PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA SMK.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

TERHADAP KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA SMK

T E S I S

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

MUHAMMAD ZUNANDA NIM. 8136176025

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

MUHAMMAD ZUNANDA (NIM: 8136176025). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMK. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa pada model pembelajaran problem based learning dan pembelajaran konvensional, perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir di atas rata-rata dan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis di bawah rata-rata, serta interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah fisika siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama diajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah dan kelas kedua dengan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes keterampilan pemecahan masalah dan tes kemampuan berpikir kritis. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan anava dua jalur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan pemecahan masalah fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, keterampilan pemecahan masalah fisika siswa dengan kemampuan berpikir kritis di atas rata-rata menunjukkan perbedaan dan hasil yang lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan berpikir kritis di bawah rata-rata, serta terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah dan kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah fisika siswa.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Kemampuan Berpikir Kritis, Keterampilan Pemecahan Masalah.


(6)

ii

ABSTRACT

MUHAMMAD ZUNANDA (NIM: 8136176025). The Effect of Problem Based Learning Model and Critical Thingking on Student’s Problem Solving Skills of Physic In Vocational School . Thesis. Medan: Post Graduate Program, State University of Medan, 2015.

The aims of this research were to analyze the differences of student’s problem solving skills by using problem based learning model and conventional learning, the differences of student’s problem solving skills who had under average and above average category in critical thingking, and the interaction between learning model and the level of critical thingking in influencing student’s problem solving skills.

This research was a quasi-experimental research. The sample in this research was conducted by cluster random sampling of two classes, which the first class, as experiment class, was taught with Problem Based Learning Model, as a control class, with Conventional Learning. The research instrument consisted of problem solving skills test and critical thingking test. Data in this research was analyzed by using two way Anova.

The results of the research showed that the student of physic’s problem solving skills using problem based learning model was differ and show better results than the conventional learning, the physics problem solving skills of the students who had above average category in critical thingking was differ and show better results than under average category, and there was interaction between problem based learning model and the level of critical thingking in influencing student of physic’s problem solving skills.

Keyword : Problem Based Learning Model, Critical Thingking, Problem Solving Skill


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Keterampulan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMK” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Alhamdulillah dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menentukan judul, penyusunan proposal hingga menjadi sebuah tesis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED;

2. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber I dan Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber III, karena ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan saran, masukan,


(8)

iv

serta arahan yang kritis, baik selama kegiatan perkuliahan, maupun dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan tesis ini;

3. Terkhusus pada Ibu Dr. Derlina, M.Si, dan Bapak Dr. Karya Sinulingga, M.Si. selaku dosen pembimbing tesis yang telah mendampingi, membimbing, serta memotivasi penulis dalam sejak awal hingga selesainya tesis ini dengan baik sesuai yang diharapkan;

4. Bapak Prof. Marabangun Harahap, M.S sebagai narasumber II dalam penyusunan tesis ini yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun demi penyempurnaan tesis ini;

5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Fisika PPs Unimed yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan berlangsung;

6. Teristimewa penulis ucapkan pada Ayahanda Solahuddin dan Ibunda Lelawati, yang telah secara terus menerus memberikan motivasi, doa, serta kasih sayang yang tak pernah henti, serta Afriandi, Muliza Silfia, Ahmad Fauzi yang penulis banggakan yang senantiasa memberikan motivasi dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Unimed hingga selesainya tesis ini;

7. Kepala Sekolah dan Staf Guru di SMK Dharma Analitika yang telah memberikan ijin dalam memberikan waktu, kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian;

8. Teman-teman seperjuangan angkatan IV Prodi Magister Pendidikan Fisika yang juga telah memberikan semangat, motivasi, ruang, serta waktu kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.


(9)

v

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih belum sempurna, oleh karena itu masukan dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penelitian selanjutnya serta bermanfaat dalam menambah pengetahuan dunia pendidikan.

Medan, 02 Juni 2015 Penulis


(10)

vi DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak i

Kata Pengantar iii

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi masalah 10

1.3. Batasan masalah 11

1.4. Rumusan Masalah 11

1.5. Tujuan Penelitian 12

1.6. Manfaat penelitian 12

1.7. Definisi Operasional 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 14

2.1.1. Model Pembelajaran 14

2.1.2. Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) 16 2.1.2.1. Pengertian PBL (Problem Based Learning) 16 2.1.2.2. Karakteristik Problem Based Learning 16 2.1.2.3. Sintaks Pembelajaran PBL (Problem based learning) 18 2.1.2.4. Sistem Penilaian Problem Based Learning 20

2.1.2.5. Dampak Instruksional PBL 21

2.1.3. Teori yang Mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah 22 2.1.3.1. Dewey dan Kelas Berorientasi Masalah 22

2.1.3.2. Teori Belajar Vygotsky 23

2.1.3.3. Teori Belajar Konstruktivis 24

2.1.4. Model Pembelajaran Konvensional 25

2.1.5. Keterampilan Pemecahan Masalah (Problem Solving) 27

2.1.6. Kemampuan Berpikir Kritis 32

2.1.7. Penelitian Yang Relevan 41

2.2. Kerangka Konseptual 48

2.2.1. Perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa menggunakan model pembelajaran problem based learning

dengan model pembelajaran konvensional 48

2.2.2. Perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa pada kelompok siswa dengan kemampuan berpikir kritis di atas rata-rata dan kelompok siswa dengan kemampuan berpikir kritis di bawah rata-rata 49 2.2.3. Interaksi antara model pembelajaran problem based learning dan

model pembelajaran konvensional dengan kemampuan berpikir kritis terhadap keterampilan pemecahan masalah fisika siswa 50


