biji asam terfermentasi utk pakan Flushing babi final

(1)

BAGIAN I

FILSAFAT, ILMU DAN FILSAFAT ILMU

Ditinjau dari asal katanya ‘philos + sophos” yang berarti “cinta akan kebijaksanaan”, maka pada prinsipnya Filsafat berhubungan dengan kebijkasanaan. Oleh karena itu, mempelajari Filsafat pada dasarnya mengantar orang kepada pertimbangan dan tindakan-tindakan “bijak dan manusiawi” (actus humnis) dari pada hanya berbuat sesuatu (actus hominis). Karena hubungan itu maka Filsafat merupakan sesuatu yang diawali dengan pertanyaan dan berakhir dengan pertanyaan yang bijak pula. Dalam hal ini, filsafat pertama-tama mengajarkan cara, metoda dan bagaimana cara orang mempertanyakan segala sesuatu. Kemudian diharapkan akan terbentuk suatu system berpikir terbuka, sehingga membedakannya baik dengan sifat ilmu yang menuntut jawaban-jawaban tertentu sesuai dengan obyek yang dipelajari ataupun dengan ideology atau dogma yang bersifat tertutup atau terbatas. Singkatnya, dapat dikatakan bahwa Filsafat adalah suatu proses usaha mencari terus menerus akan kebenaran dimana kebenaran ini tidak bersifat tunggal atau tertentu.

Perkembangan dan Aspek-Aspek Filsafat

Filsafat pertama (first philosophy) dikenal sebagai Metafisika; berasal dari kata Yunani, meta ta physica, yang berarti berada di belakang benda-benda fisik, yang bergerak dan berubah-ubah. Metafisika, kemudian dikenal dalam berbagai bentuk menurut pemahaman:

- SebagaiPengetahuan tentang sebab dan adanya (ousia), tentang hal-hal abadi yang tidak bias digerakkan atau teologi.

- Sebagai suatu studi tentangmakna, struktur dan prinsip dari segala sesuatu yang ada sejauh ada. Aristoteles menyatakan bahwa filsafat pertama disebut juga proto philosophia).

Christian Wolf dalam Kebung (2011), membagi metafisika dalam dua bentuk, yakni : metafisika umum (ontology) dan metafisika khusus. Metafisika Khusus terdiri dari Psikologi (tentang hakikat manusia),Kosmologi (tentang hakikat dan asal usul alam semesta), dan Teologi (hakikat dan eksistentsi Tuhan). Dari sifatnya, Metafisika bukan merupakan ilmu ketika ilmu itu dipahami sebagai sesuatu yang bersifat pasti dan final; tetapi dapat dikatakan ilmu jika ilmu dipandang sebagi suatu penelitian yang berhubungan dengan sikap dan metode tertentu.

Peranan metafisika bagi ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut :

 Mengajarkan cara berpikir cermat dalam pengembangan ilmu (tanpa titik henti).

 Menuntut orisinalitas berpikir yang perlu bagi ilmu, yakni mengajarkan kreatif dan rasa ingin tahu untuk selalu berusaha menemukan hal-hal baru yang belum terungkap (discovery) dan bukan hanya pembenaran semata (justification).

 Memberi bahan pertimbangan yang matang bagi pengembangan ilmu, sehingga pertanyaan yang diajukan memiliki landasan yang kuat.


(2)

Membuka peluang bagi perbedaan visi utuk suatu realita bahwa tidak ada kebenaran absolute selain Tuhan.

Ilmu memilikidua macam obyek yaitu obyek material dan obyek formal.Obyek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan. Misalnya manusia yang menjadi sasaran penyelidikan dari beberapa ilmu, yakni: ilmu pendidikan, ilmu sosial, dan psikologi. Sementara tubuh manusia menjadi sasaran penyelidikan ilmu kedokteran,ilmu farmasi, dan ilmu-ilmu lainnya yang berhubungan. Obyek formal berhubungan dengan pendekatan dan metode yang digunakan dalam melakukan pemahaman dan penyelidikan terhadap obyek material ilmu. Pendekatan dan metode tersebut terdiri dari 3 jenis yaitu :1) pendekatan deduktif yang menghasilkan metode-metode penyelidikan atau penelitian berbasis penalaran deduktif, yakni yang dilakukan dalam penelitian kuantitatif; 2) pendekataninduktif adalah metode penelitian yang berbasis penalaran induktif, yakni penelitian kualitatif; dan 3) pendekatan kombinasi penalaran deduktif dan pendekatan induktif, yang dilakukan dalamaction research/kaji tindak. Hasil kaji tindak kemudian dianalisis secara deduktif dan proses yang dilakukan dalam tindakan analisis induktif dengan penalaran induktif melalui berbagai pengamatan yang terkait dengan sasaran penelitian.

Dari uraian tersebut dapat dimengerti bahwa Filsafat menjadi akar dari segala pengetahuan manusia, baik pengetahuan ilmiah maupun pengetahuan non ilmiah. Pengetahuan-pengetahuan tersebut selalu dikritisi baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Kritisan-kritisan tersebut adalah tentang “apa” (aspekontology), ‘bagaimana atau metode apa’ yang digunakan untuk menemukan (aspekepistemology)dan apa manfaat atau kegunaan pengetahuan itu dan makluk lainnya serta lingkungan dimana dia hidup (aspek aksiologi (Rahmat dkk, 2011).

