaman lingkungan.
Green building merupakan salah satu bagian dari sustainable development
(pembangunan berkelanjutan), yaitu sebuah proses yang menyadarkan manusia
untuk meningkatkan kualitas hidupnya dalam melindungi dan meningkatkan
sistem daya dukung bumi (the earth’s life support systems). Dalam kerangka
pembangunan berkelanjutan, green building bermanfaat bagi kesehatan manusia,
komunitas, lingkungan, dan biaya siklus hidupnya (life-cycle cost) (Wu dan Low
2010).
Secara umum definisi bangunan hijau secara praktis adalah bangunan
yang:
1) meningkatkan efisiensi bangunan dan lahannya terhadap penggunaan energi,
air, dan bahan, dan
2) mengurangi dampak negative terhadap kesehatan, lingkungan melalui
penataan tapak, desain, konstruksi, operasional, pemeliharaan serta akibat produk
limbahnya.
Menurut GBCI (2010), suatu bangunan dikatakan menerapkan konsep
green building apabila berhasil melalui suatu proses evaluasi untuk mendapatkan
sertifikasi green building. Di dalam evaluasi tersebut sistem yang dipakai adalah
sistem rating (rating system). Sistem rating green building digunakan untuk
memperkenalkan bangunan yang berkelanjutan dan memberikan pemahaman
yang lebih baik kepada para pelaku bisnis konstruksi sehingga dapat memberikan
solusi terhadap permasalahan konstruksi yang ada (Kevern 2011).
Sistem rating merupakan suatu alat yang berisi butir-butir dari aspekaspek yang memiliki poin. Apabila suatu bangunan berhasil melaksanakan butir
rating tersebut, maka mendapatkan poin dari butir tersebut. Jika jumlah semua
poin yang berhasil dikumpulkan bangunan dalam melaksanakan sistem rating
mencapai suatu jumlah yang ditentukan, maka bangunan tersebut dapat
disertifikasi pada tingkat tertentu (GBCI 2010).
Sistem rating dipersiapkan dan disusun oleh Green Building Council yang
ada di negara-negara yang tergabung dalam WGBC. Di Indonesia sistem rating
menggunakan sistem poin yang disebut GREENSHIP. Sistem rating ini disusun
bersama-sama dengan keterlibatan stakeholder dari professional, industri,
pemerintah, akademisi dan organisasi lain di Indonesia. Dalam penyusunannya
GBCI juga bekerjasama dengan Green Building Index (GBI) dalam bentuk
penyusunan sistem pelatihan professional di bidang Green Building
(GREENSHIP professional).
Kategori pada Greenship dibagi menjadi dua, yaitu untuk bangunan baru
(new building) dan bangunan yang telah terbangun ( existing building) dimana
terdapat enam kategori, antara lain: Appropriate Site Development (ASD), Energy
Efficiency and Conservation (EEC), Water Conservation (WAC), Material
Resources and Cycle (MRC), Indoor Health and Comfort (IHC), dan Building
Environment Management (BEM).

5

Menurut GBCI (2010), bangunan baru mendasarkan pada desain yang
ramah lingkungan, sedangkan pada bangunan yang telah terbangun mendasarkan
pada prinsip pengoperasian (operation) dan perawatan (maintenance) bangunan
tersebut. Sesuai Greenship untuk gedung terbangun (existing building),
perhitungan rating green building didasarkan pada unsur-unsur, antara lain : rating
prasyarat, rating biasa, dan rating bonus.
Terdapat empat tingkat peringkat Greenship yang ditetapkan oleh GBCI ,
yaitu seperti yang terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Peringkat green building berdasarkan greenship rating tools
GBCI untuk gedung terbangun
Poin Terkecil
Predikat
Poin
Persentase (%)
Platinum
86
73
Emas
67
57
Perak
54
46
Perunggu
41
35
Sumber : GBCI (2012)

6

METODE PENELITIAN
Penelitian tentang penilaian kriteria green building pada Gedung AHN
Rektorat IPB yang dimulai sejak Februari 2015 ini dilakukan dalam beberapa
tahapan proses, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Mulai







Studi Literatur
Greenship rating tools untuk gedung terbangun versi 1.0
SNI 03-7065-2005 tentang Sistem Plambing
PERMENKES No.416 tahun 1990
PERMENKES No.492 tahun 2010
Referensi dan jurnal green building

Pengambilan data primer

 Jumlah populasi
pengguna gedung
 Dokumentasi
kondisi eksisting
gedung
 Data hasil analisis
laboratorium
kualitas air bersih
Rektorat

