STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA MAGELANG SEBAGAI KAWASAN ANDALAN DI PROVINSI JAWA TENGAH (Studi Kasus Kota Magelang Tahun 2010-2015)

(1)

MAGELANG CITY DEVELOPMENT STRATEGIES AS A KEY REGION IN THE PROVINCE OF CENTRAL JAVA

(Case Study in Kota Magelang Period 2010 – 2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

RICA AYU NURAINI 20130430274

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

MAGELANG CITY DEVELOPMENT STRATEGIES AS A KEY REGION IN THE PROVINCE OF CENTRAL JAVA

(Case Study in Kota Magelang Period 2010 – 2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

RICA AYU NURAINI 20130430274

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

iv

Nomor Mahasiswa : 20130430274

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA MAGELANG SEBAGAI KAWASAN ANDALAN DI PROVINSI JAWA TENGAH ( Studi Kasus Kota Magelang Tahun 2010 – 2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 1 Desember 2016


(4)

v

adalah sebaik – baik makhluk. (QS Al-Bayyinah:7)

Salah, kesalahan orang lain berkemungkinan benar. Hanya kebenaran Tuhan yang benar-benar benar. (Gus Mus)

Guru spiritual saya adalah realitas. Dan guru realitas saya adalah spiritualitas. (Gus Dur) Hidup yang sekarang untuk hidup yang akan datang. (Gus Waf)


(5)

vi

1. Ibunda dan Ayahanda tercinta.

2. Almamater tercinta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3. Dosen – dosen Program Studi Ilmu Ekonomi.


(6)

xii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

1. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi ... 11


(7)

xiii

B. Penelitian Terdahulu ... 25

C. Model Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN... 38

A. Obyek Penelitian ... 38

B. Jenis Data ... 38

C. Sumber Data ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 39

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 40

F. Model Analisis Data ... 42

1. Analisis Tipologi Klassen ... 42

2. Analisis Location Quotient ... 44

3. Analisis SWOT ... 45

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 48

A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam ... 48

B. Kependudukan dan Ketenagakerjaan ... 51

C. Pendidikan dan Kesehatan ... 54

D. Perekonomian Kota Magelang ... 58

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Analisis Tipologi Klassen ... 61


(8)

xiv

B. Saran ... 86 C. Keterbatasan Penelitian ... 87 DAFTAR PUSTAKA


(9)

xv

1.2 Pendapatan Perkapita Kota Magelang dan Jawa Tengah ... 8

2.1 Klasifikasi Sektor PDRB menurut Tipologi Klassen ... 23

2.2 Penelitian Terdahulu ... 29

3.1 Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Tipologi Klassen ... 42

4.1 Indikator Pendidikan Kota Magelang ... 53

4.2 Jumlah Sekolah dan Perguruan Tinggi di Kota Magelang ... 55

4.3 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Magelang ... 55

4.4 Distribusi Persentase PDRB ADHK 2010 Kota Magelang ... 57

5.1 Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Tipologi Klassen ... 61

5.2 Laju PDRB dan Pendapatan Perkapita Kota Magelang dan Jawa Tengah62 5.3 Hasil Perhitungan LQ Kota Magelang ... 69


(10)

xvi

2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 36

3.1 Matriks SWOT ... 46

4.1 Peta Wilayah Provinsi Jawa Tengah ... 47

4.2 Peta Administrasi Kota Magelang ... 48


(11)

(12)

vii

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi struktur ekonomi dan sektor-sektor unggulan Kota Magelang yang dapat digunakan untuk pengembangan Kota Magelang menjadi kawasan andalan, yang merupakan daerah maju dan cepat tumbuh, memiliki sektor basis dan memberikan dampak positif untuk perekonomian wilayah sekitar. Model analisis yang digunakan adalah analisis Tipologi Klassen, analisis Location Quotient, dan analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Magelang termasuk dalam klasifikasi daerah maju dan cepat tumbuh dengan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita tinggi. Analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan semua sektor sekunder dan tersier merupakan sektor unggulan Kota Magelang, sedangkan sektor pertanian, sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan tidak termasuk sektor unggulan bagi Kota Magelang.

Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi pengembangan menjadi kawasan andalan yang perlu diambil adalah meningkatkan posisi ekonomi Kota Magelang, mengembangkan produk sektor basis dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, memaksimalkan realisasi investasi, memaksimalkan promosi sektor unggulan dan produk industri kreatif, menciptakan iklim usaha yang kondusif, dan meningkatkan daya saing perekonomian daerah.


(13)

viii

This research aims to determine the classification of economics structure and the leading sectors of Magelang city which can be used for the city’s development to be key region, which is an advanced and fast-growing region. It has a base sector and a positive impact for the

economy of the surrounding area. The analysis model used is the analysis of Klassen’s

Tipology, Location Quotient and SWOT.

The results showed that the city of Magelang is included in the classification of advanced and fast-growing regions with economic growth and high capita income. Location Quotient (LQ) shows all the secondary and tertiary sectors are leading sectors of Magelang, while the agricultural sector, the mining sector and the manufacturing sector excluding the leading sectors of Magelang city.

Based on the results of SWOT analysis, the strategy development into a key region that needs to be taken is to improve the economic position of Magelang city, develop the base

sector’s products by utilizing advances in technology, to maximize the realization of the

investment, maximizing sale leading sectors and creative industry products, creating a conducive business climate, and improving the competitiveness of the regional economy.


(14)

1

Pembangunan daerah merupakan sub sistem dari pembangunan nasional, sehingga adanya keterikatan antara pembangunan daerah dan pembangunan nasional yang tidak dapat dipisahkan. Pembangunan daerah merupakan parameter keberhasilan pembangunan nasional, yang dapat dilihat dari banyak tersedianya peluang kerja, serta meningkatnya kesejahteraan rakyat dari berbagai aspek.

Menurut Lincolin Arsyad dalam Choliq Sabana (2007) Pembangunan daerah dalam perspektif ekonomi yaitu merupakan sebuah proses dikelolanya sumber daya ekonomi yang berada di suatu daerah oleh pemerintah setempat beserta dengan masyarakat membangun pola kerjasama untuk mencapai tujuan terciptanya lapangan kerja baru, meluasnya kesempatan kerja serta terangsangnya iklim ekonomi di wilayah tersebut.

Pemerintah melalui UU No. 32 Tahun 2004 tentang “ Pemerintah

Daerah” dan UU No. 23 Tahun 2004 tentang “ Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Daerah”, yang membahas tentang kebijakan pemerintah pusat dalam melimpahkan wewenang untuk mengatur urusan rumah tangga daerahnya sendiri kepada pemerintah daerah melalui perencanaan dan pengelolaan pembangan daerah yang didasarkan pada


(15)

kemampuan ataupun potensi yang ada serta permasalahan yang harus dihadapi di daerah tersebut.

Pelimpahan wewenang yang dilakukan oleh pemerintah pusat kepada daerah diharapkan dapat menghilangkan praktik sentralistik dimana pembangunan dan pertumbuhan ekonomi hanya terpusat di Kota besar saja, yang pada satu sisi dirasa kurang menguntungkan daerah dan penduduk lokal. Dalam rangka melakukan pemerataan pembangunan daerah di segala penjuru negeri, era otonomi daerah merupakan hal yang paling penting, karena dirasa dapat meningkatkan motivasi daerah untuk mau mengembangkan diri menjadi daerah yang maju dengan tingkat kesejahteraan yang meningkat dan dapat bersaing dengan daerah lain, pengaktualisasian pribadi daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang dapat diwujudkan dengan pemanfaatan potensi lokal, serta dilakukannya pemanfaatan kekuatan daerah dan peluang yang muncul untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan perekonomian untuk mencapai kemakmuran rakyat dan keadilan sosial.

Perumusan kebjakan pembangunan oleh pemerintah harus didasarkan pada perencanaan pembangunan yang strategis dan efektif. Perlu adanya pertimbangan mengenai kedudukan dan keberadaan daerah lain sebagai lawan dalam komoditi yang diproduksi, dan juga sebagai mitra usaha dalam pengembangan komoditi yang menjadi andalan daerah tersebut yang berhubungan dengan pasar internasional ( Gupa dan Choudry, 1997 dalam Choliq Sabana, 2007).


(16)

Koordinasi dan keseragaman merupakan jalan utama yang harus dilalui oleh pemerintah daerah untuk dapat mencapai keberhasilan pembangunan dan tercapainya target pembangunan. Dengan adanya keseragaman tersebut, maka kesamaan arah pandang dan pemetaan pemikiran pun akan terjadi, yang bersifat komplementer dan tidak akan saling tindihnya pembangunan antar daerah. Terwujudnya kesejahteraan sosial yang adil dan merata, terbukanya lapangan usaha, banyaknya kesempatan kerja yang kemudian dapat menurunkan angka pengangguran dan tingkat kemiskinan merupakan tujuan dari diupayakannya pembangunan daerah.

Berlakunya kebijakan pembangunan daerah dengan konsep kawasan andalan oleh pemerintah bertujuan untuk mempersempit jurang disparitas antar daerah yang kemudian disandarkan pada kekuatan lokal yang dimiliki. Kebijakan kawasan andalan diterapkan dengan harapan dapat terwujudnya kesamarataan tingkat pertumbuhan ekonomi serta keseimbangan pendapatan perkapita daerah, sehingga dapat memperkecil bahkan menutupi kesenjangan ekonomi yang ada antara perkembangan pulau jawa maupun luar jawa (Mudrajad Kuncoro, 2002).

Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jateng 2003 dalam Choliq Sabana (2007) mendefinisikan Kawasan andalan merupakan kawasan yang ditetapkan dengan tujuan untuk dibudidayakan berdasarkan potensi lokal yang dimiliki yang diyakini dapat merangsang iklim ekonomi


(17)

yang baik, yang dapat ditinjau dari peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak hanya untuk kawasan itu sendiri namun juga bagi kawasan sekitarnya.

