ANALISIS INTERDEPENDENSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN UANG KARTAL DI INDONESIA.

(1)

ANALISIS INTERDEPENDENSI FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PENAWARAN UANG KARTAL

DI INDONESIA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains

Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh:

MARGARETA WATY SIBARANI NIM: 8146162012

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Margareta Waty Sibarani. Analisis Interdependensi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Uang Kartal di Indonesia. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Kebijakan moneter oleh bank sentral yang meningkatkan jumlah uang kartal. dalam masyarakat secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan meningkatnya indeks harga umum dan giro wajib minimum serta harga-harga barang dan jasa akan meningkat pula yang pada gilirannya akan memicu inflasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa apakah ada interdependensi tingkat suku bunga, giro wajib minimum, indeks harga umum dan stok uang terhadap penawaran uang kartal di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikeluarkan oleh BPS dalam beberapa publikasi tahun 1999 – 2014. Model Vector Autoregression (VAR) sebagai model analisis yang digunakan untuk melihat interdependensi antar variabel endogen. Hasil penelitian menunjukkan interpretasi model VAR dengan nilai terbesar adalah variabel tingkat suku bunga sedangkan nilai VAR terkecil adalah variabel giro wajib minimum. Hasil uji Impulse Response Function (IRF) diperoleh bahwa pengaruh terbesar pada penawaran uang kartal adalah variabel giro wajib minimum, dalam jangka menengah adalah variabel tingkat suku bunga dan pada jangka panjang adalah variabel stok uang dalam arti luas. Sedangkan hasil uji Forecast Error Decomposition of Variance (FEDV) diperoleh hasil bahwa dampak error variance terbesar baik dalam jangka pendek, jangka menengah maupun dalam jangka panjang yang paling berdampak adalah variabel tingkat suku bunga

Kata Kunci : MDK, TSB, GWM, IHU, HPM, VAR, IRF, FEDV.


(6)

ABSTRACT

Margareta Waty Sibarani. Interdependence Analysis of Factors Affecting Money Supply Kartal in Indonesia Medan State University Graduate Program, 2016.

Monetary policy by central banks increase the amount of currency. in society directly or indirectly lead to increased general price index and the minimum

reserve requirement as well as the prices of goods and services will increase as well, which in turn will trigger inflation.. This study aimed to analyze whether there is interdependence of interest rates, statutory reserves, the general price index and the stock of money against currency deals in Indonesia. The data used in this study using secondary data published by BPS in several publications in 1999 - 2014. Autoregression Vector Model (VAR) as a model of analysis that is used to view the interdependencies between the endogenous variables. The results show the interpretation of the VAR model with the largest value is a variable interest rate, while the value of the smallest VAR is a variable minimum reserve. The test results Impulse Response Function (IRF) shows that the biggest influence on the supply of currency is a variable minimum reserve, in the medium term and variable interest rates on long-term is a variable stock of money in the broad sense. While the test results of Forecast Error Variance Decomposition (FEDV) showed that the greatest impact of the error variance in the short term, medium-term and in the long run the most impactful is the variable interest rate

Kata Kunci : MDK, TSB, GWM, IHU, HPM, VAR, IRF, FEDV.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis Panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan HidayahNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini,dengan judul”Analisis Interdependensi Penawaran Uang Kartal di Indonesia”.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan ribuan terimakasi kepada Ayahanda Ronald Sibarani,SE dan Ibunda Lisbet Hutagalung karena berkat doa dan dukungan merekalah penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.Dan kepada suamiku tercinta, Juanda Simamora,SP yang terus mendorong dan menyemangati penulis,serta putri kembarku yang cantik-cantik, Amelia Lathysia dan Emelia Gisella dan seluruh anggota keluarga yang terus memberikan doa serta dorongan semangat kepaa penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

Peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini dalam waktu yang telah ditetapkan dengan usaha, bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat menyampaikan ucapan terimakasi yang sedalam dalamnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Syawal Gultom,M.Pd, Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Prof.Dr.Bornok Sinaga,M.Pd, Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

3. Ibu Dr.Fitra Waty,M.Si, Ketua Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Universitas Negeri Medan

4. Ibu Dr.Fitra Waty,M.Si dan Bapak Dede Ruslan,M.Si, Pembimbing I dan Pembimbing II, yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan saran bagi penulis dalam penyelesaian tesis ini.