Pengambilan data sekunder

 Standar
Prosedur
Operasi dan bukti
pelaksanaannya
 Dokumen as built
drawing,
design
intent dan OPR
gedung
 Surat
komitmen
manajemen puncak

Analisis kesesuaian kondisi eksisting gedung AHN Rektorat IPB
dengan konsep green building pada greenship rating tools untuk
gedung terbangun versi 1.0 GBCI
Nilai gedung AHN Rektorat IPB

Daftar rekomendasi teknis

Selesai

Gambar 1. Diagram alir tahapan penelitian

7

Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari hingga Mei 2015, dengan
lokasi utama penelitian di Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB, dan
lokasi pendukung penelitian di Water Treatment Plant (WTP) Cihideung IPB,
serta di area kampus IPB khususnya di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan,
Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Gambar lokasi utama penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Lokasi utama penelitian

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan sebagai perangkat analisis untuk mengukur
kesesuaian gedung AHN Rektorat IPB dengan kriteria green building GBCI
adalah greenship rating tools untuk gedung terbangun versi 1.0. Digunakan juga
beberapa peraturan dan standar nasional yang menjadi syarat dalam pemenuhan
tolok ukur pada kategori-kategori tersebut, seperti :
1.SNI 03-7065-2005 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sistem Plambing.
2.PERMENKES No.416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air.
3.PERMENKES No.492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Pada pengujian kualitas air bersih gedung AHN Rektorat IPB digunakan
beberapa alat seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini .

Gambar 3. Alat uji kualitas air bersih

8

Prosedur Analisis Penelitian
Berdasarkan tahapan penelitian yang tertera pada Gambar 1, dapat dilihat
bahwa pengumpulan data pada penelitian ini terdiri atas data primer dan sekunder.
Data primer yang dimaksud adalah data hasil penelitian langsung yang diperoleh
peneliti melalui pengamatan/survei langsung dan wawancara. Sementara data
sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain dan telah
didokumentasikan sehingga dapat digunakan oleh pihak lain (peneliti).
Perangkat yang digunakan untuk menganalisis kesesuaian kondisi
eksisting gedung Rektorat IPB dengan konsep green building GBCI ialah
greenship rating tools untuk gedung terbangun versi 1.0, khususnya aspek
Konservasi Air (WAC) dan Manajemen Lingkungan Bangunan (BEM), yang juga
mengacu pada peraturan-peraturan lain yang disyaratkan pada kategori tersebut.
Setelah dilakukan analisis kesesuaian gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat
IPB terhadap konsep green building pada rating tools tersebut, dilakukan proses
penilaian sesuai kemampuan gedung AHN Rektorat IPB menerapkan tolok ukur
pada kriteria-kriteria green building tersebut.
Untuk mengetahui jumlah poin/nilai yang diperoleh pada aspek WAC,
dilakukan wawancara, survei, dan pengukuran yang mencakup hal-hal berikut:
a. wawancara kepada manajemen puncak yang mencakup adanya audit air,
target penghematan dan rencana kerja berjangka waktu tertentu oleh tim
konservasi air pada gedung;
b. survei pemasangan kampanye tertulis maupun lisan yang mendorong
konservasi/pengehematan air;
c. survei adanya sub meter konsumsi air di area publik, area komersil, dan
utilitas bangunan;
d. survei adanya SOP dan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan pemeriksaan
sistem plambing secara berkala dibuktikan dengan laporan konsumsi air
enam bulan terakhir;
e. perhitungan konsumsi air bersih gedung untuk melihat ada tidaknya
kegiatan penghematan penggunaan air pada gedung yang mengacu pada
SNI 03-7065-2005 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sistem Plambing;
f. survei kualitas sumber air bersih untuk bangunan;
g. survei penggunaan sistem air daur ulang pada bangunan;
h. survei penggunaan sistem filtrasi untuk air minum; dan
i. survei penggunaan keran air yang menggunakan fitur auto stop.
Sementara untuk mengetahui poin/nilai yang diperoleh pada aspek BEM,
dilakukan juga wawancara dan survei pada hal-hal berikut ini:
a. wawancara kepada manajemen puncak mengenai adanya rencana
pengoperasian dan perawatan yang baik dan berkesinambungan terhadap
sistem mekanikal dan elektrik, sistem plambing dan kualitas air,
pemeliharaan eksterior dan interior, purchasing dan pengelolaan sampah,
serta perbaikan struktur organisasi dan operasional gedung guna mencapai
rating green building sesuai GBCI;
b. survei adanya penerapan inovasi sebagai usaha peningkatan kualitas
bangunan secara kuantitatif seperti adanya ruang terbuka hijau (RTH), alat
untuk penghemat energi listrik dan air, serta pendeteksi pencemaran udara
ruangan;

