3. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau
searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Hal ini di motivasi karena keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan
orang tersebut. 4. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lainnya, mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang. 5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem juga mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. 6. Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau peralihan dalam bentuk mekanisme pertahanan ego.
2.3 Pasangan Usia Subur
Menurut BKKBN 2011, pasangan usia subur adalah pasangan yang wanitanya berumur 15-49 tahun.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Pap smear
2.4.1 Pengertian Tes Papanicolou atau Pap smear adalah metode pemeriksaan sitologi yang
aman dan murah untuk mendeteksi kelainan atau lesi prakanker pada epitel serviks. Sel-sel yang diambil dari serviks diperiksa di bawah mikroskop untuk
melihat perubahan-perubahan yang terjadi. Tes ini pertama kali ditemukan oleh Dr.Goerge N.Papanicolou pada tahun 1928, sehingga nama tes ini sesuai dengan
nama penemunya. Tes ini diterapkan secara luas tahun 1950 di negara barat dan di Indonesia baru diterapkan tahun 1970 Shinta, 2007.
2.4.2 Tujuan Tujuan pemeriksaan pap smear adalah untuk mendeteksi kanker alat genital
wanita, diagnostik dini kanker serviks, penilaian terhadap respon dari radioterapi kanker, kontrol terhadap pengobatan kanker serviks dan penyebab radang untuk
menentukan derajat kelainan Shinta, 2007 2.4.3 Indikasi
Pap smear merupakan sarana pencegahan dan deteksi dini kanker serviks yang seharusnya dilakukan oleh setiap wanita yang sudah menikah atau sudah
melakukan hubungan seksual serta wanita yang memiliki faktor risiko. Faktor risiko : 1 perilaku seksual : melakukan coitus 16 tahun, berganti – ganti
pasangan saat melakukan hubungan seksual, berhubungan dengan pria berisiko tinggi mengidap kondiloma akuminatum; 2 merokok : tembakau mengandung
bahan – bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok maupun yang dikunyah . Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbons
Universitas Sumatera Utara
heterocyclic amine yang sangat karsinogen dan mutagen, sedangkan bila dikunyah menghasilkan netrosamine. Zat tersebut dapat menyebabkan kerusakan epitel
serviks sehingga mengakibatkan neoplasma serviks; 3 nutrisi : dari beberapa penelitian, ternyata defisiensi terhadap asam folat, vitamin C, E, beta
karotinretinol dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Vitamin E, C, dan beta karotin mempunyai khasiat antioksidan yang kuat. Antioksidan dapat
melindungi dari pengaruh buruk radikal bebas yang terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan kimia Sjamsudin, 2001; 4 kontrasepsi oral : hasil penelitian
menyatakan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama 5 tahun atau lebih memiliki peningkatan risiko kanker serviks. Kontrasepsi oral dianggap
mengganggu kemampuan serviks untuk melawan infeksi HPV Tinari, 2008; 5
perubahan sistem imun : dihubungkan dengan meningkatkan risiko terjadinya karsinoma serviks invasif. Hal ini dihubungkan dengan penderita yang terinfeksi
dengan Human Immunodeficiency Virus HIV meningkatkan angka kejadian kanker serviks prainvasif dan invasif Rasjidi, 2007; 6 kehamilan multipel :
Menurut National Cancer Institute, wanita yang hamil sebanyak tujuh kali ataupun lebih berisiko empat kali terinfeksi HPV dibandingkan dengan wanita
yang belum pernah hamil. Kehamilan yang berulang kali menyebabkan traumatik pada leher rahim sehingga lebih rentan terhadap infeksi HPV Tinari, 2008.
