Flushing improve reproduksi babi docx
FLUSHING MENGGUNAKAN BIJI ASAM YANG DIKAYAKAN PROBIOTIK
SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN DAYA REPRODUKSI BABI BETINA DI NTT
Oleh: Johanis Ly
PENDAHULUAN
Kegiatan beternak babi telah berlangsung dari generasi ke generasi di wilayah
Nusa Tenggara Timur (NTT) (Ly et al., 2010). Johns et al (2009) melaporkan bahwa 80%
penduduk Kota Kupang dan Kabupaten Kupang memelihara babi. Hal ini karena ternak
babi merupakan salah satu syarat dalam adat di beberapa daerah dan dianggap
pelengkap suatu pesta rakyat di wilayah ini. Oleh karena itu budidaya ternak babi telah
dianggap sebagai bagian budaya di NTT. Akan tetapi, kegiatan budidaya tersebut lebih
banyak dijalankan tanpa pengetahuan yang memadai, sehingga produkstivitas babi di
wilayah ini tergolong rendah. Manajemen pemberian pakan yang tidak memadai
merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya produktifitas babi di NTT. Johns et al
(2009) melaporkan bahwa jenis pakan yang lazim digunakan oleh peternak skala rumah
tangga di NTT antara lain: kangkung, putak, sisa restaurant dan ubi kayu, yang diberikan
tanpa memperhatikan kebutuhan nutrisi babi.
Salah satu indikator rendahnya produktivitas ternak babi di NTT adalah jumlah
anak perkelahiran (liter size) dari seekor induk. Johns et al (2009) melaporkan bahwa
liter size babi betina skala rumah tangga di NTT berada pada kisaran 7.5 – 10.1 ekor per
kelahiran dan tidak mencapai potensi produksi optimum. Dampak ini sangat jelas sejak
tahun 2008 dengan munculnya hasil industri pengolahan daging babi yang bervariasi,
yakni: Se’i, sate, bakso dan tulang rusuk babi di Kota Kupang. Munculnya industri
tersebut telah semakin meningkatkan animo masyarakat untuk beternak babi terutama
babi peranakan karena cepat bertumbuh. Hal ini menyebabkan permintaan akan ternak
babi meningkat baik untuk bibit maupun untuk kebutuhan industri, tetapi dipihak lain
ketersediaan babi terbatas karena daya dukung reproduksi rendah.
Mencermati kendala tersebut maka salah satu tindakan perbaikan manjemen
pakan bagi ternak babi adalah pemberian pakan tambahan (flushing) pada babi betina.
Flushing merupakan suatu upaya pemberian pakan tambahan, dalam jumlah ataupun
kualitas 10 – 14 sebelum dan 7 hari setelah kawin (Chiba, 2010). Dikemukakan bahwa
dalam program flushing seekor babi betina diberikan pakan tambahan sebesar 50-100%
dari jumlah yang biasa diberikan. Tujuan utama flushing adalah meningkatkan ovulasi
sehingga mengoptimal/meningkatkan liter size induk babi; dan juga memperbaiki
performans induk. Sejak dianjurkan Hougse (1959) flushing pada prinsipnya sangat
bermanfaat dan effisien dilakukan pada induk babi dengan kondisi badan kurus. Dengan
prinsip ini, strategi flushing diharapkan dapat digunakan untuk optimalisasi daya
reproduksi babi betina skala rumah tangga di NTT yang pada umumnya kurus.
Program
flushing
berdampak
pada
meningkatnya
biaya
produksi
karena
bertambahnya jumlah unit pakan dan tingginya harga pakan sumber protein atau energi
.
yang diberian. Oleh karena itu, penggunaan pakan lokal yang mudah dan murah
merupakan tindakan alternatif yang mungkin dilakukan.
