Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang Di Indonesia

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN UANG DI INDONESIA

TESIS

Oleh

MUJIBURROKHMAN

077018043/EP

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN UANG DI INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUJIBURROKHMAN

077018043/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis : ANALISIS  FAKTOR  ‐  FAKTOR  YANG  MEMPENGARUHI  PERMINTAAN  UANG DI  INDONESIA

Nama Mahasiswa : Mujiburrokhman

Nomor Pokok : 077018043

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Jonni Manurung, MS) (Wahyu Ari Pratomo, SE, M.Ec) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

Tanggal lulus : 29 Januari 2010 Telah diuji pada


(4)

Tanggal : 29 Januari 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : 1. Dr. Jonni Manurung, MS

Anggota : 2. Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec 3. Dr. Murni Daulay, M.Si.

4. Dr. Rahmanta, M.Si.


(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kontribusi pendapatan riil, tingkat suku bunga, inflasi terhadap perubahan permintaan uang di Indonesia, untuk mengetahui kontribusi pendapatan riil, tingkat suku bunga, permintaan uang, terhadap perubahan inflasi di Indonesia, untuk mengetahui kontribusi pendapatan riil, inflasi, permintaan uang, terhadap perubahan tingkat suku bunga di Indonesia, dan untuk mengetahui kontribusi inflasi, permintaan uang, tingkat suku bunga, terhadap perubahan pendapatan riil di Indonesia.

Pengumpulan data diperoleh dari data skunder yaitu data pendapatan riil, tingkat suku bunga, inflasi dan permintaan uang, 1982 sampai dengan tahun 2008 (26 observasi). Penentuan jumlah observasi didasarkan atas stabilitas lag struktur dalam model penelitian. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika dengan metode Vector Autoregression (VAR), Impulse Response Function (IRF) dan Variance Decomposition (VD) yang sebelumnya diuji menggunakan uji Unit Roots Test, uji Causalitas Granger dan uji Kointegrasi Johansen.

Hasil analisis data menggunakan Vector Autoregression (VAR), menunjukkan kontribusi antara variabel Pendapatan Domestik Bruto (PDB), Suku Bunga Indonesia (SBI), inflasi (INF) dan permintaan uang (M1). Variabel lain selain variabel itu sendiri yang memiliki kontribusi paling signifikan terhadap PDB adalah variabel SBI periode sebelumnya (SBIt-1). Variabel lain selain variabel itu sendiri yang memiliki kontribusi paling signifikan terhadap SBI variabel SBI periode sebelumnya (SBIt-1). Variabel lain selain variabel itu sendiri yang memiliki kontribusi paling signifikan terhadap inflasi adalah variabel permintaan uang periode sebelumnya (M1t-1), sedangkan variabel lain selain variabel itu sendiri yang memiliki kontribusi paling signifikan terhadap M1 adalah M1t-1. Dari hasil impulse response function diketahui bahwa stabilitas pertama semua variabel berada pada periode jangka menengah yaitu 5 sampai 10 tahun sedangkan dalam jangka panjang cenderung mengalami kestabilan, hal tersebut menimbulkan makna bahwa walaupun ada variabel yang pada jangka pendek tidak berpengaruh namun dalam jangka menengah dan jangka panjang akan saling mempengaruhi satu sama lain. Berdasarkan hasil variance decomposition, secara keseluruhan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, semua variabel pada periode pertama dipengaruhi oleh error variance variabel itu sendiri, sedangkan dalam jangka panjang terjadi perubahan pengaruh error variance yang semakin menurun terhadap variabel itu sendiri dan digeser oleh variabel lainnya. Kata kunci : PDB, SBI, inflasi, permintaan uang dan Vector Auto Regression.


(6)

ABSTRACT

The objectives of this research are to analyze the contribution of real income, interest rate, inflation to the change on money demand in Indonesia, to know the contribution of real income, interest rate, money demand to the change on inflation in Indonesia, to know the contribution of real income, money demand, inflation to the change on interest rate in Indonesia and to know the contribution of inflation, money demand, interest rate to the change on real income in Indonesia.

Data collection is obtained using secondary data, namely the real income, interest rate, inflation and money demand from 1982 up to 2008 (26 observations). The determination on the amount of the observation is based on structure lag stability in the research model. This research uses econometric model with Vector Auto Regression (VAR), Impulse Response Function (IRF) and Variance Decomposition (VD) method which previously tested using Unit Roots Test, Granger Causality Test and Co integration Johansen test.

The result of data analysis uses Vector Auto Regression (VAR) showing the contribution between the variables of Gross Domestic Bruto (PDB), interest rate (SBI), inflation (INF) and money demand (M1). The other variable with the biggest contribution to the PDB is the last period of SBI (SBIt-1). The other variable besides the variable with significant contribution to SBI is SBI t-1. The other variable besides that variable with significant contribution to inflation is M1t-1. Whereas, the other variable with the most significant contribution to M1 is M1t-1. From the result of Impulse Response Function, it is known that the first stability for all variables are in the middle-term period, that is 5 up to 10 years, whereas, in the long-term, it tends to be stabilized. It produces the meaning that even though there is variable in the short-term without influence, however, in the middle and long –term, it is mutual influencing. Based on the result of variance decomposition, as the whole for long-term and short term, all variables on the first period is influenced by error variance variable. Whereas, in the long-term, there is the change on the error variance and reduced to its variables and then it is moved by other variables.

Keywords: GDP, interest rate, inflation, money demand and Vector Auto Regression


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan karuni-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang di Indonesia”.

Meskipun penulis sudah berusaha mencurahkan seluruh daya dan kemampuan untuk menyusun tesis ini agar lebih baik dan sempurna, namun penulis menyadari sepenuhnya akan kelemahan dan kekurangan dari tesis ini baik dalam isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, sehingga tesis ini dapat bermanfaat sebagai sumber ilmu pengetahuan dan referensi bagi para penelitian lainnya.

Selama mengikuti pendidikan dan penyelesaian penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak berupa materi maupun dorongan moril baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(k). Rektor Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan sekaligus selaku Ketua Pembanding.

4. Bapak Dr. Jonni Manurung, MS selaku Ketua Pembimbing yang telah memberikan waktu dan pemikirannya dalam penyusunan tesis ini sehingga tesis ini dapat diselesaikan.


(8)

5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Pembimbing kedua yang telah banyak memberikan waktu dan pemikiran serta bimbingannya kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

6. Bapak Dr. Rahmanta, M.Si. selaku pembanding yang telah memberikan saran-saran yang sangat membantu dalam penyelesaian tesis ini.

7. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si selaku pembanding yang telah memberikan saran-saran yang sangat membantu dalam penyelesaian tesis ini. 8. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Pascasarjana Program Studi Ekonomi

Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

9. Penghargaan tertinggi penulis sampaikan kepada keluarga besar Bapak Drs. H. Redjo Soehardjo, MM dan keluarga besar Bapak Fahmi Faisal (Alm) serta istri tercinta Cerdiana Suharningsih, SE, Ak yang selalu memberikan dukungan dan doa, dan kepada anak-anakku tersayang Daniyal Wiraharja Athaurrakhman, Razqa Dwiraharja Athaurrakhman serta Adika Triraharja Athaurrakhman yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

10. Rekan-rekan mahasisiwa dan seluruh alumni Pascasarjana (S-2) Magister Ekonomi Pembangunan (MEP) Universitas Sumatera Utara khususnya Angkatan XIII, seluruh staff/karyawan sekretariat Sekolah Pascasarjana USU serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberikan saran, pendapat serta pandangannya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Akhirnya, semoga Allah memberikan balasan yang setimpal atas segala amal dan budi yang diberikan. Dan semoga kemudahan dan kelapangan selalu menyertai kita semua. Amin.

Medan, Januari 2010


(9)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Mujiburrokhman 2. Agama : Islam

3. Tempat/Tgl. Lahir : Brebes, 29 Mei 1976

4. Alamat : Perumahan Puri 3 Tanjungsari Blok B No. 15 Medan 5. Pekerjaan : Pegawai Departemen Keuangan

6. Status : Menikah

7. Nama Istri : Cerdiana Suharningsih, SE, Ak 8. Nama Anak : - Daniyal Wiraharja Athaurrakhman

- Razqa Dwiraharja Athaurrakhman - Adika Triraharja Athaurrakhman 9. Nama Orang Tua

Ayah : (Alm) Fahmi Faisal Ibu : (Almh) Solichah 10. Pendidikan

a. MI Almujahidin Kluwut Brebes : Lulus Tahun 1988 b. SMP Negeri Bulakamba Brebes : Lulus Tahun 1991 c. SMA Negeri 1 Brebes : Lulus Tahun 1994 d. Sekolah Tinggi Akuntasi Negara : Lulus Tahun 1997 e. Universitas WR Supratman Surabaya : Lulus Tahun 2005 f. Sekolah Pascasarjana USU : Lulus Tahun2010


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR SINGKATAN... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1. Pengertian, Jenis dan Fungsi Uang ... 9

2.2. Teori Permintaan Uang Klasik... 11

2.3. Teori Permintaan Uang Keynes ... 13

2.3.1. Permintaan Uang Transaksi ... 13

2.3.2. Permintaan Uang Spekulasi ... 15

2.4. Teori Permintaan Uang Friedman... 21

2.5. Teori Baumol dan Tobin ... 24

2.6. Faktor Penentu Permintaan Uang... 27

2.7. Perubahan-Perubahan Nilai Uang ... 38


(11)

