Analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani wortel di Kabupaten Tegal kasus di Desa Rembul, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

(1)

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHATANI WORTEL

DI KABUPATEN TEGAL

(Kasus di Desa Rembul, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah)

Oleh : Pananda Pasaribu

A14103081

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHATANI WORTEL

DI KABUPATEN TEGAL

(Kasus di Desa Rembul, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah)

Oleh : Pananda Pasaribu

A14103081

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(3)

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Wortel di Kabupaten Tegal (Kasus Desa Rembul, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah)

Nama : Pananda Pasaribu NRP : A14103081

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Dwi Rachmina, MSi NIP 131 918 503

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP 130 422 698


(4)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHATANI WORTEL DI KABUPATEN TEGAL (KASUS DESA REMBUL, KECAMATAN BOJONG, KABUPATEN TEGAL, PROVINSI JAWA TENGAH)” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN UNTUK SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA APAPUN.

Bogor, April 2007

Pananda Pasaribu A14103081


(5)

RINGKASAN

PANANDA PASARIBU. Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Wortel di Kabupaten Tegal (Kasus Desa Rembul, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah). Dibawah bimbingan D WI RACHMINA.

Subsektor tanaman hortikultura termasuk salah satu subsektor yang memegang peranan penting dalam sektor pertanian. Kontribusi hortikultura terhadap PDB sektor pertanian merupakan kedua terbesar setelah sektor tanaman pangan pada tahun 2000-2004. Wortel merupakan salah satu komoditas unggulan hortikultura. Laju pertumbuhan produksi dan luas panen komoditi wortel merupakan yang paling tinggi pada tahun 2002-2005 untuk sayuran semusim, yaitu masing- masing sebesar 16,46 persen dan 7,36 persen. Hal ini juga diikuti dengan peningkatan konsumsi wortel dari 0,42 kg/tahun menjadi 0,83 kg per tahun pada periode tahun 1990 – 2005.

Secara Umum, luas panen, produksi dan produktivitas tanaman wortel di Jawa Tengah pada periode tahun 2000 – 2005 mengalami peningkatan, dengan laju masing- masing per tahun sebesar 4,67 persen, 11,78 persen dan 2,66 persen. Namun hal ini bertolak belakang dengan keadaan di Kabupaten Tegal. Luas panen yang semakin meningkat pada periode tahun 2003 – 2005 tidak diikuti peningkatan produksi dan produktivitas.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis tingkat pendapatan petani dari usahatani wortel sebagai akibat penurunan produktivitas di Kabupaten Tegal dan menganalisis hubungan antara faktor-faktor produksi. Selain itu juga menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor- faktor produksi.

Penelitian dilakukan di Desa Rembul, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu sentra produksi wortel di Kabupaten Tegal. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dan pengamatan langsung ke petani dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan sbelumnya. Data sekunder diperoleh dari literatur dan instansi- instansi terkait seperti Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura Badan Pusat Statistika (BPS), situs-situs internet, dan perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor. Sedangkan pemilihan petani responden dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) dengan jumlah responden sebanyak 40 orang.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi analisis keadaan umum usahatani wortel sedangkan analisis kuantitatif berupa analisis pendapatan usahatani, analisis R/C rasio, analisis penggunaan faktor produksi, serta analisis efisiensi produksi.

Berdasarkan analisis pendapatan, komponen biaya produksi terbesar adalah biaya untuk tenaga kerja luar keluarga wanita dan pria. Biaya TKLK wanita yaitu


(6)

sebesar Rp 1.347.380,00 per hektar untuk satu musim tanam atau sekitar 23,19 persen dari biaya total produksi. Sedangkan komponen biaya terbesar kedua adalah biaya TKLK pria sebesar 1.278.004,00 per hektar untuk satu musim atau sekitar 22,00 persen dari biaya total. Biaya tunai dan biaya total usahatani wortel per hektar masing- masing sebesar Rp 3.344.257,75 dan Rp 5.809.263,65. Dengan penerimaan tunai yang diterima petani sebesar Rp 14.259.483,33 per hektar, maka pendapatan usahatani wortel atas biaya tunai dan biaya total per hektar untuk satu musim tanam masing- masing Rp 10.915.225,58 dan Rp 8.450.219,68. Sehingga R/C rasio atas biaya tunai dan total masing- masing 4,26 dan 2,45.

Berdasarkan analisis Faktor Produksi, didapat model produksi dengan R2 dan R2 adjusted masing- masing sebesar 73,7 persen dan 65,9 persen. Dari model tersebut, penggunaan benih dan tenaga kerja pria berpengaruh nyata terhadap produksi wortel pada selang kepercayaan 95 persen. Sedangkan pupuk kandang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 80 persen. Dengan nilai elastisitas benih sebesar 0,542, penggunaan tenaga kerja pria sebesar 0,408, dan pupuk kandang sebesar 0,049. Selain itu penggunaan faktor produksi belum digunakan secara efisien karena rasio masing- masing faktor tidak sama dengan satu. Dimana rasio NPM-BKM lahan sebesar 1,35, benih sebesar 38,6, pupuk urea sebesar 2,37, pupuk TSP sebesar 11,36, pupuk KCl sebesar 10,58, pupuk kandang sebesar 33,78, obat cair sebesar -1,11, serta penggunaan tenaga kerja pria dan wanita masing- masing sebesar 3,24 dan -1,27.

Dengan penggunaan input yang optimal ini maka produksi menjadi 15.988,16 kilogram per rata-rata luas lahan atau sekitar 25.787,6 kilogram (25,79 ton) per hektar. Produktivitas ini akan menjadi lebih tinggi dari produktivitas Provinsi Jawa Barat yang mempunyai produktivitas sebesar 23,2 ton per hektar. Selain itu, R/C rasio menjadi lebih besar dari sebelumnya yaitu menjadi 5,7.

Saran yang bisa diberikan melalui penelitian ini antara lain: petani hendaknya menggunakan faktor- faktor produksi secara lebih intensif sehingga hasil produksi yang didapat dapat lebih optimal. Hal ini meliputi penggunaan benih dan pupuk (urea, TSP, KCl dan Kandang). Selain itu pemerintah secara aktif dan kotiniyu. memberikan penyuluhan tentang penggunaan faktor produksi yang benar, yaitu melalui pemberdayaan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) untuk mencapai hasil produksi yang optimal dan keuntungan yang maksimal.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usahatani Wortel di Kabupaten Tegal (Kasus Desa Rembul, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah)”. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Tingkat produksi yang rendah untuk setiap hektar dapat disebabkan penggunaan faktor produksi yang tidak efisien sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan keuntungan petani menjadi berkurang. Melalui penelitian ini, penulis mencoba untuk menganalisis tingkat pendapatan dan penggunaan faktor-faktor produksi di daerah penelitian. Sehingga pada akhirnya didapat kombinasi penggunaan faktor produksi yang dapat memaksimalkan keuntungan petani.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan tulisan selanjutnya.

Bogor, April 2007


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada Tanggal 16 Januari 1985 di Medan. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan M. Pasaribu dan P. Siahaan.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Wahidin Medan pada tahun 1997. kemudian melanjutkan ke SLTP Xaverius 1 Palembang dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2003, penulis lulus dari SMU Xaverius 1 Palembang. Kemudian pada tahun yang sama penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan pend idikan di perguruan tinggi pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama duduk di bangku kuliah, penulis aktif sebagai asisten Mata Kuliah Ekonomi Umum pada tahun ajaran 2005/2006 dan 2006/2007.


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang tela h memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

2. Kepada Keluarga Tercinta, Papa, Mama dan Adek Nidya yang Selalu memberikan doa dan dukungan kepada Nanda.

3. Kepada Ibu Ir. Dwi Rachmina, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas waktu, bimbingan dan semangat yang diberikan.

4. Kepada Bapak Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS. sebagai dosen penguji utama. 5. Kepada Bapak Arif Karyadi, SP sebagai dosen penguji wakil Komdik. 6. Kepada Kepala Desa (Bapak Nurcholis), Sekretaris Desa (Bapak

Buntawan), Ketua RW I (Bapak Wasro), seluruh pamong Desa Rembul yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian, dan seluruh masyarakat Desa Rembul yang telah membantu dalam penelitian ini.

7. Bapak Sonhaji yang telah membantu dalam pengurusan izin.

8. Kepada Pangihutan Sutan Sugondo Samosir dan Sahat Parsaulian Maharis Gultom yang telah menjadi sahabat sekaligus saudara bagi penulis selama masa perkuliahan.

9. Kepada Roy. A. R Sinaga, Welly Artha Simbolon, Jujung, Astarina, Wahyuli Riza, Anindito, Pramudia, Shanti, Oki, Meta, Belinda dan Seluruh Rekan AGB 40 yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung selama di masa perkuliahan.

10. Kepada Rekan KKP Desa Rembul Awal, Ani, Dewi, Eka dan Putrina.

11. Kepada Agnes Pasaribu, Theresia Hutahuruk dan Pretty yang selalu memberikan yang terbaik kepada abangnya.

12. Kepada semua pihak telah membantu penulis menyelesaikan perkuliahan dan penelitian.


(10)

I asked for strength.... And God gave me difficulties

to make me strong. I asked for wisdom...

And God gave me problem to Solve. I asked for Prosperity ... And God gave me a brain and

brawn to work. I asked for courage... And God gave me obstacles

to overcome. I asked for love... And God gave me troubled

people to help I asked for Favors... And God give me opportunities

I received nothing I wanted... But I received everything I needed Live life without fear, Confront all obstacles and...know that you can

overcome them


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I. PENDAHULUAN……….... 01

1.1. Latar Belakang………... 01

1.2. Perumusan masalah………...07

1.3. Tujuan Penelitian………... 08

1.4. Kegunaan Penelitian………... 09

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………... 10

2.1. Gambaran Umum Wortel………...10

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Wortel………... 11

2.3. Kandungan Gizi dan Manfaat Wortel………... 11

2.4. Penelitian Sebelumnya………... 13

2.4.1. Analisis Pendapatan dan Usahatani…………... 13

2.4.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi………… 14

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN………... 16

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis……… 16

3.1.1. Konsep Usahatani………... 16

3.1.2. Penerimaan dan Biaya Usahatani………...18

3.1.3. Analisis Pendapatan Usahatani………... 19

3.1.4. Konsep Fungsi Produksi………... 21

3.1.5. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi………... 25

3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual……….. 28

BAB IV. METODE PENELITIAN……… 31

4.1. Lokasi Penelitian……….. 31

4.2. Jenis dan Sumber Data………... 31

4.3. Metode Penarikan Contoh……… 32

4.4. Metode Analisis dan Pengolahan Data………. 32

4.4.1. Analisis Pendapatan Usahatani………. 32

4.4.2. Analisis R/C Rasio……… 33

4.4.3. Analisis Fungsi Produksi………... 34

4.4.4. Pengujian Fungsi Produksi………... 36

4.4.5. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi……… 37

4.5. Konsep Pengukuran Variabel...………... 38

BAB V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN………. 40

5.1. Keadaan Wilayah Penelitian………. 40

5.2. Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian………... 41

5.3. Karakteristik Responden………... 44

5.3.1. Umur Petani………... 44

5.3.2. Tingkat Pendidikan ... 45

5.3.3. Pengalaman Petani... 46


(12)

