PA : Peningkatan Nilai Produk UKM Kopyah Kaji "President Muslim" Melalui Kemasan Cetak Offset.

(1)

MELALUI KEMASAN CETAK OFFSET

PROYEK AKHIR

S T I K O M

S U R A B A Y A

Nama : KHURRI ASTHOFANI

NIM : 09.39090.0011 Program : DIII (Diploma Tiga)

Jurusan : Komputer Grafis dan Cetak

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER

SURABAYA


(2)

  iv 

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. 1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan ... 4

1.5 Manfaat ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Desain ... 7

2.2 Kemasan ... 9

2.3 Tahap Cetak (Offset Printing) ... 10

2.4 Biaya Produksi ... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN DESAIN ... 14

3.1 Studi Eksisting ... 14


(3)

  v 

BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN ... 29

4.1 Desain ... 29

4.2 Kemasan ... 34

4.3 Tahap Cetak (Offset Printing) ... 35

4.4 Biaya Produksi ... 40

BAB V PENUTUP ... 43

5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

BIODATA ... 45

LAMPIRAN ... 46  


(4)

  BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proyek Akhir ini mengambil judul “Peningkatan Nilai Produk UKM Kopyah Kaji President Muslim Melalui Kemasan Cetak Offset”. Topik pada UKM ini belum pernah diangkat melalui studi ilmiah tersebut. Proyek ini mengangkat topik upaya peningkatan nilai produk yang selama ini, kemasan tidak menjadi fokus utama. Pengangkatan topik menjadi penting karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat dan dinamis serta dimulainya era globalisasi yang menyebar di seluruh kawasan dunia, membuat packaging atau kemasan mempunyai peran yang sangat penting terhadap komoditi atau produk yang dikemas. Hal ini terkait erat dengan nilai jual dan citra produk yang tidak dapat terpisahkan dari kemasan itu sendiri.

Packaging atau kemasan yang baik, dituntut untuk memiliki keempat fungsi dasar kemasan yaitu sebagai alat pelindung terhadap produk, sebagai alat untuk memudahkan proses distribusi, media promosi atau display terhadap produk serta sebagai media informasi produk terhadap konsumen (Joost Bardman, Structural Package Designs 2003). Disamping memiliki keempat fungsi dasar kemasan, kemasan yang baik harus memperhatikan penggunaan bahan baku kemasan dan desain kemasan yang sangat menentukan nilai daya jual sebuah produk. Faktor-faktor inilah yang membuat suatu packaging atau kemasan semakin diperhatikan oleh kalangan dunia usaha terhadap produk-produk yang diedarkannya.


(5)

Salah satu jenis usaha yang menjadi faktor penting terhadap perekonomian nasional dan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat (dalam hal ini merupakan negara Indonesia) adalah Usaha Kecil Menengah (UKM). “UKM merupakan segmen pelaku usaha yang sangat besar di dalam peta pelaku perekonomian Indonesia”, menurut Syarief Hasan selaku Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Dengan banyaknya jumlah UKM yang beredar di negara Indonesia maka diharapkan dari sektor UKM sendiri mampu menyediakan lapangan kerja yang baru bagi masyarakat, meningkatkan konstribusi yang signifikan terhadap perekonomian negara, meningkatkan nilai ekspor negara, penanaman investasi, pengembangan inovasi produk serta persemaian wirausaha baru.

UKM tidak hanya bergerak di satu bidang namun bermacam-macam bidang, antara lain : makanan, minuman, obat tradisional, tekstil, penerbitan dan lain-lain. Para UKM saling berlomba merebut pangsa pasar dengan menciptakan variasi produk mereka. Dengan adanya variasi produk itulah permintaan UKM terhadap kemasan semakin tinggi karena sebagai pembeda produk dan penambahan nilai sosial dari masyarakat terhadap usaha UKM tersebut. Para UKM tersebut mempunyai pemikiran bahwa, “Dengan kita menciptakan variasi produk kita, maka kepercayaan masyarakat terhadap usaha dan produk kita semakin besar namun tetap memperhatikan kualitas dan keindahan produk kita”. Mayoritas konsumen (pembeli produk) membeli produk yang berkemasan karena kelihatan bersih, rapi dan ringkas. Kemasan mempunyai peranan penting dalam produk, selain melindungi produk yang dikemas, bisa meningkatkan nilai dari produk itu sendiri.


(6)

Produk UKM Kopyah Kaji “President Muslim” yang penulis studi merupakan produk item kedua, yang produk ini merupakan produk baru. Produk ini sebelumnya dibungkus plastik yang panjang sehingga satu plastik bisa menampung 100-200 pcs Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua, karena belum ada pembungkusnya. Dari pihak UKM sendiri ingin membuat kemasan untuk produk Kopyah Kaji “President Muslim” ini. Awalnya dari UKM ini ingin menggunakan plastik yang berlabel, namun karena semua produk UKM ini menggunakan kemasan cetak offset sehingga produk terbaru ini mengharuskan menggunakan kemasan cetak offset. Pihak UKM memilih produknya menggunakan kemasan karena dengan kemasan, produk yang dijual terlihat bersih, rapi dan ringkas. Konsumen pembeli produk tersebut juga akan puas karena produk yang dibelinya masih terlindung dan bersih.

Dari pihak penulis mempunyai harapan bahwa UKM yang dijadikan pembelajaran ilmiah ini, tentang kemasan produk UKM tersebut dan yang nantinya akan dicetak massal bisa meningkatkan citra produk dan meningkatkan penjualan produk.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah bagaimana membuat kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua yang mengangkat nilai jual yang berkonsep simplicity ?.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah di sini merupakan batasan suatu masalah penulis di dalam membuat desain kemasan sesuai dengan permintaan UKM. Untuk membuat suatu kemasan yang berkualitas baik, membuat produk dikenal baik dan dipercaya di


(7)

masyarakat melalui kemasan dan murah tidaklah mudah. Oleh karena itu dibutuhkan adanya penelitian, pengujian dan perhitungan yang cukup sehingga kemasan yang akan dicetak nantinya sesuai dan efisien. Kemasan berkonsep simplicity yang berarti kemasan yang mempunyai hal-hal bersifat infomatif, efisien dan mudah, di sini dari segi bentuk kemasan, warna dan kertas yang tidak lain disesuaikan dengan produk. Pemilik UKM Songkok dan Kopyah Kaji “President Muslim” memberi studi kepada penulis tentang batasan kriteria kemasan tersebut, antara lain :

- Kertas Art Carton 260 gsm.

- Desain 2 tinta warna, visualisasi 3 warna. - Visualisasi terdiri dari vektor dan image.

Dengan data-data yang diperoleh tersebut, penulis bisa membuat desain kemasan sesuai permintaan pemilik UKM.

1.4 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan Proyek Akhir pembuatan dan pengembangan kemasan bagi UKM adalah sebagai berikut :

a. Sebagai sarana penerapan dan pengaplikasian ilmu yang telah diberi dan diajarkan pada jurusan DIII Komputer Grafis dan Cetak STIKOM Surabaya terhadap kalangan dunia UKM.

b. Sebagai sarana mempelajari dan memahami bagaimana manfaat langsung packaging atau kemasan terhadap promosi variasi produk dan peningkatan nilai produk UKM (dalam hal ini merupakan Kopyah Kaji merk President Muslim item kedua).


(8)

c. Sebagai sarana untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak dan bermanfaat pada industri percetakan dan dunia UKM khususnya untuk proses pembuatan suatu packaging atau kemasan dari pengolahan file digital artwork, kalkulasi biaya sampai pengaplikasiannya terhadap proses cetak beserta permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi.

d. Sebagai salah satu syarat kelulusan Program Studi DIII Komputer Grafis dan Cetak STIKOM Surabaya yaitu dengan melaksanakan mata kuliah Proyek Akhir.

e. Sebagai salah satu media dan studi untuk pengembangan kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” yang inovatif dan berharap tidak hanya dikenal di suatu daerah atau wilayah namun nasional bahkan mendunia.

1.5 Manfaat

Manfaat dari pelaksanaan mata kuliah Proyek Akhir Program Studi DIII Komputer Grafis dan Cetak STIKOM Surabaya adalah sebagai berikut :

a. Manfaat Empiris

1. Variasi setiap jenis produk UKM dapat dipromosikan dan nilai dari produk ikut meningkat melalui kemasan.

2. Diharapkan mampu meningkatkan penjualan variasi produk UKM dan mempromosikannya terhadap masyarakat melalui kemasan.

3. Mendapatkan kemasan dengan material yang efisien namun tidak mengurangi kualitas keindahan dari kemasan tersebut.

4. Diharapkan kemasan yang akan dicetak massal bisa menerapkan konsep simplicity yang berarti infomatif, efisien dan mudah, di sini dari segi bentuk kemasan, warna dan kertas yang tidak lain disesuaikan dengan produk.


