Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual (FIlm Dokumenter Tatacara Ibadah Haji) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta
AGAMA ISLAM DI SMA MUHAMMADIYAH 3 JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
Prasetyo Andi Sabarkah
NIM 109011000180
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
i Kata Kunci: Media Audio Visual, Hasil Belajar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media pembelajaran yaitu dengan menggunakan media audio visual dalam hal ini menggunakan film dokumenter
tatacara Ibadah Haji terhadap hasil pembelajaran siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam. Dan apakah ada perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperimen, penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta. Sampel penelitian berjumlah 26 untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Istrumen penelitian yang digunakan adalah berupa tes pilihan ganda sebanyak 20 soal yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Teknik analisa data menggunakan uji liliefors unutk menguji normalitas data, uji fisher untuk menguji homogenitas data, dan uji-t untuk menguji hipotesis. Hasil perhitungan menunjukan bahwa penelitian ini berdistribusi dan normal dan homogen.
Hasil penelitian menunjukan bahwa media audio visual yang digunakan dikelas eksperimen dapat mempengaruhi hasil belajar siswa secara signifikan pada mata pelajaran pendidikan agama islam. Hal ini dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol yaitu 81.92 > 73.65 serta diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 2.775 > 1.645. Dengan demikian penggunaan media audio visual ini berpengaruh terhadap hasil belajar Al-Islam siswa.
(7)
(Documentary Procedures Hajj) Against Student Results In the Subject of Islamic Education in SMA 3 Jakarta Muhammadiyah.Keywords: Media Audio Visual, Learning Outcomes
This study aims to determine the effect of the use of learning media by using audio-visual media in this case using the documentary procedures for Hajj to the learning outcomes of students on the subjects of Islamic Education. And is there a difference in student learning outcomes between experimental class and control class.
The method used in this study is a quasi-experimental methods, this study was conducted in SMA Muhammadiyah 3 Jakarta. These samples included 26 for the experimental class and control class. Istrumen research is in the form of a multiple choice test of 20 questions that have been tested for validity and reliability. Data analysis technique using fatherly Liliefors test data normality test, Fisher test to test the homogeneity of the data, and the t-test to test the hypothesis. Calculation shows that this research and the normal distribution and homogeneous.
The results showed that the audio-visual media used in class experiments can affect student learning outcomes significantly in Islamic religious education subjects. It can be seen that the average value of student learning outcomes experimental class is higher than the control class, namely 81.92> 73.65 and gained t is greater than t table is 2,775> 1,645. Thus the use of audio-visual media is impacting on the learning outcomes of students of Al-Islam.
(8)
ii
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat, nikmat, taufik dan hidayah-Nya yang sangat besar yang salah satunya berupa kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Pengaruh Penggunaan Media Audio
Visual Terhadap Hasil Belajar Siswa”.
Sholawat beserta salam senantiasa selalu disampaikan kepada Nabi kita Rasulullah SAW yang telah mengantarkan kita kepada jalan Allah SWT. Semoga kita semua senantiasa diberi syafaat beliau dihari pembalasan nanti. Dengan terselesaikannya skripsi ini tentu tidak terlepas dari bimbingan dan dorongan berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yaitu :
1. Ibu Nurlena Rifa'i, Ph. D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Uin Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Abdul Majid Khon, M. Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Marhamah Saleh, Lc. MA Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah
memberikan ilmu yang berguna bagi diri pribadi selama perkuliahan.
5. Bapak Dimyati, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik
6. Bapak M. Ramdon Dasuki, Lc. MA selaku Kepala Sekolah SMA
Muhammadiyah 3 Jakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Bapak Mulyadi, SAg, Ibu Terra Sa‟adah, S.Pd, Husnul Khotimah, S.Pd.I
sebagai Guru Bidang ISMUBA di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta, Bapak dan Ibu guru serta seluruh staf SMA Muhammadiyah 3 Jakarta, atas
(9)
iii
dan do‟a yang tak pernah putus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Calon Pendamping hidupku Nasrifah Rarasningtyas SE, dan adik-adikku
tersayang Rizki dan Sifa yang telah memberikan dorongan, semangat dan motivasi tiada hentinya kepada penulis.
10.Untuk mba Siti Hadijah M. Si, Bude Nari, Pakde Ripno, dan seluruh
keluarga besar Sabar Sidik, terimakasih telah membantu dan memberikan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
11.Untuk Sahabat-sahabatku Dwi Oktorianto SPd.I, Mardhaney SPd.I Ervina
Seli Rusiani SPd.I, Hazana Itriya Spd.I, Rifki Oktorio SE, Marhaban, Yayan dan teman-teman seperjuangan yang lain terimakasih telah memberikan semangat dan bantuan kepada penulis.
12.Serta semua pihak yang berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga Allah memberikan semoga Allah memberikan kebaikan dan padala kepada kita semua amiin dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang membacanya. Amin ya Robbal „Alamin.