1. Aspek Ontologi

Menurut istilahnya, Ontologi adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara jasmani maupun secara rohani. Istilah Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu “tentang yang ada”. Beberapa landasan yang diperlukan dalam Ontologi adalah : Landasan pernyataan (Metafisika) dan asumsi-asumsi dalam memecahkan suatu masalah.

2. Aspek Epistemologi

Aspek epistimologi membahas tentang “bagaimana cara manusia mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan” tersebut. Dalam aspek epistemologi digunakan beberapa logika, yaitu: analogi, silogisme, premis mayor, dan premis minor.

 Analogi, analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain.

 Silogisme, silogisme adalah penarikan kesimpulan konklusi secara deduktif tidak langsung, yang konklusinya ditarik dari premis yang disediakan sekaligus.

 Premis Mayor, premis mayor bersifat umum yang berisi tentang pengetahuan, kebenaran, dan kepastian.


(3)

 Premis Minor, premis minor bersifat spesifik yang berisi sebuah struktur berpikir dan dalil-dalilnya.

3. Aspek Aksiologi

Aspek aksiologi merupakan aspek yang membahas tentang “untuk apa ilmu itu digunakan”. Dalam aspek aksiologi dibutuhkan Moral conduct, estetic expresion, dan sosioprolitical. Artinya bahwa seorang ilmuan harus mengetahui apa “temuannya”, melakukan “sosialisasi” tentang temuannya, sehingga “tidak disalahgunakan” dan semuanya harus dilakukan dengan prinsip ‘moral’.

Filsafat Ilmu

Mohar dalam Aceng Rahmat dkk (2011) mengemukakan bahwa Filsafat Ilmu adalah suatu usaha akal manusia yang teratur dan taat asas menuju penemuan keterangan tentang pengetahuan yang benar.

Sasaran filsafat ilmu adalah penataan dan pengetahuan tentang dasar asas-asas yang dapat menerangkan terjadinya ilmu pengetahuan. diawali dengan menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam penelitian ilmiah, yakni : prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola argumentasi, metode penyajian dan perhitungan, dan asumsi-asumsi metafisika. Langkah berikutnya adalah: mengevaluasi dasar-dasar validitasnya berdasarkan sudut pandang logika formal, dan metodologi.

Menurut objek telaahnya Filsafat ilmu dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Objek telaahan ilmu-ilmu alam adalah alam dan caranya dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah. Sementara; objek telaahan ilmu-ilmu sosial adalah manusia sebagai pencipta, penemu, dan pemilik serta pelaku pengetahuan itu sendiri.

Landasan Filsafat Ilmu

Sumantri (1998) menguraikan bahwa filsafat ilmu merupakan kajian secara filsafat yang bertujuan untuk menjawab berbagai pertanyaan mengenai hakikat ilmu menurut aspek-aspek Filsafat, yang meliputi :

1. Menurut Aspek Ontologis.

Fokus pertanyaan menurut aspek Ontologi meliputi: Obyek apa yang ditelaah? Bagaimana wujud dan hakikat dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek ilmu dan daya tangkap manusia, seperti berpikir, merasa, dan mengindra yang digunakan menghasilkan ilmu? Obyek penelaahan ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh pancaindra manusia. Berdasarkan batasan tersebut maka ilmu mempelajari obyek-obyek empiris, berupa berbagai jenis ternak, tumbuh-tumbuhan, batu-batuan dan manusia. Dari pertanyaan aspek ontologis tersebut lahirlah klasifikasi ilmu pengetahuan dan bidang-bidangnya.

2. Menurut Aspek Epistemologis

Pertanyaan menurut aspek Epistemologi meliputi : Bagaimana merangkai pengetahuan yang masih berserakan dan tidak teratur, tersebut menjadi ilmu? Bagaimana prosedur dan mekanismenya? Hal-hal apa sajakah yang harus diperhatikan agar didapatkan pengetahuan


(4)

yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apa kriterianya? Cara atau teknik dan sarana apa yang membantu dalam mendapat pengetahuan berupa ilmu? Karena itu, maka Epistemology disebut juga teori pengetahuan yang membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha manusia dalam mencari dan memperoleh pengetahuan. Sementara, Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dikenal dengan namametode keilmuan yang ditetapkan melalui metode penelitian ilmiah yang menghasilkan temuan yang disebut ilmu atauscience dan pengetahuan atau knowledge. Penerapan Metode keilmuan dapat dilakukan melalui: penalaran deduktif (dalam penelitian quantitatif); penalaran induktif (dalam penelitian qualitatif) dan penggabungan kedua jenis penalaran (mixed method) tersebut (dalam perpaduan penelitian quantitatif dan qualitatif). 3. Menurut Aspek Aksiologis

Bentuk pertanyaan menurut aspek Aksiologi, meliputi: Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu digunakan? Bagaimana hubungan antara penggunaan ilmu dan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek dan metode yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana korelasi antara teknik procedural yang merupakan operasional metode ilmiah dengan norma-norma moral?

Tujuan Filsafat ilmu

1. Memperdalam unsur-unsur pokok ilmu sehingga secara menyeluruh dapat dipahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.