Biji asam merupakan salah satu pakan potensil yang banyak tersedia tetapi
belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan babi di NTT. Badan Penelitian dan
Pengembangan (Balitbang) Kementan RI (2011) melaporkan kandungan nutrisi biji asam
adalah: air (13%); PK (20%), Lemak (5.5%), abu (2.4%) dan BETN (59%). Ketersediaan
biji asam dianggap cukup karena pohon asam tersebar di hampir 80% pulau di NTT.
Balitbang Kementan RI (2011) melaporkan bahwa produksi biji asama di NTT adalah
sebesar 3000ton/tahun, ini termasuk limbah produksi Fabrik Asam Kawak di Kabupaten
Timor Tengah Selatatan (TTS) sebanyak 2000-3000ton biji asam/tahun. Kenyataan ini
menggambarkan bahwa biji asam berpotensi sebagai bahan penyusun ransum ataupun
pakan suplemen protein. Akan tetapi, potensi biji asam belum dimanfaatkan secara
optimal, karena pengolahan biji asam sulit dilakukan dan terindikasi mengandung
antinutrisi berupa tannin dan golongan polisakarida tak tercerna (Tabel terlampir). Oleh
karena itu, biji asam perlu diolah dan diberikan perlakuan terlebih dahulu sebelum
diberikan agar efektif dan efisien dimanfaatkan oleh ternak.
Fermentasi oleh probitik merupakan metode eliminasi antinutrisi dalam pakan
yang telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Probiotik selain
digunakan sebagai bahan fermentasi juga diberikan sebagai suplemen makanan (oleh
Kunaepah, 2009). Tujuan ferementasi pada prinsipnya adalah mengurai jenis nutrisi
(terutama jenis karbohidrat) tak tercerna sehingga memperkaya nutrisi pakan dan
memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal host. Probiotik juga telah digunakan
untuk tujuan flushing oleh Lipiński et al (2012) dan berhasil meningkatkan kesehatan
induk. Probiotik berada dalam berbagai jenis dan nama komersilnya di pasaran
(Hyronimus et al., 2000); ( Mahmood, et al.,2005).
Hori (2010) menggolongkan Saccharomyces cerevisiae sebagai salah satu jenis
probiotik. Saccharomyces cerevisiae dikenal sebagai ragi kering (dreid yeast) adalah
bakteri sel tunggal yang merupakan sumber protein mudah tercerna dan energi serta
vitamin B compleks, telah digunakan dalam fermentasi pakan dan suplementasi.
Dengan demikian, maka penggunaan Saccharomyces cerevisiae dalam fermentasi untuk
meningkatkan nilai guna biji asam. Biji asam hasil ferementasi dengan probitik
diharapkan dapat dijadikan pakan yang berkualitas, aman dan murah untuk digunakan
dalam program flushing.
.
LINGKUPAN PROGRAM
Lingkupan kegiatan akan meliputi:
1). Pengolahan biji asam; dilakukan secara mekanik, yakni sangrai dilanjutkan
perendaman dalam air selama 12 jam untuk melepaskan kulit biji. Kemudian¸
daging biji asam digiling menjadi tepung untuk siap difermentasikan oleh
Saccharomyces cerevisiae .
2). Ferementasi Saccharomyces cerevisiae (perbandingan 1kg tepung biji asam : 1g
Sc) selama 24, 48, 72 jam untuk memperoleh pakan flushing yang terbaik, aman
dan murah.
3). Program flushing: pemberian pakan pada calon induk (babi dara) dan induk yang
pernah melahirkan 1-2 kali. Tujuan dan manfaatnya yang diharapkanadalah :
meningkatkan ovulasi, memperbaiki kesehatan dan performans induk, menekan
jumlah kematian anak serta meningkatkan jumlah anak yang lahir sehat.
PENUTUP
1. Penerapan program Flushing sangat mungkin untuk diterapkan untuk menigkatkan
produktivitasi atau daya reproduksi babi betina di NTT
2. Tepung biji asam terfementasi probiotik sangat potensil sebagai pakan dan untuk
program flushing babi betina di NTT
3. Jumlah dan konsentrasi pakan dan penerapan metoda flushing yang efektif dan
efisien dapat meningkatkan daya reproduksi sehingga menginkatkan produktivitas
ternak babi di NTT.