5. Bapak Dr.Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si, Bapak Dr.H.Muhammad Yusuf,M.Si dan Bapak Dr.Rahmanta Ginting,M.Si penguji yang telah banyak memberikan masukan yang sangat berharga bagi Penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

7. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 8. Rekan-rekan mahasiswa satu angkatan,rekan seperjuangan, terutama teman-teman di

kelas Eksekutif (B) Angkatan 2014 Prodi Ekonomi yang penulis tak dapat sebutkan satu persatu yang telah mendorong dan memberikan bantuan moril kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.


(8)

9. Bapak Kepala Kantor Biro Pusat Statistik Sumatera Utara yang memberikan dukungan moril kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, namun harapan penulis semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kesilapan penulis selama ini. Semoga Tuhan memberikan berkat dan hidayahNya kepada kita.

Medan, Agustus 2016

Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ………... v

DAFTAR GAMBAR ………... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN……….. ix

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1. Latar Belakang ………... 1

1.2. Rumusan Masalah ………... 8

1.3. Tujuan Penelitian ………... 8

1.4. Manfaat Penelitian ………... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….... 10

2.1. Kerangka Teoritis ………... 10

2.1.1. Pengertian, Jenis dan Fungsi Uang ... 10

2.1.2. Penawaran Uang (Money Supply) ... 13

2.1.3. Tingkat Suku Bunga …... 21

2.1.4. Giro Wajib Minimum ... 22

2.1.5. Indeks Harga Umum dan Inflasi ... 25

2.2. Penelitian Terdahulu ……… 26

2.3. Kerangka Befikir ………... 27

2.4. Hipotesis Penelitian ………... 28

BAB III METODE PENELITIAN ……… 29

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ………... 29

3.2. Jenis dan Sumber Data ……… 29

3.3. Metode Analisi ………... 29

3.4. Definisi Operasional ……… 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1. Analisis Deskriptif ... 38

4.1.1. Penawaran Uang Kartal ... 38

4.1.2. Tingkat Suku Bunga ... 41

4.1.3. Giro Wajib Minimum ... 42

4.1.4. Indeks Harga Umum ... 43

4.1.5. Stok Uang Dalam Arti Luas ... 46


(10)

4.2. Evaluasi dan Pembahasan ... 47

4.2.1. Uji Stasioner ... 47

4.2.2. Hasil Uji Kointegrasi ... 50

4.2.3. Uji Panjang Lag ... 51

4.2.4. Hasil Uji VAR ... 53

4.2.5. Hasil Uji Impulse Response Function (IRF) ... 62

4.2.6. Hasil Uji Forecast Error Decomposition Variance ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

5.1. Kesimpulan ... 74

5.2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN ……….. 78


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Suku Bunga, Indeks Harga Umum dan Giro Wajib

Minimum Tahun 2005 – 2014 ... 6

Tabel 4.1. Hasil Uji Akar Unit Pada Tingkat Level ... 48

Tabel 4.2. Hasil Uji Akar Unit Pada Tingkat First Difference ... 49

Tabel 4.3. Hasil Uji Akar Unit Pada Tingkat Second Difference ... 50

Tabel 4.4. Hasil Uji Kointegrasi ... 50

Tabel 4.5. Hasil Uji Panjang Lag ... 52

Tabel 4.6. Hasil Estimasi Model VAR ... 53


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1. Perkembangan Uang Kartal di Indonesia Tahun 2005 – 2014 3

Gambar 2.1. Faktor-Faktor Penentu Penawaran Uang ... 17

Gambar 2.2. Kerangka Berfikir ... 27

Gambar 4.1. Penawaran Uang Kartal di Indonesia Tahun 2000-2014 ... 38

Gambar 4.2. Suku Bunga di Indonesia Tahun 2000-2014 ... 40

Gambar 4.3. Giro Wajib Minimum di Indonesia Tahun 2000-2014 ... 42

Gambar 4.4. Indeks Harga Umum di Indonesia Tahun 2000-2014 ... 44

Gambar 4.5. Stok Uang Dalam Arti Luas di Indonesia Tahun 2000-2014 . 46 Gambar 4.6. Impulse Response Function (IRF) ... 66