2. Memahami sejarah pertumbuhan dan perkembangan serta kemajuan ilmu di berbagai bidang sehingga dapat diperoleh gambaran proses penemuan ilmu sejak zaman Yunani kuno sampai pada zaman post modern.


(5)

BAGIAN II

TINJAUAN FILSAFAT TENTANG:

PEMANFAATAN BIJI ASAM TERFERMENTASI PROBIOTIK UNTUK OPTIMALISASI POTENSI REPRODUKSI BABI BETINA DI NTT

PENDAHULUAN

1. Landasan Ontologi: Pemanfaatan biji asam sebagai pakan

Salah Satu kebijakan Nasional tahun 2009 tentang pengembangan ternak non ruminansia adalah pemanfaatan potensi pakan lokal. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi ketergantungan peternak pada pakan import sehingga menekan biaya pakan. Sampai saat ini sekitar 60% komponen pakan non ruminansia (ayam dan babi) harus diimport, sedangkan pada dasarnya banyak sumber daya pakan lokal yang potensil yang belum dikaji secara ilmiah sehingga kemanfaatannya belum terjamin.

Biji asam merupakan salah satu pakan potensil yang banyak tersedia tetapi belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan babi di NTT. Towaha (2011) melaporkan kandungan nutrisi biji asam adalah: air (13%); PK (20%), Lemak (5.5%), abu (2.4%) dan BETN (59%). Ketersediaan biji asam dianggap cukup karena pohon asam tersebar di hampir 80% pulau di NTT dengan potensi produksi biji asam di NTT sebesar 3000ton/tahun, ini termasuk limbah produksi Fabrik Asam Kawak di Kabupaten Timor Tengah Selatatan (TTS) sebanyak 2000-3000ton biji asam/tahun setara dengan 2700ton tepung biji asam/tahun. Kenyataan ini menggambarkan bahwa biji asam berpotensi sebagai bahan penyusun ransum ataupun pakan suplemen protein. Akan tetapi, potensi biji asam belum dimanfaatkan secara optimal, karena dua kendala utama, yakni: pengolahan yang tergolong sulit karena keras dan terindikasi mengandung antinutrisi berupa tannin dan golongan polisakarida tak tercerna. Oleh karena itu, biji asam perlu diolah dan diberikan perlakuan terlebih dahulu sebelum diberikan agar efektif dan efisien dimanfaatkan oleh ternak. Dengan demikian yang menjadi masalah dalam pemanfaatan biji asam sebagai pakan adalah “Bagaimana cara mengolah dan mengeliminasi antinutrisi dalam biji asam sehingga potensi nutrisinya dapat dimanfaatkan secara optimal”.

2. Landasan Epistimologi : Bagaimana mengolah dan mengeliminasi antinutrisi dalam biji asam

Ditinjau dari kandungan nutrisi yang kaya akan karbohidrat (BETN 58-59%) dan karakteristik biji asam yang keras (Pugalenthi et al., 2004; Towaha, 2011), maka cara yang cocok untuk mengolah biji asam adalah cara mekanik dan dilanjutkan dengan fermentasi. Cara mekanik meliputi: sangrai dilanjutkan dengan perendaman dalam air untuk melepaskan kulit kemudian digiling menjadi tepung. Sementara, fermentasi adalah dengan mencampurkan tepung biji asam dengan probiotik dalam perbandingan tertentu kemudian difermentasi selama waktu tertentu.

Probiotik adalah istilah yang dikenakan pada mikroorganisme hidup yang digunakan untuk meningkatkan nilai manfaat pakan, memperbaiki keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan host. Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) and the World


(6)

Health Organization (WHO) pada 2002 dalam Hori (2010), menetapkan definisi Probiotik sebagai : “mikroorganisme hidup yang apabila diberikan dalam jumlah yang cukup memperbaiki kesehatan host” dan merupakan jenis bakteri atau jamur bersahabat dan berlawanan dengan antibiotik. Manfaatnya adalah mengurai jenis nutrisi (terutama jenis karbohidrat) tak tercerna sehingga memperkaya nutrisi pakan dan memperbaiki keseimbangan mikroflora saluran pencernaan host. Probiotik digunakan sebagai bahan fermentasi atau diberikan sebagai suplemen makanan (antara lain oleh Kunaepah, 2009). Probiotik berada dalam berbagai jenis dan nama komersilnya di pasaran (Hyronimus et al., 2000); ( Mahmood, et al.,2005).

Hori (2010) menggolongkanSaccharomyces cerevisiae sebagai salah satu jenis probiotik. Saccharomyces cerevisiae dikenal sebagai ragi kering (dreid yeast) adalah bakteri sel tunggal yang merupakan sumber protein mudah tercerna dan energi serta vitamin B compleks, telah digunakan dalam fermentasi pakan dan suplementasi.Saccharomyces cerevisiae mengandung enzim α-galaktosidase yang mampu mengurai senyawa oligosakarida (jenis polisakarida) menjadi di dan mono sakarida yang sederhana sehingga dapat dicerna enzim dalam saluran pencernaan (Pugalenthiet al., 2004). Karena kemampuan tersebut, Saccharomyces cerevisiae sangat baik dalam proses fermentasi biji asam.