9

c. survei adanya kegiatan-kegiatan yang mendorong terjadinya perubahan
perilaku pengguna dan pengunjung gedung ke arah yang lebih baik serta
meningkatkan efisiensi rating kategori lain seperti pengurangan penggunaan
kendaraan bermotor, akses penyeberangan jalan untuk publik, prasarana
peribadahan, dan pemisahan tempat sampah berdasarkan jenis sampah;
d. survei adanya dokumen design intent dan owner’s project requirement,
dokumen as built drawing, spesifikasi teknis dan manual untuk operasional
dan pemeliharaan peralatan dalam gedung (genset, transportasi, AC;
e. wawancara dan survei mengenai adanya greenship profesional dan satu
struktur yang khusus bertugas menjaga penerapan prinsip green building
pada gedung;
f. survei dan wawancara mengenai adanya SPO dan training sebagai upaya
untuk memenuhi kriteria-kriteria dalam greenship existing building;
g. survei dan wawancara mengenai adanya jadwal program pelatihan dalam
pengoperasian dan pemeliharaan untuk tapak, energi, air, material dan
HSES (Health Safety Environmental and Security) minimum tiap 6 bulan
beserta bukti pelaksanaan dan evaluasi dari pelatihan tersebut.
Tahap terakhir yang dilakukan sebelum menyelesaikan penelitian ini
adalah pembuatan daftar rekomendasi khususnya yang bersifat teknis. Pemberian
rekomendasi disesuaikan dengan kemampuan gedung untuk menerapkan tolok
ukur-tolok ukur kategori yang direkomendasikan sehingga akan membantu
meningkatkan kualitas dan poin/nilai green building gedung AHN Rektorat IPB
pada tahap penilaian selanjutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Eksisting dan Hasil Assessment Gedung AHN Rektorat IPB
Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB berdiri pada tahun 1995
dengan luas total bangunan kurang lebih 15.322 m2. Gedung ini terdiri atas 6
lantai dan difungsikan sebagai gedung pusat informasi pendidikan di IPB, yang
sesuai dengan RTRW kota Bogor. Setiap lantai gedung ini terdiri atas beberapa
ruang karyawan dengan jumlah/populasi penghuni tetap sekitar 637 orang.
Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB adalah bangunan milik IPB sendiri
dan dikelola secara pribadi oleh pihak pengelola gedung.
Pada penelitian ini, dilakukan assessment terhadap gedung Andi Hakim
Nasoetion Rektorat IPB dengan perangkat greenship rating tools GBCI khususnya
untuk aspek konservasi air dan aspek manajemen lingkungan bangunan. Berikut
ini adalah hasil assessment yang telah dilakukan terhadap dua aspek tersebut :
1. Water Conservation (WAC)
Water Conservation merupakan salah satu aspek penting yang
mempengaruhi kualitas lingkungan. Tsai et al. (2011) menyatakan bahwa
konservasi air merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengurangi penggunaan
air bersih. Oleh sebab itu, tolok ukur yang terdapat pada aspek konservasi air
dalam greenship rating tools GBCI umumnya mengenai penerapan tindakan-