.
ALUR PIKIR PROGRAM FLUSHING BABI DI NTT
BABI: BAGIAN BUDAYA NTT
80% PNDDK KOTA KUPANG
&KAB KUPANG PELIHARA BABI
FLUSHING PAKAN KOMERSIL
TINGKATKAN LITER SIZE
PAKAN FLUSHING
MURAH
BIJI ASAM TERFERMENTASI
BERGIZI, AMAN
BIJI ASAM : MURAH
ANTINUTRISI
PRODUKTIVITAS RENDAH
LITER SIZE 7.5-10.1 EKOR
PERBAIKAN LS
MAHAL
PERFORMANS BAIK;
LITER SIZE OPTIMAL
REPRODUKTIVITAS/
PRODUKTIVITAS
OPTIMAL
FERMENTASI :
Saccharomyces
cerevisae
Keterangan tambahan bagan:
1. Anak panah tebal berwarna hijau sebagai piliha utama dan
dianggap terbaik diterapkan
2. Anak panah tipis putus-putus berwarna merah menunjukkan
flushing tidak boleh dilakukan karena beresiko antinutrisi
3. anak panah tebal putus-putus berwarna merah menunjukkan
flushing boleh diterapkan tapi tidak efisien karena pakan komersil
mahal.
.
DAFTAR PUSTAKA
Chiba, L.I. 2010., Pig Nutrition and Feeding. In Animal Nutrition Handbook Section 11.
Hougse C.N., 1959. Rations for Pregnant Sows. NDSU. Libraries. NDAC. Extension
Service Fargo. North Dakota Agricultural College.
Hori 2010. Probiotics. In Handbook of Prebiotics and Probiotics Ingredients. Edited by Cho
S.S and E.T. Fiwocchiaro. CRC Press. Taylor and Frnacis Gorup. 2010.pg 194.
Hyronimus B., C. Lemarrec, A. Hadj Sassi, and A. Deschamps. 2000. Acid and bile
tolerance of spore-forming latic acid bacteria. International Journal of Food
Microbiology 61 (2000) 193 – 197
Johns, C., I. Patrick, M. Geong and J. Ly., 2009. Smallholder commercial pig production in
NTT - opportunities for better market integration. SADI-ACIAR Research Report
Kunaepah, U., 2009. Pengaruh lama fermentasi dan konsentrasi glukosa Terhadap
aktivitas antibakteri, polifenol totalDan mutu kimia kefir susu kacang merah. Media
Gizi Pangan, Vol. VII, Edisi 1, Januari – Juni 2009
Ly, J., U. Ginting, M. and RDH Likadja., 2010. Pig Production In NTT Regions. Full Paper
presented in Aciar and Udayana University Pig Production in Eastern Indonesia
Workshop Udayana University, Denpasar 26th – 27th July 2010
Lipiński. K., G. Chrostowski, P. Matusevičius and H. Skórko-Sajko., 2012. The effect of
diets supplemented with Saccharomyces cerevisiae Boulardii probiotic yeast on
the reproductive performance of Pregnant and lactating sows. VETERINARIJA IR
ZOOTECHNIKA (Vet Med Zoot). T. 59 (81). 2012
Mahmood, T., M.S. Anjum, I. Husain and R. Perveen., 2005. Effect of Probiotic and growth
promoters on chemical composition of broilers carcass. International Journal of
Agriculture & Biology. 1560-8530/2005/07-6-1036-1037.
.