(9)

5. Sebagai studi untuk pengembangan kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” yang inovatif dan berharap tidak hanya dikenal di suatu daerah atau wilayah namun nasional bahkan mendunia.

b. Manfaat keilmuwan

1. Mengetahui dan mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam proses pembuatan packaging atau kemasan yang diperuntukkan bagi UKM dalam bentuk mass production.

2. Mengetahui tentang material atau bahan baku apa saja yang diperlukan dalam pembuatan suatu packaging atau kemasan yang diperuntukkan untuk UKM dalam bentuk mass production.

3. Mendapatkan pemahaman tentang bagaimana alur dari suatu pembuatan packaging atau kemasan dari awal proses pengolahan final artwork sampai ke tahap proses mass production di mesin cetak.

4. Mehamami kalkulasi biaya dalam proses manajemen proses produksi untuk suatu packaging atau kemasan yang diproduksi dalam jumlah banyak atau mass production.

5. Memahami pentingnya pembagian waktu atau time scedhule yang efektif dan efisien dalam proses pembuatan suatu packaging atau kemasan untuk UKM yang diproses dalam jumlah mass production.


(10)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Desain

Desain Grafis berasal dari 2 buah kata yaitu Desain dan Grafis, kata Desain berarti proses atau perbuatan dengan mengatur segala sesuatu sebelum bertindak atau merancang. Sedangkan Grafis adalah titik atau garis yang berhubungan dengan cetak mencetak. Jadi dengan demikian, Desain Grafis adalah kombinasi kompleks antara kata-kata, gambar, angka, grafik, foto dan ilustrasi yang membutuhkan pemikiran khusus dari seorang individu yang bisa menggabungkan elemen-elemen ini, sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang khusus atau sangat berguna dalam bidang gambar. Oleh karena itu proses desain dalam prepress disebut juga dengan “Pre-Media”, yang artinya proses persiapan teks dan gambar untuk berbagai macam media publikasi (Kristian S.W., 2010).

Penggunaan warna sangat berpengaruh pada layout yang dibuat, terutama dalam meletakkan warna-warna pada teks, gambar maupun latar belakang (background). Rencana warna yang digunakan berkonsep simplicity yang berarti informatif dan sederhana, dengan menggunakan desain yang sudah ada atau yang disebut dengan ReDesign, yang juga menggunakan konsep simplicity hanya saja dengan warna yang berbeda. Konsep warna kali ini biru, kuning dan hijau.

Tinta warna cetak yang digunakan sudah dapat diprediksi yaitu warna process cyan dan yellow. Warna hijau merupakan percampuran warna process cyan dan yellow. Penyerapan tinta di kertas 0,2-2 gr (Onny Soendjaja, 2011).


(11)

Warna-warna tersebut dipilih karena memiliki makna tersendiri bagi UKM, antara lain :

- Biru, penerapan warna ini bertujuan untuk menegaskan pemimpin dan warna tegas memberikan makna bahwa produk ini bermutu dan beda dari yang lain. - Kuning, penerapan warna ini bertujuan untuk memberikan rasa cerah, ceria dan

serasi.

- Hijau, penerapan warna ini bertujuan memberikan makna subur, jaya dan sejati. Tiap huruf yang tercantum merupakan bagian individual dalam suatu kumpulan teks. Bentuk dasar huruf tidak dapat diubah, sedangkan variasi bentuknya sangat banyak jumlahnya. Jenis huruf baru selalu dirancang sebagai hasil teknik produksi yang lebih progresif. Tipografi yang akan digunakan di sini mayoritas menggunakan bentuk/jenis huruf tanpa kait atau sans serif namun ada beberapa yang menggunakan bentuk/jenis huruf yang menggunakan tulisan tangan atau hand-writing. Tipografi atau jenis font yang direncanakan untuk digunakan di kemasan ini antara lain :

- Font “Arial” yang merupakan jenis/bentuk huruf tanpa kait. - Font “Bauhaus 93” yang merupakan jenis/bentuk huruf tanpa kait.

- Font “Loki Cola” yang merupakan jenis/bentuk huruf tulisan tangan atau hand-writing.

Gambar merupakan unsur penting dalam proses desain. Gambar dapat mengungkapkan sesuatu hal dengan lebih cepat dan seringkali lebih baik daripada teks. Penggunaan pixel grafis/image/gambar dalam desain biasanya dipakai untuk penjelasan terhadap suatu obyek/produk yang ditawarkan. Image/gambar yang digunakan dapat berupa logo atau gambar yang lainnya.


(12)

Dari pembahasan tentang warna, tipografi dan gambar, maka bisa direncanakan desain yang akan digunakan di sini merupakan penggabungan dari vektor dan image. Vektor di sini meliputi tulisan dan raster background. Image kemungkinan besar yang digunakan di sini yaitu logo.

Bentuk atau design visualisasi dari kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua yang merupakan perpaduan antara design artwork yang terbuat dari vektor dan image ini diharapkan mampu untuk mempromosikan dan memberi pencitraan produk berkualitas, berbeda dan bermutu.

2.2 Kemasan

Kemasan merupakan wadah atau tempat yang dapat melindungi produk yang berada di dalamnya, sehingga melindungi dari bahaya yang dapat membuat produk tersebut menjadi rusak (Guntur S.P., 2005). Konsep kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” ini bisa dibuat model tuck in, cress lock dan auto lock.

Macam bentuk kemasan di atas mempunyai spesifikasi tersendiri, antara lain : - Kemasan tuck in merupakan kemasan yang bagian atas dan bawah dibuka secara

manual.

- Kemasan cress lock merupakan kemasan yang bagian atas dibuka secara manual dan bagian bawah semi otomatis tanpa lem di bagian bawahnya.

- Kemasan auto lock merupakan kemasan yang bagian atas dibuka secara manual dan bagian bawah otomatis, menggunakan lem.

Penulis melakukan interaksi dengan UKM. Rencana kemasan yang digunakan berkonsep simplicity yang berarti kemasan mudah dibukanya, kertas yang grammaturnya efisien dengan produk dan memiliki dimensi yang cukup untuk produk.


(13)

Dengan adanya data dari UKM, bisa dijadikan panduan untuk penulis dalam membuat desain kemasan ini. Sesuai data-data dan keterangan dari UKM, penulis membuat desain. Langkah pertama yaitu menentukan ukuran.

Setelah penulis mendapatkan ukuran tersebut, lalu penulis membuat mock up sesuai ukuran tersebut lalu dibentuk sesuai bentuk kemasan yang dibentuk dan memberi lem pada area glue. Penyerapan lem di kertas 2-2,5 gram (Onny Soendjaja, 2011). Selanjutnya mengecek setiap detailnya untuk mock up ukuran kemasan karena hal ini berhubungan dengan pisau die cutting.

2.3 Tahap Cetak (Offset Printing)

Dalam Offset Printing, kegiatan yang dilakukan terdiri dari tahapan sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

2. Tahap implementasi konsep ke dalam desain 3. Separasi warna

4. Montage

5. Pembuatan plate 6. Tahap mencetak 7. Tahap finishing

2.3.1 Tahap Persiapan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah :

1. Menentukan terlebih dahulu format, ukuran serta warna yang digunakan pada kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua yang akan dibuat. Dengan mengukur desain ukuran yang sudah ada dan disesuaikan dengan rumus ukuran packaging.


(14)

2. Pengumpulan keterangan yang digunakan sebagai bahan untuk membuat kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua yang diantaranya dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Pengumpulan data primer melalui tatap muka dan wawancara dengan pemilik UKM Songkok dan Kopyah Kaji “President Muslim”.

b. Pengumpulan data sekunder yang terdiri dari data literatur kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua yang berupa ukuran kemasan, warna, font, size dan lain-lain.

3. Pengumpulan informasi mengenai bahan baku dengan pemilik UKM Songkok dan Kopyah Kaji “President Muslim” dan di toko kertas. Bahan baku merupakan hal penting dalam dunia produksi. Bahan baku yang menentukan pendapatan dan pengeluaran perusahaan. Di dunia percetakan khususnya cetak offset dan web offset membutuhkan bahan baku yaitu berupa kertas. Mesin-mesin tersebut sebelum dijalankan membutuhkan kertas untuk penyetelan warna dan penyetelan register. Memproduksi buku di mesin jilid benang dibutuhkan kertas yang digunakan untuk penyetelan benang dan lem. Memproduksi packaging atau kemasan dibutuhkan kertas untuk penyetelan dalam proses die cutting dan proses lem. Kertas penyetelan tersebut disebut waste. Waste di dunia produksi dibutuhkan sebanyak 10% dan merupakan jumlah normal (Caesarius T.R.K., 2010).