Halaman

5.3.5. Luas Lahan Garapan………. 48

5.4. Gambaran Umum Usahatani Wortel di Desa Rembul……... 48

BAB VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI WORTEL………... 53

6.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi………... 53

6.1.1. Sarana Produksi Benih………... 53

6.1.2. Sarana Produksi Pupuk………. 54

6.1.3. Sarana Produksi Obat-obatan………55

6.1.4. Tenaga Kerja………. 56

6.1.5. Alat-Alat Pertanian... 59

6.2. Analisis Pendapatan Usahatani Wortel………. 60

6.2.1. Biaya Usahatani Wortel... 61

6.2.2. Penerimaan Usahatani Wortel...63

6.2.3. Pendapatan Usahatani Wortel... 64

BAB VII. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHATANI………... 66

7.1. Analisis Fungsi Produksi………... 66

7.2. Analisis Faktor Produksi dan Skala Usaha………... 68

7.3. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi……... 72

BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN……… 79

8.1. Kesimpulan……… 79

8.2. Saran……….. 80

DAFTAR PUSTAKA………. 81


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1. Perkembangan Nilai PDB Sub Sektor Pertanian Tahun

2000 -2004 (Milyar Rp)………. 02 Tabel 2. Perkembangan Produksi Sayuran yang Dipanen Sekaligus

2002-2005 (Ton)……… 03 Tabel 3. Perkembangan Luas Lahan untuk Jenis Sayuran yang Dipanen

Sekaligus 2002-2005 (Ha)………. 04 Tabel 4. Perkembangan Ekspor dan Impor Komoditas Wortel Indonesia

Tahun 2002-2005………... 04 Tabel 5. Perkembangan Konsumsi Wortel Perkapita di Indonesia

Tahun 1990-2005………... 05 Tabel 6. Enam Propinsi Penghasil Utama Wortel Di Indonesia

Tahun 2005……… 06 Tabel 7. Data Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas

Wortel Jawa Tengah Tahun 2000-2005………. 07 Tabel 8. Perkembangan Luas Lahan dan Produktivitas Tanaman Wortel

di Kabupaten Tegal Tahun 2001-2005……….. 08

Tabel 9. Kandungan Gizi Wortel Segar dalam Setiap 100 gr

Umbi Wortel……….. 12 Tabel 10. Pemanfaatan Lahan Desa Re mbul Kecamatan Bojong

Kabupaten Tegal……… 41 Tabel 11. Komposisi Penduduk berdasarkan Golongan Usia di Desa

Rembul Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal Tahun 2005……….. 42 Tabel 12. Kualitas Angkatan Kerja berdasarkan Tingkat Pendidikan

Masyarakat di Desa Rembul Kecamatan Bojong kabupaten

Tegal Ta hun 2005……….. 42 Tabel 13. Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Rembul Kecamatan

Bojong Kabupaten Tegal Tahun 2005………... 43 Tabel 14. Responden Usahatani Wortel di Desa Rembul Kecamatan

Bojong Kabupaten Tegal berdasarkan Kelompok Umur


(14)

Nomor Halaman

Tabel 15. Responden Usahatani Wortel di Desa Rembul Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tahun 2007……… 45 Tabel 16. Pengalaman Bertani Responden Petani Wortel di

Desa Rembul Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal Tahun 2007…. 47 Tabel 17. Sifat Usahatani Wortel di Desa Rembul Kecamatan

Bojong Kabuptaten Tegal Tahun 2007... 47 Tabel 18. Penyebaran Responden Petani Wortel di Desa Rembul

Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal berdasarkan Luas Lahan Tahun 2007……… 48 Tabel 19. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Wortel untuk

Satu Musim Tanam Per Hektar di Desa Rembul Tahun 2006……... 57 Tabel 20. Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian Usahatani Wortel di

Desa Rembul per Tahun……….60 Tabel 21. Komponen Biaya Usahatani Wortel di Desa Rembul

Per Hektar untuk Satu Musim Tanam... 63 Tabel 22. Analisis Pendapatan Usahatani Wortel Desa Rembul per Hektar

Untuk Satu Musim Tanam………. 64 Tabel 23. Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi

Cobb-Douglas……… 66 Tabel 24. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal

dari Produksi Usahatani………. 73 Tabel 25. Kombinasi Optimal Penggunaan Input pada Usahatani Wortel…… 75 Tabel 26. Rasio Perband ingan Pendapatan Petani Wortel Pada Kondisi

Aktual dan Kondisi Optimal Per Rata-Rata Luas Lahan... 76 Tabel 27. Kombinasi Faktor-Faktor Produksi Alternatif dengan Simulasi

pada Usahatani Wortel di Desa Rembul Kecamatan Bojong

Kabupaten Tegal... 77 Tabel 28. Rasio Perbandingan Pendapatan Petani Wortel Pada Kondisi


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1. Daerah Produksi dan Elastisitas Produksi………... 24 Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional...……….. 30 Gambar 3. Gambaran Umum Budidaya Wortel di Desa Rembul


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1. Analisis Regresi Model Cobb-Douglas………... 83 Lampiran 2. Data Produksi dan Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

Usahatani Wortel di Desa Rembul satu Musim Tana m T

Tahun 2006……….. 84 Lampiran 3. Perhitungan Rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dan Biaya

Korbanan Marjinal (BKM)……….. 85 Lampiran 4. Perhitungan Penggunaan Faktor Produksi Pada Kondisi


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris mempunyai potensi yang cukup besar pada sektor pertanian. Hal ini dapat tergambar dari kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto) pada tahun 2005 sebesar 365,6 triliun rupiah (13,3 persen). Sektor pertanian menempati urutan ke-3 setelah sektor industri pengolahan dan perdagangan. Sektor ini juga memegang peranan penting dalam penghasil devisa dan penyerapan tenaga kerja. Dimana devisa yang dihasilkan pada tahun 2005 sebesar 3.137 juta dolar dan sektor ini mampu menyerap 41,8 juta tenaga kerja (44 persen dari total angkatan kerja)

Subsektor usaha tanaman hortikultura termasuk salah satu subsektor yang memegang peranan penting dalam sektor pertanian. Hortikultura merupakan salah satu komoditas yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan diantara berbagai komoditas pertanian yang ada di Indonesia. Ketersediaan beragam jenis tanaman hortikultura yang meliputi tanaman sayur, buah, tanaman hias, dan tana man obat yang dimiliki Indonesia dapat menjadi kegiatan usaha ekonomi yang sangat menguntungkan apabila dapat dikelola secara optimal.

Peranan hortikultura terhadap perekonomian Indonesia antara lain ditunjukkan pada kontribusi sektor hortikultura dalam PDB. Kontribusi hortikultura terhadap PDB sektor pertanian merupakan kedua terbesar setelah sektor tanaman pangan pada tahun 2000-2004. Dimana laju pertumbuhan nilai PDB hortikultura adalah cenderung mengalami peningkatan sebesar 8,08 persen setiap tahunnya (Tabel 1).


(18)

2

Tabel 1. Perkembangan Nilai PDB Sub Sektor Pertanian Tahun 2000-2004 (Milyar Rp)

Sub Sektor Tahun Pertumbuhan

Per Tahun (%) 2000 2001 2002 2003 2004

Hortikultura 41.731 47.521 51.000 53.885 56.844 8,08 Perkebunan 31.720 36.759 43.956 48.830 57.419 15,89 Kehutanan 17.215 17.594 18.876 20.202 21.717 5,97 Perikanan 30.945 36.938 41.050 48.297 55.266 15,64 Peternakan 25.627 34.285 41.329 44.499 49.122 18,05 Tanaman Pangan 73.266 94.428 106.631 115.007 119.399 13,13 Total 220.504 267.525 302.842 330.720 351.178 12,45 Sumber : Ditjen Hortikultura Departemen Pertanian RI 2006 (diolah)

Besarnya kontribusi tanaman hortikultura terhadap PDB Indonesia menunjukkan pentingnya tanaman hortikultura bagi pembangunan pertanian di Indonesia, oleh karena itu harus segera direspon dengan pengelolaan produksi yang tepat baik dari jenis, produk, kualitas, kuantitas, kontinuitas maupun distribusi. Salah satu sasaran pembangunan hortikultura tahun 2005-2009 seperti yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Hortikultura adalah meningkatkan produksi hortikultura rata-rata 5,24 persen per tahun.

Salah satu bagian terpenting dari subsektor hortikultura dan berpeluang untuk dikembangkan adalah sayuran. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura, Sayuran di Indonesia dibagi menjadi dua kategori yaitu sayuran yang dapat dipanen sekali (sekaligus) dan sayuran yang dapat dipanen berulangkali.

Wortel merupakan salah satu komoditi dari sayuran yang hanya dapat dipanen sekali (sekaligus). Menurut Departemen Pertanian Indonesia, wortel merupakan salah satu komoditas unggulan sayuran Indonesia karena besarnya produksi dan konsumsi sayuran tersebut. Hal ini dapat dilihat dari produksi (Tabel 2) dan luas lahan (Tabel 3) sayuran yang diusahakan di Indonesia.


(19)

3

Tabel 2. Perkembangan Produksi Sayuran yang Dipanen Sekaligus 2002-2005 (Ton)

Komoditi Tahun Pertumbuhan

Per Tahun (%) 2002 2003 2004 2005

Bawang merah 766.572 762.795 757.399 793.001 0,01 Bawang daun 315.232 345.720 475.571 470.104 12,57 Kentang 893.824 1.009.979 1.072.040 975.298 3,29 Kol/Kubis 1.232.843 1.348.433 1.432.814 1.275.747 1,53 Wortel 282.248 355.802 423.722 441.246 16,46 Bawang Putih 46.393 38.957 28.851 23.820 -19,64 Sayuran Lainnya 563.498 662.096 772.864 931.177 18,18 Total 4.100.610 4.523.782 4963.261 4.910.393 6,32 Sumber : Ditjen Hortikultura Departemen Pertanian RI 2006 (diolah)

Berdasarkan Tabel 2, Total produksi jenis sayuran yang dapat dipanen sekaligus sebesar 4,9 juta ton. Beberapa sayuran yang memberikan kontribusi yang besar (lebih dari 10 persen) terhadap produksi nasional pada tahun 2005 adalah bawang merah kentang dan kubis. Sedangkan komoditi wortel memberikan kontribusi sebesar 8,98 persen atau 441.246 ton

Walaupun produksi wortel menempati posisi kelima, laju pertumbuhan per tahun komoditi wortel merupakan yang paling tinggi diantara jenis sayuran lainnya, yaitu sebesar 16,46 persen. Laju pertumbuhan wortel ini jauh lebih besar dari laju pertumbuhan tanaman kubis yang hanya 1,53 persen pertahun.

Berdasarkan luas arealnya (Tabel 3) dapat dilihat bahwa luas areal terbesar untuk komoditi sayuran yang dipanen sekaligus pada tahun 2005 adalah bawang merah, diikuti oleh kentang dan kubis. Komoditi wortel menempati posisi kelima untuk luas lahan. Dalam perkembangannya luas lahan wortel dari tahun 2002-2005 mengalami peningkatan yang paling besar diantara komoditi sayuran lainnya. Dimana laju pertumbuhan tanaman wortel per tahun sebesar 7,36 persen.