10

tindakan perawatan dan pemeliharaan kualitas air, maupun manajemen pengelola
gedung terhadap penggunaan air bersihnya.
Kategori WAC terdiri atas 1 rating prasyarat, 7 rating biasa dan 1 rating
bonus dengan total poin maksimal adalah 20 poin biasa dan 2 poin bonus. Berikut
ini adalah hasil assessment gedung Andi Hakim Nasoetion (AHN) Rektorat IPB
berdasarkan penerapan tolok ukur untuk kategori WAC dalam Greenship rating
tools GBCI untuk bangunan terbangun versi 1.0 :
a. Water management policy
Kategori water management policy merupakan suatu kriteria prasyarat.
Kriteria prasyarat ini tidak memiliki nilai seperti kriteria lainnya. Namun, kriteria
ini selalu ada di setiap kategori green building dan harus dipenuhi sebelum
dilakukan penilaian lebih lanjut. Apabila salah satu kriteria prasyarat tidak
dipenuhi, maka kriteria lainnya dalam kategori yang dievaluasi tersebut tidak
dapat dinilai (GBCI 2012).
Berdasarkan hasil wawancara pada pihak pengelola gedung dan survei
langsung yang dilakukan pada gedung AHN Rektorat IPB, diketahui bahwa tidak
terdapat surat pernyataan komitmen dari manajemen puncak mengenai target dan
tindakan penghematan air yang berjangka waktu beserta audit air gedung tersebut.
Akan tetapi terdapat kampanye penghematan penggunaan air secara tertulis
berupa stiker yang ditempel di setiap toilet gedung ini. Dengan demikian, dapat
dinyatakan bahwa tolok ukur pada kategori ini tidak terpenuhi seluruhnya.
Sesuai dengan peraturan dalam GBCI, seharusnya kriteria-kriteria
selanjutnya dalam kategori konservasi air tidak dapat dinilai karena kriteria
prasyarat tidak terpenuhi seluruhnya. Namun oleh karena evaluasi terhadap
Gedung AHN Rektorat IPB ini adalah bagian dari suatu penelitian maka kriteriakriteria lainnya tetap akan dinilai. Bukti adanya kampanye penghematan
penggunaan air berupa stiker pada gedung ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Stiker kampanye penghematan air
b. Water sub-metering
Tolok ukur pada kategori water sub-metering menekankan adanya submeter konsumsi air pada sistem area publik, area komersil dan utilitas bangunan.
Hasil survei langsung pada gedung AHN Rektorat IPB menunjukkan adanya submeter air seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5. Akan tetapi berdasarkan hasil
wawancara dengan tim teknisi air gedung AHN Rektorat IPB, diketahui bahwa
sub-meter tersebut terdiri atas beberapa titik pelayanan dan gedung AHN Rektorat

11

IPB merupakan salah satu titik pelayanannya. Oleh karena itu, dapat dinyatakan
bahwa sub-meter tidak merupakan sub-meter gedung AHN Rektorat IPB saja.
Dengan demikian tolok ukur pada kategori ini juga dinyatakan tidak dipenuhi oleh
gedung AHN Rektorat IPB sehingga mendapatkan 0 poin.

Gambar 5. Sub-meter konsumsi air
c. Water monitoring control
Tolok ukur untuk kategori water monitoring control adalah adanya standar
operasi dan pelaksanaan mengenai pemeliharaan dan pemeriksaan sistem
plambing secara berkala, serta laporan konsumsi air gedung minimal enam bulan
terakhir untuk assessment tahap pertama. Pada assessment selanjutnya,
disyaratkan adanya laporan tahunan dalam tiga tahun terakhir.
Melalui wawancara langsung pada pihak pengelola gedung khususnya tim
teknisi air gedung AHN Rektorat IPB, diketahui bahwa pelaporan konsumsi air
dilakukan setiap bulannya dengan melakukan pencatatan angka pada sub-meter
atau meteran airnya. Namun seperti yang sudah diketahui sebelumnya, sub-meter
yang ada saat ini tidak hanya melayani gedung AHN Rektorat IPB saja sehingga
laporan konsumsi air tersebut tidak dapat dikatakan sebagai laporan konsumsi air
untuk gedung AHN Rektorat IPB.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui juga bahwa belum ada
standar operasi dan pelaksanaan khusus mengenai pemeliharaan dan pemeriksaan
sistem plambing dalam gedung secara berkala. Pemeliharaan dan pemeriksaan
gedung saat ini dilakukan oleh divisi Biro Umum, yang juga merupakan tim
pemeliharaan dan pemeriksaan kampus IPB. Akan tetapi tim yang
bertanggungjawab untuk memelihara dan memeriksa masalah air gedung maupun
kampus IPB saat ini hanya terdiri dari 3 orang teknisi. Keterbatasan SDM tim
teknisi air tersebut mengakibatkan kesulitan pada pekerjanya untuk melakukan
tindakan pemeriksaan sistem perpipaan secara berkala. Sehingga pelaksanaan
pemeriksaan dan pemeliharaan untuk sistem perpipaan seperti di gedung AHN
Rektorat IPB hanya dilakukan saat terdapat informasi kerusakan pada salah satu
jalur perpipaannya.
Dengan demikian, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap
penerapan tolok ukur kriteria water monitoring control pada gedung AHN
Rektorat IPB dapat dinyatakan bahwa gedung ini tidak berhasil menerapkan tolok
ukur tersebut sehingga mendapatkan 0 poin.

