PT. Smartfren Telecom, Tbk

Kebijakan dan Regulasi Batas waktu pelaksanaan migrasi di atas diselesaikan selambat-lambatnya pada tanggal 14 Desember 2015, dan dapat diperpanjang oleh Menteri berdasarkan hasil evaluasi. Dengan demikian penetapan pita frekuensi radio 800 MHz terlihat pada gambar berikut: Pita frekuensi radio 800 MHz sesuai PM 30 tahun 2014 terdiri dari: a. Rentang frekuensi radio 824-835 MHz berpasangan dengan 869-880 MHz selanjutnya disebut Pita 5; dan b. Rentang frekuensi radio 880-890 MHz berpasangan dengan 925-935 MHz selanjutnya disebut Pita 8. Pita 5 dan Pita 8 sebagaimana dimaksud di atas mengadopsi pengaturan pita frekuensi radio pada3GPP E-UTRA Operating Bands dokumen 3GPP TS 36.104 dengan penyesuaian untuk implementasi di Indonesia. Pemanfaatan pita frekuensi radio 800 MHz dalam PM ini memberikan kebebasan kepada penyelenggara jaringan bergerak seluler pada pita Frekuensi Radio 800 MHz untuk memilih teknologi dalam mengoperasikan jaringannya. Denngan demikian operator seluler pada pita ini masih dapat mengoperasikan jaringannya sesuai standar GSM, 3GPP, dan 3GPP2. Namun penggunaan teknologi ini wajib memenuhi parameter teknis konsistensi antara sistem-sistem yang berbeda, yaitu sebagai berikut: a. Kondisi 1 : Antara sistem 3GPP Downlink Pita 8 dansistem GSM Downlink Pita 8 ditetapkan bahwa separasi minimum 200 kHz harus diberikan antara kanal paling tepi dari sistem 3GPP Downlink Pita 8 dan kanal paling tepi sistem GSM Downlink Pita 8; b. Kondisi 2 : Antara sistem 3GPP Downlink Pita 8 dan sistem 3GPP Downlink Pita 8 ditetapkan bahwa tidak diperlukan separasi frekuensi antara kanal paling tepi kedua sistem; c. Kondisi 3 : Antara sistem 3GPP Downlink Pita 5 dansistem GSM Uplink Pita 8 ditetapkan bahwa sistem 3GPP Downlink Pita 5 harus menjamin emisi yang tidak diinginkan spurious emission dan out-of-band emission sama atau kurang dari -61dBm 100 kHz pada frekuensi 880,1 MHz. Filter sisi transmisi sistem 3GPP Downlink Pita 5 wajib digunakan untuk mencapai nilai emisi dimaksud. Sedangkan ilter sisi penerima sistem GSM Uplink Pita 8 hanya digunakan sesuai keperluan atau kasus yang ada; d. Kondisi 4 : Antara sistem 3GPP Downlink Pita 5 dan sistem 3GPP Uplink Pita 8 ditetapkan bahwas istem 3GPP Downlink Pita 5 harus menjamin emisi yang tidak diinginkan spurious emission dan out-of- band emission sama atau kurang dari -49 dBm 1 MHz pada frekuensi 880,1 MHz. Filter sisi transmisi sistem 3GPP Downlink Pita 5 wajib digunakan untuk mencapai nilai emisi dimaksud. Sedangkan ilter sisi penerima sistem 3GPP Uplink Pita 8 hanya digunakan sesuai keperluan atau kasus yang ada; e. Kondisi 5 : Antara sistem CDMA Downlink Pita 5 dan sistem CDMA Downlink Pita 5 ditetapkan bahwa tidak diperlukan separasi frekuensi antara kanal paling tepi kedua sistem; f. Kondisi 6 : Antara sistem CDMA Downlink Pita 5 dansistem 3GPP Uplink Pita 8 ditetapkan bahwa sistem CDMA Downlink Pita 5 harus menjamin emisi yang tidak diinginkan spurious emission dan out-of- band emission sama atau kurang dari -49 dBm 1 MHz pada frekuensi 880,1 MHz dan frekuensi di atasnya. Filter sisi transmisi sistem CDMA Downlink Pita 5 wajib digunakan untuk mencapai nilai emisi dimaksud. Sedangkan ilter sisi penerima sistem 3GPP Uplink Pita 8 hanya digunakan sesuai keperluan atau kasus yang ada; g. Kondisi 7 : Antara sistem CDMA Downlink Pita 5 dansistem GSM Uplink Pita 8 ditetapkan bahwa sistem CDMA Downlink Pita 5 harus menjamin emisi yang tidak diinginkan spurious emission dan out- of-band emission sama atau kurang dari -61 dBm 100 kHz pada frekuensi 880,1 MHz. Filter sisi transmisi sistem CDMA Downlink Pita 5 wajib digunakan untuk mencapai nilai emisi dimaksud. Sedangkan ilter sisi penerima sistem 3GPP Uplink Pita 8 hanya digunakan sesuai keperluan atau kasus yang ada. Selain memenuhi ketentuan teknis di atas, operator seluler pita frekuensi radio 800 MHz juga wajib melakukan koordinasi dengan operator seluler lainnya. 76 Laporan Tahunan 2014 MOU Penataan Frekuensi Pertahanan Keamanan termasuk 400MHz dengan POLRI Jalinan Kesepahaman Bersama yang Sinergis dan Strategis Antara Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan Kementerian Pertahanan. Pengelolaan spektrum frekuensi yang baik tentu membutuhkan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait. Berkaitan dengan pemanfaatan spektrum frekuensi radio untuk keperluan pertahanan negara, sepanjang 2014 telah dilaksanakan koordinasi dan kerja sama antara Kementerian Komunikasi dan Informatika cq Ditjen SDPPI dengan Kementerian Pertahanan cq Ditjen Kekuatan Pertahanan. Koordinasi ini dilaksanakan dalam rangka mengetahui rencana kebutuhan dan penggunaan spektrum frekuensi untuk keperluan pertahanan negara. Dengan demikian, hasil koordinasi dapat memudahkan upaya penataan frekuensi serta memenuhi kebutuhan frekuensi sistem pertahanan negara Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Kementerian Pertahanan sepakat untuk meningkatkan kemitraan, koordinasi dan sinkronisasi pemanfaatan spektrum frekuensi radio untuk keperluan pertahanan negara. Kesepakatan ini dituangkan pada Kesepahaman Bersama tentang Koordinasi Pemanfaatan Spektrum Frekuensi Radio Untuk Keperluan Pertahanan Negara. Dengan adanya jalinan kesepahaman bersama ini, kedua kementerian berharap dapat menyinergikan kebijakan, program dan kegiatan dalam pemanfaatan spektrum frekuensi radio untuk keperluan pertahanan negara. Adapun ruang lingkup kesepahaman bersama ini meliputi: a. Koordinasi dan kerja sama pertukaran data dan informasi pemanfaatan spektrum frekuensi radio oleh Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia; b. Peningkatan kerahasiaan dan penertiban pemanfaatan spektrum frekuensi radio untuk keperluan pertahanan negara. Dokumentasi Sekditjen 77 Direktorat Jenderal SDPPI