(20)

4

Tabel 3. Perkembangan Luas Lahan untuk Jenis Sayuran yang Dipanen Sekaligus 2002-2005 (Ha)

Komoditi Tahun Pertumbuhan

Per Tahun (%)

2002 2003 2004 2005

Bawang merah 79.867 88.029 88.707 90.072 3,90 Bawang daun 41.602 38.453 45.718 43.180 1,93

Kentang 57.332 65.923 65.420 59.434 1,93

kol/kubis 60.235 64.520 68.029 58.829 -0,32

Wortel 20.103 21.501 24.168 24.847 7,36

bawang putih 7.923 6.345 4.930 3.756 -21,60 Sayuran lainnya 78.595 82.572 99.629 100.660 8,71

Total 345.657 367.343 396.601 380.778 3,73

Sumber : Ditjen Hortikultura Departemen Pertanian RI 2006 (diolah)

Sebagai salah satu komoditas unggulan, wortel secara umum mempunyai prospek yang cukup cerah. Peluang pasar dari luar negeri dan khususnya dalam negeri masih sangat terbuka. Total volume ekspor wortel Indonesia selama periode 2002-2005 telah mencapai 2.941.719 kg dengan nilai ekspor sebesar US$ 807.974 atau rata-rata per tahun sebesar 735.429 kg dengan nilai US$ 201.993. Sedangkan volume impor untuk kurun waktu yang sama mencapai 14.987.538 kg dengan nilai impor mencapai US$ 5.962.736 atau rata-rata per tahun sebesar 3.746.884 kg dengan nilai US$ 1.490.684 (Tabel 4).

Tabel 4. Perkembangan Ekspor dan Impor Komoditas Wortel Indonesia Tahun 2002-2005

Tahun Ekspor Impor

Volume (kg) Nilai (US$) Volume (kg) Nilai (US$)

2002 1.733.373 474.948 1.262.278 494.860

2003 660.983 178.776 1.622.622 690.832

2004 313.386 106.239 5.239.129 1.707.481

2005 233.977 48.011 6.863.509 3.069.563

Total 2.941.719 807.974 14.987.538 5.962.736

Laju (% per tahun) (46,53) (52,53) 93,67 88,82

Sumber : Ditjen Hortikultura Departemen Pertanian RI 2006 (diolah)

Secara umum perkembangan ekspor wortel Indonesia menunjukan penurunan, sedangkan impor wortel Indonesia mengalami peningkatan. Berdasarkan Tabel 4 volume dan nilai ekspor mengalami penurunan


(21)

masing-5

masing sebesar 46,53 persen dan 52,53 persen per tahun, sedangkan volume dan nilai impor mengalami peningkatan masing- masing sebesar 93,67 persen dan 88,82 persen pertahun. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan dalam negeri untuk komoditi wortel belum terpenuhi.

Dilihat dari pekembangan konsumsi wortel menunjukkan kecenderungan yang semakin me ningkat setiap tahunnya (Tabel 5). Permintaan terhadap komoditi wortel yang terus meningkat ini, hal ini disebabkan oleh bertambahnya populasi penduduk dari tahun ke tahun dan membaiknya tingkat pendapatan masyarakat.

Tabel 5. Perkemba ngan Konsumsi Wortel Perkapita di Indonesia Tahun 1990-2005

Tahun Konsumsi (kg/th)

1990 0,42

1993 0,52

1996 0,62

1999 0,57

2002 0,83

2005 0,83

Sumber : Ditjen Hortikultura Departemen Pertanian 2006 (diolah)

Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa konsumsi wortel perkapita dalam negeri cenderung meningkat. Konsumsi wortel mengalami penurunan pada tahun 1999 karena adanya krisis moneter. Namun konsumsi kembali meningkat pada tahun 2002 yang menunjukkan kesadaran masyarakat akan penting hidup sehat dengan memakan makanan yang bergizi.

Sentra produksi wortel sebagian besar berada di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Sentra Produksi wortel di Pulau Sumatera berada di Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan sentra produksi wortel di Pulau Jawa berada di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Beberapa Provinsi yang merupakan penghasil wortel dapat dilihat pada Tabel 6.


(22)

6

Tabel 6. Enam Propinsi Penghasil Utama Wortel Di Indonesia Tahun 2005

Provinsi Luas panen (Ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/Ha)

Jawa barat 9.248 215.177 23,2

Sumatera Utara 3.101 74.114 23,9

Jawa Tengah 3.888 55.878 14,3

Jawa Timur 3.114 44.125 14,1

Bengkulu 1.465 14.047 9,5

Sulawesi Selatan 796 7.113 8,9

Total Produksi ke-6 propinsi

21.612 410.454 18,9

Total Produksi Indonesia

24.643 440.002 17,8

Persentase terhadap

Indonesia (%) 87 93 -

Sumber : Departemen Pertanian RI 2006 (diolah)

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa sebagian besar produksi wortel nasional dihasilkan oleh propinsi Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, dan Sulawesi Selatan. Luas Panen dan Produksi wortel dari ke-enam provinsi tersebut berturut-turut adalah 87 persen dan 93 persen dari luas panen dan produksi total wortel dalam negeri. Produktivitas wortel Jawa Tengah sebesar 14,3 ton per hektar. Produktivitas komoditi wortel di Jawa Tenga h lebih rendah dibandingkan dengan Jawa Barat dan Sumatera Utara yakni masing-masing sebesar 23, 2 ton per hektar dan 23,9 ton per hektar.

. Luas Panen, produksi dan produktivitas komoditi wortel pada tahun 2005 masing- masing sebesar 3.888 Ha, 55.878 ton dan 12,37 ton per hektar. Secara umum luas panen, produksi dan produktivitas per hektar komoditi wortel di Jawa Tengah dari tahun 2000-2005 mengalami kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Dimana laju pertumbuhan per tahun dari luas panen komoditi wortel sebesar 4,67 persen, produksi komoditi wortel sebesar 11,78 persen dan produktivitas tanaman wortel sebesar 2,66 persen (Tabel 7).


(23)

7

Tabel 7. Data Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Wortel Jawa Tengah Tahun 2000-2005

Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)

2000 3.268 43.079 13,18

2001 3.355 26.102 11,08

2002 3.306 41.623 12,59

2003 3.840 54.754 14,25

2004 4.803 69.646 14,50

2005 3.888 55.878 14,37

Laju (% per tahun) 4,67 11,78 2,66

Sumber : Departemen Pertanian RI 2006 (diolah)

Produksi wortel propinsi Jawa Tengah tahun 2005 sebesar 55.878 ton. Apabila dibandingkan dengan tahun 2004, produksi wortel 2005 mengalami penurunan sebesar 13.768 ton atau turun sebesar 19,7 persen. Sedangkan produktivitas wortel pada tahun 2004 sebesar 14,5 ton per hektar turun menjadi 14,3 ton per hektar atau mengalami penurunan sebesar 0,89 persen.

1.2. Perumusan Masalah

Usahatani wortel di Propinsi Jawa Tengah yang sebagian besar diusahakan dengan pola usahatani kecil pada umumnya mempunyai produksi dan produktivitas yang masih rendah. Produktivitas komoditi wortel Jawa Tengah pada tahun 2005 hanya 14,37 ton per hektar. Produktivitas ini jauh lebih rendah dari produktivitas di Jawa Barat dan Sumatera Utara yang masing- masing mencapai 22,5 dan 23,90 ton per hektar pada periode yang sama (Tabel 6).

Secara Umum, luas panen, produksi dan produktivitas tanaman wortel di Jawa Tengah pada periode tahun 2000 – 2005 mengalami peningkatan. Laju pertumbuhan per tahun untuk luas panen, produksi dan produktivitas masing-masing naik sebesar 4,67 persen, 11,78 persen dan 2,66 persen (Tabel 7). Namun pertumbuhan luas lahan, produksi dan produktivitas Jawa Tengah yang semakin meningkat bertolak belakang dengan keadaan di Kabupaten Tegal. Luas panen


(24)

8

yang semakin meningkat pada periode tahun 2003 – 2005 tidak diikuti peningkatan produksi dan produktivitas (Tabel 8).

Tabel 8. Perkembangan Luas Lahan dan Produktivitas Tanaman Wortel di Kabupaten Tegal Tahun 2001-2005

Tahun Luas Panen Produksi Produktivitas

(Ha) (%) (Ton) (%) (Ton/Ha) (%)

2003 175 - 5.388 - 30,7 -

2004 284 62,28 4.143 -23,10 14,5 -52,76

2005 321 13,02 4.153 0,24 12,9 -11,03

Laju

(% per tahun) - 37,65 - -11,43 - -31,90

Sumber BPS 2006 (diolah)

Berdasarkan Tabel 8, terlihat bahwa luas panen wortel meningkat rata-rata 37,65 persen per tahun, sedangkan produksi dan produktivitas mengalami penurunan masing- masing sebesar 11,43 persen dan 31,90 persen per tahun. Sehingga pertanyaan pertama yang dapat muncul adalah mengapa terjadi penurunan produktivitas di Kabupaten Tegal? Menurunnya produktivitas lahan di Kabupaten Tegal, tentu memiliki implikasi terhadap pendapatan usahatani. Sehingga pertanyaan kedua yang dapat muncul dari kejadian ini adalah bagaimana tingkat pendapatan yang diperoleh petani wortel di daerah penelitian?

Salah satu penyebab turunnya produktivitas wortel di Kabupaten Tegal dimungkinkan karena penggunaan faktor produksi yang tidak efisien. Sehingga pertanyaan ketiga yang dapat muncul adalah apakah faktor- faktor produksi yang digunakan sudah efisien?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis hubungan antara faktor-faktor produksi yang dihasilkan. 2. Menganalisis tingkat pendapatan petani dari usahatani wortel.


(25)

9

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini bagi penulis adalah sebagai penerapan teori yang telah didapat selama kuliah terhadap permasalahan yang timbul di masyarakat khususnya petani wortel, serta merupakan upaya memberikan alternatif pemikiran dan pemecahannya. Bagi petani wortel, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai kondisi usahatani wortel dan faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas wortel serta mengatahui faktor terpenting dalam budidaya wortel. Dari penelitian ini juga, petani dapat mengetahui seberapa efisien usahatani yang dijalankan dan kombinasi optimal penggunaan faktor-faktor produksi. Hasil penelitian ini kiranya dapat pula bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Wortel

Tanaman wortel (Daucus carot) bukan tanaman asli Indonesia melainkan berasal dari daerah Asia Timur dan Asia Tengah yang beriklim sedang. Tanaman ini ditemukan tumbuh liar sekitar 6500 tahun yang lalu. Budidaya wortel mulanya terjadi sekitar daerah Laut Tengah, kemudian menyebar luas ke kawasan Eropa, Afrika, Asia dan akhirnya ke seluruh dunia (Rukmana, 1995).

Wortel merupakan tanaman yang berbentuk umbi. Susunan tanaman wortel terdiri dari bagian atas (daun dan tangkai) dan bagian bawah (batang dan akar). Daun wortel bersifat majemuk menyirip ganda atau tiga, anak-anak daunnya berbentuk lanset atau garis dengan bagian pingir bercangkap melekat pada tangkai daun yang akarnya agak panjang. Batangnya sanga t pendek, sementara akar tunggangnya dapat berubah bentuk dan berfungsi sebagai penyimpan cadangan makanan (umbi). Bentuk umbi wortel sangat bervariasi tergantung varietas atau kultivarnya. Pada umumnya bentuk umbi wortel dibedakan atas tiga macam, yaitu: bulat panjang dengan ujung runcing, bulat panjang dengan ujung tumpul dan bentuk peralihan dari kedua bentuk umbi tadi (Rukmana,1995).

