BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Rasio Keuangan - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan Di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Rasio Keuangan Pengertian Rasio Keuangan, dalam mengadakan interprestasi dan

  analisis laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisa keuangan memerlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah "rasio". Di mana rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan menggunakan alat analisis yang berupa rasio, ini akan dapat memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik dan buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan.

  Rasio keuangan adalah ukuran yang menunjukkan hubungan antara dua data keuangan yang digunakan untuk perencanaan dan pengevaluasian prestasi atau kinerja (performance) perusahaan (Munawir, 2002: 268). Analisis dan penafsiran berbagai rasio akan memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap prestasi dan kondisi keuangan dari pada analisa terhadap data keuangan saja.

  Untuk menilai kondisi keuangan dan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan, analisis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah analisis rasio, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan interprestasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik bagi para analisis yang ahli dan berpengalaman dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio.

  Analisis rasio keuangan yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan rugi laba satu dengan yang lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinyapada saat ini. Analisis rasio juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi pada kreditur dan investor dan memberikan pandangan ke dalam tentang bagaimana kira- kira dana dapat diperoleh.

  Analisis rasio dapat menjelaskan hubungan yang ada antara variabel yang satu dengan yang bersangkutan, walaupun rasio merupakan alat yang berguna, rasio tetap mempunyai keterbatasan dan penerapannya harus hati- hati. Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dari interpretasi, rasio keuangan untuk menlai kinerja dan status suatu perusahaan.

B. Rasio Profitabilitas

  Profitabilitas bank adalah kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase, profitabilitas pada dasarnya adalah laba yang dinyatakan dalam persentase profit. Terdapat banyak ukuran profitabilitas. Masing-masing return perusahaan dihubungkan terhadap penjualan, aktiva, modal atau nilai saham. Alat yang umum digunakan untuk mengevaluasi profitabilitas dihubungkan dengan penjualan adalah laporan laba rugi dimana setiap posnya dinyatakan dalam persentase penjualan.

  Pada laporan laba rugi setiap unsur dinyatakan sebagai persentase penjualan, sehingga memudahkan evaluasi hubungan antara penjualan dapan pendapatan tertentu dan biaya. Laporan laba rugi bermanfaat untuk membandingkan kinerja dari tahun ke tahun. Rasio yang dipakai untuk mengukur profitabilitas yaitu:

  1) Return on Total Assets (ROA) Return on total assets adalah ukuran keseluruhan keefektifan

  manajemen dalam menghasilan laba dengan aktiva yang tersedia disebut juga return on investment (ROI). Semakin tinggi return yang dihasilkan semakin baik. Pada penelitian ini dalam pengukuran profitabilitas peneliti memilih pendekatan Return on Assets (ROA), karena dengan menggunakan ROA memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Return On Assets (ROA) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan Total Assets bank. Semakin tinggi keuntungan yang diharapkan maka semakin tinggi pula resiko yang dihadapi. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE Bank Indonesia No. 3/30 DPNP tanggal

  14 Desember 2001):

  Return on total assets dihitung dengan menggunakan rumus: Net Pr ofits After Texes Return on Total Assets = Total Assets

  2) Net Interest Margin (NIM)

  Risiko pasar menurut Peraturan Bank Indonesia No.5 tahun 2003 merupakan risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar dari portofolio yang dimiliki oleh bank, dimana pergerakan tersebut bisa mengakibatkan kerugian, dalam hal ini adalah pergerakan suku bunga dan nilai tukar. Secara umum kinerja bank diukur dengan menggunakan variabel pertumbuhan pangsa pasar, variabel profitabilitas dan variable rate on return (Tainio, 2000). Kinerja bank menurun atau meningkat ditentukan oleh kombinasi faktor lingkungan, strategi dan struktur.

  Menurut Tainio, (2000), Lenz mengidentifikasikan ada enam faktor yang menentukan kinerja organisasi, yaitu : 1). Properties of the environment (yang meliputi struktur pasar, dan posisi persaingan dari unit bisnis); 2).

  Environment, organization, structure ; 3). Organization structure; 4)Strategy; 5). Market conditions; 6). Quality of management.

  Berdasarkan ketentuan pada peraturan BI No.5/2003, salah satu proksi dari resiko pasar adalah suku bunga, dengan demikian rasio pasar dapat diukur dengan selisih antara suku bunga pendanaan (funding) dengan suku bunga pinjaman diberikan (lending) atau dalam bentuk absolut, yang merupakan selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman. Didalam dunia perbankan dinamakan Net Interest Margin (NIM). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memperolah pendapatan operasionalnya dari dana yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman (kredit). Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6% keatas. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

  Net interest income

  (Tan & Floros,2012)

  NIM Earning assets C.