2.3.2 Tahap Implementasi Konsep ke Dalam Desain

Berdasarkan pada konsep desain yang telah dibuat, maka implementasi konsep desain diterapkan ke dalam kemasan tuck in. Dalam hal ini merupakan perpaduan artwork antara penggunaan vektor dan image.


(15)

2.3.3 Separasi Warna

Proses ini merupakan proses untuk menghasilkan output film (untuk kemasan tuck in dan kerangka pisau), yang nantinya dijadikan sebagai master cetak untuk melakukan proses cetak dan master kerangka pisau untuk proses die cutting.

2.3.4 Montage

Montage adalah proses mengcopy gambar maupun text dari film ke plate. Hal yang diperhatikan untuk mendapatkan hasil cetakan yang maksimal, layout yang sesuai dengan plate mesin cetak yang digunakan sehingga mendapatkan hasil cetakan semaksimal mungkin. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses montage adalah sebagai berikut :

- Ukuran/format kertas. - Area lipatan/potongan. - Area cetak.

- Batas pegangan mesin cetak.

- Area plate cetak (berdasarkan mesin cetak yang digunakan).

2.3.5 Pembuatan Plate

Proses pembuatan plate dilakukan di mesin plate maker. Dimana proses pembuatan plate yang melewati proses vakum dan penyinaran.

Masing-masing film dari desain dipasangkan pada plate sesuai dengan bagian desain yang dikehendaki terlebih dahulu, kemudian dimasukkan ke dalam mesin plate maker untuk menjalani proses copier plate yaitu proses pemberian area gambar maupun teks pada plate.


(16)

2.3.6 Tahap Mencetak

Dalam proses mencetak kemasan tuck in, mesin yang digunakan merupakan mesin cetak Heidelberg GTO 52 satu warna, dimana memiliki spesifikasi area cetak maksimum 34 x 50 cm dan ukuran kertas maksimum 35 x 51 cm. Kecepatan rata-rata berada pada kisaran 2000-6000 lembar per jam.

2.3.7 Tahap Finishing

Dalam proses finishing hasil cetakan pada kemasan tuck in, tahapnya yaitu melakukan proses plong atau die cutting dan pengeleman. Proses plong cetakan kemasan merupakan proses pemotongan cetakan sesuai desain kerangka cetakan. Langkah berikutnya proses sortir untuk menyeleksi hasil cetakan. Setelah proses sortir dilakukan proses pengeleman yang dilakukan secara manual. Setelah itu proses sortir lagi, jumlah sesuai order dan siap dikirim ke UKM.

2.4 Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membuat suatu produk. Sedangkan HPP merupakan harga produksi setiap produk yang diproduksi.

Biaya ini sangat menentukan efektifitas pendapatan dan pengeluaran perusahaan dalam menciptakan sebuah produk. HPP bila tidak diperhitungkan dengan matang akan membengkak yang akan menyebabkan beberapa faktor antara lain :

- Laba perusahaan akan semakin sedikit karena akan bersaing dengan perusahaan lain sehingga untuk merebut konsumen salah satunya bermain harga.


(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN DAN DESAIN

3.1 Studi Eksisting

Studi Eksisting merupakan pembelajaran, penelitian dan penghimpunan data benar keberadaannya di lokasi secara fisik (Dewi A., 2011). Maksud dari studi eksisting ini adalah sebagai acuan atau tolak ukur bagi Proyek Akhir. Acuan tersebut berupa desain artwork, layout, jenis cetak, kualitas cetaknya hingga harga proses produksi produk.

UKM yang penulis studi sebagai pengaplikasian ilmu terhadap masyarakat merupakan sebuah toko “Nusa Indah” yang bertempat di jalan Sasak no. 54 Surabaya yang merupakan komplek bangsa arab sehingga kebutuhan muslim baik kopyah kaji, songkok, baju busana muslim, buku-buku muslim tersedia di komplek tersebut. Di sana para UKM saling bersaing untuk menjual produk mereka. Salah satu hal yang harus diperhatikan di daerah sana adalah harga miring, kualitas top ranking. Oleh karena itu UKM yang penulis studi juga harus bisa merebut pangsa pasar tersebut. Pemilik UKM tersebut memberikan kepercayaan kepada penulis tentang kemasan produk UKM tersebut.

UKM tersebut memproduksi Songkok dan Kopyah Kaji. UKM tersebut memproduksi 2 item Kopyah Kaji “President Muslim”. Kopyah Kaji “President Muslim” item pertama merupakan produk yang sudah diproduksi sejak 6 bulan lalu, tepatnya Desember 2011 karena melihat potensi penjualan Kopyah Kaji ini sangat tinggi di daerah tersebut sehingga membuat UKM Songkok dan Kopyah


(18)

Kaji “President Muslim” ini langsung bergegas menciptakan produk Kopyah Kaji “President Muslim” item pertama dan menggunakan kemasan. Kopyah Kaji “President Muslim” item pertama dibagi menjadi 3 kemasan yaitu kemasan 1 isi, kemasan 6 isi dan kemasan 12 isi. Kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item pertama menggunakan 3 tinta warna yaitu cyan, yellow dan blue (special colour).

Bulan Mei 2012 lalu UKM ini memproduksi Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua. Produk Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua ini lebih murah ketimbang produk Kopyah Kaji “President Muslim” item pertama, karena UKM tersebut telah menggunakan bahan khusus dengan harga yang lebih murah. Selanjutnya untuk desain kemasan, UKM Songkok dan Kopyah Kaji “President Muslim” menginginkan desain yang sama untuk Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua hanya perbedaan warna. Di sini penulis mengambil kemasan 1 isi karena disesuaikan dengan mesin SDPC (STIKOM Design & Printing Centre) sehingga membuat hasil jadi maksimal.

Penulis mengambil salah satu contoh kemasan produk Kopyah Kaji item pertama dan Songkok “President Muslim”, ini dilakukan sebagai dasar penulis membuat desain di kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua.


(19)

Setelah penulis pelajari bahwa kemasan di gambar 3.1 merupakan kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item pertama yang memiliki spesifikasi, antara lain :

- Kertas Art Carton 260 gsm.

- Tinta warna yang dipakai 3 warna yaitu cyan, yellow dan blue (special colour). - Desain visualisasi terdiri dari vektor dan image.

Kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item pertama ini menggunakan konsep simplicity, penilaian tersebut didapat dari desain yang biasa dan informatif, bentuk kemasan yang menggunakan pengunci atas dan bawah dan grammatur kertas yang cukup untuk melindungi produk tersebut.

Gambar 3.2 Desain Kemasan Songkok “President Muslim”

Setelah penulis pelajari bahwa kemasan di gambar 3.2 merupakan kemasan Songkok “President Muslim” yang memiliki spesifikasi, antara lain :


(20)

- Kertas Duplex coated 310 gsm (permukaan cetak) dan Kertas Duplex uncoated 350 gsm di permukaan bawah (bottom).

- Tinta warna yang dipakai 2 warna yaitu blue (special colour) dan black. - Desain visualisasi terdiri dari vektor dan image.

Kemasan Songkok “President Muslim” ini juga menggunakan konsep simplicity, dimana dari desain yang cukup informatif, bentuk kemasan yang menggunakan pengunci atas dan bawah dan grammatur kertas yang cukup untuk melindungi produk tersebut.

Produk Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua, UKM menginginkan desain dan ukuran yang sama namun dengan 2 tinta warna visualisasi 3 warna dengan tujuan harga proses produksi kemasan yang lebih murah namun juga tidak mengurangi keindahan.

Kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item pertama, UKM ini mendapat harga Rp 800,-. Hal selanjutnya kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua, UKM ini meminta harga dikisaran Rp 500,- hingga Rp 600,-. UKM Kopyah Kaji “President Muslim” meminta dicetakkan sejumlah 150 pcs karena UKM ini baru memproduksi 150 pcs-200 pcs Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua, mengingat produk ini merupakan produk baru dan UKM ingin melihat dulu ketertarikan masyarakat terhadap produknya melalui kemasan yang akan dicetak. Kemungkinan besar dengan jumlah cetakan 150 pcs harga Rp 500,- hingga Rp 600,- tidak bisa karena jumlah cetakan yang terlalu minim, kemungkinan besar harga diatas Rp 2000,- namun UKM ini mau mengganti biaya seluruh biaya produksi kemasan karena UKM ini merasa terbantu dengan adanya hal kemasan ini.


(21)

Dan inilah peran penulis sebagai mahasiswa DIII Komputer Grafis dan Cetak harus mengaplikasikan ilmu, mulai desain, cetak, finisihing, manajemen proses produksi hingga proses produksi dengan kualitas bagus, tidak mengecewakan konsumen dan harga yang serendah mungkin.

3.2 Ide dan Konsep

Konsep kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua dibentuk sesuai permintaan UKM Songkok dan Kopyah Kaji “President Muslim” dengan model yang sudah ada yaitu model tuck in atas bawah. Desain kemasan yang sudah ada, warnanya hijau dan kuning. Namun UKM Songkok dan Kopyah Kaji “President Muslim” meminta dibuatkan kemasan untuk Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua, yang warnanya harus terdiri dari biru, kuning dan hijau.