Sunarjono (2006) mengelompokkan jenis wortel berdasarkan umbinya ke dalam tiga golongan, yaitu :

1. Tipe imperatur, go longan wortel yang bentuk umbinya bulat panjang dengan ujung runcing, mirip bentuk kerucut.


(27)

11 2. Tipe chantenay, golongan wortel yang bentuk umbinya bulat panjang dengan

ujung tumpul dan tidak berakar serabut.

3. Tipe nantes, golongan wortel yang mempunyai bentuk umbi tipe peralihan antara bentuk imperator dan tipe chantenay.

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Wortel

Tanaman wortel merupakan sayuran dataran tinggi (1.000 – 1.500 m dpl). Tanaman ini bisa ditanaman sepanjang tahun baik musim kemarau maupun musim hujan. Tanaman wortel membutuhkan lingkungan tumbuh dengan suhu udara yang dingin dan lembab. Untuk pertumbuhan dan produksi umbi dibutuhkan suhu udara optimal antara 15 – 22 oC. Suhu udara yang terlalu tinggi (panas) seringkali menyebabkan umbi kecil-kecil (abnormal) dan berwarna pucat/kusam. bila suhu udara terlalu rendah (sangat dingin), maka umbi yang terbentuk menjadi panjang kecil.

Keadaan tanah yang cocok untuk tanaman wortel adalah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), tata udara dan tata airnya berjalan baik (tidak menggenang). Jenis tanah yang paling baik adalah regosol, letosol, dan andosol. Jenis tanah ini pada umumnya terdapat di daerah dataran tinggi (pegunungan). Tanaman ini dapat tumbuh baik pada keasaman tanah (pH) antara 5,5-6,5 (Berlian, 2006).

2.3. Kandungan Gizi dan Manfaat Wortel

Wortel (Daucus carota) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang berasal dari kelompok sayuran dan memiliki berbagai sumber vitamin A karena mengandung ß-karoten. Selain itu, wortel juga mengandung beberapa zat gizi dan


(28)

12 mineral yang dibutuhkan oleh tubuh seperti : protein, karbohidrat, kalsium, besi, dan fosfor (Tabel 9 ).

Tabel 9. Komposisi Kandungan Kimia Wortel Gizi Wortel dalam Setiap 100 gr Umbi Wortel

Kandungan Gizi Satuan Jumlah

Energi Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Besi Vitamin A Vitamin B1 Vitamin C kal gr gr gr mg mg mg SI mg mg 42,00 1,20 0,30 9,30 39,00 37,00 0,80 12000,00 0,06 6,00

Sumber : www.iptek.net.id

Vitamin A penting untuk mata. Akibat yang paling parah karena kekurangan vitamin A adalah kebutuhan. Selain untuk penglihatan, vitamin A diperlukan juga untuk mempertahankan jaringan ari (kulit, pinggiran, dan penutup berbagai jaringan/organ tubuh) dalam keadaan sehat. Vitamin A pun penting untuk membantu proses reproduksi, membersihkan darah, dan menguatkan gigi (Berlian,2006)

Masyarakat biasanya mengkonsumsi wortel sebagai lalab mentah ataupun masak, dibuat sayur sop, cap cai, atau pencampu steak. Penelitian mengenai pengolahan pangan yang memanfaatkan wortel sebagai bahan baku utamanya antara lain brem wortel, minuman sari wortel, selai wortel, permen jeli wortel, saus wortel dan agar-agar wortel. Wortel juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam industri kosmetika seperti pembuatan shampoo.

Umbi wortel banyak dimanfaatkan sebagai obat dari beberapa penyakit. Segelas sari umbi wortel ditambah dengan satu sendok teh sari jeruk nipis dan


(29)

13 satu sendok makan madu berkhasiat mengatasi rasa mual- mual di pagi hari pada wanita hamil, mengatasi gangguan empedu dan radang lambung. Mengunyah umbi wortel segar segera sesudah makan berkhasiat membunuh kuman yang berbahaya dalam mulut, membersihkan gigi, mencegah pendarahan gusi dan kerusakan gigi (Rukmana, 1995).

2.4. Kajian Empirik

Kajian empirik meliputi penelitian-penelitan yang pernah dilakukan sebelumnya, yang terdiri dari Analisis pendapatan dan biaya usahatani serta analisis faktor- faktor produksi.

2.4.1. Analisis Pendapatan dan Biaya Usahatani

Tingkat pendapatan petani untuk setiap komoditas pertanian yang diusahakan berbeda-beda. Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi, salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk rupiah yang dikeluarkan (R/C ratio). Penelitian yang dilakukan Junengsih (2001) menunjukan bahwa hasil analisis pendapatan usahatani wortel di daerah penelitian menunjukkan hasil yang menguntungkan. Dengan harga rata-rata Rp.500 ditingkat petani menghasilkan R/C atas biaya total sebesar 1,5. Ini berarti bahwa setiap rupiah yang dipakai untuk usahatani wortel memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,5. Sementara itu, penelitiaan yang dilakukan oleh Siagian (2001) terhadap hasil analisis pendapatan usahatani wortel menunjukkan bahwa usatani yang dilaksanakan masih menguntungkan. Dimana R/C atas biaya tunai dan biaya total lebih besar dari satu.


(30)

14 Namun keadaan ini berbeda dengan hasil penelitian Pepilaya (2004). Berdasarkan analisis pendapatan dan biaya usahatani, besarnya R/C atas biaya tunai sebesar 0,55 sedangkan R/C atas biaya total sebesar 0,4. Hal ini berarti bahwa untuk setiap rupiah biaya tunai yang dikeluarkan, petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 0,4. Rendahnya harga yang diterima petani wortel menyebabkan kegiatan usahatani di daerah penelitian menjadi tidak menguntungkan.

2.4.2. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Usahatani.

Junengsih (2001), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahtani wortel dengan model fungsi Cobb-Douglas. Faktor- faktor produksi yang digunakan adalah luas lahan, tenaga kerja, bibit, urea, TSP, pupuk kandang, dan pestisida. Hasil Principal Component Analysis didapat bahwa faktor lahan, bibit, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi wortel. Sementara itu penelitian Siagian (2001) terhadap faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi wortel dengan menggunakan model fungsi Cobb-Douglas bahwa dari semua peubah bebas yang terdapat dalam model, yaitu luas, bibit, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk kandang, dan pestisida ternyata bibit, pupuk urea, TSP dan pestisida yang berpengaruh nyata.

Faktor produksi dikatakan efisien apabila rasio antara NPM dan BKM sama dengan satu. Pada penelitian Pepilaya (2004) didapat bahwa penggunaan faktor produksi usahatani belum optimal karena rasio antara nilai produk marjinal (NPM) dan biaya korbanan marjinnal (BKM) belum sama dengan satu. Dimana kombinasi optimal akan tercapai apabila faktor produksi luas lahan, bibit, urea,


(31)

15 TSP, pestisida cair dan pupuk kandang harus ditingkatkan sedangkan penggunaan tenaga kerja harus dikurangi.

Sebagian besar penelitan yang dilakukan sebelumnya pada sentra produksi wortel yaitu Provinsi Jawa Barat. Untuk itu, pada penelitian ingin mengetahui dan menganalisis tingkat pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor produksi wortel di Provinsi Jawa Tengah.


(32)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani

Usahatani menurut Soeharjo dan Patong (1973) adalah proses pengorganisasian faktor- fakor produksi yaitu alam tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan oleh perorangan atau sekumpulan orang-orang untuk menghasilkan output yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga ataupun orang lain di samping bermotif mencari keuntungan. Menurut Riva’i dalam Hernanto (1988) usahatani adalah sebagai organisasi alam, kerja, modal, dan pengelolaan yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Sedangkan Menurut Daniel dalam Suratiyah (2006) usahatani merupakan cara-cara petani untuk mengkombinasikan dan mengoperasikan berbagai faktor produksi seperti lahan, tenaga dan modal sebagai dasar bagaimana petani memilih jenis dan besarnya cabang usahatani berupa tanaman atau ternak sehingga memberikan hasil yang maksimum.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka terdapat empat unsur pokok yang selalu ada dalam usahatani. Unsur tersebut dikenal dengan istilah faktor produksi. Adapun empat unsur yang termasuk dalam faktor- faktor produksi adalah :

Lahan

Lahan merupakan faktor produksi yang langka sehingga perlu digunakan secara efisien. Luas lahan merupakan salah satu ukuran besaran usahatani. Hal- hal


(33)

17

yang perlu diperhatikan dalam usahatani berkaitan dengan lahan yang digunakan adalah kesesuaian lahan, daya dukung lahan, status penggunaan lahan, fragmentasi lahan, serta aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana pendukung. Usaha-usaha untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan antara lain pemilihan komoditas cabang usahatani dan pengaturan pola tanam. Ukuran efisiensi penggunaan lahan adalah perbandingan antara output dan input. Lahan sebagai modal mempunyai sifat khusus, yaitu : tidak dapat diperbanyak, tidak dapat berpindah tempat, dapat dipindahkan hak milik, dapat diperjualbelikan, nilai (biaya) lahan tidak disusutkan dan bunga atas lahan dipengaruhi produktivitas.

Tenaga Kerja

Tenaga kerja usahatani merupakan faktor produksi kedua selain lahan, modal, dan manajemen (pengelolaan). Ada tiga jenis tenaga kerja yang dikenal dalam usahatani, yaitu manusia, ternak, dan mekanik.

Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya. Tenaga ternak digunakan untuk pengolahan lahan dan untuk pengangkutan. Tenaga mekanik bersifat substitusi, yang menggantikan tenaga ternak atau manusia. Jika kekurangan tenaga kerja, petani dapat memperkerjakan tenaga kerja dari luar keluarga dengan memberi balas jasa berupa upah.

Pada kenyataannya hampir seluruh bagian proses produksi yang berlangsung memerlukan tenaga kerja. Tenaga kerja digunakan untuk mengelola usahatani perlu diukur efisiensinya dengan satuan kerja, yaitu jumlah pekerjaan produktif


(34)

18

yang berhasil diselesaikan oleh seorang pekerja. Efisiensi itu sendiri adalah upaya untuk mencapai tujuan dengan menggunakan sumber daya seminimal mungkin.

Modal

Modal adalah barang ekonomi yang dapat digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Macam modal usahatani antara lain lahan, bangunan, peralatan, mesin, tanaman, ternak, sarana produksi, stok produksi, uang tunai, dan lain- lain. Sumber modal usahatani berasal dari modal send iri dan modal dari luar. Modal sendiri merupakan modal milik petani, lahan dan non lahan. Sedangkan modal dari luar merupakan modal yang berasal pinjaman dari petani lain maupun lembaga keuangan.

Manajemen

Manajemen usahatani adalah kemampuan petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor- faktor produksi yang dikuasainya sebaik mungkin serta mampu memberikan produksi pertanian sesuai dengan yang diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengelolaan itu adalah produktivitas dari setiap faktor maupun produktivitas usahanya.

