16 beban  nonlinier  adalah  sebesar  106326  Watt  diasumsikan  pemakaian  beban  nonlinier
pada trafo adalah 90 dari daya aktif totalnya. Dari hasil pengukuran pada tanggal 19- 25 Pebruari 2010, didapatkan besar faktor daya pada sistem kelistrikan Fakultas Teknik
Universitas Udayana adalah 0.967. Maka dapat dihitung besarnya total daya semu VA dan arus beban nonlinier yaitu;
Daya Semu VA =
 Cos
Watt Aktif
Daya
= 967
. 106326
= kVA
109.95 Arus beban nonlinier A
= V
V .
3 VA
S
sistem
= 05
. 381
109950 =
A 288.54
4.3 Analisis THD di Fakultas Teknik Universitas Udayana
4.3.1 Hasil pengukuran THD pada feeder trafo
Berdasarkan hasil pengukuran pada feeder trafo tanggal 19-25 Pebruari 2010 di Fakultas Teknik Universitas Udayana diperoleh nilai THD Total Harmonic Distortion
dan faktor daya adalah sebagai berikut;
Tabel 4.1 Data rata-rata hasil pengukuran THD dan Cos tiap phasa
Phasa THD tegangan
THD arus Cos
R 1.7
10.9 0.961
S 1.7
8.7 0.970
T 1.7
9.2 0.969
Rata-rata 1.7
9.6 0.967
Pada Tabel 4.1 diatas dapat dilihat nilai THD tegangan rata-rata adalah sebesar 1.7  dan  untuk  nilai  THD  arus  rata-rata  adalah  sebesar  9.6,  serta  nilai  faktor  daya
adalah sebesar 0.967.
17
4.3.2 Hasil simulasi THD pada feeder trafo
Simulasi dilakukan dengan menggunakan model sistem seperti berikut ini:
Gambar 4.2 Model simulasi
Sumber  tiga  phasa  three  phase  source  ekivalen  dengan  transformator  yang menyuplai  kebutuhan  beban  pada  tiap-tiap  gedung,  dimana  tegangan  sekunder  sebesar
400231 daya 200 kVA dengan koneksi segitiga-bintang grounding dengan impedansi Z = 4, frekwensi 50 Hz, R = 1.08 dan              X = 3.93.
Untuk nilai Rs resistansi sumber dapat di cari sebagai berikut;
Ztx
Ztx x
3 MVA
- kV
2
 