2.9. Penelitian Terdahulu ... 41

2.10. Kerangka Pemikiran ... 45

2.11. Hipotesis Penelitian ... 45

BAB III METODE PENELIIAN ... 47

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 47

3.3. Uji Asumsi ... 48

3.3.1. Uji Stasioneritas data dengan Akar Unit ... 48

3.3.2. Uji Kausalitas ... 50

3.3.3. Uji Kointegrasi ... 53

3.4. Model Analisis ... 54

3.5. Innovation Accounting... 55

3.5.1. The Impulse Response Function ... 55

3.5.2. The Forecast Error Variance Decomposition... 55

3.6. Definisi Operasional... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4.1. Perkembangan Ekonomi ... 58

4.2. Deskripsi Variabel Penelitian... 62

4.2.1. Perkembangan PDB Periode 1982 sampai 2008 ... 62

4.2.2. Perkembangan SBI Periode 1982 sampai 2008... 64

4.2.3. Perkembangan Inflasi Periode 1982 sampai 2008... 65

4.2.4. Perkembangan M1Periode 1982 sampai 2008 ... 66

4.3. Hasil Uji Akar-Akar Unit dan Derajat Integrasi ... 67

4.4. Uji Kausalitas Granger... 70

4.4.1. Granger Causality Test ... 70

4.4.2. Uji Kointegrasi Johansen ... 72

4.5. Vector Autoregression... 74

4.6. Impulse Response Function (IRF)... 79


(12)

4.6.2. Response Function SBI ... 82

4.6.3. Response Function Inflasi ... 84

4.6.4. Response Function M1 ... 87

4.7. Variance Decomposition... 89

4.7.1. Variance Decomposition PDB... 90

4.7.2. Variance Decomposition SBI ... 91

4.7.3. Variance Decomposition Inflasi ... 92

4.7.4. Variance Decomposition M1 ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

5.1. Kesimpulan ... 94

5.2. Saran-Saran ... 96


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Perkembangan Jumlah Uang di Indonesia ... 5

1.2 Perkembangan Pendapatan Nasional, Nilai Tukar dan Tingkat Suku Bunga di Indonesia Periode 1985 - 2007... 6

4.1 Hasil Pengujian Akar-Akar Unit dengan Level ... 68

4.2 Hasil Pengujian Akar-Akar Unit dengan 1st Difference... 69

4.3 Hasil Pengujian Akar-Akar Unit dengan 2nd Difference... 69

4.4 Hasil Pengujian Akar-Akar Unit dengan Trend and Intercept... 70

4.5 Granger Causality Test ... 71

4.6 Uji Kointegrasi Johansen ... 73

4.7 Nilai AIC dan SIC pada Beberapa Lag... 74

4.8 Hasil Estimasi VAR dengan Dasar Lag 1 ... 75

4.9 Hasil Analisa VAR ... 77

4.10 Impulse Response Function PDB ... 79

4.11 Impulse Response Function SBI ... 82

4.12 Impulse Response Function Inflasi... 84

4.13 Impulse Response Function M1... 87

4.14 Variance Decomposition PDB ... 90

4.15 Variance Decomposition SBI ... 91

4.16 Variance Decomposition Inflasi... 92


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Permintaan Uang Untuk Transaksi ... 14

2.2 Permintaan Uang dengan Tingkat Bunga Normal ... 16

2.3 Permintaan Uang Untuk Spekulasi ... 18

2.4 Liquidity Trap ... 19

2.5 Permintaan Uang Untuk Transaksi dan Spekulasi ... 20

2.6 Faktor-Faktor Penentu Permintaan Uang ... 37

2.7 Kerangka Pemikiran ... 45

4.1 Perkembangan PDB Tahun 1982 sampai 2008 ... 63

4.2 Perkembangan SBI Tahun 1982 sampai 2008 ... 64

4.3 Perkembangan Inflasi Tahun 1982 sampai 2008 ... 65

4.4 Perkembangan M1Tahun 1982 sampai 2008 ... 66

4.5 Stabilitas Struktur Model ... 78

4.6 Respon Variabel PDB pada Perubahan Variabel Lain ... 81

4.7 Respon Variabel SBI pada Perubahan Variabel Lain ... 83

4.8 Respon Variabel Inflasi pada Perubahan Variabel Lain ... 86


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Tabulasi Data Variabel ………... 99

2 Unit Roots Pada Level ………... 100

3 Unit Roots Pada 1st Difference ………... 104

4 Unit Roots Pada 2nd Difference ………... 107

5 Unit Roots Pada Trend and Intercept………... 109

6 Uji Causalitas Granger ... 110

7 Uji Kointegrasi Johansen ... 111

8 Vector Autoregression ... 112

9 Stabilitas Lag Structure ... 113

10 Impulse Response Function ... 114


(16)

DAFTAR SINGKATAN

ADF = Augmented Dickey Fuller AIC = Akaike Information Criterion BPS = Badan Pusat Statistik

BUMN = Badan Usaha Milik Negara

DW = Durbin Watson

IRF = Impulse Response Function PDB = Produk Domestik Bruto SBI = Suku Bunga Indonesia

SIC = Schwarz Information Criterion VAR = Vector Autoregression


(17)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kontribusi pendapatan riil, tingkat suku bunga, inflasi terhadap perubahan permintaan uang di Indonesia, untuk mengetahui kontribusi pendapatan riil, tingkat suku bunga, permintaan uang, terhadap perubahan inflasi di Indonesia, untuk mengetahui kontribusi pendapatan riil, inflasi, permintaan uang, terhadap perubahan tingkat suku bunga di Indonesia, dan untuk mengetahui kontribusi inflasi, permintaan uang, tingkat suku bunga, terhadap perubahan pendapatan riil di Indonesia.

Pengumpulan data diperoleh dari data skunder yaitu data pendapatan riil, tingkat suku bunga, inflasi dan permintaan uang, 1982 sampai dengan tahun 2008 (26 observasi). Penentuan jumlah observasi didasarkan atas stabilitas lag struktur dalam model penelitian. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika dengan metode Vector Autoregression (VAR), Impulse Response Function (IRF) dan Variance Decomposition (VD) yang sebelumnya diuji menggunakan uji Unit Roots Test, uji Causalitas Granger dan uji Kointegrasi Johansen.

Hasil analisis data menggunakan Vector Autoregression (VAR), menunjukkan kontribusi antara variabel Pendapatan Domestik Bruto (PDB), Suku Bunga Indonesia (SBI), inflasi (INF) dan permintaan uang (M1). Variabel lain selain variabel itu sendiri yang memiliki kontribusi paling signifikan terhadap PDB adalah variabel SBI periode sebelumnya (SBIt-1). Variabel lain selain variabel itu sendiri yang memiliki kontribusi paling signifikan terhadap SBI variabel SBI periode sebelumnya (SBIt-1). Variabel lain selain variabel itu sendiri yang memiliki kontribusi paling signifikan terhadap inflasi adalah variabel permintaan uang periode sebelumnya (M1t-1), sedangkan variabel lain selain variabel itu sendiri yang memiliki kontribusi paling signifikan terhadap M1 adalah M1t-1. Dari hasil impulse response function diketahui bahwa stabilitas pertama semua variabel berada pada periode jangka menengah yaitu 5 sampai 10 tahun sedangkan dalam jangka panjang cenderung mengalami kestabilan, hal tersebut menimbulkan makna bahwa walaupun ada variabel yang pada jangka pendek tidak berpengaruh namun dalam jangka menengah dan jangka panjang akan saling mempengaruhi satu sama lain. Berdasarkan hasil variance decomposition, secara keseluruhan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, semua variabel pada periode pertama dipengaruhi oleh error variance variabel itu sendiri, sedangkan dalam jangka panjang terjadi perubahan pengaruh error variance yang semakin menurun terhadap variabel itu sendiri dan digeser oleh variabel lainnya. Kata kunci : PDB, SBI, inflasi, permintaan uang dan Vector Auto Regression.


(18)

ABSTRACT

The objectives of this research are to analyze the contribution of real income, interest rate, inflation to the change on money demand in Indonesia, to know the contribution of real income, interest rate, money demand to the change on inflation in Indonesia, to know the contribution of real income, money demand, inflation to the change on interest rate in Indonesia and to know the contribution of inflation, money demand, interest rate to the change on real income in Indonesia.

Data collection is obtained using secondary data, namely the real income, interest rate, inflation and money demand from 1982 up to 2008 (26 observations). The determination on the amount of the observation is based on structure lag stability in the research model. This research uses econometric model with Vector Auto Regression (VAR), Impulse Response Function (IRF) and Variance Decomposition (VD) method which previously tested using Unit Roots Test, Granger Causality Test and Co integration Johansen test.

The result of data analysis uses Vector Auto Regression (VAR) showing the contribution between the variables of Gross Domestic Bruto (PDB), interest rate (SBI), inflation (INF) and money demand (M1). The other variable with the biggest contribution to the PDB is the last period of SBI (SBIt-1). The other variable besides the variable with significant contribution to SBI is SBI t-1. The other variable besides that variable with significant contribution to inflation is M1t-1. Whereas, the other variable with the most significant contribution to M1 is M1t-1. From the result of Impulse Response Function, it is known that the first stability for all variables are in the middle-term period, that is 5 up to 10 years, whereas, in the long-term, it tends to be stabilized. It produces the meaning that even though there is variable in the short-term without influence, however, in the middle and long –term, it is mutual influencing. Based on the result of variance decomposition, as the whole for long-term and short term, all variables on the first period is influenced by error variance variable. Whereas, in the long-term, there is the change on the error variance and reduced to its variables and then it is moved by other variables.

Keywords: GDP, interest rate, inflation, money demand and Vector Auto Regression


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Uang didefinisikan sebagai alat pertukaran (medium of exchange) yaitu suatu barang atau bentuk kekayaan riil (tangible asset) yang secara umum diterima sebagai pembayaran. Uang yang dipegang juga dipergunakan sebagai penyimpan nilai walaupun mungkin peran ini kecil di dalam suatu perekonomian. Uang bisa dipergunakan sebagai alat pengukur (medium of account), intinya harga biasanya dinyatakan dalam suatu satuan uang.

Dalam sejarah ekonomi telah tercatat bahwa sebagai alat pertukaran pernah dipergunakan suatu barang yang berharga seperti gading gajah, tulang dan berbagai macam logam. Meskipun demikian berbagai barang ini tidak semata-mata berperan sebagai uang seperti dimaksud di atas. Dalam perekonomian yang mempergunakan barang sebagai uang, nilai uang akan dipengaruhi oleh permintaan barang, baik dalam kapasitanya sebagai uang maupun sabagai barang. Pada masa emas dipergunakan sebagai uang maka nilai tukar uang atau harga uang dipengaruhi oleh permintaan emas sebagai perhiasan dan emas sebagai uang. Pengaruh ganda demikian, yaitu harga uang akibat permintaan barang dalam kapasitasnya bukan sebagai alat tukar, dapat diabaikan apabila uang yang dimaksud adalah uang fiat. Dalam perkembangannya, akhir-akhir ini uang fiat yang secara intrinsik tidak bernilai karena dibuat dari kertas atau barang lain yang tidak berharga, mendominasi bentuk uang.