Konsep Kawasan Andalan menurut Royat dalam Mudrajad Kuncoro (2002) merupakan kawasan cepat tumbuh dan maju diantara daerah lainnya dalam satu provinsi, kawasan andalan juga diyakini memiliki sektor unggulan yang telah terspesialisasikan, yang dapat berperan sebagai penggerak perekonomian daerah serta memiliki kaitan dengan daerah di sekitarnya. Terjadinya pertumbuhan ekonomi di kawasan andalan diyakini dapat memberi imbas positif tidak hanya untuk daerah tersebut namun juga daerah sekitarnya dengan diberdayakannya sektor serta subsektor unggulan yang dapat menjadi mesin penggerak perekonomian daerah. Penekanan pada pertumbuhan ekonomi sebagai arah kebijakan penetapan kawasan andalan dikarenakan mengingat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan variabel ekonomi yang merupakan indikator inti dalam pembangunan.

Kawasan andalan dapat berupa kawasan yang telah berkembang dimana terdapat aglomerasi kota dan aglomerasi kegiatan sektor produksi yang didukung oleh sumber daya manusia, sumber daya alam, kedekatan lokasi dengan pusat pertumbuhan regional, da juga telah memiliki infrastuktur pendukung. Kawasan andalan dapat juga berupa kawasan yang prospektif untuk dikembangkan dengan terdapat sumber daya alam, memiliki akses terhadap pusat pertumbuhan, dekat dengan pusat-pusat permukiman, serta memungkinkan untuk melakukan pengadaan prasarana pendukung.


(18)

Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, kawasan andalan perlu dikelola secara terpadu, komprehensif, dan berkesinambungan agar dapat lebih terarah dan teratur. Terdapat beberapa aspek pengembangan yang menjadi tolak ukur kelayakan analisis kawasan andalan, yaitu fisik dan lingkungan, sosial budaya, ekonomi dan kelembagaan.

Tujuan dari pengembangan kawasan andalan antara lain mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya yang ada pada kawasan untuk pembangunan ekonomi nasional dan daerah. Pengembangan kawasan andalan ditujukan sebagai alat guna mendorong dan mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi bagi suatu kawasan, sebagai motor penggerak yang dapat menstimulasi pengembangan wilayah nasional sehingga kawasan andalan diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan (growth center).

Provinsi Jawa Tengah melalui Perda Provinsi Jawa Tengah No. 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 memutuskan beberapa daerah yang ditetapkan menjadi kawasan andalan wilayah jawa tengah, satu diantaranya adalah Kota Magelang dengan wilayah kerjasama yaitu Kabupaten Magelang, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Temanggung. Adanya kawasan kerjasama ini diharapkan setiap daerah dalam suatu kawasan kerjasama akan saling berusaha dan bersinergi untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi daerah yang tinggi dan pemerataan pembangunan. Kota Magelang dianggap pantas menjadi pusat pertumbuhan di wilayah kerjasamanya dikarenakan Kota Magelang memiliki kriteria


(19)

daerah cepat maju dan cepat tumbuh yang dapat dilihat dari rata-rata laju pertumbuhan PDRB dan pendapatan perkapita Kota Magelang lebih tinggi bila dibandingkan dengan laju Pertumbuhan PDRB dan pendapatan perkapita Jawa Tengah.

Tingkat Kinerja perekonomian wilayah dapat diperhatikan melalui besaran PDRB dan pertumbuhan PDRBnya, sementara tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah dapat dilihat dari PDRB perkapita. Berikut menunjukkan laju pertumbuhan PDRB dan PDRB perkapita kabupaten/kota di Karesidenan Kedu :

Tabel 1. 1

Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 Karesidenan Kedu Periode 2010 – 2014 ( dalam %)

No Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014

Rata-rata

1 Kabupaten Purworejo 4,84 5,64 4,59 4,94 4,49 4,90

2 Kabupaten Wonosobo 4,29 4,52 5,14 5,25 4,16 4,67

3 Kabupaten Magelang 4,51 5,22 4,88 5,91 4,88 5,08

4 Kabupaten Temanggung 4,31 4,65 5,04 6,14 5,15 5,06

5 Kota Magelang 6,12 6,11 5,37 6,04 4,90 5,71

6 Jawa Tengah 5,84 5,30 5,34 5,11 5,28 5,37

Sumber : BPS Kota Magelang dan Jawa Tengah diolah

Untuk dapat memperjelas kondisi pertumbuhan PDRB Kota Magelang pada tahun 2010-2014 dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB Jawa Tengah dijelaskan dalam gambar 1.1 sebagai berikut :


(20)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah dan Kota Magelang (data diolah)

Gambar 1. 1

Pertumbuhan PDRB Kota Magelang dan Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 Periode 2010 - 2014

Rata – rata laju pertumbuhan PDRB Kota Magelang (5,71) lebih besar dari laju pertumbuhan PDRB Jawa tengah (5,37) antara tahun 2010 -2014, walaupun rata-rata laju pertumbuhan PDRB Kota Magelang lebih besar dari jawa tengah namun jika diperhatikan menurut runtut tahun pertumbuhan PDRB Kota Magelang fluktuatif, pertumbuhan ekonomi Kota Magelang mengalami penurunan setelah tahun 2010, namun sampai dengan tahun 2013 laju pertumbuhan ekonomi Kota Magelang lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Kota Magelang justru mengalami penurunan yang cukup signifikan sehingga menempatkan pertumbuhan ekonomi Kota Magelang lebih kecil dari pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah.

2010 2011 2012 2013 2014 Kota Magelang 6.12 6.11 5.37 6.04 4.9 Jawa Tengah 5.84 5.3 5.34 5.11 5.28

0 2 4 6 8

Laju Pertumbuhan PDRB Kota Magelang dan Jawa

Tengah

Kota Magelang Jawa Tengah


(21)

Berbeda hal nya dengan rata-rata pendapatan perkapita Kota Magelang lebih besar dari pendapatan perkapita Jawa Tengah dalam kurun waktu 2010-2014.

Tabel 1. 2

Pendapatan Perkapita Kota Magelang dan Jawa Tengah Tahun

Pendapatan Perkapita

Kota Magelang Jawa Tengah

2010 3.392.388 1.924.563

2011 3.588.066 2.010.403

2012 3.723.022 2.077.965

2013 3.964.724 2.184.487

2014 4.143.936 2.282.016

Rata-rata 3.762.427 2.095.886

Sumber : BPS Jawa Tengah Diolah

Mengingat Kota Magelang merupakan pusat pertumbuhan di wilayah kerjasamanya sehingga dianggap dapat memiliki daya tarik investasi yang baik serta memiliki prospek ekonomi yang berkelanjutan. Dengan aras realita kinerja yang ada sebagaimana uraian latar belakang diatas maka menarik untuk dilakukan penelitian mengenai “ STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA MAGELANG SEBAGAI KAWASAN ANDALAN DI PROVINSI JAWA TENGAH”.

B. Batasan Masalah

Mengingat ruang lingkup pembangunan ekonomi daerah sangat luas maka penulis membatasi pembahasan masalah pada sektor-sektor ekonomi


(22)

yang ada di Kota Magelang dan data yang digunakan adalah data tahunan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas serta untuk memperjelas arah penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Termasuk dalam klasifikas tipologi daerah apakah Kota Magelang dengan bantuan analisis Tipologi Klassen?

2. Sektor apakah yang memiliki potensi sebagai sektor basis atau unggulan dengan bantuan alat analisis Location Quotient (LQ)?

3. Bagaimana strategi pengembangan Kota Magelang sebagai kawasan andalan di Provinsi Jawa Tengah dengan bantuan analisis SWOT?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tipologi daerah digunakan untuk memacu pengembangan pembangunan dengan memanfaatkan alat analisis Tipologi Klassen.

2. Untuk mengetahui sektor yang memiliki potensi sebagai sektor basis atau unggulan dengan bantuan alat analisis Location Quotient (LQ).


(23)

3. Strategi pengembangan Kota Magelang sebagai kawasan andalan di Provinsi Jawa Tengah dengan bantuan analisis SWOT.

E. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, maka manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini yaitu antara lain :

1. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk mengimplementasikan serta menerapkan ilmu dan teori-teori yang telah diberikan dibangku perkuliahan untuk kemudian dipraktikkan di lapangan.

2. Bagi Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan sebagai bahan masukan serta pertimbangan dalam penentuan kebijakan pemerintah terutama terkait bidang perekonomian.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan data menambah wawasan serta informasi mengenai keadaan perekonomian Kota Magelang.

4. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan sumber referensi mengenai kondisi perekonomian daerah khususnya Kota Magelang, yang kemudian dapat menjadi perbandingan untuk peneliti selanjutnya dengan tema sejenis.


(24)

11

1. Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Kata pembangunan ekonomi tidak jarang digunakan secara bergantian dengan perubahan jangka panjang, kesejahteraan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Ursula Hicks dan Schumpeter (dalam ML, Jhingan, 1992) membedakan antara pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi menjurus pada masalah-masalah yang ada di negara sedang berkembang yaitu pada pengembangan sumber daya yang tidak ataupun belum digunakan secara maksimal, sedangkan pertumbuhan ekonomi mengacu pada masalah yang berada di negara maju yaitu terkait dengan keberadan sumber daya ekonomi yang dimiliki dan telah dimanfaatkan pada batasan tertentu.

Pembangunan ekonomi lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi saja. Proses pembagunan menghendaki adanya pertumbuhan ekonomi yang kemudian diikuti dengan perubahan (growth plus change) dalam perubahan struktur ekonomi yaitu beralihnya pertanian kepada industri atau jasa dan juga perubahan kelembagaan baik melalui perubahan regulasi maupun reformasi kelembagaan itu sendiri (Mudrajad Kuncoro dalam Choliq Sabana 2007).

Menurut Meier dalam Mudrajad Kuncoro (2000) mendeskripsikan bahwasanya pembangunan ekonomi merupakan keadaan dimana


(25)

meningkatnya pendapatan perkapita riil pada suatu negara dalam jangka waktu yang panjang. Adapun kondisi yang tercipta dimana tidak meningkatnya jumlah penduduk miskin yang jauh dari kata sejahtera serta tidak timpangnya distribusi pendapatan yang ada.

Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai proses yang akan menyebabkan pendapatan perkapita penduduk mengalami kenaikan dalam jangka waktu yang panjang, disamping itu pembangunan juga diiringi dengan terciptanya kelembagaan yang baik dari segala aspek yang bersangkutan dengan bidang ekonomi, sosial, politik, budaya dan hukum (Lincolin Arsyad,1999).

Keberhasilan pertumbuhan ekonomi lebih bersifat kuantitatif yang dapat dilihat dari adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan keberhasilan pembangunan ekonomi bersifat kualitatif yang mana tidak hanya dari sisi peningkatan pada standar pendapatan namun juga dari struktur dan sistem kelembagaan yang baik.

Menurut Todaro (1987) pembangunan ekonomi bisa dipahami sebagai proses multidimensi yang menyertakan adanya perubahan besar baik dalam bidang sosial maupun ekonomi. Perubahan dalam bidang sosial tercermin dari berubahnya sikap masyarakat, struktur masyarakat sosial dan juga struktur kelembagaan nasional, sedangkan perubahan dalam bidang ekonomi dapat ditinjau dari adanya percepatan pertumbuhan ekonomi, berkurangnya ketimpangan pendapatan dan juga pemberantasan kemiskinan


(26)

secara absolut. Pembangunan harus dilakukan secara menyeluruh meliputi penyelarasan sistem sosial terhadap kebutuhan pokok serta berbagai kehendak yang berbeda baik individu maupun kelompok masyarakat yang berada dalam sistem tersebut, sehingga dapat berkembang dari keadaan yang dirasa tidak nyaman kepada keadaan yang dianggap lebih baik, secara material maupun spiritual.

Sementara itu menurut seorang ahli ekonomi Neo Klasik Yoseph Schumpeter dalam bukunya yang berjudul “ The Theory of Economics

Development “ (Lincolin Arsyad, 1999) menjabarkan bahwa pembangunan ekonomi bukanlah proses yang berangsur-angsur, melainkan merupakan perubahan secara spontan dan juga terputus-putus. Schumpeter berkeyakinan bahwa pembangunan ekonomi dikarenakan adanya inisiatif golongan pengusaha yang inovatif, yang kemudian menciptakan inovasi pembaharuan dalam pembangunan perekonomian. Pembaharuan yang dimaksud yakni dalam bentuk memperluas produk mutakhir, menggunakan terobosan teknologi-teknologi baru dalam kegiatan produksi, memperluas cakupan pangsa pasar barang ke daerah-daerah yang belum terjamah, mengembangkan sumber-sumber bahan mentah yang baru dan efisien, serta mengadakan reorganisasi dalam perusahaan atau industri.

2. Pembangunan Ekonomi Daerah

Dari tinjauan segi ekonomi, daerah memiliki tiga pengertian yaitu (Lincolin Arsyad 1999) :


(27)

a. Suatu daerah dapat dianggap sebagai ruang dimana kegiatan ekonomi terjadi yang mana di dalam berbagai sudut ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang sama. Kesamaan sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan perkapita, segi budaya, geografis dan lain sebagainya. Daerah dalam pengertian ini disebut dengan daerah homogen.

b. Suatu daerah dianggap sebagai ruang ekonomi yang dikuasi oleh satu ataupun beberapa pusat kegiatan ekonomi. Daerah dalam pengertian ini disebut daerah modal.

c. Suatu daerah merupakan ruang ekonomi yang berada di bawah satu administrasi tertentu seperti provinsi, kabupaten, kecamatan dan sebagainya, yang mana daerah di sini didasarkan pada pembagian administrasi suatu negara. Jadi daerah dalam pengertian ini dinamakan daerah perencanaan atau daerah administrasi.

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses yang dimana pemerintah daerah beserta masyarakat secara bersama-sama mengelola sumber daya yang tersedia dan membentuk pola kemitraan dimana pemerintah daerah merangkul sektor swasta dengan tujuan menciptakan lapangan kerja baru, memperluas kesempatan kerja serta merangsang perkembangan iklim perekonomian dalam wilayah yang bersangkutan (Lincolin Arsyad,1999).

Proses terbentuknya institusi-institusi baru, pengadaan produksi alternatif, perluasan kapasitas tenaga kerja agar dapat memproduksi barang


(28)

dan jasa yang jauh lebih mutakhir, serta identifikasi pasar yang belum terangkul untuk memperluas cakupan pangsa pasar.

Pembuatan kebijakan-kebijakan pemerintah disandarkan pada keistimewaan dan kekhasan daerah terkait dengan mengoptimalkan potensi lokal yang dimiliki daerah seperti sumberdaya-sumberdaya, sumberdaya manusia, sumberdaya fisik dan kelembagaan merupakan masalah inti dari pembangunan daerah. Orientasi pembangunan ini diarahkan kepada pengambilan langkah inisiatif guna memperluas kesempatan dan lapangan pekerjaan baru serta menstimulasi peningkatan kegiatan perekonomian yang berasal dari daerah tertentu. Tujuan utama dari serangkaian pembangunan ekonomi daerah adalah untuk memperbanyak jenis dan jumlah peluang kerja yang kemudian akan memperluas kesempatan kerja masyarakat sehingga harapan jumlah pengangguran menurunpun akan tercapai. Demi mewujudkan tujuan-tujuan tersebut maka perlu adanya koordinasi oleh pemerintah daerah dengan masyarakat untuk bersama mengambil tindakan inisiatif dengan memaksimalkan penggunaan sumberdaya yang dimiliki serta sanggup memperkirakan potensi lokal yang dibutuhkan untuk dapat merancang serta merencanakan pembangunan daerah (Lincolin Arsyad, 1999).

Prof. Sumitro Djoyohadikusumo (dalam Nadia 2015) menyatakan proses pembangunan mencakup perubahan pada komposisi produksi, perubahan pada pola penerapan alokasi sumber daya produktif (productive resources) diantara kegiatan ekonomi, perubahan pada pola distribusi


(29)

kekayaan dan pendapatan diantara berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan (institutional framework) dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh.

Pembangunan pada hakikatnya mengarah kepada dua hal yaitu peningkatan pendapatan perkapita dan terjadinya perubahan struktur ekonomi. Secara umum perubahan struktur ekonomi dapat terwujud dengan adanya perubahan peran atau kontribusi tiap-tiap sektor. Peningkatan persentase sumbangan dari suatu sektor terhadap total produk atau pendapatan daerah menunjukkan bahwa sektor tersebut semakin berperan dalam mendorong perekonomian daerah. Sebaliknya tidak adanya perubahan peran dari masing-masing sektor terhadap total pendapatan nasional menunjukkan pembangunan yang terjadi tidak mengubah struktur ekonomi (Hudiyanto, 2013).

Karakteristik khas suatu daerah dan keunggulan-keunggulannya sebaiknya lebih menjadi perhatian pembangunan regional. Pembangunan juga sebaiknya harus dapat menaikkan pendapatan perkapita daerah penduduk daerah setempat yang kemudian meningkatkan daya tarik daerah untuk dapat menarik perhatan investor-investor baru untuk menanamkan modalnya di daerah tersebut, yang pada akhirnya akan mendorong Pembangunan juga harus dapat meningkatkan pendapatan perkapita dari penduduk tersebut dan akan meningkatkan daya tarik daerah untuk menarik investor-investor baru untuk menanamkan modalnya didaerah, yang pada


(30)

akhirnya akan mendorong kegiatan ekonomi yang lebih tinggi (Kuncoro, 2000).

3. Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Prof. Simon Kuznets dalam Wafiyulloh (2016), mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai ”kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya”.

Definisi pertumbuhan ekonomi tersebut memiliki 3 (tiga) komponen: 1) Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dilihat dari meningkatnya

persediaan barang-barang secara berkelanjutan. Kemampuan dalam meningkatkan penyediaan jumlah output adalah tanda dari kematangan ekonomi dan juga merupakan manivestasi pertumbuhan ekonomi.

2) Teknologi maju menentukan derajat kemampuan dalam penyediaan berbagai macam barang kepada penduduk yang juga merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi. Ketersediaan teknologi maju juga mengindikasikan adanya kenaikan taraf kesejahteraan kehidupan masyarakat.

3) Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi


(31)

yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat (Ml, Jhingan, 1992)

Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan kenaikan output perkapita. Dalam hal ini berkaitan dengan output total (GDP) dan jumlah penduduk, karena output perkapita didapatkan dari output total dibagi dengan jumlah penduduk. Jadi, kenaikan output perkapita harus dianalisis dengan melihat apa yang terjadi dengan output total di satu sisi, dan jumlah penduduk di sisi lain, sehingga pertumbuhan ekonomi mencakup GDP total dan pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting dalam melakukan analisis mengenai pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Dimana pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Pada dasarnya aktivitas ekonomi adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan meningkat.

Menurut Richardson (2001) mengenai pertumbuhan regional terdapat tiga kekuatan potensial terpusat yang penting, yaitu pertama adanya arus faktor produksi yang memiliki sifat menyeimbangkan. Tenaga kerja


(32)

merupakan faktor produksi yang dapat berpindah dari satu daerah ke daerah lain berdasarkan tingkat upah yang ditawarkan tiap-tiap daerah. Tingkat upah yang rendah memungkinkan adanya arus keluar tenaga kerja menuju daerah dengan tingkat upah yang lebih tinggi, sedangkan upah dan modal memiliki kesinambungan negatif sehingga modal akan mengalir pada arah yang berlawanan. Modal yang justru mengalir ke daerah dengan tingkat upah rendah akan memiliki kecenderungan untuk tumbuh lebih cepat. Sumber utama yang kedua adalah berubahnya alokasi sumberdaya yang ada di daerah terkait dari sektor primer berupah rendah yang bergantung pada hasil alam seperti pertanian dan kehutanan kepada sektor yang memiliki produktivitas tinggi seperti sektor industri dan berupah tinggi yang kemudian dapat menaikkan pendapatan perkapita. Perbedaan pendapatan perkapita dibanyak negara disebabkan oleh beragamnya proporsi sumber yang dipekerjakan, relokasi sementara seperti ini lebih banyak dijumpai pada daerah dengan upah rendah. Ketiga, kematangan daerah yang telah lama berpendapatan tinggi justru akan memperlambat laju kenaikan pendapatan perkapita di masa mendatang.

4. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah

Terdapat beberapa teori yang menguraikan mengenai pertumbuhan dan pembangunan daerah antara lain :

a. Teori Klasik

Menurut Thomas Robert Malthus agar terwujudnya perkembangan ekonomi maka diperlukan adanya kenaikan jumlah kapital untuk investasi


(33)

secara terus menerus, sedangkan menurut J.B.Say perkembangan ekonomi tercapai dengan hukum pasar, dimana dikatakan bahwa Supply Creates its own demand yang artinya asal jumlah produksi bertambah maka secara otomatis permintaan akan ikut bertambah pula karena pada hakekatnya kebutuhan manusia tidak terbatas.

b. Teori Neo Klasik

Kaum Neo Klasik berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan hasil atau output. Adapun pertumbuhan penduduk dapat berdampak positif dan dapat berdampak negatif. Oleh karenanya, pertambahan penduduk harus dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif sehingga pada akhirnya tidak menimbulkan eksternalitas negatif.

c. Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan secara langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah (Lincolin Arsyad, 2002).

Sektor basis adalah sektor ekonomi yang berorientasi pada kegiatan ekspor ke daerah-daerah diluar wilayah perekonomian yang terkait. Sektor basis merupakan salah salah satu sekor ekonomi yang memiliki kemampuan untuk dapat bersaing dengan sektor ekonomi lain diluar daerah yang


(34)

bersangkutan, sehingga ketika kegiatan ekspor tersebut semakin sering dilakukan maka akan menyebabkan daerah pengekspor memiliki pertumbuhan ekonomi daerah yang maju. Hal ini menandakan bahwa setiap adanya perubahan terhadap sektor basis maka akan menyebabkan efek ganda (multiplier effect) dalam pertumbuhan perekonomian suatu daerah.

Berbeda dari sektor basis yang berorientasi pada ekspor, sektor non basis merupakan sektor penyedia produk baik barang maupun jasa hanya bagi masyarakat yang ada dalam daerah perekonomian yang bersangkutan, sehingga luas pasaran produksi dan juga pemasaran hanya bersifat lokal, sehingga dapat dipahami bahwa kegiatan ekspor wilayah merupakan penentu arah dan pertumbuhan suatu wilayah.

Menurut Emilia dalam Choliq Sabana (2006) Location Quotient

merupakan analisis yang digunakan untuk menganalisa basis ekonomi dari suatu daerah. Besaran tingkat spesialisasi dari sektor basis daerah tertentu dapat diketahui menggunakan analisis LQ yaitu dengan membandingkan kontribusinya terhadap pertumbuhan perekonomian wilayah tersebut dengan kontribusi kegiatan sejenis pada perekonomian regional. Perhitungan basis pada analisis LQ ini menggunakan variabel PDRB daerah atas suatu kegiatan dalam struktur ekonomi wilayah yaitu nilai PDRB wilayah referensi baik tingkat provinsi maupun nasional.


(35)

d. Teori Pusat Pertumbuhan

Secara fungsional pusat pertumbuhan dapat dipahami sebagai wilayah dengan keberadaan kelompok usaha secara terpusat yang memiliki unsur dinami sehingga dapat merangsang pebaikan ekonomi baik bagi wilayah tersebut maupun wilayah lain. Pusat pertumbuhan juga dapat diartikan dengan cara geografis, yaitu sebagai lokasi yang memiliki berbagai infrastruktur yang dapat menimbulkan kemudahan bagi masyarakat sehingga dapat dainggap sebagai pusat daya tarik (pole of attraction).

Sebuah daerah dapat disebut sebagai pusat pertumbuhan, jika memenuhi ciri pusat petumbuhan yaitu : (Tarigan,2005)

1. Adanya kaitan internal dari beragam macam kegiatan 2. Adanya unsur pengganda

3. Terdapat kosentrasi geografis

4. Mampu mendorong perekonomian wilayah belakangnya e. Teori Tipologi Daerah

Menurut Leo Klassen dalam Aditya (2013) analisis tipologi ini dimanfaatkan untuk dapat mengetahui pola serta struktur pertumbuhan ekonomi dari masing-masing daerah. Berdasarkan pertumbuhan ekonomi wilayah yang tercermin melalui pertumbuhan PDRB daerah yang bersangkutan serta pendapatan perkapita daerah yang diperoleh dari total nilai PDRB daerah dibagi dengan jumlah penduduk daerah yang bersangkutan. Terdapat empat kategori wilayah menurut analisis tipologi daerah :


(36)

a) Daerah cepat maju atau cepat tumbuh b) Daerah maju namun tertekan

c) Daerah berkembang cepat d) Daerah relatif tertinggal

Tabel 2. 1

Klasifikasi Sektor PDRB menurut Tipologi Klassen y

r

yi > y yi < y ri > r Daerah maju atau

tumbuh cepat

Daerah berkembang cepat

ri < r Daerah maju tetapi tertekan

Daerah relatif tertinggal

Sumber : Syafrizal, 1997

Keterangan:

ri adalah laju pertumbuhan PDRB daerah studi, r adalah laju pertumbuhan PDRB regional , yi adalah pendapatan perkapita daerah studi, y adalah pendapatan perkapitan regional.

5. Konsep Kawasan Andalan

Konsep dan teori mengenai pembangunan daerah memiliki kaitan dengan terwujudnya konsep kawasan andalan. Terdapat beberapa faktor pendukung penetapan kawasan andalan antara lain teori basis ekonomi, teori pertumbuhan ekonomi daerah, teori kutub pertumbuhan serta teori spesialisasi.


(37)

Mempunyai potensi lebih untuk dapat tumbuh jika dibandingkan dengan daerah lain dalam satu wilayah regional, kawasan andalan dinilai memiliki beberapa unsur unggulan yang bisa merangsang pertumbuhan wilayahnya. Terjadinya akumulasi modal yang bersumber dari masuknya investasi baik berasal dari dalam negeri maupun asing, pertumbuhan jumlah penduduk yang dapat dilihat dari angka fertilitas, mortalitas dan migrasi yang dalam pertumbuhannya mengikuti deret ukur, serta adanya kemajuan teknologi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Todaro, 2000). Menurut Soepono (2000) pemberdayaan sektor-sektor potensial yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan dapat menciptakan peluang investasi dan juga dapat menarik minat investor. Sektor unggulan yang merupakan sektor ekonomi basis dari suatu daerah dapat ditemukan dengan menggunakan analisis LQ, yang diyakini pertumbuhan dari sektor-sektor tersebut dapat menentukan pembangunan daerah secara menyeluruh, sedangkan aktivitas dari kegiatan sektor non basis merupakan implikasi dari pembangunan daerah secara menyeluruh tersebut.

Kriteria penetapan kawasan andalan dianggap relevan dengan teori spesialisasi ketika perekonomian kawasan andalan memiliki keterikatan dengan daerah di sekitarnya. Spesialisasi komoditi yang dilakukan berdasarkan sektor unggulan yang dimiliki akan menyebabkan munculnya pemusatan kegiatan-kegiatan sektoral di masing-masing daerah yang


(38)

dipercaya dapat mempercepat bahkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

Menurut Samuelson dalam Aswandi dan Kuncoro (2002) dengan dilakukannya pembagian kerja maka akan menyebabkan masyarakat lebih efektif dan efektif, melalui pembagian seluruh proses produksi kepada unit khusus yang telah terspesialisasikan. Daerah dengan ekonomi yang telah terspesialisasikan akan membentuk jaringan perdagangan yang lebih luas adalah ciri perekonomian maju. Terjadinya proses pertukarakan komoditas antar daerah sesuai dengan kebutuhan daerah disebabkan oleh adanya spesialisasi ekonomi, sehingga dapat mendongkrak perekonomian daerah naik bersama-sama dan berkesinambungan untuk menuju proses pertumbuhan ekonomi.

B. Penelitian Terdahulu

Beragam penelitian mengenai pengembangan ekonomi daerah telah banyak dilakukan seperti penelitian Retno Setyo (2015) dengan judul

“Stretegi Pengembangan Ekonomi Di Kabupaten Magelang Tahun

2010-2014” menunjukkan bahwa menurut tipologi klassen yang termasuk dalam

sektor ekonomi andalan adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor transportasi dan pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan makan/minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa pendidikan dan sektor jasa lainnya. Hasil analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa yang termasuk dalam sektor basis dengan nilai LQ>1 adalah sektor


(39)

pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor pengadaan air,sampah,limbah dan daur ulang, sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan makan/minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor real estate, sektor aministrasi pemerintah,pertahanan dan jaminan sosial dan sektor jasa pendidikan. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) menunjukkan yang tergolong sektor potensial antara lain sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor transportasi dan pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan makan/minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa perusahaan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Sektor dominan Kabupaten Magelang menurut hasil analisis Overlay adalah sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan makan/minum dan sektor informasi dan komunikasi. Strategi pengembangan ekonomi Kabupaten Magelang yang diperoleh melalui analisis SWOT adalah meningkatkan kualitas sumber daya alam (SDA) di sektor basis serta meningkatkan produktivitas sektor unggulan melalui pemanfaatan SDA.

Penelitian yang dilakukan oleh Nadia Hilda (2015) di Kabupaten Jembrana menunjukkan terdapat enam sektor yang memiliki nilai LQ>1 yaitu sektor pertanian,kehutanan dan perikanan, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, sektor


(40)

transportasi dan pergudangan,sektor real estate dan sektro informasi dan komunikasi. Hasil dari analisis Shift Share menunjukkan bahwa sektor transportasi dan pergudangan merupakan sektor yang memiliki nilai terbesar dalam kontribusi PDRB Provinsi Bali, sementara hasil analisis MRP menunjukkan bahwa sektor potensial adalah sektor pertambangan dan penggalian baik ditingkat Kabupaten Jembrana maupun Provinsi Bali. Sektor yang memiliki pertumbuhan dan kontribusi terbesar berdasarkan hasil analisis Overlay dalah sektor transportasi dan pergudangan. Analisis SWOT yang digunakan menghasilkan strategi pembangunan yaitu meningkatkan perekonomiandaerah melalui potensi sektor basis dan peningkatan daya saing ekonomi.