Sesuai data-data dan keterangan dari customer, penulis membuat desain. Langkah pertama yaitu menentukan ukuran. Ukuran yang penulis dapatkan setelah penulis ukur, data yang didapat antara lain :

P = 110 mm L = 30 mm T = 156 mm

Dengan adanya data-data yang diperoleh maka penulis bisa membuat kerangka desain kemasan sesuai yang diinginkan UKM Songkok dan Kopyah Kaji “President Muslim”.


(22)

Gambar 3.3 Kerangka Kemasan Kopyah Kaji “Presiden Muslim” item kedua

Warna yang dipilih oleh UKM, antara lain : biru, kuning dan hijau, warna tersebut dipilih karena memiliki makna tersendiri bagi UKM tersebut.

- Biru (cyan) di blok atas dan bawah, penerapan warna ini bertujuan untuk menegaskan pemimpin dan warna tegas yang memberikan makna bahwa produk Kopyah Kaji “Presiden Muslim” item kedua ini bermutu dan beda dari yang lain. Bila dipadukan dengan warna kuning (yellow), warna biru (cyan) ini mewakili warna biru langit yang cerah.

- Kuning (yellow) di background, penerapan warna ini bertujuan untuk memberikan rasa cerah, ceria, dan serasi. Sehingga warna ini bila dipadukan dengan biru (cyan) akan terjadi warna yang serasi.

- Hijau merupakan percampuran dari warna biru (cyan) dan kuning (yellow) penerapan warna tersebut pada lingkaran, penerapan warna ini bertujuan untuk memberikan makna subur, jaya dan sejati. Namun di sisi lain UKM ini


(23)

beranggapan warna hijau adalah warna aliran faham yaitu NU (Nadhlatul Ulama’) di Islam. Warna hijau di lingkaran dan terdapat juga nama pencipta Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua memberikan makna pencipta Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua ini menganut faham NU dan produk Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua ini adalah salah satu produk NU.

Tipografi atau jenis font yang digunakan di kemasan ini, antara lain : - Font “Arial” yang merupakan jenis/bentuk huruf tanpa kait.

- Font “Bauhaus 93” yang merupakan jenis/bentuk huruf tanpa kait.

- Font “Loki Cola” yang merupakan jenis/bentuk huruf tulisan tangan atau hand- writing.

Image/gambar yang digunakan di sini yaitu logo, logo di sini merupakan logo paten produk UKM Songkok dan Kopyah Kaji “President Muslim”.

Gambar 3.4 Logo produk Songkok dan Kopyah Kaji “President Muslim”

Setelah adanya data-data yang penulis dapatkan maka penulis melakukan pembuatan desain dan diinput ke dalam kemasan. Di bawah ini merupakan desain yang diinput ke dalam kerangka kemasan.


(24)

Gambar 3.5 Mockup produk Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua

Setelah konsep desain kemasan selesai, Penulis berharap agar proses proofing, persetujuan customer dan proses cetak berjalan dengan lancar.

3.3 Analisa

3.3.1 Analisa Proses Produksi

Kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua ini dibuat model tuck in atas bawah. Pengunci atas bawah harus kuat karena Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua ini pengirimannya tidak hanya di daerah Jawa namun daerah lain meliputi : Madura, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra. Tuck in diuji di sini dan penulis membuat proofing hingga 3 kali. Setelah proses pengunci didapat dan kemudian desain diinput ke dalam kerangka kemasan tersebut dan tidak lupa juga memberikan over print agar tidak miss warna.

Warna desain kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua ini, warna yang digunakan keseluruhannya merupakan perpaduan dari tinta warna


(25)

proses cyan dan yellow. Hal ini dikarenakan untuk menekan biaya ongkos cetak yang dibutuhkan dari faktor tinta tanpa mengesampingkan mutu dan hasil artwork pada kemasan.

Dari studi tersebut akhirnya film dan plate bisa dipangkas, yang seharusnya membutuhkan 3 film dan 3 plate menjadi 2 film dan 2 plate. Hal ini bisa menekan biaya serendah mungkin. Setelah itu konsep desain kemasan pun didesain sesuai permintaan customer dan disetujui lalu dicetak digital proofing.

Setelah dicetak digital proofing lalu meminta persetujuan dari UKM Songkok dan Kopyah Kaji “President Muslim” dari segi kemasan, warna dan penguncian. Setelah disetujui lalu penulis membuat langkah-langkah, antara lain :

1. Konfirmasi mengenai layout cetak, kertas yang dipakai dan persetujuan untuk proses cetak kepada dosen pembimbing yaitu bapak Darwin Yuwono Riyanto, S.T., M.Med.Kom..

2. Konfirmasi mengenai material yang akan dicetak di lab. cetak kepada kepala lab. cetak yaitu bapak Laurensius Sahlan selaku pimpinan dari SDPC (STIKOM Design & Printing Centre).

3. Setelah mendapat persetujuan, membuat film untuk cetak dan kerangka pisau. 4. Membuat kerangka pisau, hal ini didahulukan karena pisau atau die cutter

merupakan kegiatan paling utama di dunia packaging.

5. Setelah kegiatan di atas selesai, kegiatan selanjutnya konfirmasi jadwal cetak kepada kepala lab. cetak yaitu bapak Laurensius Sahlan selaku pimpinan dari SDPC (STIKOM Design & Printing Centre).

6. Setelah mendapat persetujuan, penulis menuju kegiatan selanjutnya yaitu proses film ke plate atau yang dikenal dengan montage.


(26)

7. Setelah proses montage selesai dan sudah jadi plate, menyiapkan kertas yang akan dicetak.

8. Menyiapkan dan memasang bahan-bahan dan peralatan cetak yang akan digunakan untuk proses cetak. Proses selanjutnya menyetel bagian-bagian mesin dan kertas diletakkan di feeder dan sudah siap proses cetak. Proses cetak 2 warna ini membutuhkan lama waktu 1 hari.

9. Proses cetak selesai, kegiatan selanjutnya proses plong atau die cutting yang lamanya membutuhkan lama waktu 1 hari.

10. Proses selanjutnya konfirmasi kepada dosen pembimbing (dalam hal ini bapak Darwin Yuwono Riyanto, S.T., M.Med.Kom.) bahwa proses cetak dan proses plong atau die cutting selesai.

11. Kegiatan terakhir yaitu pengeleman secara manual yang lama waktu pengerjaannya 1 hari dan setelah itu dikirim ke UKM.


(27)

3.3.2 Analisa Biaya Produksi

Sesuai dengan jumlah order dari customer yaitu 150 pcs, dibawah ini merupakan perhitungan Harga Proses Produksi (HPP) yang dimana order berjumlah 150 pcs.

Cetak 150 pcs

Gambar 3.6 Pembagian Kertas 65 x 100 cm SG

Tabel 1 Perhitungan HPP Bahan - bahan :

No. Material Kebutuhan Harga Total

1

27 lembar kertas Art Carton 260 gsm (Plano 65 X 100 cm) SG

216 lembar ukuran

25 x 32,5 cm Rp 2000,-/lembar Rp 54.000,-

2

Film Kemasan Cetak (Cyan dan Yellow)

25 x 31,6 cm x 2

Film Rp 14,-/cm Rp 22.120,-

FilmDie Cutting Kemasan 25 x 31,6 cm Rp 13,75,-/cm Rp 20.000,-

3

Tinta Cyan "ESAE" 10 % (100 gr) Rp 63.000,-/kaleng (1

kg) Rp 6.300,-

Tinta Yellow "ESAE" 10 % (100 gr) Rp 65.000,-/kaleng (1

kg) Rp 6.500,-

4 Plate Cetak dan Bahan

Pembantu 3 plate Rp 9.000,-/plate Rp 27.000,-

5 Kain Majun 11 kain Rp 5.000,-

6 Pembuatan Pisau 24,5 x 29 cm Rp 106,-/cm Rp 75.000,- 7 Lem “FOX kertas” 1 kaleng (2,5 kg) Rp 25.000,-/kaleng (2,5

kg) Rp 25.000,-


(28)

Keterangan :

- Kertas membutuhkan waste sebesar 40% (60 kertas) dari jumlah waste normalnya 10% karena untuk penyetelan warna, die cut, lem dan jumlah order terlalu sedikit (150 pcs).

- Film biaya minim Rp 20.000,-.

- Tinta pemakaian per lembar kertas membutuhkan 0,2-2 gram.

- Plate cetak membutuhkan 3 plate yang seharusnya 2 plate karena plate yellow pertama rusak. Bahan pembantu cetak yang digunakan antara lain : Developer 2x, GUM 6x, RWA dan Plate Cleaner.