(20)

Jumlah uang yang diminta dalam suatu perekonomian sangat dipengaruhi oleh kondisi kelembagaan, peraturan pemerintah dan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi pembayaran telah mengubah jumlah uang yang diminta untuk suatu tingkat pendapatan tertentu. Sebelum cek dan kartu kredit dipergunakan secara luas, biasanya seluruh pendapatan seseorang akan diwujudkan dalam bentuk uang. Namun setelah cek dan kartu kredit dipergunakan secara luas orang tidak perlu memegang seluruh pendapatannya dalam bentuk uang. Pengaruh demikian tidak menyebabkan konsep permintaan uang menjadi usang sebagaimana pengaruh teknologi dan peraturan transportasi tidak banyak berpengaruh terhadap permintaan mobil.

Dalam praktek penghitungan jumlah atau stok uang dalam perekonomian perlu diperjelas. Pada prinsipnya bentuk kekayaan yang dapat dimasukkan dalam pengertian stok uang hanya berupa kekayaan yang memberikan hak atas sejumlah kas, dan segala bentuk hak yang dapat berfungsi sebagai uang tanpa membebani biaya yang berarti bagi pemiliknya.

Perkembangan teknologi selanjutnya memang memungkinkan adanya transaksi tanpa adanya transfer (perpindahan) sejumlah uang secara nyata (tangible), namun transaksi diselesaikan dengan mengubah rekening bank pembeli dan penjual. Perkembangan teknologi transaksi demikian tidak dapat diartikan bahwa perekonomian sudah tidak mempergunakan uang secara literer dan menjadikan suatu perekonomian tanpa uang sebagaimana jaman barter. Sebagaimana prinsip di atas,


(21)

stok uang tetap ada dalam perekonomian berupa rekening bank para partisipan suatu perekonomian. Dengan makin berkembangnya teknologi, aktifitas ekonomi, perbankan dan lembaga keuangan menjadi semakin maju. Derajat kepekaan (responsiveness) variabel-variabel moneter, khususnya suku bunga domestik, menjadi semakin tinggi terhadap perubahan variabel moneter internasional. Fakta tersebut menunjukkan bahwa pembatas antara ekonomi domestik dengan ekonomi intenasional menjadi semakin luntur. Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi, membuat para pelaku ekonomi menjadi semakin cerdas dalam mengurai informasi ekonomi yang diterimanya.

Teori permintaan uang sebenarnya dapat dijelaskan dengan menggunakan teori tentang alokasi sumber-sumber ekonomi yang sifatnya terbatas. Pada prinsipnya, dengan sumber ekonomi yang terbatas manusia haruslah memilih alokasi yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Dengan pendapatan tertentu apabila seseorang ingin memperbanyak konsumsi maka jumlah kekayaan akan semakin kecil. Demikian juga apabila dia ingin memeliki salah satu kekayaan lebih banyak maka dengan sendirinya pemilikan bentuk kekayaan yang lain akan menjadi lebih sedikit. Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut seseorang akan membandingkan hasil (return) dari masing-masing bentuk kekayaan. Dari hasil perbandingan tersebut dia akan menentukan komposisi dan proporsi dari masing-masing bentuk kekayaan agar diperoleh hasil yang maksimum.


(22)

Meletakkan permasalahan dengan cara ini menimbulkan pertanyaan mengapa orang-orang memilih untuk menyimpan saldo uang. Uang biasanya tidak menghasilkan pendapatan yang eksplisit, hanya tingkat hasil yang rendah dibandingkan dengan hasil aktiva lain. Tetapi menyimpan uang berarti mengorbankan sesuatu, kerugiannya adalah kepuasan atau pendapatan yang dikorbankan dengan menyimpan uang dan bukan menggunakan dana ini untuk manfaat lain.

Kenyataan bahwa orang memilih untuk menyimpan sejumlah tertentu saldo uang dengan biaya alternatif yang menarik memberi kesan bahwa menyimpan uang pasti menghasilkan semacam keuntungan terhadap individu itu. Hal ini diakibatkan oleh kualitas uang akseptabilitasnya yang umum dalam pembayaran, likuiditasnya yang sempurna, dan keamanannya dalam arti bahwa uang tidak menurun nilainya (depresiasi) dilihat dari segi uang. Memang sebagaimana akan kita lihat, sifat-sifat uang ini menimbulkan beberapa alasan yang berbeda untuk menyimpan uang.

Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian deregulasi keuangan dan perbankan yang di mulai tahun 1983. Implikasi dari deregulasi tersebut adalah semakin meningkatnya integrasi dan interaksi antar berbagai unsur ekonomi yang menyebabkan struktur ekonomi menjadi dinamis dan kompleks. Struktur ekonomi yang kompleks akan merubah perilaku pelaku ekonomi yang diindikasikan dengan munculnya berbagai fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. Perkembangan industri keuangan non-bank


(23)

seperti pasar modal akan mendorong terjadinya disintermediasi dan perubahan perilaku investasi.

Selain itu, terlihat pula gejala merenggangnya hubungan antar variabel makro ekonomi. Kondisi ini pada akhirnya akan mempersulit otoritas moneter untuk mengambil keputusan dalam manajemen moneternya. Di Indonesia, kebijakan moneter sepenuhnya diserahkan kepada otoritas moneter yaitu Bank Indonesia. Dalam hal ini, jumlah uang beredar merupakan alat yang digunakan oleh Bank Indonesia dalam menetapkan kebijakan moneter. Jumlah permintaan uang di suatu negara dipengaruhi banyaknya faktor-faktor antara lain kebijakan pemerintah, politik, dan keamanan. Berdasarkan data statistik jumlah perkembangan uang di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup bervariasi. Perkembangan jumlah uang di Indonesia dalam kurun waktu 1986 hingga tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Uang di Indonesia (dalam milyar rupiah) Tahun Uang Kartal Uang Giral M1 Pertumbuhan (persen)

1986 5.338 6.339 11.677 -

1987 5.782 6.903 12.685 8,63

1988 6.246 8.146 14.392 13,46

1989 7.426 12.688 20.114 39,76

1990 9.094 14.725 23.819 18,42

1991 9.346 16.995 26.341 10,59

1992 11.478 17.301 28.779 9,26

1993 14.431 22.374 36.805 27,89

1994 18.634 26.740 45.374 23,28

1995 20.807 31.870 52.677 16,10

1996 22.487 41.602 64.089 21,66

1997 28.424 49.919 78.343 22,24

1998 41.394 59.803 101.197 29,17

1999 58.353 66.280 124.633 23,16

2000 72.371 89.815 162.186 30,13


(24)

2002 80.686 111.253 191.939 7,99

2003 94.542 129.257 223.799 16,60

2004 109.265 144.553 253.818 13,41

2005 124.316 157.589 281.905 11,07

2006 151.009 210.064 361.073 28,08

2007 183.419 277.423 460.842 27,63

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, BI

Faktor yang paling mempengaruhi terhadap perkembangan jumlah uang antara lain pendapatan nasional, nilai tukar dan tingkat suku bunga (Boediono: 1985). Data tentang perkembangan pendapatan nasional, nilai tukar dan tingkat suku bunga di Indonesia selama kurun 1985-2007 ditunjukkan pada Tabel 1.2 :

Tabel 1.2. Perkembangan Pendapatan Nasional, Nilai Tukar,dan Tingkat Suku Bunga Di Indonesia Selama Periode 1985-2007

Tahun

PDB (Milyar Rupiah)

Pertumbuhan

(Persen) Nilai Tukar

Pertumbuhan (Persen)

Tingkat Suku Bunga

Pertumbuhan (Persen)

1985 96.997 - 1.125,25 - 18,40 -

1986 102.683 5,86 1.641,00 45,83 16,88 -8,26

1987 124.817 21,56 1.650,00 0,55 15,35 -9,06

1988 149.669 19,91 1.729,00 4,79 18,42 20,00

1989 179.582 19,99 1.795,48 3,84 18,99 3,09

1990 210.866 17,42 1.901,00 5,88 17,70 -6,79

1991 249.969 18,54 1.992,00 4,79 19,63 10,90

1992 282.395 12,97 2.062,00 3,51 22,65 15,38

1993 329.776 16,78 2.110,00 2,33 17,78 -21,50

1994 382.220 15,90 2.200,00 4,27 13,00 -26,88

1995 454.514 18,91 2.308,00 4,91 13,00 0,00

1996 532.568 17,17 2.383,00 3,25 17,00 30,77

1997 627.695 17,86 4.650,00 95,13 17,00 0,00

1998 955.754 52,26 8.025,00 72,58 16,00 -5,88

1999 1.099.732 15,06 7.100,00 -11,53 25,00 56,25

2000 1.389.769 26,37 9.595,00 35,14 22,00 -12,00


(25)

Lanjutan Tabel 1.2

2001 1.684.280 21,19 10.400,00 8,39 13,31 -39,50

2002 1.863.274 10,63 8.940,00 -14,04 16,18 21,56

2003 2.045.853 9,80 8.465,00 -5,31 13,79 -14,77

2004 2.303.031 12,57 9.290,00 9,75 8,25 -40,17

2005 2.636.500 14,48 9.830,00 5,81 12,75 54,55

2006 3.119.073 18,30 9.020,00 -8,24 12,89 1,10

2007 3.804.154 21,96 9.419,00 4,42 8,60 -33,28

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, BI

Tabel 2 memperlihatkan bahwa jumlah PDB, nilai tukar dan tingkat suku bunga di Indonesia cenderung mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Perubahan itu diduga berpengaruh terhadap jumlah permintaan uang di Indonesia. Dengan adanya kenaikan dan penurunan jumlah permintaan uang tersebut, mengakibatkan terjadinya fluktuasi terhadap kondisi likuiditas perekonomian Indonesia.