Penelitian yang dilakukan oleh Wafiyulloh (2015) di Kabupaten Ogan Komering Ulu menunjukkan sektor yang tergolong sektor basis dengan nilai LQ>1 adalah sektor pertanian,kehutanan dan perikanan, sektor pengadaan air, sampah, limbah dan daur ulang, sektor perdagangan besar dan eceran ;reparasi mobil dan sepeda motor, sektor penyediaan akomodasi dan makan/minum, sektor jasa keuangan, sektor real estate, sektor jasa pendidikan dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Hasil analisis Shift Share menunjukkan sektor pertanian,kehutanan dan perikanan memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Ogan Komering Ulu. Analisis tipologi klassen sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor jasa pendidikan dan sektor jasa lainnya merupakan sektor maju dan cepat


(41)

tumbuh. Strategi hasil dari analisis SWOT adalah menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk mendorong datangnya investasi.

Risky Firmansyah (2015) dalam penelitiannya menggunakan

Analitycal Hierarchy Process (AHP) menunjukkan bahwa sektor perdagangan menduduki prioritas pertama secara global berdasarkan kriteria sektor unggulan perekonomian seperti penyerapan tenaga kerja, peluang investasi dan daya saing, kemudian sektor industri pengolahan,sektor konstruksi, dan yang terakhir sektor jasa.

Penelitian yang dilakukan Wa Ode (2014) di Kabupaten Gunungkidul menunjukkan terdapat dua sektor basis dengan nilai LQ>1 yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dan sektor pertambangan dan penggalian. Sektor yang memiliki kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Gunungkidul berdasarkan analisis Shift Share adalah sektor pertanian,kehutanan dan perikanan begitu juga dengan sektor yang termasuk dalam kategori sektor maju dan cepat tumbuh menurut tipologi klassen yaitu sektor pertanian,kehutanan dan perikanan. Perubahan struktur ekonomi terjadi di Kabupaten Gunungkidul dari sektor pertanian,kehutanan dan perikanan dengan kontribusi sebesar 38,16% terhadap PDRB Kabupaten Gunung kidul menjadi sektor perdagangan,industri dan jasa.

Amin Pujiati (2009) melakukan penelitian dengan jusul “Analisis Kawasan Andalan Di Jawa Tengah Tahun 2001-2005” menunjukkan bahwa terdapat tujuh daerah yang termasuk dalam kategori daerah maju dan cepat tumbuh menurut analisis tipologi klassen yaitu Kabupaten Kudus,


(42)

Kabupaten Cilacap, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Surakarta, Kabupaten Semarang dan Kota Semarang. Daerah maju tertekan Jawa Tengah meliputi Kota Magelang, Kabupaten Kendal dan Kota Salatiga. Daerah yang tergolong dalam daerah maju dan cepat tumbuh tersebut juga merupakan kawasan andalan di Jawa Tengah karena laju pertumbuhan PDRB dan pendapatan perkapita daerah yang lebih besar dibandingkan Jawa Tengah. Hasil perhitungan LQ menunjukkan bahwa sektor basis untuk Kabupaten/Kota yang termasuk kawasan andalan adalah terletak pada sektor sekunder dan tersier sementara indeks spesialisasi regional antar kawasan andalan mengarah pada diversifikasi sektor usaha.

Penelitian-peelitian terdahulu diatas secara lengkap terlampi rdalam tabel berikut :

Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu No Penulis, Tahun,

dan Judul

Metode Analisis Kesimpulan 1. Retno SP 2015,

Analisis dan Strategi Pengembangan Ekonomi Di Kabupaten Magelang Tahun 2010-2014

1. Analisis Klassen Typology

2. Analisis LQ

3. AnalisisMRP 4. Analisis Overlay

5. Analisis SWOT

1. Hasil hasildari analisis

Klassen Typology

menunjukkan yang termasuk dalam sektor ekonomi andalan atau cepat tumbuh adalah (1) sektor pertambangan dan penggalian, (2) sektor transportasi dan pergudangan, (3) sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, (4) sektor informasi dan komunikasi (5) sektor jasa pendidikan, dan (6) sektor jasa lainnya.


(43)

No Penulis, Tahun, dan Judul

Metode Analisis Kesimpulan

Location Quotient

menunjukkan yang termasuk dalam ssektor basis adalah (1) sektor pertanian,kehutanan, dan perikanan, (2) sektor pertambangan dan penggalian, (3) sektor pengadaan air, sampah,limbah dan daur ulang, (4) sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan motor, (5) sektor transportasi dan pergudangan, (6) sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, (7) sektor informasi dan komunikasi, (8)ektor real estate, (9) sektor administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial, (10) sektor jasa pendidikan. Sepuluh sektor basis diatas memiliki peranan penting dalam pertumbuhan PDRB Kabupaten Magelang.

3. Hasil dari perhitungan MRP menunjukkan tujuh sektor potensial yang ada di kabupaten Magelang yaitu, (1) sektor industri pengolahan, (2) sektor pengadaan listrik dan gas, (3) sektor transportasi dan pergudangan, (4) sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, (5) sektor informasi dan komunikasi, (6) sektor jasa perusahaan, (7) sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial.


(44)

No Penulis, Tahun, dan Judul

Metode Analisis Kesimpulan

perhitungan Overlay

menunjukkan yang termasuk dalam sektor unggulan dan dominan adalah sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, dan sektor informasi dan komunikasi. 5. Hasil yang diperoleh dari analisis SWOT mengenai pengembangan perekonomian daerah yang teliti adalah dengan meningkatkan kualitas SDA di sektor basis serta meningkatkan produktivitas sektor unggulan melalui pemanfaatan SDA.

2. Nadia HM 2015, Analisis Penentu Sektor Unggulan Pembangunan Daerah dan Strategi Pengembangannya : Studi Kasus di Kabupaten Jembrana Tahun 2010-2014

1. Analisis

Location Quotient (LQ) 2. Analisis Shift

Share

3. Analisis

Overlay

4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) 5. Analisis Klassen Typology

6. Analisis SWOT

1. Hasil dari perhitungan LQ pada penelitian ini menunjukkan terdapat enam sektor yang dapat dikategorikan menejadi sektor basis antara lain sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan, sektor real estate, serta sektor informasi dan komunikasi.

2. Hasil yang didapat dari perhitungan Shift Share

menunjukkan sektor yang berpotensi adalah sektor transportasi dan pergudangan karena memiliki nilai terbesar dalam kontribusi PDRB


(45)

No Penulis, Tahun, dan Judul

Metode Analisis Kesimpulan

Provinsi Bali dan memiliki pertumbuhan pendapatan yang lebih cepat dari sektor yang sama di tingkat Provinsi Bali.

3. Perhitungan MRP

menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor potensial pada tingkat Kabupaten Jembrana maupun Provinsi Bali.

4. Hasil penelitian analisis

Overlay menunjukkan bahwa sektor transportasi dan pergudangan yang memiliki pertumbuhan dan kontribusi terbesar.

5. Hasil penelitian Klassen Typology sektor transportasi dan pergudangan merupakan sektor maju.

6. Hasil penelitian analisis SWOT, strategi pembangunan yang perlu diambil adalah meningkatkan perekonomian daerah melalui potensi sektor basis, meningkatkan kualitas pelayanan bidang kesehatan, pendidikan dan sosial dasar lainnya, meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik dan peningkatan daya saing ekonomi.

3. Wafiyulloh 2016, Analisis Pengembangan Wilayah Berbasis Sektor Unggulan dan Strategi Pengembangannya : Studi Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu

1. Analisis

Location Quotient

2. Analisis Shift Share

3. Analisis menurut

Klassen Typology

4. Analisis Overlay

5. Analisis MRP

1. Hasil dari perhitungan LQ yang didapat adalah bahwa sektor basis di daerah Ogan Komering Ulu adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikana, sektor pengadaan air, sampah, limbah dan daur ulang, sktor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan motor, sektor pengadaan


(46)

No Penulis, Tahun, dan Judul

Metode Analisis Kesimpulan

Tahun 2010-2014 6. Analisis SWOT akomodasi dan makan minum, sekor jasa keuangan, sektor

real estate, sektor jasa pendidikan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. 2. Hasil shift share

menunjukkan bahwa sektor peranian, kehutanan dan perikanan serta sektor real estate adalah sektor kompetitif yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Ogan Komring Ulu.

3. Hasil dari uji Klassen menunjukkan bahwa sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor jasa pendidikan serta sektor jasa lainnya merupakan sektor maju atau cepat tumbuh di Kabupaten Ogan Komering Ulu.

4. Hasil Overlay dari analisis gabungan tiga analisis yaitu LQ, Shift Share, dan

Klassen Typology dari semua sektor ternyata didapat bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, dan sektor jasa lainnya merupakan sektor unggulan yang memenuhi ketiga kriteria analisis diatas yaitu semua menunjukkan angka yang positif.

5. Hasil dari perhitungan MTRP yang menunjukkan RPR (+) dan RPS(+) adalah

sektor pengadaan listrik dan gas, dan juga sektor konstruksi yang berarti dapat dikategorikan menjadi sektor unggulan


(47)

No Penulis, Tahun, dan Judul

Metode Analisis Kesimpulan

mengenai pengembangan daerah adalah menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk mendorong datangnya investasi.

4. Firmansyah, 2013, Analisis Penentu Sektor Unggulan Perekonomian dengan Metode Analitycal Hierarchy Process

(AHP) dan Shift Share terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi di Kota Malang)

1. Analitycal Hierarchy Process (AHP)

1. Dilihat dari hasil

Analytical Hierarchy Process

(AHP), dengan kriteria sektor unggulan perekonomian diantaranya penyerapan tenaga kerja, teknologi, peluang investasi dan daya saing, sektor perdagangan hotel restoran menduduki prioritas pertama secara global dengan bobot 33,1%, kemudian sektor industri pengolahan 32,4%, sektor bangunan dan kontruksi 11,7%, sektor jasa–jasa menduduki prioritas terakhir dengan bobot 3,1%.