(11)

vii BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 53

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 53

3.2.1. Populasi Penelitian 53

3.2.2. Sampel Penelitian 53

3.3. Variabel Penelitian 53

3.4. Desain Penelitian 54

3.5. Instrumen penelitian 56

3.5.1 Validitas Tes 60

3.5.2 Reliabilitas 61

3.5.3 Taraf Kesukaran 62

3.5.4 Daya Pembeda Tes 62

3.6. Prosedur Penelitian 63

3.7. Teknik Analisis Data 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil penelitian 69

4.1.1. Hasil Pretes Keterampilan Pemecahan Masalah 69 4.1.2. Hasil Postes Keterampilan Pemecahan Masalah 73 4.1.3. Hasil Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis 74

4.1.4. Analisis Hasil Penelitian 75

4.1.4.1. Analisis Data Postes Keterampilan Pemecahan Masalah 75 4.1.4.2. Analisis Data Keterampilan Pemecahan Masalah

Berdasarkan Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis 76

4.1.5. Pengujian Hipotesis 79

4.2. Pembahasan 89

4.2.1. Perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa menggunakan model pembelajaran problem based learning

dengan model konvensional 89

4.2.2. Perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa pada kelompok siswa dengan kemampuan berpikir kritis di atas rata-rata dan kelompok siswa dengan kemampuan berpikir kritis di bawah

rata-rata 92

4.2.3. Interaksi antara model membelajaran problem based learning dan model pembelajaran konvensional dengan kemampuan berpikir

kritis terhadap keterampilan pemecahan masalah fisika siswa 94 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 96

5.2. Saran 97


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Sintaks Model Problem Based Learning (PBL) 19 Tabel 2.2. Aspek kemampuan berpikir kritis menurut Ennis 35 Tabel 2.3. Jurnal-jurnal penelitian problem based learning 41

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 54

Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA 55

Tabel 3.3. Tabel Spesifikasi Tes Keterampilan Pemecahan Masalah 56 Tabel 3.4. Spesifikasi Kemampuan Berpikir Kritis 58 Tabel.3.5. Kesimpulan validitas ramalan instrumen penelitian 63 Tabel 4.1. Deskripsi Data Pretes Keterampilan Pemecahan Masalah 69

Tabel 4.2. Uji Normalitas Data Pretes 70

Tabel 4.3. Uji Homogenitas Data Pretes 71

Tabel 4.4. Uji Kesamaan Kemampuan awal KPM kelas Eksperimen dan

kelas Kontrol 72

Tabel 4.5. Data Postes Keterampilan pemecahan masalah 73 Tabel 4.6. Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Gabungan Kelas

Eksperimen dan Kontrol 74

Tabel 4.7. Pembagian Kelompok Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi

dan Rendah 75

Tabel 4.8. Pengelompokan Nilai Keterampilan Pemecahan Masalah

Berdasarkan Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa 77 Tabel 4.9. Desain Faktorial Rata-Rata 2 x 2 Anava 79

Tabel 4.10. Data Faktor antar Subjek 80

Tabel 4.11. Uji Homogenitas antar kelompok 80

Tabel 4.12. Hasil Uji Anava Dua Jalur 81


(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Hasil yang Diperoleh Pelajar dari Problem BasedLearning 22

Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian 65

Gambar 4.1. Histogram Distribusi Normal Kelas Eksperimen 70 Gambar 4.2. Histogram Distribusi Normal Kelas Kontrol 71 Gambar 4.3. Diagram Pretes-Postes kelas Ekspermen dan Kontrol 76 Gambar 4.4. Diagram Data Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa

Berdasarkan Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis 78 Gambar 4.5. Interaksi Antara Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

dan Pembelajaran Konvensional dengan Kemampuan

Berpikir Kritis 84

Gambar 4.6. Hubungan antara Nilai Keterampilan Pemecahan Masalah Terhadap Model Pembelajaran Konvensional dan PBL 90 Gambar 4.7. Hubungan Perbedaan Keterampilan Pemecahan Masalah

(KPM) dengan Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Kelas


(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 101

Lampiran 2. Bahan Ajar 126

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) 136

Lampiran 4. Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 142 Lampiran 5. Tabel Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis 152 Lampiran 6. Tabel Kisi-kisi Tes Keterampilan Pememcahan Masalah 156

Lampiran 7. Laporan Uji Tabel Instrumen 161

Lampiran 8. Tabulasi Data Berpikir Kritis 163

Lampiran 9. Tabulasi Data Pretes 165

Lampiran 10. Tabulasi Data Postes 167

Lampiran 11. Tabulasi Lembar Observasi 169

Lampiran 12. Deskripsi Statistik Perhitungan Data Pretes dan Postes 170


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang berlangsung secara efektif dan efisien, secara terbuka dan bertanggung jawab yang disampaikan melalui kegiatan formal dan nonformal antara guru dan siswa. Tumbuh kembang suatu negara, tidak ubah dari peranan pendidikan dalam membangun sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing kelas tinggi dalam dunia pendidikan. Melalui pendidikan, peradaban pengetahuan yang unggul, maju, berteknologi, serta berdaya saing ekonomi kelas dunia dapat dibangun dengan baik.