Dari uraian tersebut penulis berusaha untuk membahas masalah ini menjadi sebuah penelitian yang diberi judul "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG DI INDONESIA”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah :

1. Apakah pendapatan riil, tingkat suku bunga, inflasi, berkontribusi terhadap perubahan permintaan uang di Indonesia?

2. Apakah pendapatan riil, tingkat suku bunga, permintaan uang, berkontribusi terhadap perubahan inflasi di Indonesia?


(26)

3. Apakah pendapatan riil, inflasi, permintaan uang, berkontribusi terhadap perubahan tingkat suku bunga di Indonesia?

4. Apakah inflasi, permintaan uang, tingkat suku bunga, berkontribusi terhadap perubahan pendapatan riil di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kontribusi pendapatan riil, tingkat suku bunga, inflasi

terhadap perubahan permintaan uang di Indonesia.

2. Untuk mengetahui kontribusi pendapatan riil, tingkat suku bunga, permintaan uang, terhadap perubahan inflasi di Indonesia.

3. Untuk mengetahui kontribusi pendapatan riil, inflasi, permintaan uang, terhadap perubahan tingkat suku bunga di Indonesia.

4. Untuk mengetahui kontribusi inflasi, permintaan uang, tingkat suku bunga, terhadap perubahan pendapatan riil di Indonesia.

1.3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang di Indonesia.

2. Untuk menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah permintaan uang, pendapatan riil, tingkat bunga dan inflasi.


(27)

3. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya terutama yang berminat untuk meneliti mengenai permintaan uang di Indonesia.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian, Jenis dan Fungsi Uang

Mankiw (2006) mendefinisikan uang sebagai persediaan aset yang dapat dengan segera digunakan untuk melakukan transaksi. Berdasarkan jenisnya, uang dapat dibedakan menjadi uang kartal, uang giral dan uang kuasi. Uang kartal adalah uang yang dijadikan sebagai alat transaksi sah dan wajib diterima seluruh masyarakat pada perekonomian. Uang kartal umumnya berbentuk uang kertas dan uang logam yang dibuat oleh bank sentral yang diberi hak tunggal mencetak uang / hak oktroi. Uang giral adalah suatu tagihan pada bank umum yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran dan transaksi yang sah dan masyarakat tidak wajib menerima pembayarannya. Uang giral dapat dibilang mudah, aman dan praktis karena dalam melakukan transaksi di mana seseorang tidak perlu menghitung dan membawa banyak uang kontan. Uang kuasi adalah surat-surat berharga yang dapat dijadikan sebagai alat pembayaran. Uang kuasi ini terdiri atas deposito berjangka dan tabungan serta rekening valuta asing milik swasta.

Berdasarkan penghitungan jumlah permintaan uang di masyarakat, uang dapat dibedakan dengan M0, M1, M2 dan M3. M0 merupakan definisi permintaan uang yang paling sempit karena M0 hanya terdiri dari uang kartal, yaitu uang kertas dan logam yang dipegang masyarakat sehari-hari. M1, yaitu M0 ditambah dengan demand deposit. Demand deposit adalah tabungan yang dimiliki masyarakat yang ada


(29)

di bank, yang dapat dicairkan sewaktu-waktu apabila dibutuhkan. M1 ini merupakan perhitungan jumlah uang beredar yang sangat likuid. M2, yaitu M1 ditambah dengan time deposit . Time deposit adalah tabungan, deposito, dan sejenisnya, yang memiliki waktu jatuh tempo atau tidak dapat dicairkan sewaktu-waktu apabila dibutuhkan. M3, yaitu M2 ditambah dengan deposito jangka panjang, meliputi dana-dana institusional yang ada dipasar uang.

Uang memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran (Mankiw : 2006). Sebagai penyimpan nilai (store of value), uang adalah cara mengubah daya beli dari masa kini ke masa depan. Jika seseorang bekerja hari ini dan mendapatkan $ 100, maka dia dapat menyimpan uang tersebut dan membelanjakannya besok, minggu depan atau bulan depan. Tentu saja uang adalah penyimpan nilai yang tidak sempurna, jika harga meningkat jumlah yang bisa dibeli dengan jumlah uang tertentu akan turun. Namun begitu, orang memegang uang karena mereka bisa membelanjakannya untuk mendapatkan barang dan jasa pada suatu saat di masa depan.

Sebagai unit hitung (unit of account), uang memberikan ukuran dimana harga ditetapkan dan utang dicatat. Untuk menentukan harga sejenis barang diperlukan uang sebagai satuan hitung. Dengan adanya satuan hitung, kita dapat mengadakan perbandingan harga satu barang dengan barang lain. Sebagai media pertukaran (medium of exchange), uang adalah apa yang kita gunakan untuk membeli barang dan jasa. Kemudahan untuk mengubah uang menjadi sesuatu yang lain misalnya barang dan jasa disebut juga dengan likuiditas uang.


(30)

2.2. Teori Permintaan Uang Klasik

Teori permintaan uang klasik bermula dari teori tentang jumlah uang yang beredar dalam masyarakat (teori kuantitas uang). Teori ini tidak dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa seseorang atau masyarakat menyimpan uang kas, tetapi lebih pada peranan uang dalam perekonomian. Dengan sederhana Fisher dalam Waluyo (2004) merumuskan teori kuantitas uang sebagai berikut :

PT

MV  (2.1)

dimana :

M = Jumlah uang beredar

V = Perputaran uang dari satu tangan ke tangan lain dalam satu periode P = Harga barang

T = Volume barang yang diperdagangkan

Persamaan diatas menunjukkan bahwa nilai barang yang diperdagangkan sama besarnya dengan jumlah uang beredar dikalikan kecepatan perputarannya. Meskipun persamaan diatas tidak mencerminkan permintaan uang namun bisa diubah bentuknya menjadi persamaan permintaan uang.

Pertama dengan mengganti volume barang yang diperdagangkan (T) dengan output riil (Q), formulasi teori kuantitas menjadi :

Y PQ

MV   (2.2)

dimana :


(31)

V = Tingkat perputaran pendapatan (income velocity of money)

Dalam satu periode waktu tertentu (misalnya satu tahun), kuantitas barang yang diperdagangkan jumlahnya tertentu. Dengan demikian kita bisa menganggap bahwa besarnya nilai Q tidak berubah. Dalam keseimbangan (full employment) nilai Q ini tidak juga berubah. Nilai V relatif tetap karena V mencerminkan tata cara suatu masyarakat mempergunakan uang. Dengan sendirinya V hanya berubah kalau terjadi perubahan kelembagaan seperti misalnya kebiasaan melakukan pembayaran serta perubahan teknologi komunikasi. Konsekuensi dari kedua anggapan ini, maka M hanyalah mempengaruhi P dan pengaruhnya proporsional. Artinya, kalau M naik dua kali maka P juga akan naik dengan dua kali.

Kedua, versi yang dikemukakan oleh A. Marshall dari Cambridge University. Dengan notasi yang sama, formulasi Marshall terlihat sebagai berikut :

M = k P Q (2.3)

= k Y dimana k = 1/V

Secara matematis formulasi Marshal ini sama dengan formulasi Irving Fisher, namun implikasinya berbeda. Marshall memandang bahwa individu atau masyarakat selalu menginginkan sebagian (proporsi) tertentu dari pendapatannya (Y) dalam bentuk uang kas (dinyatakan dengan k). sehingga k Y merupakan keinginan individu atau masyarakat akan uang kas (Md). Secara matematis dapat diformulasikan sebagai

berikut :

kY kPQ


(32)

dimana :

Md = permintaan uang kas

Dari formulasi ini kita mendapatkan perilaku permintaan uang menurut teori Marshall, yang merupakan awal dari teori permintaan akan uang.

2.3. Teori Permintaan Uang Keynes

Keynes menerangkan mengapa seseorang memegang uang kas berdasarkan kegunaan uang. Seperti kita ketahui, uang dapat berfungsi sebagai alat tukar (transaksi) dan penyimpan kekayaan. Dalam teorinya tentang permintaan akan uang kas, Keynes membedakan antara motif transaksi (dan berjaga-jaga) serta spekulasi.

Seseorang memerlukan uang karena dia akan melakukan transaksi dan untuk brejaga-jaga (kalau sakit, musibah dan sebagainya yang pada akhirnya merupakan kegiatan transaksi). Selain itu orang mau memegang uang karena motif spekulasi. Dalam hal ini seseorang berusaha supaya hasil dari uang yang dipegang maksimum dengan cara mengkombinasikan uang yang dipegang dalam bentuk kekayaan lainnya.

2.3.1. Permintaan Uang Transaksi

Individu atau perusahaan memerlukan uang kas untuk membiayai transaksi. Transaksi ini sering terjadi tidak bersamaan waktunya dengan penerimaan uang. Pengeluaran ini seringkali tidak bisa diperkirakan terlebih dahulu sehingga sangat diperlukan adanya uang kas di tangan. Meskipun seandainya pengeluaran dan penerimaan itu dapat diperkirakan dengan tepat, namun uang kas di tangan tetap


(33)

diperlukan. Sebab penerimaan yang diharapkan mungkin tidak jadi diterima atau pengeluaran untuk transaksi yang sangat penting perlu dilakukan sebelum penerimaan datang, atau mungkin suatu transaksi yang memberikan keuntungan besar sangat menarik untuk dilakukan sebelum penerimaan datang dan sebagainya.

Keynes mengatakan bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini tergantung dari pendapatan. Makin tinggi tingkat pendapatan seseorang, makin besar keinginan akan uang kas untuk transaksi. Seseorang atau masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi biasanya melakukan transaksi lebih banyak dibanding seseorang atau masyarakat yang pendapatannya lebih rendah. Ketergantungan permintaan uang untuk transaksi terhadap pendapatan ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Mt L1

0 (Y/P)

Gambar 2.1 Permintaan Uang Untuk Transaksi

Permintaan uang untuk transaksai riil ditunjukkan dengan L1. Terlihat


(34)

keperluan transaksi (Mt). hubungan antara permintaan uang untuk transaksi dengan

pendapatan riil (Y/P) tidak selalu linier. Berbeda dengan kaum klasik, Keynes lebih menekankan analisisnya pada motif spekulasi yaitu peranan tingkat bunga dalam menetukan permintaan uang untuk spekulasi.