Fermentasi biji asam menggunakanSaccharomyces cerevisiae dan penanganan hasil fermentasinya dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1). Biji asam mula-mula disangrai pada suhu 80-1000C selama 30 menit, kemudian dilanjutkan dengan perendaman dalam

air selama 12 jam untuk melepaskan kulit biji (seedcoat); 2). Daging biji asam selanjutnya dijemur hingga mencapai kondisi lembab kemudian digiling menjadi tepung; 3). Tepung biji asam difermentasikan selama 24-48 jam menggunakanSaccharomyces cerevisiae dengan perbandingan: 2mgSaccharomyces cerevisiae : 100g biji asam; 4). Tepung biji asam hasil fermentasi selanjutnya diangkat dari wadah fermentasi dan diangin-anginkan (dijemur bukan dibahwa sinar matahari) untuk menghilangkan hawa panas dan aroma asam yang terbentuk selama proses fermentasi sehingga kelihatan seperti tepung segar. 5). Tepung segar hasil jemuran siap digunakan atau disimpan sebagai pakan tunggal atau campuran.

3. Landasan Aksiologi: Tujuan pengolahan dan pemanfaatan biji asam hasil fermentasi. Tujuan utama dari pengolahan biji asam adalah untuk mengoptimal potensi nutrisi biji asam sehingga dapat dijadikan sebagai pakan ternak non ruminansia khususnya ternak babi.

Sebagai kegiatan yang telah berlangsung dari generasi ke generasi oleh sebagian besar masyarakat di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), maka beternak babi telah dianggap sebagai bagian tradisi masyarakat di wilayah ini (Lyet al.,2010). Hal ini karena ternak babi merupakan sarat dalam adat di beberapa daerah dan dianggap pelengkap suatu pesta rakyat di wilayah ini. Walaupun demikian kegiatan budidaya tersebut lebih banyak dijalankan tanpa pengetahuan yang memadai tanpa memperhaikan produktivitas ternak babi.

Sejak tahun 2008 peran ternak babi bagi masyarakat semakin besar dengan variatifnya hasil industri pengolahan daging babi, yakni: Se’i, sate, bakso dan tulang rusuk babi di Kota


(7)

Kupang. Munculnya industri tersebut telah semakin meningkatkan animo masyarakat untuk beternak babi terutama babi peranakan karena cepat bertumbuh. Hal ini menyebabkan permintaan akan ternak babi meningkat baik untuk bibit maupun untuk kebutuhan industri, tetapi dipihak lain ketersediaan babi terbatas. Salah satu faktor penyebab adalah daya reproduksi babi betina rendah, sebagai akibat rendah/kurangnya perhatian peternak terhadap kebutuhan nutrisi babi betina menjelang kawin. Indikator yang terlihat adalah rendahnya litter size (jumlah anak) per kelahiran. Johns et al (2009) melaporkan bahwa liter size ternak babi di NTT berada pada kisaran : yakni: 1 – 4 ekor untuk skala rumah tangga dan 6 – 10 ekor untuk skala usaha atau jumlah anak tidak mencapai potensi, yakni seperti jumlah susu yang dimiliki induk. Mencermati kendala tersebut maka salah satu permasalahan yang urgen diselesaikan adalah “perbaikan quantitas dan qualitas pakan induk”.

Flushing adalah program pemberian pakan tambahan pada babi betina menjelang (10 – 14 sebelum) dan 7 hari setelah dikawinkan (Hougse, 1959). Dalam program flushing penambahan jumlah unit biasanya digunakan pakan yang sama, sedangkan dalam penambahan kualitas biasanya menggunakan sumber protein atau energi. Tujuan utama flushing adalah meningkatkan jumlah produksi folikel dan meningkatkan ovulasi sehingga mengoptimal/meningkatkan liter size induk babi. Menurut anjuran Hougse (1959) bahwa flushing sangat bermanfaat dan effisien dilakukan pada induk babi dengan kondisi badan kurus. Dengan demikian, strategi flushing diharapkan dapat digunakan untuk optimalisasi potensi babi betina di NTT yang memiliki penampilan kurus pada umumnya.

Dari sudut ekonomi, dampak program flushing adalah meningkatnya biaya produksi sebagai akibat dari jumlah unit pakan bertambah dan tingginya harga pakan sumber protein atau energi yang digunakan. Oleh karena itu, penggunaan pakan lokal yang mudah dan murah tapi berkualitas baik seperti biji asam merupakan tindakan alternatif yang potensil dilakukan.

Perumusan Masalah:

Dari uraian tersebut maka permasalahan dalam studi ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana mengoptimalkan pemanfaatan biji asam untuk optimalisasi potensi reproduksi babi betina di NTT”.

Tujuan:

Tujuan studi ini adalah untuk mengoptimal manfaat biji asam untuk optimalisasi potensi reproduksi babi betina di NTT, yang dibagi dalam 2 tahap penelitian, yakni:

1. Penelitian 1: Pengolahan dan fermentasi biji asam selama 24, 48 jam: untuk mendapatkan hasil fermentasi yang terbaik untuk pakan flushing

2. Penelitian 2: Flushing dilakukan pada babi betina dara (calon induk) dan induk yang pernah melahirkan 1-2 kali, selama 10, 12, 14 hari sebelum dan 7 sesudah dikawinkan. Tujuannya untuk mendapatkan liter size tertinggi.