12

d. Fresh water efficiency
Tolok ukur kategori fresh water efficiency menekankan pada pelaksanaan
penghematan penggunaan air oleh pengguna gedung minimal setiap bulannya,
sesuai dengan jadwal laporan konsumsi air untuk gedung tersebut. Penghematan
diharapkan terjadi terutama jika total penggunaan air gedung 20% di atas standar
SNI. SNI 03-7065-2005 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sistem Plambing
menyatakan bahwa untuk bangunan perkantoran, base line/standar minimum
konsumsi air yang ditetapkan adalah 50 liter/hari/pegawai. Apabila dikonversikan
dengan waktu kerja bulanan rata-rata 22 hari, didapatkan base line sebesar 1100
liter/bulan/pekerja dan 1320 liter/bulan/pekerja untuk nilai 20% di atas standar
tersebut.
Seperti yang diketahui pada kategori-kategori sebelumnya, tidak adanya
sub-meter khusus untuk gedung AHN Rektorat IPB berakibat pada tidak dapat
diketahuinya besar konsumsi air bersih di gedung AHN Rektorat IPB tersebut.
Sub-meter yang ada saat ini mempunyai titik-titik pelayanan sebagai berikut, yaitu
gedung AHN Rektorat IPB, gedung Pascasarjana IPB, gedung LPPM (Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat), dan sebuah kantin. Jika
diasumsikan bahwa seluruh titik pelayanan tersebut mengonsumsi air bersih 20%
diatas standar SNI yang ditetapkan, maka berdasarkan jumlah populasi penghuni
tetap titik-titik pelayanan tersebut asumsi jumlah konsumsi air pada setiap titik
pelayanan akan dapat diketahui.
Tabel 2. Asumsi jumlah konsumsi air di setiap titik pelayanan submeter saat ini
Populasi
Total
Standar
Jumlah
penghuni
konsumsi
Titik Pelayanan
kebutuhan air
konsumsi air
tetap
air
(l/bulan/orang)
(l/bulan)
(orang)
(l/bulan)
AHN Rektorat IPB
1320
637
840.840
LPPM
1320
23
30.360
983.400
Pascasarjana
1320
55
72.600
Kantin*
396
100
39600
*Standar kebutuhan air kantin ialah 20% diatas standar SNI (15 l/orang)
dan diasumsikan setiap hari dikunjungi 100 orang
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 2, dapat diketahui perkiraan
jumlah air bersih yang dikonsumsi oleh penghuni gedung pada titik-titik
pelayanan sub-meter saat ini yakni dengan total sebesar 983.400 l/bulan.
Sementara laporan konsumsi air untuk empat titik pelayanan tersebut selama 4
bulan terakhir yang diperoleh dari hasil pencatatan angka pada sub-meter oleh tim
teknisi air gedung AHN Rektorat IPB dapat dilihat pada Gambar 6.

13

Konsumsi air bersih (l/bulan/)

2500000
total
konsumsi
empat titik
pelayanan
berdasarkan
submeter

2000000
1500000
1000000
500000
0
Jan-15

Feb-15
Mar-15
Waktu (Bulan)

Apr-15

total
konsumsi
20% diatas
standar

Gambar 6. Neraca konsumsi air bersih
Berdasarkan Gambar 6, dapat dilihat bahwa pada bulan Januari 2015
jumlah konsumsi air untuk empat titik pelayanan sub-meter ini yaitu 565.000 l,
memiliki nilai yang lebih rendah dari 983.400 l/bulan (total nilai asumsi konsumsi
air empat titik pelayanan dengan standar kebutuhan 20% diatas standar SNI).
Nilai konsumsi air untuk empat titik pelayanan tersebut bahkan lebih kecil
dibandingkan nilai konsumsi air gedung AHN Rektorat IPB jika diasumsikan
setiap pekerja mengonsumsi air 20% lebih banyak dari standar SNI untuk gedung
perkantoran (840.840 l/bulan). Akan tetapi untuk bulan-bulan selanjutnya dapat
dilihat bahwa jumlah penggunaan air bersih untuk empat titik pelayanan tersebut
sangat tinggi dan jauh di atas nilai asumsi konsumsi air dengan standar kebutuhan
20% diatas standar SNI.
Oleh karena perhitungan jumlah konsumsi air pada titik-titik pelayanan
tersebut dilakukan berdasarkan jumlah penghuni tetap gedungnya maka dengan
jumlah populasi penghuni gedung AHN Rektorat IPB yang jauh lebih besar
dibandingkan populasi penghuni tetap pada titik-titik pelayanan lainnya,
diasumsikan bahwa pertambahan penggunaan air bersih yang semakin besar
paling dipengaruhi oleh aktivitas penghuni gedung AHN Rektorat IPB. Semakin
besarnya nilai penggunaan air bersih yang ditunjukkan oleh grafik pada Gambar 6
khususnya untuk bulan Februari hingga April 2015 menunjukkan tidak adanya
tindakan penghematan pada titik-titik pelayanan tersebut. Dengan demikian,
selain tidak memiliki laporan konsumsi air bersih khusus untuk gedung AHN
Rektorat IPB, dinyatakan juga bahwa gedung AHN Rektorat IPB tidak melakukan
tindakan penghematan penggunaan air sehingga mendapatkan 0 poin.
e. Water quality
Penggunaan air tidak bisa terlepas dari kualitas airnya. Oleh karena itu
pada tolok ukur kategori ini disyaratkan adanya bukti laboratorium 6 bulan
terakhir kualitas air bersih gedung yang akan dinilai. Kampus IPB termasuk di
dalamnya Gedung AHN Rektorat IPB, memiliki instalasi pengolahan air bersih
tersendiri yang mengolah air sungai sebagai bahan baku pengolahannya. Gedung
AHN Rektorat IPB memperoleh pasokan air bersih yang berasal dari salah satu
WTP milik IPB, yakni WTP Cihideung.
Sebagai pedoman untuk menghasilkan air bersih berkualitas tinggi secara
efisien, laboratorium di WTP Cihideung menggunakan Permenkes No.492 Tahun

