Respon Masyarakat Terhadap Jamkesmas Sebagai Upaya Pelayanan Kesehatan (Studi deskriptif di Limbong, kecamatan Sianjur mula-mula, Kabupaten Samosir)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

RESPON MASYARAKAT TERHADAP JAMKESMAS SEBAGAI

UPAYA PELAYANAN KESEHATAN

(Studi deskriptif di Limbong, kecamatan Sianjur mula-mula, Kabupaten Samosir)

SKRIPSI

Diajukan oleh ROSIANTI LIMBONG

060901051

SOSIOLOGI

Guna Memenuhi Salah Satu syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara


(2)

ABSTRAK

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka pemerintah mengeluarkan kebijakan yang menyangkut kesehatan yaitu peningkatan kesehatan bagi masyarakat. Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), merupakan program pemerintah berupa serangkaian jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diadakan sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/1992, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Untuk mengetahui apakah peserta betul-betul membutuhkan program Jamkesmas maka penelitian ini dilakukan. Hal yang paling signifikan karena masih terdapatnya permasalahan program jamkesmas yaitu pendataan serta masalah lainnya yang menunjang bagaimana seharusnya prospek dan tujuan jamkesmas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak sosial dari program jamkesmas sehingga, untuk itu dapat diketahui bagaimana respon peserta program jamkesmas sebagai upaya pelayanan kesehatan terhadap program.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Alat pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi dan studi kepustakaan. Penelitian dilakukan di Limbong. Informan terdiri dari peserta program Jamkesmas yang diambil secara acak mewakili seluruh informan peserta Jamkesmas yang terdapat di Limbong.

Program Jamkesmas berjalan sesuai dengan pedoman pelaksanaan program, meskipun masih ada masalah terkait sosialisasi program terhadap para peserta program jamkesmas. Ini terlihat dari kurang mengetahui dan memahami mengenai program jamkesmas. Berikut terkait dengan kepesertaan terhadap peserta jamkesmas pada masyarakat Limbong maka masih terdapat peserta yang kurang mengacuhkan program jamkesmas ini terlihat dari peserta tidak mempergunakan pelayanan program. Hubungan antara petugas kesehatan dengan peserta jamkesmas pada masyarakat Limbong terjalin baik. Dari hasil penelitian dilapangan, maka dapat disimpulkan bahwa respon masyarakat terhadap program Jamkesmas disambut positif. Ini terlihat dari jawaban informan yang memberi respon baik dan mendukung terhadap program.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan atas kasih dan anugrah-Nya, penelitian ini dapat penulis selesaikan, walaupun penulis sadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat pengetahuan, waktu, dan kemampuan penulis miliki, maka dengan segala kerendahan hati, penulis mohon untuk adanya perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini.

Skripsi ini berjudul “ Respon Masyarakat Terhadap Jamkesmas Sebagai Upaya Pelayanan Kesehatan” penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnnaan skripsi. Dengan segala keterbatasan, penulis juga berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca tentunya.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis, Bapak P. Limbong dan Ibu O. Saragi, atas kasih sayang yang begitu besar, pengorbanan yang begitu tulus, dukungan yang tidak henti-hentinya, semangat dan doa yang begitu tulus dan suci. Skripsi ini juga penulis persembahkan kepada Ito M. Limbong beserta Istri R. Tinambunan, Ito K.Limbong beserta Istri N. Sinaga, Ito J. Limbong beserta Istri R. Pintu batu, Kakak saya satu-satunya H. Limbong beserta suami P. Silalahi, adek saya yang bungsu Harmoko Limbong, serta semua cucu dari orang tua penulis yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.


(4)

Pada kesempatan yang berbahagia ini pula, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan biasa selesai tanpa bantuan, perhatian bahkan kasih sayang dari berbagai pihak yang bersifat motivasi. Maka dengan segala kerendahan hati terimakasih penulis hanturkan kepada :

1. Bapak Prof. Dr, Badarruddin, M.si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.si selaku Ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

3. Ibu Dra. Rosmiani, MA selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

4. Ibu Dra. Hadriana Marhaeni Munthe, Msi selaku dosen Pembimbing dan sekaligus dosen wali yang sudah mmeluangkan waktu dan telah banyak membimbing, mengarahkan, serta memberikan saran dan masukan pada penulis

5. Seluruh Dosen dan Pegawai Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

6. Seluruh Staff Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

7. Dokter Melanny beserta Petugas kesehatan Puskesmas Limbong yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian


(5)

8. Terima kasihku yang besar kepadamu abangku dan sekaligus kekasihku Fery Aron Marbun(LG) yang selalu setia memberikan semangat dan motivasi kepada adikmu ini.

9. Tidak lupa juga buat Hisar Jasa Manurung dan Anju Bona Siboro yang pernah ada dalam hidupku, terima kasih buat semua kebaikan kalian berdua selama ini

10.Terima kasih juga buat anak-anak Sosiologi stambuk 2006 : Veny sahabatku (jangan lupa kebiasaan kita ya buk, makan sirih), Esha my friend yang selalu setia menemaniku kemanapun untuk mencari buku dan sekaligus teman seperjuanganku, Teguh dan Theo yang baik hati karena meminjamkan laptopnya (thanx buanget yac), Okto yang baik hati, Eka, Imay imoet, Asma, Tuti, Doso teman-teman seperjuangan Pakpak Bharat: Lena, Elin, Riandiko, Maradona, Prabu, Ulya, Dillah, Nidya, Tantri, Irma, Tina dan teman-teman yang lain yang tidak bisa disebut nama-namanya satu persatu agar kita tetap solid.

11.Terima kasihku kepada kakak/abang senior stambuk 2005, 2004, 2003 khususnya kak Nita Lumban gaol yang baik hati(05), kak Rabanta (Alumni), kak Helenta dan juga kepada teman-teman junior stambuk 2007, 2008, 2009 terima kasih buat dukungannya.

12.Terima kasih juga kepada teman-teman satu kost khususnya itoku Morris Lubis yang selalu meminjamkan laptopnya, ito Ardy Tambunan, Wita

13.Buat Marihot Purba yang baik hati terima kasih atas semua bantuannya juga buat adekku seven dan erlina.


(6)

14.Kepada seluruh informan penelitian ini yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberi informasi yang sesuai dengan permasalahan penelitian, sehingga dapat menjawab permasalahan penelitian, dan penulis dapat menyusun laporan penelitian yang berbentuk skripsi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih \kepada semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberi Kasih dan Berkatnya dan besar harapan penulis penelitian yang jauh dari sempurna ini dapat memberikan informasi dan manfaat bagi kita.

Medan, Juni 2010 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 7

1.4.Manfaat Penelitian ... 7

1.5.Defenisi Konsep ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Struktural Fungsional ... 10

2.2 Teori Dramaturgi ... 15

2.3 Respon ... 17

2.4 Masyarakat ... 24

2.5 Peranan Jamkesmas Bagi Masyarakat ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 26

3.2. Lokasi Penelitian ... 26

3.3. Unit Analisis Dan Informan ... 27


(8)

3.5. Interpretasi Data ... 28

3.6. Jadwal Kegiatan ... 29

3.7. Keterbatasan Penelitian... 29

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi ... 31

4.2. Keadaan Wilayah ... 32

4.3. Komposisi Penduduk ... 32

4.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 34

4.3.2. Mata Pencaharian ... 36

4.4. Profil Kesehatan Puskesmas Limbong ... 37

4.4.1. Puskesmas Limbong ... 37

4.4.2. Fasilitas Kesehatan... 39

4.4.3. Program Puskesmas Limbong ... 41

4.5. Struktur Organisasi Puskesmas Limbong ... 44

4.6. Profil Informan ... 46

4.7. Interpretasi Data ... 54

4.7.1 Peranan Jamkesmas Bagi Masyarakat ... 54

4.7.2 Pengetahuan dan pemahaman informan terhadap program jamkesmas ... 56

4.7.3 Prinsip Dramaturgi Dalam Respon Masyarakat ... 58

4.7.4 Respon Masyarakat terhadap Pelayanan yang Diberikan Petugas Kesehatan ... 61

4.7.5 Respon Masyarakat terhadap Jamkesmas ... 62


(9)

BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 65 5.2. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jadwal kegiatan ... 29

Tabel 2. Penyebaran jumlah penduduk berdasarkan Desa di bagian Limbong ... 33

Tabel 3. Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan ... 34

Tabel 4. Sarana pendidikan di Limbong... 35

Tabel 5. fasilitas kesehatan Puskesmas Limbong ... 40


(11)

ABSTRAK

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka pemerintah mengeluarkan kebijakan yang menyangkut kesehatan yaitu peningkatan kesehatan bagi masyarakat. Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), merupakan program pemerintah berupa serangkaian jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diadakan sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/1992, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Untuk mengetahui apakah peserta betul-betul membutuhkan program Jamkesmas maka penelitian ini dilakukan. Hal yang paling signifikan karena masih terdapatnya permasalahan program jamkesmas yaitu pendataan serta masalah lainnya yang menunjang bagaimana seharusnya prospek dan tujuan jamkesmas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak sosial dari program jamkesmas sehingga, untuk itu dapat diketahui bagaimana respon peserta program jamkesmas sebagai upaya pelayanan kesehatan terhadap program.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Alat pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi dan studi kepustakaan. Penelitian dilakukan di Limbong. Informan terdiri dari peserta program Jamkesmas yang diambil secara acak mewakili seluruh informan peserta Jamkesmas yang terdapat di Limbong.

Program Jamkesmas berjalan sesuai dengan pedoman pelaksanaan program, meskipun masih ada masalah terkait sosialisasi program terhadap para peserta program jamkesmas. Ini terlihat dari kurang mengetahui dan memahami mengenai program jamkesmas. Berikut terkait dengan kepesertaan terhadap peserta jamkesmas pada masyarakat Limbong maka masih terdapat peserta yang kurang mengacuhkan program jamkesmas ini terlihat dari peserta tidak mempergunakan pelayanan program. Hubungan antara petugas kesehatan dengan peserta jamkesmas pada masyarakat Limbong terjalin baik. Dari hasil penelitian dilapangan, maka dapat disimpulkan bahwa respon masyarakat terhadap program Jamkesmas disambut positif. Ini terlihat dari jawaban informan yang memberi respon baik dan mendukung terhadap program.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kehidupan masyarakat yang sejahtera merupakan kondisi yang ideal menjadi dambaan setiap warga masyarakat. Oleh sebab itu wajar apabila berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan kondisi tersebut. Disamping itu berbagai upaya dilakukan untuk menghilangkan atau minimal mengantisipasi dan mengeliminasi faktor-faktor yang menghalangi pencapaian kondisi ideal tersebut. Fenomena yang disebut sebagai masalah sosial dianggap sebagai kondisi yang dapat menghambat perwujudan kesejahteraan sosial.