Gambar 4.7. Forecast Error Decomposition Variance (FEDV) ... 71


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Penelitian... 78

Lampiran 2. Uji Stasioner 1... 79

Lampiran 3. Uji Kointegrasi... 96

Lampiran 4. Uji Lag Length... 100

Lampiran 5. Estimasi Model VAR……….. 101

Lampiran 6. Impulse Response Function………. 103

Lampiran 7. Grafik Impulse Response Function………. 116

Lampiran 8. Grafik Forecast Error Decompotion of Variance……… 124

Lampiran 9. Persamaan Model VAR... 125

Lampiran 10. Surat Pengangkatan Dosen Pembimbing ... 127

Lampiran 11. Surat Undangan Seminar Proposal ... 128

Lampiran 12. Surat Undangan Ujian Tesis ... 129

Lampiran 13. Riwayat Hidup ... 130


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Didalam sistem perekonomian uang memiliki peranan strategis terutama karena fungsi utamanya sebagai media untuk bertransaksi, sehingga pada awalnya sering diartikan bahwa uang adalah sesuatu yang dapat diterima umum sebagai alat pembayaran. Namun sejalan dengan perkembangan perekonomian, fungsi uang yang semula hanya sebagai alat pembayaran berkembang menjadi alat satuan hitung dan sebagai alat penyimpan kekayaan.

Keberadaan uang dalam sistem perekonomian akan mempengaruhi perekonomian suatu negara, yang biasanya berkaitan dengan kebijakan-kebijakan moneter. Bank Indonesia (BI) sebagai lembaga yang mempunyai otoritas moneter dalam menentukan kebijakan dalam kondisi ekonomi suatu wilayah, disamping bank umum yang juga ikut menentukan kondisi perputaran uang dengan ekspektasi dan konsumsi yang dilakukan.

Salah satu kebijakan moneter yang dilaksanakan oleh BI adalah jumlah uang yang tersedia dalam suatu perekonomian, dimana kebijakan ini bertujuan untuk mengatur penawaran uang/ mengatur jumlah uang yang beredar. Jadi, penawaran uang merupakan tugas pemerintah melalui bank sentral (Bank Indonesia).

Penawaran uang yang dimaksud adalah jumlah uang yang beredar di masyarakat. Perubahan jumlah uang yang beredar secara garis besar dipengaruhi oleh uang inti dan pelipat uang. Besarnya uang inti sangat tergantung pada


(15)

2

tindakan-tindakan yang ditentukan oleh pemerintah khususnya bank sentral. Sedangkan pelipat uang, dilain pihak, disamping dipengaruhi oleh perilaku bank sentral juga ditentukan oleh perilaku agen-egen ekonomi lainnya seperti bank umum dan masyarakat domestik. (Mishkin, 2001)

Konsep uang sangat terkait pada konsep likuiditas, suatu asset likuid adaah asset yang dengan mudah dapat diuangkan dengan tanpa kehilangan resiko rugi. Pada satu sisi ekstrim dari spectrum likuiditas, uang tunai adalah asset yang paling likuid dengan daya beli penuh. Pada tingkat spectrum likuiditas moderat, uang kuasi yang secara definitif tidak secara langsung berfungsi sebagai medium of exchange. Pada sisi ekstrim lainnya, asset-asset fisik yang sangat tidak likuid sebagai alat seperti rumah, tanah, obligasi jangka panjang dan sebagainya. (Mishkin, 2011)

Uang beredar sering dikaitkan dengan suku bunga, pertumbuhan ekonomi, perkembangan harga, dsb. Jumlah uang beredar yang terlalu banyak dapat mendorong kenaikan harga barang-barang secara umum (inflasi). Sebaliknya, apabila jumlah uang beredar terlalu sedikit maka kegiatan ekonomi akan menjadi terhambat. Oleh karena itu, jumlah uang beredar perlu diatur agar sesuai kapasitas ekonomi.http s:/ / nisa 8804.wo rd p re ss.c o m/ 2009/ 06/ 23/ ua ng -b e re d a r-d a n-fa kto r-n-fa kto r-ya ng -me mp e ng a ruhinya / - _ftn2

