Menurut  Somantri  2006:66,    yang  menjadi  acuan  apakah  seseorang  anak termasuk  tunanetra  atau  tidak  didasarkan  pada  tingkat  ketajaman  penglihatannya,
yang  biasanya  diuji  dengan  menggunakan  tes  Snellen  Card.  Anak  dapat  dikatakan tunanetra  apabila  ketajaman  penglihatanya  visusnya  kurang  dari
.  Artinya, berdasarkan  tes,  anak  hanya  mampu  membaca  huruf  pada  jarak  6  meter  yang  oleh
anak awas dapat dibaca pada jarak 21 meter. Berdasarkan acuan tersebut anak tunanetra dapat dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu. 1 Buta
Dikatakan  buta  jika  anak  sama  sekali  tidak  mampu  menerima  rangsang  cahaya dari luar visusnya = 0
2 Low Vision Bila  anak  masih  mampu  menerima  rangsang  cahaya  dari  luar,  tetapi
ketajamannya  lebih  dari ,  atau  anak  hanya  mampu  membaca  headline  pada
surat kabar. Pada penelitian ini,  yang dimaksud dengan siswa tunanetra ialah siswa  yang indera
penglihatannya  kurang  dapat  difungsikan  untuk  kepentingan  hidup  sehari-hari terutama dalam hal belajar.
2.2 Pembelajaran Matematika
Belajar  adalah  setiap  perubahan  yang  relatif  menetap  dalam  tingkah  laku yang  terjadi  sebagai  suatu  hasil  dari  latihan  atau  pengalaman  Purwanto,  2006:84.
Menurut  Suherman  dkk.  2001:  8  pengertian  belajar  adalah  proses  perubahan tingkah  laku  individu  yang  relative  tetap  sebagai  hasil  dari  pengalaman,  sedangkan
pembelajaran  merupakan  upaya  penataan  lingkungan  yang  memberi  nuansa  agar program  belajar  tumbuh  dan  berkembang  secara  optimal.  Istilah  pembelajaran
merupakan  proses  belajar  mengajar  yang  lebih  dikhususkan  untuk  mengembangkan proses belajar mengajar.
Menurut  Soedjadi  dalam  Susanto,2009:59  matematika  sebagai  salah  satu ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya mempunyai peranan
yang  amat  penting  dalam  upaya  penguasaan  ilmu  dan  teknologi.  Begitu  banyak pendapat dari para ahli mengenai matematika, seperti yang diungkapkan oleh Paling
dalam  Abdurrahman,  2009:252  ide  manusia  tentang  matematika  berbeda-beda, tergantung  pada  pengalaman  dan  pengetahuan  masing-masing.  Dari  berbagai
pendapat  tentang  hakikat  matematika,  Abdurrahman  2009:252  menyimpulkan bahwa  pandangan  tentang  hakikat  matematika  lebih  ditekankan  pada  metodenya
daripada  pokok  persoalan  matematika  itu  sendiri.  Matematika  sebagai  ilmu  dasar yang memegang peranan penting dalam menunjang perkembangan ilmu pengetahuan
dan  teknologi,  sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  matematika  merupakan  bahasa simbolis  yang  memiliki  pembelajaran  dengan  pola  pikir  deduktif  yaitu  pemikiran
dari yang bersifat umum kemudian diarahkan pada hal yang bersifat khusus. Pada  penelitian  ini  yang  dimaksud  dengan  pembelajaran  matematika  ialah
proses pengembangan atau pembentukan pola pikir pengertian suatu konsep maupun penalaran  suatu  hubungan    pengertian  tersbut.  Tujuan  pembelajaran  matematika
seperti  yang  diungkap  oleh  Soedjadi  2000:43  ialah  untuk  mempersiapkan  siswa agar  sanggup  menghadapi  perubahan  keadaan  di  dalam  kehidupan  dan  dunia  yang
selalu  berkembang,  melalui  latihan  bertindak  atas  dasar  pemikiran  secara  logis, rasional,  kritis,  cermat,  jujur,  efektif  dan  efisien;  mempersiapkan  siswa  agar  dapat
menggunakan  matematika  dan  pola  pikir  matematika  dalam  kehidupan  sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
2.3 Kesulitan Belajar