Saat ini, sesuai dengan American Cancer Society, American Cancer Colposcopy and Cervical Pathology and American Society for Clinical Pathology
2012 menganjurkan pemeriksaan pap smear dimulai pada semua wanita yang telah berusia 21 tahun karena remaja memiliki risiko yang sangat rendah terkena
Universitas Sumatera Utara
kanker serviks dan wanita yang berusia 21-29 tahun harus melakukan pap smear setiap tiga tahun sekali. Setelah wanita tersebut mendapatkan tiga atau lebih pap
smear normal, tes dapat dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang sesuai dengan yang dianjurkan dokter. Wanita yang berusia 65 tahun yang telah
melakukan pemeriksaan pap smear sebanyak tiga kali dan hasilnya normal tidak perlu lagi melakukan pap smear. Wanita yang sudah melakukan histerektomi
tidak dianjurkan untuk melakukan pap smear National Cancer Institute, 2012. Diperkirakan sebanyak 40 kanker serviks invasif dapat dicegah dengan skrining
pap smear interval 3 tahun. 2.4.5 Tata Cara Pengambilan Sampel
Pasien ditidurkan telentang dengan kedua lutut ditekuk litotomi, vulva dibersihkan dengan kapas yang dibahasi cairan antiseptik. Spekulum dalam
keadaan tertutup dimasukkan dengan hati-hati ke liang vagina, dan setelah sebagian besar berada di liang vagina, spekulum dibuka sehingga terlihat mulut
rahim. Spatula Ayre dimasukkan ke vagina dengan ujung terpanjang mengenai perbatasan skuamokolumnar, spatula diputar 360 derajat untuk mengambil sampel
dari seluruh permukaan serviks, spatula dikeluarkan dari vagina. Usapan tersebut dioleskan pada object-glass dengan rata. Object-glass segera dimasukkan ke
dalam tempat fiksasi dan dibiarkan 10 menit, kemudian dikeringkan di udara. Sampel sudah siap dikirim ke laboratorium patologi untuk pemeriksaan lebih
lanjut Aziz dkk, 2006. Menurut National Cancer Institute 2012 ada beberapa syarat sebelum
melakukan pemeriksaan pap smear, yaitu : sebaiknya datang diluar menstruasi,
Universitas Sumatera Utara
tidak melakukan hubungan seksual selama 48 jam 2 hari, tidak memakai bahan- bahan antiseptik pada vagina, pasien paska bersalin, paska radiasi sebaiknya
datang 6-8 minggu kemudian, dan pasien yang mendapatkan pengobatan lokal seperti vagina supostoria atau ovula sebaiknya dihentikan 1 minggu sebelum
pap smear. 2.4.6 Tempat pemeriksaan pap smear
Pap smear dapat dilakukan di rumah sakit pemerintah dengan biaya yang relatif murah, rumah sakit swasta, laboratorium swasta, dan tempat-tempat yang
menyediakan fasilitas pap smear Sukaca, 2009. Biaya pemeriksaan pap smear dari 47.500-197.500 Depkes, 2008. Pemeriksaan pap smear sebaiknya
dilakukan oleh dokter spesialis pemeriksaan panggul dan dokter Obstetri dan Ginekologi Ellis Ellis, 2003.
2.4.7 Hasil Pelaporan hasil pap smear ada beberapa cara, antara lain klasifikasi
Papanicolou dan klasifikasi Bethesda. Klasifikasi Papanicolou membedakan hasil pap smear menjadi dua kelompok yaitu sitologi kanker dan proses inflamasi.
Sitologi kanker menurut klasifikasi Papanicolou ada lima kelas, yaitu : kelas I: tidak ada sel atipik atau sel abnormal; kelas II : gambaran sitologi atipik tetapi
tidak ada bukti keganasan; kelas III : gambaran sitologi mengesankan tetapi tidak konklusif ganas; kelas IV : gambaran sitologi yang mencurigakan ganas; dan kelas
V : gambaran sitologi yang menunjukkan keganasan Shinta, 2007. Sistem pelaporan Bethesda diakui secara internasional sejak 1988. Sistem
ini membuat keterangan sebagai berikut : 1 Atypical Squamous Cells of
Universitas Sumatera Utara
Undetermined Significance ASCUS : terdapat inflamasi tetapi tidak termasuk dalam batasan intraepitel; 2 Low –Grade Squamous Cells of Intraepithelial
Lesion LG-SIL : tidak ada laporan sel malignan, terdapat HPV dan dysplasia ringan; 3 High-Grade Squamous Cells Intraepithelial Lesion HG-SIL :
displasia sedangNIS 2 dan displasia beratNIS 3; 4 Atypical Glandular Cells of Undetermined Significance AGUS : lesi invasif berasal dari serviks dan
endometrium; 5 Adenokarsinoma Insitu Serviks AIS : sel-sel kanker terbatas pada permukaan serviks; 6 Adenokarsinoma : kanker berada pada endoserviks,
ekstrauterus, endometrium, dan NOS not otherwised specified Aziz dkk, 2006.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian