Qurban dan Dana Ibadah Haji

Qurban dan Dana Ibadah Haji

BOLEHKAH BERQURBAN 1 (SATU) EKOR KERBAU
UNTUK LEBIH DARI 7 (TUJUH) ORANG?
DAN HARAMKAH BANTUAN DANA UNTUK IBADAH HAJI
DARI BUPATI YANG NON MUSLIM?
Penanya:
Ishaq KZ., S.Ag., Agen SM No. 2857 Barus
(disidangkan pada hari Jum'at, 22 Rabiul Awwal 1427 H / 21 April 2006 M dan 21 Rabiul
Awwal 1427 H / 19 Mei 2006 M)
Pertanyaan:
1. Di daerah kami ada seorang ustadz memberikan fatwa: " Berqurban 1 (satu) ekor kerbau tidak
harus 7 (tujuh) orang, tetapi dapat juga untuk 9 (sembilan), 14 (empat belas) atau 21 (dua puluh
satu) orang sesuai kesepakatan dan kesanggupan bersama, dengan tujuan agar banyak orang
yang dapat ikut berqurban". Beliau beralasan hal ini sesuai dengan hadits Nabi saw. dari ‘Aisyah
ra., bahwa beliau menyembelih dua ekor hewan qurban, yang satu untuk umatnya, yang
mengucapkan dua kalimah syahadah, dan satunya lagi untuk Muhammad dan keluarganya.
2.

Pak Hasan menolak dana bantuan menunaikan ibadah haji ke Makkah dari seorang Bupati yang
non muslim, dengan alasan masih banyak sektor riil lainnya yang membutuhkannya. Sehingga

bantuan tersebut beralih kepada orang lain. Pertanyaannya: Haramkah menerima bantuan
demikian? Dan benarkah prinsip Pak Hasan padahal ia sangat berkeinginan menunaikan ibadah
haji? Mohon penjelasan.
Jawaban:

A.

Mengenai masalah qurban
Sebelum kami jelaskan, lebih dahulu kami kutipkan hadits-hadits mengenai ibadah
qurban yang ada kaitannya dengan pertanyaan saudara:
‫ا ْل ر عنْ س ْع‬

‫عنْ جابر ْبن ع ْ ه قا نح ْرنا مع سو ه ص ّى ه ع ْيه س ّم ا ْلح ْي ي ا ْل ن عنْ س ْع‬
]236 :3331/353 :‫ ن رة‬،‫ كت الحج‬،‫] خرجه مسلم‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Jabir ibn Abdullah, ia berkata: Kami menyembelih hewan qurban
bersama Rasulullah saw pada tahun Hudaibiyah seekor unta untuk tujuh orang, dan sapi untuk
tujuh orang.” [Ditakhrijkan oleh Muslim, Kitab al-Hajj, No. 350/1318:602].
‫ كت‬،‫ ] خرجه مسلم‬.‫عنْ جابر قا بح سو ه ص ّى ه ع ْيه س ّم عنْ عائش ب ر ي ْو ال ّحر‬
]233 :3339/352

Artinya: “Diriwayatkan dari Jabir ia berkata: Rasulullah saw menyembelih hewan qurban untuk Aisyah
seekor lembu pada hari nahar.” [Ditakhrijkan oleh Muslim, Kitab al-Hajj, No. 356/1319:603].
:‫ ن رة‬،‫الحج‬

‫اس ا ْل ع ْير‬

‫ىحى اارْكر ْك ا اس ا ْل ر س ْع‬
ْ ْْ‫َ ر اح ر ا‬
ّ ‫عنْ ْبن ع ّاس قا ك ّا مع س ْو ه ص ّى ه ع ْيه س ّم اس ال‬
.]‫ ] وا والترم ى وال س ئ‬. ‫عشر‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: Kami bersama Rasulullah saw dalam suatu
perjalanan, kemudian datanglah hari raya Adlha, lalu kami berpatungan menyembelih lembu
untuk tujuh orang dan unta untuk sepuluh orang.” [Ditakhrijkan oleh at-Turmudzi dan anNasa'i].
‫عنْ عائش ىس ه ع ْ ا أمر ب ْش أ ْقر يطأنى سواد ي ْر اس سواد ي ْ ر اس سواد اأتس به لي ّحس به ا ا ل ا يا‬
ْ ‫ىجعه ث ّم بحه ث ّم قا ب‬
ْ ‫ ارْح ْي ا بحجر ا ع تْ ث ّم أخ ها أخ اأ‬: ‫عائش ه ّ ى اْل ْي ث ّم قا‬
ّ ‫َم ه ال ّ ّم ت ّ ْل منْ مح‬
.]‫ ] خرجه مسلم‬.‫آ مح ّ منْ أ ّم مح ّ ث ّم ى ّحى به‬
Artinya: “Diriwayatkan dari Aisyah ra., Nabi saw memerintahkan mengambil domba yang

branggah (tanduknya menjulang tinggi), kakinya hitam, perutmya hitam dan matanya hitam,
kemudian didatangkan domba tersebut kepada beliau untuk diqurbankan, lalu beliau berkata
kepada Aisyah: Hai Aisyah, ambilkan pisau, lalu berkata, Asahlah pisau itu dengan batu asah,
lalu Aisyah mengerjakannya, kemudian beliau mengambilnya dan mengambil domba, lalu beliau
menelentangkan domba tersebut lalu menyembelihnya, kemudian bersabda: Dengan atas nama
Allah, Ya Allah terimalah qurban ini dari Muhammad dan keluarga Muhammad dan dari umat
Muhammad.” [Ditakhrijkan oleh Muslim; as-Shan'aniy, IV: 90].
Penjelasan:
Hadits yang diriwayatkan oleh Jabir (1), menjelaskan bahwa Nabi saw bersama shahabat
menyembelih hewan qurban; satu unta untuk tujuh orang, dan satu lembu untuk tujuh orang.
Hadits yang diriwayatkan oleh Jabir juga (2), menjelaskan bahwa Nabi saw menyembelih hewan
qurban untuk Aisyah satu ekor lembu. Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas (3),
menjelaskan bahwa Rasulullah saw bersama shahabat menyembelih hewan qurban; satu ekor
lembu untuk tujuh orang, dan satu ekor unta untuk sepuluh orang.
Dari tiga hadits tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa satu lembu boleh
diqurbankan untuk satu orang dan maksimal untuk tujuh orang, sedang seekor unta boleh untuk
satu orang dan maksimal sepuluh orang, dengan melihat kondisi hewan tersebut.
Hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah (4), menjelaskan bahwa seekor domba hanya
untuk satu orang. Doa Rasulullah saw yang disebutkan dalam hadits tersebut bukanlah berarti
bahwa satu ekor domba atau satu ekor lembu atau unta boleh untuk banyak orang. Nabi

Muhammad saw adalah Nabi bagi seluruh umat, maka wajarlah beliau berdoa untuk umatnya.
B.

Mengenai masalah haji
Pada dasarnya haji hanya diwajibkan kepada orang yang mempunyai istitha'ah
(kemampuan, baik biaya maupun kesehatan) jasmani dan rohaninya. Bagi orang yang tidak
mampu tidak perlu minta bantuan ke mana saja, sebab ia tidak berkewajiban melakukannya.
Tetapi apabila ada seseorang yang membantunya, boleh diterima atau ditolak, melihat harta yang
dibantukan, bersih atau tidak. Jika diyakini bersih (thayyib), maka boleh diterima. Sebab hanya
yang thayyib saja diterima Allah SWT. Dalam al-Qur'an Allah berfirman:

‫سكطا إل ْيه س ْيا منْ ك ر اإ ّ ه غ ّس‬
ْ ‫ا ْيه ءايا بيّ ا ّم ا إ ْبراهيم منْ دخ ه كا ءام ا َّ ع ى ال ّاس ح ّج اْل ْيت من ا‬
.‫عن اْلعال ْين‬
.]97 :(3) ‫]آل ع را‬
Artinya: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;
barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” ]QS. Ali ‘Imran (3): 97].

Dalam hadits Nabi saw disebutkan sebagai berikut:
... ‫عنْ أبى هر ْير قا قا سو ه ص ّى ه ع ْيه س ّم أيّ ا ال ّاس إ ّ ه طيّب ا ي ْ ل إاّ طيّ ا‬
]441 :3335/25 :‫ ن رة‬،‫ كت الزك ة‬،3 ،‫خرجه مسلم‬
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Hai
manusia, sesungguhnya Allah adalah Thayyib, dia tidak menerima kecuali yang thayyib (bersih
dan halal) ...” [Ditakhrijkan oleh Muslim, I, Kitab az-Zakah, No. 65/1015: 448].
Penjelasan:
Pada surat Ali ’Imran (3) ayat 97, dijelaskan bahwa ibadah haji diwajibkan bagi orangorang yang mempunyai istitha'ah, yaitu orang yang sanggup mendapatkan perbekalan dan alatalat pengangkutan serta sehat jasmani, dan perjalanan pun aman, serta keluarga yang
ditinggalkan terjamin kehidupannya. Maka apabila tidak mempunyai istitha'ah, tidaklah wajib
menunaikan ibadah haji, tidak perlu minta bantuan dan sebagainya. Biaya untuk menunaikan
ibadah haji pun harus thayyib (bersih dan halal), artinya bukan hasil usaha yang tidak halal,
seperti hasil korupsi, hasil mencuri, hasil perzinaan dan sebagainya yang diharamkan Allah,
sebagaimana ditegaskan dalam hadits Nabi saw, bahwa Allah adalah Thayyib, dan tidak
menerima kecuali yang thayyib.
Berdasarkan keterangan singkat tersebut, maka biaya untuk menunaikan ibadah haji
sebaiknya adalah hasil usaha sendiri. Apabila ada orang atau lembaga yang memberi bantuan,
maka perlu diketahui bahwa biaya tersebut berasal dari usaha yang halal. Maka menurut kami,
prinsip Pak Hasan sebagaimana tersebut dalam pertanyaan di atas adalah benar, bahkan perlu
dicontoh, terlebih lagi dengan alasan mendahulukan kemaslahatan umum daripada kemaslahatan
pribadi.

Wallahu a‘lam bish-shawab. *sd)
Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah
E-mail: tarjih_ppmuh@yahoo.com dan ppmuh_tarjih@yahoo.com
http://www.fatwatarjih.com