PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI SISWA SMA BUDISATRYA MEDA.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
DAN INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI
SISWA SMA BUDISATRYA MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :
PUTRI WULAN
NIM. 8156173014

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017


ABSTRAK
Putri Wulan, NIM. 8156173014. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Dan Investigasi Kelompok Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Dan
Kemampuan Berpikir Kritis Materi Keanekaragaman Hayati Siswa SMA
Budisatrya Medan. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
(UNIMED). Medan. 2017.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X SMA Budisatrya Medan yang
bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh model (Pembelajaran Berbasis
Masalah, Investigasi Kelompok, dan Konvensional) terhadap kemampuan
pemecahan masalah siswa pada materi keanekaragaman hayati (flora) kelas X
SMA Budisatrya Medan; (2) Pengaruh model (Pembelajaran Berbasis Masalah,
Investigasi Kelompok, dan Konvensional) terhadap kemampuan berfikir kritis
siswa pada materi keanekaragaman hayati (flora) kelas X SMA Budisatrya
Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah berjumlah 4 kelas, dan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga kelas yaitu kelas X 2 dijadikan
sebagai kelas eksperimen yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM), kelas X3 dijadikan sebagai kelas eksperimen yang diajarkan
dengan model Investigasi Kelompok (IK), dan kelas X1 dijadikan kelas kontrol
yang diajarkan dengan Model Konvensional. Instrumen pengumpulan data dengan
menggunakan: (1) tes kemampuan pemecahan masalah berbentuk esai berjumlah

20 soal; dan (2) tes kemampuan berpikir kritis dalam bentuk pilihan ganda
berjumlah 25 soal. Metode penelitian ini quasi eksperimen dengan teknik analisis
data menggunakan anakova dengan taraf signifikan α = 0,05. Hasil penelitian
diperoleh bahwa: (1) Terdapat pengaruh model pembelajaran (Pembelajaran
Berbasis Masalah, Investigasi Kelompok dan Konvensional) terhadap kemampuan
pemecahan masalah siswa. Kemampuan pemecahan masalah siswa yang
dibelajarkan dengan model PBM 80,85 ± 8,86 lebih tinggi serta berbeda
signifikan dibandingkan dengan model pembelajaran IK 73,54 ± 9,87 dan
Konvensional 65,63 ± 11,22. (2) Terdapat pengaruh model pembelajaran
(Pembelajaran Berbasis Masalah, Investigasi Kelompok dan Konvensional)
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa yang
dibelajarkan dengan model PBM 81,60 ± 7,72 lebih tinggi serta berbeda
signifikan dibandingkan dengan model pembelajaran IK 74,56 ± 8,92 dan
Konvensional 61,47 ± 11,26.
Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Investigasi Kelompok, Kemampuan
Pemecahan Masalah, Kemampuan Berpikir Kritis

i

ABSTRACT


Putri Wulan, NIM. 8156173014. The Effect of Problem Based Learning and
Group Investigation on Student`s Problem Solving and Critical Thinking in
Biodiversity Material in SMA Budisatrya Medan. Thesis. Post Graduate Program.
State University of Medan (UNIMED). 2017.
This research was conducted in class X SMA Budisatrya field that aims
to determine: (1) the effect influence model (Problem Based Learning, Group
Investigation, and Conventional) towards problem-solving skills of students on
material biodiversity (flora) class X SMA Budisatrya Medan; (2) the effect model
(Problem Based Learning, Group Investigation, and Conventional) on the critical
thinking skills of students on material biodiversity (flora) class X SMA
Budisatrya Medan. The population in this study are 4 classes, and samples used in
this study consisted of three classes, model class X2 serve as an experimental class
taught by Problem Based Learning (PBL), class X3 be used as an experimental
class taught by the model Group Investigation (GI), and class X1 used as a control
class is taught by conventional models. Data collection instruments using: (1) test
the form of problem-solving skill essay test is 20 questions; and (2) test the
critical thinking skill in the form of multiple choice question is 25 question. This
research method quasi experiment with data analysis techniques using Anacova
with significance level α = 0.05. The result showed that: (1) There is the effect of

the learning model (Problem Based Learning, Group Investigation and
Conventional) to the students problem-solving skill. Problem solving skill of
students that learned with PBL model of 80.85 ± 8.86 higher and significantly
different than the learning model GI 73.54 ± 9.87 and Conventional 65.63 ±
11.22. (2) There is the effect of the learning model (Problem Based Learning,
Group Investigation and Conventional) against the students critical thinking skills.
Critical thinking skills of students that learned with PBL model of 81.60 ± 7.72
higher and significantly different than the learning model GI 74.56 ± 8.92 and
Conventional 61.47 ± 11.26.
Keywords: Problem Based Learning, Group Investigation, Problem Solving
Skills, Critical Thinking Skills

ii

KATA PENGANTAR
Pertama-tama dan yang sangat utama adalah ucapan puji dan syukur
kepada Allah SWT atas limpahan nikmat kesehatan yang diberikan sehingga
penyusunan tesis yang berjudul: Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Dan Investigasi Kelompok Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Kemampuan Berpikir