(8)

HIPOTHESIS:

Berdasarkan Permasalahan, solusi dan tujuan yang dicapai dalam studi ini maka rumusan Hipotesis yang dapat dibangun adalah:

“Fermentasi dengan probiotik adalah cara mengoptimalkan pemanfaatan biji asam untuk optimalisasi potensi reproduksi babi betina di NTT”

METODE PELAKSANAAN

Metode yang tepat digunakan dalam studi ini adalah metode percobaan. Rancangan Acak Lengkap digunakan untuk fermentasi dan Rancangan Acak Kelompok untuk Flushing. Parameter yang dipelajari akan meliputi: jumlah anak perkelahiran, bobot lahir anak, jumlah anak yang mati, berat sapih anak, performans induk (pertambahan berat badan, kasus aborsi). Analisis data akan menggunakan Anova dan Uji Duncan. Objek Penelitian akan meliputi: bij asam, probiotik, ternak babi betina, yang terdiri dari : babi dara dan induk yang pernah 1-2 kali melahirkan.

Lingkupan dan tahapan kegiatan akan meliputi:

1). Pengolahan biji asam, dilanjutkan dengan fermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae selama 24, 48 jam untuk memperoleh pakan flushing yang berkualitas, aman dimakan dan murah. pengolahan dilakukan secara mekanik, yakni sangrai dilanjutkan perendaman untuk melepaskan kulit biji; penggilingan daging biji dan dilanjutkan dengan fermentasi. Indikator yang diteliti meliptui: kandungan nutrisi dan anti nutrisi sebelum dan sesudah fermentasi. 2). Program flushing: pemberian pakan pada calon induk (babi dara) dan induk yang pernah

melahirkan 1-2 kali selama 10, 12, 14 hari sebelum 7 hari setelah dikawinkan. Indikator akan meliputi: jumlah folikel, jumlah kasus aborsi (kesehatan induk), jumlah anak lahir hidup dan mati, berat badan lahir per ekor anak.


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Chiba,L.I., 2010., Pig Nutrition and Feeding. In Animal Nutrition Handbook Section 11.

Hougse C.N., 1959. Rations for Pregnant Sows. NDSU. Libraries. NDAC. Extension Service Fargo. North Dakota Agricultural College.

Hori ., 2010. Probiotics. In Handbook of Prebiotics and Probiotics Ingredients. Edited by Cho S.S and E.T. Fiwocchiaro. CRC Press. Taylor and Frnacis Gorup. 2010.pg 194.

Hyronimus B., C. Lemarrec, A. Hadj Sassi, and A. Deschamps. 2000. Acid and bile tolerance of spore-forming latic acid bacteria. International Journal of Food Microbiology 61 (2000) 193 – 197

Johns, C., I. Patrick, M. Geong and J. Ly., 2009. Smallholder commercial pig production in NTT -opportunities for better market integration. SADI-ACIAR Research Report

Kebung, Konrad, 2011. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Prestasi Pustaka Publisher Jakarta.

Kunaepah, U., 2009. Pengaruh lama fermentasi dan konsentrasi glukosa Terhadap aktivitas antibakteri, polifenol totalDan mutu kimia kefir susu kacang merah. Media Gizi Pangan, Vol. VII, Edisi 1, Januari – Juni 2009

Ly, J., U. Ginting, M. and RDH Likadja., 2010. Pig Production In NTT Regions. Full Paper presented i n Aciar and Udayana University Pig Production in Eastern Indonesia Workshop Udayana University, Denpasar 26th – 27th July 2010

Lipiński. K., G. Chrostowski, P. Matusevičius and H. Skórko-Sajko., 2012. The effect of diets supplemented with Saccharomyces cerevisiae Boulardii probiotic yeast on the reproductive performance of Pregnant and lactating sows. VETERINARIJA IR ZOOTECHNIKA (Vet Med Zoot). T. 59 (81). 2012

Mahmood, T., M.S. Anjum, I. Husain and R. Perveen., 2005. Effect of Probiotic and growth

promoters on chemical composition of broilers carcass. International Journal of Agriculture & Biology. 1560-8530/2005/07-6-1036-1037.

Rahmat. A.; C. Semiawan; D. Nomida; I. Aryanto; K. Djoyosuroto; M. Djamaris; Nadiroh; N. Putra dan S. Akhadiah. Filsafat Ilmu Lanjutan. Editor S. Akhadiah dan W. Dewi Listyasari. Kencana Prenada Media Group Jakarta.


(1)

yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apa kriterianya? Cara atau teknik dan sarana apa yang membantu dalam mendapat pengetahuan berupa ilmu? Karena itu, maka Epistemology disebut juga teori pengetahuan yang membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha manusia dalam mencari dan memperoleh pengetahuan. Sementara, Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dikenal dengan namametode keilmuan yang ditetapkan melalui metode penelitian ilmiah yang menghasilkan temuan yang disebut ilmu atauscience dan pengetahuan atau knowledge. Penerapan Metode keilmuan dapat dilakukan melalui: penalaran deduktif (dalam penelitian quantitatif); penalaran induktif (dalam penelitian qualitatif) dan penggabungan kedua jenis penalaran (mixed method) tersebut (dalam perpaduan penelitian quantitatif dan qualitatif). 3. Menurut Aspek Aksiologis

Bentuk pertanyaan menurut aspek Aksiologi, meliputi: Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu digunakan? Bagaimana hubungan antara penggunaan ilmu dan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek dan metode yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana korelasi antara teknik procedural yang merupakan operasional metode ilmiah dengan norma-norma moral?

