Kayu Juvenil ( Juvenile Wood )

KARYA TULIS

KAYU JUVENIL
(JUVENILE WOOD)

Disusun oleh :
RUDI HARTONO, S.HUT, MSi
NIP 132 303 838

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2006

Rudi Hartono: Kayu Juvenil ( Juvenile Wood), 2006

USU Repository©2006

DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................


i

Daftar Isi ...............................................................................................................

ii

Daftar Tabel ........................................................................................................ iii
Daftar Gambar ...................................................................................................... iv
Pendahuluan..........................................................................................................

1

Pengertian Kayu Juvenil .......................................................................................

2

Pembentukan Kayu Juvenil ..................................................................................

2


Sifat-sifat Kayu Juvenil ........................................................................................

4

Beberapa Penelitian Kayu Juvenil ........................................................................

7

Daftar Pustaka.......................................................................................................

9

Rudi Hartono: Kayu Juvenil ( Juvenile Wood), 2006

USU Repository©2006

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Beberapa Sifat Kayu Juvenil Dibandingkan dengan Kayu Dewasa ................ 5
2. Penentuan Batas Kayu Juvenil dan Dewasa pada Berbagai Jenis Kayu…….

Rudi Hartono: Kayu Juvenil ( Juvenile Wood), 2006

USU Repository©2006

8

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Bagan Kayu Juvenil yang Membentuk Silinder Pusat..................................... 3
2. Perubahan Kayu Juvenil ke Kayu Dewasa dalam Konifer, Banyak Sifat
yang Menunjukkan Kenaikan Berangsur-angsur …………………………… 6
3. Perubahan Kayu Juvenil ke Kayu Dewasa dalam Konifer, Sejumlah
Sifat Menunjukkan Penurunan
………………………………………….. 6

Rudi Hartono: Kayu Juvenil ( Juvenile Wood), 2006


USU Repository©2006

KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD)

PENDAHULUAN

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang semakin pesat, maka
kebutuhan akan kayu sebagai bahan bangunan dan bahan baku industri perkayuan
semakin semakin meningkat. Dilain pihak, kemampuan hutan sebagai pensuplai
kayu cenderung menurun, sehingga semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan kayu,
baik untuk bahan bangunan maupun sebagai bahan baku industri perkayuan. Data
dari Forest Watch Indonesia dikemukakan bahwa laju pengurangan hutan di
Indonesia sekitar 2 juta ha/tahun.

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui

tingginya tingkat kerusakan hutan. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif lain untuk
memenuhi kebutuhan kayu tersebut. Beberapa alternatif yang dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan kayu tersebut adalah dari hutan tanaman industri (HTI) dan

dari hutan rakyat.
Jenis-jenis tanaman di HTI dan hutan rakyat, pada umumnya adalah dari
jenis-jenis pohon yang cepat tumbuh (Fast growing species). Namun pada pohonpohon yang cepat tumbuh biasanya memiliki proporsi kayu juvenil yang besar
dibandingkan kayu dewasa. Dalam pemanfaatan kayu, keberadaan kayu juvenil
kurang disukai karena sifat-sifatnya yang kurang baik.

Oleh karena itu, agar

pemanfaatan kayu lebih optimal, perlu mengetahui lebih jauh tentang apa itu kayu
juvenil, bagaimana sifat-sifat kayu juvenil, dan sampai batas kapan terbentuknya
kayu juvenil.

Rudi Hartono: Kayu Juvenil ( Juvenile Wood), 2006

USU Repository©2006

PENGERTIAN KAYU JUVENIL

Kayu juvenil adalah massa xylem atau bagian kayu yang dibentuk oleh
kambium vascular pada tahun-tahun pertama pertumbuhan, saat kambium vascular

masih dipengaruhi oleh kegiatan meristem pucuk (meristem apikal). Kayu juvenil
dibentuk oleh kambium sebagai hasil perpanjangan pengaruh meristem apical pada
daerah tajuk yang aktif (Panshin dan de Zeeuw, 1980).
Kayu juvenil telah diberi batasan sebagai xilem sekunder yang dihasilkan
oleh aktifitas kambium yang dipengaruhi oleh kegiatan dalam meristem apikal.
Batasan ini berguna untuk menerangkan mengapa terdapat perubahan yang
berangsur-angsur dalam sifat kayu antara kayu juvenil dan kayu dewasa (Haygreen
dan Bowyer, 1982).
Istilah kayu juvenil kurang tepat disebut sebagai kayu muda atau kayu
remaja, karena bagian ini justru dibentuk pada tahun-tahun pertama pertumbuhan
pohon. Nama dan istilah lain untuk kayu juvenil mungkin lebih tepat disebut kayu
inti atau kayu hati, karena selalu terdapat di bagian tengah di sekitar empulur,
sedangkan kayu dewasa terletak dibagian luarnya (Pandit, 2000).