- Pembuatan pisau total Rp 75.313,- menjadi Rp 75.000,-. - Untuk lem pemakaian per lembar kertas 2-2,5 gram.

Ongkos Kerja :

- Ongkos potong (min. 1 rim/500 lembar plano) = Rp 3.000,-. - Ongkos plong (min. 2000 lembar) = Rp 60.000,-. - Operator pembantu (biaya per shift/7 jam kerja) = Rp 70.000,-. - Ongkos lem (min. 100 order) @ Rp 50,- x 150 = Rp 7.500,-. +

= Rp 140.500,-. HPP = Ongkos Bahan + Ongkos Kerja

Jumlah Order = Rp 240.920,- + Rp 140.500,-

150 = Rp 381.420,-

150 HPP = Rp 2.542,8,-.


(29)

HPP di atas (sejumlah 150 pcs) terlalu mahal karena jumlah cetakan yang sedikit. Harga kemasan ini seharusnya HPP dikisaran Rp 500,- hingga Rp 700,-. Agar mencapai HPP normal, jumlah cetakan min. 2000 pcs. Di bawah ini perhitungan HPP jika jumlah order 2000 pcs.

Cetak 2000 pcs

Gambar 3.7 Pembagian Kertas 65 x 100 cm SG

Tabel 2 Perhitungan HPP Bahan - bahan :

No. Material Kebutuhan Harga Total

1

275 lembar kertas Art Carton 260 gsm (Plano 65 X 100 cm) SG

2200 lembar ukuran

25 x 32,5 cm Rp 2000,-/lembar Rp 550.000,-

2

Film Kemasan Cetak (Cyan dan Yellow)

25 x 31,6 cm x 2

Film Rp 14,-/cm Rp 22.120,-

FilmDie Cutting Kemasan 25 x 31,6 cm Rp 13,75,-/cm Rp 20.000,-

3

Tinta Cyan "ESAE" 1 kg (1 kaleng) Rp 63.000,-/kaleng (1

kg) Rp 63.000,-

Tinta Yellow "ESAE" 1 kg (1 kaleng) Rp 65.000,-/kaleng (1

kg) Rp 65.000,-

4 Plate Cetak dan Bahan

Pembantu 2 plate Rp 9.000,-/plate Rp 18.000,-

5 Kain Majun 11 kain Rp 5.000,-

6 Pembuatan Pisau 24,5 x 29 cm Rp 106,-/cm Rp 75.000,- 7 Lem “FOX Kertas” 2 kaleng (5 kg) Rp 25.000,-/kaleng (2,5

kg) Rp 50.000,-


(30)

Keterangan :

- Kertas membutuhkan waste sebesar 10% (200 kertas) karena untuk penyetelan warna, die cut, lem dan jumlah normal waste 10%.

- Film biaya minim Rp 20.000,-.

- Tinta pemakaian per lembar kertas membutuhkan 0,2-2 gram.

- Bahan pembantu cetak dan peralatan yang digunakan antara lain : 2 Plate, Developer 1x, GUM 4x, RWA dan Plate Cleaner.

- Pembuatan pisau total Rp 75.313,- menjadi Rp 75.000,-. - Untuk lem pemakaian per lembar kertas 2-2,5 gram.

Ongkos Kerja :

- Ongkos potong (min. 1 rim/500 lembar plano) = Rp 3.000,-. - Ongkos plong (min. 2000 pcs) = Rp 60.000,-. - Operator pembantu (biaya per shift/7 jam kerja) = Rp 100.000,-. - Ongkos lem (min. 100 order) @ Rp 50,- x 2000 = Rp 100.000,-.+

= Rp 263.000,-.

HPP = Ongkos Bahan + Ongkos Kerja Jumlah Order

= Rp 868.120,- + Rp 2000

= Rp 1.131.120,- 2000 HPP = Rp 565,56,-.


(31)

3.4 Peralatan yang dibutuhkan

Dalam Proyek Akhir pembuatan kemasan Kopyah Kaji “President Muslim”, item kedua ini kebutuhan material atau bahan baku yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

1. Kertas Art Carton 260 gsm (27 lembar ukuran plano 100 x 65 cm). 2. Tinta processcyan dan yellow.

3. Lembar film (2 lembar filmcyan dan yellow untuk kemasan dan 1 lembar film untuk pisau).

4. Plate cetak (2 lembar plate ukuran 51 x 40 cm). 5. Pisau creasing,perforating dan die cutting.


(32)

BAB IV

IMPLEMENTASI DESAIN

Gambar 4.1 Dimensi Kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua

4.1 Desain

Telah disebutkan di atas bahwa Desain Grafis adalah kombinasi kompleks antara kata-kata, gambar, angka, grafik, foto dan ilustrasi yang membutuhkan pemikiran khusus dari seorang individu yang bisa menggabungkan elemen-elemen ini, sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang khusus atau sangat berguna dalam bidang gambar. Di sini yang dibahas antara lain : warna, tipografi dan gambar di kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua.


(33)

Penggunaan warna sangat berpengaruh pada layout yang dibuat, terutama dalam meletakkan warna-warna pada teks, gambar maupun latar belakang (background). Rencana warna yang digunakan berkonsep simplicity yang berarti informatif dan sederhana, ini dipilih karena UKM Songkok dan Kopyah Kaji “President Muslim” meminta desain kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua menggunakan desain yang sudah ada atau yang disebut dengan ReDesign yang juga berkonsep simplicity, hanya saja dengan warna yang berbeda. UKM meminta dibuatkan kemasan yang warnanya harus terdiri dari biru, kuning dan hijau atau ditambah warna lain namun harus ada biru dan kuning. Konsep kali ini biru, kuning dan hijau.

Gambar 4.2 Desain di Mockup Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua

Warna-warna tersebut dipilih karena memiliki makna tersendiri bagi UKM tersebut. Antara lain :


(34)

- Biru (cyan) di blok atas dan bawah, penerapan warna ini bertujuan untuk menegaskan pemimpin dan warna tegas yang memberikan makna bahwa produk Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua ini bermutu dan beda dari yang lain. Bila dipadukan dengan warna kuning (yellow), warna biru (cyan) ini mewakili warna biru langit yang cerah.

- Kuning (yellow) di background, penerapan warna ini bertujuan untuk memberikan rasa cerah, ceria dan serasi. Sehingga warna ini bila dipadukan dengan biru (cyan) akan terjadi warna yang serasi.

- Hijau merupakan percampuran dari warna biru (cyan) dan kuning (yellow) penerapan warna tersebut pada lingkaran, penerapan warna ini bertujuan untuk memberikan makna subur, jaya dan sejati. Namun di sisi lain UKM ini beranggapan warna hijau adalah warna aliran faham yaitu NU (Nadhlatul Ulama’) di Islam. Sehingga dengan adanya warna hijau di lingkaran dan terdapat juga nama pencipta Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua memberikan makna pencipta Kopyah Kaji ini menganut faham NU dan produk Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua adalah salah satu produk NU.

Tipografi yang akan digunakan di sini mayoritas menggunakan bentuk/jenis huruf tanpa kait atau sans serif namun ada beberapa yang menggunakan bentuk/jenis huruf yang menggunakan tulisan tangan atau hand-writing. Hal ini dilakukan agar mempunyai spesifikasi khusus kemasan terhadap produk. Hal ini juga dilakukan sesuai permintaan dan persetujuan dengan pemilik UKM Songkok dan Kopyah Kaji “President Muslim”. Tipografi atau jenis font yang digunakan di kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua ini antara lain :


(35)

A. Bagian Muka dan Belakang Kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua

- Tulisan “KOPYAH KAJI” menggunakan huruf jenis “arial” , “bold” dan “size 40 pt”. Hal ini dimaksudkan agar terlihat lebih utama sehingga jelas bahwa produk ini adalah produk “Kopyah Kaji”.

- Tulisan “PRESIDENT” menggunakan huruf jenis “Bauhaus 93” dan “size 35 pt”. Hal ini dimaksudkan agar terlihat lebih elegan.

- Tulisan “MUSLIM” menggunakan huruf jenis “Loki Cola” dan “size 35 pt”. Hal ini dimaksudkan agar terlihat lebih elegan dan menambah keindahan.

- Tulisan “MG PRODUCT” menggunakan huruf jenis “Bauhaus 93” dan “size 15 pt”. Hal ini dimaksudkan agar terlihat lebih indah dan elegan yang memberi citra pada pencipta produknya.

- Tulisan “DESIGN” menggunakan huruf jenis “Loki Cola” dan “size 14 pt”. Hal ini dimaksudkan agar terlihat lebih elegan dan menambah keindahan.

B. Bagian Samping Kiri dan Kanan Kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua

- Tulisan “KOPYAH KAJI” menggunakan huruf jenis “arial” , “bold” dan “size 22 pt”. Hal ini dimaksudkan agar terlihat lebih utama sehingga jelas bahwa produk ini adalah produk “Kopyah Kaji”.

