saat pembebasan tanah pemerintah menjanjikan kepada penduduk setempat bahwa dengan dibangunnya obyek wisata guci akan meningkatkan
perekonomian masyarakat setempat, contohnya buah alpokat yang saat itu harganya Rp 25 per kilo bisa menjadi Rp 25 perbuah. Pada Tanggal 31
Desember 1979 sumber air panas di Guci mulai resmi dikelola oleh pemerintah Kabupaten Tegal dan menjadi Objek Wisata Guci. Sejak resmi
dikelola oleh pemerintah, objek wisata pemandian air panas guci mengalami banyak perkembangan.
2. Perkembangan Fasilitas-fasilitas pada Objek Wisata Guci tahun 1979-
1983
Pada tahun 1979 Obyek wisata Guci dikelola oleh BPOW badan pengelola objek wisata. Pada saat itu fasilitas-fasilitas belum lengkap, tapi
pemerintah sudah membangun pancuran tigabelas 13, pemerintah mengalirkan air panas yang awalnya berada di dalam goa dialirkan ke
pemandian tigabelas. Pemerintah juga membangun kantor sementara yang masih sangat sederhana.
Tahun 1980an pemerintah mulai melakukan promosi pariwisata secara luas, promosi dilakukan oleh Dinas Pariwisata, promosi melalui radio
dan promosi langsung di tempat wisata dengan cara melayani pengunjung dengan sebaik-baiknya dan mempengaruhi pengunjung agar datang lagi
membawa rekan dan keluarganya, pada tahun 1980 ini juga dibangun villa Janoko, yaitu villa pertama yang dibangun di obyek wisata Guci, dan
dibangun pula taman bermain. Pada tahun 1982 dibangun pemandian tertutup, ada sekitar 4 kamar yang dibuat saat itu. Pemerintah juga
menyediakan tempat parkir. Tahun 1983 dengan adanya Perda pertama no 7 tentang
kepariwisataan, yaitu adanya pemungutan retribusi masuk ke obyek wisata, pada tahun inilah mulai dipungut biaya masuk obyek wisata yaitu sebesar Rp
25 untuk anak-anak dan Rp 50 untuk orang dewasa wawancara dengan Basori, 24 November 2010.
.
3. Perkembangan Fasilitas-fasilitas pada Obyek Wisata Guci dari tahun
1983-2005
Tahun 1983 adanya pergantian pengelola. Pengelola obyek wisata Guci yang awalnya dikelola oleh BPOW kemudian dikelola oleh Kantor
Pengelola. Setelah dikelola oleh Kantor pengelola semua kewenangan tergantung pada Dinas Pariwisata.
Tahun 1984an mulai banyak para investor yang tertarik untuk berinfestasi di objek wisata Guci, diantaranya mereka mulai membangun
penginapan-penginapan untuk para wisatawan yang menginap. Pemerintah juga mulai membangun fasilitas-fasilitas lain seperti arena bermain anak,
menambah kuda dan pemandu kuda untuk para pengunjung yang ingin mengelilingi objek wisata Guci dengan menunggang kuda.
Tahun 1985 Pemerintah membangun tempat pemandian lagi, yaitu pemandian Sendang Lima atau pancuran lima yang letaknya bersebelahan
dengan pemandian tertutup. Dengan bertambahnya fasilitas-fasilitas yang ada di obyek wisata guci maka pengunjung yang datangpun semakin banyak.