Sebagai salah satu variabel ekonomi, penawaran uang atau jumlah uang beredar yang terjadi dalam suatu negara dalam kurun waktu tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang dapat menggeser kondisi perekonomian dari baik keburuk atau sebaliknya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi naik turunnya jumlah uang beredar di Indonesia baik dalam arti luas (M2) maupun dalam arti


(16)

3

sempit (M1), antara lain tingkat suku bunga, giro wajib minimum dan stok uang dalam arti penting. Dalam perkembangannya jumlah uang beredar harus dibatasi, hal ini dilakukan guna membatasi konsumen untuk bersifat konsumtif dan menekan tingkat inflasi (Nilawati, 2000)

Jumlah uang beredar (M1) yaitu uang dalam arti sempit yang terdiri dari uang kartal dan uang giral, dan M2 (uang dalam arti luas) yang terdiri dari M1 ditambah uang kuasi (Nilawati, 2000). Uang kartal (currencies) adalah uang yang dikeluarkan oleh pemerintah atau bank sentral dalam bentuk uang kertas atau uang logam. Sedangkan uang giral (deposit money) adalah uang yang dikeluarkan oleh suatu bank umum.

Perkembangan uang kartal yang beredar di Indonesia selama tahun 2005-2014 disajikan dalam Tabel 1.1 berikut.

Sumber : Bank Indonesia Tahun 2006-2015

Gambar 1.1. Perkembangan Uang Kartal di Indonesia Tahun 2005-2014

Tabel 1.1 menjelaskan perkembangan jumlah uang kartal yang beredar di Indonesia menunjukkan peningkatan selama tahun 2005 hingga tahun 2007.


(17)

4

Kondisi ini terjadi sebagai akibat dari stabilnya perekonomian nasional dan memberikan dampak positif bagi iklim perbankan di tanah air.

Namun demikian ketika perekonomian dunia dilanda krisis ekonomi global, dampaknya mulai terasa di Indonesia yang meyebabkan iklim perekonmian di tanah air juga ikut berimbas, puncaknya terjadi di tahun 2008. Dimana krisis global memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap peredaran uang kartal di Indonesia, bahkan di tahun 2009 pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia terpaksa melakukan kebijakan moneter dengan mengurangi peredaran uang kartal di masyarakat. Dengan berkurangnya uang yang beredar dalam masyarakat menimbulkan turunnya suku bunga bank serta meningkatkan harga-harga kebutuhan barang dan jasa yang pada gilirannya melemahkan daya beli masyarakat.

Selepas krisis ekonomi global, kondisi perekonomian Indonesia kembali mulai pulih sehingga pemerintah dalam hal ini BI mengeluarkan kebijakan untuk menambah jumlah uang untuk digunakan masyarakat dalam aktfitas ekonomi. Perekonomian mulai kembali pulih menggerakkan kembali sektor riil dan sektor-sektor lainnya yang akhirnya meningkatkan daya beli masyarakat, stabilnya harga barang dan jasa serta dan lainnya.

Kondisi ini bertahan hingga tahun 2011, dimana ketika harga-harga kebutuhan barang pokok dan jasa yang ditandai dengan meningkatnya indeks harga umum menimbulkan pendapatan masyarakat yang sebagian besar habis di konsumsi untuk kebutuhan pokok, seperti pangan, pendidikan dan kesehatan.


(18)

5

Berfluktuatifnya jumlah uang kartal yang beredar dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak factor, dalam penelitian ini faktor-faktor tersebut diantaranya adalah tingkat suku bunga, giro wajib minimum dan indeks harga.

Keynes dalam Mankiw (2003) menyatakan bahwa dalam jangka pendek ketika tingkat suku bunga naik (kebijakan moneter ketat) maka akan mengurangi jumlah uang yang beredar dan mendorong peningkatan suku bunga. Disisi lain, Keynes juga menyatakan bahwa jumlah uang beredar dapat menaikkan harga-harga, tetapi kenaikan harga-harga itu tidak selalu sebanding dengan kenaikan dalam uang beredar.

Sedangkan menurut Dornbusch (2008) menyatakan bahwa apabila suku bunga dinaikkan atau mengalami peningkatan, maka jumlah uang beredar akan mengalami penurunan. Sebaliknya apabila suku bunga diturunkan atau mengalami penurunan, maka jumlah uang beredar akan mengalami peningkatan.