Pendidikan merupakan salah satu asas penting yang mempunyai pengaruh besar dalam memajukan suatu bangsa. Dengan pendidikan, Indonesia dapat membangun suatu bangsa yang unggul dan bersaing dengan negara-negara maju dan mumpuni dalam pengetahuan sains dan teknologi. Dengan kualitas pendidikan yang baik, Indonesia dapat mencetak sumber daya yang tangguh yang dimanfaatkan dalam membangun perekonomian. Hal itu seperti yang telah diketahui, banyak prestasi-prestasi siswa-siswi Indonesia yang telah ditorehkan dalam dunia pendidikan diantaranya kemenangan dalam olimpiade sains internasional, karya ilmiah, teknologi robotik dan bahkan menjadi juara umum dengan mengalahkan negara-negara yang lebih terdahulu maju lainnya. Melalui gambaran tersebut Indonesia telah memiliki pendidikan yang mampu menjadi


(16)

2

pendidikan yang bersaing dan berkualitas tinggi di mata dunia dimana makna berkualitas pada dasarnya adalah lebih mengarah pada sesuatu yang baik, Glaser (Hamzah Uno 2009). Namun selepas dari semua prestasi tersebut, pendidikan Indonesia ternyata masih dinyatakan rendah jika dibandingkan dengan negara asean lain, hal ini dinyatakan di dalam data UNESCO melalui Education of All (EFA) Global Monitroring Report 2011, pendidikan Indonesia masih berada pada peringkat 69 dari 127 negara di mana peringkat tersebut turun dari penilaian sebelumnya yang menduduki posisi nomor 65 dari 127 negara dengan jepang sebagai negara yang memiliki kualitas pendidikan yang terbaik saat ini, kompas (Mudjia Rahardjo 2011), walaupun sebenarnya Indonesia mulai mengarah dan berusaha memajukan pendidikan melalui berbagai bermacam cara untuk meningkatkan kualitasnya.

Fisika merupakan salah satu pembelajaran sains memiliki peranan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di dunia pendidikan, mengajak siswa untuk berpikir aktif dan kreatif dan berperan penting dalam membentuk karakter seseorang yaitu karakter berpikir kognitif, afektif dan psikomotorik yang bersaskan sikap pengetahuan yang tinggi dalam memecahkan suatu fenomena alam. Selain sebagai bagian dari pengembangan karakter, fisika juga merupakan pengetahuan yang berisi konsep yang menguji analisis berpikir seseorang dalam menafsirkan dan menentukan hal-hal yang diperoleh pada saat melakukan kegiatan eksperimen atau investigasi. Sehingga melalui serangkaian kegiatan eksperimen, proses berpikir siswa dapat dimanfaatkan dengan baik dalam mengembangkan dan menciptakan kemampuan berpikir kognitif intelektual siswa.


(17)

3

Berpikir terjadi dalam setiap aktivitas mental manusia yang berfungsi dalam memformulasikan atau menyelesaikan masalah, membuat keputusan serta mencari alasan. Berpikir adalah sesuatu yang berhubungan dengan apa yang seharusnya dipercaya atau dilakukan setiap situasi atau peristiwa yang meliputi proses analisis, sintesis, menyimpulkan dalam mengevaluasi suatu kejadian agar dapat diambil pelajaran dalam memecahkan suatu peristiwa. Dengan penelitian ini kemampuan berpikir yang digunakan sebagai variabel moderator dalam memecahkan suatu permasalahan fisika adalah kemampuan berpikir kritis siswa yang dimanfaatkan dalam mencari pernyataan dan alasan yang jelas dari suatu pertanyaan dengan memakai sumber yang memiliki kredibilitas, memperhatikan situasi dan kondisi secara menyeluruh dengan berusaha tetap relevan dengan ide utama dalam mencari alternatif, bersikap dan berpikir terbuka dengan alasan-alasan yang logis dan peka terhadap ilmu lain. Sehingga melalui penelitian ini kemampuan berpikir kritis yang digunakan adalah kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (dalam Costa, 1985) yaitu memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interference), memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced clarification), serta mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics).

Proses berpikir tidak jauh hubungannya dari proses belajar yang menurut pandangan behavioris adalah sesuatu yang dilakukan orang untuk merespon stimulasi eksternal dengan memasukkan aspek-aspek ekspektasi, pikiran, motivasi dan keyakinan. Sehingga tidak lagi terbatas pada perilaku sebagai kekuatan tetapi aktivitas seperti mengenali objek, mensortir objek dan menyimpan informasi,


(18)

4

merupakan aktivitas mentalis yang terjadi pada kepala seseorang. Piaget juga beranggapan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kognitif seorang anak adalah kematangan (maturation), aktivitas (activity) dan transmisi sosial (social transmion) belajar dari orang lain. Pada saat menghadapi lingkungannya, anak juga berinteraksi dengan orang lain, seorang anak juga dapat belajar dari anak lain dengan tingkat belajar yang berbeda tergantung tahap perkembangannya. Piaget mengatakan bahwa proses pembelajaran harus sejalan komponen emosional dengan proses berpikirnya, dan sisi emosional selalu mempengaruhi sisi berpikirnya. Dengan demikian untuk dapat membantu anak belajar dengan baik maka guru harus berupaya menyediakan suatu aktivitas yang berinteraksi dengan lingkungan agar anak dapat mencapai berpikir kritis dan kecerdasan emosional yang baik.