   Rasio Likuiditas

  Analisis rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo.

  Tiga ukuran dasar dari likuiditas yaitu: 1) Current Ratio

  Current ratio merupakan alat ukur likuiditas yang diperoleh dengan

  membagi aktiva lancar dengan pasiva lancar. Current ratio dihitung dengan menggunakan rumus:

  Current Assets Current Ratio = Current Liabilitie s

  2) Quick Ratio

  Quick ratio adalah sama dengan current ratio kecuali tanpa

  memperhitungkan persediaan yang dianggap sebagai aktiva lancar yang kurang likuid. Quick ratio dihitung dengan menggunakan rumus:

  

Current Assets Inventory

Quick Ratio =

Current Liabilitie s

  3) Loan Deposit to Ratio (LDR)

  Loan to Deposit Ratio (LDR), merupakan rasio untuk mengukur

  komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. LDR diukur dengan membandingkan total loans dengan total deposit dan equity (Kasmir, 2004). Batas aman tingkat LDR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110%. Tolok ukur untuk tingkat LDR yang baik menurut BI tampak pada tabel :

Tabel 2.1 Tingkat Loan to Deposit Ratio

  Tingkat Peringkat Dibawah 93,75 % Sehat 93,75% - 97,5% Cukup sehat 97,5 % - 101,25 % Kurang sehat Diatas 101,25 % Tidak sehat

  Sumber : www.bi.go.id

  Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank (Dahlan Siamat, 2000).

  Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 85%. Namun batas toleransi berkisar antara 85%-100% atau menurut Kasmir (2003:272), batas aman untuk LDR menurut peraturan pemerintah adalah maksimum 110 %. Tujuan penting dari perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai berapa jauh bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan operasi atau kegiatan usahanya. Dengan kata lain LDR digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu bank.

  Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga profitabilitas meningkat. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar (Lukman Dendawijaya, 2001). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001):

  Total Kredit LDR=

  Total Dana Pihak Ketiga Likuiditas persediaan yang rendah dapat diakibatkan oleh 2 faktor yaitu:

  1) Terlalu banyak macam persediaan yang tidak dapat dijual dengan mudah karena merupakan barang setengah jadi, barang usang, barang untuk kegunaan tertentu. 2) Jika barang tersebut dijual dengan kredit maka akan menjadi piutang terlebih dahulu sebelum menjadi uang kas.

  Untuk ketiga alat ukur likuiditas yaitu net working capital, current

  ratio dan quick ratio semakin tinggi nilainya maka likuiditas perusahaan semakin baik. Perlu diperhatikan kelebihan likuiditas akan mengurangi risiko ketidakmampuan memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo, hal mana akan mengurangi profitabilitas. Jadi biaya untuk meningkatkan likuiditas merupakan pertukaran (tradeoff) antara profitabilitas dan likuiditas.

D. Rasio Solvabilitas

  Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca.Rasio solvabilitas yang dipergunakan antara lain : Debt To Equity Ratio dan Debt Ratio.

  1) Debt Ratio

  Debt ratio digunakan untuk mengukur proporsi dari total assets yang

  dibiayai oleh kreditur perusahaan. Semakin tinggi rasio tersebut semakin banyak uang kreditur yang digunakan dalam usaha menghasilkan laba.

  Debt ratio dihitungan dengan menggunakan rumus: Total Liabilitie s Debt Ratio = Total Assets

  2) Debt Equity Ratio

  Debt equity ratio merupakan perbandingan antara hutang jangka

  panjang dengan modal pemegang saham perusahaan. Debt equity ratio dihitung dengan menggunakan rumus:

  Long Term Debt Debt Equity Ratio = Stockholde r ' s Equity E.

   Bank Asset Bank asset (LNTA) umumnya digunakan untuk menangkap ekonomi

  potensial atau skala disekonomis di sektor perbankan. Ini variabel kontrol untuk perbedaan biaya, produk dan diversifikasi risiko. Tidak ada konsensus mengenai arah pengaruh. Di satu sisi, sebuah bank ukuran besar harus mengurangi biaya karena skala ekonomi dan ruang lingkup (Akhavein et al, 1997; Bourke, 1989, Molyneux dan Thornton, 1992; Bikker dan Hu, 2002, Goddard et al, 2004). Bahkan, peluang diversifikasi lebih harus memungkinkan untuk mempertahankan (atau bahkan meningkatkan) kembali sambil menurunkan resiko. Di sisi lain, ukuran besar juga bisa menyiratkan bahwa bank lebih sulit untuk mengelola atau bisa juga akibat dari strategi pertumbuhan yang agresif sebuah bank. Eichengreen dan Gibson (2001) menunjukkan bahwa pengaruh ukuran bank profitabilitas yang mungkin positif sampai batas tertentu. Di luar titik ini, dampak dari ukurannya bisa negatif karena faktor birokrasi dan lainnya. Oleh karena itu, hubungan ukuran- profitabilitas dapat diharapkan untuk menjadi non-linear.