Kritis Materi

dan

Keanekaragaman Hayati Siswa SMA

Budisatrya Medan, ini dapat diselesaikan seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Sejumlah kendala dan permasalahan dialami selama mengerjakan penelitian ini.
Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulisan laporan tesis ini
dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Penulis menyadari bahwa tesis
ini masih banyak memiliki kekurangan-kekurangan. Untuk itu penulis dengan
senang hati menerima kritik dan saran untuk perbaikannya. Berkaitan dengan hal
diatas, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan Prof. Dr. Bornok
Sinaga, M.Pd beserta seluruh jajaran administrasi di Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
2. Dosen Pembimbing I, Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd dan Dosen Pembimbing II,
Ibu Dr. Tumiur Gultom, S.P, M.P yang dengan tulus telah membimbing dan
memberikan arahan dalam penyusunan tesis ini.

3. Dosen Penguji Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si, Bapak Dr. Mufti Sudibyo,
M.Si dan Ibu Dr. Elly Djulia, M.Pd atas semua masukan saran dan kritikan
sehingga memberikan bekal pengetahuan kepada penulis.
4. Bapak Wasis Wuyung Wisnu Brata, S.Pd, M.Pd dan Ibu Dra. Hj. Cicik
Suryani, M.Si selaku validator.
5. Ayahanda (Sabarno) dan Ibunda (Sumiati), kakak tersayang (Dharmawati,
Sriwigati, dan Diana), serta abangda (Surya, Benny, dan Manja) yang
senantiasa memberikan perhatian dan dukungan, baik moril maupun materil
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.
6. Kepala SMA Budisatrya Medan dan jajarannya beserta Ibu Fajriah atas semua
partisipasinya

sehingga

penulis

dapat

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.


iii

menyelesaikan

perkuliahan

di

7. Semua pihak yang telah memberikan dan membantu dalam penulisan tesis
ini.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisannya,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
membangun demi perbaikan untuk yang akan datang. Semoga tesis ini berguna
bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Medan,

April 2017

Penulis,


Putri Wulan
NIM: 8156173014

iv

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Abstrak
Abstract
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran

i
ii
iii

v
viii
ix
x

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian

1
6
6
6
7
7


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1. Pengertian Belajar
2.1.2. Hakikat Belajar
2.1.3. Kategori Belajar
2.1.4. Prinsip Belajar
2.1.5. Pengertian Mengajar
2.1.6. Pengertian Pembelajaran
2.2. Pembelajaran Berbasis Masalah
2.2.1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
2.2.2. Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah
2.2.3. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah
2.2.4. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
2.2.5. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah
2.2.6. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah
2.2.6.1. Kelebihan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah
2.2.6.2. Kekurangan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah

2.3. Model Pembelajaran Kooperatif
2.3.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
2.3.2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
2.3.3. Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif
2.3.4. Unsur Model Pembelajaran Kooperatif
2.3.5. Pentingnya Model Pembelajaran Kooperatif
2.3.6. Teknik-Teknik Model Pembelajaran Kooperatif

v

8
8
9
10
11
11
12
12
13
15
16
18
19
20
20
21
21
21
21
22
22
22
23

2.4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok (IK)
2.4.1. Pengertian Model pembelajaran kooperatif Tipe IK
2.4.2. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Investigasi Kelompok (IK)
2.4.3. Kegiatan Pembelajaran dalam Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok (IK)
2.4.4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe IK
2.5. Kemampuan Pemecahan Masalah
2.6. Kemampuan Berpikir Kritis
2.7. Materi Keanekaragaman Hayati
2.7.1. Pengertian Keanekaragaman Hayati
2.7.2. Manfaat Keanekaragaman Hayati
2.7.3. Penyebab Hilangnya Keanekaragaman Hayati
2.8. Penelitian Relevan
2.9. Kerangka Berfikir
2.10. Definisi Operasional
2.11. Hipotesis Penelitian

23
23
24
25
27
27
28
30
30
32
33
35
36
36
38

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1. Lokasi Penelitian
3.1.2. Waktu Penelitian
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1. Populasi
3.2.2. Sampel
3.3. Jenis Penelitian
3.4. Variabel Penelitian
3.5. Rancangan Penelitian
3.6. Instrumen Penelitian
3.7. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
3.7.1. Tahap Persiapan
3.7.2. Tahap Pelaksanaan
3.8. Uji Kesahihan Instrumen
3.8.1. Validitas Tes
3.8.2. Reliabilitas Tes
3.8.3. Tingkat Kesukaran Tes
3.8.4. Daya Beda Tes
3.9. Teknik Analisis Data
3.9.1. Uji Normalitas
3.9.2. Uji Homogenitas
3.9.3. Uji Hipotesis
3.9.4. Uji Hipotesis Statistik