2.3.2. Permintaan Uang Spekulasi

Keynes juga menyadari bahwa masyarakat menghendaki jumlah uang kas yang lebih dari kebutuhannya untuk keperluan transaksi. Namun demikian Keynes memfokuskan analisisnya pada permintaan uang untuk spekulasi. Menurut Keynes, orang bersedia memegang uang melebihi kebutuhan untuk transaksi. Hal ini karena uang merupakan salah satu bentuk kekayaan. Uang kas yang disimpan ini memenuhi fungsi uang sebagai alat penimbun kekayaan (store of value). Dalam istilah yang lebih modern sering disebut permintaan uang untuk penimbun kekayaan (asset demand for money).

Besarnya permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini ditentukan oleh perbandingan hasil dari bentuk kekayaan yang lain. Misalnya ada dua bentuk kekayaan, Uang (Money M) dan Obligasi (Bond B), apabila memegang uang, maka hasil yang diperoleh tidak ada namun memperoleh kemudahan untuk melakukan transaksi. Dengan memegang obligasi seseorang akan memperoleh bunga. Dengan demikian semakin tinggi tingkat bunga semakin rendah keinginan masyarakat memegang uang kas. Alasanya, pertama apabila tingkat bunga naik berarti ongkos memegang uang kas (oportunity cost of holding money) makin besar atau tinggi,


(35)

orang lebih baik memegang obligasi. Keinginan masyarakat akan uang kas akan makin kecil, sebaliknya makin rendah tingkat bunga makin besar keinginan masyarakat untuk memegang kas. Kedua, hipotesis Keynes bahwa masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga “normal” berdasarkan pengalaman, terutama pengalaman tingkat bunga yang baru-baru terjadi. Tingkat bunga normal artinya suatu tingkat bunga yang menyebabkan masing-masing orang bersikap indifferent (tidak acuh) apakah ia akan memegang uang atau obligasi. Selain itu, setiap terjadi perubahan atau penyimpangan, tingkat bunga diharapkan akan kembali ke tingkat bunga normal ini. Jadi, apabila tingkat bunga kenyataanya berada diatas tingkat normal, maka masyarakat mengharapkan tingkat bunga tidak akan naik lagi, bahkan diperkirakan akan turun atau kembali ke tingkat bunga normal. Apabila suatu saat tingkat bunga berada diatas tingkat bunga normal maka seluruh uang yang dialokasikan untuk spekulasi akan diwujudkan dalam bentuk obligasi dan pada tingkat uang berada dibawah tingkat bunga normal ia akan memegang uang kas seluruhnya. Hubungan antara tingkat bunga normal dengan jumlah uang yang dipegang ditunjukkan pada Gambar 2.2.


(36)

r

r* A

0 Ms Msp

Gambar 2.2 Permintaan Uang Dengan Tingkat Bunga Normal

Misalnya tingkat bunga normal adalah r*. pada tingkat bunga yang terjadi lebih tinggi dari r*, uang yang dipegang akan berupa obligasi (sehingga Ms, jumlah

uang untuk spekulasi nol), sedangkan pada tingkat bunga di bawah r* seluruh uang untuk spekulasi dipegang dalam bentuk kas (Ms banyak). Pada tingkat bunga sama

dengan r* maka ia tidak acuh apakah memegang kas atau obligasi (dalam grafik dicerminkan oleh segi empat Or*AMs).

Permintaan uang untuk spekulasi oleh seseorang (individu) berbentuk patah seperti pada Gambar 2.2. Hal ini karena harapan mengenai suku bunga yang akan terjadi sudah pasti. Pada suku bunga di atas r* harapan untuk memperoleh “keuntungan (gain)” dari obligasi positif, sehingga orang mengalokasikan uangnya dalam bentuk obigasi semua. Pada Gambar 2.2, untuk r > r* banyaknya Msp = 0. Pada


(37)

saat suku bunga dibawah atau lebih rendah dari r* harapan memperoleh keuntungan dari obligasi negatif sehingga orang lebih senang memegang uang daripada memegang obligasi. Pada r < r*, banyaknya uang yang dipegang untuk spekulasi sama dengan total kekayaan. Pada saat r = r* harapan memperoleh keuntungan dari obligasi sama dengan nol sehingga orang bersikap acuh tak acuh apakah memegang kas atau obligasi.

Obligasi adalah surat berharga yang memberikan hasil (return r) yang tetap jumlahnya. Nilai sekarang (present discounted value, PDV) dari r (selama memegang obligasi) ini merupakan harga sekarang dari obligasi. Nilai sekarang dari suatu penerimaan yang akan diterima di masa mendatang besarnya berbanding terbalik dengan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga maka akan semakin rendah PDV dari r maka semakin rendah harga sebuah obligasi. Dengan demikian apabila tingkat bunga berada diatas tingkat bunga normal, orang berharap tingkat bunga akan turun (harga obligasi naik), orang lebih baik memegang obligasi. Demikian sebaliknya apabila tingkat bunga kenyataanya dibawah normal, masyarakat akan memperkirakan tingkat bunga akan naik kembali pada tingkat bunga normal tersebut. Harga surat berharga diperkirakan akan turun (sebab tingkat bunga naik) sehingga mereka akan menjual surat berharga dan dengan demikian keinginan memegang uang kas naik. Ketergantungan permintaan uang kas untuk spekulasi terhadap tingkat bunga ditunjukkan pada Gambar 2.3 yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara tingkat bunga (r) dengan permintaan uang untuk spekulasi (L2).


(38)

r

L2

0 Msp

Gambar 2.3 Permintaan Uang Untuk Spekulasi

Untuk suatu perekonomian dianggap bahwa terdapat suatu rentang (range) suku bunga normal. Tiap orang memiliki harapan berbeda mengenai seberapa besar laju perubahan suku bunga menuju normal. Dengan kata lain tiap orang memiliki harapan memperoleh keuntungan dari obligasi dengan tingkat yang berbeda-beda. Pada umumnya semakin rendah suku bunga semakin besar orang berharap suku bunga akan naik. Dengan kata lain semakin banyak orang ingin memegang uang (menjual obligasi). Demikian sebaliknya pada tingkat bunga yang tinggi. Permintaan uang untuk spekulasi akan berupa kurva dengan slope negatif seperti pada Gambar 2.3.


(39)

r

rL

0 Msp

Gambar 2.4 Liquidity Trap

Gambar 2.4 menunjukkan adanya apa yang oleh Keynes disebut liquidity trap bagian horizontal dari permintaan uang kas pada tingkat bunga rL. Liquidity trap menggambarkan bahwa pada tingkat bunga yang begitu rendah (menurut ukuran pengalaman-penalaman masa lalu), elastisitas permintaan uang kas menjadi tak terhingga besarnya. Masyarakat tidak akan memegang surat berharga pada tingkat bunga ini (rL) karena masyarakat memperkirakan bahwa dikemudian hari tingkat

bunga akan naik sebab tingkat bunga rL sudah begitu rendah tidak mungkin turun

lagi. Dengan kata lain setiap orang akan mengharapkan harga surat berharga akan turun di masa datang sehingga tidak ada seorangpun yang mau membeli surat berharga sekarang, semuanya menghendaki uang kas. Secara matematis, permintaan uang total ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

W r l kY P

M/ )d ( )


(40)

dimana Mt = k Y untuk tujuan transaksi (besarnya tergantung pendapatan) dan Ms = 1(r) W = permintaan uang spekulasi.

Permintaan uang total merupakan permintaan uang riil. Karena analisa Keynes adalah analisa jangka pendek, maka W dianggap tetap tidak berubah sehingga dapat dituliskan sebagai berikut : (M/P)d = k Y + 1(r). Dengan demikian Keynes telah

memasukkan tingkat bunga sebagai faktor yang mempengaruhi permintaan uang. Kenyataanya, sampai saat ini arti pentingnya tingkat bunga dalam mempengaruhi permintaan uang masih diterima oleh banyak ahli bahkan dalam perkembangan selanjutnya tingkat bunga juga mempengaruhi permintaan uang untuk tujuan transaksi.

r L1

rL L2

Md (L1 + L2)

0 Mt (L1) Md


(41)

2.4. Teori Permintaan Uang Friedman

Teori permintaan uang Friedman ini dikenal dengan "restatement" of the quantity theory (penegasan kembali tentang teori kuantitas). Friedman menyatakan bahwa uang pada prinsipnya merupakan salah satu bentuk kekayaan. Permintaan uang (mirip dengan permintaan akan suatu barang) tergantung pada tiga hal, yaitu: (a) total kekayaan yang dimiliki, dalam segala macam bentuk kekayaan ini merupakan kendala anggaran (budget constraint) dalam perilaku konsumen; (b) harga dan keuntungan (return) dari masing-masing bentuk kekayaan; dan (c) selera dan preferensi pemilik kekayaan. Analisis Friedman bertitik-tolak pada keuntungan marginal dari proses substitusi antar bentuk kekayaan seperti uang, obligasi, saham, surat berharga dan bentuk kekayaan yang lain (baik manusiawi maupun non manusiawi).

Dalam definisinya yang paling luas, kekayaan seseorang adalah seluruh sumber "pendapatan" atau jasa yang dapat dikonsumsi. Salah satu bentuk kekayaan ini adalah kapasitas produktif dari manusia. Dengan demikian bentuk kekayaan yang pertama yang dapat dimiliki seseorang adalah kapasitas produksi manusia (sumber daya manusia). Kapasitas manusia berhubungan erat dengan besarnya harapan memperoleh penghasilan di masa depan. Dengan demikian semakin kaya seseorang harapan pendapatan di masa depan semakin besar. Apabila kekayaan adalah W, pendapatan adalah y dan suku bunga adalah r; maka W = y/r menunjukkan nilai sekarang dari

pendapatan di masa depan. Bila W P maka YP akibatnya jumlah uang yang dipegang juga akan naik.