  Asset = Log of total assets (Tan & Floros,2012) F.

   Studi Terdahulu

  Ada sejumlah besar penelitian tentang profitabilitas Bank di Amerika (Smirlock, 1985; Rhoades, 1985; Berger, 1995a; Goddard et al, 2001). Pertama, Rhoades (1985) menggunakan data dari 1969 sampai 1978, dan melaporkan bahwa ada hubungan positif antara risiko dan profitabilitas bank di Amerika Serikat. Smirlock (1985) meneliti profitabilitas bank-bank AS selama periode 1973-1978, temuan empiris menunjukkan ukuran yang negatif berkaitan dengan profitabilitas bank. Berger (1995a) menggunakan data dari tahun 1980-an, dan melaporkan bahwa profitabilitas secara positif terkait dengan kekuatan pasar dan x-efisiensi. Profitabilitas bank AS juga diteliti oleh Goddard et al. (2001) menggunakan data untuk periode 1989-1996, hasil empiris menunjukkan skala ekonomi dan efisiensi produktif secara positif berhubungan dengan profitabilitas, sementara ukuran bank memiliki dampak negatif pada profitabilitas industri perbankan AS. Selanjutnya, faktor-faktor penentu profitabilitas bank asing yang berbasis di Australia diteliti oleh Williams (2003) untuk periode 1989-1993, menemukan bahwa pertumbuhan PDB negara asal bank asing dan pendapatan non-bunga yang signifikan dan positif berhubungan dengan profitabilitas bank.

  Penelitian menyelidiki profitabilitas sektor perbankan Cina relatif langka. Kinerja empat besar saham gabungan dan bank kota komersial di Cina dibandingkan dengan Shih et al. (2007) menggunakan prinsip analisis komponen. Hasil menunjukkan bahwa saham gabungan bank komersial (JSCBs) berperforma lebih baik dibandingkan bank-bank komersial milik negara dan kota. Mereka berpendapat bahwa tidak ada hubungan antara ukuran bank dan kinerja. Selanjutnya, Fadzlan dan Kahazanah (2009) meneliti faktor-faktor penentu profitabilitas JSCBs dari 12 bank milik negara dan selama periode 2000-2007. Temuan empiris menunjukkan bahwa ukuran, risiko kredit dan kapitalisasi yang positif berkaitan dengan profitabilitas, sementara likuiditas, biaya overhead dan jaringan embeddedness memiliki efek negatif. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada dampak positif dari pertumbuhan ekonomi dan inflasi terhadap profitabilitas bank.

G. Hasil Penelitian Terdahulu

  Penelitian Tan dan Floros Bank profitability , Credit

  and inflation: the case of China Bank size

risk , Liquidity, Taxation, Capitalization, Cost efficiency, Non-traditional

activity , Labour productivity, Concentration C(3) dan C(5), Banking sector

development , Stock market development, dan Inflation terhadap ROA, dan

  NIM. Penelitian ini membahas faktor-faktor penentu profitabilitas lima SOCBs, 12 dan 84 JSCBs CCBs yang mencakup periode 2003-2009. Bank- spesifik, industri-spesifik variabel dan variabel makroekonomi (inflasi).

  Menggunakan data panel dengan total 197 observasi. Profitabilitas bank diukur oleh dua variabel yang berbeda, ROA dan NIM. Temuan empiris menunjukkan bahwa efisiensi biaya yang lebih tinggi, volume yang lebih rendah dari non-tradisional kegiatan, sektor perbankan yang lebih tinggi dan pengembangan pasar saham cenderung meningkatkan profitabilitas bank Cina. Ada temuan campuran tentang pengaruh risiko terhadap profitabilitas perbankan China dalam hal ROA dan NIM, khususnya, ukuran bank kecil tampaknya meningkatkan NIM dari bank-bank China, sementara NIM tinggi juga dapat dijelaskan oleh likuiditas yang lebih tinggi dari bank Cina . Produktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi menyebabkan ROA lebih tinggi dari bank Cina. Hubungan positif yang ditemukan antara inflasi dan profitabilitas di sektor perbankan Cina mencerminkan fakta bahwa inflasi di China dapat sepenuhnya diantisipasi dan suku bunga yang disesuaikan. Hal ini semakin menunjukkan bahwa pendapatan meningkat lebih cepat daripada biaya. Hasil ini sejalan dengan Pasiouras dan Kosmidou (2007) untuk bank- bank Eropa, Fadzlan dan Kahazanah (2009) dan Garcia-Herrero et al. (2009) untuk bank-bank China. Singkatnya, efisiensi biaya, non-tradisional kegiatan, pengembangan sektor perbankan, pengembangan pasar modal dan inflasi yang terkait dengan profitabilitas bank di China, tidak peduli apakah ROA atau NIM digunakan sebagai variabel dependen. Namun, risiko kredit negatif terkait dengan ROA, namun berhubungan positif dengan NIM, likuiditas dan ukuran bank secara signifikan terkait dengan NIM tetapi tidak ROA, dan produktivitas tenaga kerja memiliki efek positif pada ROA saja.