Tujuan Filsafat ilmu

1. Memperdalam unsur-unsur pokok ilmu sehingga secara menyeluruh dapat dipahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.

2. Memahami sejarah pertumbuhan dan perkembangan serta kemajuan ilmu di berbagai bidang sehingga dapat diperoleh gambaran proses penemuan ilmu sejak zaman Yunani kuno sampai pada zaman post modern.


(2)

BAGIAN II

TINJAUAN FILSAFAT TENTANG:

PEMANFAATAN BIJI ASAM TERFERMENTASI PROBIOTIK UNTUK OPTIMALISASI POTENSI REPRODUKSI BABI BETINA DI NTT

PENDAHULUAN

1. Landasan Ontologi: Pemanfaatan biji asam sebagai pakan

Salah Satu kebijakan Nasional tahun 2009 tentang pengembangan ternak non ruminansia adalah pemanfaatan potensi pakan lokal. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi ketergantungan peternak pada pakan import sehingga menekan biaya pakan. Sampai saat ini sekitar 60% komponen pakan non ruminansia (ayam dan babi) harus diimport, sedangkan pada dasarnya banyak sumber daya pakan lokal yang potensil yang belum dikaji secara ilmiah sehingga kemanfaatannya belum terjamin.

Biji asam merupakan salah satu pakan potensil yang banyak tersedia tetapi belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan babi di NTT. Towaha (2011) melaporkan kandungan nutrisi biji asam adalah: air (13%); PK (20%), Lemak (5.5%), abu (2.4%) dan BETN (59%). Ketersediaan biji asam dianggap cukup karena pohon asam tersebar di hampir 80% pulau di NTT dengan potensi produksi biji asam di NTT sebesar 3000ton/tahun, ini termasuk limbah produksi Fabrik Asam Kawak di Kabupaten Timor Tengah Selatatan (TTS) sebanyak 2000-3000ton biji asam/tahun setara dengan 2700ton tepung biji asam/tahun. Kenyataan ini menggambarkan bahwa biji asam berpotensi sebagai bahan penyusun ransum ataupun pakan suplemen protein. Akan tetapi, potensi biji asam belum dimanfaatkan secara optimal, karena dua kendala utama, yakni: pengolahan yang tergolong sulit karena keras dan terindikasi mengandung antinutrisi berupa tannin dan golongan polisakarida tak tercerna. Oleh karena itu, biji asam perlu diolah dan diberikan perlakuan terlebih dahulu sebelum diberikan agar efektif dan efisien dimanfaatkan oleh ternak. Dengan demikian yang menjadi masalah dalam pemanfaatan biji asam sebagai pakan adalah “Bagaimana cara mengolah dan mengeliminasi antinutrisi dalam biji asam sehingga potensi nutrisinya dapat dimanfaatkan secara optimal”.

2. Landasan Epistimologi : Bagaimana mengolah dan mengeliminasi antinutrisi dalam biji asam

Ditinjau dari kandungan nutrisi yang kaya akan karbohidrat (BETN 58-59%) dan karakteristik biji asam yang keras (Pugalenthi et al., 2004; Towaha, 2011), maka cara yang cocok untuk mengolah biji asam adalah cara mekanik dan dilanjutkan dengan fermentasi. Cara mekanik meliputi: sangrai dilanjutkan dengan perendaman dalam air untuk melepaskan kulit kemudian digiling menjadi tepung. Sementara, fermentasi adalah dengan mencampurkan tepung biji asam dengan probiotik dalam perbandingan tertentu kemudian difermentasi selama waktu tertentu.

Probiotik adalah istilah yang dikenakan pada mikroorganisme hidup yang digunakan untuk meningkatkan nilai manfaat pakan, memperbaiki keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan host. Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) and the World


(3)

Health Organization (WHO) pada 2002 dalam Hori (2010), menetapkan definisi Probiotik sebagai : “mikroorganisme hidup yang apabila diberikan dalam jumlah yang cukup memperbaiki kesehatan host” dan merupakan jenis bakteri atau jamur bersahabat dan berlawanan dengan antibiotik. Manfaatnya adalah mengurai jenis nutrisi (terutama jenis karbohidrat) tak tercerna sehingga memperkaya nutrisi pakan dan memperbaiki keseimbangan mikroflora saluran pencernaan host. Probiotik digunakan sebagai bahan fermentasi atau diberikan sebagai suplemen makanan (antara lain oleh Kunaepah, 2009). Probiotik berada dalam berbagai jenis dan nama komersilnya di pasaran (Hyronimus et al., 2000); ( Mahmood, et al.,2005).