Pada dasarnya kemiskinan dan kesehatan saling berhubungan, dengan hubungan yang tidak pernah putus terkecuali dilakukan intervensi pada salah satu sisi yakni pada kemiskinan atau kesehatannya. Kemiskinan mempengaruhi kesehatan sehingga orang miskin rentan terhadap penyakit, karena mereka menderita gangguan seperti : menderita gizi buruk, pengetahuan kesehatan kurang, perilaku kesehatan kurang, lingkungan pemukiman buruk serta biaya kesehatan tidak tersedia. Sebaliknya, kesehatan mempengaruhi kemiskinan. Masyarakat yang sehat menekan kemiskinan karena orang sehat memiiliki kondisi seperti : produktivitas kerja tinggi, pengeluaran berobat rendah, investasi dan tabungan memadai, tingkat pendidikan maju, tingkat fertilitas dan kematian rendah serta stabilitas ekonomi mantap.


(13)

Pembangunan nasional Indonesia dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Manusia merupakan subjek sekaligus obyek pembangunan, sehingga sumber daya manusia (SDM) merupakan modal dasar dan kunci keberhasilan pembangunan. Untuk meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan terampil maka perlu ditingkatkan kesehatannya.

Dalam rangka pembangunan nasional yang merupakan serangkaian program-program pembangunan yang menyeluruh, terarah, dan terpadu yang berlangsung terus-menerus pembangunan dibidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dengan tujuan mengusahakan kesempatan yang lebih luas bagi setiap warga negara untuk mendapatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam menjiwai ketetapan ini, sesuai dengan pertumbuhan kemampuan nasional pada setiap tahap pembangunan diselenggarakan usaha-usaha penyediaan pelayanan kesehatan yang lebih luas dan merata bagi seluruh masyarakat pedesaan sampai kepelosok-pelosok begitu rupa sehingga mereka dapat merasakan manfaat dari pelayanan itu.

Perbaikan kesehatan masyarakat dilakukan secara preventif dengan mendekatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Usaha perbaikan terutama ditujukan pada peningkatan penyuluhan kesehatan masyarakat dan perluasan pelayanan kesehatan malalui pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), rumah sakit serta berbagai cara lain guna meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya didaerah pedesaan. Pemerintah telah menetapkan suatu pelayanan kesehatan yang


(14)

diharapkan secara langsung dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, yaitu suatu upaya pelayanan kesehatan melalui puskesmas.

Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H dan undang-undang Nomor 23. 1992 tentang kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan Negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu khususnya di daerah pedesaan (http://www.jpkm-online.net)

Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai factor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan mahal. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005 telah diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala masalah kesehatan masyarakat miskin dan tidak mampu melalui pelaksanaan kebijakan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin. Program ini diselenggarakan oleh depaertemen kesehatan melalui penugasan kepada PT Askes (persero) dalam pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarkat miskin.

Atas dasar pertimbangan untuk pengendalian biaya pelayanan kesehatan, peningkatan mutu, transparansi, dan akuntabilitasi, maka telah dilakukan perubahan pada pengelolaan Program Jaminan Kesehatan Mayarakat Miskin pada tahun 2008.


(15)

Perubahan mekanisme yang mendasar adalah adanya pemisahan peran pembayar dengan verifikator melalui penyaluran dana langsung ke pemberi pelayanan kesehatan dari Kas Negara, penggunaan tarif paket jaminan kesehatan masyarakat di puskesmas/rumah sakit, penempatan pelaksanaan verifikasi disetiap puskesmas/rumah sakit, pembentukan Tim Pengelola dan Tim Koordinasi di tingkat pusat, provinsi,Kabupaten/Kota serta penugasan PT. Askes (Persero) dalam menejemen kepersertaan. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam pinjaman terhadap masyarakat yang selanjutnya disebut jamkesmas dengan tidak ada perubahan jumlah sasaran.

Menurut depertemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) program Jamkesmas pada dasarnya adalah upaya penyempurnaan program Askeskin yang telah berjalan selama 4 tahun khususnya dalam hal ketetapan sasaran. Dari evaluasi pelaksanaan program Askeskin sejak tahun 2005 sampai 2007, terdapat beberapa kelemahan yang menyebabkan program ini belum berjalan optimal sehingga sangat mendesak untuk dilakukan langkah-langkah penyempurnaan. Persoalan itu terkait dengan aspek kepesertaan, penyelenggaraan, pelayanan dan pendanaan.

Dari sisi kepersertaan pendataan sasaran miskin belum tuntas. Akibatnya perlu ada solusi sementara mengunakan kartu yang dimiliki seperti Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), jaring pengaman sosial, kartu sehat dan lain-lain yang semuanya rawan penyalahgunaan. Dari sisi pelayanan, puskesmas/rumah sakit belum melakukan kendali mutu pelayanan dan kendali biaya yang baik. Disamping itu verifikasi tidak optimal sehingga pembayaran klaim terlambat.


(16)

Dari alasan tersebut maka Askeskin menjadi Jamkesmas. Rumusan pola baru ini diharapkan dapat memenuhi hak rakyat atas pelayanan kesehatan secara optimal. Jaminan kesehatan Masyarakat (jamkesmas) merupakan kebijakan paling baru dalam serangkaian program jaminan pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin yang telah dijalankan pemerintah.

Masyarakat miskin mempunyai hak yang sama dalam pelayanan kesehatan dengan masyarakat miskin yang memiliki kartu Jamkesmas. Sedemikian pentingnya pengembangan sistem pembiayaan kesehatan, terutama yang berpihak pada masyarakat miskin sehingga program jaminan kesehatan masyarakat atau Jamkesmas tetap dilanjutkan. Hal itu tergambar dari peningkatan pemanfaatan pelayanan masyarakat miskin secara signifikan dari peserta Jamkesmas yang telah mencakup 76,4 juta orang dari kelompok masyarakat miskin yang terdiri dari mereka yang sangat miskin, miskin, dan hampir miskin di seluruh Indonesia.(http://www.jpkm-online.net)

Jamkesmas merupakan kebijakan paling baru dari serangkaian program jaminan pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin yang telah dijalankan pemerintah.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin mempunyai arti penting karena adanya alasan pokok yaitu; menjamin terpenuhinya keadilan sosial bagi masyarakat miskin, sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin mutlak, untuk kepentingan politis nasional yakni menjaga keutuhan integrasi bangsa


(17)

dengan meningkatkan upaya pembangunan (termasuk kesehatan) di daerah miskin dan kepentingan politis internasional untuk menggalang kebersamaan dalam memenuhi komitmen global guna menurunkan kemiskinan melalui upaya kesehatan bagi keluarga miskin, serta hasil studi menunjukkan bahwa kesehatan penduduk yang baik, pertumbuhan ekonomi akan baik pula denngan demikian upaya mengatasi kemiskinan akan lebih berhasil

Berdasarkan banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program jamkesmas yang ditemui dilapangan, yang mana hal ini dilihat dari ketimpangan-ketimpangan yang terdapat pada program jamkesmas mulai menyangkut dari kepersertaan hingga pada saat pelayanan yang diterima oleh peserta jamkesmas. Maka dari hal ini, penulis ingin mengetahui bagaimana kinerja program jamkesmas terhadap masyarakat yang menjadi peserta jamkesmas di Limbong. Tempat pelaksanaannya terdapat di puskesmas Limbong.

1.2Perumusan Masalah

Dalam melaksanakan setiap penelitian harus terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Hal ini dilakukan agar penelitian dapat dilaksanakan secara terarah. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana respon masyarakat terhadap Jamkesmas sebagai upaya pelayanan kesehatan bagi masyarakat di desa Limbong?”


(18)

1.3Tujuan Penelitian

Secara umum kegiatan penellitian dengan satu tujuan pokok yakni: untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian guna mengungkapkan fenomena-fenomena sosial tertentu. Berdasarkan penetapan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

“Mengetahui bagaimana respon masyarakat sebagai peserta program jamkesmas di desa Limbong”

1.4Manfaat penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh respon masyarakat terhadap Jamkesmas sebagai upaya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin khususnya di daerah pedesaan.

1.4.2 Manfaat praktis

a. Meningkatkan kemampuan penulis melalui penelitian ini

b. Menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa serta dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi bagi ilmu sosial dan masyarakat.


(19)

1.5 Defenisi Konsep

Untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti, penggunaan konsep sangat penting. Melalui konsep, peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk suatu kejadian. Konsep adalah generalisasi.

1.5.1 Respon

Respon adalah tanggapan, persepsi, sikap dan partisipasi

1.5.2 Masyarakat

Orang-orang yang hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu, masyarakat Limbong yang ikut sebagai peserta jamkesmas dan memberi respon terhadap program

1.5.2 Jamkesmas

Jaminan kesehatan masyarakat atau yang disebut dengan jamkesmas adalah adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang diselenggarakan secara nasional, agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. program pemerintah yang dikhususkan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu yang tidak bisa berobat di puskesmas atau dirumah sakit karena tidak mempunyai biaya.


(20)

1.5.3 Jamkesmas sebagai Upaya Pelayanan Kesehatan

Jamkesmas sebagai upaya pelayanan kesehatan adalah fungsi yang dijalankan jamkesmas sebagai upaya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu didalam membantu masyarakat guma memahami kebutuhan kesehatan khususnya bagi masyarakat desa sesuai dengan yang diharapkan bersama.

1.5.4 Preventif

Usaha pencegahan dan usaha antisipasif agar masalah sosial seperti masalah kesehatan tidak terjadi.

1.5.5 Derajat kesehatan

Derajat kesehatan merupakan tingkat kesehatan bagi masyarakat terutama bagi masyarakat miskin dan tidak mampu

1.5.6 Masyarakat miskin dan tidak mampu

Suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisik nya dalam kelompok tersebut.