Lampiran :
Kandungan Nutrisi dan antinutrisi biji asam
Nutrisi
Air
PK
Lemak
SK tercerna (DF)
Abu
BETN
GE
BK)
(kcal/100g
Fraksi protein
Albumin
Globulin
Polamin
Glutelin
% BK
(1)
India
7.24 + 1.12
14.0 + 1.16
7.84 + 0.64
14.75 + 2.16
4.58 + 0.42
58.83
Indo(2)
13
20
5,5
-2.4
59
122.41-151.18
--
% BK
2.6 +
0.18
2.4 +
0.35
0.6 +
0.15
1.3 +
0.12
% PK
37.68
---
34.74
--
8.69
--
18.84
--
Asam amino
Asam aspartat
Asam glutamat
Alanin
Valin
Glisin
Arginin
Serin
Cystin
Methionin
Threonin
Fenilalani
Tirosin
Isoleusin
Leusin
Histidin
Lysin
Triptofan
% PK
12.14
13.75
3.7
6.1 (score 127.29)
5.8
6.3
3.6
1.9
2.12
3.10 (score 91.18)
3.8 (score 107.52)
3.10
4.34 (score 155.0)
8.7 (score 131.82)
3.2 (score 168.42)
6.5 (score 112.07)
Tidak diukur
-------------------
Asal lemak
Asam
Laurat
(C12:0
Asam Myristat
(C14:0)
Asam Palmitat
(C16:0)
Asam
Stearat
(C18:0)
Asam
Oleat
(C18:1)
%
tidak ada
---
tidak ada
--
14.67
--
5.27
--
23.67
--
.
Asam Lenoleat
(C18:2)
Asam Linolenat
(C18:3)
Asam Bahenat
(C22:0)
49.19
--
2.23
--
5.03
--
Mineral
mg/100g
Na
28.83 + 1.34
-K
1315.28 +5.74
-Ca
248.56 + 1.3
-Mg
285.14 + 2.82
-P
369.47 + 2.14
-Fe
7.14 + 0.92
-Cu
0.59 + 0.16
-Zn
6.94 0.51
-Mn
0.81 + 0.12
-(*)
Antinutrisi
%
-Total fenol bebas 2.71 + 0.08
-Tannin
7.1 + 0.31
-L-Dopa
2.64 + 0.84
-Keterangan: (1): Pugalenthi, et al (2004)
(2)
: BalitBang. Pertanian, Kementerian Pertanian RI (2011)
(*)
Pada kulit biji (biji asam tak terkuliti)
.
SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN DAYA REPRODUKSI BABI BETINA DI NTT
Oleh: Johanis Ly
PENDAHULUAN
Kegiatan beternak babi telah berlangsung dari generasi ke generasi di wilayah
Nusa Tenggara Timur (NTT) (Ly et al., 2010). Johns et al (2009) melaporkan bahwa 80%
penduduk Kota Kupang dan Kabupaten Kupang memelihara babi. Hal ini karena ternak
babi merupakan salah satu syarat dalam adat di beberapa daerah dan dianggap
pelengkap suatu pesta rakyat di wilayah ini. Oleh karena itu budidaya ternak babi telah
dianggap sebagai bagian budaya di NTT. Akan tetapi, kegiatan budidaya tersebut lebih
banyak dijalankan tanpa pengetahuan yang memadai, sehingga produkstivitas babi di
wilayah ini tergolong rendah. Manajemen pemberian pakan yang tidak memadai
merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya produktifitas babi di NTT. Johns et al
(2009) melaporkan bahwa jenis pakan yang lazim digunakan oleh peternak skala rumah
tangga di NTT antara lain: kangkung, putak, sisa restaurant dan ubi kayu, yang diberikan
tanpa memperhatikan kebutuhan nutrisi babi.
Salah satu indikator rendahnya produktivitas ternak babi di NTT adalah jumlah
anak perkelahiran (liter size) dari seekor induk. Johns et al (2009) melaporkan bahwa
liter size babi betina skala rumah tangga di NTT berada pada kisaran 7.5 – 10.1 ekor per
kelahiran dan tidak mencapai potensi produksi optimum. Dampak ini sangat jelas sejak
tahun 2008 dengan munculnya hasil industri pengolahan daging babi yang bervariasi,
yakni: Se’i, sate, bakso dan tulang rusuk babi di Kota Kupang. Munculnya industri
tersebut telah semakin meningkatkan animo masyarakat untuk beternak babi terutama
babi peranakan karena cepat bertumbuh. Hal ini menyebabkan permintaan akan ternak
babi meningkat baik untuk bibit maupun untuk kebutuhan industri, tetapi dipihak lain
ketersediaan babi terbatas karena daya dukung reproduksi rendah.