Hori (2010) menggolongkanSaccharomyces cerevisiae sebagai salah satu jenis probiotik. Saccharomyces cerevisiae dikenal sebagai ragi kering (dreid yeast) adalah bakteri sel tunggal yang merupakan sumber protein mudah tercerna dan energi serta vitamin B compleks, telah digunakan dalam fermentasi pakan dan suplementasi.Saccharomyces cerevisiae mengandung enzim α -galaktosidase yang mampu mengurai senyawa oligosakarida (jenis polisakarida) menjadi di dan mono sakarida yang sederhana sehingga dapat dicerna enzim dalam saluran pencernaan (Pugalenthiet al., 2004). Karena kemampuan tersebut, Saccharomyces cerevisiae sangat baik dalam proses fermentasi biji asam.

Fermentasi biji asam menggunakanSaccharomyces cerevisiae dan penanganan hasil fermentasinya dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1). Biji asam mula-mula disangrai pada suhu 80-1000C selama 30 menit, kemudian dilanjutkan dengan perendaman dalam

air selama 12 jam untuk melepaskan kulit biji (seedcoat); 2). Daging biji asam selanjutnya dijemur hingga mencapai kondisi lembab kemudian digiling menjadi tepung; 3). Tepung biji asam difermentasikan selama 24-48 jam menggunakanSaccharomyces cerevisiae dengan perbandingan: 2mgSaccharomyces cerevisiae : 100g biji asam; 4). Tepung biji asam hasil fermentasi selanjutnya diangkat dari wadah fermentasi dan diangin-anginkan (dijemur bukan dibahwa sinar matahari) untuk menghilangkan hawa panas dan aroma asam yang terbentuk selama proses fermentasi sehingga kelihatan seperti tepung segar. 5). Tepung segar hasil jemuran siap digunakan atau disimpan sebagai pakan tunggal atau campuran.

3. Landasan Aksiologi: Tujuan pengolahan dan pemanfaatan biji asam hasil fermentasi. Tujuan utama dari pengolahan biji asam adalah untuk mengoptimal potensi nutrisi biji asam sehingga dapat dijadikan sebagai pakan ternak non ruminansia khususnya ternak babi.

Sebagai kegiatan yang telah berlangsung dari generasi ke generasi oleh sebagian besar masyarakat di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), maka beternak babi telah dianggap sebagai bagian tradisi masyarakat di wilayah ini (Lyet al.,2010). Hal ini karena ternak babi merupakan sarat dalam adat di beberapa daerah dan dianggap pelengkap suatu pesta rakyat di wilayah ini. Walaupun demikian kegiatan budidaya tersebut lebih banyak dijalankan tanpa pengetahuan yang memadai tanpa memperhaikan produktivitas ternak babi.

Sejak tahun 2008 peran ternak babi bagi masyarakat semakin besar dengan variatifnya hasil industri pengolahan daging babi, yakni: Se’i, sate, bakso dan tulang rusuk babi di Kota


(4)

Kupang. Munculnya industri tersebut telah semakin meningkatkan animo masyarakat untuk beternak babi terutama babi peranakan karena cepat bertumbuh. Hal ini menyebabkan permintaan akan ternak babi meningkat baik untuk bibit maupun untuk kebutuhan industri, tetapi dipihak lain ketersediaan babi terbatas. Salah satu faktor penyebab adalah daya reproduksi babi betina rendah, sebagai akibat rendah/kurangnya perhatian peternak terhadap kebutuhan nutrisi babi betina menjelang kawin. Indikator yang terlihat adalah rendahnya litter size (jumlah anak) per kelahiran. Johns et al (2009) melaporkan bahwa liter size ternak babi di NTT berada pada kisaran : yakni: 1 – 4 ekor untuk skala rumah tangga dan 6 – 10 ekor untuk skala usaha atau jumlah anak tidak mencapai potensi, yakni seperti jumlah susu yang dimiliki induk. Mencermati kendala tersebut maka salah satu permasalahan yang urgen diselesaikan adalah “perbaikan quantitas dan qualitas pakan induk”.

Flushing adalah program pemberian pakan tambahan pada babi betina menjelang (10 – 14 sebelum) dan 7 hari setelah dikawinkan (Hougse, 1959). Dalam program flushing penambahan jumlah unit biasanya digunakan pakan yang sama, sedangkan dalam penambahan kualitas biasanya menggunakan sumber protein atau energi. Tujuan utama flushing adalah meningkatkan jumlah produksi folikel dan meningkatkan ovulasi sehingga mengoptimal/meningkatkan liter size induk babi. Menurut anjuran Hougse (1959) bahwa flushing sangat bermanfaat dan effisien dilakukan pada induk babi dengan kondisi badan kurus. Dengan demikian, strategi flushing diharapkan dapat digunakan untuk optimalisasi potensi babi betina di NTT yang memiliki penampilan kurus pada umumnya.

Dari sudut ekonomi, dampak program flushing adalah meningkatnya biaya produksi sebagai akibat dari jumlah unit pakan bertambah dan tingginya harga pakan sumber protein atau energi yang digunakan. Oleh karena itu, penggunaan pakan lokal yang mudah dan murah tapi berkualitas baik seperti biji asam merupakan tindakan alternatif yang potensil dilakukan.

Perumusan Masalah:

Dari uraian tersebut maka permasalahan dalam studi ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana mengoptimalkan pemanfaatan biji asam untuk optimalisasi potensi reproduksi babi betina di NTT”.