1.5.7 Pengguna atau peserta jamkesmas

Pengguna atau peserta jamkesmas adalah orang yang tergolong miskin dan kurang mampu serta memiliki kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Sruktural Fungsional

Durkheim meletakkan landasan paradigma fakta sosial melalui karyanya “ The rules of sociological Method” (1905) dan socide (1987). Durkheim melihat sosiologi yang baru lahir itu dalam upaya untuk memperoleh kedudukan sebagai cabang ilmu sosial yang berdiri sendiri, tengah berada dalam ancaman bahaya kekuatan pengaruh dua cabang ilmu pengetahuan yang telah berdiri kokoh, yakni filsafat dan psikologi. Durkheim melihat filsafat sebagai ancaman dari lewat dua tokoh sosiologi dominan saat itu ,yaitu comte dan Spencer. Keduanya memiliki pandangan yang lebih bersifat filosophi dari pada sosiologis. Karena itu Durkheim mencoba menguji teori-teori yang dihasilkan dari belakang meja atau dari hasil pemikiran spekulatif itu dengan data kongkrit berdasarkan penelitian empiris. Menurut Durkheim data Empiris inilah yang membedakan antara sosiologi sebagai cabang ilmu pengetahuan dari filsafat.

Secara garis besarnya fakta sosial terdiri atas dua tipe, Masing-masing adalah struktur sosial dan pranata sosial. Secara lebih terperinci, fakta sosial itu terdiri dari kelompok, kesatuan masyarakat tertentu (societies) , sistem sosial, posisi, peranan, nilai-nilai, keluarga , pemerintahan, dan sebagainya. Ada empat varian teori yang bergabung didalam paradigma fakta sosial yaitu :


(22)

2. Teori konlik 3. Teori system

4. Teori sosiologi makro

Struktural fungsional juga memunculkan asumsi tentang hakekat manusia. Didalam fungsionalisme, manusia di perlukan sebagai abstraksi yang menduduk i status dan peranan yang membentuk stuktur sosial. Didalam perwujutannya, struktural fungsional memperlakukan manusia sebagai pelaku yang memainkan ketentuan-ketentuan yang telah di rancang sebelumnya sesuai dengan norma-norma/ aturan-aturan masyarakat. Artinya manusia di bentuk oleh struktur sosial dimana ia hidup, yang didalam melakukan tindakannya manusia memiliki beberapa pilihan/alternatif yang secara sosial di mantapkan oleh tuntutan-tuntutan normatif. Dengan demikian manusia merupakan aktor-aktor yang memiliki kebebasan yang luas untuk melakukan apa yang mereka inginkan dan bukan sebagai robot-robot otomatis yang tindakan-tindakannya benar-benar telah ditentukan sebelumnya,

(poloma, 1987 :45)

Pendekatan struktural fungsional di bangun atas asumsi bahwa masyarakat merupakan organisasi. Karena itu penekanan dari pendekatan ini pada umumnya diberikan kepada institusi sosial dan program jamkesmas yaitu berupa bagian dari program kesehatan dari pemerintah merupakan suatu institusi sosial. Disamping itu teori ini cenderung memusatkan perhatian pada fungsi yang harus dipenuhi oleh setiap sistem yang hidup untuk kelestariannya.


(23)

Disamping menggunakan teori fugsional Parsons, peneliti juga menggunakan teori fungsional Robert K Merton yang menjelaskan bahwa analisis srtuktural fungsional memusatkan perhatian pada kelompok, organisasi, masyarakat dan kultur. Perbedaan analisa Parsons dan Merton terletak Pada Kajian Merton mengenai disfungsional serta fungsi manifest dan fungsi Latent, dimana semua itu belum di jelaskan oleh Parsons. Merton dalam (Ritzer 2004: 142) menyatakan bahwa setiap objek yang dapat dijadikan sasaran analisis struktural fungsional tentu mencerminkan hal yang standar ( artinya terpola dan berulang). Sasaran studi struktural fungsional adalah : peran sosial, pola institusional, proses sosial, pola kultur, emosi yang terpola secara kultural, norma sosial. Organisasi kelompok, struktural sosial, perlengkapan untuk pengendalian sosial dan sebagainya. Dimana struktur sosial lebih dipusatkan pada fungsi sosial dibandingkan motif individual. Fungsi itu sendiri didefenisikan sebagai konsekuensi-konsekuensi yang dapat diamati yang dapat menimbulkan adaptasi atau penyesuaian dari sistem itu.

Dalam pembahasan mengenai struktur sosial, Merton dalam (Kamanto

2000:186) mengemukakan bahwa dalam struktur sosial dan budaya di jumpai tujuan,

sasaran dan kepentingan yang didefenisikan sebagai tujuan yang sah bagi seluruh atau sebagian anggota masyarakat. Institusi dan struktur budaya mengatur cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Merton struktural sosial tidak hanya menghasilkan perilaku konformis, tetapi menghasilkan pula perilaku menyimpang nonkonform.


(24)

Ketika menjelaskan teori fungsional Merton dalam (Ritzer 2004:142) menunjukan bahwa struktur mungkin bersifat disfungsional untuk sistem secara keseluruhan. Dengan demikian tidak semua srtuktur diperlukan untuk berfungsinya sistem sosial, dimana akibat yang tidak diharapkan tidak sama dengan fungsi yang tersembunyi. Fungsi tersembunyi adalah satu jenis dari akibat dari yang tidak diharapkan, satu jenis fungsional untuk jenis tertentu.

Parsons dalam (Doyle 1986 : 103) menyatakan bahwa kenyataan sosial dari suatu perspektif tidak terbatas pada tingkat struktur sosial saja. Sistem sosial hanya salah satu dari sistem-sistem yang termasuk dalam perspektif keseluruhan; sistem kepribadian dan sistem budaya merupakan sistem-sistem yang secara analitis dapat di bedakan, juga termasuk di dalamnya seperti halnya dengan organisme perilaku, sistem sosial terbentuk dari tindakan-tindakan sosial individu.

Inti pemikiran parsons adalah bahwa :

1. tindakan itu di arahkan pada tujuan ( memiliki suatu tujuan)

2. tindakan terjadi dalam situasi, dimana beberapa elemennya sudah pasti, sedangkan elemen-elemen lainnya digunakan oleh yang bertindak itu sebagai alat mencapai tujuan itu.

3. secara normative tindakan itu di atur sehubungan dengan penentuan alat dan tujuan.

Singkatnya tindakan itu dilihat sebagai satuan kenyataan sosial yang paling kecil dan yang paling fundamental . Komponen-komponen dasar dari satuan tindakan


(25)

adalah tujuan , alat, kondisi dan norma. Alat dan kondisi berbeda dalam hal dimana orang yang bertindak itu mampu menggunakan alat dan usahanya mencapai tujuan ; kondisi merupakan aspek situasi yang tidak dapat dikontrol oleh yang bertindak itu. Ide-ide mengenai hakekat tindakan sosial sesuai dengan pikiran sehat dan pengalaman sehari-hari. Pasti banyak orang mengenal tindakannya sendiri sebagai tujuan yang di atur secara normatif dan banyak pula yang mengakui bahwa situasi dimana tindakan itu terjadi dan juga penting.

Struktural fungsional sering menggunakan konsep sistem ketika membahas struktur atau lembaga sosial. Sistem adalah organisasi dari keseluruhan bagian-bagian yang saling tergantung. Sedangkan sistem soial adalah struktur atau bagian-bagian yang saling berhubungan aatu posisi-posisi yang saling dihubungkan oleh peranan timbal balik yang diharapkan. Masyarakat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling tergantung satu sama lain. Pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan mengeluarkan program jamkesmas guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Masyarakat sebagai sumber daya manusia yang berperan sebagai asset negara untuk menuju pembangunan yang lebih baik maka harus menciptakan masyarakat yang sehat karena masyarakat merupakan sarana pelaksana pembangunan.

Program jamkesmas yang merupakan sturuktur sosial yang diselenggarakan oleh rumah sakit serta puskesmas tidak terkecuali pada puskesmas Limbong. Sebagai sistem sosial, puskemas Limbong menjalankan program jamkesmas pada masyarakat Limbong. Masyarakat yang sebagai peserta jamkesmas memandang program


(26)

jamkesmas fungsional yaitu dengan berorientasi pada masyarakat yang membutuhkan. dengan memberi respon terhadap program. Dengan mengacu pada kontribusi pemberian respon oleh peserta program jamkesmas maka dapat dilihat melalui respon yang diberikan bersifat fungsi manifest (diharapkan) atau sebaliknya atau fungsi latent oleh sistem sosial terhadap struktur.

2.2 Teori Dramaturgi

Untuk memberikan tanggapan terhadap struktur didalam sistem sosial maka perlu juga dilihat bagaimana pemberian nilai oleh sistem terhadap struktur yang tergambar dalam teori dramaturgi.

Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinalah dramaturgi masuk, bagaimana individu menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan itu antara lain memperhitungkan setting, kostum, penggunaan kata, dan tindakan non verbal lainnya, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman, tindakan diatas disebut dalam istilah ”impression management”.


(27)

Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada diatas panggung (front stage) dan dibelakang panggung (back stage) drama kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu individu berusaha untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku individu. Sedangkan back stage adalah dimana individu berada dibelakang panggung, dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga individu dapat berperilaku bebas tanpa memperdulikan plot perilaku yang harus kita bawakan

Dramaturgis dianggap masuk kedalam perspektif obyektif karena teori ini cenderung melihat manusia sebagai mahluk pasif (berserah). Meskipun, pada awal ingin memasuki peran tertentu manusia memiliki kemampuan untuk menjadi subjektif (kemampuan untuk memilih) namun pada saat menjalankan peran tersebut manusia berlaku obyektif, berlaku natural, mengikuti alur. Pelakunya menjalankan perannya secara natural, alamiah, mengetahui langkah-langkah yang harus dijalani.

Masyarakat merupakan aktor yang sekaligus menjadi obyek didalam program jamkesmas. Peran masyarakat yang sebagai peserta jamkesmas adalah memberi tanggapan atau respon terhadap jalannya program jamkesmas. Bagaimana masyarakat yang menjadi peserta jamkesmas mengekspresikan sikap, persepsi, serta partisipasi yang sesuai dengan keadaan sebenarnya atau sebaliknya guna mencapai maksud masyarakat tersebut yang gambarkan dalam respon.


(28)

2.3 Respon

Respon diartikan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang lebih mendeteil, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut.

Respon pada hakekatnya merupakan tingkah laku balas atau juga sikap yang menjadi tingkah laku balik, yang juga merupakan proses pengorganisasian rangsang dimana rangsangan-rangsangan proksimal tersebut (Adi, 1994;105). Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku ia menghadapi rangsangan tertentu. Jadi, berbicara mengenai respon atau tidak respon tidak terlepas dari pembahasan sikap.

Melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut. Respon merupakan sejumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan, dan prasangka, pra pemahaman yang mendetail, ide-ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa cara pengungkapan sikap dapat melalui:

a. Pengaruh atau penolakan


(29)

c. Suka atau tidak suka

d. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek

Menurut Hunt (1962) orang dewasa mempunyai sejumlah unit untuk memproses informasi-informasi. Unit-unit ini dibuat khusus untuk menangani represetasi fenomenal dari keadaan diluar yang ada dalam diri individu. Lingkungan internal ini dapat digunakan untuk memperkirakan peristiwa-peristiwa yang terjadi diluar. Proses yang terjadi secara rutin inilah yang disebut Hunt sebagai suatu respon (Adi, 1994;129).

Respon dikatakan Darryl Beum sebagai tingkah laku atau sikap yang menjadi tingkah laku adekuat. Sementara itu Scheerer menyebutkan respon merupakan proses pengorganisasian sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan proksimal (Wirawan dalam skripsi Rahmadani:1999:14)

Untuk mengetahui respon masyarakat dapat dilihat melalui persepsi, sikap, dan partisipasi masyarakat.

2.3.1 Persepsi

Persepsi menurut Mac Mahon adalah proses menginterpretasikan rangsangan (input) dengan menggunakan alat penerima informasi (sensori information). Sedangkan menurut Morgan, King dan Robinson menunjuk pada bagian kita melihat, mendengar, mencium dunia sekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat pula


(30)

didefenisikan sebagai segala sesuatu yang dialami manusia (Mac Mahon dalam Adi;1994:105)

Berdasarkan uraian diatas William James menyatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data yang kita peroleh dari lingkungan yang kita serap oleh indra kita, serta sebagian yang lainnya. Diperoleh dari pengolahan ingatan (memory) diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

Persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memehami informasi tentang lingkungan baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penerimaan. Persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukan suatu pencatatan yang benar (Rahmadani;1999:14)

Fenomena lain yang terpenting dengan persepsi adalah atensi (attention). Atensi adalah suatu proses penyeleksian input yang diproses dalam kaitan dengan pengalaman. Oleh karena itu atensi ini menjadi bagian yang terpenting dalam proses persepsi. Sedangkan atensi itu banyak mendasarkan diri proses yang disebut filtering atau proses untuk menyaring informasi yang ada pada lingkungan, karena sensori

chanel kita tidak mungkin memproses semua rangsangan yang berada pada

lingkungan kita.

Hal-hal yang mempengaruhi atensi seseorang dapat dilihat dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi atensi adalah:


(31)

b. Prepator set, yaitu kesiapan seseorang untuk merespon terhadap suatu input sensori tertentu, tetapi tidak pada input yang lain.

c. Minat (interest)

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi atensi:

a. Intensitas dan ukuran (intensity and size) missal makin keras suatu bunyi semakin menarik perhatian seseorang

b. Kontras dengan hal-hal baru

c. Pengulangan

d. Pengerakan

Bila berbicara tentang respon tidak lepas dari perubahan konsep sikap. Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi suatu rangsangan (Wirawan dalam Rahmadani,1999).

2.3.2 Sikap

Salah satu pengertian sikap dikemukakan oleh Daryl Beum (1964) yang mendasarkan pada kenyataan Skinner bahwa tingkah laku manusia berkembang dan dipertahankan oleh anggota-anggota masyarakat yang member penguat pada individu untuk bertingkah laku secara tertentu. Berdasarkan pendapat Skinner itu Beum mengemukakan empat asumsi dasar yaitu;


(32)

a. Setiap tingkah laku baik yang verbal maupun social adalah suatu hal yang bebas dan berdiri sendiri bukan merupakan refleksi sikap, system kepercayan, dorongan, kehendak, ataupun keadaan tersembunyi lainnya dalam diri individu.

b. Rangsangan dan tingkah laku balas diolah konsep-konsep dasar untuk menerangkan suatu gejala tingkah laku. Konsep-konsep ini hanya dapat diukur secara fisik dan nyata

c. Prinsip-prinsip hubungan rangsangan balas sebetulnya hanya sedikit. Ia kelihatan sangat bervariasinya lingkungan dimana hubungan rangsangan balas itu berlaku

d. Dalam analisa tingkah laku perlu dihindari diikutsertakannya keadaan-keadaan internal yang terjadi pada tingkah laku timbul, baik yang bersifat fisiologik, maupun konseptual.

Berdasarkan asumsi-asumsi dasar tersebut, Beum mengemukakan teori tentang hubungan fungsional (fungsional relationship) dalam interaksi sosial. Dalam teori tersebut Beum menyatakan bahwa interaksi sosial terjadi dua macam hubungan yaitu;

a. Hubungan fungsional dimana terdapat control penguat, yaitu apabila tingkah laku (respon) menimbulkan penguat (reward)


(33)

b. Hubungan fungsional kedua terjadi jika tingkah laku balas jasa hanya mendapat ganjaarn pada keadaan-keadaan tertentu. Hubungan fungsional seperti ini disebut hubungan fungsional dimana terdapat kontrol diskriminatif (discriminative control) dan tingkah laku balas yang terjadi hanya jika ada rangsangan diskriminatif disebut tack. Tack lama-lama akan menjadi kepercayaan.Selanjutnya kumpulan kepercayaan terhadap suatu hal akan menyebabkan timbul sikap (attitude) tertentu terhadap hal tersebut.

Sikap pada hakekatnya adalah tingkah laku balas yang tersembunyi (implicate

response) yang terjadi langsung setelah terjadi rangsangan baik secara disadari atau

tidak (Doob: 1947). Faktor-faktor yang tersembunyi ini ditambah dengan faktor-faktor lain dari dalam diri individu (internal factors) seperti dorongan, kehendak, kebiasaan dan lain-lain akan menimbulkan tingkah laku nyata (over behavior). Dengan demikian maka, sikap selalu mendahului suatu tingkah lakunya tertentu dan selalu merujuk ketingkah laku nyata tersebut (Wirawan, 1998:17-20)

2.3.3 Partisipasi

Didalam kamus Bahasa Indonesia Kontemporer partisipasi adalah ikut serta dalam suatu kegiatan. Partisipasi ini sangat dipengaruhi oleh persepsi, sikap. Bila ditinjau dari segi motivasi, partisipasi masyarakat timbul karena: takut/terpaksa, ikut-ikutan, kesadaran. Partisipasi yang timbul karena takut biasanya akibat perintah atasan, partisipasi yang timbul karena ikut-ikutan disebabkan karena rasa solidaritas yang tinggi, dan persepsi yang timbul karena kesadaran diakibatkan oleh karena


(34)

kehendak pribadi hal ini dilandasi oleh dorongan yang timbul dari hati nurani (Hasanuddin, 1998:28)

Faktor-faktor yang dipengaruhi respon, yaitu:

1. Diri orang yang bersangkutan apabila seseorang itu berusaha untuk memberikan interpretasi tentang apa yang dilihat itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut terpengaruhi seperti sikap, motif, kepentingan, melihat, pengakuan dan harapan.

2. Sasaran respon tersebut berupa orang, benda,atau respon peristiwa. Sifat-sifat sasaran ini biasanya berpengaruh terhadap respon seseorang yang melihatnya. Dengan kata lain gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan cirri-ciri llain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.

3. Faktor situasi. Respon dapat dilihat secara karaktektual yang berarti dalam situasi manapun respon itu timbul perlu mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang (Hasanuddin,1998:14-15)

Respon positif masyarakat berarti masyarakat setuju dengan program jamkesmas, yaitu mengetahui dan memahami mengenai program jamkesmas, manfaat dari program jamkesmas, mematuhi peraturan program yakni berupa membawa kartu jamkesmas sewaktu mempergunakan program, sehingga mengharapkan hasil yang memuaskan dari program Jamkesmas.


(35)

Respon negatif masyarakat berarti masyarakat yang menjadi peserta jamkesmas tidak setuju dengan program jamkesmas; yaitu tidak mengetahui dan memahami mengenai jamkesmas, manfaat dari program Jamkesmas, bersifat apatis terhadap program jamkesmas, sehingga tidak mengharapkan hasil apa-apa dari program jamkesmas.

2.4 Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki identitas sendiri dan mendiami wilayah atau daerah tertentu, serta mengembangkan norma-norma yang harus dipatuhi oleh para anggotanya. Masyarakat dibedakan dalam kata society dan

community. Kata “society” itu menunjuk kepada pengertian masyarakatluas, yang

merupakan kumpulan-kumpulan dari individu yang saling berinteraksi, yang mempunyai tujuan bersama, dan yang cenderung mempunyai kepercayaan, sikap dan persepsi yang sama. Selanjutnya society ini dibagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil yang dinamakan community atau komunitas (Solita Sarwono, 1997:2)

Mac iver dan Charles H. Page menyatakan bahwa masyarakat adalah suatu system dari kebiasaan dan tata cara wewenang dari kerja sama antara berbagai kelompok dan golongan dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial.


(36)

2.5 Peranan jamkesmas terhadap masyarakat

Perspektif dasar peranan adalah bahwa tingkah laku dibentuk oleh peranan-peranan yang diberikan oleh masyarakat bagi individu-individu untuk melaksanakannya. Dengan kata lain, teori ini mengakui pengaruh faktor-faktor sosial pada tingkah laku individu dalam situasi yang berbeda. Peranan pada umumnya didefenisikan sebagai sekumpulan tingkah laku yang dihubungkan dengan suatu posisi tertentu.

Peranan yang berbeda membuat jenis tingkah laku yang berbeda pula. Tetapi yang membuat tingkah laku itu sesuai dalam situasi dan tidak sesuai dengan situasi dalam situasi lain relatif bebas pada seseorang yang menjalankan peranannya tersebut. Oleh karena itu masing-m,asing peranan diasosiasikan dengan sejumlah harapan mengenai tingkah laku apa yang sesuai dan dapat diterima dalam peranan tersebut. Peranan itu tidak hanya selalu dikaitkan dengan individu. Suatu institusi atau organisasi atau program sekalipun juga mempunyai peran pada masing-masing dalam perkembangannya. Jadi tidak hanya individu yang mempunyai peran pada masing-masing situasi tetapi juga berlaku institusi atau organisasi dalam bidangnya masing-masing.


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penelitian dalam melakukan penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan, memahami, dan menafsirkan makna suatu peristiwa tingkah laku manusia dalam situasi tertentu serta menginterprestasikan objek sesuai dengan apa adanya.

Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan tingkah laku yang didapat dari apa yang diamati. Mengungkapkan dan memahami sesuatu dibalik fenomena, mendapatkan wawasan dari penelitian. Alasan penggunaan pendekatan kualitatif yakni agar didalam pencarian makna dibalik fenomena dapat dilakukan pengkajian secara komprehensif, mendalam, alamiah tanpa banyak campur tangan dari peneliti. Dimana dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk mendeskripsikan respon masyarakat terhadap jamkesmas sebagai upaya pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa guna meningkatkan kebutuhan kesehatan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Limbong, kecamatan sianjur mulamula, kabupaten Samosir. Adapun alasan pemilihan lokasi di desa tersebut karena di desa Limbong terdapat Puskesmas untuk satu kecamatan.


(38)

3.3 Unit Analisis dan Informan

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 1999:22). Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menjadi peserta program Jamkesmas di puskesmas di desa Limbong.

3.4 Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan penelitian. Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui pengumpulan data primer dan data sekunder.

3.4.1 Data primer

a. Wawancara mendalam

Yang merupakan proses tanya jawab secara langsung ditujukan terhadap informan dilokasi penelitian dengan menggunakan panduan atau pedoman (guide) wawancara. Hal ini dilakukan untuk mengetahui respon masyarakat terhadap jaminan kesehatan masyarakat sebagai upaya pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa di Limbong.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian. Data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti. Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada penelitian. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan data yang mendukung


(39)

hasil wawancara. Hal ini dilakukan oleh sipeneliti untuk mengamati dan melihat bagaimana kinerja dari Jamkesmas bagi masyarakat miskin dan tidak mampu berobat dan pelayanannya.

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder ini diperoleh dari studi kepustakaan dengan menghimpun berbagai informasi dari buku-buku referensi, jurnal, dokumen artikel maupun dari penelusuran data online (internet) dan lain-lainnya yang dianggap sangat relevan berkaitan dengan topik permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data adalah sebuah tahap dalam upaya menyederhanakan dari data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dilapangan maupun kembali ditelaah, dikelompokkan sesuai dengan permasalahan dari penelitian yang dilakukan. Observasi akan diuraikan untuk memperkaya hasil wawancara sekaligus melengkapi data. Berdasarkan data yang diperoleh akan diinterpretasikan untuk menghasilkan data secara terperinci dan sistematis yang disajikan secara deskriptif dari hasil studi kepustakaan. Data-data yang diperoleh akan dipelajari.


(40)

3.6 Jadwal Kegiatan

Tabel 1

Kegiatan

Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pra survey √

ACC Judul √

Penyusunan Proposal Penelitian √ √

Seminar Proposal √

Revisi Proposal √

Penyerahan hasil seminar √

Operasional penelitian √

Bimbingan Skripsi √ √ √

Penulisan Laporan √ √

Sidang Meja Hijau √

3.7 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian terkait dengan terbatasnya kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis untuk melakukan penelitian ilmiah, terutama dalam wawancara. Kendala yang lain adalah informan kurang terbuka untuk


(41)

Keterbatasan penelitian ini termasuk pembuatan surat izin penelitian; terbatasnya data sekunder atau tambahan melalui buku, dokumen, dan jurnal yang mendukung penelitian yang telah dilaksanakan, serta adanya keterbatasan waktu yang dimiliki oleh informan. Keterbatasan data sekunder atau tambahan berupa buku, dokumen, jurnal maupun dari yang lainnya yang berkaitan dengan penelitian menyebabkan peneliti mengalami kesulitan didalam penganalisaan data lapangan dan memerlukan waktu yang cukup lama.

Keterbatasan didalam melaksanakan penelitian antara lain disebabkan karena kesibukan para informan dengan berbagai aktivitas dan kegiatannya yang banyak dari pagi sampai malam, ketika dimintai kesediaan waktu untuk wawancara sehingga mengakibatkan sedikitnya waktu yang dimiliki oleh peneliti ketika melakukan proses wawancara. Namun penelitian ini berjalan dengan lancar karena adanya kerjasama yang baik dan saling perhatian dari pihak informan dan juga dari pihak petugas kesehatan.


(42)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi

Kecamatan Sianjur mula-mula terletak di kabupaten Samosir. Kecamatan Sianjur mula-mula secara umum dikenal oleh masyarakat terbagi atas dua bagian, yaitu: Limbong dan Sagala,. Bagian Sagala terdiri dari tujuh desa dan bagian Limbong terdiri dari empat desa. Bagian Limbong yang menjadi salah satu desanya adalah desa Aek sipitudai.

Puskesmas yang menjadi tempat pelaksanaan program Jamkesmas terletak di desa Aek sipitudai akan tetapi sering disebut masyarakat setempat ataupun masyarakat luar sebagai puskesmas Limbong. Puskemas Limbong berdiri pada tahun 1975 dan sudah mengalami beberapa kali reparasi bangunan hingga pada saat ini Puskesmas dibangun lebih besar untuk memenuhi fasilitas kesehatan kebutuhan masyarakat. Puskesmas Limbong menjadi satu-satunya puskesmas untuk kecamatan Sianjur mula-mula.

Puskesmas Limbong dibangun di desa Aek sipitudai karena pada tahun 1970-an desa Aek sipitudai merupak1970-an pusat pemerintah1970-an daerah Limbong maupun daerah Sagala sehingga puskesmas dibangun di desa Aek sipitudai bukan ditengah kecamatan Sianjur mula-mula. Hingga pada saat ini puskesmasnya tetap berada di Limbong desa Aek sipitudai.


(43)

Dengan kondisi tempat puskesmas yang jauh dari setiap desa pemerintah daerah akhirnya membuka puskesmas pembantu di daerah Sagala dengan pesebaran polindes di setiap desa dan ditangani oleh bidan desa guna melayani kebutuhan kesehatan masyarakat.

4.2 Keadaan wilayah

Ditinjau dari segi letak geografisnya, Limbong memiliki luas wilayah kurang lebih 50 Ha. Dengan kondisi geografis yang baik untuk dijadikan lahan pertanian menjadi mata pencaharian bagi masyarakat Limbong. Penduduk Limbong mayoritas bertani.

Wilayah Limbong berbatasan dengan :

Sebelah Timur berbatas dengan Desa Boho/danau toba

Sebelah Barat berbatas dengan Daerah Sagala

Sebelah Utara berbatas dengan Gunung Pusuk buhit

Sebelah Selatan berbatas dengan Menara pandang Tele

Limbong dikelilingi bukit-bukit, disetiap lereng bukit dijadikan masyarakat setempat menjadi ladang dan sawah. Penduduk Limbong mayoritas Kristen

4.3 Komposisi Penduduk

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh oleh peneliti dari kantor kecamatan Sianjur mula-mula jumlah penduduk yang terdapat di desa Limbong yang


(44)

terdiri dari empat desa berjumlah 4.523 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 894. untuk lebih jelasnya mengenai masalah penyebaran penduduk dalam tiap desa dapat dilihat pada tabel dibawah ini;

Tabel 2

Penyebaran jumlah penduduk berdasarkan desa dibagian Limbong

No Desa Jumlah penduduk Jumlah rumah tangga

1 Singkam 665 145

2 Sarimarrihit 1235 235

3 Aek sipitudai 1531 307

4 Boho 1092 207

Sumber; Kantor camat kecamatan Sianjur mula-mula, 2008

Berdasarkan tabel diatas kita dapat melihat dengan jelas bahwa desa bagian Limbong dibagi atas 4 desa, dimana setiap desa dikepalai oleh kepala desa. Mayoritas penduduk Limbong adalah suku Batak Toba. Hal ini dikarenakan yang pertama-tama hingga saat ini yang menempati daerah ini adalah suku batak Toba (penduduk asli). Akan tetapi ada juga penduduk pendatang yang datang merantau ke Limbong ataupun karena adanya perkawinan dengan daerah lain akan tetapi suku batak toba juga.


(45)

4.3.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Masyarakat Limbong adalah masyarakat yang sebenarnya sangat peduli terhadap pendidikan. Akan tetapi banyak sekali anak-anak sekolah yang putus sekolah hanya sampai pada jenjang pendidikan SMA sederajat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: keadaan ekonomi dan kurangnya minat pelajar pemuda-pemudi setempat untuk melanjutkannya keperguruan tinggi.

Tabel 3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat pendidikan Jumlah

1 Tidak/belum sekolah 137

2 Tidak tamat SD 953

3 SD 762

4 SLTP 392

5 SLTA 1783

6 Perguruan Tinggi 217

7 Lain lain 2789

Jumlah 4523


(46)

Dilihat dari tabel diatas, komposisi penduduk berdasarkan pendidikan di Limbong sudah tergolong penduduk yang berpendidikan atau pendidikan pada masyarakat sudah mulai berkembang. Berkembangnya pendidikan di daerah ini dikarenakan sudah tersedianya unit sarana pendidikan hingga pada batas pendidikan sekolah lanjutan hingga tingkat atas.

Berikut ini adalah sarana pendidikan yang terdapat di Limbong, sarana pendidikan sudah cukup lengkap mulai dari tingkat paling dasar hingga sekolah tingkat atas.

Tabel 4

Sarana pendidikan di Limbong

No Jenis pendidikan Jumlah/unit

1 SD/sederajat 8

2 SLTP 1

3 SLTA 1

sumber : Kantor Camat Kecamatan Sianjur Mula Mula

Dilihat dari tabel diatas sarana pendidikan untuk sekolah dasar ada 8 unit, yaitu sekolah dasar inpres sebanyak 1 unit, sekolah dasar swasta (Advent) 1 unit, sekolah dasar negeri terdiri dari 6 unit. Sarana pendidikan sekolah lanjutan tingkat


(47)

pertama (SLTP) sebanyak 1 unit. Sarana pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) terdiri dari 1 unit.

Sarana pendidikan di Limbong dapat dikatakan sudah sangat baik, dengan sarana yang baik, dan berbanding dengan jumlah penduduk yang bermukim diwilayah tersebut, memungkinkan masyarakat telah mengenyam pendidikan pula dalam ukuran pendidikan yang dicanangkan pemerintah wajib belajar 9 tahun. Tinggi rendahnya pendidikan seseorang dimungkinkan sangat mempengaruhi keadaan perekonomian, dikarenakan dengan pendidikan yang dimiliki seseorang akan dapat memperbaiki keadaan perekonomiannya karena sudah memiliki pengetahuan untuk bagaimana mensejahterakan kehidupan berupa perekonomian yang cukup baik.

4.3.2 Mata Pencaharian

Penduduk Limbong menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Selain sebagai petani, masyarakatnya juga hidup dari sektor jasa, guru, pegawai, dan pedagang. walaupun banyak mata pencaharian lain akan tetapi penghasilan utama itu adalah dari hasil pertanian. Ini terbukti bahwa rata-rata penduduk yang menjadi pegawai swasta maupun negeri termasuk pedagang tetap memiliki lahan pertanian untuk digarap. Sebagai suatu daerah yang strategis yakni berada sekitar 1000 meter diatas permukaan air laut dan iklim yang tetap yaitu musim kemarau dan musim hujan. Lahan pertanian sangat subur untuk tanaman holtikultura dan tanaman lainnya. Tanaman yang ada di daerah ini beragam jenis diantaranya tanaman muda dan tanaman tua. Juga adanya tanaman sawah seperti padi.


(48)

Tanaman muda terdiri dari bawang, cabe, kacang merah/hitam, serta tanaman sawah seperti padi merupakan sebagai tanaman utama. Alasan tanaman mudah adalah utama adalah pengurusannya lebih muda dan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil lebih cepat dan yang paling mendukung itu adalah tanahnya yang cocok dan subur untuk tanaman padi. Sedangkan tanaman tua adalah seperti kopi dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil tanaman-tanaman inilah penduduk Limbong dapat memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan sehari-hari seperti kebutuhan untuk makan, kebutuhan pendidikan anak, juga pemenuhan kebutuhan hidup seperti kebutuhan barang-batang mewah dan sebagainya.

4.4 Profil Kesehatan Puskesmas Limbong 4.4.1 Puskesmas Limbong

Puskesmas Limbong dibangun pada tahun 1975. Lokasi puskesmas berada di Limbong desa Aek sipitudai. Puskesmas Limbong menjadi satu-satunya pusat pelayanan kesehatan masyarakat untuk wilayah satu kecamatan yaitu; kecamatan sianjur mula-mula.

Puskesmas Limbong mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.


(49)

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Puskesmas Limbong melaksanakan fungsi:

1. Menyelenggarakan pelayanan medis

2. Menyelenggarakan penunjang medis dan non medis

3. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

4. Menyelenggarakan pelayanan rujukan

5. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan

Puskesmas Limbong ikut serta dalam pelaksanaan program Jamkesmas untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat miskin dan tidak mampu atau disebut dengan peserta Jamkesmas. Yang menjadi tujuan dan sasaran program Jamkesmas tersebut adalah;

Jamkesmas atau yang disebut dengan Jaminan Kesehatan Masyarakat merupakan program pemerintah berupa bantuan kesehatan kepada masyarakat miskin dan kurang mampu. Adapun yang menjadi tujuan dan sasaran dari Jamkesmas adalah sebagai berikut :

a. Tujuan umum

Tujuan umum dari program Jamkesmas untuk meningkatkan akses dan mutu kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efisien dan efektif.


(50)

Adapun tujuan khusus dari program Jamkesmas, yaitu :

1. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan Rumah sakit

2. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin

3. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel sasaran

c. Sasaran

Sasaran program Jamkesmas adalah masyarakat miskin dan tidak mampu diseluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya. (Departemen kesehatan RI, dalam pedoman Pelaksanaan Jamkesmas, 2008 )

4.4.2 Fasilitas Kesehatan

Untuk membantu pelayanan kesehatan yang ditinjau dari letak Puskesmas Limbong yang jauh dari pemukiman penduduk dari desa lainnya yang merupakan wilayah pelayanan kesehatan puskesmas Limbong, misalnya yang berada dari daerah sagala dan berikut pelosok desa yang berada di wilayah kecamatan Sianjur mula-mula sehingga pemerintah daerah kecamatan Sianjur mula-mula menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan.


(51)

sewaktu membutuhkannya. Pelayanan kesehatan yang disediakan dalam seluruh fasilitas –fasilitas kesehatan dapat dipergunakan.

Tabel 5

Fasilitas Kesehatan Puskesmas Limbong

Fasilitas kesehatan Jumlah

Puskesmas 1

Puskesmas pembantu 2

Puskesmas keliling 1

Pondok bersalin desa 5

Pos kesehatan desa 8

Posyandu 15

Apotek 0

Toko obat 0

Industri obat 0

Kendaraan dinas roda dua 9


(52)

4.4.3 Program Puskesmas Limbong 4.4.3.1Upaya pelayanan kesehatan

Berikut adalah program Puskesmas Limbong sebagai wujud dari pelaksana program Jamkesmas:

Tabel 6

Profil Kesehatan tahun 2008 diwilayah Puskesmas Limbong Kecamatan sianjur mula-mula

No Indikator Nilai(%)

1 Kunjungan ibu Hamil (K1) 60

2 Kunjungan ibu Hamil (K1) 40

3 Persalinan ditolong tenaga kesehatan

100

4 Deteksi dini timbang anak balita

73

5 Peserta KB baru 13

6 Peserta KB aktif 28

7 Peserta KB aktif (MKJP, Non MKJP)

100

8 Peserta KB baru (MKJP, Non MKJP)

100

9 Dusun UCI 26

10 Cakupan imunisasi campak bayi

78

11 Drop out imunisasi DPT1-campak

78


(53)

13 Anak balita mendapat Vit.A 2X

84

14 Balita gizi buruk mendapat perawatan

100

15 Ibu hamil mendapat tablet Fe1

62

16 Ibu hamil mendapat tablet Fe3

46

17 Bumil risti/komplikasi ditangani

100

18 Bayi yang diberi Asi eksklusif

6

19 Murid SD diperiksa (UKGS) 36

20 Murid SD mendapat perawatan (UKGS)

52

21 Peserta jaminan kesehatan pra bayar

65

22 Penduduk miskin dicakup JPKM

93

23 Penduduk miskin mendapat Yankes

58

24 Pelayanan kesehatan pra Usila dan usila

50

Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Limbong, 2008

Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwasana seluruh pelayanan kesehatan yang ada didalam program kerja Puskesmas Limbong berlaku bagi setiap peserta Jamkesmas juga.


(54)

4.4.3.2Sumber Daya Kesehatan

Pelayanan kesehatan tidak akan lengkap tanpa adanya sumber daya kesehatan atau yang disebut dengan tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan sangat besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan upaya pelayanan kesehatan. Tanpa adanya tenaga kesehatan maka pelayanan kesehatan tidak akan dapat dilakukan. Demikian pula di puskesmas Limbong, peranan tenaga kesehatan sangat dibutuhkan guna perpanjangan tangan pemerintah dalam menjalankan program Jamkesmas bagi masyarakat yang membutuhkan khususnya masyarakat Limbong.

Berikut adalah daftar jumlah sumber daya kesehatan atau tenaga kesehatan yang berperan dalam upaya pelayanan kesehatan puskesmas Limbong dimana yang terdapat pada wilayah kerja puskesmas limbong.

1. Jumlah tenaga medis : 10 orang 2. Jumlah tenaga perawat dan bidan : 83 orang 3. Jumlah tenaga Farmasi : 3 orang 4. Jumlah tenaga gizi : 3 orang 5. Jumlah tenaga kesehatan : 100 orang 6. Jumlah dokter umum : 2 orang 7. Jumlah tenaga dokter gigi : 1 orang

Berdasarkan uraian tenaga kesehatan diatas, sudah cukup memadai. Tiap-tiap jumlah tenaga kesehatan ditempatkan pada daerah masing-masing sesuai dengan skill


(55)

yang dimiliki oleh tiap tenaga kesehatan dan juga atas penempatan kerja yang diberikan pemerintah.

4.5 Struktur Organisasi Puskesmas Limbong

Untuk melaksanakan kegiatan dari aktivitas puskesmas maka perlu disusun suatu tugas struktur organisasi yang memberi batasan tugas dan tanggung jawab pada setiap tenaga kesehatan guna melakukan tugas masing-masing. Didalam struktur organisasi tersebut dapat diketahui garis komando dan pemberian perintah serta tanggung jawab yang telah dilakukan.

Mengingat pentingnya struktur organisasi itu mengharuskan setiap tenaga kesehatan untuk membentuk dan menyusun struktur sendiri disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat, agar prinsip pelayanan kesehatan terhadap masyarakat berjalan lancar.

Berdasarkan struktur organisasi ini menjelaskan bahwa puskesmas LImbong dikepalai oleh seorang dokter serta dibantu oleh dokter lain dan dibantu oleh petugas kesehatan lainnya seperti perawat dan bidan. Untuk beberapa bagian tenaga kesehatan seperti bidan desa dan perawat ditempatkan di Pustu (puskesmas pembantu) maupun di klinik pada daerah masing-masing wilayah kerja.Untuk lebih jelasnya berikut skema struktur organisasi puskesmas Limbong dapat dilihat pada halaman berikut :


(56)

Struktur Organisasi Puskesmas limbong

Ka. Puskesmas dr melanny

Seksi P2P-PL dr. SRI AGUSTINA

SEKSI YANKES dr. MELANNY

Ka. TATA USAHA JERMAN SINAGA

SEKSI KESGA DAN PROMKES YANTI SINAMBELA SEKSI FARMASI ROSDIANA SITUMORANG PROGRAM • SURVELANS dr.SRI AGUSTINA

• IMUNISASI/TB PARU JUNER SINAGA

• P2B2

SARMAN SIAGIAN

• PTM drg. RAWATY S

PROGRAM • ASKES PNS

drg. RAWATY S

• SP2TP

THERESIA SIREGAR

PROGRAM

• PELAPORAN

JERMAN SINAGA

• INVENTARIS BARANG DORIS.D. SITUMORANG

• UMUM

JADIRI SITANGGANG ERLI S, NADEAK

• BENDAHARA JAMKESMAS JERMAN SINAGA PROGRAM • KIA MELDY E. SIHOMBING • GIZI DORIS .D.SITUMORANG • PROMKES ROSDIANA SITUMORANG • KESLING MERRY S PROGRAM • LABORATORIUM MERRY SITANGGANG PUSTU SAGALA • ROSLI SIMANIHURUK

• SARMA MANURUNG

• GUREN SAGALA

PUSTU HASINGGAAN • MASLAN SIHOLE

• JUNIAR F SIREGAR

BOHO • ENDANG SIALLAGAN

• VERAWATI S

AEK SIPITUDAI

• DORKAS

• ENY SINAGA

SARIMARRIHIT

• SARIATI SITINJAK SINGKAM

MELIANI SIRAIT SIBORO DAME NAIBAHO P.SANTRI SAGALA HUTAGINJANG BASANTI AMBARITA BONANDOLOK • ELPRIDA

• FLORIDA MALEM

HUTA GUIRGUR • ELVINA

• LINDA SIMBOLON

SIANJUR

E. FRISKA NAIBAHO

HASINGAAN


(57)

4.6 Profil Informan

Profil informan peserta Jamkesmas

4.6.1 M. Saragi

M. Saragi (istri)/K. Limbong (suami) merupakan pasangan suami istri yang masing-masing berusia 57 tahun (istri) dan 63 tahun (suami). Pasangan suami istri ini berpendidikan akhir Sekolah Dasar dengan pekerjaan sehari-hari pasangan suami istri ini yakni sebagai petani yang memiliki penghasilan per bulan kurang lebih Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00.