39
39
39
39
39
39
39
40
40
40
42
42
43
43
43
44
45
46
47
47
47
47
48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

49

4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
4.1.2. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah

49
50
48

vi

4.1.3. Pengujian Hipotesis Penelitian
4.1.3.1. Pengaruh Model Pembelajaran terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa
4.1.3.2. Kemampuan Siswa Menjawab Tes Kemampuan Berpikir
Kritis Materi Keanekaragaman Hayati (Tanaman) Tingkat
Jenis Berdasarkan Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
4.1.3.3. Pengaruh Model Pembelajaran terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa
4.1.3.4. Kemampuan Siswa Menjawab Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Materi Keanekaragaman Hayati (Tanaman) Tingkat
Jenis Berdasarkan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah
dan Investigasi Kelompok terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa SMA Budisatrya Medan
4.2.2. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan
Investigasi Kelompok terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa SMA Budisatrya Medan
4.3. Keterbatasan Penelitian

50
50

53
55

56
59

59

60
62

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Implikasi
5.3. Saran

63
63
63
65

DAFTAR PUSTAKA

66

vii

DAFTAR TABEL

Halaman
40

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
Tabel 3.2. Kisi-kisi Tes dan Butir Soal Kemampuan
Pemecahan Masalah
Tabel 3.3. Kisi-kisi Tes dan Butir Soal Kemampuan Berfikir Kritis
Tabel 3.4. Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal
Tabel 3.5. Indeks Kesukaran
Tabel 3.6. Klasifikasi Indeks Daya Beda Soal
Tabel 4.1. Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang Dibelajarkan
dengan Model Pembelajaran PBL, GI, dan Konvensional
Tabel 4.2. Sebaran Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang
Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran PBL, GI, dan
Konvensional
Tabel 4.3. Data Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran PBM, IK, dan Konvensional
Tabel 4.4. Sebaran Data Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang
Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran PBM, IK, dan
Konvensional

viii

41
42
45
46
46
49

50
50

51

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Keanekaragaman Jeruk Pada Tingkat Gen
Gambar 2.2. Aneka Manfaat Tumbuhan
Gambar 2.3. Flora Sebagai Sarana Pengetahuan
Gambar 2.4. Sikerei Pulau Siberut
Gambar 2.5. Penebangan Hutan Secara Liar
Gambar 2.6. Kudzu, Spesies Pendatang yang Mendominasi
Daratan AS
Gambar 2.7. Penggunaan Pukat yang Dapat Mendatangkan Kepunahan
Gambar 4.1. Pengaruh Model Pembelajaran terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa
Gambar4.2. Kemampuan Siswa Menjawab Tes Kemampuan Berpikir
Kritis Materi Keanekaragaman Hayati (Tanaman) Tingkat
Jenis Berdasarkan Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Gambar 4.3. Pengaruh Model Pembelajaran terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa
Gambar 4.4. Kemampuan Siswa Menjawab Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Materi Keanekaragaman Hayati Tingkat Jenis
Berdasarkan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Gambar 4.5. Contoh Keanekaragaman Tanaman Tingkat Jenis yang
Terdapat di SMA Budisatrya Medan

ix

30
31
32
32
33
33
34
52

53
56

57
61

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan zaman dunia, pendidikan juga memerlukan berbagai
inovasi. Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang
mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh
sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai
sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara.
Jika suatu negara mempunyai sistem pendidikan yang baik, maka dari sistem
itulah akan melahirkan tenaga kerja yang baik. Dari hal ini, maka dapat diketahui
bahwa

pendidikan

memiliki

dimensi

yang

kompleks.