- Tulisan “PRESIDENT” menggunakan huruf jenis “Bauhaus 93” dan “size 28 pt”. Hal ini dimaksudkan agar terlihat lebih elegan.

- Tulisan “MUSLIM” menggunakan huruf jenis “Loki Cola” dan “size 28 pt”. Hal ini dimaksudkan agar terlihat lebih elegan dan menambah keindahan.


(36)

C. Bagian Tuck In Atas dan Bawah “Kemasan Kopyah Kaji President Muslim” item kedua

- Tulisan “PRESIDENT” menggunakan huruf jenis “Bauhaus 93” dan “size 30 pt”. Hal ini dimaksudkan agar terlihat lebih elegan.

- Tulisan “MUSLIM” menggunakan huruf jenis “Loki Cola” dan “size 30 pt”. Hal ini dimaksudkan agar terlihat lebih elegan dan menambah keindahan.

Gambar merupakan unsur penting dalam proses desain. Gambar dapat mengungkapkan sesuatu hal dengan lebih cepat dan seringkali lebih baik daripada teks. Penggunaan image/gambar dalam desain biasanya dipakai untuk penjelasan terhadap suatu obyek/produk yang ditawarkan. Image/gambar yang digunakan di sini yaitu logo, logo di sini merupakan logo paten produk UKM Songkok dan Kopyah Kaji “President Muslim”.

Dari pembahasan tentang warna, tipografi dan gambar maka bisa direncanakan desain yang akan digunakan di sini merupakan penggabungan dari vektor dan image. Vektor di sini meliputi tulisan dan raster background. Image di sini yaitu logo, logo di sini merupakan logo paten produk UKM Songkok dan Kopyah Kaji “President Muslim”. Warna yang digunakan sesuai dengan permintaan customer yaitu 2 tinta warna namun visualisasi 3 warna, ini dilakukan karena untuk menekan biaya.

Bentuk atau design visualisasi dari kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua ini diharapkan mampu untuk mempromosikan dan memberi pembeda terhadap produk-produk lainnya. Visualisasi dari kemasan ini juga diharapkan mampu untuk memberikan pencitraan terhadap produk Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua yang berkualitas, berbeda dan bermutu.


(37)

4.2 Kemasan

Sesuai data dan keterangan dari customer, penulis membuat desain. Langkah pertama yaitu menentukan ukuran. Ukuran yang penulis dapatkan, antara lain : P = 110 mm

L = 30 mm T = 156 mm

Setelah penulis mendapatkan ukuran tersebut, lalu penulis membuat mock up sesuai ukuran tersebut lalu dibentuk sesuai bentuk kemasan yang dibentuk dan memberi lem pada area glue. Selanjutnya mengecek setiap detailnya untuk mock up ukuran kemasan karena hal ini berhubungan dengan pisau die cutting.

Di sini penulis menggunakan model kemasan yang sudah ada yaitu model tuck in atas bawah, karena pemilik UKM Songkok dan Kopyah Kaji “President Muslim” meminta model dan desain yang sama, namun warna yang berbeda. Kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua ini berkonsep simplicity yang berarti mudah, praktis dan bentuk cukup bagus yang mempunyai bentuk tuck in atas bawah, hal ini dilakukan karena kuat dan mudah untuk membukanya. Pengiriman Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua ini tidak hanya di daerah Jawa namun daerah lain meliputi : Madura, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra. Dengan rute-rute seperti itu, pemilik UKM Songkok dan Kopyah Kaji “President Muslim” menginginkan kemasan yang kuat namun mudah untuk dibukanya.

Setelah penulis mendesain kerangka kemasan sesuai model yang sudah ada, penulis mengecek arah lipatan kemasan karena ini berhubungan dengan arah serat yang nantinya dibeli untuk proses cetak. Arah serat harus berlawanan dengan arah lipatan di kemasan, sehingga kemasan tidak menggelembung. Kertas yang dipakai


(38)

ukuran plano 65 X 100 cm SG. Kertas ini dipilih karena efisien dan tidak banyak membuang waste. Pisau merupakan hal penting dalam dunia kemasan. Di sini pisau harus dibuat dengan presisi dan tepat. Dengan memperhatikan ini, bentuk dan ukuran kemasan didapat sesuai keinginan dan presisi.

4.3 Tahap Cetak (Offset Printing)

Dalam Offset Printing, kegiatan yang dilakukan terdiri dari tahapan sebagai berikut :

1. Tahap implementasi konsep ke dalam desain 2. Separasi warna

3. Montage

4. Pembuatan plate 5. Tahap mencetak 6. Tahap finishing

4.3.1 Tahap Implementasi Konsep ke Dalam Desain

Berdasarkan pada konsep desain yang telah dibuat, maka implementasi konsep diterapkan ke dalam kemasan tuck in, yang merupakan perpaduan artwork antara penggunaan vektor dan image. Pengimplementasian konsep desain yang diterapkan pada kemasan tuck in telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari pemilik UKM Kopyah Kaji “President Muslim”. Software yang digunakan dalam proses ini meliputi CorelDraw X3 dan Adobe Photoshop CS3.

4.3.2 Separasi Warna

Dari pemakaian warna yang digunakan (warna proses cyan dan yellow), maka output film yang dihasilkan dari imagesetter adalah sebagai berikut :


(39)

Kemasan Tuck In

- 2 lembar film artwork kemasan tuck in proses cyan dan yellow. - 1 lembar film untuk kerangka pisau.

- Ukuran film untuk kemasan tuck in : 26 x 33 cm. - Ukuran film untuk kerangka pisau : 26 x 33 cm.

Proses untuk menghasilkan output film (untuk kemasan tuck in dan kerangka pisau) dilakukan di tempat “Mentari Repro” yang bertempat di jalan Kalidami no.51 Surabaya. Format file design artwork yang diberikan kepada pihak “Mentari Repro” adalah Corel Draw yang sudah di Convert. Alasan pemakaian format Corel Draw yang sudah di Convert karena dari pihak “Mentari Repro” memakai software Corel Draw dan di Convert agar Text tidak miss atau berubah.

Gambar 4.3 File Desain Kemasan Separasi

4.3.3 Montage

Tujuan dilakukannya proses montage adalah untuk mengcopy gambar maupun text dari film ke plate. Hal yang diperhatikan untuk mendapatkan hasil cetakan


(40)

yang maksimal, layout yang sesuai dengan plate mesin cetak yang digunakan (dalam hal ini merupakan Heidelberg GTO 52 satu warna) sehingga mendapatkan efisiensi hasil cetakan semaksimal mungkin. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses montage adalah sebagai berikut :

- Ukuran/format kertas. - Area lipatan/potongan. - Area cetak.

- Batas pegangan mesin cetak.

- Area plate cetak (berdasarkan mesin cetak yang digunakan).

Berdasarkan faktor-faktor diatas, maka didapat keterangan sebagai berikut : - Ukuran/Format Kertas : 25 x 32,5 cm.

- Area Cetak : 25 x 31,5 cm. - Recording : 3 cm.

- Batas Pegangan Mesin Cetak : 0,9 cm (Heidelberg GTO 52). - Area Plate Cetak : 40 x 51 cm (Heidelberg GTO 52). Layout Plate Cetak GTO 52 Kemasan Tuck In


(41)

Pengerjaan proses montage untuk 2 plate (cyan dan yellow) dilakukan kurang lebih 20 menit. Peralatan yang digunakan dalam proses montage meliputi meja montage, astralon, lup, penggaris, gunting, cutter, spray mount dan selotip.

4.3.4 Pembuatan Plate

Proses pembuatan plate dilakukan di mesin Plate Maker. Waktu proses pembuatan plate yang melewati proses vakum dan penyinaran kurang lebih membutuhkan waktu 10 menit.

Masing-masing film desain dipasangkan pada plate sesuai dengan bagian desain yang dikehendaki terlebih dahulu. Dimana film dipasangkan pada plate sesuai dengan jarak ukuran astralon sebagai panduannya (recording). Setelah terpasang, film dan plate tersebut siap untuk dimasukkan ke dalam mesin plate maker untuk menjalani proses copier plate yaitu proses pemberian area gambar maupun teks pada plate. Selanjutnya dari proses copier plate tersebut, maka pada plate telah terbentuk area cetak dan area non cetak. Untuk menghilangkan atau merontokkan area non cetak maka plate yang sudah disinari tersebut dilarutkan ke dalam larutan developer yang komposisi perbandingannya adalah 1 : 4 (150 ml : 600 ml) untuk cairan developer dengan air.

Penulis mendapat sedikit masalah di sini karena plate yang berisi data cyan di plate di bagian tuck in bawah agak tergerus sedikit akibat dari terendam terlalu lama di bak developer. Hal ini tidak masalah karena hasil cetakan nantinya tidak meleset terlalu jauh dari hasil proofing.