3.1.2 Penerimaan dan Biaya Usahatani

Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka tertentu. Penerimaan usahatani didapat melalui hasil perkalian antara total produksi yang dihasilkan dengan harga pasar yang berlaku. Penerimaan ini mencakup suatu produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit, digunakan untuk pembayaran, dan yang disimpan (Soekartawi dkk, 1986).


(35)

19

Sedangkan biaya adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi (Fadholi, 1988). Biaya dapat dibedakan atas :

1. Biaya Tunai, meliputi biaya tetap misal pajak tanah dan biaya variabel misal pengeluaran untuk bibit, pupuk, oabat-obatan dan biaya untuk tenaga kerja luar keluarga.

2. Biaya tidak tunai, meliputi biaya tetap misalnya biaya penyusutan alat-alat dan bangunan pertanian serta sewa lahan milik sendiri sedangkan biaya variabel meliputi biaya tenaga kerja dari keluarga.

3.1.3 Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan Usahatani merupakan selisih antara biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Bentuk dan jumlah pendapatan ini mempunyai fungsi yang sama yaitu memenuhi keperluan sehari- hari dan memberikan kepuasan petani agar dapat melanjutkan kegiatannya. Pendapatan ini akan digunakan juga untuk mencapai keinginan-keinginan dan memenuhi kewajibannya (Soeharjo dan Patong, 1973).

Analisis pendapatan usahatani pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan usahatani dalam satu tahun. Tujuannya adalah untuk membantu perbaikan pengelolaan usaha pertaniannya. Yang digunakan adalah harga yang berlaku, kemudian penyusutan diperhitungkan pada tahun tersebut untuk investasi modal yang umur penggunaannya cukup lama. Dalam analisis pendapatan ini ada beberapa ukuran pendapatan yang dipakai yaitu (Soeharjo dan Patong, 1973) :


(36)

20

a. Pendapatan Kerja Petani

Pendapatan ini diperoleh dengan menghitung semua penerimaan dan dikurangi dengan semua pengeluaran baik tunai maupun yang diperhitungkan, termasuk bunga modal dan nilai kerja petani. Bunga modal disertakan karena dianggap bahwa modal ini diperoleh dengan jalan meminjam atau karena untuk modal itu tersedia beberapa alternatif penggunaan. Angka pendapatan kerja petani umumnya kecil bahkan mungkin negatif. Apabila bunga modal tidak disertakan mungkin lebih besar dan bernilai positif.

b. Penghasilan Kerja Petani

Angka ini diperoleh dari penambahan pendapatan kerja petani dengan penerimaan tidak tunai.

c. Pendapatan Kerja Keluarga

Pendapatan ini merupakan balas jasa dari kerja dan pengelolaan petani dan anggota keluarganya. Apabila usahatani dilakukan oleh petani dan keluarganya maka ukuran inilah yang terbaik untuk mengetahui berhasilnya kegiatan usaha. Pendapatan kerja petani merupakan penghasilan kerja petani ditambah dengan nilai kerja keluarga.

d. Pendapatan Keluarga

Pendapatan Keluarga diperoleh dengan menghitung pendapatan dari sumber lain yang diterima petani bersama di samping kegiatan pokoknya.

Keberhasilan usahatani dapat dilihat dari pendapatan yang diterima. Salah satu ukuran efisiensinya adalah penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan (Revenue Cost Ratio). Dalam analisis rasio R/C akan diuji seberapa jauh nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan usahatani yang bersangkutan dapat


(37)

21

memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Dimana semakin tinggi nilai rasio R/C menunjukkan semakin besarnya penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Sehingga dengan perolehan nilai rasio R/C yang semakin tinggi maka tingkat efisiensi pendapatan pendapatan juga semakin tinggi (Soeharjo dan Patong, 1973).

Sedangkan Menurut Suratiyah (2006), suatu usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi lainnya termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya.

3.1.4 Konsep Fungsi Produksi

Banyaknya produksi yang dihasilkan tergantung pada banyaknya faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi yang bersangkutan, besarnya produksi yang dicapai dan tingkat harga output yang berlaku akan mempengaruhi pula pendapatan yang diperoleh. Hubungan kuantitatif antara input dan output dikenal dengan fungsi produksi (Soekartawi dkk, 1986)

Menurut Doll dan Orazem (1984), fungsi produksi menggambarkan hubungan antara input dengan output yang menunjukkan suatu tingkat dimana sumber daya (input) dapat diubah sehingga menghasilkan produk tertentu. Fungsi produksi merupakan hubungan kuantitatif antara masukan dan produksi. Masukan seperti pupuk, tanah, tenaga kerja, modal dan iklim yang mempengaruhi besar kecilnya produk yang dihasilkan. Secara matematis fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut :


(38)

22

Y = f(X1, X2, X3, ……, Xn)……….. (3.1) Dimana : Y = Jumlah produksi yang dihasilkan dalam proses produksi.

X = Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.

f = Bentuk hubungan yang mentransformasikan faktor- faktor produksi dalam hasil produksi.

Bentuk fungsi produksi dipengaruhi oleh hukum ekonomi produksi yaitu hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang (The Law of Diminishing Return). Hukum tersebut mempunyai arti bahwa jika suatu faktor produksi ditambah terus-menerus dalam suatu proses produksi, sedangkan faktor produksi lainnya tetap maka tambahan jumlah produksi per satuan faktor produksi akan menurun. Hukum ini menggambarkan adanya kenaikan hasil yang negatif dalam fungsi produksi.

Untuk Mengukur tingkat produktivitas dari sua tu proses produksi terdapat dua tolak ukur, yaitu : (1) produk marjinal dan (2) produk rata-rata. Produk marjinal (PM) adalah tambahan produk yang dihasilkan dari setiap menambah satu-satuan faktor produksi. Sedangkan produk rata-rata (PR) adalah tingkat produktivitas yang dicapai setiap satuan produksi. Kedua tolak ukur ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

) 3 . 3 ...( ... ... ... ... ... ... Tertentu Total Input Total Output PR ) 2 . 3 ...( ... ... ... )... ( ' Tertentu Input Tambahan Ouput Tambahan PM X Y Xi f X Y = = = ∆ ∆ = =

Untuk melihat perubahan dari produk yang dihasilkan yang disebabkan oleh faktor produksi yang dipakai dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi adalah rasio tambahan relatif produk yang dihasilkan dengan


(39)

23

perubahan relatif jumlah faktor produksi yang dipakai atau persentase perubahan dari produk yang dihasilkan sebagai akibat persentase perubahan faktor produksi yang digunakan. Elastisitas produksi secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

) 4 . 3 ...( ... ... ... ... ... ... .

PR PM Y

X dX dY

Eprod = =

Menurut Doll dan Orazem (1984) suatu proses produksi dapat dibagi ke dalam tiga daerah produksi yang memberikan gambaran nilai elastisitas produksi yang diperoleh dari suatu proses produksi (Gambar 1), yaitu :

a. Daerah Produksi I

Daerah produksi I mempunyai elastisitas produksi lebih besar dari satu yang terletak antara titik asal O dan X2, artinya setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan output yang selalu lebih besar dari satu persen. Di daerah ini belum tercapai produksi yang optimal yang akan memberikan keuntungan maksimal, karena produksi masih dapat diperbesar dengan pemakaian faktor produksi yang lebih banyak. Oleh karena itu, daerah I disebut daerah sebagai daerah irrasional (irrational region atau irrational stage of production)

b. Daerah Produksi II

Pada daerah ini elastisitas produksi bernilai antara nol dan satu, terletak antara titik X2 dan X3. Artinya setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi paling tinggi satu persen dan paling rendah nol. Daerah ini dicirikan oleh penambahan hasil produksi yang peningkatannya makin berkurang. Pada tingkat tertentu dari penggunaan


(40)

24

faktor- faktor produksi di daerah ini akan memberikan keuntungan maksimal. Hal ini berarti bahwa penggunaan faktor produksi sudah optimal. Oleh karena itu, daerah produksi II disebut daerah rasional (rational region atau rational stage of production).

c. Daerah Produksi III

Pada daerah ini nilai elastisitas produksi lebih kecil dari nol, artinya setiap penambahan faktor produksi akan menyebabkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan. Daerah produksi ini mencerminkan pemakaian faktor-faktor produksi yang tidak efisien, sehingga daerah ini disebut juga daearah irasional.

Gambar 1. Daerah Produksi dan Elastisitas Produksi

X1 X

3

PM

PR

X1 X2 X3

X2 Y

X X Y

PT

I II III

E >1 0<E<1 E < 1


(41)

25

Keterangan :

• Titik X1 adalah titik balik produksi

• Titik X2 adalah titik perpotongan PM dan PR dimana PR mencapai maksimum

• Titik X3 adalah tingkat produk total mencapai maksimum dan PM = 0

• PT adalah produk total

• PM adalah produk marjinal

• PR adalah produk rata-rata.

Soekartawi (1990) mendefinisikan skala usaha sebagai penjumlahan dari semua elastisitas faktor produksi. Skala usaha dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1. Kenaikan kenaikan hasil yang meningkat (increasing return to scale). Pada

daerah ini Sep > 1, yang berarti proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi.

2. Kenaikan hasil yang tetap (constant return to scale). Pada daerah ini Sep = 1, yang berarti penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.

3. Kenaikan hasil yang berkurang (decreasing return to scale). Pada daerah ini Sep < 1, yang berarti proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi.

3.1.5 Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

Efisie nsi adalah suatu ukuran jumlah relatif dari beberapa input yang digunakan untuk menghasilkan output tertentu. Suatu metode produksi dikatakan lebih efisien dibandingkan metode produksi lainnya apabila menghasilkan ouput yang lebih tinggi nilainya untuk tingkat korbanan marginal yang sama atau dapat mengurangi input untuk memperoleh ouput yang sama. Jadi konsep efisiensi merupakan konsep yang bersifat relatif (Soekartawi,1990).


(42)

26

Konsep efisiensi yang terdapat dalam ilmu ekonomi produksi pada dasarnya mencakup tiga pengertian, yaitu konsep efisiensi teknis, harga dan ekonomi. Efisiensi teknis mempersyaratkan untuk tidak menerapkan suatu metode produksi tertentu jika ada metode produksi lain yang memerlukan masukan yang lebih sedikit. Efisiensi ekonomi kemudian memastikan untuk memilih metode yang menggunakan nilai sumber daya terendah di antara metode- metode yang secara teknis efisien. Sedangkan efisiensi harga (alokasi) didefinisikan sebagai situasi dimana tidak mungkin mengubah alokasi sumberdaya hingga memb uat membuat pihak lain lebih baik tanpa membuat pihak lain menjadi lebih buruk (Lipsey, 1997).

Menurut Doll dan Orazem (1984), untuk mencapai efisiensi ekonomi diperlukan dua syarat, yaitu syarat keharusan dan kecukupan. Syarat keharusan menunjukkan tingkat efisiensi teknis yang harus dipenuhi yang akan tercapai saat elastisitas produksi usahatani bernilai antara nol dan satu (0 = Ep = 1) yang terletak pada daerah II yang merupakan daerah rasional. Syarat kecukupan menunjukkan tingkat efisiensi ekonomis yang harus dicapai oleh suatu proses produksi, yaitu saat tercapainya keuntungan maksimum. Efisiensi dengan keuntungan maksimum tercapai apabila NPM (Nilai Produk Marjinal) sama dengan BKM (Biaya Korbanan Marjinal), berarti setiap tambahan biaya yang dikeluarkan untuk faktor produksi mampu memberikan tambahan penerimaan dengan jumlah yang sama dengan tambahan biayanya.