Dalam

rangka

mengembangkan iklim belajar mengajar seperti yang menumbuhkan rasa percaya
diri, sikap, dan prilaku yang inovatif dan kreatif, sangat diperlukan adanya
keterkaitan antara komponen-komponen pendidikan. Komponen-komponen
pendidikan yang meliputi guru, siswa, kurikulum, media pembelajaran, materi,
metode maupun alat evaluasi saling bekerjasama untuk mewujudkan proses
belajar yang kondusif (Huda, 2002).
Sejauh ini proses pembelajaran di sekolah masih didominasi oleh sebuah
paradigma yang menyatakan bahwa sebuah pengetahuan (knowledge) merupakan
perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Proses pembelajaran masih cenderung
berpusat pada guru, sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam proses
pembelajaran biologi. Selain itu, pembelajaran biologi masih berpusat pada hasil
belajar pada tingkat kognitif siswa yang masih rendah.
Jika diamati secara cermat maka masalah-masalah yang ditemukan di
lapangan dapat dikategorisasikan ke dalam dua faktor yaitu yang berasal dari
dalam (internal) siswa itu sendiri dan faktor-faktor yang berasal dari luar
(eksternal) siswa. Suparno (2001) mengemukakan bahwa salah satu faktor dari
dalam diri siswa adalah mereka merasa sukar mencerna pelajaran biologi karena
materinya dianggap sulit. Mereka menganggap pelajaran biologi adalah pelajaran
yang harus banyak menghafal.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMA Budisatrya Medan,
rendahnya hasil belajar biologi khususnya materi Keanekaragaman Hayati bisa

2

diakibatkan oleh model pembelajaran yang kurang menarik sehingga siswa lebih
dahulu merasa jenuh sebelum mempelajari materi yang diberikan oleh guru
biologi. Guru biologi masih mendominasi kegiatan belajar mengajar di kelas dan
menjadi satu-satunya sumber informasi sehingga kegiatan pembelajaran hanya
mengutamakan aspek kognitif tanpa memperhatikan aspek afektif dan
psikomotorik.

Pada

kegiatan

belajar

mengajar

biologi

pada

materi

Keanekaragaman Hayati, guru biologi masih menggunakan metode ceramah dan
diskusi. Dimana dengan menggunakan kedua metode tersebut, penggunaan waktu
dan biaya menjadi lebih ekonomis, karena waktu dan materi pelajaran dapat diatur
guru secara langsung, tetapi materi keanekaragaman hayati menjadi sulit bagi
siswa yang kurang memiliki kemampuan menyimak dan mencatat yang baik, serta
sangat kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi secara
total. Akibatnya, banyak siswa yang memiliki hasil belajar biologi materi
Keanekaragaman Hayati rendah.
Selain itu, kegiatan pembelajaran didalam kelas siswa tidak mengasah
kemampuan berpikir kritis maupun kemampuan pemecahan masalah. Hal itu
ditandai dengan minimnya aktivitas bertanya, menjawab, menanggapi dan
mengemukakan pendapat, belum terbiasa belajar dengan diawali permasalahanpermasalahan dan menemukan sendiri apa yang mereka pelajari, sehingga
kemampuan berpikir dan kemampuan pemecahan masalah siswa tidak dapat
dimanfaatkan secara maksimal.
Agar proses pembelajaran dapat berjalan secara optimal dan hasil belajar
yang memuaskan, perlu rencana pemilihan model pembelajaran yang tepat. Salah
satu alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dan pemecahan masalah dalam pembelajaran biologi adalah pembelajaran yang
memberikan ruang kepada siswa untuk bisa menemukan dan membangun konsep
sendiri dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Model
pembelajaran yang dapat diterapkan adalah Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM) dan Investigasi Kelompok (IK) yang juga sangat cocok diterapkan pada
materi Keanekaragaman Hayati yang merupakan materi yang membutuhkan
banyak penyelidikan dan banyak masalah yang harus dipecahkan berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari siswa. Selain itu, banyak sekali manfaat dari

3

keanekaragaman hayati (flora) yang harus diketahui siswa. Misalnya, tanaman
kunyit sangat bermanfaat untuk antiseptik.
Pembejaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) adalah model
pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata ke suatu konteks bagi siswa
untuk belajar tentang cara berpikir kritis, keterampilan pemecahan masalah, dan
untuk memperoleh pengetahuan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Menurut Arends (2008), PBM membantu siswa untuk mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, mempelajari peranperan orang dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri. Selanjutnya, pandangan
Dewey (sejak tahun 1916) bahwa sekolah seharusnya menjadi laboratorium untuk
pengatasan masalah kehidupan nyata menjadi penyokong filosofis untuk PBM.
Menurut Piaget (2010), pedagogi yang baik itu harus melibatkan
penyodoran berbagai situasi dimana anak bisa bereksperimen, yang dalam artinya
mengujicobakan berbagai hal untuk melihat apa yang terjadi, memanipulasi
benda-benda, memanipulasi simbol-simbol, melontarkan pertanyaan dan mencari
jawabannya sendiri, membandingkan temuannya dengan temuan anak-anak lain.
Selain PBM, dapat pula digunakan model pembelajaran investigasi
kelompok (IK). IK melibatkan siswa dalam merencanakan topik-topik yang akan
dipelajari dan bagaimana cara menjalankan investigasinya (Arends, 2008).
Investigasi kelompok merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri
materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang
tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.
Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara
untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
keterampilan proses kelompok. Model Investigasi Kelompok dapat melatih siswa
untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri dan pemecahan masalah dalam
penyelidikan. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap
pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Dalam model IK terdapat tiga konsep
utama, yaitu: penelitian atau inquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika
kelompok atau the dynamic of the learning group (Winaputra, 2001).