PEMBENTUKAN KAYU JUVENIL.

Pembentukan kayu juvenil dipengaruh meristim apikal pada daerah tajuk
aktif pada musim pertumbuhan. Kayu juvenil meliputi seluruh riap pertumbuhan
yang terletak dekat empulur.


Kayu juvenil terdapat diseluruh pohon dan

Rudi Hartono: Kayu Juvenil ( Juvenile Wood), 2006

USU Repository©2006

karakteristik kayu

tergantung pada kecepatan tumbuh dan berhubungan dengan

umur pohon (Pandit, 1996).
Kayu juvenil ini dalam prakteknya sama dengan kayu yang dibentuk oleh
tajuk, yaitu kayu yang pada waktu pembentukannya ada dalam naungan tajuk. Hal
ini berarti pembentukan kayu juvenil

dipengaruhi oleh meristim apikal Dalam

pohon, kayu juvenil membentuk silinder pusat atau kolom simetris sekeliling hati
(Prawirohatmodjo, 1999)


Kayu Juvenil

Kayu
Dewasa

Kayu Juvenil
Kayu Dewasa

Gambar 1. Bagan Kayu Juvenil yang Membentuk Silinder Pusat

Pada saat tanaman masih muda atau pada tahun-tahun pertama pertumbuhan,
kambium primer membentuk kayu juvenil. Seiring bertambah usia pohon, maka
tajuk semakin bergerak ke atas. Pengaruh tajuk pada daerah kambium semakin
berkurang dan terbentuklah kayu dewasa.
Karena perubahan yang berangsur-angsur dalam sifat kayu, maka tidak jelas
dimana kayu juvenil berakhir dan kayu dewasa bermula. Lagi pula, batas lokasi
Rudi Hartono: Kayu Juvenil ( Juvenile Wood), 2006

USU Repository©2006


antara kayu juvenil dan kayu dewasa tergantung dari sifat-sifat yang digunakan untuk
membedakannya misalnya panjang sel yang mencapai kedewasaan sebelum sifat
yang lain. Namun peneliti-peneliti kayu juvenil mengemukakan bahwa kayu juvenil
terbanyak pada 5 – 20

lingkaran tumbuh pertama, dengan lama pembentukan

tergantung dari spesies.
Sejumlah peneliti percaya bahwa rangsangan tumbuh (lewat pemupukan,
irigasi, atau perlakuan silvikultur) selama periode pembentukan kayu juvenil akan
memperpanjang periode juvenil (Haygreen dan Bowyer, 1982).
Lamanya periode juvenil bervariasi, tetapi juvenil selalu ada dan meliputi
lingkaran tahun pertama. Banyaknya lingkaran tahun tidak dapat ditentukan, tidak
hanya karena adanya perbedaan antar spesies dan antar pohon, tetapi juga karena
adanya variasi dalam kayu akhir, panjang sel dan lain-lain (Prawirohatmodjo, 1999).

SIFAT-SIFAT KAYU JUVENIL

Karena sifat-sifat kayu juvenil yang jelek, maka kayu juvenil kurang baik
untuk tujuan-tujuan struktural, seperti digunakan sebagai tiang, kuda-kuda langit,

dan sebagainya. Demikian juga kayu-kayu muda yang sebagian besar volumenya
adalah kayu juvenil. .
Banyak hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa mutu
kayu juvenil jauh lebih rendah dibandingkan kayu dewasa. Sebagai gambaran, pada
kayu daun jarum dan kayu daun lebar, sel-sel kayu juvenil lebih pendek
dibandingkan kayu dewasa. Sel-sel dewasa pada kayu daun jarum dapat mencapai 3
– 4 kali panjang sel-sel kayu juvenil, sedangkan panjang sel-sel dewasa pada kayu

Rudi Hartono: Kayu Juvenil ( Juvenile Wood), 2006

USU Repository©2006

daun lebar dapat mencapai dua kali panjang sel-sel yang terdapat dekat empulur.
Demikian juga dengan kerapatan dan berat jenis kayu juvenil yang lebih rendah
dibandingkan kayu dewasa, Tebal dinding sel yang lebih tipis dan lain sebagainya.
Untuk dapat mengetahui perbedaannya dengan jelas antara kayu juvenile dan kayu
dewasa disajikan pada Tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Beberapa Sifat Kayu Juvenil Dibandingkan dengan Kayu Dewasa.
Kayu Juvenil