14

2010 sebagai standar acuan kualitas air bersihnya. Proses monitoring kualitas air
hasil olahan setiap proses pengolahan pada WTP Cihideung dilakukan setiap hari
minimal sekali sehari dan dibuat dalam laporan bulanan. Namun, tolok ukur ini
mengharuskan adanya pemeriksaan laboratorium secara berkala terhadap kualitas
air bersih yang keluar di gedung AHN Rektorat IPB, sehingga diperlukan laporan
pemeriksaan laboratorium terhadap kualitas air bersih pada gedung tersebut.
Pada kenyataannya, tidak ada jadwal pemeriksaan analisis laboratorium
baik secara berkala maupun tidak berkala terhadap kualitas air bersih yang
digunakan di gedung AHN Rektorat IPB. Sehingga untuk tolok ukur ini gedung
AHN Rektorat IPB dinyatakan tidak lulus dan mendapatkan 0 poin karena tidak
mempunyai bukti laboratorium pemeriksaan kualitas air bersih gedungnya.
f. Recycled water
Kategori recycled water bertujuan untuk mengurangi kebutuhan air dari
sumber air bersih gedung contohnya dengan pengadaan sistem air daur ulang yang
bersumber dari limbah gedung, dan meminimalisasi penggunaan sumber air bersih
dari air tanah dan PDAM untuk kebutuhan irigasi lansekap dan menggantinya
dengan sumber lainnya. Pada gedung AHN Rektorat IPB, sumber air untuk irigasi
lansekap gedung berasal dari sumber air bersih gedung tersebut, yakni air dari
WTP Cihideung IPB.
WTP Cihideung yang merupakan sumber air bersih untuk gedung AHN
Rektorat IPB, mengolah/mendaur ulang air permukaan (air sungai) sebagai bahan
baku untuk menghasilkan air bersih. Pengadaan WTP ini sangat berdampak
positif pada penghematan penggunaan air tanah dan air PDAM. Sehingga gedung
AHN Rektorat IPB layak diberi kredit atas usahanya mendaur ulang sumber air
lain yakni air sungai, dan menyimpan cadangan air tanah serta tidak menggunakan
air PDAM untuk seluruh aktivitas di gedung tersebut. Diagram alir proses
distribusi air dari unit pengolahan air (WTP Cihideung) menuju gedung AHN
Rektorat IPB dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Diagram alir distribusi air bersih gedung AHN Rektorat IPB
Keterangan:
: Sungai Cihideung
: Jalur suplay
: Jalur distribusi
: Bak air WTP

: Menara air Fahutan
: Menara air gedung
AHN
: Unit pengolahan air
: Bak air gedung

Kualitas air keluaran WTP Cihideung yang merupakan suatu sistem daur
ulang air sungai tersebut selalu diperiksa di laboratorium secara berkala, yaitu
minimal sekali setiap hari. Adapun data kualitas air bersih hasil olahan WTP