(42)

Keuntungan dalam memegang uang berupa kemudahan dalam melakukan transaksi. Secara riil, besarnya keuntungan memegang uang ini dipengaruhi oleh volume barang yang ditransaksikan. Untuk per unit uang yang dipegang, volume barang yang dapat ditransaksikan ditentukan oleh harga barang, P. Dengan demikian keuntungan memegang uang tergantung tingkat harga, P.

Obligasi (Bond, B), misalnya obligasi berperiode tidak terbatas (perpetual), merupakan surat hak memperoleh pendapatan sejumlah nominal tertentu setiap periode dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Keuntungan memiliki obligasi dapat berbentuk dua macam, yaitu: penerimaan per periode yang nilai nominalnya tetap dan perubahan harga obligasi (bisa kenaikan maupun penurunan). Dengan demikian besarnya keuntungan memegang senilai satu rupiah obligasi dapat ditulis sebagai rb -

(l/rb).(drb/dt).

Seperti Obligasi, Saham (Equity, E) dianggap sebagai hak memperoleh aliran pendapatan dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Keuntungan memiliki saham dapat berbentuk tiga macam, yaitu: sejumlah uang nominal konstan (tertentu) setiap tahun (apabila tidak terdapat perubahan tingkat harga umum, P) besarnya tergantung deviden yang diberikan oleh perusahaan, kenaikan atau penurunan nilai nominal akibat perubahan harga, dan perubahan harga saham (dapat terjadi akibat perubahan tingkat bunga maupun tingkat harga). Secara ringkas, keuntungan memegang setiap satu rupiah saham dapat ditulis menjadi re + (l/P)(dP/ dt)- (l/re).(dre/dt).

Bentuk kekayaan fisik memberikan aliran keuntungan yang tidak berupa uang (nominal) namun berupa aliran barang atau jasa konsumsi. Secara nominal, aliran


(43)

barang dan jasa konsumsi ini dapat dinilai sesuai dengan perkembangan harga. Dengan demikian keuntungan memegang setiap rupiah bentuk kekayaan fisik adalah perubahan harga, (l/P)(dP/dt).

Selanjutnya, bentuk kekayaan yang lain adalah kekayaan yang bersifat manusiawi (human wealth). Di dalam perekonomian modern tanpa adanya perbudakan, menilai kekayaan manusiawi tidak mudah. Tidak mudah menentukan harga pasar dari pertukaran antara kekayaan manusiawi dengan non manusiawi. Salah satu cara untuk menentukan nilai kekayaan manusiawi ini adalah dengan mengandaikan adanya kontrak penyerahan sejumlah aliran jasa dari tenaga kerja pada periode tertentu dengan imbalan pendapatan uang. Selanjutnya nilai pasar kekayaan manusiawi bukan sebesar aliran uang ini namun sebesar investasi yang harus dilakukan supaya seseorang mampu menghasilkan aliran pendapatan tersebut. Dengan kata lain nilai kekayaan manusiawi ini dinilai sebesar kekayaan non-manusiawi yang harus diinvestasikan (dialihkan) menjadi kekayaan non-manusiawi. Dalam bentuknya yang demikian kekayaan manusiawi tidak dapat dinilai dalam artian harga pasar. Untuk setiap waktu tertentu komposisi kekayaan seseorang selalu terdiri atas kekayaan manusiawi dan non-manusiawi. Komposisi ini mungkin saja berubah-ubah, namun pada suatu titik waktu dianggap konstan. Dengan demikian, apabila w merupakan rasio antara kekayaan non-manusiawi dengan kekayaan manusiawi, atau rasio antara aliran pendapatan dari kekayaan non-manusiawi dengan aliran pendapatan dari kekayaan manusiawi, w ini mencerminkan rasio antara kekayaan (wealth) dengan pendapatan (income). Besar kecilnya nilai w merupakan


(44)

cerminan besar kecilnya kekayaan manusiawi yang perlu diperhitungkan di dalam analisis permintaan uang.

Preferensi seseorang dalam memegang berbagai bentuk kekayaan, u, sama pengertiannya dengan preferensi seseorang dalam memilih mengkonsumsi suatu barang. Dengan demikian u ini bisa langsung diterima sebagai salah satu variabel penentu besar kecilnya jumah uang yang diminta. Dari uraian di atas, fungsi permintaan uang dapat dituliskan sebagai berikut:

) ; ; 1 1 , 1 ,

( u

r Y w redt

dP Pdt

dP re rbdt

drb rb P f

M    (2.6)

) , , , , ,

(P r w y u f

M  

dimana m = jumlah uang nominal yang diminta r = suku bunga

π = laju inflasi

w = rasio kekayaan manusia dan non-manusia y = pendapatan

u = selera/preferensi 2.5. Teori Baumol dan Tobin

Baumol menggunakan pendekatan teori penentuan persediaan barang yang biasa dipakai dalam dunia usaha. Baumol menganalisa tingkah laku individu (rumah tangga maupun perusahaan) dan menganggap pendapatan mereka diterima sekali misalnya tiap bulan namun individu tersebut harus membelanjakannya sepanjang waktu (satu bulan). Untuk menyederhanakan analisanya, Baumol menganggap bahwa


(45)

penghasilan tadi dibelanjakan merata setiap saat selama periode pendapatannya. Masalahnya adalah penentuan berapa besarnya uang kas yang harus dipegang setiap saat yang mana ongkosnya paling rendah. Hal ini mengingat bahwa kekayaan individu itu selain berupa uang kas dapat berupa surat berharga yang menghasilkan bunga, serta adanya ongkos untuk menukarkan surat berharga tersebut dengan uang kas (Nopirin : 2000).

Penentuan jumlah uang kas optimum yang memiliki ongkos paling rendah dapat dijelaskan sebagai berikut, misalkan T = nilai riil pendapatan selama satu periode, juga besarnya nilai rill transaksi selama satu periode, r = tingkat bunga (tetap setiap periode), b = ongkos perantara yang besarnya tetap, tidak tergantung pada besarnya transaksi, dan c = nilai riil surat berharga yang ditukarkan dengan uang kas setiap kali, atau besarnya uang kas yang diambil dari tabungan setiap kali seandainya semua pendapatan ditabung.

Jadi besarnya transaksi selama satu bulan (apakah itu menjual surat berharga atau mengambil tabungan di bank) adalah (T/C), yakni jumlah pendapatan dibagi dengan besarnya uang kas yang setiap saat akan dipegang. Ongkos atau biaya perantara adalah sebesar bT/C. Karena individu tersebut memegang uang kas sebesar C setiap periode dan dibelanjakan secara merata selama satu periode dan menjual surat berharga (atau mengambil tabungan) lagi manakala uang kasnya (C) habis, maka rata-rata jumlah uang kas yang dipegang setiap saat sebesar (C/2). Dengan demikian biaya total memegang uang kas adalah :


(46)

2

rC C bT

TC   (2.7)

Jumlah uang kas (C) yang optimal, dimana biaya totalnya paling rendah (minimum) dapat diperoleh dengan mencari turunan pertama persamaan diatas terhadap C dan hasil turunan ini disamakan dengan nol :

0 2

2  

r

C bT

atau

r bT

C  2 (2.8)

Hasil inilah yang sering disebut rumus akar (square root formula) dari Baumol, yakni besarnya uang kas yang diinginkan oleh individu proporsional terhadap akar dari nilai transaksi dan berbanding terbalik dengan akar tingkat bunga. Apabila kita asumsikan bawha rata-rata uang kas yang ditahan setiap saat sebesar C/2 maka persamaan permintaan akan uang kas riil (Md/P) yang dapat diperoleh dari analisa Baumol adalah :

r bT C

P

Md 2

2 1 2 

 (2.9)

Baumol telah menunjukkan bahwa tingkat permintaan uang kas untuk tujuan transaksi itu tergantung pada tingkat bunga. Dengan cara yang lain James Tobin menganalisa ketergantungan ini. Menurut Tobin, ketidakbersamaan antara pengeluaran dan penerimaan penghasilan memaksa individu untuk menyediakan alat pembayar guna membiayai transaksinya. Namun tidak berarti bahwa alat pembayar ini harus berupa uang kas, dapat berupa sebagian surat berharga yang memberikan bunga. Tetapi kerugiannya individu tersebut harus mengeluarkan biaya untuk


(47)

transaksi menukarkan surat berharga manakala alat pembayar yang berupa uang kas habis. Besarnya alat pembayar yang diwujudkan uang kas tergantung dari besarnya tingkat bunga surat berharga serta biaya transaksi untuk menukarkan surat berharga tersebut. Apabila tingkat bunga tinggi (dibanding dengan biaya transaksi) maka individu tersebut akan mengurangi alat pembayaran berupa uang kas dan memperbanyak surat berharga. Sebaliknya apabila tingkat bunga rendah (dibanding dengan biaya transaksi) maka individu tersebut akan memperbanyak uang kas.

2.6. Faktor Penentu Permintaan Uang a. Model Dasar Permintaan Uang

Model permintaan uang bertujuan untuk mengembangkan pengertian tentang faktor-faktor penentu permintaan uang, fungsi uang sebagai alat tukar, dan optimalisasi jumlah permintaan uang. Karakteristik permintaan uang menjelaskan hubungan permintaan uang dengan jumlah transaksi dan biaya memegang uang. Respons permintaan uang terhadap rencana transaksi, biaya memegang uang atau tingkat bunga dan inflasi merupakan pusat perhatian dari analisis permintaan uang.

Model dasar permintaan uang riil memperhatikan tujuan individu untuk memegang uang, yaitu tujuan transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Model dasar permintaan uang diformulasikan sebagai berikut:

) , ( t t t

t L y R

P M

 (2.6.1)

dimana:


(48)

M = permintaan uang nominal, P = tingkat harga umum, L = likuiditas,

y = pendapatan riil, dan R = tingkat bunga nominal.

Dari model dasar ini diketahui bahwa Ly > 0 dan LR < 0, artinya permintaan

uang naik jika pendapatan riil naik dan permintaan uang turun jika tingkat bunga nominal naik. Individu atau rumah tangga ingin memaksimalkan utilitas memegang uang sampai waktu tak terhingga, sehingga fungsi utilitas memegang uang adalah

... ) , ( )

, ( ) ,

( 2 2 2

1

1  

tttt

t

t l u c l u c l

c

u   (2.6.2)

dimana:

c = konsumsi barang atau jasa, l = leisure, dan

 < 1 = faktor diskonto.