  Sedangkan penelitian (studi) di negara-negara berkembang masih sedikit dalam mengukur kinerja bank. Kinerja bank domestik dan asing di Thailand selama periode 1995-2000 yang diteliti oleh Chantapong (2005), menunjukkan bahwa profitabilitas bank asing lebih tinggi dibanding bank domestik. Guru et al. (2002) meneliti profitabilitas bank di Malaysia selama 1986-1995. Hasil menunjukkan bahwa manajemen biaya yang efisien adalah salah satu faktor yang paling signifikan dalam menentukan profitabilitas bank.

  Dalam hal variabel ekonomi makro, dan inflasi ditemukan memiliki hubungan positif dengan profitabilitas bank sementara hubungan negatif diperoleh antara suku bunga dan profitabilitas bank.

  Dampak dari karakteristik bank, struktur keuangan dan kondisi makro ekonomi terhadap profitabilitas bank Tunisia diteliti oleh Ben Naceur dan Goaied (2008) untuk periode 1980-2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya kapitalisasi dan overhead berhubungan positif dengan profitabilitas, sementara ukuran bank menunjukkan efek negatif. Ada hubungan positif antara pengembangan pasar modal dan profitabilitas bank sedangkan efek tidak ditemukan dalam hal kondisi ekonomi makro.

  Garcia-Herrero et al. (2009) menjelaskan profitabilitas rendah bank China untuk periode 1997-2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapitalisasi, pangsa deposito dan efisiensi secara positif berkaitan dengan profitabilitas bank, sementara ada efek negatif dari konsentrasi pada profitabilitas bank. Selanjutnya, temuan empiris menunjukkan bahwa SOCBs merupakan hambatan utama dari profitabilitas bank di China sedangkan JSCBs cenderung lebih menguntungkan.

  Heffernan dan Fu (2008) menggunakan nilai tambah ekonomis dan margin bunga bersih untuk memeriksa faktor-faktor penentu kinerja untuk empat jenis bank (milik negara, saham gabungan, kota komersial dan bank komersial pedesaan). Temuan empiris menunjukkan bahwa bank daftar dan efisiensi memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja bank. Pertumbuhan PDB riil tingkat dan pengangguran yang ditemukan secara signifikan terkait dengan profitabilitas bank. Tidak ada efek ukuran bank dan

  

off-balance sheet- activities pada profitabilitas bank. Kesimpulan akhir

  menunjukkan, bank umum pedesaan mengungguli bank-bank komersial milik negara, saham gabungan dan kota.

H. Kerangka Pikir Penelitian

2.1 Kerangka Pikir Asset CR

  ROA Liquidity Profitability QR NIM LDR DER Solvability DR

  Model yang dikonstruksi pada studi ini merupakan hasil konstruksian peneliti yang dihasilkan dari kajian literatur studi terdahulu. Model penelitian ini terdiri dari 4 variabel utama dengan menggunakan delapan rasio pada tahun amatan selama lima tahun (2006-2010) yang digunakan untuk menjelaskan proses terbentuknya profitabilitas bank dengan implementasi dari ukuran perusahaan, liquiditas dan solvabilitas. Model ini bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh asset bank pada profitability bank (H1), pengaruh liquidity pada profitability bank (H2), dan pengaruh solvability pada profitability bank (H3).

I. Hipotesis

  Hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang mempunyai sifat sementara sehingga pendapat tersebut belum tentu benar, sementara artinya suatu hipotesis itu bisa dirubah dengan hipotesis lain yang lebih tepat. Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: H1. Diduga Asset Bank berpengaruh signifikan dalam meningkatkan Profitability Bank yang terdaftar di BEI. H2. Diduga Liquidity Bank berpengaruh signifikan dalam meningkatkan Profitability Bank yang terdaftar di BEI. H3. Diduga Solvability Bank berpengaruh signifikan dalam meningkatkan Profitability Bank yang terdaftar di BEI.