15

tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan data pada Lampiran 1
tersebut dapat diketahui bahwa kualitas air hasil olahan WTP Cihideung sesuai
dengan syarat kualitas air bersih pada Permenkes 416 tahun 1990.
Pada kategori recycled water ini juga terdapat tolok ukur yang menyatakan
bahwa penggunaan air daur ulang untuk kebutuhan flushing WC harus sesuai
dengan standar WHO untuk medium contact (< 100 fecal coliform/100 ml) air
yang digunakan. Gedung AHN Rektorat IPB dalam hal ini juga menggunakan air
hasil daur ulang sungai yang didistribusikan dari WTP Cihideung tersebut sebagai
air untuk kebutuhan flushing WC, khususnya pada toilet yang bersifat privat/di
dalam ruangan seperti pada toilet Rektor. Akan tetapi, telah diketahui sebelumnya
melalui hasil assessment pada kategori water quality bahwa air bersih yang
digunakan pada gedung AHN Rektorat IPB tidak pernah di analisis di
laboratorium. Oleh karena itu, untuk memeriksa penerapan tolok ukur pada
kategori ini di gedung AHN Rektorat IPB, peneliti melakukan pemeriksaan
laboratorium secara khusus terhadap kualitas air bersih yang digunakan di gedung
AHN Rektorat IPB.
Titik pengambilan contoh uji air bersih yang akan di analisis ialah pada
seluruh toilet diluar ruangan (umum) di setiap lantai pada gedung ini, dan pada
toilet dalam ruangan seperti toilet di ruang Rektor dan ruang wakil rektor. Denah
titik pengambilan contoh uji air bersih tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2
sampai Lampiran 7 skripsi ini. Dengan lokasi pengambilan contoh uji air bersih
seperti berikut, yakni: lokasi 1 pada toilet umum lantai 1; lokasi 2 pada toilet
rektor; lokasi 3 pada toilet wakil rektor bidang riset dan kerjasama; lokasi 4 pada
toilet umum lantai 2; lokasi 5 pada toilet umum lantai 3; lokasi 6 pada toilet
umum lantai 4; lokasi 7 pada toilet umum lantai 5; dan lokasi 8 pada toilet umum
lantai 6. Pengambilan contoh uji pada lokasi-lokasi yang dipilih berdasarkan jenis
toiletnya tersebut dilakukan mempertimbangkan intensitas pembukaan keran air
pada setiap toilet, yang dapat berdampak pada kualitas air bersih yang keluar dari
keran airnya.
Uji kualitas air bersih gedung AHN Rektorat IPB ini dilakukan terhadap
14 parameter disesuaikan dengan ketersediaan bahan, alat dan metode pengujian
kualitas air yang dilakukan di Laboratorium Air WTP Cihideung IPB. Hasil uji
kualitas air tersebut dapat dilihat pada tabel hasil uji kualitas air gedung AHN
Rektorat IPB di Lampiran 8. Berdasarkan data pada Lampiran 8 tersebut, dapat
dilihat bahwa beberapa dari contoh uji air gedung yang dianalisis tersebut
memiliki jumlah total koliform yang melebihi baku mutu yang disyaratkan. Oleh
sebab itu, untuk tolok ukur yang menyaratkan penggunaan air daur ulang untuk
flushing WC yang sesuai standar WHO tidak terpenuhi di gedung AHN Rektorat
IPB.
Berdasarkan hasil assessment untuk kategori recycled water ini, dapat
diketahui bahwa gedung AHN Rektorat IPB hanya berhasil memenuhi 2 tolok
ukur dari 3 tolok ukur yang disyaratkan. Dengan demikian, gedung AHN Rektorat
IPB hanya memperoleh 3 poin dari total maksimum 5 poin.
g. Potable water
Tolok ukur kategori ini menyaratkan adanya sistem filtrasi untuk
menghasilkan kualitas air minum yang sesuai standar Permenkes No.492 Tahun
2010 pada gedung yang akan dinilai. Saat ini gedung AHN Rektorat IPB tidak

16

mempunyai sistem filtrasi tersebut di setiap pantry/dapurnya. Akan tetapi
berdasarkan wawancara dengan pihak pengelola gedung diketahui bahwa dahulu
sudah ada sistem filter yang dibeli untuk menghasilkan air minum di gedung ini.
Hanya saja alat tersebut sudah rusak sehingga sudah lama tidak dapat difungsikan.
Oleh karena itu tolok ukur untuk kategori ini dinyatakan tidak terpenuhi dan
mendapat 0 poin.

h. Deep well reduction
Tolok ukur kategori deep well reduction menyaratkan adanya tindakan
penghematan penggunaan air tanah. Oleh karena sumber air bersih untuk gedung
AHN Rektorat IPB adalah berasal dari WTP Cihideung maka jelas sekali bahwa
air tanah di lahan gedung ini tidak digunakan sama sekali. Berdasarkan hal
tersebut, Gedung AHN Rektorat IPB dinyatakan layak mendapatkan kredit atas
tindakan penghematan terhadap penggunaan air tanah tersebut dan mendapatkan
nilai maksimal untuk kategori ini yaitu 2 poin. Sebagai bukti adanya WTP
tersebut, pada Gambar 8 dapat dilihat hasil dokumentasi pada instalasi WTP
Cihideung IPB.