Peningkatan konsumsi dan leha-leha akan meningkatkan utilitas [uc, ul > 0],

dan utilitas marginal dari konsumsi dan leha-leha semakin kecil [ucc dan ull < 0].

Rumahtangga dapat meminjam atau memberi pinjaman sebesar obligasi B dengan tingkat bunga nominal [R]. Jika B > 0 maka rumahtangga memberi pinjaman dan jika B < 0 maka rumahtangga meminjam. Oleh sebab itu kendala anggaran rumahtangga pada periode [t] adalah

t t t t t t t

t y M R B P c M B


(49)

Komponen sebelah kiri persamaan merupakan jumlah sumber dana, yaitu pendapatan nominal periode [t], saldo kas nominal periode [t - 1], dan obligasi periode [t - 1] dan komponen sebelah kanan persamaan merupakan jumlah penggunaan dana, yaitu konsumsi nominal periode [t], saldo kas nominal periode [t] dan obligasi periode [t]. Pengaturan kendala anggaran rumahtangga pada perriode [t + 1] adalah

1 1 1 1

1 (1 )    

  t   t tt ttt

t y M R B P c M B

P t t t t t t t R B M M y c P B           1 )

( 1 1 1

1 (2.6.4)

Eliminasi obligasi [Bt] dari kendala anggaran rumahtangga karena tujuan

membahas masalah permintaan uang bukan permintaan obligasi dengan menggunakan proses iteratif sebagai berikut:

t t t t t t t

t y M R B P c M B

P1(1 1) 1   

)] ( ) ( [ ) 1

( Rt1 Bt1Pt ctyMtMt1 (1Rt)1[Pt1(ct1y)(Mt1Mt)]

(1Rt)2[Pt2(ct2y)(Mt2Mt1)]+ ... (2.6.5) Persamaan (2.6.5) disebut kendala anggaran intertemporal atau intertemporal budget constraint, yaitu kendala anggaran setiap periode sampai periode takberhingga. Persamaan tersebut menjelaskan bahwa peningkatan harga akan meningkatkan permintaan uang nominal untuk mengimbangi jumlah konsumsi atau transaksi riil. Artinya leha-leha[l] berhubungan negatip dengan konsumsi riil [ct] dan


(50)

berhubungan positip dengan permintaan uang riil [mt]. Permintaan leha-leha

dirumuskan sebagai berikut: )

, ( t t t c m

l  (2.6.6)

Tujuan dari rumahtangga pada periode [t] adalah menentukan [ct] dan [mt]

dengan maksimisasi fungsi utilitas:

... , , , , 1 1 1 1                               t t t t t t t t P M c c u P M c c

u    (2.6.7)

Fungsi lagrange dari optimalisasi utilitas rumahtangga persamaan (2.6.7) dan kendala persamaan (2.6.5) adalah

... , , , , 1 1 1 1                                t t t t t t t t P M c c u P M c c u

L   

 {(1Rt1) Bt1 [Pt(cty)(MtMt1)](1Rt)1

[Pt1(ct1y)(Mt1Mt)]...} (2.6.8) First-order condition [FOC] dari (2.6.8) terhadap ct dan Mt akan

menghasilkan persamaan konsumsi riil dan permintaan stok uang nominal, yaitu: 0 ) , ( )] , ( , [ )] , ( ,

[ 2 1

1   

  t t t t t t t t t t P m c m c c u m c c u c L   

 (2.6.9A)

0 ) 1 ( ) , ( )] , ( ,

[ 2 1

2    

   t t t t t t t t R P m c m c c u M L   

(2.6.9B)

Eliminasi [Pt] dari persamaan (2.6.9A) dan (2.6.9B) ini akan menghasilkan persamaan sebagai berikut:


(51)

 

t t t t t t

t t

t c m u c c m c m P

c

u1[ ,( , )] 2[ ,( , )]1( , )  )] , ( )] , ( , [ 2

2 ct ct mt ct mt

u   Pt Pt(1Rt)1 (2.6.10A)

 

[1 (1 )]{ [ , ( , )]

)] , ( )] , ( ,

[ 1 1

2

2 ct ct mt ct mt Rt u ct ct mt

u   

)} , ( )] , ( , [ 1

2 ct ct mt ct mt

u

  (2.6.10B)

dimana permintaan uang riil adalah mtL(ct,Rt). Misalkan hubungan permintaan uang riil dibentuk dalam fungsi eksplisit sehingga fungsi u(ct, lt) dan (ct, mt) masing-masing adalah   t t t

t l c l

c

u( , ) 1 (2.6.11A)

 

ct mt ct mt

) ,

( (2.6.11B)

Derivasi parsial persamaan (2.6.11A) dan (2.6.11B) terhadap [ct, lt dan mt] akan menghasilkan persamaan-persamaan berikut:

1 1

1 1

2 ( )

              t t t t t t m c c l c l u

u (2.6.12A)

1 2         

t t

t

m c

m (2.6.12B)

     

) (1 ) ( )

1 (

1 t t t t t

t m c c l c c u

u       



 (2.6.12C)

 

 

t t

t m c c ) 1 ( 1      

 (2.6.12D)

Substitusi persamaan (2.6.12A) dan (2.6.12D) ke (2.6.10A) dan (2.6.10B) akan menghasilkan permintaan uang riil sebagai berikut:


(52)

         

ct1 (ctmt ) 1 ctmt 1 [1(1Rt)1]{1 )ct (ctmt ) c1t(ctmt)1ct(1)mt}

                                

t t

t t t t t t t t

t c m

m c c m c c R m

c 1 [1 (1 ) 1] (11 ) ( 1) ( 1) ( 1)

                      t t t t t t

t c m

m c R

m

c ( 1)

) 1 ( 1

1 (1 )

] ) 1 ( 1 [                     t t t t t t t

t c m

m c R R m c 1 1

1 (1 )

1            t t t t

t R c c

R m 1 ) 1 ( 1 1              t t t

t R c

R m    1 1 1             t t t R c

m 1 1

1  

 (2.6.13)

Persamaan (2.6.13) menjelaskan bahwa respons permintaan stok uang riil terhadap konsumsi riil adalah positip, sebaliknya respons terhadap biaya memegang uang atau tingkat bunga nominal adalah negatip, dengan syarat nilai [1 - ]   . Perubahan konsumsi mempunyai efek langsung dan lebih kuat pada utilitas dibandingkan dengan efek tidak langsung dari leha-leha. Artinya peningkatan utilitas rumahtangga akan lebih tinggi akibat peningkatan konsumsi dibandingkan dengan peningkatan leha-leha. Substitusi (2.6.13) ke hasil derivasi parsial (2.6.10A) dan (2.6.10B) akan menghasilkan persamaan:


(53)

t t t t t t

t l u c l c m P

c

u1( , ) 2( , )1( , ) (2.6.14A)        t t t t t t R P m c l c u 1 1 1 ) , ( ) , ( 2

2  

(2.6.14B)

Komponen pertama kiri persamaan (2.6.14A) menjelaskan utilitas yang tersedia untuk tambahan satu unit konsumsi dan komponen kedua menjelaskan utilitas yang tersedia untuk tambahan satu unit leha-leha. Komponen kanan persamaan menjelaskan utilitas marginal netto dari konsumsi, yaitu utilitas yang diperoleh secara langsung akibat peningkatan satu unit konsumsi dikurang biaya dari leha-leha. Komponen kiri persamaan (2.6.14B) menjelaskan utilitas marginal dari satu unit leha-leha dikali unit leha-leha dari memegang uang riil. Komponen kanan menjelaskan utilitas marginal netto dari satu unit uang atau utilitas marginal satu unit lesiure dari memegang uang sama dengan utilitas marginal dari satu unit uang dikali pendapatan bunga per unit uang.

b. Pengembangan Model Permintaan Uang

Unsur ketidakpastian menyebabkan individu menentukan keputusan untuk memegang stok uang kas dan aktiva keuangan lainnya, yaitu obligasi, saham, deposit dan pinjaman sistem perbankan pada periode tertentu. Individu membagi endowment nominal [y] dalam bentuk kas [Mt] dan aktiva keuangan lainnya [Bt]. Periode [t + 1]

dan [t + 2] mengandung unsur ketidakpastian dalam konsumsi, sehingga expektasi utilitas maksimum adalah :

] [ ) 1 ( ] [ )

(uqu ct1  q u ct2


(54)

dimana:

q = probabilitas mengkonsumsi periode [t + 1], dan 1 - q = probabilitas mengkonsumsi periode [t + 2].