Menurut Doll dan Orazem (1984), keuntungan adalah pengurangan total penerimaan dengan total biaya. Secara matematis dapat dituliskan sebaga i berikut :


(43)

27       + − =

= BTT X Pxi Y Py i n i . . 1 ………(3.5)

Dimana : ? = Keuntungan Y = Output Py = Harga output Xi = Input ke- i Pxi = Harga input ke- i BTT = Biaya Tetap Total

Keuntungan maksimal dicapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan terhadap masing – masing faktor produksi sama dengan nol. Sehingga : 0 = − = ∏ i Px dXi dY Py dXi d

; i = 1, 2, 3,…

ó i

i

Px dx dY

Py = ……….. (3.6)

Dimana : =

i

dx dY

produk marjinal faktor produksi ke- i.

Sehingga :

Py . Pmxi = Pxi

Dimana : Py. PMxi = Nilai produk marjinal xi (NPMxi)

Pxi = Harga faktor produksi atau biaya korbanan marginal xi (BKMxi)

Maka apabila faktor produksi tidak dipengaruhi oleh jumlah pembelian faktor produksi, persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :

NPMxi = BKMxi

1 = i i BKMx NPMx ……… (3.7)

Untuk penggunaan lebih dari satu faktor produksi misalnya dan faktor produksi, maka keuntungan dapat dicapai apabila :


(44)

28

1 ...

2 2 1

1= = = =

BKMxn NPMxn BKMx

NPMx BKMx

NPMx

………(3.8)

Berdasarkan rumus kecukupan, suatu faktor produksi dikatakan telah dialokasikan secara optimal apabila NPM sama dengan BKM. Hal ini berarti tambahan biaya yang dikeluarkan untuk faktor produksi tersebut harus sama dengan tambahan penerimaan yang diperoleh.

Bila rasio NPM dengan BKM lebih kecil dari satu, hal ini menunjukkan kondisi optimum telah terlampaui. Pada kondisi ini tambahan biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada tambahan penerimaannya, sehingga bagi produsen yang rasional akan mengurangi penggunaan faktor produksi agar tercapai kondisi NPM sama dengan BKM. Sebaliknya jika rasio NPM dengan BKM lebih besar dari satu, hal ini menunjukkan kondisi optimum belum tercapai. Pada kondisi ini tambahan penerimaan lebih besar daripada tambahan biayanya, sehingga bagi produsen yang rasional akan menambah penggunaan faktor produksi agar tercapai kondisi NPM sama dengan BKM.

3.2 Kerangka Pemikiran Konseptual

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap proses produksi usahatani wortel, menganalisis tingkat pendapatan dan menganlisis tingkat efisiensi penggunaan faktor- faktor produksi oleh para petani. Analisis yang dilakukan meliputi analisis fungsi produksi, analisis pendapatan, dan analisis efisiensi penggunaan faktor- faktor produksi.

Pada kegiatan budidaya wortel penggunaan lahan berpengaruh terhadap penggunaan bibit yang digunakan. Pemakaian pupuk dan pestisida dengan komposisi yang tepat dapat memacu pertumbuhan wortel. Tingkat penggunaan


(45)

29

tenaga kerja harus disesuaikan dengan kebutuhan sehingga jumlahnya dapat optimal. Kerangka pemikiran konseptual di atas dapat diringkas seperti yang terlihat pada Gambar 2.

Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa faktor produksi dan faktor alam mempengaruhi produksi dan produktivitas usahatani wortel. Dengan melihat harga faktor produksi yang ada di pasar maka didapat biaya produksi yang yang dikeluarkan petani. Sedangkan dari hasil penggunaan faktor produksi yang digunakan, petani mendapatkan ouput. Output tersebut dijual dengan harga yang berlaku di pasar. Dari biaya produksi dan penerimaan usahatani wortel, kemudian akan didapat pendapatan usahatani. Dimana indikator yang digunakan rasio R/C atas biaya tunai dan rasio R/C atas biaya total.

Analisis lain dari penggunaan faktor produksi adalah analisis fungsi produksi dan analisis efisiensi produksi. Analisis ini didasarkan pada produktivitas dari usahatani wortel. Berdasarkan analisis efisiensi dan pendapatan usahatani maka didapatkan pengorga nisasian faktor produksi yang optimal bagi petani di daerah penelitian sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.


(46)

30

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

Faktor Alam

Faktor Produksi : - Luas Lahan - Jumlah benih - Pupuk

- Obat cair - Tenaga Kerja

Output Produktivitas

Harga Output

Harga Input

Biaya Produksi Penerimaan

Analisis

- Fungsi Produksi - Efisiensi


(47)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Rembul, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan bertahap. Dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Bojong merupakan salah satu dari tiga kecamatan penghasil wortel utama di Kabupaten Tegal. Dimana Kecamatan Bojong memiliki luas areal penaman wortel yang terluas. Desa Rembul dipilih berdasarkan bahwa desa ini memiliki areal terluas untuk tanaman wortel dan penghasil wortel yang utama di Kecamatan Bojong. Kegiatan pengambilan data kurang lebih dilakukan selama satu bulan yaitu selama bulan Januari sampai Februari 2007.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dan pengamatan langsung ke petani dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data primer yang dikumpulkan meliputi keadaan secara umum mengenai petani, data penggunaan sarana produksi dan biaya produksi yang dikeluarkan untuk satu musim tanam serta data lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari literatur dan instansi- instansi terkait seperti Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura Badan Pusat Statistika (BPS), situs-situs internet, dan perpustakaan LSI.


(48)

32

4.3. Metode Penarikan Contoh

Pada penelitian ini, pengambilan petani responden berasal dari petani yang menanam wortel di Desa Rembul. Jumlah petani yang dianggap sebagai kerangka sampel berjumlah 125 orang. Satu keluarga mewakili satu usahatani. Pemilihan petani contoh dilakukan dengan sistem acak sederhana (Simple Random Sampling) yaitu dengan cara populasi (jumlah keseluruhan dari petani wortel di Desa Rembul) diberi nomor dan kemudian sampel yang ditarik secara acak dengan cara mengundi. Responden yang terpilih sebanyak 40 orang petani.

4.4. Metode Analisis dan Pengolahan Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan anlisis kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi analisis keadaan umum usahatani wortel sedangkan analisis kuantitatif berupa analisis pendapatan usahatani, analisis R/C rasio, analisis penggunaan faktor produksi, serta analisis efisiensi ekonomi faktor produksi. Tahap analisis data yang digunakan adalah dengan transfer data, editing serta pengolahan data menggunakan microsoft excel, program minitab for windows versi 13.20 dan alat hitung kalkulator, kemudian dilanjutkan dengan tahap interpretasi data.

4.4.1. Analisis Pendapatan Usahatani

Total Pendapatan usahatani adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi total. Penerimaan usahatani wortel adalah nilai dari total penjualan produksi wortel yang dihasilkan (Soekartawi, 1990). Untuk menga nalisis pendapatan usahatani dilakukan pencatataan terhadap seluruh


(49)

33 penerimaan dan pengeluaran usahatani dalam satu musim tanam. Data pengeluaraan biaya dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu biaya tunai dan biaya tidak tunai. Kemudian dilakukan penghitungan pendapatan atas biaya tunai atau pendapatan kotor dan penghitungan pendapatan usahatani atas biaya total atau pendapatan bersih. Secara matematik, pendapatan usahatani wortel dapat dirumuskan sebagai berikut :

? = NP – BT –BD Dimana :

? = Total pendapatan dalam satu musim tanam (Rp)

NP = Nilai produksi, hasil kali jumlah fisik dengan harga dalam satu musim tanam (Rp)

BT = Biaya tunai usahatani dalam satu musim tanam (Rp) BD = Biaya tidak tunai dalam satu musim tanam (Rp) NP – BT = Pendapatan atas biaya tunai (Rp)

NP – (BT + BD) = Pendapatan atas biaya total (Rp)

4.4.2. Analisis R/C Rasio

Suatu usaha dikatakan efisien secara ekonomis dari usaha lain apabila rasio output terhadap input menguntungkan. Untuk menunjukkan berapa penerimaan yang diterima petani dari setiap rupiah yang dikeluarkan, maka dapat digunakan ukuran kedudukan ekonomi R/C rasio. Analisis R/C rasio digunakan sebagai alat untuk mengukur perbandingan antara penerimaan dan biaya usahatani. Dalam analisis ini data penerimaan dan pengeluaran usahatani dibandingkan ke dalam suatu rasio. Analisis R/C rasio dilakukan berdasarkan jenis biaya yang dikeluarkan, yaitu dibedakan menjadi R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

(Rp) Biaya Jumlah

(Rp) Penerimaan Jumlah

Rasio

/C =


(50)

34 Bila nilai R/C rasio yang diperoleh melebihi nilai satu, maka usahatani yang dilaksanakan tersebut dapat dikatakan layak. Sebaliknya bila nilai R/C rasio kurang dari nilai satu maka usahatani tersebut dapat dikatakan tidak efisien. Semakin besar nilai R/C rasio maka usahatani semakin menguntungkan.

4.4.3. Analisis Fungsi Produksi

Fungsi produksi yang digunakan dalam analisis ini adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Parameter-parameter yang diperoleh dari model ini merupakan elastisitas produksi bagi setiap faktor produksi yang masuk ke dalam model. Dengan asumsi bahwa nilai elastisitas setiap faktor produksi dalam model ini dianggap tetap. Model ini hanya mampu menerangkan proses produksi pada fase diminishing returns, yaitu fase produksi pada saat tambahan produksi yang dihasilkan sebagai akibat adanya penambahan faktor produksi meningkat yang semakin berkurang. Model ini tidak dapat digunakan apabila terdapat faktor produksi yang nilainya nol (Soekartawi, 1990). Model fungsi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut :

Y = b0X1b1X2b2X3b3X4b4X5b5 X6b6X7b7X8b8eµ

Dengan mentransformasikan fungsi Cobb-Douglas ke dalam bentuk linear logaritma, maka model fungsi produksi wortel dapat ditulis sebagai berikut :

ln Y = ln bo + b1lnX1 + b2lnX2 + b3lnX3 + b4lnX4 + b5lnX5 + b6lnX6 + b7lnX7 + b8lnX8 + b9lnX9 + µ

Dimana : Y = Produksi total wortel (Kg)

X1 = Luas lahan per musim tanam (hektar) X2 = Jumlah benih per musim tanam (Kg) X3 = Jumlah pupuk urea per musim tanam (Kg) X4 = Jumlah pupuk TSP per musim tanam (Kg) X5 = Jumlah pupuk KCl per musim tanam (K g) X6 = Jumlah pupuk kandang per musim tanam (Kg) X7 = Jumlah obat cair yang dipakai per musim tanam (Kg)


(51)

35 X8 = Jumlah penggunaan TK pria per musim tanam (jam)

X9 = Jumlah penggunaan TK wanita per musim tanam (jam) Bo = Konstanta/intersep

Bi = Koefisien regresi dari peubah bebas, dengan i = 1, 2, 3, …n µ = Unsur Sisaan (galat)

Menurut Doll dan Orazem, (1984) penggunaan fungsi produksi Cobb – Douglas mempunyai beberapa keuntungan, yaitu : (1) perhitungan sederhana karena dapat dibuat ke dalam bentuk linear. (2) Pada model ini koefisien pangkatnya sekaligus menunjukkan besarnya elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat produksi yang optimum dari pemakaian faktor- faktor produksi. (3) Hasil penjumlahan koefisien elastisitas masing- masing faktor produksi pada fungsi ini juga dapat menunjukkan skala usaha atau return to scale atas perubahan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi yang sedang berlangsung. Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produksi wortel adalah luas lahan, jumlah bibit, jumlah penggunaan pupuk TSP, jumlah penggunaan pupuk urea, jumlah penggunaan pupuk KCl, jumlah penggunaan pupuk kandang, jumlah penggunaan obat cair, jumlah penggunaan obat padat, jumlah penggunaan tenaga kerja.

