12
II. METODE PENELITIAN
2.1. BAHAN DAN ALAT
2.1.1. Bahan
Bahan baku utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah dan biji bintaro yang berasal dari wilayah Bogor, sedangkan bahan-bahan kimia yang
diperlukan untuk reaksi dan analisis antara lain heksan, aquades, H
2
SO
4
pekat, katalis CuSO
4
dan Na
2
SO
4
, H
3
PO
4
20, metanol, NaOH, KOH 0.1 N, alkohol netral 95, HCl 0.5 N, KOH 0.5 N, indikator phenolpthlaein, kloroform, pereaksi hanus, asam
asetat, KI jenuh, larutan KI 15, Na
2
S
2
O
3
0.1 N dan indikator amilum 1.
2.1.2. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat kempa hidrolik panas, labu leher tiga, hot plate and magnetic stirrer, neraca analitik, pendingin tegak, rotary
evaporator, labu pemisah, termometer, piknometer, oven, alat pengujian titik nyala,
GC-MS Gas Chromatography-Mass Spectromatry, tanur, penangas air, desikator, tabung ostwald, alat sentrifugasi, kertasindikator pH, pipet mohr dan volumetrik,
labu kjedhal, soxhlet, erlenmeyer, cawan alumunium, cawan porselen, otoklaf, buret, gelas ukur dan gelas piala. Gambar peralatan dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan dibagi menjadi dua, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi
karakterisasi bahan baku berupa buah dan biji bintaro. Setelah itu dilakukan proses ekstraksi dan karakterisasi minyak biji bintaro serta dilakukan proses degumming minyak biji bintaro dan
karakterisasi minyak hasil degumming. Sedangkan untuk penelitian utama dilakukan proses pembuatan biodiesel dari minyak biji bintaro dengan metode transesterifikasi. Diagram alir
tahapan pembuatan biodiesel disajikan pada Lampiran 2.
2.2.1. Penelitian Pendahuluan
2.2.1.1. Karakterisasi bahan baku
Bahan baku berupa buah dan biji bintaro. Buah bintaro dilakukan analisis fisik berupa bobot dan penampakan, sedangkan biji bintaro dilakukan
uji proksimat untuk mengetahui karakteristik dari biji tersebut. Uji proksimat yang dilakukan berupa kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak,
kadar serat dan kadar karbohidrat by different. Metode uji proksimat dapat dilihat pada Lampiran 3.
2.2.1.2. Ekstraksi dan karakterisasi minyak biji bintaro
Metode yang dilakukan untuk mengekstrak minyak dari biji bintaro adalah dengan metode hot pressing, yaitu metode pengepresan dimana bahan
yang akan dipres bersuhu 60-70
o
C cukup panas sehingga memudahkan proses pengeluaran minyak dari bahan. Biji bintaro awalnya dikupas terlebih
dahulu dari kulitnya, kemudian dimasukkan ke dalam oven blower selama 2 hari dengan suhu 40-60
o
C untuk menghindari adanya kandungan air sebelum
13 dipres. Biji bintaro yang telah kering dikecilkan ukurannya size reduction
untuk mempermudah proses pengeluaran minyak pada saat dipres. Selanjutnya biji yang telah dikecilkan ukurannya dilakukan proses
pengepresan menggunakan mesin hot press hidrolik yang terdapat di Laboratorium Biodiesel, Balitbang Kehutanan. Setelah minyak didapatkan,
maka tahap selanjutnya adalah dengan menganalisis sifat fisiko kimia minyak bintaro diantaranya bilangan asam, kadar asam lemak bebas, bilangan iod,
bilangan peroksida, bilangan penyabunan, viskositas, densitas, kadar air dan rendemen minyak itu sendiri.
2.2.1.3. Degumming
Degumming bertujuan untuk memisahkan minyak dari komponen
pengotor minyak seperti getahlendir, fosfatida, protein, resin, air, residu dan asam lemak bebas. Proses degumming dilakukan dengan penambahan H
3
PO
4
asam fosfat. Minyak bintaro ditimbang kemudian dipanaskan hingga mencapai suhu 70-75
o
C. Setelah itu asam fosfat ditambahkan sebanyak 0.3 dari bobot minyak. Suhu minyak dipertahankan selama 10 menit sambil
diaduk. Gum dan kotoran dipisahkan dari minyak dalam labu pemisah dengan cara mencucinya dengan air hangat 60
o
C. Pencucian dilakukan hingga pH air buangan netral. Minyak hasil degumming ditimbang dan
diukur bilangan asam, kadar asam lemak bebas, bilangan iod, bilangan peroksida, bilangan penyabunan, viskositas, densitas, kadar air dan
rendemen.
2.2.2. Penelitian Utama