21
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sanjaya 2013:59 penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan atau menjelaskan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu.
Azwar 2007:5 mengemukakan bahwa penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses menyimpulkan deduktif dan
induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. Pada penelitian ini dideskripsikan
tentang kesulitan yang dialami oleh anak tunanetra dalam memahami konsep sudut dan segitiga.
3.2. Daerah dan Subyek Penelitian
Penentuan daerah penelitian menggunakan metode purposive area, yaitu menentukan dengan sengaja daerah atau tempat penelitian dengan beberapa
pertimbangan seperti waktu, tenaga, dan biaya yang terbatas Arikunto, 2006:16. Adapun penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
SMPLB Negeri Bondowoso dengan pertimbangan pengambilan daerah sebagai berikut.
a. Adanya kesediaan dari SMPLB Negeri Bondowoso sebagai tempat penelitian. b. Belum pernah diadakan penelitian sejenis di SMPLB Negeri Bondowoso.
c. Terdapat kesulitan yang dialami anak tunanetra dalam pembelajaran matematika. Di SMPLB Negeri Bondowoso hanya terdapat dua anak tunanetra yang
duduk di kelas VIII dengan kondisi keduanya buta total. Subyek pertama mengalami kebutaan total sejak berumur 7 tahun dan subyek kedua mengalami kebutaan total
sejak lahir. Kedua anak tersebut yang menjadi subyek pada penelitian ini.
3.3. Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan persepsi dan penafsiran makna istilah dalam penenlitian ini, maka diberikan definisi operasional sebagai berikut.
a. Anak tunanetra merupakan dua siswa SMPLB kelas VIII dengan kondisi buta total.
b. Pemahaman konsep matematika merupakan kemampuan yang dimiliki siswa untuk mengerti dan memahami konsep pada matematika yang timbul dari hasil
pemikiran. Pemahaman konsep matematika pada siswa tunanetra akan dilihat berdasarkan keenam indikator berikut.
1 Kemampuan menyatakan ulang konsep. 2 Kemampuan mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat sesuai dengan
konsepnya. 3 Kemampuan memberikan contoh dan bukan contoh.
4 Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematis.
5 Kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. 6 Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu.
Pemahaman konsep matematika pada penelitian ini mengenai konsep sudut dan segitiga. Siswa dikatakan dapat memahami konsep apabila mencangkup seluruh
kemampuan tersebut. c. Kesulitan belajar matematika pada anak tunanetra merupakan kesulitan belajar
yang disebabkan oleh gangguan penglihatan sehingga berpengaruh terhadap persepsi visual yang mengakibatkan mengalami kesulitan dalam belajar
matematika karena sebagian besar memerlukan visualisasi. Kesulitan belajar ini berkaitan dengan pemahaman konsep yang dimiliki oleh siswa tunanetra.
3.4. Prosedur Penelitian