Gambar 8. Instalasi WTP Cihideung
i. Water tap efficiency
Kategori water tap efficiency merupakan suatu rating bonus. Rating bonus
adalah butir rating yang dapat dinilai seperti rating biasa tetapi keberadaannya
tidak diperhitungkan dalam jumlah total butir rating yang digunakan sebagai poin
pembagi dalam perhitungan persentase nilai (Fachrudin 2013). Pada tolok ukur
kategori ini, disyaratkan adanya penggunaan keran air dengan fitur auto stop pada
area publik yang berjumlah 50% maupun 80% dari jumlah total unit keran air
pada area publik gedung tersebut.
Berdasarkan hasil survei di area publik gedung AHN Rektorat IPB, yakni
di toilet, taman, serta mushola, diketahui bahwa tidak ada penggunaan fitur auto
stop pada seluruh unit keran air di area publik tersebut. Oleh karena itu, dapat
dinyatakan bahwa gedung AHN Rektorat IPB tidak memenuhi tolok ukur kategori
ini sehingga mendapat 0 poin.
Hasil assessment terhadap aspek konservasi air (WAC) yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa saat ini gedung AHN Rektorat IPB telah berhasil
memperoleh 5 poin dari maksimal 20 poin (25%) rating yang ditetapkan
Greenship GBCI untuk kategori ini. Hasil analisis kategori WAC berdasarkan

17

Greenship rating tools GBCI pada gedung AHN Rektorat IPB tersebut dapat
dilihat pada Lampiran 9.
2. Building Environment Management (BEM)
GBCI (2010) menyatakan bahwa dalam pengoperasian suatu bangunan
hijau, sangat diperlukan suatu standar manajemen yang terencana dan baku untuk
mengarahkan tindakan dari pelaku operasional bangunan dalam melakukan
pengelolaan gedung agar dapat menunjukkan hasil yang ramah lingkungan (green
performance). Oleh sebab itu, tolok ukur yang terdapat pada aspek manajemen
lingkungan bangunan dalam greenship rating tools GBCI umumnya mengenai
pengelolaan sumber daya melalui rencana operasional konsep yang berkelanjutan,
kejelasan informasi (data), dan penanganan dini yang membantu pemecahan
masalah, termasuk manajemen sumber daya manusia dalam penerapan konsep
bangunan hijau untuk mendukung penerapan tujuan pokok dari kategori lain.
Kategori BEM terdiri atas 1 rating prasyarat dan 5 rating biasa dengan
total poin maksimal sebesar 13 poin. Hasil assessment gedung Rektorat IPB
terhadap rating yang ada pada GREENSHIP untuk kategori BEM, antara lain:
a. Operation and maintenance policy
Pada aspek BEM, kategori operation and maintenance policy termasuk
rating prasyarat. Tolok ukur pada kategori ini adalah adanya rencana
pengoperasian dan perawatan yang mendukung sasaran pencapaian greenship
untuk gedung terbangun. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya standar
prosedur operasi untuk tindakan pemeliharaan dan pemeriksaan sistem mekanikal
dan elektrikal, sistem plambing dan kualitas air, eksterior dan interior, purchasing
serta pengelolaan sampah. Dapat juga berupa adanya program pelatihan,
anggaran, struktur organisasi, dan laporan berkala minimum tiap 3 bulan.
Dari beberapa cakupan yang mendukung sasaran pencapaian rating
greenship yang disyaratkan pada tolok ukur ini, melalui hasil wawancara dan
survei diketahui bahwa pada gedung Rektorat IPB terdapat rencana pengoperasian
dan pemeliharaan tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya standar
prosedur operasi untuk sistem elektrikal, kualitas air, eksterior dan interior, serta
pengelolaan sampah. Bukti adanya standar prosedur operasi tersebut dapat
ditunjukkan pada Lampiran 10 sampai Lampiran 13. Selain it