Melalui penyebaran angket yang dilakukan kepada 30 siswa SMK Dharma Analitika Medan menyatakan bahwa 63 persen siswa menyukai pelajaran Fisika, ketika dilakukan kegiatan ulangan terdapat 30 persen siswa yang bisa memenuhi standar ketuntasan minimal atau KKM dengan nilai 70, soal yang diberikan lebih mengarah pada soal defenisi serta perhitungan dan siswa yang berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar hanya 10 persen siswa. Selanjutnya melalui penyebaran angket yang disebarkan kepada 30 siswa diperoleh data bahwa guru mengajar dengan metode ceramah dan tanya jawab sebanyak 24 siswa dan kegiatan pembelajaran berlangsung biasa-biasa saja sebanyak 23 siswa. Hal ini dikarenakan variasi pembelajaran berlangsung menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan tugas dalam proses belajar


(19)

5

mengajar dan sebagai variasi metode atau model pembelajaran yang digunakan adalah metode diskusi.

Data di atas menyatakan bahwa siswa yang menyukai pembelajaran fisika merupakan pilihan yang terbanyak, tetapi dalam menyelesaikan masalah pelajaran fisika dengan baik dan benar diperoleh kemampuan siswa masih rendah. Selain itu siswa yang aktif dalam proses pembelajaran masih sedikit, hal ini dikarenakan kemampuan berpikir siswa terhadap pembelajaran fisika masih rendah sehingga menyebabkan siswa cenderung berpikiran lebih pasif dan tidak bisa bereksplorasi di dalam proses pembelajaran. Selain itu, metode atau model pembelajaran yang digunakan cenderung mengajak siswa berpikir satu arah dan kurang terampil dalam keterampilan pemecahan masalah fisika siswa .

Proses pembelajaran yang diharuskan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran, membuat guru cenderung sebagai pusat pembelajaran (center learning), sehingga keterampilan dalam menyelesiakan masalah dan menilai pembelajaran dan hasil belajar berupa keaktifan yang seharusnya diharapkan guru, ternyata diperoleh di bawah rata-rata. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sudirman (1992), bahwa metode ceramah adalah suatu bentuk pengajaran dengan kegiatan dimana guru mengalihkan informasi kepada kelompok besar siswa dengan cara yang bersifat verbal (lisan). Dimana dengan kesulitan menggunakan metode ceramah yaitu menurunnya perhatian siswa akibat kejenuhan karena panjangnya ceramah, kecenderungan terjadinya proses satu arah yang mengakibatkan siswa tidak dapat berperan aktif selama penerapannya.


(20)

6

Belajar adalah tidak ubahnya sebuah perilaku yang mengubah siswa dari kurang terampil, berkarakter dan berpengetahuan menjadi terampil, berwawasan ke depan dalam memecahkan suatu permasalahan fisika. Keterampilan problem solving adalah karakter umum dari struktur kognitif manusia yang merupakan proses mental yang meliputi empat aktivitas besar yaitu identifikasi, memahami, menyelesaikan dan mengevaluasi masalah. Keterampilan ini dipengaruhi oleh motivasi, kebiasaan, emosi, kepercayaan dan sikap yang salah serta kemampuan kognitif atau kecerdasan siswa. Posisinya merupakan fungsi intelektual paling kompleks dari semua fungsi intelektual tinggi atau proses kognitif manusia yang memerlukan kontrol dan keterampilan fundamental. Posamentier (1999) mengungkapkan problem solving adalah suatu proses mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam suatu situasi yang baru dan tidak dikenal. Atau suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat, Hamalik (dalam Yasin, 2009).

Berpikir memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang baru adalah kegiatan yang kompleks yang berhubungan erat satu dengan yang lain. Suatu masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir. Sebaliknya, menghasilkan sesuatu (benda-benda, gagasan-gagasan) yang baru dan menciptakan sesuatu itu mencakup pemecahan masalah atau problem solving. Mengembangkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis, aktif, cerdas dalam keterampilan pemecahan masalah fisika siswa, diperlukan suatu model pembelajaran inovatif yang mampu mengarahkan siswa dalam menyelesaikan


(21)

7

masalah sains. Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) sangat realistis untuk pembelajaran sains yang melibatkan kecerdasan emosional dan pemikiran konsep siswa. Karena pembelajaran berbasis masalah menciptakan kondisi belajar yang tidak hanya sebatas menghapal, mencatat, menerima pengetahuan tetapi memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah dengan cara mensharing pengetahuan, mencari (inquiry), menemukan pengetahuan sehingga terjadi peningkatan pemahaman (bukan ingatan).

PBL (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi pada pembelajar dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar, Boud, F., dan Fogarty (dalam Ngalimun, 2012). Lebih lanjut Arends (2008) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar yang diajarkan dengan PBL yaitu inkuiri dan keterampilan melakukan pemecahan masalah fisika, belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviours) dan keterampilan belajar mandiri (skills for independent learning). Dimana inkuiri dan keterampilan proses akan menggunakan kemampuan berpikir kritis tingkat tinggi (higher order thinking skill) dalam melakukan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi dan reasoning. Bagi guru penggunaan model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang menunjang dalam proses pembelajaran kurikulum 2013. Hal ini dikarenakan model pembelajaran berbasis masalah sejalan dengan tujuan dan amanat pembelajaran kurikulum 2013 yaitu belajar aktif (active learning) dan inovatif.