Mencermati kendala tersebut maka salah satu tindakan perbaikan manjemen
pakan bagi ternak babi adalah pemberian pakan tambahan (flushing) pada babi betina.
Flushing merupakan suatu upaya pemberian pakan tambahan, dalam jumlah ataupun
kualitas 10 – 14 sebelum dan 7 hari setelah kawin (Chiba, 2010). Dikemukakan bahwa
dalam program flushing seekor babi betina diberikan pakan tambahan sebesar 50-100%
dari jumlah yang biasa diberikan. Tujuan utama flushing adalah meningkatkan ovulasi
sehingga mengoptimal/meningkatkan liter size induk babi; dan juga memperbaiki
performans induk. Sejak dianjurkan Hougse (1959) flushing pada prinsipnya sangat
bermanfaat dan effisien dilakukan pada induk babi dengan kondisi badan kurus. Dengan
prinsip ini, strategi flushing diharapkan dapat digunakan untuk optimalisasi daya
reproduksi babi betina skala rumah tangga di NTT yang pada umumnya kurus.
Program
flushing
berdampak
pada
meningkatnya
biaya
produksi
karena
bertambahnya jumlah unit pakan dan tingginya harga pakan sumber protein atau energi
.
yang diberian. Oleh karena itu, penggunaan pakan lokal yang mudah dan murah
merupakan tindakan alternatif yang mungkin dilakukan.
Biji asam merupakan salah satu pakan potensil yang banyak tersedia tetapi
belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan babi di NTT. Badan Penelitian dan
Pengembangan (Balitbang) Kementan RI (2011) melaporkan kandungan nutrisi biji asam
adalah: air (13%); PK (20%), Lemak (5.5%), abu (2.4%) dan BETN (59%). Ketersediaan
biji asam dianggap cukup karena pohon asam tersebar di hampir 80% pulau di NTT.
Balitbang Kementan RI (2011) melaporkan bahwa produksi biji asama di NTT adalah
sebesar 3000ton/tahun, ini termasuk limbah produksi Fabrik Asam Kawak di Kabupaten
Timor Tengah Selatatan (TTS) sebanyak 2000-3000ton biji asam/tahun. Kenyataan ini
menggambarkan bahwa biji asam berpotensi sebagai bahan penyusun ransum ataupun
pakan suplemen protein. Akan tetapi, potensi biji asam belum dimanfaatkan secara
optimal, karena pengolahan biji asam sulit dilakukan dan terindikasi mengandung
antinutrisi berupa tannin dan golongan polisakarida tak tercerna (Tabel terlampir). Oleh
karena itu, biji asam perlu diolah dan diberikan perlakuan terlebih dahulu sebelum
diberikan agar efektif dan efisien dimanfaatkan oleh ternak.
Fermentasi oleh probitik merupakan metode eliminasi antinutrisi dalam pakan
yang telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Probiotik selain
digunakan sebagai bahan fermentasi juga diberikan sebagai suplemen makanan (oleh
Kunaepah, 2009). Tujuan ferementasi pada prinsipnya adalah mengurai jenis nutrisi
(terutama jenis karbohidrat) tak tercerna sehingga memperkaya nutrisi pakan dan
memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal host. Probiotik juga telah digunakan
untuk tujuan flushing oleh Lipiński et al (2012) dan berhasil meningkatkan kesehatan
induk. Probiotik berada dalam berbagai jenis dan nama komersilnya di pasaran
(Hyronimus et al., 2000); ( Mahmood, et al.,2005).