 
 = 0.032
Dimana XR = 3.638, maka; Z
2
=
2 2
R Z 
= 14.23 R
2
karena R = Rs sehingga; Rs =
14.23 Z
 = 0.0085
18 Sedangkan nilai Ls induktansi sumber adalah sebagai berikut;
Ls = L = f
2 X Henry
Ls = f
2 X
= 314
0.0309 = 9.84e-5 Henry
Diketahui beban nonlinear yang terpasang adalah sebesar 106326 Watt. Beban nonlinear  ini  diasumsikan  terpasang  seimbang  pada  feeder  trafo.  Dengan  beban  yang
seimbang  maka  tiap  phasa  R,  S  dan T  memiliki  besar  beban  yang  sama.  Untuk  data input pada beban non linear adalah sebagai berikut;
Beban  tiap phasa = 3
3 Beban
Watt =
35442
Watt
R beban =
P V
2
=
36 .
1
Karena beban yang terpasang bersifat induktif, maka komponen induktansi dari beban adalah:
C =
.RF.R .f
3 4
1
Farad =
1.36 0.05x
50x x
3 4
1
,  dimana  RF  Ripple  Factor  sebesar  5  untuk  Vinput penyearah 220 Vac.
=
0424 .
Farad Sehingga dengan nilai C = 0,0424 Farad akan didapat nilai induktansi dengan
persamaan sebagai berikut; L =
C f.
2 R
0.236 Henry
=
0241 .
Henry
19
4.3.2.1 Hasil simulasi THD arus
Dengan  bantuan  FFT Tools,  hasil  simulasi  berupa  gelombang  arus  akan dianalisis untuk mengetahui kandungan THD pada sinyal-sinyal tersebut. Adapun hasil
simulasi dari pemodelan yang dilakukan terhadap kandungan THD arus pada feeder trafo di Fakultas Teknik Universitas Udayana adalah sebagai berikut;
Gambar 4.3 Sinyal arus dan spektrum harmonisa pada feeder trafo
Berdasarkan  hasil  simulasi,  maka  dapat  diketahui  nilai  masing-masing  orde harmonisa  arus  pada  feeder  trafo  di  Fakultas  Teknik  Universitas  Udayana  dengan
perincian sebagai berikut;
Tabel 4.2 Orde harmonisa arus pada feeder trafo
Harmonisa ke-n Arus
Arus A 1
100.00 200.19
3 7.74
15.50 5
4.33 8.66
7 3.00
6.00 9
2.25 4.50
11 1.74
3.48 13
1.39 2.77
15 1.14
2.29 17
0.95 1.90
19 0.78
1.56
4.4.2.2 Hasil simulasi THD tegangan
Dengan  bantuan FFT Tools,  hasil  simulasi  berupa  sinyal  tegangan  akan dianalisis untuk mengetahui kandungan THD pada sinyal-sinyal tersebut. Adapun hasil
simulasi dari pemodelan yang dilakukan terhadap kandungan THD tegangan pada feeder trafo di Fakultas Teknik Universitas Udayana adalah sebagai berikut;
20
Gambar 4.4 Sinyal tegangan dan spektrum harmonisa pada feeder trafo
Berdasarkan  hasil  simulasi,  maka  dapat  diketahui  nilai  masing-masing  orde harmonisa tegangan  pada feeder trafo  di  Fakultas Teknik  Universitas  Udayana  dengan
perincian sebagai berikut;
Tabel 4.3 Orde harmonisa tegangan pada feeder trafo
Harmonisa ke-n Tegangan
Tegangan V 1
100.00 219.33
3 0.66
1.45 5
0.62 1.35
7 0.59
1.29 9
0.57 1.24
11 0.54
1.19 13
0.51 1.13
15 0.48
1.06 17
0.45 0.99
19 0.42
0.92 Parameter hasil simulasi diatas antara lain:
 Vfundamental =  219.3 Volt
 Ifundamental =  199.2 Ampere
 Faktor daya =  0.9625 lag
 Tegangan Vrms =  155.1 volt  Arus Irms
=  141.5 Ampere  THD arus
=  10.02  THD tegangan
=  1.63 
4.3.2.3 Perbandingan antara hasil pengukuran dengan simulasi
Berdasarkan  hasil  pengukuran  dan  hasil simulasi  diatas,  maka  diperoleh  nilai THD arus dan THD tegangan sebagai berikut;
21
Tabel 4.4 Perbandingan nilai THD
i
dan THD
v
hasil pengukuran dengan simulasi
Hasil pengukuran THD arus
Hasil simulasi THD arus
Hasil pengukuran THD tegangan
Hasil simulasi THD tegangan
9.6 10.02
1.7 1.63
Setelah  diketahui  nilai  dari  hasil  simulasi  dan  pengukuran,  maka  perlu  dicari nilai  persentase  kesalahan  dari  simulasi  program  tersebut.  Dimana  untuk  persentase
kesalahan dapat dicari sebagai berikut;
Kesalahan THD
i
=
100 Simulasi
Hasil Simulasi
Hasil -
Pengukuran Hasil
=
4.19 100
10.02 10.02
- 9.6
 
Kesalahan THD
v
=
100 Simulasi
Hasil Simulasi
Hasil -
Pengukuran Hasil
=
29 .
4 100
1.63 1.63
- 1.7
 