Konsumsi periode [t + 1] adalah Mt / Pt+1, konsumsi periode [t + 2] adalah

[Mt + Bt  (1 + R)] / Pt+2 dan tingkat bunga nominal [R]. Persamaan (2.6.15) dapat ditulis kembali dalam bentuk persamaan:

2 1 ) 1 ( ) 1 ( ) (        t t t t t P R B M u q P M u q u

E (2.6.16)

Berdasarkan clower or cash in advance constraint [Y = Mt + Bt], fungsi lagrange dari ekspektasi utilitas dan FOC masing-masing adalah

] [ ) 1 ( ) 1 ( 2 1 ,

, t t

t t t t t B

M P Y M B

R B M u q P M u q L t t             0 ) 1 ( 2 2 1

1     

     t t t t P C u q P C u q 0 ) 1 ( ) 1 ( 2

2   

 

R

P C u q t t

Y - Mt - Bt = 0

) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( 2 2 2 2 1 1 R P C u q P C u q P C u q t t t t t

t       

       2 2 1

1 (1 )

    t t t t P C u q r P C u q 2 2 1 1 )] 1 ( ) ( [ ) 1 (            t t t t t t t P P R M Y M u q R P P M u


(55)

Individu atau rumahtangga diasumsikan constant relative risk aversion [CRRA] sehingga fungsi utilitas individu:

     1 ) ( 1 C C

U (2.6.18)

Koefisien CRRA adalah U"(C)C/U'(C) sehingga persamaan (2.6.17) dapat ditulis dalam bentuk:

1 2 2 1 1 1 ) 1 )( ( ) 1 (                          t t t t t t t P P R M Y M u q R P P M u q   

 1/

2 1 1 2 / 1 1 1 ) 1 ( ) 1 (                                   t t t t t t P P P RM R Y q q R P M

 1/

2 1 1 2 / 1

1 (1 ) (1 )

                               t t t t t t P P P RM R Y q q R M P

 1/

2 1 2 / 1 1 ) 1 ( ) 1 (                                 t t t t t t P P RM R Y P q q R M P

 1/

2 1 1 2 / 1 ) 1 ( ) 1 (                               t t t t t t P P P P q q R M RM R Y  

 (1 )/

2 1 / 1 ) 1 ( ) 1 (                        t t t t P P q q R M RM R Y  

 ( 1)/

1 2 / 1 ) 1 ( ) 1 (                          t t t t P P q q R M RM R Y


(56)

  

 ( 1)/ / 1 ] 1 [ ) 1 ( ) 1 (                   q q R M RM R Y t t R R q q R Y Mt                 / 1 / ) 1

( (1 )

) 1 ( ) 1 ( (2.6.19A) R R q q R q q Y Bt                              / 1 / ) 1 ( / 1 / ) 1 ( 1 ) 1 ( 1 1 ) 1 ( (2.6.19B)

Persamaan (2.6.19A) dan (2.6.19B) masing-masing menjelaskan permintaan uang untuk tujuan transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi obligasi dan aktiva keuangan lainnya. Nilai probabilitas adalah 0  q  1 dan individu atau rumah tangga enggan risiko [  1] sehingga respons permintaan uang untuk berjaga-jaga dan transaksi terhadap inflasi [] dan tingkat bunga nominal [R] adalah negatip. Respons permintaan uang untuk spekulasi obligasi atau aktiva keuangan lainnya terhadap tingkat bunga nominal [R] adalah negatip dan respons terhadap inflasi [] adalah positip. Respons positip dari permintaan uang untuk spekulasi obligasi atau aktiva keuangan lainnya terhadap inflasi disebut Tobin’s effect. Oleh sebab itu unsur ketidakpastian dan preferensi mengkonsumsi individu atau rumahtangga akan menentukan permintaan uang untuk transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Menurut persamaan (2.6.19A) dan (2.6.19B), elastisitas permintaan uang untuk transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi terhadap output agregat [Y] bersifat uniter jika q = 1.


(1)

-.4 -.2 .0 .2 .4 .6

2 4 6 8 10 12 14

Response of LOG(INF) to LOG(INF)

-.4 -.2 .0 .2 .4 .6

2 4 6 8 10 12 14

Response of LOG(INF) to LOG(M1)

-.4 -.2 .0 .2 .4 .6

2 4 6 8 10 12 14

Response of LOG(INF) to LOG(PDB)

-.4 -.2 .0 .2 .4 .6

2 4 6 8 10 12 14

Response of LOG(INF) to LOG(SBI)

-.02 .00 .02 .04 .06 .08

2 4 6 8 10 12 14

Response of LOG(M1) to LOG(INF)

-.02 .00 .02 .04 .06 .08

2 4 6 8 10 12 14

Response of LOG(M1) to LOG(M1)

-.02 .00 .02 .04 .06 .08

2 4 6 8 10 12 14

Response of LOG(M1) to LOG(PDB)

-.02 .00 .02 .04 .06 .08

2 4 6 8 10 12 14

Response of LOG(M1) to LOG(SBI)

.00 .04 .08 .12

2 4 6 8 10 12 14

Response of LOG(PDB) to LOG(INF)

.00 .04 .08 .12

2 4 6 8 10 12 14

Response of LOG(PDB) to LOG(M1)

.00 .04 .08 .12

2 4 6 8 10 12 14

Response of LOG(PDB) to LOG(PDB)

.00 .04 .08 .12

2 4 6 8 10 12 14

Response of LOG(PDB) to LOG(SBI)

-.05 .00 .05 .10 .15 .20 .25 .30

2 4 6 8 10 12 14

Response of LOG(SBI) to LOG(INF)

-.05 .00 .05 .10 .15 .20 .25 .30

2 4 6 8 10 12 14

Response of LOG(SBI) to LOG(M1)

-.05 .00 .05 .10 .15 .20 .25 .30

2 4 6 8 10 12 14

Response of LOG(SBI) to LOG(PDB)

-.05 .00 .05 .10 .15 .20 .25 .30

2 4 6 8 10 12 14

Response of LOG(SBI) to LOG(SBI) Response to Cholesky One S.D. Innovations


(2)

-.4 -.2 .0 .2 .4 .6

2 4 6 8 10 12 14

LOG(INF) LOG(M1)

LOG(PDB) LOG(SBI) One S.D. Innovations

-.02 .00 .02 .04 .06 .08

2 4 6 8 10 12 14

LOG(INF) LOG(M1)

LOG(PDB) LOG(SBI) One S.D. Innovations

-.02 .00 .02 .04 .06 .08 .10 .12 .14

2 4 6 8 10 12 14

LOG(INF) LOG(M1)

LOG(PDB) LOG(SBI) Response of LOG(PDB) to Cholesky

One S.D. Innovations

-.05 .00 .05 .10 .15 .20 .25 .30

2 4 6 8 10 12 14

LOG(INF) LOG(M1)

LOG(PDB) LOG(SBI) Response of LOG(SBI) to Cholesky


(3)

LAMPIRAN 11

VARIANCE DECOMPOSITION

Variance Decomposition of LOG(INF):

Period S.E. LOG(INF) LOG(M1) LOG(PDB) LOG(SBI) 1 0.510428 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 2 0.625459 68.96803 0.099016 30.08140 0.851553 3 0.689583 60.66464 0.081686 37.35448 1.899196 4 0.717893 58.30199 0.102156 39.01785 2.577999 5 0.729283 57.53502 0.165960 39.39726 2.901760 6 0.733467 57.23909 0.258702 39.48791 3.014301 7 0.734954 57.08930 0.367315 39.50837 3.035011 8 0.735633 56.98886 0.483069 39.49723 3.030839 9 0.736187 56.90823 0.601027 39.46101 3.029728 10 0.736811 56.83740 0.718798 39.40475 3.039057 11 0.737527 56.77209 0.835437 39.33445 3.058019 12 0.738312 56.71005 0.950707 39.25552 3.083725 13 0.739139 56.64992 1.064672 39.17189 3.113516 14 0.739988 56.59094 1.177481 39.08607 3.145516 15 0.740848 56.53265 1.289288 38.99949 3.178567

Variance Decomposition of LOG(M1):

Period S.E. LOG(INF) LOG(M1) LOG(PDB) LOG(SBI) 1 0.071563 0.249523 99.75048 0.000000 0.000000 2 0.107183 9.564700 86.23749 0.035336 4.162470 3 0.138984 16.94995 74.97749 0.022080 8.050480 4 0.167173 21.57504 67.67441 0.065170 10.68539 5 0.192049 24.40124 63.03678 0.169250 12.39273 6 0.214172 26.16283 60.01695 0.307798 13.51242 7 0.234100 27.29723 57.97889 0.456210 14.26767 8 0.252299 28.05615 56.55018 0.598967 14.79470 9 0.269128 28.58521 55.51036 0.728458 15.17597 10 0.284854 28.96983 54.72614 0.842200 15.46183 11 0.299676 29.26096 54.11506 0.940491 15.68349 12 0.313742 29.48952 53.62500 1.024889 15.86059 13 0.327163 29.67468 53.22217 1.097345 16.00580


(4)

Period S.E. LOG(INF) LOG(M1) LOG(PDB) LOG(SBI) 1 0.157992 7.897518 26.66549 65.43699 0.000000 2 0.202390 15.08043 28.36287 53.42232 3.134374 3 0.234124 21.13005 28.82243 43.55118 6.496348 4 0.258303 25.07164 29.31486 36.62971 8.983795 5 0.277412 27.44575 30.00464 31.88289 10.66673 6 0.293191 28.83840 30.82846 28.54425 11.78889 7 0.306800 29.64978 31.70950 26.09087 12.54985 8 0.318973 30.12486 32.59317 24.19801 13.08396 9 0.330170 30.40770 33.44613 22.67030 13.47587 10 0.340680 30.58147 34.25014 21.39086 13.77752 11 0.350682 30.69363 34.99696 20.28897 14.02045 12 0.360292 30.77094 35.68461 19.32068 14.22377 13 0.369584 30.82837 36.31486 18.45758 14.39918 14 0.378607 30.87416 36.89150 17.68041 14.55392 15 0.387394 30.91281 37.41920 16.97537 14.69261

Variance Decomposition of LOG(SBI):

Period S.E. LOG(INF) LOG(M1) LOG(PDB) LOG(SBI) 1 0.268369 10.45021 1.220512 0.267402 88.06188 2 0.379398 31.08856 0.696825 8.785835 59.42878 3 0.413639 34.97822 0.677311 9.795026 54.54945 4 0.423389 35.96493 0.745457 9.865679 53.42393 5 0.425866 36.17343 0.834032 9.842699 53.14984 6 0.426428 36.17800 0.923289 9.828848 53.06986 7 0.426623 36.14745 1.007788 9.820915 53.02385 8 0.426821 36.12279 1.087137 9.811864 52.97821 9 0.427074 36.10805 1.162403 9.800336 52.92921 10 0.427364 36.09960 1.234786 9.787332 52.87828 11 0.427672 36.09403 1.305236 9.773969 52.82676 12 0.427987 36.08938 1.374409 9.760879 52.77534 13 0.428301 36.08473 1.442728 9.748281 52.72426 14 0.428614 36.07978 1.510455 9.736167 52.67360 15 0.428925 36.07448 1.577741 9.724447 52.62333


(5)

LAMPIRAN 11

DATA

VARIABEL

4

8

12

16

20

24

28

1985

1990

1995

2000

2005

SBI

2000000 3000000 4000000


(6)

0 10 20 30 40 50

1985 1990 1995 2000 2005

INF

0 100000 200000 300000 400000 500000

1980 1985 1990 1995 2000 2005 M1