Metode pendugaan yang digunakan untuk menerangkan hubungan sebab akibat dari faktor produksi dalam fungsi produksi di atas adalah Ordinary Least Square (OLS). Dari analisis regresi linear sederhana logaritmik akan didapat

besarnya nilai t-hitung, F- hitung, R2 atau koefisien determinasi (Gujarati dan Zain, 1991).

Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing- masing parameter bebas (X) yang dipakai secara terpisah


(52)

36 berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y). Apabila t- hitung lebih besar dari t-tabel berarti parameter yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bebas. Nilai F-hitung digunakan untuk melihat apakah parameter bebas yang digunakan (X) secara bersama-sama berpengaruh nyata

terhadap parameter tidak bebas (Y). Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat sejauh mana besar keragaman yang dapat diterangkan oleh parameter bebas (X) terhadap parameter tidak bebas (Y). Pengujian yang dilakukan pengujian model penduga dan pengujian terhadap parameter regresi.

4.4.4. Pengujian Fungsi Produksi

Pengujian-pengujian yang dilakukan dalam hal ini adalah pengujian model penduga dan pengujian terhadap parameter regresi.

1. Pengujian terhadap model penduga

Pengujian ini untuk mengetahui kelayakan model yang diajukan dengan menguji koefisien regresi hasil pendugaan OLS secara bersama-sama.

Hipotesis :

Ho : b1 = b2= …..bi = 0 H1 : Salah satu dari bi ? 0

) ( ) 1 ( ) 1 ( 2 2 k n R k R Fhitung − − − =

Uji statistik yang digunakan adalah uji F, dimana k = jumlah variabel termasuk konstanta, n = jumlah pengamatan (responden).

Kriteria uji :

Fhit > Ftabel(k-1, n-k) : tolak Ho Fhit < Ftabel(k-1, n-k) : terima Ho


(53)

37 Untuk memperkuat pengujian, dihitung besarnya nilai koefisien determinasi (R2), untuk mengetahui berapa jauh keragaman produksi dapat diterangkan oleh variabel penjelas yang telah dipilih. Koefisien determinasi dapat ditulis sebagai berikut :

− = = 2 2 2 2 1 (SST) Total Kuadrat Jumlah (SSR) Regresi Kuadrat Jumlah i i Y e R R

2. Pengujian untuk masing- masing parameter regresi

Tujuannya adalah untuk mengetahui variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.

Hipotesis : Ho : bi = 0 H1 : bi ? 0

Uji statistik yang digunakan adalah uji t.

) ( 0 bi S bi hitung

t− = −

Kriteria Uji :

t-hitung > t-tabel (a /2, n-v) : tolak Ho t-hitung < t-tabel (a /2, n-v) : terima Ho Dimana : v = Jumlah variabel bebas

n = Jumlah pengamatan/responden

Jika tolak Ho artinya variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas dalam model.

4.4.5. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

Pengujian terhadap efisiensi ekonomis adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian ekonomi usahatani wortel, yaitu apakah sumberdaya (input) yang


(54)

38 digunakan telah dikombinasikan secara optimal, sehingga dapat diketahui apakah usahatani tersebut telah mencapai mencapai keuntungan maksimum. Kondisi optimal dicapai pada saat rasio Nilai Produk Marjinal (NPMxi) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKMxi) sama dengan satu. Pengujiannya adalah sebagai berikut :

Hipotesis :

BKMxi NPMxi

Ho: = 1

1 :

1 ≠

BKMxi NPMxi H

Uji statistik yang digunakan adalah :

Si BKM

NPM hitung

t 1 :

  

= −

Dimana Si =standar deviasi Kriteria uji :

t-hitung > t-tabel (a /2, n-k), maka tolak Ho t-hitung < t-tabel (a /2, n-k), maka terima Ho

Jika terima hipotesis nol berarti bahwa proses produksi telah mencapai keuntungan maksimum atau tingkat penggunaan faktor produksi telah optimal dan sebaliknya.

4.5. Konsep Pengukuran Variabel

Peubah atau variabel yang diamati merupakan data informasi mengenai usahatani wortel yang didapat dari responden. Dalam menganalisis pendapatan usahatani wortel, variabel- variabel yang diukur adalah :


(55)

39 1. Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi. Tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga. Satuan penggunaan tenaga kerja adalah jam kerja

2. Penerimaan petani adalah nilai semua produk yang dihasilkan usahatani wortel yang diukur berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan dikali tingkat harga pada waktu panen di daerah penelitian.

3. Biaya tunai adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan petani untuk menyediakan faktor produksi usahatani wortel, seperti pupuk, tenaga kerja, dan obat cair. Satuan yang digunakan adalah rupiah.

4. Biaya yang diperhitungkan adalah pengeluaran untuk pemakaian faktor produksi milik sendiri seperti benih, tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan alat yang disesuaikan dengan tingkat harga yang berlaku. Satuan yang digunakan adalah rupiah.

5. Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.

6. Harga output adalah harga wortel yang diterima petani pada waktu panen. Satuan yang dipergunakan adalah rupiah per kilogram.

7. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan biaya usahatani. Ada dua macam pendapatan, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total.


(56)

BAB V

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

5.1. Keadaan Wilayah Penelitian

Kabupaten Tegal dengan luas 901,52 km² terletak pada 108°57'6"– 109°21'30" Bujur Timur dan 6°02'41"–7°15'30" Lintang Selatan. Kabupaten Tegal terdiri atas 18 kecamatan. Secara topografis, Kabupaten Tegal dibagi menjadi tiga kategori, yaitu daerah pantai, daerah dataran rendah, daerah dataran tinggi. Kecamatan Bojong merupakan salah satu dari tujuh kecamatan di Kabupaten Tegal yang berada di dataran tinggi.

Desa Rembul berada di Kecamatan Bojong yang terletak pada ketinggian 800 m dpl. Dimana jarak desa ke ibukota kabupaten terdekat 25 km dan jarak ke ibukota kecamatan terdekat 6 km. Desa Rembul berbatasan dengan Desa Galengan di sebelah utara, sebelah selatan dengan Desa Guci, sebelah timur dengan desa Dukuh Tengah dan sebelah barat dengan Desa Tuwel.

Luas wilayah Desa Rembul secara keseluruhan adalah 589.178 Ha. Secara topografi. Desa Rembul merupakan daerah yang memiliki persebaran lahan berupa perbukitan. Secara tipologi Desa Rembul terletak di sekitar hutan.

Sebagian besar wilayah Desa Rembul digunakan sebagai sawah irigasi teknis sebesar 257.800 Ha (43,76 persen) yang terdiri dari sawah irigasi teknis dan sawah irigasi setengah teknis. Sedangkan untuk jenis Ladang memiliki luas sebesar 28.345 Ha (4,81 persen). Pemanfaatan lahan di Desa Rembul selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10.


(57)

41

Tabel 10. Pemanfaatan Lahan Desa Rembul Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal Tahun 2005

Fungsi Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

Tanah Sawah 257.800 43,76

Tegal/Ladang 28.345 4,81

Pemukiman 150.000 25,46

Hutan produksi 150.500 25,54

Lainnya 2.533 0,43

Total 589.178 100,00

Sumber : Profil Desa Rembul 2006

Tanah di Desa Rembul termasuk tanah Andosol yaitu merupakan jenis tanah yang sangat subur dan cocok untuk tanah pertanian khususnya tanaman hortikultura. Selain itu juga suhu pada daerah Rembul ini sangat mendukung bagi tanaman hortikultura. Adapun tanaman hortikultura yang diusahakan di Daerah Rembul berupa wortel, sawi, kubis, lombok (cabai), tomat, daun bawang, bawang putih, dan bawang merah.

5.2. Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian

a. Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin.

Berdasarkan data terakhir, penduduk Desa Rembul berjumlah 7.736 jiwa dengan 1.785 kepala keluarga yang terdiri dari 3.779 laki- laki atau sebesar 48,84 persen dan 3.957 perempuan atau sebesar 51,15 persen. Sebaran penduduk Desa rembul berdasarkan usia paling tinggi berada pada golongan umur 0 – 10 tahun yaitu sebanyak 1945 jiwa (25,14 persen) sedangkan paling kecil pada golongan umur 41 – 50 tahun yaitu sebanyak 826 jiwa (10,68 persen). (Tabel 11)


(58)

42

Tabel 11. Komposisi Penduduk berdasarkan Golongan Usia di Desa Rembul Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal Tahun 2005

Golongan Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

0 – 10 1.945 25,14

11 – 20 1.690 21,85

21 – 30 1.424 18,41

31 – 40 888 11,48

41 – 50 826 10,68

> 51 963 12,44

Jumlah 7.736 100,00

Sumber : Profil Desa Rembul 2006

Berdasarkan Tabel 11, dapat terlihat bahwa usia produktif (21 – 50 tahun) sebanyak 3.138 jiwa (40,56 persen). Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Desa Rembul masih mencukupi, khususnya untuk bidang pertanian yang merupakan sumber penghasilan utama masyarakat Rembul.

b. Sebaran Penduduk Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

Dilihat dari pendidikan, sebagian besar penduduk Desa Rembul pernah sekolah SD (Sekolah Dasar) namun tidak tamat yaitu sebanyak 4.517 jiwa (58 persen). Sementara itu, masyarakat Desa Rembul yang tamat SD sebanyak 1140 jiwa (14,73 persen), tamat SLTP sebanyak 638 jiwa (8,24 persen) dan tamat SLTA sebanyak 115 jiwa (1,48 perseb). (Tabel 11)

Tabel 12. Kualitas Angkatan Kerja berdasarkan Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Rembul Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal Tahun 2005

Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Belum sekolah 1.286 16,62

Usia 7-15 tidak pernah sekolah 27 0,34

Tidak tamat SD 4.517 58,38

Tamat SD 1.140 14,73

SLTP 638 8,24

SLTA 115 1,48

Pendidikan Tinggi 13 0,01

Total 7.736 100,00


(59)

43

C. Sebaran Penduduk menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian warga Desa Rembul sebagian besar berada di sektor pertanian baik itu sebagai petani maupun sebagai buruh tani. Buruh tani adalah mata pencaharian terbesar masyarakat rembul, yaitu berjumlah 2.035 jiwa (45,46 persen). Sedangkan Jumlah petani yang ada di Desa Rembul sebanyak 1.055 jiwa (23,57 persen). Selain di sektor pertanian, masyarakat Rembul ada juga yang sebagai pedagang, buruh/swasta, dan peternak, dengan masing- masing berjumlah 540 jiwa (12,06 persen), 425 jiwa (9,50 persen), dan 285 (6,37 persen).