5. Mellywanty 2014, Analisis Sektor Ekonomi Potensial Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Perekonomian Kabupaten Gunungkidul Perode 2007-2012 1. Analisis Location Quotient 2. Analisis Shift

Share

3. Analisis Klassen

4. Analisis Perubahan Strktur Ekonomi

1. Terdapat dua sektor basis ekonomi di Kabupaten Gunungkidul yaitu sekor peranian dan sektor pertambangan

2. Hasil analisis shift share menunjukkan sektor pertanian merupakan sektor yang berkontribusi pada PDRB Kabupaten Gunung kidul. 3. Hasil dari analisis Klassen adalah bahwa sektor pertanian merupakan sektor maju dan cepat tumbuh di Kabupaten Gunungkidul,

sedangkan sektor

Pertambangan merupakan sektor maju tertekan.

4. Sektor Primer di Kabupaten Gunungkidul masih menjadi landasan mata pencaharian. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB


(48)

No Penulis, Tahun, dan Judul

Metode Analisis Kesimpulan

Kabupaten Gunungkidul sebesar 38,16%, namun mulai tahun 2010 sampai dengan 2012 cenderung menuru yang disebabkan oleh adanya pergeseran perekonomian daerah dari sektor pertanian kepada sektor perdagangan, industri dan jasa.

6. Pujiati 2009, Analisis Kawasan Andalan Di Jawa Tengah tahun 2001-2005

1. Analisis Klassen Typology

2. Analisis Location Quotient (LQ)

1. Hasil dari analisis typology klassen menunjukkan terdapat tujuh daerah yang termasuk daerah maju dan cepat tumbuh antara lain Kabupaten Kudus, Kbupaten Cilacap, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Surakarta, Kabupaten Semarang dan Kota Semarang. Sementara untuk daerah maju tertekan terdapat Kota Semarang, Kota Magelang, Kabupaten Kendal dan Kota Salatiga. Daerah maju dan cepat tumbuh dapat disebut Kawasan Andalan dikarenakan pertumbuhan PDRB dan pendapatan perkapita daerah lebih tinggi daripada Jawa Tengah.

2. Hasil perhitungan LQ menunjukkan bahwa sektor basis untuk Kabupaten atau Kota yang termasuk Kawasan andalan adalah terletak pada sektor sekunder dan tersier. Indeks spesialisasi regional antar kawasan andalan mengarah pada diversifikasi sektor usaha.


(49)

C. Model Penelitian

Potensi ekonomi suatu daerah dapat ditunjukkan oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dilihat dari besaran PDRB yang dihasilkan, laju pertumbuhan ekonomi, dan pendapatan perkapita yang kemudian dapat digunakan untuk menentukan kategori tipologi daerah. Untuk menentukan sektor basis dalam perencanaan pengembangan pembangunan daerah dari segi kontribusi dan besaran tingkat spesialisasi sektor.


(50)

Potensi Ekonomi Kota Magelang

Sektor Potensial

Dalam Pengembangan

Wilayah

Penentuan Sektor Basis atau sektor unggulan (Metode

LQ)

Strategi Pengembangan

Kawasan Andalan (SWOT) Pengembangan &

Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Klasifikasi Klassen

Wilayah

Strenght Prioritas

Pembangunan Daerah (Anaisis SWOT)

Weakness Opportunity

Threat

Gambar 2. 1


(51)

38

Penelitian ini dilakukan di Kota Magelang yang merupakan salah satu kota yang ditetapkan menjadi kawasan andalan wilayah jawa tengah pada Perda Jawa Tengah No. 6 tahun 2010 mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jawa Tengah Periode Tahun 2009 – 2029. Kota Magelang merupakan daerah yang ditetapkan sebagai objek penelitian karena potensi yang dimiliki serta kemampuan daerah untuk menjadi kawasan andalan. Berdasarkan letak geografis, luas wilayah dan populasi penduduk, menjadikan Kota Magelang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

time series. Data sekunder adalah data-data pendukung yang didapat dari buku-buku, jurnal-jurnal, artikel, majalah, dan sebagainya yang memiliki relevansi dengan penelitian atau dengan mengambil dari sumber lain yang dipublikasikan oleh lembaga yang dianggap kompeten berupa data PDRB Kota Magelang dan Provinsi Jawa Tengah dalam periode tahun 2010-2014.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah berbagai macam sumber yang diperoleh melalui data sekunder yang berasal dari BPS Kota Magelang, BPS


(52)

Provinsi Jawa Tengah, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan sumber lain seperti internet dan studi kepustakaan. Obyek penelitian ini adalah Kota Magelang dengan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2010 dari tahun 2010-2014. Data yang digunakan terbatas pada tujuh belas sektor yang ada dalam komponen PDRB dengan kemudian melakukan perbandingan terhadap PDRB di tingkat Provinsi Jawa Tengah atas dasar harga konstan 2010 dari tahun 2010-2014.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode dokumentasi merupakan suatu teknik dalam memperoleh serta mengumpulkan data atau informasi mengenai berbagai hal yang memiliki kaitan dengan penelitian, dengan cara memeriksa kembali laporan-laporan tertulis baik berupa angka maupun keterangan. Oleh sebab itu, untuk kepentingan penelitian ini penulis menerapkan teknik dokumentasi. Pada penelitian memakai metode dokumentasi untuk mengetahui data PDRB Kota Magelang dengan data tahun terkini atas dasar harga konstan, gambaran dan kondisi umum perekonomian Kota Magelang yang bersumber dari dokumentasi BPS dan BAPPEDA Kota Magelang serta data-data komoditas unggulan lainnya. Selain data-data laporan tertulis untuk kepentingan penelitian ini juga didapat berbagai data, informasi dan referensi dari sumber pustaka, media massa dan internet.


(53)

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Potensi Ekonomi

Total kontribusi yang diberikan masing-masing sektor terhadap pendapatan daerah masing-masing kota/kabupaten. Kontribusi ekonomi biasanya dihitung dengan jumlah PDRB yang dihasilkan. 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu wilayah, yang kemudian dapat dilihat berdasarkan harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB dimaksudkan sebagai jumlah nilai tambah yang terbentuk oleh keseluruhan kegiatan ekonomi yang ada dalam suatu wilayah dalam k waktu tertentu biasanya satu periode atau satu tahun. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang terpakai dalam penelitian ini adalah atas dasar harga konstan tahun 2010.

3. Sektor-sektor Ekonomi

Terdapat tujuh belas sektor ekonomi di masing-masing kabupaten/kota. Adapun sektor-sektor perekonomian dimaksud yakni: 1) Pertanian, kehutanan dan perikanan

2) Pertambangan dan penggalian 3) Industri pengolahan

4) Pengadaan listrik dan gas


(54)

6) Konstruksi

7) Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor 8) Transportasi dan pergudangan

9) Penyediaan akomodasi dan makan minum 10) Informasi dan komunikasi

11) Jasa keuangan dan asuransi 12) Real estate

13) Jasa perusahaan

14) Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan 15) Jasa pendidikan

16) Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 17) Jasa lainnya

4. Sektor Basis dan Sektor Non Basis

Adalah sektor yang mampu mengekspor barang-barang dan jasa-jasa keluar dari batas perekonomian masyarakatnya apabila dibandingkan dengan sektor yang sama pada lingkup yang lebih luas sehingga dalam hal ini sektor basis dapat diatakan sebagai sektor unggulan. Dikatakan sektor basis bila memiliki nilai LQ>1. Sedangkan sektor non basis adalah sektor yang hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan masyarakat daerah itu sendiri dan sektor ini tidak dapat mengeskpor barang diluar daerah dengan nilai LQ<1.


(55)

F. Metode Analisis Data

1. Analisis Tipologi Klassen

Analisis Tipologi Klassen ini dimanfaatkan untuk dapat mengetahui pola serta struktur pertumbuhan ekonomi dari masing-masing daerah. Berdasarkan pertumbuhan ekonomi wilayah yang tercermin melalui pertumbuhan PDRB daerah yang bersangkutan serta pendapatan perkapita daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal serta rata-rata pendapatan perkapita daerah sebagai sumbu horizontal. Gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan daerah ini, dapat dimanfaatkan guna memperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi daerah di masa mendatang. Selain hal tersebut, gambaran pola dan struktur pertumbuhan daerah ini dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan pemerintah daerah dalam merumuskan dan mengambil kebijakan ekonomi.

Menurut tipologi daerah, daerah dibagi menjadi 4 klasifikasi, atau empat kuadran ( Emilia dan Amilia dalam Aditya 2013) yaitu:

Daerah cepat maju atau tumbuh cepat merupakan daerah dengan laju pertumbuhan ekonomi daerah serta pendapatan perkapita yang lebih besar dari pada rata-rata regional

Daerah maju tertekan merupakan daerah dengan pendapatan perkapita yang lebih besar dari pendapatan perkapita provinsi, namun memiliki


(56)

tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih kecil dari rata-rata pertumbuhan ekonomi di tingkat regional atau provinsi.

Daerah cepat berkembang merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi lebih besar, namun pendapatan perkapita lebih kecil dari rata-rata pendapatan perkapita regional.

Daerah relatif tertinggal merupakan daerah dengan kedua indikator yaitu pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita lebih kecil dari rata-rata regional.

Tabel 3. 1

Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Tipologi Klassen y

r

yi > y yi < y

ri > r

Daerah maju atau tumbuh cepat

Daerah cepat berkembang ri < r Daerah maju tertekan Daerah relatif tertinggal

Sumber : Syafrizal, 1997

Keterangan:

ri adalah laju pertumbuhan PDRB daerah studi, r adalah laju pertumbuhan PDRB regional , yi adalah pendapatan perkapita daerah studi, y adalah pendapatan perkapitan regional.