Penulis dalam hal ini tidak menggunakan korektor karena plate yang sudah masuk di bak developer sudah bersih namun bila masih terdapat area non cetak yang belum hilang atau rontok setelah dilakukan proses pelarutan dengan cairan


(42)

developer, maka plate cetak tersebut dilakukan proses koreksi dengan menggunakan bahan corrector plate untuk menghilangkan bagian area non cetak yang masih tersisa.

4.3.5 Tahap Mencetak

Dalam proses mencetak kemasan tuck in, mesin cetak yang digunakan merupakan Heidelberg GTO 52 satu warna. Dimana mesin Heidelberg GTO 52 satu warna sendiri memilki spesifikasi area cetak maksimum 34 x 50 cm dan maksimum ukuran kertas yang bisa masuk sebesar 35 x 51 cm. Tipe atau jenis cetakan yang digunakan merupakan jenis Wet On Dry dengan speed atau kecepatan rata-rata yang digunakan pada saat mencetak kemasan tuck in berada pada kisaran 2000 lembar per jam.

Proses cetak kemasan tuck in menggunakan kertas Art Carton 260 gsm. Nilai tekanan silinder impresi yang digunakan pada kertas Art Carton 260 gsm sebesar 0,25. Selain itu juga menyetel antara lain : setting sucker, unit penepat, gripper dan lain sebagainya.

Proses urutan warna yang diterapkan pada saat mencetak kemasan tuck in adalah cyan kemudian yellow. Untuk air pembasah, standart Ph air yang diterapkan adalah sebesar 4,5.

4.3.6 Tahap Finishing

Dalam proses finishing hasil cetakan pada kemasan tuck in, tahapnya yaitu melakukan proses plong atau die cutting dan pengeleman. Proses plong cetakan kemasan tuck in dilakukan di CV. Lintas Nusa yang beralamatkan di jalan Kalidami no. 51 Surabaya berikut dengan pembuatan kerangka pisaunya (sesuai dengan film kerangka pisau yang diberikan). Langkah berikutnya setelah tahap


(43)

finishing selesai (untuk kemasan tuck in) adalah dilakukan proses sortir untuk menyeleksi hasil cetakan. Setelah proses sortir dilakukan proses pengeleman yang dilakukan secara manual. Setelah itu proses sortir lagi, jumlah sesuai order dan siap dikirim ke UKM.

4.4 Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membuat suatu produk. Sedangkan HPP merupakan harga produksi setiap produk yang diproduksi. Kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua dicetak dengan jumlah order 150 pcs. Pada kenyataannya biaya produksi dan HPP (Harga Perhitungan Produk) kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua sesuai dengan konsep biaya analisa produksi. Di bawah ini perhitungan biaya produksi dan HPP kemasan Kopyah Kaji President Muslim item kedua yang dicetak sejumlah 150 pcs.

Cetak 150 pcs


(44)

Tabel 3 Perhitungan HPP Bahan - bahan :

No. Material Kebutuhan Harga Total

1

27 lembar kertas Art Carton 260 gsm (Plano 65 X 100 cm) SG

216 lembar ukuran

25 x 32,5 cm Rp 2000,-/lembar Rp 54.000,-

2

Film Kemasan Cetak (Cyan dan Yellow)

25 x 31,6 cm x 2

Film Rp 14,-/cm Rp 22.120,- Film Die Cutting Kemasan 25 x 31,6 cm Rp 13,75,-/cm Rp 20.000,-

3

Tinta Cyan "ESAE" 10 % (100 gr) Rp 63.000,-/kaleng (1

kg) Rp 6.300,- Tinta Yellow "ESAE" 10 % (100 gr) Rp 65.000,-/kaleng (1

kg) Rp 6.500,- 4 Plate Cetak dan Bahan

Pembantu 3 plate Rp 9.000,-/plate Rp 27.000,- 5 Kain Majun 11 kain Rp 5.000,- 6 Pembuatan Pisau 24,5 x 29 cm Rp 106,-/cm Rp 75.000,- 7 Lem “FOX kertas” 1 kaleng (2,5 kg) Rp 25.000,-/kaleng (2,5

kg) Rp 25.000,-

TOTAL Rp 240.920,-

Ongkos Kerja :

- Ongkos potong (min. 1 rim/500 lembar plano) = Rp 3.000,-. - Ongkos plong (min. 2000 lembar) = Rp 60.000,-. - Operator pembantu (biaya per shift/7 jam kerja) = Rp 70.000,-. - Ongkos lem (min. 100 order) @ Rp 50,- x 150 = Rp 7.500,-. +

= Rp 140.500,-. HPP = Ongkos Bahan + Ongkos Kerja

Jumlah Order = Rp 240.920,- + Rp 140.500,-

150 = Rp 381.420,-

150 HPP = Rp 2.542,8,-.


(45)

Biaya ini tidak efektif untuk harga kemasan setiap pcs yang jatuh dengan HPP Rp 2.542,8,-. Namun HPP tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : - Jumlah order yang terlalu minim. Dalam menggunakan mesin cetak offset membutuhkan kertas waste yang digunakan untuk penyetelan warna, penyetelan register, dll. Kemudian untuk proses die cutting membutuhkan kertas waste yang digunakan penyetelan pisau. Jumlah kertas waste agak membengak karena bila disesuaikan dengan pengajaran MPP (Manajemen Proses Produksi) yang normal jumlah wastenya 10% tidak bisa dikarenakan jumlah waste kertas yang terlalu sedikit.

- Di sini penulis merupakan mahasiswa Komputer Grafis dan Cetak STIKOM Surabaya yang sedang menjalankan PA (Proyek Akhir), sehingga membutuhkan beberapa contoh hasil cetak massal (mass product) untuk presentasi pada waktu sidang PA (Proyek Akhir).

Dengan HPP yang terlalu mahal maka penulis tidak bisa menjual produk ini dengan arti tidak bisa mencari laba namun biaya produksi diganti oleh UKM yang bersangkutan. Namun yang terpenting di sini adalah pembelajaran untuk mengabdi pada masyarakat dan belajar memahami permintaan masyarakat (dalam hal kemasan) sesuai dengan mata kuliah yang diperoleh di program studi Komputer Grafis dan Cetak STIKOM Surabaya.


(46)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pengerjaan Proyek Akhir pembuatan kemasan bagi UKM dalam jumlah mass production (dalam hal ini UKM Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua), didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Kemasan sangat berpengaruh dalam meningkatkan nilai dari suatu produk yang dikemasnya.

2. Dalam membuat kemasan hendaknya dengan konsep desain dan bentuk kemasan yang mudah dipahami oleh konsumen produk tersebut.

5.2 Saran

Serangkaian pengerjaan Proyek Akhir pembuatan kemasan bagi UKM Kopyah Kaji “President Muslim” dalam jumlah mass production, didapatkan saran sebagai berikut :

1. Diharapkan cetak kemasan produk UKM Kopyah Kaji “President Muslim” pada waktu berikutnya kemasan lebih inovatif, bila memungkinkan menggunakan 4 warna (full colour), menggunakan vernish dan foil.

2. Material kemasan atau kertas yang digunakan lebih baik menggunakan duplex 310 gsm, karena dengan produk tipis dan kertas grammatur tebal sehingga dimensi lebar kemasan bisa diperkecil. Pada saat di ruang pajang (showroom) display pemajangan lebih banyak, pengiriman dalam jumlah banyak menggunakan dus lebih efisien dan pada saat proses cetak lebih efektif.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Dameria, Anne. 2008. Basic Printing, Link & Match Grapich. Jakarta.

Kipphan, Helmut. 2001. Handbook Of Print Media. Springer-Verlag. Berlin.

Bardman, Joost. 2003. Structural Package Designs. The Pepin Press. Singapore.

HandOut :

Wattimena, Kristian.S. 2009. Materi Kuliah Dasar Teknologi Grafis dan Cetak, STIKOM. Surabaya.

Riyanto, Darwin.Y. 2009. Materi Kuliah Pracetak I, STIKOM. Surabaya.

Riyanto, Darwin.Y. 2010. Materi Kuliah Pracetak II, STIKOM. Surabaya.

Rahardjo, Budi. 2010. Materi Kuliah Teknik Cetak I, STIKOM. Surabaya.

Rahardjo, Budi. 2011. Materi Kuliah Teknik Cetak II, STIKOM. Surabaya.

Kartika, Caesarius.T.R. 2010. Manajemen Proses Produksi I, STIKOM. Surabaya.

Handayatna. 2010. Manajemen Proses Produksi II, STIKOM. Surabaya.

Soendjaja, Onny. 2011. Manajemen Proses Produksi II, STIKOM. Surabaya.

Jayadi, Teguh. 2011. Praktek Cetak I, STIKOM. Surabaya.