Karena kondisi fisik yang lemah dan usia yang sudah lanjut, sekarang keadaan kesehatan K. sudah rentan terhadap penyakit. Bagi keluarga M. Saragi/K. Limbong kehadiran Jamkesmas sangat membantu karena selain pelayanannya yang bagus juga karena pengobatan yang diberikan tidak membutuhkan biaya. Meski mengaku tidak mengerti apa sebenarnya tujuan dan arti program Jamkesmas tetapi keluarga ini sangat menyambut baik kehadiran Jamkesmas yang diselenggarakan pemerintah tersebut.

Saat mengetahui keluarganya terdaftar menjadi anggota Jamkesmas perasaan keluarga ini sangat senang dengan alasan pengobatan gratis yang ditawarkan. Meski respon keluarga ini terhadap hadirnya Jamkesmas baik mereka sering memanfaatkan kartu jamkesmasnya untuk melakukan pengobatan. Hal itu dipicu dengan kondisi kesehatan yang kurang baik yang dialami oleh suami M. Limbong.


(58)

“………….ya, kami senang dengan adanya program Jamkesmas ini dan kami sering menggunakannya karena berhubung juga dengan sering sakit”

Keluarga ini menerima pelayanan kesehatan sudah sejak lima tahun yang lalu dan sekarang mengikuti program Jamkesmas yang merupakan perpanjangan dari Askes.

4.6.2 M. Simbolon

M .Simbolon yang berusia 51 tahun ini adalah seorang janda yang ditinggal suaminya karena sakit. M. Simbolon mempunyai 3 orang anak diantaranya 1 orang laki-laki dan 2 orang perempuan.

M. Simbolon sudah setengah tahun yang lalu ditinggal suaminya. Suaminya meninggal karena penyakit yang sudah diderita menahun, yang puncaknya selama setahun belakang ini. Akan tetapi karena keterbatasan keuangan penyakit yang diderita suaminya tersebut tidak bisa langsung ditangani.

Pekerjaan sehari-hari M. Simbolon beserta suaminya (almarhum) adalah bertani yang berpenghasilan Rp 400.000,00 per bulannya. Dengan penghasilan ini M.Simbolon harus memenuhi kebutuhan ketiga anaknya sehingga menyebabkan ketidak adanya biaya untuk pengobatan suaminya.

Setelah adanya Jamkesmas yang sudah berjalan setahun ini memang dirasakan M. Simbolon manfaatnya sebelum akhirnya suami (almarhum) M.Simbolon tutup usia, keluarga ini memanfaatkan kartu Jamkesmas untuk pengobatan. M. simbolon


(59)

tidak ada mengeluhkan pelayanan yang diberikan dari petugas kesehatan. Hanya saja karena fisilitas yang tersedia di puskesmas terbatas sehingga almarhum tutup usia.

“……..program Jamkesmas sangat membantu buat saya dan keluarga. Apalagi saat-saat terakhir puncak kesehatan suami parah sangat membantu sekali. Hanya saja karena penyakit suami saya sudah menahun dan akhirnya komplikasi mennyebakan suami saya tidak tertolong karena keterbatasan fasilitas kesehatan puskesmas tidak seperti di rumah sakit. Akan tetapi pihak petugas kesehatan dari puskesmas memberikan rujukan kerumah sakit, hanya saja sebelum dibawa kerumah sakit suami saya sudah tutup usia”

4.6.3 S. Situmorang

Kehadiran Jamkesmas juga dirasakan oleh S. Situmorang yang sekarang berusia 52 tahun yang memiliki pekerjaan sehari-hari sebagai petani dengan penghasilan per bulan sebanyak Rp 700.000,00. Pendidikan akhir S. Situmorang adalah Sekolah Dasar.

Sebagai peserta Jamkesmas S. Situmorang juga sering memanfaatkan pelayanan kesehatan gratis ini. Sebagai contoh ketika S. Situmorang hanya merasakan kurang nyenyak saat tidur S. Situmorang langsung menuju puskesmas dan menyampaikan keluhannya kepada petugas kesehatan yang sedang melayaninya.

Menurut S. Situmorang kehadiran Jamkesmas sangat membantu karena S. Situmorang bisa menerima pelayanan pengobatan yang memuaskan baik dari petugas kesehatan maupun dari biaya pengobatan yang gratis yang diselenggarakan pemerintah melalui Jamkesmas.


(60)

“………semalam saya tidak dapat tidur nyenyak dan saya merasa leher saya cukup tegang, karena itu saya berobat saja kepuskesmas. Kita berobat tanpa biaya, pelayanan dari petugas kesehatan ramah, obat yang diberikan juga sangat saya rasakan menfaatnya karena membuat nafsu makan saya bertambah. Saya sangat terbantu dengan adanya program Jamkesmas ini, semoga saja program ini tetap berlanjut”

4.6.4 J. Limbong

J. Limbong (40) bersama istri S. Sitanggang (40) merupakan suami istri yang dikaruniai lima orang anak. Pendidikan terakhir SMP. Pekerjaan sehari-harinya adalah bertani. Dengan pekerjaan sebagai petani pasangan suani istri ini berpenghasilan satu juta rupiah tiap bulannya dan ini dirata-ratakan dari jumlah penghasilan dari hasil panen pertaniannya.

Meski keluarga ini tergolong mampu akan tetapi keluarga ini mendapat bantuan kesehatan yaitu program Jamkesmas. Akan tetapi walaupun demikian keluarga J. Limbong menyambut program Jamkesmas ini dengan senang hati.

“………..kami terdaftar sebagai peserta Jamkesmas biar juga kami tidak pernah mempergunakannya. Karena memang syukur bagi Tuhan kami tidak mengalami gangguan kesehatan yang harus berobat ke puskesmas”

Keluarga J. Limbong mengatakan program Jamkesmas itu dipakai untuk jaga-jaga saja karena biaya berobat mahal jadi mereka memerlukan program Jamkesmas.

“…………ya untuk berjaga-jaga saja siapa tahu nanti-nanti diperluka n”


(61)

4.6.5 R. Pandiangan

R. Pandiangan (50) adalah seorang janda dengan pendidikan terakhir sekolah dasar. Dengan pekerjaan bertani menghidupi lima orang anak. R. pandiangan berpenghasilan tiap bulannya Rp 400.000,00.

Ketika diwawancarai R. Pandiangan mengatakan menyambut dengan bahagia dengan adanya program Jamkesmas ini. Apalagi saat-saat sekarang ini semua serba mahal apalagi tentang kesehatan. R. Pandiangan bercerita sedikit bagaimana dahulu susahnya berobat ketika suami (almarhum) dalam proses pengobatan. Karena biaya mahal untuk berobat ke rumah sakit maka suami R. Pandiangan tidak diobati, hanya berobat kampung saja (dukun).

Dengan hidup sendiri dan menghidupi anak yang masih membutuhkan biaya untuk sekolah maka R. Pandiangan tidak usah lagi memikirkan biaya kesehatan karena ikut sebagai peserta program Jamkesmas.

“……..beban pikiran saya sudah berkurang satu yaitu masalah kesehatan. Saya sering menggunakan Jamkesmas ini karena saya sering sakit dan butuh kesembuhan untuk bekerja jadi saya selalu berobat ke puskesmas. Kita hanya cukup membawa kartu saja, atau bahkan kadang saya tidak membawa kartu tapi saya tetap juga dilayani”

4.6.6 R. Limbong

R. Limbong (54) seorang warga desa Aeksiptudai yang hidup bersama suami dengan lima orang anak. Semua anak masih dalam tanggungan kecuali anak pertama yang sudah merantau. R. Limbong (istri) bersama suami U. Lumban gaol (68) bekerja


(62)

sehari-harinya adalah sebagai seorang petani. R. Limbong bersama suami hanya lulusan sekolah dasar. Penghasilan tiap bulannya setelah dirata-ratakan Rp 250.000,00.

“…….sebenarnya bagaimanalah dikatakan ya, kami yang sebagai petani kadang tidak tahu berapa penghasilan kami tiap bulannya karena terkadang tidak ada hasil yang di dapat setiap bulannya.”

R. Limbong tidak mengetahui kalau akan menerima program Jamkesmas, jadi R.Limbong tidak mengetahui pula apa itu Jamkesmas. Akan tetapi setelah diberitahu petugas kesehatan Jamkesmas dapat digunakan untuk berobat tanpa biaya R. Limbong menyambutnya dengan bahagia karena memang R. Limbong sangat membutuhkan program ini karena kondisi fisik R.LImbong membutuhkan pelayanan kesehatan.s

Setiap R. Limbong ataupun keluarga sakit selalu menggunakan Jamkesmas dan itu sangat membantu kehidupan keluarga ini. Mengenai pelayanan petugas kesehatan ataupun pelayanan lainnya seperti obat ataupun pendiagnosaan R. Limbong tidak mengeluhkan apa-apa.

“………..program Jamkesmas ini sangat membantu keluarga kami. Apalagi seperti kami ini yang hidup pas-pasan. Kami tidak lagi perlu memikirkan biaya kesehatan karena sudah tersedia program Jamkesmas”

R.Limbong berharap program Jamkesmas ini berlangsung lama, bahkan kalau bisa berlanjut terus karena program ini sangat penting dan sangat membantu terlebih bagi masyarakat yang kurang mampu.


(63)

4.6.7 T. Simbolon

T. Simbolon (50) berpendidikan terakhir SMP dengan pekerjaan sehari-harinya sebagai petani. T. Simbolon memiliki sebelas orang anak dan yang menjadi tanggungan saat ini aqdalah enam orang anak.