Tujuan:

Tujuan studi ini adalah untuk mengoptimal manfaat biji asam untuk optimalisasi potensi reproduksi babi betina di NTT, yang dibagi dalam 2 tahap penelitian, yakni:

1. Penelitian 1: Pengolahan dan fermentasi biji asam selama 24, 48 jam: untuk mendapatkan hasil fermentasi yang terbaik untuk pakan flushing

2. Penelitian 2: Flushing dilakukan pada babi betina dara (calon induk) dan induk yang pernah melahirkan 1-2 kali, selama 10, 12, 14 hari sebelum dan 7 sesudah dikawinkan. Tujuannya untuk mendapatkan liter size tertinggi.


(5)

HIPOTHESIS:

Berdasarkan Permasalahan, solusi dan tujuan yang dicapai dalam studi ini maka rumusan Hipotesis yang dapat dibangun adalah:

“Fermentasi dengan probiotik adalah cara mengoptimalkan pemanfaatan biji asam untuk optimalisasi potensi reproduksi babi betina di NTT”

METODE PELAKSANAAN

Metode yang tepat digunakan dalam studi ini adalah metode percobaan. Rancangan Acak Lengkap digunakan untuk fermentasi dan Rancangan Acak Kelompok untuk Flushing. Parameter yang dipelajari akan meliputi: jumlah anak perkelahiran, bobot lahir anak, jumlah anak yang mati, berat sapih anak, performans induk (pertambahan berat badan, kasus aborsi). Analisis data akan menggunakan Anova dan Uji Duncan. Objek Penelitian akan meliputi: bij asam, probiotik, ternak babi betina, yang terdiri dari : babi dara dan induk yang pernah 1-2 kali melahirkan.

Lingkupan dan tahapan kegiatan akan meliputi:

1). Pengolahan biji asam, dilanjutkan dengan fermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae selama 24, 48 jam untuk memperoleh pakan flushing yang berkualitas, aman dimakan dan murah. pengolahan dilakukan secara mekanik, yakni sangrai dilanjutkan perendaman untuk melepaskan kulit biji; penggilingan daging biji dan dilanjutkan dengan fermentasi. Indikator yang diteliti meliptui: kandungan nutrisi dan anti nutrisi sebelum dan sesudah fermentasi. 2). Program flushing: pemberian pakan pada calon induk (babi dara) dan induk yang pernah

melahirkan 1-2 kali selama 10, 12, 14 hari sebelum 7 hari setelah dikawinkan. Indikator akan meliputi: jumlah folikel, jumlah kasus aborsi (kesehatan induk), jumlah anak lahir hidup dan mati, berat badan lahir per ekor anak.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Chiba,L.I., 2010., Pig Nutrition and Feeding. In Animal Nutrition Handbook Section 11.

Hougse C.N., 1959. Rations for Pregnant Sows. NDSU. Libraries. NDAC. Extension Service Fargo. North Dakota Agricultural College.

Hori ., 2010. Probiotics. In Handbook of Prebiotics and Probiotics Ingredients. Edited by Cho S.S and E.T. Fiwocchiaro. CRC Press. Taylor and Frnacis Gorup. 2010.pg 194.

Hyronimus B., C. Lemarrec, A. Hadj Sassi, and A. Deschamps. 2000. Acid and bile tolerance of spore-forming latic acid bacteria. International Journal of Food Microbiology 61 (2000) 193 – 197

Johns, C., I. Patrick, M. Geong and J. Ly., 2009. Smallholder commercial pig production in NTT -opportunities for better market integration. SADI-ACIAR Research Report

Kebung, Konrad, 2011. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Prestasi Pustaka Publisher Jakarta.

Kunaepah, U., 2009. Pengaruh lama fermentasi dan konsentrasi glukosa Terhadap aktivitas antibakteri, polifenol totalDan mutu kimia kefir susu kacang merah. Media Gizi Pangan, Vol. VII, Edisi 1, Januari – Juni 2009

Ly, J., U. Ginting, M. and RDH Likadja., 2010. Pig Production In NTT Regions. Full Paper presented i n Aciar and Udayana University Pig Production in Eastern Indonesia Workshop Udayana University, Denpasar 26th – 27th July 2010

Lipiński. K., G. Chrostowski, P. Matusevičius and H. Skórko-Sajko., 2012. The effect of diets supplemented with Saccharomyces cerevisiae Boulardii probiotic yeast on the reproductive performance of Pregnant and lactating sows. VETERINARIJA IR ZOOTECHNIKA (Vet Med Zoot). T. 59 (81). 2012

Mahmood, T., M.S. Anjum, I. Husain and R. Perveen., 2005. Effect of Probiotic and growth

promoters on chemical composition of broilers carcass. International Journal of Agriculture & Biology. 1560-8530/2005/07-6-1036-1037.

Rahmat. A.; C. Semiawan; D. Nomida; I. Aryanto; K. Djoyosuroto; M. Djamaris; Nadiroh; N. Putra dan S. Akhadiah. Filsafat Ilmu Lanjutan. Editor S. Akhadiah dan W. Dewi Listyasari. Kencana Prenada Media Group Jakarta.