Tahun 1989 adanya kenaikan tarif masuk obyek wisata guci yaitu sebesar Rp 50 untuk anak-anak dan Rp 75 untuk orang dewasa, dengan dinaikannya tarif
masuk obyek wisata maka tahun 1989 pemerintah juga menambah fasilitas lagi yaitu mulai merencanakan pembuatan area parkir lagi karena area parkir
yang sudah ada terlalu penuh bahkan apabila hari-hari libur banyak kendaraan pengunjung yang tidak kebagian tempat parkir. Karena tempat yang strategis
untuk membuat area parkir adalah perumahan penduduk setempat maka pemerintah mulai mengupayakan untuk pembebasan tanah, penduduk yang
mempunyai rumah di area tersebut diberi ganti rugi, yaitu lahan pengganti, maka pada tahun 1990 Pemerintah meresmikan area parkir yang baru, lebih
luas dan letaknya juga di depan pasar atau penjual-penjual souvenir, Pada tahun ini pula diadakannya pelebaran jalan menuju obyek wisata pemandiana
air panas Guci. Pada tahun 1991 Pemerintah juga membangun kolam renang untuk
para pengunjung yang ingin mandi di tempat pemandian yang lebih modern. Semakin hari semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata
Guci, pengunjung yang mandi di pancuran tigabelas juga semakin banyak apalagi pada hari Kamis malam Jumat Kliwon banyak sekali pengunjung
yang datang hanya untuk mandi di pancuran tigabelas, maka tahun 1996 pemerintah mulai mengembangkan pancuran 13, pemerintah menambah
pancuran agar semua pengunjung dapat mandi bersama tanpa menunggu
pengunjung lain selesai mandi. Tahun 1996 juga adanya kenaikan tarif masuk objek wisata guci menjadi Rp 200 untuk anak-anak dan Rp 250 untuk orang
dewasa. Untuk mempercantik objek wisata Guci Tahun 1998 mulai dibangun
kawasan untuk para pedagang agar bisa lebih tertib. Pedagang makanan dan pedagang souvenir-souvenir khas Guci di pisahkan. Para pedagang makanan
kaki lima juga di pisahkan. Di bangun juga Mushola dan panggung hiburan.Dengan begitu Perkembangan objek wisata Guci semakin pesat.. Dan
sejak saat itu objek wisata Guci dikenal oleh masyarakan luas, bahkan wisatawa mancanegara, hal ini dapat dilihat dari data arus wisatawan pada
tahun 19971998 seperti pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Data Arus Wisatawan Objek Wisata Guci Tahun 19971998
No Bulan Wisatawan Nusantara
Wisatawan Mancanegara
Jumlah Dewasa Anak-
anak 1. April
1997 9,263
1,126 23
10,412 2. Mei
3,930 216
15 4,161
3. Juni 20,273
4,328 33
24,634 4. Juli
17,995 2,152
23 20,170
5. Agustus 7,336
768 27
8,131 6. September
9,526 954
26 10,506
7. Oktober 8,551
916 55
9,522 8. Nopember
8,556 831
27 9,414
9. Desember 13,000
1,551 34
14,585 10. Januari
1998 2,509
859 18
3,386 11. Februari
40,365 11,494
37 51,896
12. Maret 5,623
1,869 23
7,515 Jumlah 146,927
27,064 341
174,332 Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal
Dilihat dari data diatas terjadi lonjakan pengunjung pada bulan-bulan tertentu, peningkatan tersebut bertepatan pada hari-hari libur sekolah dan
hari-hari besar seperti hari raya idul fitri, tahun baru, hari libur sekolah yaitu pada bulan Desember dan pada bulan Juni pergantian caturwulan dan bulan
Syuro, karena di bulan Syuro adanya acara nyadran atau ruwat bumi. Dapat dilihat dari jumlah pengunjung yang datang pada table 3.1, bahwa kawasan
obyek wisata pemandian air panas Guci merupakan obyek wisata yang sangat berpotensi sebagai daerah tujuan wisata karena keindahan alamnya yang
masih sangat alami. Bahkan setiap bulan ada wisatawan mancanegara yang datang ke objek wisata guci.
Perkembangan obyek wisata guci yang semakin pesat menyebabkan tahun 2001 pemerintah menaikkan tarif masuk obyek wisata sebesar Rp 2000
untuk anak-anak dan Rp 3000 untuk orang dewasa wawancara dengan Basori, 24 November 2010. Pada tahun ini pula pemerintah atau pengelola
obyek wisata menyediakan angkutan untuk menuju obyek wisata dengan rute dari Slawi-Bojong-Guci dengan tarif Rp 5000 sudah sampai di objek wisata
Guci.Tahun 2005 adanya pergantian pengelola dari kantor pengelola menjadi Unit Pengelola Tekhnik Daerah UPTD, dengan pergantian pengelola
tersebut maka semua wewenang tergantung pada keputusan Bupati. Berbagai unsur atau sektor dalam pengembangan kepariwisataan
harus dikelola atau didukung oleh seseorang atau organisasi. Pendukung atau pengelola kepariwisataan yaitu : pengusaha, perorangan, pemerintah daerah,
pemerintah nasional atau negara, organisasi kepariwisataan nasional maupun
internasional. Keterlibatan perorangan atau organisasi bergantung pada keterkaitannya dengan motif, tanggung jawab, dan kemampuannya. Upaya
mengembangkan kepariwisataan tidak cukup hanya didukung oleh pemerintah pusat, melainkan perlu kerjasama regional dengan negara yang
berdekatan atau bahkan perlu dukungan organisasi pariwisata dunia Suharyono,2002:25 dalam Haryanto, 2007:43. Pengembangan objek wisata
pemandian air panas Guci dibantu oleh beberapa pihak diantaranya: Pihak perhutani yang membebaskan sebagian tanahnya untuk perbaikan objek
wisata pemandian air panas guci dan sebagai objek wana wisata, Dinas Agraria, Dinas Perekonomian Daerah, Dinas Pekerjaan Umum dan lain-lain.
B. Infrastruktur di Obyek Wisata Guci