(22)

8

Kurikulum 2013 juga mengamanatkan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (scientific approach) yang diketahui lebih mengarahkan siswa cenderung melakukan eksperimen melalui kegiatan investigasi, bersikap ilmiah atas fenomena atau gejala dalam memperoleh pengetahuan baru. Melalui kegiatan-kegiatan ini, model pembelajaran berbasis masalah memiliki karekteristik yang mendukung dalam berlangsungnya kegiatan pembelajaran kurikulum 2013. Menurut Arends, Richard (2008), terdapat lima fase sintaks secara umum dalam model pembelajaran berbasis masalah, yaitu orientasi permasalahan, pengorganisasian untuk meneliti, investigasi, mengembangkan dan presentasi serta menganalisis dan presentasi. Pembelajaran ini mengharuskan guru untuk mengembangkan keterampilan kolaborasi diantara siswa dan membantu siswa dalam menginverstigasi masalah secara bersama-sama dan menjadi pelajar yang mandiri. Dukungan sosial dan kontekstual berhubungan dengan bagaimana masalah yang menjadi fokus pembelajaran dapat membuat pembelajar termotivasi untuk memecahkannya. Suasana kompetitif dalam kelompok juga dapat mendukung kinerja kelompok. Dengan demikian, pembelajaran berbasis masalah memiliki potensi yang amat besar dalam membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada pelajaran fisika.

Melalui jurnal-jurnal penelitian seperti penelitian yang dilakukan oleh (Burris dan Bryan, 2007; El-Shaer, dkk., 2014; Thoman, Ias., 2009) problem based learning memiliki pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan konten pengetahuan siswa dimana item kepercayaan diri berpikir kritis mempunyai


(23)

9

persentase perubahan yang tinggi yang diikuti dengan keingintahuan dan kedewasaan siswa dan perkembangan berpikir adalah elemen berpikir kritis dalam hubungan pendidikan yang berkelanjutan. Alper, Ayfer (2008) berpendapat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skala sikap ke dua kelas, antara pria dan wanita terlebih tidak ditemukan pengaruh interaksi antara kelas dengan jenis kelamin secara signifikan. Masek, Alias dan Sulaiman Yamin (2011) mengungkapkan proses spesifik dalam teori PBL mendukung siswa mengembangkan berpikiran kritis termasuk dalam desian pengaplikasian sedangkan secara empiris tidak membuktikan dengan jelas pengaruh PBL terhadap kemampuan berpikir kritis, terutama ruang lingkup medis, selain itu beberapa bukti mengindikasikan PBL memerlukan waktu panjang membuka perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa dan adanya hubungan pengaruh PBL dan berpikir kritis terhadap, jenis kelamin, akademik, prestasi dan background pendidikan.

Berbeda bagi (Ferreira dan Trudel (2012); Astika, I. Kd. Urip, dkk., (2013)) dalam penggunaan PBL terhadap sikap ilmiah, sikap sains, keterampilan pemecahan masalah fisika siswa dan berpikir kritis siswa, tenyata terdapat perbedaan yang signifikan. Eldy, Elnetthra Folly dan Fauziah Sulaiman (2013) dengan tes YanPiaw Creative-Critical Thinking (YCreative-Critical Thinking) yang dikembangkan oleh Chua (2004) dimana digunakan untuk mengidentifikasi level gaya berpikir siswa (keseimbangan berpikir, critical thinking) menunjukkan hasil perkembangan yang positif terhadap gaya berpikir siswa sebelum dan setelah penerapan. Selain itu terhadap hasil belajar Aydogdu, Cemil (2012) mengatakan


(24)

10

siswa pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan PBL memiliki prestasi kimia lebih tinggi jika dibandingkan kelas kontrol yang diajarkan dengan metode tradisional. Begitu juga terhadap sikap kimia siswa. Sedangkan Batdi, Veli (2014) menyimpulkan bahwa pendekatan dengan pembelajaran problem based learning lebih efektif jika dibandingkan dengan pembelajaran secara tradisional. Afandi, S., dan Widhia, S., (2012) mengatakan interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis secara signifikan mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Sedangkan Nurlaila, N., dkk., (2013) mengatakan ada interaksi antara pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa pada aspek kognitif, tetapi tidak ada interaksi pada aspek afektif dan psikomotorik.

Melaui pemaparan di atas dan didasari pada kenyataan bahwa model pembelajaran problem based learning dan kemampuan berpikir kritis dapat membawa siswa untuk memiliki keterampilan pemecahan masalah pembelajaran fisika serta membentuk hubungan komunikasi dua arah secara interaktif antara guru dan siswa, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMK”.

1.2. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasikan masalah yang ada disekolah tersebut diantaranya:


(25)

11

2. Model pembelajaran masih kurang bervariasi

3. Proses pembelajaran kurang merangsang siswa dalam kemampuan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa .

4. Proses belajar masih bersifat konvensional dan berpusat pada guru, sehingga proses belajar mengajar kurang interaktif

1.3. Batasan masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Materi pelajaran Fisika kelas XI semester II pada materi pokok listrik dinamis di SMK Dharma Analitika Medan Tahun Ajaran 2014/2015. 2. Model Pembelajaran yang digunakan adalah problem based learning yang

berlangsung pada materi listrik dinamis.

3. Kemampuan berpikir kritis siswa dilihat pada kemampuan berpikir kritis di atas rata-rata dan di bawah rata-rata

4. Hasil yang akan diperoleh pada model pembelajaran ini adalah keterampilan pemecahan masalah fisika siswa

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis apakah terdapat perbedaan yang lebih baik keterampilan pemecahan masalah fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran problem based learning dibanding dengan model pembelajaran Konvensional?


(26)

12

2. Menganalisis apakah terdapat perbedaan yang lebih baik keterampilan pemecahan masalah fisika siswa pada kelompok kemampuan berpikir kritis di atas rata-rata dibanding kelompok di bawah rata-rata?

3. Menganalisis apakah terdapat interaksi yang baik antara model pembelajaran problem based learning dan pembelajaran Konvensional dengan kemampuan berpikir kritis terhadap keterampilan pemecahan masalah fisika siswa ?