4

Penerapan PBM dan IK pada materi keanekaragaman hayati diharapkan
dapat meningkatkan keaktifan siswa dan sekaligus siswa dapat menerapkan proses
sains dalam kehidupan nyata, sehingga timbul kesadaran dalam diri siswa bahwa
konsep-konsep biologi dapat diaplikasikan dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi melalui berpikir kritis dan pemecahan masalah. Menurut
Muhfahroyin (2009) berpikir kritis adalah proses yang melibatkan operasi mental
seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan penalaran. Kunci berpikir kritis adalah
mengembangkan pendekatan impersonal yang memperhatikan argumentasi dan
fakta sejalan dengan pandangan, pendapat dan perasaan personal. Ennis (1985)
menyebutkan ada lima aspek berpikir kritis, yaitu (1) Memberi penjelasan dasar
(klarifikasi), (2) Membangun keterampilan dasar, (3) Menyimpulkan, (4)
Memberi penjelasan lanjut, dan (5) Mengatur strategi dan taktik. Berpikir kritis
merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang berpotensi meningkatkan
daya analitis kritis siswa. Peningkatan daya analitis kritis siswa sangat berkaitan
dengan

peningkatan

kemampuan

intelektual

siswa.

Oleh

karena

itu,

menumbuhkembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Selain mengasah kemampuan berpikir kritis, model pembelajaran berbasis
masalah dan investigasi kelompok juga diharapkan dapat mengasah kemampuan
pemecahan masalah siswa. Pemecahan masalah adalah proses mengorganisasikan
konsep dan keterampilan ke dalam pola aplikasi baru untuk mencapai suatu tujuan
(Sutawidjaja dkk, 1991). Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah
serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benarbenar bermakna, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah
secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret. Pengalaman tersebut
dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan serupa, karena
pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi siswa. Kemampuan
memecahkan masalah dipandang perlu dimiliki siswa, terutama siswa SMA,
karena kemampuan- kemampuan ini dapat membantu siswa membuat keputusan
yang tepat, cermat, sistematis, logis, dan mempertimbangkan berbagai sudut
pandang. Sebaliknya, kurangnya kemampuan-kemampuan ini mengakibatkan

5

siswa pada kebiasaan melakukan berbagai kegiatan tanpa mengetahui tujuan dan
alasan melakukannya (Takwim, 2006).
Perlunya siswa SMA mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi dan
pemecahan masalah, secara eksplisit telah dirumuskan dalam Permen 22, tahun
2006 tentang Standar Isi KTSP untuk matapelajaran biologi SMA-MA
(Depdiknas, 2006): matapelajaran biologi dikembangkan melalui kemampuan
berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam
bidang matematika, fisika, kimia, dan pengetahuan pendukung lainnya.
Dalam pandangan pemikir pendidikan internasional, memecahkan masalah
dipandang penting bagi para lulusan SMA pada abad pengetahuan (abad ke-21).
Trilling & Community College District (YCCD) dari Mesa College juga
menegaskan bahwa untuk abad pengetahuan, hasil belajar (student learning
outcome) yang dituntut mulai disiapkan di sekolah menengah mencakup
kemampuan

pemecahan

masalah,

keterampilan

berkomunikasi

global,

keterampilan IT, dan kemampuan soft skill lainnya (YCCD, 2005). Menurut
Eggen & Kauchak (2012) dan DeGallow (2001), contoh high order and critical
thinking skill adalah memecahkan masalah dan kemampuan metakognitif.
Meskipun perlunya pengembangan kemampuan memecahkan masalah bagi siswa
SMA, namun pada kenyataannya, pengimplementasian pembelajaran yang
mengakomodasi kegiatan pemecahan masalah masih sulit dilakukan. Paidi (2008)
menyatakan kemampuan memecahkan masalah sebagai bagian dari 7 jenis
keterampilan yang dituntut untuk dijadikan student’s learning outcome di
sekolah-sekolah lanjutan, pada abad pengetahuan.
Secara umum, pemecahan masalah didefinisikan sebagai suatu proses
penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang
diperoleh dan hasil yang diinginkan (Pramana, 2006). Salah satu bagian dari
proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision making),
yang didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang
tersedia (Pramana, 2006).