Jakarta, 20 Juli 2014 Penulis
(10)
iv HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Perumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Kegunaan Penelitian ... 8
BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Media Audio Visual ... 9
1. Pengertian Media Audio Visual ... 9
2. Prinsip-Prinsip Penggunaan Media Audio Visual... 12
3. Fungsi Media Audio Visual ... 12
4. Macam-Macam Media Audio Visual ... 13
5. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual ... 14
(11)
v
C. Hasil Belajar ... 24
1. Pengertian Hasil Belajar ... 24
2. Klasifikasi Hasil Belajar ... 26
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 28
D. Hasil Penelitian yang Relevan... 30
. E. Kerangka Berpikir ... 31
F. Hipotesis Penelitian ... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan WaktuPenelitian ... 35
B. Metode dan Desain Penelitian ... 35
C. Variabel Penelitian ... 36
D. Populasi dan Sampel ... 37
E. Teknik Pengumpulan Data ... 38
F. Teknik Analisis Data... 56
1. Uji Normalitas ... 56
2. Uji Homogenitas ... 56
3. Pengujian Hipotesis ... 57
G. Hipotesis Statistika ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SMA Muhammadiyah 3 Jakarta... 58
1. Sejarah SMA Muhammadiyah 3 Jakarta... 58
2. Visi dan Misi SMA Muhammadiyah 3 Jakarta ... 59
3. Guru dan Tenaga Kependidikan SMA Muhammadiyah 3 ... 59
4. Struktur Organisasi SMA Muhammadiyah 3 ... 60
(12)
vi
D. Pengujian Hipotesis ... 66
1. Uji Hipotesis Penelitian ... 66
2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 66
E. Keterbatasan Penelitian ... 68
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70
B. Implikasi ... 71
C. Saran-saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
(13)
vii
Tabel 3.3 Hasil uji validitas instrumen 41
Tabel 3.4 Hasil uji reliabilitas tes 42
Tabel 3.5 Hasil uji taraf kesukaran instrumen soal 43
Tabel 3.6 Hasil uji daya pembeda 44
Tabel 3.7 Kisi-kisi instrumen test 44
Tabel 4.1 Jumlah Siswa Keseluruhan SMA Muhammadiyah 3 61
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Eksperimen 62
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol 62
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Eksperimen 63
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol 63
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen 65 Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen 65
(14)
viii
(15)
ix
Lampiran 3 : RPP Kelas Eksperimen Pertemuan Ke-3 85
Lampiran 4 : RPP Kelas Kontrol Pertemuan Ke-1 90
Lampiran 5 : RPP Kelas Kontrol Pertemuan Ke-2 94
Lampiran 6 : RPP Kelas Kontrol Pertemuan Ke-3 98
Lampiran 7 : Kisi-kisi soal ujicoba instrumen 102
Lampiran 8 : Soal Pretest dan Posttest 106
Lampiran 9 : Signifikansi Korelasi 109
Lampiran 10: Nilai Pretest Kelas Eksperimen 110
Lampiran 11: Nilai Pretest Kelas Kontrol 111
Lampiran 12: Nilai Posttest Kelas Eksperimen 112
Lampiran 13: Nilai Posttest Kelas Kontrol 113
Lampiran 14: Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen 114
Lampiran 15: Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol 116
Lampiran 16: Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen 118
Lampiran 17: Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol 120
Lampiran 18: Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen 122
Lampiran 19: Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol 123
Lampiran 20: Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen 124
Lampiran 21: Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol 125
Lampiran 22: Hasil Uji Homogenitas 126
(16)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Memasuki zaman yang sedang berkembang kita harus cerdas dalam memanfaatkan segala sesuatunya, jangan sampai kita tidak bisa memanfaatkan perkembangan zaman ini dengan hanya bergantung pada segala sesuatu yang berasal dari masa lampau sehingga anda bisa disebut dengan jadul atau kurang up to date. Perkembangan tersebut diantaranya berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana perkembangan itu telah membawa perubahan diberbagai aspek kehidupan manusia, baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, maupun pendidikan.
Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
"
مكنام يغ ام يف مكداوأ او لع
"Artinya : "Ajarkanlah anak-anak kalian apa yang ada di zaman ini maupun selain di zaman-zaman kalian".
Hadits di atas mengandung unsur perintah, dimana hadits tersebut memiliki makna bahwa dalam proses pembelajaran tidak lepas dari konteks perkembangan teknologi yang menyertainya.
Teknologi dalam pendidikan adalah penerapan teknologi terhadap sembarang proses dan berkenaan dengan bekerjanya lembaga yang bergerak
(17)
dalam usaha pendidikan. Teknologi tersebut dapat juga diterapkan terhadap makanan, kesehatan, keuangan, pembuatan jadwal, pelaporan nilai, dan lain-lain proses yang menunjang pendidikan dalam kerangka kelembagaan.