Meskipun tempat tinggal T. Simbolon jauh dari lokasi puskesmas, tetapi tiap kali ada anggota keluarga yang sakit selalu dibawa kepuskesmas. Keluarga T. Simbolon berdomisili di Aek mual dengan jarak tempuh ke puskesmas kira-kira 15 menit jika berkendara sepeda motor, jadi cukup jauh juga. T. simbolon merasakan manfaat dari program Jamkesmas, pada awalnya T. simbolon tidak mengetahui keluarga mereka terdaftar sebagai peserta Jamkesmas. Keluarga T. Simbolon hanya mengetahuinya setelah diberikan oleh petugas kesehatan kartu Jamkesmas dan untuk apa fungsinya.

“……..saya tidak tahu apa-apa, hanya diberi kartu Jamkesmas lalu saya terima. Katanya kartu itu dapat saya gunakan untuk berobat ke puskesmas ataupun ke rumah sakit supaya terbebas dari biaya”

Setelah mengetahui hal tersebut T. Simbolon menyambutnya dengan senang dan setelah digunakan keluarga T. Simbolon mereka mengakuinya dan malah sudah sering mempergunakannya. Atau bahkan hanya sakit ringan seperti demam biasa keluarga T. simbolon langsung berobat dengan menggunakan Jamkesmas tersebut.


(64)

Profil informan petugas kesehatan 4.6.8 Dr. Melanny

Nama : Melanny

Usia : 29 tahun

Pendidikan : S-1 kedokteran

Jabatan : Kepala Puskesmas Limbong

Dokter Melanny yang merupakan kepala Puskesmas Limbong turut juga memberi tanggapan terhadap program Jamkesmas. Menurut beliau program Jamkesmas yang sudah berjalan mulai tahun 2008 ini, sangat membantu bagi masyarakat khususnya masyarakat Limbong yang memang betul membutuhkan program pelayanan kesehatan seperti ini. Program Jamkesmas di Limbong berjalan dengan baik dan sudah tepat sasaran, ini terbukti dari setiap harinya peserta Jamkesmas banyak yang berobat dan kebanyakan hanya sakit demam biasa padahal jarak tempat tinggal ke Puskesmas cukup jauh. Jadi dari sini tampaklah bahwa peserta Jamkesmas menikmati dan menyambut baik program Jamkesmas ini.

4.6.9 Bidan desa

Nama : D. Malau


(65)

Pekerjaan : Bidan desa

D. Malau seorang petugas kesehatan di Puskesmas Limbong turut memberi respon terhadap adanya program Jamkesmas di Limbong. Sebagai bidan desa yang sudah lama bertugas di Limbong D.Malau sudah mengetahui bagaimana keadaan masyarakat Limbong yang sangat membutuhkan bebas biaya untuk kesehatan. Jadi dengan adanya program Jamkesmas sangat membantu bagi masyarakat.

D. Malau juga menambahkan kalau program Jamkesmas di Limbong berjalan sesuai dengan pedoman pelaksanaan program Jamkesmas. Bahkan, untuk seluruh daerah yang menjadi jangkauan kerja Jamkesmas kabupaten Samosir berjalan optimal seperti yang diharapkan.

4.7 Interpretasi Data

4.7.1 Peranan Jamkesmas bagi masyarakat

Pengaruh faktor-faktor sosial pada tingkah laku individu dalam situasi yang berbeda, peranan pada umumnya didefenisikan sebagai sekumpulan tingkah laku yang dihubungkan dengan suatu posisi tertentu.

Menurut teori ini peranan yang berbeda membuat jenis tingkah laku yang berbeda pula. Tetapi yang membuat tingkah laku itu sesuai dalam situasi dan tidak sesuai dalam situasi lain relative bebas pada seseorang yang menjalankan peranannya tersebut. Oleh karena itu masing-masing peranan diasosiasikan dengan sejumlah


(66)

harapan mengenai tingkah laku apa yang sesuai dan dapat diterima dalam peranan tersebut.

Sebagai sebuah program pelayanan kesehatan publik yang mencover 76,4 juta masyarakat miskin dan tidak mampu, Jamkesmas termasuk “program raksasa”. Jaminan kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) merupakan kebijakan paling baru dari serangkaian program jaminan pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin yang telah dijalankan pemerintah. Selama ini telah banyak hasil yang dicapai, terbukti dari tahun ke tahun terjadi kenaikan luar biasa dari pemanfaatan program tersebut oleh masyarakat miskin. Pemerintah pun telah meningkatkan jumlah masyarakat yang dijamin maupun pendanaanya.

Peran strategis lainnya adalah dalam konteks safe guarding pelayanan, sehingga ketercapaian tujuan / target penyelenggaraan Jamkesmas nantinya diharapkan bisa makin realistis, terukur, tidak saling merugikan, serta sesuai dengan aspirasi / kebutuhan masyarakat dan ketersediaan sumber daya dari pemerintah baik selaku penyandang dana.

Sebagai peserta Jamkesmas maka, peserta harus mematuhi semua aturan yang telah ditetapkan dalam program jamkesmas. Setiap menggunakan program jamkesmas yang antara lain disebut peserta menggunakannya untuk berobat maka peserta diwajibkan untuk mengikuti prosedurnya yaitu membawa kartu Jamkesmas. Akan tetapi hal itu terkadang tidak diindahkan oleh peserta karena tidak jarang peserta Jamkesmas tidak membawa kartu.


(1)

LAMPIRAN

LANDASAN HUKUM JAMKESMAS

Pelaksanaan program Jamkesmas berdasarkan pada :

1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 mengamanatkan ayat (1) bahwa fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara, sedangkan ayat (3) bahwa negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas umum yang layak.

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495) 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286)

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355)

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400)

6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 116, Tambahan Lembaran Negara No. 4431)

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang


(2)

Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara No. 4548)

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637)

9. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4778

10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 No.49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637)

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737)

12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 No.89, Tambahan Lembaran Negara No. 4741)

13. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden No. 94 Tahun 2006

14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan(Departemen Kesehatan RI,


(3)

TATA LAKSANA KEPERSERTAAN JAMKESMAS

1. Peserta Program JAMKESMAS adalah setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya disebut peserta JAMKESMAS, yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.

2. Jumlah sasaran peserta Program JAMKESMAS tahun 2008 sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa bersumber dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara Nasional oleh Menteri Kesehatan RI (Menkes). Berdasarkan Jumlah Sasaran Nasional tersebut Menkes membagi alokasi sasaran kuota Kabupaten/Kota. Jumlah sasaran peserta (kuota) masing-masing Kabupaten/Kota sebagai mana terlampir.

3. Berdasarkan Kuota Kabupaten/kota sebagaimana butir 2 diatas, Bupati/Walikota menetapkan peserta JAMKESMAS Kabupaten/Kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk Keputusan Bupati/Walikota. Apabila jumlah peserta JAMKESMAS yang ditetapkan Bupati/Walikota melebihi dari jumlah kuota yang telah ditentukan, maka menjadi tanggung jawab Pemda setempat.

4. Bagi Kabupaten/kota yang telah menetapkan peserta JAMKESMAS lengkap dengan nama dan alamat peserta serta jumlah peserta JAMKESMAS yang sesuai dengan kuota, segera dikirim daftar tersebut dalam bentuk dokumen elektronik (soft copy) dan dokumen cetak (hard copy) kepada :

a. PT Askes (Persero) setempat untuk segera diterbitkan dan di distribusikan kartu ke peserta, sebagai bahan analisis dan pelaporan.


(4)

b. Rumah sakit setempat untuk digunakan sebagai data peserta JAMKESMAS yang dapat dilayani di Rumah Sakit, bahan pembinaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan dan sekaligus sebagai bahan analisis.

c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Tim Pengelola JAMKESMAS Kabupaten/Kota setempat sebagai bahan pembinaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan dan bahan analisis.

d. Dinas Kesehatan Propinsi atau Tim Pengelola JAMKESMAS Propinsi setempat sebagai bahan kompilasi kepesertaan, pembinaan, monitoring, evaluasi, analisis, pelaporan serta pengawasan.

e. Departemen Kesehatan RI, sebagai database kepesertaan nasional, bahan dasar verifikasi Tim Pengelola Pusat, pembayaran klaim Rumah Sakit, pembinaan, monitoring, evaluasi, analisis, pelaporan serta pengawasan.

5. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah menetapkan jumlah dan nama masyarakat miskin (no, nama dan alamat), selama proses penerbitan distribusi kartu belum selesai, kartu peserta lama atau Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) masih berlaku sepanjang yang bersangkutan ada dalam daftar masyarakat miskin yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota.

6. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang belum menetapkan jumlah, nama dan alamat masyarakat miskin secara lengkap diberikan waktu sampai dengan akhir Juni 2008. Sementara menunggu surat keputusan tersebut sampai dengan penerbitan dan pendistribusian kartu peserta, maka kartu peserta lama atau SKTM masih diberlakukan. Apabila sampai batas waktu tersebut pemerintah Kabupaten/Kota belum dapat menetapkan sasaran masyarakat miskinnya, maka terhitung 1 Juli 2008 pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat miskin di wilayah tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat.


(5)

7. Pada tahun 2008 dilakukan penerbitan kartu peserta JAMKESMAS baru yang pencetakan blanko, entry data, penerbitan dan distribusi kartu sampai ke peserta menjadi tanggungjawab PT Askes (Persero).

8. Setelah peserta menerima kartu baru maka kartu lama yang diterbitkan sebelum tahun 2008, dinyatakan tidak berlaku lagi meskipun tidak dilakukan penarikan kartu dari peserta.

9. Bagi masyarakat miskin yang tidak mempunyai kartu identitas seperti gelandangan, pengemis, anak terlantar, yang karena sesuatu hal tidak terdaftar dalam Surat Keputusan Bupati/walikota, akan dikoordinasikan oleh PT Askes (Persero) dengan Dinas Sosial setempat untuk diberikan kartunya.

10. Bagi bayi yang terlahir dari keluarga peserta JAMKESMAS langsung menjadi peserta baru sebaliknya bagi peserta yang meninggal dunia langsung hilang hak kepesertaannya (Departemen Kesehatan RI, dalam Pedoman Pelaksanan Jamkesmas, 2008)


(6)

STRUKTUR ORGANISASI JAMKESMAS

PT.ASKESPUSAT REGIONAL

CABANG AAM

DEPKES TIM PENGELOLA PENGARAH KETUA SEKRETARIS PELAKSANA

DIKNKES PROP TIM PENGELOLA

DINKES KAB/KOTA TIM PENGELOLA

PUSKESMAS

RUMAH SAKIT PPATRS

VERIFIKATOR INDEPENDENT TIM KOORD PUSAT

TIM KOORD PROP

TIM KOORD KAB/KOTA