6

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model kooperatif tipe
Investigasi kelompok telah sesuai bila dilaksanakan dalam pembelajaran biologi,
karena kedua model ini telah berhasil meningkatkan kemampuan berfikir kritis
siswa dan kreativitas siswa. Sebelumnya telah ada penelitian yang dilakukan oleh
Raharjo (2009), yang menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah
dan model kooperatif tipe investigasi kelompok telah berhasil meningkatkan
kreativitas dan cara berfikir kritis siswa materi ekskresi.

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat
diidentifikasi

masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Proses pembelajaran

cenderung berpusat pada guru, sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam proses
pembelajaran biologi khususnya materi Keanekaragaman Hayati di dalam kelas;
(2) Kemampuan

pemecahan

masalah siswa

masih sangat rendah; (3)

Kemampuan berpikir siswa masih Low Orer Thinking; dan (4) Guru Biologi
belum banyak menggunakan model PBM ataupun IK.

1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Model pembelajaran dalam
penelitian ini dibatasi pada penggunaan model pembelajaran berbasis masalah,
kooperatif tipe investigasi kelompok, dan konvensional; (2) Kemampuan
pemecahan masalah diuji menggunakan tes; (3) Kemampuan berpikir kritis diuji
menggunakan tes; dan (4) Materi

yang diteliti dibatasi pada materi

Keanekaragaman Hayati (tanaman) pada tingkat jenis di kelas X SMA Budisatrya.

1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
(1) Apakah terdapat pengaruh model (PBM, IK, dan Konvensional) terhadap
kemampuan pemecahan masalah siswa materi keanekaragaman hayati
(tanaman) pada tingkat jenis kelas X SMA Budisatrya Medan?

7

(2) Apakah terdapat pengaruh model (PBM, IK, dan Konvensional) terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa materi keanekaragaman hayati (tanaman)
pada tingkat jenis kelas X SMA Budisatrya Medan?

1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
(1) Mengetahui pengaruh model (PBM, IK, dan Konvensional) terhadap
kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi keanekaragaman hayati
(tanaman) pada tingkat jenis kelas X SMA Budisatrya Medan.
(2) Mengetahui pengaruh model (PBM, IK, dan Konvensional) terhadap
kemampuan berfikir kritis siswa pada materi keanekaragaman hayati
(tanaman) pada tingkat jenis kelas X SMA Budisatrya Medan.

1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk menambah khasanah ilmu
dalam pendidikan mengenai pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dan
model

kooperatif

tipe investigasi

kelompok

siswa mengenai

materi

Keanekaragaman Hayati (flora) pada tingkat jenis.
Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah: (1) Bagi Guru: sebagai bahan
pertimbangan melakukan inovasi dan mencari solusi tentang masalah kemampuan
pemecahan masalah siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa; (2) Bagi Siswa:
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis
siswa; dan (3) Bagi Sekolah: sebagai informasi untuk mengetahui permasalahan
belajar siswa dan menerapkan model pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif
seperti Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Investigasi Kelompok.

66

DAFTAR PUSTAKA

Aditya. (2013). Keanekaragaman Hayati. (http:// www.indonesia.com, Di akses
03 September 2016. 16:55 WIB).
Akinoglu, O & Tandagon, R,O. (2006). The Effects of Problem Based Active
Learning in Science Edication on Students “Academic Achievement, Attitude
and Concept Learning. Eurasia Journal of Mathematies, Science &
Technology Education, 2 (1): 71-81.
Amalia, J. (2014). Pengaruh Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa kelas VIII SMPN 8 Padang. Jurnal
Pendidikan Matematika. 3 (2): 1-11.
Arends, R. (2006). Learning to Teach. Belajar untuk Mengajar. Edisi Kedua.
Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Arends, R. (2008). Learning to Teach. Belajar untuk Mengajar. Edisi Ketujuh.
Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Asma, Nur. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta.
Astika. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Sikap
Ilmiah dan Keterampilan Berpikir Kritis. e-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha (3). 1-10.
Barrows, H.S. (1982). Problem Based-learning. New Direction for teaching and
learning,6, (8) 3-12.
Cooney, T.J, Davis, E. J. dan Henderson, K.B. (1975). Dynamics of Teaching
Secondary School Mathematics. Houghton Mifflin Company, Boston.
Depdikbud. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Depdiknas. (2006). Sosialisasi KTSP. CD-ROM. Ditjen PMPTK Depdiknas,
Jakarta.
Dewey, J. (1916). Democracy and Education. Macmillan, Originally Published,
New York.
Dewi, L. R., Wiyatmo, Y., & Ruwanto, B. (2012). Pengaruh Model Problem
Based Learning (PBL) Melalui Metode Ekperimen terhadap Kemampuan
Ranah Kognitif Berdasarkan Keterampilan Pemecahan Masalah Fisika pada
Materi Sub Bahasan Asas Black untuk Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sewon
Bantul Yogyakarta. Jurnal Cakrawala Pendidikan UNY. 1 (1): 1-8