(57)

2. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis LQ merupakan alat analisis yang berguna untuk mengidentifikasi basis ekonomi suatu wilayah terutama dari kriteria kontribusi. Analisis ini dapat mengetahui besaran tingkat spesialisasi basis ekonomi atau unggulan di suatu daerah. Analisis LQ juga digunakan untuk mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan ekonomi dalam suatu daerah dengan membandingkan peranan kegiatan sejenis dalam perekonomian regional atau nasional. Perhitungan basis tersebut menggunakan variabel PDRB daerah atas suatu kegiatan dalam struktur ekonomi wilayah. Rumus menghitung LQ ( LincolinArsyad, 1999) adalah :

LQ

=

�/ �

�/ � Keterangan :

LQ : Koefisien Location Quotient

Xi : Output sektor i daerah studi (Kota/Kabupaten) Xt : Output total daerah studi (Kota/Kabupaten)

Yi : Output sektor i daerah referensi (regional/nasional) Yt : Output total daerah referensi (regional/nasional)

Menurut Bendavid Val dalam Aditya (2013) rumus diatas tmenghasilkan tiga kriteria perhitungan Location Quotient (LQ) dalam perekonomian daerah yaitu :


(58)

Jika nilai LQ>1, maka sektor yang bersangkutan di daerah studi lebih terspesialisasi dibandingkan dengan daerah referensi. Artinya, sektor tersebut dalam perekonomian daerah di wilayah studi mempunyai keunggulan komparatif dan dapat dikategorikan sebagai sektor basis.

Jika nilai LQ<1, maka sektor yang bersangkutan di daerah studi kurang terspesialisasi dibandingkan dengan daerah referensi. Sektor tersebut dikategorikan sebagai sektor non basis.

Jika nilai LQ=1, maka sektor yang bersangkutan di daerah studi dan daerah referensi memiliki peningkatan yang sama

3. Analisis SWOT

Menurut Perce dan Robinson dalam Muhammad Ghufron (2008) analisis SWOT dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan juga menyelaraskan indikator-indikator yang berasal dari internal maupun eksternal lingkungan secara sistematis, dan dapat berperan sebagai katalisator dalam proses pembuatan perencanaan pembangunan strategis. Analisis SWOT dapat dimanfaatkan untuk menformulasi dan mengimplementasikan strategi pembangunan yang dapat dilihat dari dua indikator, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dari daerah tersebut, sedangkan faktor eksternal meliputi peluang yang dapat dimanfaatkan dan juga ancaman maupun hambatan yang perlu dihadapi. Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah bahwa strategi yang jitu dan efektif akan serta merta memaksimalkan


(59)

peluang atau kekuatan yang dimiliki dan juga dapat meminimalkan ancaman dan kelemahan.

Indikator-indikator yang dievaluasi dalam merumuskan SWOT adalah Kekuatan yang dimiliki meliputi keunggulan kompetitif dan memiliki kompetensi (Strenght), kelemahan-kelemahan yang ada dapat menjadi hambatan kesuksesan suatu strategi yang juga dapat menjadi hambatan (Weakness), peluang yang muncul dapat dimanfaatkan untuk dapat membatasi hambatan (Opportunity), disamping adanya peluang yang muncul maka ancaman yang dapat menghalangi pencapaian tujuan pun tidak dapat dihindari. Terdapat empat kemungkinan strategi alternatif yaitu strategi kekuatan dan peluang (SO), strategi kelemahan dan peluang (WO), strategi Kelemahan dan ancaman (WT) dan strategi kekuatan dan ancaman (ST).

Delapan tahap pembentukan matriks SWOT, yaitu : a. Pembuatan daftar kunci kekuatan internal

b. Pembuatan daftar kunci kelemahan internal. c. Pembuatan daftar peluang eksternal.

d. Pendataan ancaman eksternal.

e. Menyelaraskan kekuatan yang dimiliki internal dengan peluang eksternal, kemudian memasukkan hasilnya dalam sel strategi SO f. Menyelaraskan kelemahan internal yang ada dengan peluang


(60)

g. Menyelaraskan kekuatan internal yang dimiliki dengan ancaman eksternal, kemudian memasukkan hasilnya dalam sel strategi ST h. Menyelaraskan kelemahan internal yang ada dengan ancaman

eksternal, kemudian memasukkan hasilnya dalam sel strategi WT.

Internal Eksternal STRENGTH (S) Daftar Kekuatan Internal WEAKNESS (W) Daftar Kelemahan Internal OPPORTUNITIES (O) Daftar Peluang Eksternal STRATEGIS SO Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WO Memanfaatkan peluang

yang muncul untuk mengatasi kelemahan THREATS (T) Daftar Ancaman Ekstenal STRATEGIS ST Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman STRATEGI WT Memperkecil kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber: Muhammad Ghufron (2008)

Gambar 3. 1 Matriks SWOT


(61)

48 1. Letak dan Batas Wilayah

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Secara geografis provinsi Jawa Tengah terletak antara 5◦40’ dan 8◦30’ Lintang Selatan dan antara 108◦30’ dan 111◦30’ Bujur Timur, adapun jarak terjauh dari Barat ke Timur yaitu 263 km dan dari Utara keSelatan 226 km. Jawa tengah secara administratif terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota. Luas wilayah Jawa Tengah sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04 persen dari keseluruhan luas pulau jawa.

Gambar 4. 1


(62)

Kota Magelang secara geografis terletak pada 7◦26’18” dan 7◦30’9” Lintang Selatan dan antara 110◦12’30” dan 110◦12’52” Bujur Timur. Dilihat dari peta orientasi Provinsi Jawa Tengah, Kota Magelang berada pada posisi yang strategis karena keberadaannya yang terletak di tengah-tengah, sehingga mudah dijangkau dari berbagai arah. Secara geoekonomis, Kota Magelang merupakan daerah strategis yang terletak pada persilangan jalur transportasi utama Semarang-Yogyakarta, jalur kegiatan ekonomi Semarang-Yogyakarta-Purworejo dan jalur wisata Yogyakarta-Borobudur-Kopeng dan dataran tinggi Dieng.

Gambar 4. 2


(63)

Kota Magelang merupakan salah satu kabupaten/kota yang ada di Jawa Tengah yang terletak di tengah-tengah daerah Kabupaten Magelang sehingga semua batas daerah Kota Magelang merupakan wilayah administratif Kabupaten Magelang. Adapun batas wilayah Kota Magelang sebelah utara yaitu berbatasan dengan Kecamatan secang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Mertoyudan, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bandongan dan sebelah timur berbatasan lngsung dengan Kecamatan Tegalrejo.

Secara topografis Kota Magelang merupakan dataran tinggi yang berada 380 m di atas permukaan laut, dengan kemiringan berkisar 5◦sampai 45◦ sehingga Kota Magelang merupakan wilayah bebas banjir. Klimatologi Kota Magelang dikategorikan daerah beriklim basah dengan temperatur bervariasi antara 20◦ C sampai 29◦ C, adapun curah hujan 8,16 mm/ hari, ditahun 2016 hari hujan banyak terjadi pada bulan januari dengan hari hujan sebanyak 24 hari.

Struktur dan karakteristik geologi Kota Magelang yaitu berupa dataran alluvium yang penyebarannya sampai pada bagian selatan dan pinggiran Sungai Progo dan Sungai Elo. Dataran alluvium ini tersusun oleh batuan hasil rombakan bebatuan tua yang bersifat lepas. Secara umum wilayah Kota Magelang tersusun atas empat formasi batuan yaitu batuan sedimen, batuan gunung api, batuan beku trobosan dan batuan endapan alluvial.


(64)

2. Wilayah Kecamatan di Kota Magelang

Kota Magelang memiliki luas daerah 18.120 kilometer persegi yang terbagi menjadi tiga Kecamatan administratif, yaitu Kecamatan Magelang Utara, Kecamatan Magelang Tengah dan Kecamatan Magelang Selatan dengan luas wilayah berturut-turut 6.128 km2, 5.104 km2, dan 6.888 km2.

Kota Magelang terdiri dari 3 Kecamatan, dan 17 Kelurahan dengan wilayah meliputi :

1) Kecamatan Magelang Utara terdiri dari Kelurahan Kedungsari, Kelurahan Kramat Selatan, Kelurahan Kramat Utara, Kelurahan Potrobangsan dan Kelurahan Wates.

2) Kecamatan Magelang Tengah terdiri dari Kelurahan Cacaban, Kelurahan Gelangan, Kelurahan Kemirirejo, Kelurahan Magelang, Kelurahan Panjang dan Kelurahan Rejowinangun Utara.

3) Kecamatan Magelang Selatan terdiri dari Kelurahan Jurangombo Selatan, Kelurahan Jurangombo Utara, Kelurahan Magersari, Kelurahan Rejowinangun Selatan, Kelurahan Tidar Selatan dan Kelurahan Tidar Utara.

B. Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Pada tahun 2015 jumlah penduduk Kota Magelang sebesar 120.952 jiwa dengan yang terdiri dari 59.591 jiwa penduduk laki-laki dan 61.361 jiwa penduduk perempuan. Adapun laju pertumbuhan penduduk Kota


(65)

Magelang sebesar 0,51% dengan sex ratio sebesar 97,12%. Kecamatan dengan penduduk terpadat adalah Kecamatan Magelang Tengah dengan kontribusi sebesar 36,04%, urutan berikutnya ditempati oleh Kecamatan Magelang Selatan dengan kontribusi sebanyak 33,56% dan urutan terakhir ditempati oleh Kecamatan Magelang Utara.

Adapun jumlah penduduk Kecamatan Magelang Tengah sebanyak 44.022 jiwa dengan komposisi 21.391 jiwa penduduk laki-laki dan 22.631 jiwa penduduk perempuan, jumlah penduduk yang berada di Kecamatan Magelang Selatan berjumlah 40.591 jiwa dengan komposisi 20.543 jiwa penduduk laki-laki dan 20.048 jiwa penduduk perempuan, jumlah penduduk Kecamatan Magelang Utara sebesar 36.339 jiwa penduduk dengan komposisi 17.657 jiwa penduduk laki-laki dan 18.682 jiwa penduduk perempuan.