Indikator lainnya yang dianalisis dalam penelitian ini adalah Giro Wajib Minimum (GWM) yang salah satu bentuk kegiatan perbankan yang ditetapkan pemerintah (BI) yang menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Sebagai lembaga intermediasi, perbankan dituntut untuk menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat yang kelebihan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

Bank Indonesia telah banyak merubah kebijakan pemenuhan giro wajib minumum (GWM) pada bank-bank di Indonesia. Setidaknya ada empat Peraturan Bank Indonesia tentang pemenuhan giro wajib minimum pada bank umum sejak November 2010. Peraturan Bank Indonesia yang terakhir, nomor 15/15/PBI/2013, tentang pemenuhan GWM pada bank umum menetapkan persentase pemenuhan


(19)

6

GWM dalam Rupiah sebesar 8% (GWM premier) dan 4% (GWM sekunder) sertta 8% GWM dalam valuta asing (BI, Laporan Perbankan, 2013)

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, otoritas moneter menggunakan berbagai target antara melalui pengandalian jumlah uang beredar dan suku bunga. Pemenuhan GWM merupakan instrumen kebijakan moneter untuk mengendalikan baik jumlah uang beredar maupun suku bunga. Otoritas moneter meningkatkan persentase GWM untuk menurunkan jumlah uang beredar dalam masyarakat. Perbankan diwajibkan menyisihkan sebagian dananya pada Bank Indonesia.

Dengan demikian, dana yang tersalurkan sebagai pinjaman atau kredit akan berkurang. Sehingga jumlah uang beredar dalam masyarakat akan berkurang. Di samping itu, peningkatan GWM akan mengakibatkan suku bunga pinjaman meningkat karena cost of loanable fund yang tinggi. Strategi ini biasa disebut dengan strategi kontraksi moneter. Sebaliknya, strategi ekspansi moneter dilakukan dengan menurunkan persentase GWM, sehingga perbankan dapat menyalurkan dananya lebih banyak dan jumlah uang beredar dalam masyarakat akan meningkat.

Tabel 1.1. Suku Bunga, Indeks Harga Umum dan Giro Wajib Minimum Tahun 2005– 2014

Tahun Suku Bunga (Persen) Indeks Harga Umum (Persen) Giro Wajib Minimum (Persen)

2005 5.33 136.86 12,81

2006 6.34 145.89 12,36

2007 6.12 155.50 14,36

2008 9.87 113.86 6.12

2009 6.34 117.03 6.16

2010 5.74 125.17 9.56

2011 4.83 129.91 10.28


(20)

7

2013 6.08 146.84 12.20

2014 5.83 119.00 13.93

Sumber : Bank Indonesia Tahun 2005-2014

Tabel 1.1 jelas terlihat perkembangan beberapa indikator yang mempengaruhi jumlah uang kartal yang beredar. Berdasarkan data yang ada terlihat bahwa manakala suku bunga meningkat, maka indeks harga umum dan giro wajib minimum juga ikut meningkat. Stabilnya perekonomian menyebabkan kondisi ini terjadi.

Di tahun 2008 sebagai dampak dari krisis global, dari ke 3 indikator yang dianalisis hanya indikator indeks harga umum dan giro wajib minimum menunjukkan pola penurunan sementara suku bunga terus meningkat. Namun sebaliknya, dampak krisis global baru berimbas kepada suku bunga yang relatif terus mengalami penurunan suku bunga sedangkan kedua variabel lainnya mengalami peningkatan.

Peningkatan yang terjadi pada indeks harga umum dan giro wajib minimum disebabkan salah satunya adalah kebijakan moneter oleh bank sentral yang meningkatkan jumlah uang kartal. Peningkatan jumlah uang kartal dalam masyarakat secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan harga-harga barang dan jasa akan meningkat pula yang pada gilirannya akan memicu inflasi.

Suku bunga yang terus menurun menunjukkan bahwa jumlah uang yang beredar dalam masyarakat lebih besar dibandingkan dengan uang yang berada dalam lembaga perbankan, hal ini menyebabkan masyarakat lebih banyak menghabiskan dananya untuk konsumsi baik konsumsi barang dan jasa kebutuhan pokok maupun investasi dalam bentuk asset tak bergerak.