67

Diva, M. (2015). Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Rineka Cipta,
Jakarta.
Djafar, T. (2001). Kontribusi Strategi Pembelajaran. Andi, Yogyakarta.
Djamarah, S.B. (2009). Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta.
Eggen, Paul and Kauchak, Don. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran
Mengejar Konten dan Keterampilan Berfikir. Indeks, Jakarta.
Ennis, R.H. (2000). At Outline of Goals for a Critical Thinking Curiculum and Its
Assesment (Online). Tersedia: http://criticalthinking.net.
Ennis, R.H. dan Weir, E. (1985).The Ennis-Weir Critical Thinking Essay Test.
Test manual, criteria, scoring sheet an instrumenfor Teaching and Testing.
Midwest Publications. USA.
Erman, S. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA, UPI,
Bandung.
Etin, S., dan Raharjo. (2007). Cooperative Learning. Bumi Aksara, Jakarta.
Gagne, R.M. (1984). Kondisi Belajardan Teori Pembelajaran. Terjemahan
Munandir (1989). Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Gunawan, A.W. (2003). Born To Be Genius. PT Gramedia Pustaka, Jakarta.
Gunawan, A. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Negeri 2 Metro.
Tesis. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro.
Halmahera Company. (2012). Penebangan Hutan di Kalimantan Telah Merusak
Alam Kita, http://agungprat.blogspot.com/2012/03/penebangan-hutan-dikalimantan.html. Diakses 04 September 2016.
Hamalik, O. (2010). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Bumi Aksara, Jakarta.
Handayani, S., dan Sapir. (2009). Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning) Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar,
Hasil Belajar dan Respon Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di
SMA Negeri 2 Malang. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. (2) 1: 1-12.
Huda, N. (2002). Strategi Pembelajaran, PT Multi Kreasi Satudelapan, Jakarta.

68

Hudojo, H. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
UM Press, Malang.
Hudoyo, Herman. (1979). Pengembangan Kurikulum Matematika. Usaha
Nasional, Surabaya.
Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
Antar Peserta Didik. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Iswanto, A. (2008). Fenomena-fenomena Budaya Sikerei di Era Modernisasi.
http://www.antarasumbar.com/artikel/45/fenomena-budaya-sikerei-di-era
modernisasi.html. Diakses 04 September 2016.
Jauhari, M. (2011). Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai
Konstruktivistik, Prestasi Pustaka, Jakarta.
Juha, M,A. (2010). Thinking Skills Critical Thinking-2 Chapter. Zaid. IQ
Kunandar. (2007). Guru Proffesional Implementasi Kurikulum Satuan Pendidikan
(KTSP) Sukses dalam Sertifikasi Guru. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Lie, A. (2008). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Grasindo, Jakarta.
Listiana, L. (2012). Penggunaan Lembar Kerja Siswa Dalam Pembelajaran Sains
Pada Konsep Energi Bunyi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Skripsi. KD UPI, Serang.
Mariani, N. (2005). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi Melalui Model
Group Investigation dengan Pendekatan Struktur di Kelas VII SLTPN 20
Pekanbaru. Jurnal Biogenesis 2 (1):8-12.
Mudhofir. (1987). Penggunaan Strategi Terhadap Hasil Belajar
Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Jurnal Biogenesis 2 (1): 50-57.

dan

Muhfahroyin. (2009). Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Melalui Pembelajaran Konstruktivistik. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran 16 (1): 55-68.
Ngalimun. (2013). Strategi dan Model Pembelajaran. Aswaja Pressindo,
Yogyakarta.
Noor. (2007). Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran PBL Biologi Terhadap
Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa SMA. Jurusan Pendidikan Biologi,
FMIPA, IKIP Negeri Singaraja. Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran
IKIP Negeri Singaraja, 2 (3) 33-35.
Nurhadi. (2003). Pendekatan Kontekstual. Universitas Negeri Malang, Malang.