Kartika, Caesarius.T.R. 2010. Praktek Cetak II, Krisanthium. Surabaya.

Hasan, Syarief. Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Jakarta.


(1)

developer, maka plate cetak tersebut dilakukan proses koreksi dengan menggunakan bahan corrector plate untuk menghilangkan bagian area non cetak yang masih tersisa.

4.3.5 Tahap Mencetak

Dalam proses mencetak kemasan tuck in, mesin cetak yang digunakan merupakan Heidelberg GTO 52 satu warna. Dimana mesin Heidelberg GTO 52 satu warna sendiri memilki spesifikasi area cetak maksimum 34 x 50 cm dan maksimum ukuran kertas yang bisa masuk sebesar 35 x 51 cm. Tipe atau jenis cetakan yang digunakan merupakan jenis Wet On Dry dengan speed atau kecepatan rata-rata yang digunakan pada saat mencetak kemasan tuck in berada pada kisaran 2000 lembar per jam.

Proses cetak kemasan tuck in menggunakan kertas Art Carton 260 gsm. Nilai tekanan silinder impresi yang digunakan pada kertas Art Carton 260 gsm sebesar 0,25. Selain itu juga menyetel antara lain : setting sucker, unit penepat, gripper dan lain sebagainya.

Proses urutan warna yang diterapkan pada saat mencetak kemasan tuck in adalah cyan kemudian yellow. Untuk air pembasah, standart Ph air yang diterapkan adalah sebesar 4,5.

4.3.6 Tahap Finishing

Dalam proses finishing hasil cetakan pada kemasan tuck in, tahapnya yaitu melakukan proses plong atau die cutting dan pengeleman. Proses plong cetakan kemasan tuck in dilakukan di CV. Lintas Nusa yang beralamatkan di jalan Kalidami no. 51 Surabaya berikut dengan pembuatan kerangka pisaunya (sesuai dengan film kerangka pisau yang diberikan). Langkah berikutnya setelah tahap


(2)

finishing selesai (untuk kemasan tuck in) adalah dilakukan proses sortir untuk menyeleksi hasil cetakan. Setelah proses sortir dilakukan proses pengeleman yang dilakukan secara manual. Setelah itu proses sortir lagi, jumlah sesuai order dan siap dikirim ke UKM.

4.4 Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membuat suatu produk. Sedangkan HPP merupakan harga produksi setiap produk yang diproduksi. Kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua dicetak dengan jumlah order 150 pcs. Pada kenyataannya biaya produksi dan HPP (Harga Perhitungan Produk) kemasan Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua sesuai dengan konsep biaya analisa produksi. Di bawah ini perhitungan biaya produksi dan HPP kemasan Kopyah Kaji President Muslim item kedua yang dicetak sejumlah 150 pcs.

Cetak 150 pcs


(3)

Tabel 3 Perhitungan HPP Bahan - bahan :

No. Material Kebutuhan Harga Total

1

27 lembar kertas Art Carton 260 gsm (Plano 65 X 100 cm) SG

216 lembar ukuran

25 x 32,5 cm Rp 2000,-/lembar Rp 54.000,-

2

Film Kemasan Cetak (Cyan dan Yellow)

25 x 31,6 cm x 2

Film Rp 14,-/cm Rp 22.120,-

Film Die Cutting Kemasan 25 x 31,6 cm Rp 13,75,-/cm Rp 20.000,-

3

Tinta Cyan "ESAE" 10 % (100 gr) Rp 63.000,-/kaleng (1

kg) Rp 6.300,-

Tinta Yellow "ESAE" 10 % (100 gr) Rp 65.000,-/kaleng (1

kg) Rp 6.500,-

4 Plate Cetak dan Bahan

Pembantu 3 plate Rp 9.000,-/plate Rp 27.000,-

5 Kain Majun 11 kain Rp 5.000,-

6 Pembuatan Pisau 24,5 x 29 cm Rp 106,-/cm Rp 75.000,- 7 Lem “FOX kertas” 1 kaleng (2,5 kg) Rp 25.000,-/kaleng (2,5

kg) Rp 25.000,-

TOTAL Rp 240.920,-

Ongkos Kerja :

- Ongkos potong (min. 1 rim/500 lembar plano) = Rp 3.000,-. - Ongkos plong (min. 2000 lembar) = Rp 60.000,-. - Operator pembantu (biaya per shift/7 jam kerja) = Rp 70.000,-. - Ongkos lem (min. 100 order) @ Rp 50,- x 150 = Rp 7.500,-. +

= Rp 140.500,-. HPP = Ongkos Bahan + Ongkos Kerja

Jumlah Order = Rp 240.920,- + Rp 140.500,-

150 = Rp 381.420,-

150 HPP = Rp 2.542,8,-.


(4)

Biaya ini tidak efektif untuk harga kemasan setiap pcs yang jatuh dengan HPP Rp 2.542,8,-. Namun HPP tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : - Jumlah order yang terlalu minim. Dalam menggunakan mesin cetak offset membutuhkan kertas waste yang digunakan untuk penyetelan warna, penyetelan register, dll. Kemudian untuk proses die cutting membutuhkan kertas waste yang digunakan penyetelan pisau. Jumlah kertas waste agak membengak karena bila disesuaikan dengan pengajaran MPP (Manajemen Proses Produksi) yang normal jumlah wastenya 10% tidak bisa dikarenakan jumlah waste kertas yang terlalu sedikit.

- Di sini penulis merupakan mahasiswa Komputer Grafis dan Cetak STIKOM Surabaya yang sedang menjalankan PA (Proyek Akhir), sehingga membutuhkan beberapa contoh hasil cetak massal (mass product) untuk presentasi pada waktu sidang PA (Proyek Akhir).

Dengan HPP yang terlalu mahal maka penulis tidak bisa menjual produk ini dengan arti tidak bisa mencari laba namun biaya produksi diganti oleh UKM yang bersangkutan. Namun yang terpenting di sini adalah pembelajaran untuk mengabdi pada masyarakat dan belajar memahami permintaan masyarakat (dalam hal kemasan) sesuai dengan mata kuliah yang diperoleh di program studi Komputer Grafis dan Cetak STIKOM Surabaya.


(5)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pengerjaan Proyek Akhir pembuatan kemasan bagi UKM dalam jumlah mass production (dalam hal ini UKM Kopyah Kaji “President Muslim” item kedua), didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Kemasan sangat berpengaruh dalam meningkatkan nilai dari suatu produk yang dikemasnya.

2. Dalam membuat kemasan hendaknya dengan konsep desain dan bentuk kemasan yang mudah dipahami oleh konsumen produk tersebut.

5.2 Saran

Serangkaian pengerjaan Proyek Akhir pembuatan kemasan bagi UKM Kopyah Kaji “President Muslim” dalam jumlah mass production, didapatkan saran sebagai berikut :

1. Diharapkan cetak kemasan produk UKM Kopyah Kaji “President Muslim” pada waktu berikutnya kemasan lebih inovatif, bila memungkinkan menggunakan 4 warna (full colour), menggunakan vernish dan foil.

2. Material kemasan atau kertas yang digunakan lebih baik menggunakan duplex 310 gsm, karena dengan produk tipis dan kertas grammatur tebal sehingga dimensi lebar kemasan bisa diperkecil. Pada saat di ruang pajang (showroom) display pemajangan lebih banyak, pengiriman dalam jumlah banyak menggunakan dus lebih efisien dan pada saat proses cetak lebih efektif.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Dameria, Anne. 2008. Basic Printing, Link & Match Grapich. Jakarta. Kipphan, Helmut. 2001. Handbook Of Print Media. Springer-Verlag. Berlin. Bardman, Joost. 2003. Structural Package Designs. The Pepin Press. Singapore. HandOut :

Wattimena, Kristian.S. 2009. Materi Kuliah Dasar Teknologi Grafis dan Cetak, STIKOM. Surabaya.

Riyanto, Darwin.Y. 2009. Materi Kuliah Pracetak I, STIKOM. Surabaya. Riyanto, Darwin.Y. 2010. Materi Kuliah Pracetak II, STIKOM. Surabaya. Rahardjo, Budi. 2010. Materi Kuliah Teknik Cetak I, STIKOM. Surabaya. Rahardjo, Budi. 2011. Materi Kuliah Teknik Cetak II, STIKOM. Surabaya.

Kartika, Caesarius.T.R. 2010. Manajemen Proses Produksi I, STIKOM.

Surabaya.

Handayatna. 2010. Manajemen Proses Produksi II, STIKOM. Surabaya.

Soendjaja, Onny. 2011. Manajemen Proses Produksi II, STIKOM. Surabaya. Jayadi, Teguh. 2011. Praktek Cetak I, STIKOM. Surabaya.

Kartika, Caesarius.T.R. 2010. Praktek Cetak II, Krisanthium. Surabaya.

Hasan, Syarief. Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Jakarta.