1.5. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa menggunakan model pembelajaran problem based learning dan pembelajaran konvensional.

2. Untuk menganalisis perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir di atas rata-rata dan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis di bawah rata-rata. 3. Untuk menganalisis interaksi model pembelajaran problem based learning

terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa

1.6. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan bagi guru fisika dalam memilih strategi


(27)

13

2. Sebagai bahan informasi alternatif hasil pemilihan strategi atau model pembelajaran problem based learning dalam mengetahui dugaan pengaruh kemampuan berpikir kritis dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa .

1.7. Definisi Operasional

Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka dibuat suatu defenisi operasional sebagai berikut:

1. Model pembelajaran problem based learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah, Ward dan Stepien (dalam Ngalimun 2012: 89)

2. Kemampuan berpikir kritis adalah bentuk kecenderungan mencari peryataan yang jelas dari suatu pertanyaan, mencari alasan, memakai sumber yang memiliki kredibilitas, memperhatikan situasi dan kondisi secara menyeluruh, berusaha tetap relevan dengan ide utama, mengingat kepentingan yang asli dan mendasar, mencari alternatif, bersikap dan berpikir terbuka, mencari alasan-alasan yang logis dan peka terhadap ilmu lain.

3. Keterampilan pemecahan masalah fisika siswa (problem Solving) adalah suatu proses mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam suatu situasi yang baru dan tidak dikenal, Posamentier (1999: 98).


(28)

96

96 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di sekolah SMK Dharma Analitika dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning diperoleh kesimpulan:

1. Terdapat perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dengan model pembelajaran konvensional. Dimana nilai rata-rata pembelajaran berbasis masalah 76.69, yang berarti lebih baik jika dibandingkan kelas konvensional dengan nilai rata-rata 71.38.

2. Terdapat perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa antara kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis di atas rata – rata dengan kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis di bawah rata – rata, dan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis di atas rata – rata 81.40 lebih baik jika dibandingkan kelas konvensional 66,75.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dan kemampuan berpikir kritis dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa dengan hasil interaksi pada kelas problem based learning sebesar 0,043 lebih baik dibanding konvensional. Namun perbedaan keterampilan pemecahan masalah dengan kemampuan berpikir kritis tinggi kelas eksperimen tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal tersebut dikarenakan kelas konvensional


(29)

97

yang berperan dominan dalam proses pembelajaran adalah tingkat kemampuan berpikir kritis sedangkan di kelas problem based learning yang berperan domain dalam pembelajaran adalah model pembelajaran PBL.

5.2 Saran

1. Pendidik hendaknya memilah materi pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah serta memperhatikan kelengkapan sumber belajar dalam mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran.

2. Dilihat dari karakter siswa, siswa yang belum terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, sebaiknya dilatih terlebih dahulu melakukan penalaran penyelesaian masalah sederhana ketika pembelajaran dilakukan agar siswa dengan menggunakan model ini siswa memiliki respon yang cepat dalam melakukan model pembelajaran. 3. Melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah, sebaiknya

diperhitungkan dengan baik pembagian jumlah kelompok, jangan sampai terlalu banyak siswa dalam satu kelompok, karena akan mengakibatkan siswa dalam kelompok tidak bekerja secara efektif.

4. Peneliti lain yang ingin menggunakan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat menggunakan variabel moderator lain selain kemampuan berpikir kritis dalam penelitian, karena selain model pembelajaran yang dapat mempengaruhi terhadap hasil pemecahan masalah, tetapi terdapat faktor lain yang bisa diklasifikasikan mempengaruhi pengetahuan siswa.


(30)

98

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Suguyarto dan Widha Sunarno. 2012. Pembelajaran Biologi Menggunakan Pendekatan Metakognitif Melalui Model Reciprocal Teaching dan Problem Based Learning Ditinjau Dari Kemandirian Belajar dan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Inkuri, 1 (2) : 86-92

Alper, Ayfer. 2008. Attitudes Toward Problem Based Learning in a New Turkish Medicine Curriculum. World Applied Sciences Journal, 4 (6) : 830-836 Arends, R.I. 2008. Learning to Teach. Mc Graw Hill Companies. New York Astika, I. Kd. Urip, K. Suma, I. W. Suastra. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran

Berbasis Masalah Terhadap Sikap Ilmiah dan Keterampilan Berpikir kritis. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Vol 3 : 26-34

Aydogdu, Cemil. 2012. The Effect of Problem Based Learning Strategy In Electrolysis and Battery Subject Teaching. H. U. Journal of Education. 42: 48-59

Batdi, Veli. 2014. The Effect of A Problem Approach on Student’s Attitude Level: A Meta Analysis. Journals Educational Research and Review, 9 (9): 272-276

Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Burris , Scott dan Bryan L. Garton. 2007. Effect of Instructional Strategy On Critical Thingking and Content Knowledge : Using Problem Based Learning In The Secondary Classroom. Journal of Agricultural Education, 48 (1) : 106–116

Costa, Arthur L. 1985. Developing Minds, A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASCD

Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga

Edward. 2007. http://repository.maranatha.edu/2322/3/0710147_Chapter1.pdf. diakses 7 November 2014

Eldy , Elnetthra Folly dan Fauziah Sulaiman. 2013. The Capability of Integrated Problem-Based Learning in Improving Students‟ Level of Creative -Critical Thinking. International Journal of e-Education, 3 (4) : 347-350


(31)

99

El-Shaer, Ahlam dan Hala Gaber. 2014. Impact of Problem Based Learning on students`Critical Thinking Dispositions, Knowledge Acquisition and Retention. Journal of Education and Practice, 5 (14) : 74-85