69

Paidi. (2008). Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Pengaruhnya terhadap
Kemampuan Metakognitif, Pemecahan Masalah, dan Penguasaan Konsep
Biologi. Jurnal Pendidikan Biologi UM Malang, 1 (1): 1-13.
Piaget, J., & Inhelder, B. (2010). Psikologi Anak. Terj. Miftahul Jannah. Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Poedjee. (2013). Pukat Harimau dan Efeknya Terhadap Kelestarian Laut.
http://www.kaskus.co.id/thread/516054040a75b41477000007/pukatharimau-dan-efeknya-terhadap-kelestarian-laut. Diakses 04 September
2016.
Pramana, B. (2006). Problem Solving. (Online). (http://sarengbudi.web.id/wpcontent- /uploads/problem-solving.doc, diakses 12 November 2016).
Primandari, A. H. (2010). Upaya dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa Kelas VIII SMPN 2 Nanggulan dalam Pembelajaran
Matematika. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Raharjo. (2009). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Investigasi
Kelompok Dan Pengajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Hasil Belajar
Kognitif Siswa. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan
Penerapan, Surabaya.
Rahmaniar, A. (2014). Penerapan Model Problem Based Learning Dipadu Group
Investigation untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi
Siswa Kelas X1 IPA 6 SMA Negeri 7 Malang. Tesis. Jurusan Biologi
Universitas Negeri Malang, Malang.
Rahmat. (2010). Pengukuran Keterampilan Berpikir Kritis. (Online). Tersedia:
http://gurupembaharu.com/home. Diakses 10 Oktober 2016
Rahmat, D. (2015) Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning dan
Group Investigation Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar Siswa pada Materi Ekosistem di SMA Negeri 1 Kualuh Selatan
Kabupaten Labuhan Batu Utara. Skripsi. Pascasarjana Unimed, Medan.
Redhana, IW. (2003). Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui
Pembelajaran Kooperatif dengan Strategi Pemecahan Masala. Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran. 34 (2). 11-21.
Ronny. (2013). Keanekaragaman Hayati Indonesia. (http:// www.indonesia.com,
Diakses 03 September 2016. 17:26 WIB)
Ruland, J. P. (2003). Critical Thinking Standards. University of Central Florida.
Faculty Centre.

70

Sabandar. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
kemampuan Berfikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa SMP. Educationist,
1 (1): 41-62.
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Kencana Prenada Media, Jakarta.
Senduk, A.G., dan Yasin, N.
(2004). Pembelajaran Kontekstual dan
Penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang, Malang.
Setiawan I.G.A.N. (2008). Penerapan Pengajaran Kontekstual Berbasis Masalah
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X2 SMA
Laboratorium Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Undiksha, (Online), (http:// www.freewebs.com, diakses tanggal 12
0ktober 2016).
Sharan, S., Kussel, P., Bejanaro, Y., Raviv, S. , (1984). Cooperative Learning in
the Classroom: Research in desegregated schools. Hilsdale, NJ: Erlbaum.
Sitepu, A. (2011). Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Dan
Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar
Biologi Siswa SMAN 1 Lubukpakam. Tesis. Unimed, Medan.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka
Cipta, Jakarta.
Sudjadi, B dan Laila, S., (2007), Biologi, Yudhistira, Surabaya.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Tarsito, Bandung.
Suparno, S. (2001). Membangun Kompetensi Belajar. Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta.
Sutawidjaja, A., dan Afgani, J.D. (2011). Materi Pokok Pembelajaran
Matematika: 1-9, MPMT5301/3 sks. Universitas Terbuka, Jakarta.
Suwondo. 2010. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Konsep Rancangan
Eksperimen dalam Mata Kuliah Biometri. Jurnal Pendidikan UNRI.1 (1): 110
Syaiful. (2009). Penggunaan Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar dan
Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Jurnal Biogenesis 2(1): 50-57.
Syamsuri, I. (2004). Biologi. Erlangga, Jakarta.

71

Takwim, Bagus. (2006). Mengajar Anak Berpikir Kritis. (Online).
(www.kompas.-com/-kesehatan/news/0605/05/093521.htm, diakses 26
November 2016).
Taufik. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X2 SMA Laboratorium
Singaraja, Bali. Jurnal Pendidikan dan Pengembangan Pendidikan, (2):
42-59.
Toha. (2012). Keanekaragaman Hayati. http://pelajaribiologi.blogspot.com/2012
Diakses 04 September 2016
Winaputra,U.S. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran.Universitas Terbuka,
Jakarta.
Utomo, T., Wahyuni, E ., Hariyadi, S. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap
Pemahaman
Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa (Siswa Kelas VIII
Semester Gasal SMPN 1 Sumbermalang Kabupaten Situbondo Tahun
Ajaran 2012/2013). Jurnal Biogenesis. (2) 1: 13-14
Wawan, S. (2012). Kebun Raya Bali. http://www.kebunrayabali.com/garden.php.
Diakses 04 September 2016.
Wena, M. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif, Bumi Aksara, Jakarta.
Widowati, E., dan Hidayati, N. (1993). Startegi Belajar Mengajar. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Yamin, M. (2013). Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, GP Press
Group, Jakarta.
Yatim, R. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. Kencana, Jakarta.
YCCD. (2005). Student Learning Outcomes. (Online). (www.mt.liu.se/edu/
Bologna/LO/- slo.pdf. diakses tanggal 12 November 2016).