Tabel 4.5 Persentase kesalahan nilai THD
i
dan THD
v
hasil pengukuran dengan simulasi
Hasil pengukuran Hasil simulasi
Kesalahan THD arus
9.6 10.02
4.19 THD tegangan
1.7 1.63
4.29 Pada  Tabel  4.5 dapat  dilihat  persentase  kesalahannya  cukup  besar,  dimana
persentase  kesalahan  untuk  arus  adalah  4.19  dan  untuk  tegangan  4.29.  Hal  ini disebabkan karena penggunaan alat ukur untuk pengukuran gelombang yang mengandung
harmonisa  berpeluang  mengandung  kesalahan  pengukuran,  khususnya  ketika  terjadi kondisi resonansi dimana terjadi arus atau tegangan yang tinggi.
4.4
Batas maksimum THD di Fakultas Teknik Universitas Udayana 4.4.1 Analisis THD arus di Fakultas Teknik Universitas Udayana
Menurut IEEE Standard 519-1992, untuk menentukan standar batas maksimum THD
i
pada utiliti, maka harus diketahui terlebih dahulu rasio hubung singkat short-
circuit ratio. SC
ratio
dapat dicari dengan menggunakan rumus
L SC
ratio
I I
SC 
I
SC
=
 3
V .
3 Z.
100 x
S
22 =
38 .
x 3
x 4
100 x
200
= A
7596.71
I
L
=
3
V .
3 S
=
380 x
3 10
x 200
3
= A
87 .
303 maka;
SC
ratio
=
L SC
I I
= 87
. 303
71 .
7596 =
24,99 Berdasarkan hasil short-circuit ratio yang didapatkan, maka batas maksimum
THD arus yang diperbolehkan menurut IEEE Standard 519 1992 lihat tabel 2.3 pada sistem kelistrikan di Fakultas Teknik Universitas Udayana adalah 8.0 untuk trafo.
Tabel 4.6 Analisis THD arus menurut IEEE Standard 519 1992
Lokasi I
SC
I
L
Range Standar
THD
i
Pengukuran THD
i
Simulasi THD
i
Ket Feeder
Trafo 24.99
20-50 8
9.6 10.02
Melebihi Standar
Dari Tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa pada feeder trafo di Fakultas Teknik Universitas Udayana, THD arus hasil pengukuran dan hasil simulasinya tidak melebihi
dari standar yang diperbolehkan, yaitu sebesar 9.6 dan 10.02.
4.4.2 Analisis THD tegangan di Fakultas Teknik Universitas Udayana
Batas  maksimum  THD  tegangan  yang  diperbolehkan  pada  feeder  trafo  di Fakultas Teknik Universitas Udayana menurut IEEE standard 519 1992 lihat tabel 2.2
adalah 5.0, karena tegangan di feeder trafo dibawah 69 kV. Berikut merupakan hasil perbandingan antara nilai hasil simulasi THD tegangan dengan IEEE standard 519-1992.
23
Tabel 4.7 Analisis THD tegangan menurut IEEE Standard 519 1992
Lokasi Standar
THD
v
Pengukuran THD
v
Simulasi THD
v
Ket Feeder
Trafo 5
1.7 1.63
Tidak Melebihi
Standar Dari Tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa pada feeder trafo di Fakultas Teknik
Universitas  Udayana,  THD  tegangan  hasil  pengukuran  dan  hasil  simulasinya  tidak melebihi dari standar yang diperbolehkan, yaitu sebesar 1.7 dan 1.63.
4.5Analisis Losses dan Derating Pada Trafo di Fakultas Teknik Universitas Udayana
Trafo memiliki rugi-rugi pada saat kondisi berbeban load losses dan pada saat kondisi tanpa beban no load losses. Untuk analisis rugi-rugi pada transformator dapat
dibagi menjadi dua yaitu:
- Analisis losses sebelum terpengaruh harmonisa - Analisis losses setelah terpengaruh harmonisa
4.5.1 Analisis losses sebelum terpengaruh harmonisa
Rugi-rugi  trafo  pada  kondisi  tanpa  beban  sebelum  terpengaruh  harmonisa, besarnya telah ditentukan oleh pabrik pembuat trafo sesuai dengan kapasitas trafo yang
dibuat.  Dari  data  SPLN  50:  1997  tentang  spesifikasi  transformator  distribusi,  maka dapat ditentukan nilai losses pada trafo 200 kVA seperti dibawah ini:
Rugi belitan rugi TembagaP
cu
= 2500 W Rugi besi rugi intiP
i
= 480 W Standar Cos  = 0.8
maka: Total losses dalam kW
= P
cu
+ P
i
= 2500 + 480 = 2980 W
= 2.98 kW Total losses dalam kVA = Total losses dalam kW x Cos
= 2.98 x 0.8 = 3.51 kVA
24 kVAbaru = 200 kVA 3.51 kVA = 196.49 kVA
P
base
=
Cos S.
= 200 kVA × 0.8 = 160 kW
Susut trafo = 100
x 160
98 .
2 = 1.86
Efisiensi trafo  = 100
x Masuk
Daya rugi
1 
 
 
 
 
= 98.14
100 x
160 2.98
1 
 
  
Losses yang  terjadi sebelum  terkena  harmonisa  adalah  sebesar  2.98  kW,  di mana  susut  kapasitas  trafo  sebesar  3.51  kVA  1.86  dan  kapasitas  kerja  trafo  yang
sebenarnya sebesar 196.49 kVA 98.14.
4.5.2 Analisis losses setelah terpengaruh harmonisa