Ferreira, Maria M. dan Trudel, A.R. 2012. The Impact of Problem-Based Learning (PBL) on Student Attitudes Toward Science, Problem-Solving Skills, and Sense of Community in the Classroom. Journal of Classroom Interaction, 47 (1) : 23-30

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Terjemahan oleh Benyamin Hadinata. Jakarta: Erlangga

Kamajaya. 2008. Fisika SMA Kelas X Semester I. Bandung: Penerbit Grafindo Media Pratama

Masek, Alias dan Sulaiman Yamin. 2011. The Effect of Problem Based Learning on Critical Thinking Ability: A Theoretical and Empirical Review. International Review of Social Sciences and Humanities, 2 (1): 215-221 Melek, D., dan Belma A.T. 2010. The Effects Of Problem Based Learning On

Achievement, Attitude, Metacognitive Awareness And Motivation.

Hacettepe Üniversitesi Eğitim Fakültesi Dergisi (H. U. Journal of

Education) 38 : 55-66

Ngalimun. 2014. Strategi dan Model pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Nurlaila, Nunung., Suparmi dan Widha Sunarno. 2013. Pembelajaran Fisika Dengan PBL Menggunakan Problem Solving dan Problem Posing Ditinjau dari Kreativitas dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Inkuiri, 2 (2) : 114- 123

Prokop, P., Tuncer, G and Chuda, J. 2007. Slovakian Students Attitudes toward Biology. Eurasian journal of Mathematics, Science & Technology Education, 3(4): 287-295

Posamentier, Alfred S. and Jay Steppelman. 1999. Teaching Secondary Mathematics:Techniques and Enrichment Units. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Polya, George. 1957. How to Solve It: A New Aspect of Mathematical Method. New Jersey: Princeton University Press.

Rahardjo, Mudjia. 2011. http://www.mudjiarahardjo.com/artikel/315-peringkat-pendidikan-indonesia-menurun.html. diakses 6 februari 2014


(32)

100

Redhana, I.,W. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kritis, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. 46 (1): 76-86

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Temel, Senar. 2014. The effects of problem-based learning on pre-service teachers’ critical thinking dispositions and perceptions of problem-solving ability. South African Journal of Education, 34 (1): 1-20

Thoman, Ias. 2009. Critical Thinking,Transformative Learning, Sustainable Education,and Problem-Based Learning in Universities. Journal of Transformative Education, 7(3) : 245-264

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana

Uno, Hamzah B. 2009. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Utomo, Pristiadi. 2014. Fisika Bidang Keahlian Kesehatan untuk SMK/MAK Kelas XI. Jakarta: Erlangga

Waters, Robert and Michael Mc Cracken. 2012. http://www.fie-conference.org/ diakses 20 Maret 2015

Yasin, S. 2009. http://www.sarjanaku.com/2011/03/pengertian-problem-solving.html. diakses 21 Maret 2015


(1)

2. Sebagai bahan informasi alternatif hasil pemilihan strategi atau model pembelajaran problem based learning dalam mengetahui dugaan pengaruh kemampuan berpikir kritis dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa .

1.7. Definisi Operasional

Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka dibuat suatu defenisi operasional sebagai berikut:

1. Model pembelajaran problem based learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah, Ward dan Stepien (dalam Ngalimun 2012: 89)

2. Kemampuan berpikir kritis adalah bentuk kecenderungan mencari peryataan yang jelas dari suatu pertanyaan, mencari alasan, memakai sumber yang memiliki kredibilitas, memperhatikan situasi dan kondisi secara menyeluruh, berusaha tetap relevan dengan ide utama, mengingat kepentingan yang asli dan mendasar, mencari alternatif, bersikap dan berpikir terbuka, mencari alasan-alasan yang logis dan peka terhadap ilmu lain.

3. Keterampilan pemecahan masalah fisika siswa (problem Solving) adalah suatu proses mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam suatu situasi yang baru dan tidak dikenal, Posamentier (1999: 98).


(2)

96 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di sekolah SMK Dharma Analitika dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning diperoleh kesimpulan:

1. Terdapat perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dengan model pembelajaran konvensional. Dimana nilai rata-rata pembelajaran berbasis masalah 76.69, yang berarti lebih baik jika dibandingkan kelas konvensional dengan nilai rata-rata 71.38.

2. Terdapat perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa antara kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis di atas rata – rata dengan kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis di bawah rata – rata, dan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis di atas rata – rata 81.40 lebih baik jika dibandingkan kelas konvensional 66,75.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dan kemampuan berpikir kritis dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa dengan hasil interaksi pada kelas problem based learning sebesar 0,043 lebih baik dibanding konvensional. Namun perbedaan keterampilan pemecahan masalah dengan kemampuan berpikir kritis tinggi kelas eksperimen tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal tersebut dikarenakan kelas konvensional


(3)

yang berperan dominan dalam proses pembelajaran adalah tingkat kemampuan berpikir kritis sedangkan di kelas problem based learning yang berperan domain dalam pembelajaran adalah model pembelajaran PBL.

5.2 Saran

1. Pendidik hendaknya memilah materi pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah serta memperhatikan kelengkapan sumber belajar dalam mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran.

2. Dilihat dari karakter siswa, siswa yang belum terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, sebaiknya dilatih terlebih dahulu melakukan penalaran penyelesaian masalah sederhana ketika pembelajaran dilakukan agar siswa dengan menggunakan model ini siswa memiliki respon yang cepat dalam melakukan model pembelajaran. 3. Melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah, sebaiknya

diperhitungkan dengan baik pembagian jumlah kelompok, jangan sampai terlalu banyak siswa dalam satu kelompok, karena akan mengakibatkan siswa dalam kelompok tidak bekerja secara efektif.