Hori (2010) menggolongkan Saccharomyces cerevisiae sebagai salah satu jenis
probiotik. Saccharomyces cerevisiae dikenal sebagai ragi kering (dreid yeast) adalah
bakteri sel tunggal yang merupakan sumber protein mudah tercerna dan energi serta
vitamin B compleks, telah digunakan dalam fermentasi pakan dan suplementasi.
Dengan demikian, maka penggunaan Saccharomyces cerevisiae dalam fermentasi untuk
meningkatkan nilai guna biji asam. Biji asam hasil ferementasi dengan probitik
diharapkan dapat dijadikan pakan yang berkualitas, aman dan murah untuk digunakan
dalam program flushing.
.
LINGKUPAN PROGRAM
Lingkupan kegiatan akan meliputi:
1). Pengolahan biji asam; dilakukan secara mekanik, yakni sangrai dilanjutkan
perendaman dalam air selama 12 jam untuk melepaskan kulit biji. Kemudian¸
daging biji asam digiling menjadi tepung untuk siap difermentasikan oleh
Saccharomyces cerevisiae .
2). Ferementasi Saccharomyces cerevisiae (perbandingan 1kg tepung biji asam : 1g
Sc) selama 24, 48, 72 jam untuk memperoleh pakan flushing yang terbaik, aman
dan murah.
3). Program flushing: pemberian pakan pada calon induk (babi dara) dan induk yang
pernah melahirkan 1-2 kali. Tujuan dan manfaatnya yang diharapkanadalah :
meningkatkan ovulasi, memperbaiki kesehatan dan performans induk, menekan
jumlah kematian anak serta meningkatkan jumlah anak yang lahir sehat.
PENUTUP
1. Penerapan program Flushing sangat mungkin untuk diterapkan untuk menigkatkan
produktivitasi atau daya reproduksi babi betina di NTT
2. Tepung biji asam terfementasi probiotik sangat potensil sebagai pakan dan untuk
program flushing babi betina di NTT
3. Jumlah dan konsentrasi pakan dan penerapan metoda flushing yang efektif dan
efisien dapat meningkatkan daya reproduksi sehingga menginkatkan produktivitas
ternak babi di NTT.
.
ALUR PIKIR PROGRAM FLUSHING BABI DI NTT
BABI: BAGIAN BUDAYA NTT
80% PNDDK KOTA KUPANG
&KAB KUPANG PELIHARA BABI
FLUSHING PAKAN KOMERSIL
TINGKATKAN LITER SIZE
PAKAN FLUSHING
MURAH
BIJI ASAM TERFERMENTASI
BERGIZI, AMAN
BIJI ASAM : MURAH
ANTINUTRISI
PRODUKTIVITAS RENDAH
LITER SIZE 7.5-10.1 EKOR
PERBAIKAN LS
MAHAL
PERFORMANS BAIK;
LITER SIZE OPTIMAL
REPRODUKTIVITAS/
PRODUKTIVITAS
OPTIMAL
FERMENTASI :
Saccharomyces
cerevisae
Keterangan tambahan bagan:
1. Anak panah tebal berwarna hijau sebagai piliha utama dan
dianggap terbaik diterapkan
2. Anak panah tipis putus-putus berwarna merah menunjukkan
flushing tidak boleh dilakukan karena beresiko antinutrisi
3. anak panah tebal putus-putus berwarna merah menunjukkan
flushing boleh diterapkan tapi tidak efisien karena pakan komersil
mahal.
.
DAFTAR PUSTAKA
Chiba, L.I. 2010., Pig Nutrition and Feeding. In Animal Nutrition Handbook Section 11.
Hougse C.N., 1959. Rations for Pregnant Sows. NDSU. Libraries. NDAC. Extension
Service Fargo. North Dakota Agricultural College.
Hori 2010. Probiotics. In Handbook of Prebiotics and Probiotics Ingredients. Edited by Cho
S.S and E.T. Fiwocchiaro. CRC Press. Taylor and Frnacis Gorup. 2010.pg 194.