Kayu Dewasa

Berat Jenis

0.42

0.48

Kerapatan (kg/cm3)

427.2

489.2

Panjang Serat (mm)

2.98

4.28

1.28

2.68

Tebal Dinding Sel ( m)

3.88

8.04

Diameter Lumen ( m)

42.25

32.78

Diameter Sel ( m)

50.01

48.86

55

20

28

10

0.59

0.1

0.59

0.10

Kekuatan Pecah

100

113

Indeks Kekuatan

100

116

Indeks Kekuatan Sejajar Serat

100

124

Sifat-Sifat Kayu

Sudut Mikrofibril Lapisan S2

Penyusutan Longitudinal sampai Kadar
Air 12 % (% dimensi basah)

Keterangan : Kayu Juvenil diambil dari sampel kayu Pinus umur 11 tahun
Kayu Dewasa diambil dari sampel kayu Pinus umur 30 tahun
Sumber : Haygreen dan Bowyer, 1982.

Pada saat perubahan kayu juvenil menjadi dewasa banyak sifat-sifat yang
menunjukkan kenaikan berangsur-angsur seperti berat jenis kayu, kerapatan, panjang
sel, kekuatan, tebal dinding sel, penyusutan transversal dan persen kayu akhir
Rudi Hartono: Kayu Juvenil ( Juvenile Wood), 2006

USU Repository©2006

(Bendtsen, 1978 dalam Haygreen dan Bowyer, 1982). Gambaran kenaikan sifat-sifat
kayu secara berangsur-angsur disajikan pada Gambar 2.
Kayu juvenil

Kayu Dewasa

Berat Jenis
Panjang Sel
Kekuatan
Tebal Dinding Sel
Penyusutan tranversal
Persen kayu akhir

Empulur

Gambar 2.

Kulit

5-20 lingkaran

Perubahan Kayu Juvenil ke Kayu Dewasa dalam Konifer, Banyak Sifat
yang Menunjukkan Kenaikan Berangsur-angsur

Selain beberapa sifat mengalami kenaikan pada saat perubahan kayu juvenil
menjadi kayu dewasa, namun ada juga sifat kayu yang mengalami penurunan yaitu
sudut fibril Sebagian-2, penyusutan longitudinal dan kadar air (Bendtsen, 1978
dalam Haygreen dan Bowyer, 1982).
Kayu Juvenil

Kayu Dewasa

Sudut Fibril S-2
Penyusutan Longitudinal
Kadar Air

Empulur

Gambar 3.

5-20 lingkaran

Kulit

Perubahan Kayu Juvenil ke Kayu Dewasa dalam Konifer, Sejumlah
Sifat Menunjukkan Penurunan
Rudi Hartono: Kayu Juvenil ( Juvenile Wood), 2006

USU Repository©2006

BEBERAPA PENELITIAN KAYU JUVENIL

Sangatlah sulit untuk menentukan secara makroskopis kapan kayu juvenil
berakhir dan kayu dewasa bermula.

Beberapa peneliti menduga kayu juvenil

berdasarkan perubahan sifat-sifat kayu juvenil menjadi kayu dewasa. Pandit (2000)
mengemukakan metoda penentuan kayu juvenil berdasarkan panjang serat dengan
melihat perubahan panjang serat dari empulur sampai dekat kulit. Panjang serat
bertambah secara prograsif dan cepat merupakan bagian kayu juvenil, dan
selanjutnya konstan pada kayu dewasa.
Pada jenis-jenis kayu yang terlihat lingkaran tahunnya, seperti kayu jati,
suren, johar, ki hiang dan sungkai maka pengukuran panjang serat dilakukan pada
setiap riap pertumbuhan (lingkaran tahun), sedangkan untuk jenis kayu yang tidak
terlihat lingkaran tahun, seperti sengon, ki acret, jelutung dan sebagainya, maka
pengukuran panjang serat dilakukan dengan interval jarak tertentu, misalnya dengan
interval 1 cm.
Beberapa penelitian yang dilakukan untuk menentukan batas kayu juvenil
pada berbagai jenis kayu dilakukan oleh Sugiharti (2001), Hartono, dkk (2003),
Widiarty (2003), Darwis, dkk (2005).
Hasil Penelitian untuk menentukan batas kayu juvenil dan kayu dewasa
dirangkum pada Tabel 2.