4. Peneliti lain yang ingin menggunakan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat menggunakan variabel moderator lain selain kemampuan berpikir kritis dalam penelitian, karena selain model pembelajaran yang dapat mempengaruhi terhadap hasil pemecahan masalah, tetapi terdapat faktor lain yang bisa diklasifikasikan mempengaruhi pengetahuan siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Suguyarto dan Widha Sunarno. 2012. Pembelajaran Biologi Menggunakan Pendekatan Metakognitif Melalui Model Reciprocal Teaching dan Problem Based Learning Ditinjau Dari Kemandirian Belajar dan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Inkuri, 1 (2) : 86-92

Alper, Ayfer. 2008. Attitudes Toward Problem Based Learning in a New Turkish Medicine Curriculum. World Applied Sciences Journal, 4 (6) : 830-836 Arends, R.I. 2008. Learning to Teach. Mc Graw Hill Companies. New York Astika, I. Kd. Urip, K. Suma, I. W. Suastra. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran

Berbasis Masalah Terhadap Sikap Ilmiah dan Keterampilan Berpikir kritis. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Vol 3 : 26-34

Aydogdu, Cemil. 2012. The Effect of Problem Based Learning Strategy In Electrolysis and Battery Subject Teaching. H. U. Journal of Education. 42: 48-59

Batdi, Veli. 2014. The Effect of A Problem Approach on Student’s Attitude Level: A Meta Analysis. Journals Educational Research and Review, 9 (9): 272-276

Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Burris , Scott dan Bryan L. Garton. 2007. Effect of Instructional Strategy On Critical Thingking and Content Knowledge : Using Problem Based Learning In The Secondary Classroom. Journal of Agricultural Education, 48 (1) : 106–116

Costa, Arthur L. 1985. Developing Minds, A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASCD

Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga

Edward. 2007. http://repository.maranatha.edu/2322/3/0710147_Chapter1.pdf. diakses 7 November 2014

Eldy , Elnetthra Folly dan Fauziah Sulaiman. 2013. The Capability of Integrated Problem-Based Learning in Improving Students‟ Level of Creative -Critical Thinking. International Journal of e-Education, 3 (4) : 347-350


(5)

El-Shaer, Ahlam dan Hala Gaber. 2014. Impact of Problem Based Learning on students`Critical Thinking Dispositions, Knowledge Acquisition and Retention. Journal of Education and Practice, 5 (14) : 74-85

Ferreira, Maria M. dan Trudel, A.R. 2012. The Impact of Problem-Based Learning (PBL) on Student Attitudes Toward Science, Problem-Solving Skills, and Sense of Community in the Classroom. Journal of Classroom Interaction, 47 (1) : 23-30

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Terjemahan oleh Benyamin Hadinata. Jakarta: Erlangga

Kamajaya. 2008. Fisika SMA Kelas X Semester I. Bandung: Penerbit Grafindo Media Pratama

Masek, Alias dan Sulaiman Yamin. 2011. The Effect of Problem Based Learning on Critical Thinking Ability: A Theoretical and Empirical Review. International Review of Social Sciences and Humanities, 2 (1): 215-221 Melek, D., dan Belma A.T. 2010. The Effects Of Problem Based Learning On

Achievement, Attitude, Metacognitive Awareness And Motivation. Hacettepe Üniversitesi Eğitim Fakültesi Dergisi (H. U. Journal of Education) 38 : 55-66

Ngalimun. 2014. Strategi dan Model pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Nurlaila, Nunung., Suparmi dan Widha Sunarno. 2013. Pembelajaran Fisika Dengan PBL Menggunakan Problem Solving dan Problem Posing Ditinjau dari Kreativitas dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Inkuiri, 2 (2) : 114- 123

Prokop, P., Tuncer, G and Chuda, J. 2007. Slovakian Students Attitudes toward Biology. Eurasian journal of Mathematics, Science & Technology Education, 3(4): 287-295

Posamentier, Alfred S. and Jay Steppelman. 1999. Teaching Secondary Mathematics:Techniques and Enrichment Units. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Polya, George. 1957. How to Solve It: A New Aspect of Mathematical Method. New Jersey: Princeton University Press.

Rahardjo, Mudjia. 2011. http://www.mudjiarahardjo.com/artikel/315-peringkat-pendidikan-indonesia-menurun.html. diakses 6 februari 2014


(6)

Redhana, I.,W. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Peningkatan

Keterampilan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kritis, Jurnal Pendidikan

dan Pengajaran. 46 (1): 76-86

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Temel, Senar. 2014. The effects of problem-based learning on pre-service teachers’ critical thinking dispositions and perceptions of problem-solving ability. South African Journal of Education, 34 (1): 1-20

Thoman, Ias. 2009. Critical Thinking,Transformative Learning, Sustainable Education,and Problem-Based Learning in Universities. Journal of Transformative Education, 7(3) : 245-264

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana

Uno, Hamzah B. 2009. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Utomo, Pristiadi. 2014. Fisika Bidang Keahlian Kesehatan untuk SMK/MAK Kelas XI. Jakarta: Erlangga

Waters, Robert and Michael Mc Cracken. 2012. http://www.fie-conference.org/ diakses 20 Maret 2015

Yasin, S. 2009. http://www.sarjanaku.com/2011/03/pengertian-problem-solving.html. diakses 21 Maret 2015