Komposisi jumlah penduduk Kota Magelang menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki-laki. Hal ini mengindikasikan perlunya kegiatan pemberdayaan perempuan yang dicanangkan oleh pemerintah untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya perempuan serta meningkatkan kapasitas diri perempuan sebagai upaya untuk menuju pembangunan berkelanjutan.

Dilihat dari pola penyebaran penduduk Kota Magelang yaitu terpusat pada Kecamatan Magelang Tengah yang berarti bahwa pusat kegiatan Kota Magelang terdapat di Kecamatan Magelang Tengah. Perlu adanya tindak


(1)

a. Menciptakan keadaan kondusif yang meningkatkan perekonomian Kota Magelang agar dapat bertahan pada persaingan antar daerah dan pada pasar bebas MEA.

4. Strategi Weakness-Threat (W-T)

Strategi W-T merupakan strategi yang diperoleh dengan mengatasi semua unsur kelemahan internal Kota Magelang yang berpotensi menyebabkan ancaman yang ada menjadi nyata atau bahkan menimbulkan ancaman baru. Strategi W-T yang dihasilkan antara lain :

a. Menciptakan iklim usaha yang baik dan kompetitif untuk menarik minat investor.

b. Mendorong pengembangan sektor industri pengolahan agar dapat bersaing dengan daerah lain.

E. SIMPULAN SARAN 1) Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang digunakan maka dapat disimpulkan : 1. Hasil analisis Tipologi Klassen yang dilakukan menunjukkan bahwa

rata-rata laju pertumbuhan PDRB sebesar 5,60 persen lebih besar dibandingkan rata-rata laju pertumbuhan PDRB Jawa Tengah sebesar 5,39 persen, selain itu rata-rata pendapatan perkapita Kota Magelang sebesar Rp. 3.858.488 sementara Jawa tengah sebesar Rp. 2.144.613, sehingga pendapatan perkapita Kota Magelang lebih unggul dibandingkan Jawa Tengah maka Kota Magelang termasuk dalam Kategori daerah maju dan cepat tumbuh yang secara langsung menandakan bahwa Kota Magelang merupakan kawasan andalan di Jawa Tengah dan juga sebagai pusat pertumbuhan ekonomi daerah. 2. Hasil analisis Location Quotient (LQ) yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa terdapat 14 sektor dengan nilai LQ>1 yaitu sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real estate, sektor jasa perusahaan, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, sektor jasa pendidikan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial dan sektor jasa lainnya. Sektor-sektor tersebut merupakan sektor basis Kota Magelang yang dinilai potensial untuk dikembangkan agar dapat meningkatkan penerimaan daerah. Adapun sektor dengan nilai LQ<1 selain sektor pertambangan dan penggalian adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan serta sektor industri pengolahan yang dinilai kurang potensial untuk dikembangkan sehingga dapat menggerakkan perekonomian Kota Magelang.

3. Analisis SWOT yang telah dilakukan menghasilkan strategi pengembangan kawasan andalan yaitu Meningkatkan posisi ekonomi Kota Magelang untuk dapat bersaing di pasar bebas MEA,


(2)

mengembangkan produk sektor basis dengan memanfaatkan kemajuan teknologi serta memaksimalkan promosi produk sektor basis tersebut, memaksimalkan realisasi investasi dan juga menciptakan iklim usaha kondusif.

2) Saran

1. Pemerintah daerah sebaiknya memprioritaskan pengembangan sektor basis atau unggulan dalam pembangunan daerah agar sektor basis dimiliki mampu bersaing dengan sektor yang sama di daerah lain, dan mengikut sertaan sektor non basis sebagai penunjang keberadaan sektor basis.

2. Pemerintah daerah sebaiknya mencanangkan program-program pemasaran produk industri kreatif melalui motto “ Aku Cinta Produk

Magelang” yang dimulai dengan mewajibkan penggunaan produk

industri kreatif oleh para pegawai negeri sipil dan siswa sekolah. 3. Pemerintah daerah menggunakan kekuatan dan peluang ekonomi yang

dimiliki seperti pasar bebas MEA, kemajuan teknologi, serta adanya kebijakan bebas VISA untuk memperkuat posisi ekonomi Kota Magelang di Provinsi Jawa Tengah dengan mengurangi kelemahan dan ancaman berupa persaingan ekonomi antar daerah, bencana alam serta pasar bebas MEA yang selain menjadi peluang juga dapat menjadi ancaman.

4. Mengembangkan kerjasama yang terjalin dengan daerah sekitar Kota Magelang secara intensif dan berkesinambungan guna mencapai pembangunan ekonomi yang optimal dan menurunkan ketimpangan pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitar.

3) Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini masih terdapat banyak keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki, namun peneliti berusaha semaksimal mungkin dalam melakukan penelitian dan penyusunan. Adapun keterbatasan yang dimiliki antara lain sebagai berikut :

1. Periode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 2010 sampai tahun 2015, sehingga penelitian terbatas pada kondisi ekonomi yang terjadi pada periode tersebut.

2. Penelitian ini terbatas pada penentuan sektor basis atau unggulan dan tidak membahas sub sektor maupun komoditi unggulan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad Lincolin, 1999. Ekonomi Pembangunan, Edisi 4, Cetakan Pertama, STIE YKPN, Yogyakarta.

Arsyad Lincolin, 2002. Pengntar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah, Edisi Kedua, BPEP, Yogyakarta.

Bappeda, 2014. Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Magelang Tahun 2015, Bapedda Kota Magelang.

BPS, 2011. Kota Magelang Dalam Angka 2010, BPS Kota Magelang. BPS, 2012. Kota Magelang Dalam Angka 2011, BPS Kota Magelang. BPS, 2013. Kota Magelang Dalam Angka 2012, BPS Kota Magelang. BPS, 2014. Kota Magelang Dalam Angka 2013, BPS Kota Magelang. BPS, 2015. Kota Magelang Dalam Angka 2014, BPS Kota Magelang. BPS, 2016. Kota Magelang Dalam Angka 2015, BPS Kota Magelang. BPS, 2011. Jawa Tengah Dalam Angka 2010, BPS Jawa Tengah. BPS, 2012. Jawa Tengah Dalam Angka 2011, BPS Jawa Tengah. BPS, 2013. Jawa Tengah Dalam Angka 2012, BPS Jawa Tengah. BPS, 2014. Jawa Tengah Dalam Angka 2013, BPS Jawa Tengah. BPS, 2015. Jawa Tengah Dalam Angka 2014, BPS Jawa Tengah. BPS, 2016. Jawa Tengah Dalam Angka 2015, BPS Jawa Tengah.

BPS, 2015. Produk Domestik Regional Bruto Kota Magelang Menurut lapangan Usaha 2014, BPS Kota Magelang.

BPS, 2016. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah Menurut lapangan Usaha 2011-2015, BPS Jawa Tengah.

BPS, 2016. Produk Domestik Regional Bruto Kota Magelang Menurut lapangan Usaha 2011-2015, BPS Kota Magelang.

Firmansyah Rizky, 2013. “Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Shift Share terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi di Kota Malang)”, Jurnal Ilmiah, Universitas Brawijaya, Malang.


(4)

Ghufron M, 2008. “Analisis Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor Unggulan Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur”, Skripsi., Institut Pertanian Bogor, Bogor.

http://ppid.magelangkota.go.id, diakses tanggal 16 November 2016 pukul 22.15 WIB.

Hudiyanto, 2013. Ekonomi Pembangunan, Pusat Pengembangan Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Jhingan Ml, 1992. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Grafindo Persada, Jakarta.

Kuncoro M dan Aswandi H, 2002. “Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan Studi Empiris Di Kalimantan Selatan 1993-1999”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 17, No. 1, 27-45.

Kuncoro Mudrajad, 2000. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah dan Kebijakan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Mellywanty, 2014. “Analisis Sektor Ekonomi Potensial Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Perekonomian Kabupaten Gunungkidul Periode 2007-2012”, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Nadia HM, 2015. “Analisis Penentu Sektor Unggulan Pembangunan Daerah dan

Strategi Pengembangannya (Studi Kasus di Kabupaten Jembrana Tahun 2010-2014)”, Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Pujiati, 2009. “Analisis Kawasan Andalan Di Jawa Tengah”, Jurnal Ilmu Ekonomi ASET,Vol 11, No. 2.

Putra, Aditya Nughraha, 2013. “Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota Di

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Retno SP, 2015. “Analisis dan Strategi Pengembangan Ekonomi DI Kabupaten Magelang Tahun 2010-2014, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Republik Indonesia, 2004. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Sekretariat Negara, Jakarta.

Republik Indonesia, 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Sekretariat Negara, Jakarta.

Republik Indonesia, 2016. Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016 tentang Pemberian Bebas VISA. Sekretariat Negara, Jakarta.


(5)

Richardson, 2001. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional, FE UI, Jakarta.

Robinson Tarigan, 2004. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi, Bumi Aksara, Jakarta.

Sabana Choliq, 2007. “Analisis Pengembangan Kota Pekalongan Sebagai Salah

Satu Kawasan Andalan Di Jawa Tengah”, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang.

Soepono Prasetyo, 2000. “Model Gravitasi Sebagai Alat Pengukur Hinterland Dari Central Place: Suatu Kajian Teoritik”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol 15, No. 4.

Syafrizal, 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat, Prisma, Jakarta.

Todaro, MP, 1987. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga Jilid I, Erlangga, Jakarta. Todaro, MP, 2000. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga (H. Munandar, Trans.

Edisi Ketujuh.), Erlangga, Jakarta.

Wafiyulloh, 2016. “ Analisis Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor Unggulan dan

Strategi Pengembangannya (Studi Kasus Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2010-2014)”, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.


(6)

BIODATA

Nama : Rica Ayu Nuraini

Tempat/tanggal lahir : Sanggau, 14 November 1993

Alamat : Jl. Sumbing No 10 E Bumirejo Mungkid Magelang Email : richaayun@gmail.com