Tabel 13. Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Rembul Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal Tahun 2005

Mata pencaharian pokok

Jumlah penduduk (orang)

Persentase (%)

Petani 1.055 23,57

Buruh tani 2.035 45,46

Buruh/swasta 425 9,50

Pedagang 540 12,06

Peternak 285 6,37

Tukang kayu 60 1,34

Lainnya 76 1,70

Total 4.476 100,00

Sumber : Profil Desa Rembul 2006

Besarnya jumlah penduduk yang bermatapencaharian sebagai buruh tani menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di bidang pertanian cukup tinggi. Artinya petani di Desa Rembul dapat mencari tenaga kerja dengan mudah untuk usahataninya. Sehingga pada akhirnya para petani di Desa Rembul tidak perlu menggunakan tenaga kerja dari luar desa.


(60)

44

5.3. Karakteristik Responden

Karakteristik petani responden akan diuraikan berdasarkan umur petani, tingkat pendidikan petani, tingkat pengalaman petani, sifat usaha dan luas lahan garapan. Karakteritik petani responden selengkapnya sebagai berikut :

5.3.1. Umur Petani

Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara berpikir petani. Kemampuan kerja petani akan terus bertambah pada satu tingkat umur tertentu, kemudian ia akan mulai menurun Petani respond en yang mengusahakan wortel di Desa Rembul berusia antara 28 – 65 tahun. Petani responden tersebut dikelo mpokkan menjadi petani yang berumur 28 – 50 tahun, 51 – 60 tahun, dan petani responden yang umurnya lebih besar dari 60 tahun. Jika dilihat dari sebaran umur petani responden, sebagian besar responden adalah petani yang usianya antara 28 – 50 tahun, yakni sebesar 70,00 persen (Tabel 14).

Dari Tabel 14, terlihat bahwa golongan umur 28 – 50 tahun merupakan yang paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden berada pada usia yang produktif. Dimana petani yang demikian mempunyai kemampuan fisik yang baik untuk melakukan kegiatan usahatani dan relatif lebih terbuka dalam menerima perubahan teknologi dalam budidaya wortel. Hal ini berbeda dengan petani yang lebih tua (51 – 60 tahun ke atas) yang lebih sulit menerima hal- hal baru dengan alasan tidak mau menanggung resiko. Sehingga pada akhirnya, hal ini akan mengakibatkan perkembangan usahatani wortel di daerah penelitian menjadi sulit dan hasil produksi yang diinginkan tidak tercapai.


(1)

Lampiran 2. Data Produksi dan Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Wortel di Desa Rembul Satu Musim Tanam, Tahun 2005

Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas

No Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9

1 1500 0.25 1.5 30 20 10 1 1 190 340 2 2000 0.25 1.5 40 40 40 1 27500 185 160 3 2000 1.00 6.0 50 25 25 1000 1 125 440 4 2500 0.25 2.2 50 1 20 1 510 410 440 5 4000 0.50 4.0 100 1 1 1 1 640 495 6 2000 0.25 2.0 200 20 20 1 2500 545 445 7 1000 0.25 1.7 100 1 45 1 500 640 570 8 2000 0.25 1.5 50 1 10 1 1 250 315

9 2000 0.25 1.5 50 1 10 1 1 195 30

10 2100 0.25 2.2 100 1 1 1 1 225 305 11 1650 0.25 2.0 100 1 1 1 1 375 185 12 1200 0.25 2.0 35 1 20 1 1 180 530 13 24000 4.00 24.0 250 50 50 1 1 2720 3640 14 2000 0.25 2.0 35 1 20 500 1 480 960 15 6000 0.50 3.0 100 15 10 1 1 585 915 16 3000 0.25 4.0 200 40 1 1 1 680 580 17 1500 0.37 3.0 45 1 5 1 1 130 410 18 5000 0.50 3.4 200 50 1 200 1 440 750 19 2500 0.25 2.3 25 10 10 1 1 210 490

20 500 0.25 1.0 30 1 1 1 1 220 235

21 5000 0.75 6.0 150 1 15 1 1 1725 1865 22 7000 1.00 7.5 250 40 15 250 1250 540 635 23 5000 0.25 1.5 30 5 3 1250 100 395 675 24 700 0.25 1.0 30 30 5 1 1 615 495 25 5000 0.50 5.0 200 1 25 1 1 380 400 26 2000 0.50 1.2 68 6 10 1 1 515 1190 27 500 0.12 0.8 25 1 1 250 1 110 200 28 800 0.25 2.0 100 1 1 1 1 140 875 29 2000 0.25 2.5 10 20 15 1 500 165 250 30 1200 0.25 1.5 50 1 1 1 1 255 205 31 1500 0.50 4.0 60 1 1 1 500 605 705 32 2500 0.25 1.6 50 1 1 50 1 395 240 33 2500 0.25 1.6 50 1 1 1 1 390 275 34 2000 0.50 4.0 60 1 10 1 1 280 640 35 8000 1.00 7.5 200 1 44 1 1 995 2495 36 2200 0.33 1.5 20 1 1 1 1 430 405

37 800 0.12 1.0 15 1 1 1 1 175 175

38 2000 0.25 2.0 100 1 10 1 1 325 580 39 2800 0.25 2.5 75 10 10 1 1 620 410 40 3000 0.25 5.0 100 1 1 1 1 460 255 Total 124950 18,20 150,5 3433 406 472 3533 33392 21660 28845 Rata2 3123.75 0,45 3,76 85.825 10.15 11.8 88.325 834.8 541.5 721.125


(2)

Lampiran 3. Perhitungan Rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dan Biaya Korbanan Marjinal (BKM)

1. Luas Lahan (X1)

X rata-rata = 0,45 Ha Px (BKM) = Rp.400.000 /MT/Ha b1 = 0,041 Py rata-rata = Rp. 1930,00/kg Y = 3123,75 kg

NPM = b1 . Py . Y X

= 0,04141 x 1930 x 3123,75 = 554653,05 0,45

NPM/BKM = 554653,05/400000 = 1,38 2. Benih (X2)

X rata-rata = 3,7625 Kg Px (BKM) = Rp. 22500,00 /kg b2 = 0,542 Py rata-rata = Rp. 1930,00/kg Y = 3123,75 kg

NPM = b2 . Py . Y X

= 0,542 x 1930 x 3123,75 = 868473,06 3,7625

NPM/BKM = 868473,06/22500 = 38,6 3. Urea (X3)

X rata-rata = 85,825 Kg Px (BKM) = Rp. 1600 /kg b3 = 0,054 Py rata-rata = Rp. 1930,00/kg Y = 3123,75 kg

NPM = b3 . Py . Y X

= 0,0542 x 1930 x 3123,75 = 3807,32 85,825

NPM/BKM = 3807,32/1600 = 2,37

4. TSP (X4)

X rata-rata = 10.15 Kg Px (BKM) = Rp. 2300 /kg b4 = 0,04312 Py rata-rata = Rp. 1930,00/kg Y = 3123,75 kg

NPM = b4 . Py . Y X

= 0.04312 x 1930 x 3123,75 = 25612,16 10.15


(3)

Lampiran 3. lanjutan Satu

5. KCl (X5)

X rata-rata = 11,8 Kg Px (BKM) = Rp. 2725,00/kg b5 = 0,056 Py rata-rata = Rp. 1930,00/kg Y = 3123,75 kg

NPM = b5 . Py . Y X

= 0.056 x 1930 x 3123,75 = 28856,67 11.8

NPM/BKM = 28856,67/2725 = 10,58 6. Pupuk Kandang (X6)

X rata-rata = 88,3 Kg Px (BKM) = Rp. 100,00/kg b6 = 0,049 Py rata-rata = Rp. 1930,00/kg Y = 3123,75 kg

NPM = b6 . Py . Y X

= 0.049 x 1930 x 3123,75 = 3378,33 88,3

NPM/BKM = 3378,33/100 = 33,78

7. Obat Cair (X7)

X rata-rata = 834,8 ml Px (BKM) = Rp. 90,00/ml b7 = -0,01378 Py rata-rata = Rp. 1930,00/kg Y = 3123,75 kg

NPM = b7 . Py . Y X

= -0,01378 x 1930 x 3123,75 = 99,52 834,8

NPM/BKM = 99,52/90 = 1,11

8. Tenaga Kerja Pria (X8)

X rata-rata = 541,5 jam kerja Px (BKM) = Rp. 1200,00/jam kerja b8 = 0,408 Py rata-rata = Rp. 1930,00/kg Y = 3123,75 kg

NPM = b7 . Py . Y X

= 0,408 x 1930 x 3123,75 = 4546,95 541,5


(4)

Lampiran 3. Lanjutan dua

8. Tenaga Kerja Wanita (X9)

X rata-rata = 721,13 jam kerja Px (BKM) = Rp. 1000,00/jam kerja b8 = -0,1518 Py rata-rata = Rp. 1930,00/kg Y = 3123,75 kg

NPM = b7 . Py . Y X

= 0,1518 x 1930 x 3123,75 = 1269,08 721,13


(5)

Lampiran 4. Perhitungan Penggunaan Faktor Produksi Pada Kondisi Optimal

1. Luas Lahan (X1)

NPM/BKM = 1 Px (BKM) = Rp.400000 /MT/m2

NPM = b1 . Py . Y X NPM = 40

0,04141 x 1930 x 3123,75/X1 = 400000 X1 = 249654,16/400000

X1 = 0,62 2. Benih (X2)

NPM/BKM = 1 Px (BKM) = Rp. 22500,00/kg

NPM = b2 . Py . Y X NPM = 22500

0,5423 x 1930 x 3123,75/X2 = 22500 X2 = 3269438,57/22500

X2 = 145,31 3. Urea (X3)

NPM/BKM = 1 Px (BKM) = Rp. 1600,00/kg

NPM = b3 . Py . Y X

0,0542 x 1930 x 3123,75/X3 = 1600 X3 = 326762,99/1600

X3 = 204,22

4. TSP (X4)

NPM/BKM = 1 Px (BKM) = Rp. 2300,00/kg

NPM = b4 . Py . Y X

0.04312 x 1930 x 3123,75/X4 = 2300 X4 = 259963,47/2300

X4 = 113,02

5. KCl (X5)

NPM/BKM = 1 Px (BKM) = Rp.2725,00/kg

NPM = b5 . Py . Y X

0.05648 x 1930 x 3123,75/X5 = 2725 X5 = 340508,74/2725


(6)

Lampiran 4. Lanjutan Satu

6. Pupuk Kandang (X6)

NPM/BKM = 1 Px (BKM) = Rp. 100,00/kg

NPM = b6 . Py . Y X

0.04948 x 1930 x 3123,75/X6 = 100 X6 = 298306,87/100

X6 = 2983,06

7. Tenaga Kerja Pria (X8)

NPM/BKM = 1 Px (BKM) = Rp. 1200,00/jam kerja

NPM = b7 . Py . Y X

0,4084 x 1930 x 3123,75/X8 = 1200 X8 = 2462177,24/1200