Hyronimus B., C. Lemarrec, A. Hadj Sassi, and A. Deschamps. 2000. Acid and bile
tolerance of spore-forming latic acid bacteria. International Journal of Food
Microbiology 61 (2000) 193 – 197
Johns, C., I. Patrick, M. Geong and J. Ly., 2009. Smallholder commercial pig production in
NTT - opportunities for better market integration. SADI-ACIAR Research Report
Kunaepah, U., 2009. Pengaruh lama fermentasi dan konsentrasi glukosa Terhadap
aktivitas antibakteri, polifenol totalDan mutu kimia kefir susu kacang merah. Media
Gizi Pangan, Vol. VII, Edisi 1, Januari – Juni 2009
Ly, J., U. Ginting, M. and RDH Likadja., 2010. Pig Production In NTT Regions. Full Paper
presented in Aciar and Udayana University Pig Production in Eastern Indonesia
Workshop Udayana University, Denpasar 26th – 27th July 2010
Lipiński. K., G. Chrostowski, P. Matusevičius and H. Skórko-Sajko., 2012. The effect of
diets supplemented with Saccharomyces cerevisiae Boulardii probiotic yeast on
the reproductive performance of Pregnant and lactating sows. VETERINARIJA IR
ZOOTECHNIKA (Vet Med Zoot). T. 59 (81). 2012
Mahmood, T., M.S. Anjum, I. Husain and R. Perveen., 2005. Effect of Probiotic and growth
promoters on chemical composition of broilers carcass. International Journal of
Agriculture & Biology. 1560-8530/2005/07-6-1036-1037.
.
Lampiran :
Kandungan Nutrisi dan antinutrisi biji asam
Nutrisi
Air
PK
Lemak
SK tercerna (DF)
Abu
BETN
GE
BK)
(kcal/100g
Fraksi protein
Albumin
Globulin
Polamin
Glutelin
% BK
(1)
India
7.24 + 1.12
14.0 + 1.16
7.84 + 0.64
14.75 + 2.16
4.58 + 0.42
58.83
Indo(2)
13
20
5,5
-2.4
59
122.41-151.18
--
% BK
2.6 +
0.18
2.4 +
0.35
0.6 +
0.15
1.3 +
0.12
% PK
37.68
---
34.74
--
8.69
--
18.84
--
Asam amino
Asam aspartat
Asam glutamat
Alanin
Valin
Glisin
Arginin
Serin
Cystin
Methionin
Threonin
Fenilalani
Tirosin
Isoleusin
Leusin
Histidin
Lysin
Triptofan
% PK
12.14
13.75
3.7
6.1 (score 127.29)
5.8
6.3
3.6
1.9
2.12
3.10 (score 91.18)
3.8 (score 107.52)
3.10
4.34 (score 155.0)
8.7 (score 131.82)
3.2 (score 168.42)
6.5 (score 112.07)
Tidak diukur
-------------------
Asal lemak
Asam
Laurat
(C12:0
Asam Myristat
(C14:0)
Asam Palmitat
(C16:0)
Asam
Stearat
(C18:0)
Asam
Oleat
(C18:1)
%
tidak ada
---
tidak ada
--
14.67
--
5.27
--
23.67
--
.
Asam Lenoleat
(C18:2)
Asam Linolenat
(C18:3)
Asam Bahenat
(C22:0)
49.19
--
2.23
--
5.03
--
Mineral
mg/100g
Na
28.83 + 1.34
-K
1315.28 +5.74
-Ca
248.56 + 1.3
-Mg
285.14 + 2.82
-P
369.47 + 2.14
-Fe
7.14 + 0.92
-Cu
0.59 + 0.16
-Zn
6.94 0.51
-Mn
0.81 + 0.12
-(*)
Antinutrisi
%
-Total fenol bebas 2.71 + 0.08
-Tannin
7.1 + 0.31
-L-Dopa
2.64 + 0.84
-Keterangan: (1): Pugalenthi, et al (2004)
(2)
: BalitBang. Pertanian, Kementerian Pertanian RI (2011)
(*)
Pada kulit biji (biji asam tak terkuliti)
.