(21)

8

Hingga tahun 2013 kondisi perekonomian mulai menunjukkan tanda-tanda peningkatan kearah yang lebih baik, dimana ke 3 indikator menunjukkan pola peningkatan yang relatif prporsional. Namun di akhir tahun 2014 suku bunga bank dan indeks harga umum mengalami penurunan, hanya giro wajib minimum yang mengalami peningkatan.

Jadi dengan menaikkan tingkat suku bunga (kebijakan moneter ketat) akan mengurangi jumlah uang yang beredar dan mendorong peningkatan suku bunga jangka pendek. Dan apabila credible, akan timbul ekspektasi masyarakat bahwa inflasi akan turun atau suku bunga riil jangka panjang akan meningkat. Inflasi yang cenderung mengalami penuruan akan berdampak pada turunnya harga barang dan jasa yang pada akhirnya akan mempengaruhi penawaran uang yang beredar.

Oleh sebab itu jumlah uang yang beredar dalam masyarakat harus sesuai dengan porsinya, manakala jumlah uang beredar berlebih akan memicu peningkatan harga-harga dan akan terjadi inflasi yang tinggi. Sebaliknya, jumlah uang yang beredar terlalu kecil akan menghambat perekonomian itu sendiri.

Dari data dan informasi diatas menunjukkan bahwa selama tahun 200 hingga tahun 2014 suku bunga relatif menurun, sedangkan indeks harga umum dan giro wajib minimum cenderung meningkat, sementara penawaran uang kartal/ jumlah uang kartal yang beredar menunjukkan pola peningkatan di Indonesia. Atas dasar itulahpenulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Uang Kartal di Indoensia”.


(22)

9

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukan diatas, yang menjadi rumusan masalah adalah apakah ada interdependensi tingkat suku bunga, giro wajib minimum, indeks harga umum dan stok uangterhadap penawaran uang kartal di Indonesia ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian adalah: Untuk menganalisa apakah ada interdependensi tingkat suku bunga, giro wajib minimum, indeks harga umum dan stok uang terhadap penawaran uang kartal di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan informasi bagi otoritas moneter di Indonesia (BI) untuk merumuskan kebijakan moneter dalam mencapai kestabilan perekonomian.

2. Sebagai bahan kajian dan informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya di bidang moneter khususnya di bidang penawaran uang kartal.


(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil interpretasi model VAR, secara umum diperoleh nilai VAR terbesar adalah variabel tingkat suku bunga sedangkan nilai VAR terkecil adalah variabel giro wajib minimum.

2. Berdasarkan hasil uji Impulse Response Function (IRF) pengaruh terbesar pada penawaran uang kartal adalah variabel giro wajib minimum, dalam jangka menengah adalah variabel tingkat suku bunga dan pada jangka panjang adalah variabel stok uang dalam arti luas.

3. Berdasarkan hasil uji Forecast Error Decomposition of Variance (FEDV) diperoleh hasil bahwa dampak error variance terbesar baik dalam jangka pendek, jangka menengah maupun dalam jangka panjang yang paling berdampak adalah variabel tingkat suku bunga

5.2. Saran

1. Pemerintah melalaui Bank Indonesia dalam upaya menentukan besaran jumlah uang yang beredar serta dalam upaya menstabilkan tingkat suku bunga, harus melakukan analisis dan kajian yang mendalam untuk selanjutnya membuat kebijakan serta regulasi yang mampu menyeimbangkan jumlah uang yang beredar sesuai dengan kebutuhannya serta mampu untuk menstabilkan tingkat suku bunga, karena variabel tingkat suku bunga yang mempengaruhi penawaran uang kartal di


(24)

75

Indonesia relatif masih belum stabil mengingat tingkat suku bunga juga dipengaruhi oleh variabel ekonomi makro lainnya.

2. Kebijakan regulasi yang diambil oleh BI sebaiknya memenuhi seluruh aspek aktifitas perbankan di Indonesia, termasuk dalam hal menetapkan batas minimum rekening giro wajib lembaga perbankan serta tetap konsisten dalam menentukan besaran stok uang yang harus disediakan oleh lembaga perbankan di Indonesia. Disamping itu pemerintah bersama BI selalu menyeimbangkan antara permintan dan penawaaran uang sehingga tidak menimbulkan gejolak harga di pasaran.