Rudi Hartono: Kayu Juvenil ( Juvenile Wood), 2006

USU Repository©2006

Tabel 2. Penentuan Batas Kayu Juvenil dan Dewasa pada Berbagai Jenis Kayu
No

Jenis Pohon

Kayu Juvenil

1

Kayu Sengon (Paraserianthes Kayu sengon umur 7 dan 10 tahun
falcataria) umur 7 dan 10 tahun

seluruhnya masih tergolong kayu juvenil.

(Sugiharti, 2001)
2

Kayu

Ki

Acret

(Spatoldea Kayu Ki Acret umur 5 tahun seluruhnya

campanulata Beauv) umur 5 masih tergolong kayu juvenil.
tahun (Hartono,dkk, 2003)
3

Kayu Johar (Cassia javanica Kayu Johar batas akhir kayu juvenil
Lamk) umur 25 tahun dan Ki terdapat pada lingkaran tahun ke 8 dan Ki
Hiang (Albizzia procera Benth) Hiang pada lingkaran tahun ke 10. Hal ini
umur 25 tahun.

berarti pembentukan kayu dewasa pada

(Widiarti, 2003)

Johar dimulai pada lingkaran tahun ke 9
dan Ki Hiang pada lingkaran tahun ke 11.

4

Kayu Jati (Tectona grandis, Jati batas akhir kayu juvenil terletak pada
L.F), (Darwis, dkk, 2005)

lingkaran tahun ke 10 atau 11, dan mulai
pembentukan kayu dewasa pada lingkaran
tahun ke 11 atau ke 12.

Berdasarkan data di atas, ternyata

batas kayu juvenil

tidak bisa ditentukan,

tergantung dari jenis kayu dan juga umur pohon. Pada kayu-kayu cepat tumbuh
seperti sengon dan ki acret, ternyata seluruhnya adalah kayu juvenil dan belum
terbentuk kayu

dewasa.

Sedangkan pada kayu yang lambat tumbuh, sangat

bervasiasi, seperti kayu jati pembentukan kayu juvenil berakhir pada lingkaran tahun
ke 10 atau 11, pada kayu johar dan ki hiang berakhirnya kayu juvenil pada
lingkaran tahun ke 8 dan 10. Sebenarnya masih banyak lagi jenis kayu yang belum
diketahui batas kayu juvenil dan dewasanya. Walaupun demikian, informasi ini
semoga berguna, sehingga kita dapat memanfaatkan kayu secara optimal dan efisien.

Rudi Hartono: Kayu Juvenil ( Juvenile Wood), 2006

USU Repository©2006

DAFTAR PUSTAKA

Darwis, A., R. Hartono, S.S. Hidayat. 2005. Persentase Kayu Teras dan Kayu Gubal
serta Penentuan Kayu Juvenil dan Dewasa pada Lima Kelas Umur Jati
(Tectona grandis L.f.). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. Diterbitkan
oleh Masyarakat Peneliti Kayu Tropis. Bogor.
Hartono, R., V. Fatmawati, S. Rulliati, A. Sarbini. 2003. Anatomi Kayu Ki Acret
(Spatoldea campanulata Beauv). Seminar Nasional VI, Masyarakat Peniliti
Kayu Indonesi (Mapeki). Bukit Tinggi.
Haygreen, J.G. and J.L. Bowyer. 1982. Forest Product and Wood Science. An
Introduction. Iowa State University Press, Ames. USA.
Pandit, I.K.N. 1996. Anatomi, Pertumbuhan dan Kualitas Kayu. Bidang Studi Ilmu
Pengetahuan Kehutanan, Program Pascasarjana IPB.
Pandit, I.K.N. 2000. Metoda Identifikasi Kayu Juvenil. Seminar Nasional III,
Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia. Jatinangor, Sumedang.
Panshin, A.J. and De Zeeuw Carl. 1980. Text Book of Wood Technology. Mc
Grow-Hill. Book Company, New York.
Prawirohatmodjo, S. 1999. Struktur dan Sifat-Sifat Kayu, Jilid I Sifat-Sifat
Makroskopis dan Identifikasi Kayu. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Sugiharti, G. 2001. Pengaruh Polusi Udara terhadap Sifat-sifat Anatomi Kayu
Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen). Skripsi Mahasiswa Jurusan
Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Winaya Mukti.
Jatinangor – Sumedang. Tidak Dipublikasikan.
Widiarty, R. 2003. Penentuan Kayu Johar (Cassia javanica Lamk) dan Ki Hiang
(Albizzia procera Benth) sebagai Bahan Baku Pulp Kertas. Skripsi Mahasiswa
Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Winaya
Mukti. Jatinangor – Sumedang. Tidak Dipublikasikan.

Rudi Hartono: Kayu Juvenil ( Juvenile Wood), 2006

USU Repository©2006