Teori Pendapatan Usahatani Tinjauan Pustaka

Banyak hitungan yang dilakukan berdasarkan jangka waktu satu tahun. Soekartawi, 2011.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan usaha ternak sapi potong ataupun komoditas lainya, serta bentuk keputusan ataupun model analisis, yang dapat dijadikan acuan pendukungrefrensi bagi penelitian ini, di antaranya adalah : 1. Hasil penelitian Siregar, S. A. 2009, tentang analisis pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, menyimpulkan bahwa skala usaha jumlah ternak sapi berpengaruh sangat nyata P0,01 terhadap pendapatan peternak sapi potong, sedangkan umur ternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, motivasi beternak, jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh P0,05 terhadap pendapatan peternak sapi potong. 2. Nefri 2000, tentang optimalisasi dan daya saing usaha peternakan sapi potong, menyatakan bahwa, perubahan nialai tukar dollar terhadap rupiah yang meningkat sampai 38 akan menjadikan perusahaan menderita kerugian sehingga mengharuskan perusahaa tidak melakukan impor sapi bakalan sebagai input produksi. 3. Hasil penelitian Amin, W. 2013, tentang analisis pendapatan usaha peternakan sapi potong di Kecamatan Barru Kabupaten Barru, menyimpulkan bahwa rata-rata pendapatan peternak sapi potong pada berbagai skala kepemilikan adalan pada skala 1-4 ekor rata-rata pendapatan sebesar Rp. 2.145.256 per tahun, skala 5-8 ekor sebesar Rp. 4.029.219 per tahun, dan untuk skala 9 ekor sebesar Rp. 5.883.644 per tahun. Perbedaan keuntungan yang diperoleh peternak berbeda-beda dipengaruhi perbedaan jumlah populasi ternak sapi potong yang dimiliki. 4. Hasil penelitian Oktavianto, H. 2012, tentang analisis pendapatan usaha ternak sapi di Dusun Mrisi Desa Tirtonirmolo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, menyimpulkan bahwa peternak memiliki rata-rata 2 ekor sapi, luas lahan 100 m 2 – 700 m 2 dan pengalaman anatara 3-35 tahun. Total produksi sebesar Rp. 14.400.000, sedangkan total biaya sebesar Rp. 13.600.000. Pendapatan usaha ternak indukan sapi sebesar Rp. 805.000 per tahun atau sebesar Rp. 67.000 per bulan, usaha ternak ini bukan sumber pendapatan pokok, tetapi merupakan tabungan bagi petani untuk mengantisipasi kebutuhan darurat. 5. Jurnal penelitian Risqina 2011, tentang analisis pendapatan peternak sapi potong dan sapi bakalan karapan di Pulau Sapudi Kabupaten Sumenep, dengan tujuan untuk mengkaji perbedaan pendapatan peternak antara skala usaha 2-3 ekor dan 4-6 ekor pada peternak sapi potong dan sapi bakalan karapan. Penelitian menyimpulkan bahwa usaha sapi potong hingga skala usaha 4-5 ekor masih belum memberikan keuntungan berdasarkan analisis BC rasio, dan BEP. Bagi peternak sapi bakalan karapan skala usaha 4-6 ekor lebih menguntungkan daripada skala usaha 2-3 ekor. 6. Jurnal penelitian Eniza saleh 2006, tentang analisis pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, hasil penelitian menyatakan bahwa skala usaha jumlah ternak sapi, motivasi beternak berpengaruh sangat nyata P0,01 terhadap pendapatan peternak sapi potong, sedangkan umur ternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah tenaga kerja tidak berpengauh nyata P0,001 terhadap pendapatan peternak sapi potong.

C. Kerangka Pemikiran

Secara nasional kebutuhan sapi potong untuk memenuhi konsumsi daging di Indonesia setiap tahun selalu meningkat, sejalan dengan bertambahnya penduduk, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya asupan gizi dari sumber protein hewani. Di sisi lain, kemampuan penyediaan sapi potong lokal tumbuh lebih rendah dari pada pertumbuhan permintaannya, sehingga terjadi kesenjangan antara produksi dan konsumsi. Untuk mengurangi kesenjangan tersebut, diperlukan berbagai upaya yang mampu meningkatkan produktivitas ternak sapi lokal, khususnya peternakan rakyat. Usaha ternak sapi layak dikembangkan karena menguntungkan bagi peternak dan dapat menambah suplay sapi lokal. Persedian input diperoleh dari pasar input. Proses persedian input meliputi proses perolehan sapi bakalan, penyediaan pakan, dan peralatan yang digunakan. Penggunaan faktor-faktor produksi serta biaya yang harus dikeluarkan untuk usaha ternak sapi secara garis besar akan disajikan dalam bentuk tabel dan dijelaskan secara deskriptif. Proses berikutnya adalah proses pemeliharaan . Perbedaan cara pemeliharaan dan struktur biaya yang harus dikeluarkan akan terlihat dengan melakukan analisis secara deskriptif. Proses terakhir adalah proses