3. Pada peneliti selanjutnya yang ingin melakukan jenis penelitian yang sama sebaiknya dilaksanakan dengan memperbaiki tahapan-tahapan metode ini atau mengkombinasikannya dengan metode lain.


(1)

GWM dalam Rupiah sebesar 8% (GWM premier) dan 4% (GWM sekunder) sertta 8% GWM dalam valuta asing (BI, Laporan Perbankan, 2013)

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, otoritas moneter menggunakan berbagai target antara melalui pengandalian jumlah uang beredar dan suku bunga. Pemenuhan GWM merupakan instrumen kebijakan moneter untuk mengendalikan baik jumlah uang beredar maupun suku bunga. Otoritas moneter meningkatkan persentase GWM untuk menurunkan jumlah uang beredar dalam masyarakat. Perbankan diwajibkan menyisihkan sebagian dananya pada Bank Indonesia.

Dengan demikian, dana yang tersalurkan sebagai pinjaman atau kredit akan berkurang. Sehingga jumlah uang beredar dalam masyarakat akan berkurang. Di samping itu, peningkatan GWM akan mengakibatkan suku bunga pinjaman meningkat karena cost of loanable fund yang tinggi. Strategi ini biasa disebut dengan strategi kontraksi moneter. Sebaliknya, strategi ekspansi moneter dilakukan dengan menurunkan persentase GWM, sehingga perbankan dapat menyalurkan dananya lebih banyak dan jumlah uang beredar dalam masyarakat akan meningkat.

Tabel 1.1. Suku Bunga, Indeks Harga Umum dan Giro Wajib Minimum Tahun 2005– 2014

Tahun Suku Bunga (Persen) Indeks Harga Umum (Persen) Giro Wajib Minimum (Persen)

2005 5.33 136.86 12,81

2006 6.34 145.89 12,36

2007 6.12 155.50 14,36

2008 9.87 113.86 6.12

2009 6.34 117.03 6.16

2010 5.74 125.17 9.56

2011 4.83 129.91 10.28


(2)

7

2013 6.08 146.84 12.20

2014 5.83 119.00 13.93

Sumber : Bank Indonesia Tahun 2005-2014

Tabel 1.1 jelas terlihat perkembangan beberapa indikator yang mempengaruhi jumlah uang kartal yang beredar. Berdasarkan data yang ada terlihat bahwa manakala suku bunga meningkat, maka indeks harga umum dan giro wajib minimum juga ikut meningkat. Stabilnya perekonomian menyebabkan kondisi ini terjadi.

Di tahun 2008 sebagai dampak dari krisis global, dari ke 3 indikator yang dianalisis hanya indikator indeks harga umum dan giro wajib minimum menunjukkan pola penurunan sementara suku bunga terus meningkat. Namun sebaliknya, dampak krisis global baru berimbas kepada suku bunga yang relatif terus mengalami penurunan suku bunga sedangkan kedua variabel lainnya mengalami peningkatan.

Peningkatan yang terjadi pada indeks harga umum dan giro wajib minimum disebabkan salah satunya adalah kebijakan moneter oleh bank sentral yang meningkatkan jumlah uang kartal. Peningkatan jumlah uang kartal dalam masyarakat secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan harga-harga barang dan jasa akan meningkat pula yang pada gilirannya akan memicu inflasi.

Suku bunga yang terus menurun menunjukkan bahwa jumlah uang yang beredar dalam masyarakat lebih besar dibandingkan dengan uang yang berada dalam lembaga perbankan, hal ini menyebabkan masyarakat lebih banyak menghabiskan dananya untuk konsumsi baik konsumsi barang dan jasa kebutuhan pokok maupun investasi dalam bentuk asset tak bergerak.


(3)

Hingga tahun 2013 kondisi perekonomian mulai menunjukkan tanda-tanda peningkatan kearah yang lebih baik, dimana ke 3 indikator menunjukkan pola peningkatan yang relatif prporsional. Namun di akhir tahun 2014 suku bunga bank dan indeks harga umum mengalami penurunan, hanya giro wajib minimum yang mengalami peningkatan.

