23 menunjukkan  bahwa  rasio  molar  metanol  terhadap  minyak,  konsentrasi  katalis  NaOH
dan interaksi keduanya tidak berpengaruh secara nyata terhadap bilangan peroksida. Bilangan  peroksida  merupakan  parameter  terpenting  dalam  menentukan  derajat
kerusakan  minyak  dan  daya  tahan  suatu  minyak  Ketaren  1986.    Semakin  tinggi bilangan peroksida  maka  semakin tinggi  tingkat  kerusakan  suatu  minyak dan semakin
rendah daya tahan minyak tersebut.  Bilangan peroksida untuk biodiesel harus serendah mungkin.    Hal  ini  dikarenakan  bilangan  peroksida  mengindikasikan  kandungan
senyawa  peroksida  yang  merupakan  senyawa  intermediet  pada  reaksi  oksidasi  dan dapat  menyerang  asam  lemak  lain  yang  masih  utuh  untuk  membentuk  asam  lemak
bebas  rantai  pendek  yang  lebih  banyak,  selain  itu  senyawa  peroksida  juga  memicu terjadinya  reaksi  polimerisasi  dan  endapan  yang  tidak  larut  dan  menyebabkan
viskositas  tinggi  sehingga  dapat  merusak  mesin  diesel.    Dari  perlakuan  yang  telah dilakukan,  bilangan  peroksida  yang  paling  baik  digunakan  sebagai  biodiesel  adalah
bilangan  peroksida  terendah  yaitu  3.65  mg  O
2
g  pada  rasio  molar  metanol  terhadap minyak 9:1 dan konsentrasi katalis NaOH 1.5.
4.2.4. Bilangan Penyabunan
Histogram  hubungan  antara  rasio  molar  metanol  terhadap  minyak  dan konsentrasi katalis NaOH terhadap bilangan penyabunan dapat dilihat pada Gambar 11.
Keterangan : A1B1  =  Molar metanol : minyak = 3 : 1; konsentrasi katalis NaOH 0.5
A1B2  =  Molar metanol : minyak = 3 : 1; konsentrasi katalis NaOH 1 A1B3  =  Molar metanol : minyak = 3 : 1; konsentrasi katalis NaOH 1.5
A2B1  =  Molar metanol : minyak = 6 : 1; konsentrasi katalis NaOH 0.5 A2B2  =  Molar metanol : minyak = 6 : 1; konsentrasi katalis NaOH 1
A2B3  =  Molar metanol : minyak = 6 : 1; konsentrasi katalis NaOH 1.5 A3B1  =  Molar metanol : minyak = 9 : 1; konsentrasi katalis NaOH 0.5
A3B2  =  Molar metanol : minyak = 9 : 1; konsentrasi katalis NaOH 1 A3B3  =  Molar metanol : minyak = 9 : 1; konsentrasi katalis NaOH 1.5
Gambar  11.  Histogram  hubungan  antara  rasio  molar  metanol  terhadap  minyak  dan konsentrasi katalis NaOH terhadap bilangan penyabunan
24 Berdasarkan histogram di atas dapat diketahui bahwa nilai bilangan penyabunan
biodiesel  biji  bintaro  terendah  adalah  187.48  mg  KOHg  pada  rasio  molar  metanol terhadap  minyak  6:1  dan  konsentrasi  katalis  NaOH  1.    Sedangkan  nilai  bilangan
penyabunan  tertinggi  adalah  197.33  mg  KOHg  pada  rasio  molar  metanol  terhadap minyak  9:1  dan  konsentrasi  katalis  NaOH  1.5.    Nilai  yang  didapatkan  lebih  tinggi
dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh Endriana 2007 yaitu 170.92 mg KOHg. Tingginya bilangan penyabunan dapat diakibatkan oleh tingginya berat molekul minyak
dan kandungan asam lemak Azam et al. 2005. Hasil  analisis  keragaman  pada  Lampiran  9b  menunjukkan  bahwa  rasio  molar
metanol  terhadap  minyak,  konsentrasi  katalis  NaOH  dan  interaksi  keduanya berpengaruh  sangat  nyata  terhadap  bilangan  penyabunan.    Hasil  uji  lanjut  pada
Lampiran  9c  menunjukkan  bahwa  rasio  molar  metanol  terhadap  minyak  3:1  dan  6:1 tidak  berpengaruh  secara  signifikan,  tetapi  berpengaruh  secara  siginifikan  pada  rasio
molar  metanol  terhadap  minyak  9:1.    Selain  itu,  uji  tersebut  juga  menunjukkan konsentrasi  katalis  NaOH  0.5  dan  1  tidak  berpengaruh  secara  signifikan,  tetapi
berpengaruh secara signifikan pada konsentrasi katalis NaOH 1.5 dalam peningkatan nilai bilangan penyabunan.
Bilangan  penyabunan  berkorelasi  dengan  berat  molekul  minyak.    Minyak  yang banyak  mengandung  senyawa  berantai  pendek,  yang  berarti  memiliki  berat  molekul
yang  relatif  kecil  akan  memiliki  bilangan  penyabunan  yang  besar.    Begitupun sebaliknya,  minyak  yang  banyak  mengandung  senyawa  berantai  panjang,  yang  berarti
memiliki  berat  molekul  yang  relatif  besar  akan  memiliki  bilangan  penyabunan  yang kecil.  Pada saat proses transesterifikasi, trigliserida yang merupakan senyawa berantai
panjang  akan  bereaksi  dengan  metanol  dan  menghasilkan  metil  ester  biodiesel  yang merupakan  senyawa  berantai  pendek.    Dengan  semakin  banyaknya  metil  ester  yang
terbentuk  menunjukkan  bahwa  berat  molekul  biodiesel  relatif  kecil  sehingga  bilangan penyabunannya  akan  semakin  besar.    Untuk  itu  bilangan  penyabunan  yang  layak
sebagai  biodiesel  adalah  bilangan  penyabunan  dengan  nilai  tertinggi  yaitu  197.33  mg KOHg  pada  rasio  molar  metanol  terhadap  minyak  9:1  dan  konsentrasi  katalis  NaOH
1.5.
4.2.5. Viskositas