Jadi dengan menaikkan tingkat suku bunga (kebijakan moneter ketat) akan mengurangi jumlah uang yang beredar dan mendorong peningkatan suku bunga jangka pendek. Dan apabila credible, akan timbul ekspektasi masyarakat bahwa inflasi akan turun atau suku bunga riil jangka panjang akan meningkat. Inflasi yang cenderung mengalami penuruan akan berdampak pada turunnya harga barang dan jasa yang pada akhirnya akan mempengaruhi penawaran uang yang beredar.

Oleh sebab itu jumlah uang yang beredar dalam masyarakat harus sesuai dengan porsinya, manakala jumlah uang beredar berlebih akan memicu peningkatan harga-harga dan akan terjadi inflasi yang tinggi. Sebaliknya, jumlah uang yang beredar terlalu kecil akan menghambat perekonomian itu sendiri.

Dari data dan informasi diatas menunjukkan bahwa selama tahun 200 hingga tahun 2014 suku bunga relatif menurun, sedangkan indeks harga umum dan giro wajib minimum cenderung meningkat, sementara penawaran uang kartal/ jumlah uang kartal yang beredar menunjukkan pola peningkatan di Indonesia. Atas dasar itulahpenulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Uang Kartal di Indoensia”.


(4)

9 Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukan diatas, yang menjadi rumusan masalah adalah apakah ada interdependensi tingkat suku bunga, giro wajib minimum, indeks harga umum dan stok uangterhadap penawaran uang kartal di Indonesia ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian adalah: Untuk menganalisa apakah ada interdependensi tingkat suku bunga, giro wajib minimum, indeks harga umum dan stok uang terhadap penawaran uang kartal di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan informasi bagi otoritas moneter di Indonesia (BI) untuk merumuskan kebijakan moneter dalam mencapai kestabilan perekonomian.

2. Sebagai bahan kajian dan informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya di bidang moneter khususnya di bidang penawaran uang kartal.


(5)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil interpretasi model VAR, secara umum diperoleh nilai VAR terbesar adalah variabel tingkat suku bunga sedangkan nilai VAR terkecil adalah variabel giro wajib minimum.

2. Berdasarkan hasil uji Impulse Response Function (IRF) pengaruh terbesar pada penawaran uang kartal adalah variabel giro wajib minimum, dalam jangka menengah adalah variabel tingkat suku bunga dan pada jangka panjang adalah variabel stok uang dalam arti luas.

3. Berdasarkan hasil uji Forecast Error Decomposition of Variance (FEDV) diperoleh hasil bahwa dampak error variance terbesar baik dalam jangka pendek, jangka menengah maupun dalam jangka panjang yang paling berdampak adalah variabel tingkat suku bunga

5.2. Saran

1. Pemerintah melalaui Bank Indonesia dalam upaya menentukan besaran jumlah uang yang beredar serta dalam upaya menstabilkan tingkat suku bunga, harus melakukan analisis dan kajian yang mendalam untuk selanjutnya membuat kebijakan serta regulasi yang mampu menyeimbangkan jumlah uang yang beredar sesuai dengan kebutuhannya serta mampu untuk menstabilkan tingkat suku bunga, karena variabel tingkat suku bunga yang mempengaruhi penawaran uang kartal di


(6)

75

Indonesia relatif masih belum stabil mengingat tingkat suku bunga juga dipengaruhi oleh variabel ekonomi makro lainnya.

2. Kebijakan regulasi yang diambil oleh BI sebaiknya memenuhi seluruh aspek aktifitas perbankan di Indonesia, termasuk dalam hal menetapkan batas minimum rekening giro wajib lembaga perbankan serta tetap konsisten dalam menentukan besaran stok uang yang harus disediakan oleh lembaga perbankan di Indonesia. Disamping itu pemerintah bersama BI selalu menyeimbangkan antara permintan dan penawaaran uang sehingga tidak menimbulkan gejolak harga di pasaran.

3. Pada peneliti selanjutnya yang ingin melakukan jenis penelitian yang sama sebaiknya dilaksanakan dengan memperbaiki tahapan-tahapan metode ini atau mengkombinasikannya dengan metode lain.