Teknologi dalam pendidikan tidak sama dengan teknologi pendidikan.1
Teknologi pendidikan mempunyai karakteristik tertentu yang sangat relevan bagi kepentingan pendidikan. Teknologi pendidikan memungkinkan adanya (1) penyebaran informasi secara luas, merata, cepat, seragam dan terintegrasi, sehingga dengan demikian pesan dapat disampaikan sesuai dengan isi yang dimaksud, (2) teknologi pendidikan dapat menyajikan materi secara logis, ilmiah dan sistematis serta mampu melengkapi, menunjang, memperjelas konsep-konsep, prinsip-prinsip atau proposisi materi pelajaran, (3) teknologi pendidikan menjadi partner guru dalam rangka mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif, efisien dan produktif sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan anak didik, (4) teknologi pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, dapat menyajikan materi secara lebih menarik, lebih-lebih jika
disertai dengan kemampuan memanfaatkannya.2
Di bidang pendidikan, peran guru untuk mendidik peserta didik menjadi manusia yang selalu mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan akar budaya yang sangat penting dalam menentukan perjalanan generasi bangsa ini. Guru dituntut menjadi pendidik yang bisa menjembatani kepentingan-kepentingan itu. Tentu saja melalui usaha-usaha nyata yang bisa diterapkan
dalam mendidik peserta didiknya.3
Sebagaimana diketahui metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) selama ini secara umum tidak kunjung berubah. Pembelajaran secara konvensional-tradisional dan monoton sehingga membosankan peserta didik. Hal ini akan berdampak pada aktivitas belajar siswa. Sering sekali ditemukan siswa tidak memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap penjelasan yang
1 Satuan Tugas Definisi dan Terminologi AECT, Definisi Teknologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 1994), Cet. 2, h. 2-3.
2 Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. 3, h. 3-4.
3 Deni Darmawan, Teknologi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 1, h. 8.
(18)
diberikan guru didepan kelas, tidak konsentrasi, ngobrol atau mengerjakan tugas pelajaran lain.
Selain itu, tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik dapat berkembang dengan maksimal. Dengan belajar aktif yaitu melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan terlatih dan terbentuk kompetensi yaitu kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif yang pada akhirnya akan membentuk life skill ( kecakapan hidup). Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat An-Nahl ayat 125:
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk".
Pada ayat tersebut mengandung tiga hal pokok yang berkaitan dengan mengajar yang baik, pertama, guru harus bersikap bijaksana dalam menyampaikan bahan ajaran kepada murid. Kedua, guru menggunakan cara yang baik dan tepat dalam menyampaikan ajarannya yang dapat mengantarkan kepada tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, guru membina sikap aktif siswa dalam kegiatan pembelajarannya.
(19)
Oleh karena itu, agar pendidikan tidak tertinggal dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) tersebut perlu adanya
penyesuaian-penyesuaian, terutama yang berkaitan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran sebagaimana kita ketahui proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal merupakan kondisi internal siswa dalam memberikan respon pembelajaran, sementara faktor eksternal adalah faktor-faktor yang datang dari luar kondisi siswa seperti kurikulum, model belajar dan fasilitas belajar. Fasilitas belajar di dalamnya termasuk media belajar yang berfungsi memudahkan siswa untuk memahami suatu pelajaran, keberadaan teknologi di lingkungan masyarakat pelajar dapat digunakan secara baik sebagai media yang mempermudah proses pembelajaran.
Salah satu faktor eksternal adalah media pembelajaran yang perlu dipahami oleh guru, sehingga mereka dapat menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa secara efisien dan efektif. Pada dasarnya fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar. Fungsi-fungsi yang lain merupakan hasil pertimbangan pada kajian ciri-ciri umum yang dimilikinya, bahasa yang dipakai menyampaikan pesan dan dampak atau efek
yang ditimbulkannya.4
Selain itu juga media dapat berfungsi sebagai sebuah solusi untuk menghilangkan kejenuhan siswa dalam belajar, apalagi disaat jam-jam terakhir sekolah yang merupakan jam rawan dalam mengajar dimana siswa sudah merasa lelah dan bosan setelah belajar seharian semenjak tadi pagi.
Dunia pendidikan saat ini tidak luput dari teknologi modern, walaupun masih sangat minim dan hanya beberapa sekolah saja mungkin yang sudah menggunakan teknologi modern tapi paling tidak disetiap kelas sudah mulai ada yang menggunakan LCD Viewer/proyektor. Penggunaan alat-alat modern memang seharusnya sudah suatu kebiasaan yang diterapkan dalam dunia pendidikan, sudah tidak saatnya guru mengajar dikelas hanya dengan bantuan
4 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran (sebuah pendekatan baru), (Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2008), Cet.1, h. 36.
(20)
papan tulis dan spidol. Dengan perkembangan teknologi pada saat ini, seorang guru harus bisa mempergunakan alat teknologi sebagai media pembelajaran yang efektif, sehingga dengan berkembangnya teknologi pendidikan tersebut menjadikan proses pendidikan dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Khususnya pada usia anak-anak, pendidikan dengan menggunakan media modern, sebut saja media elektronik tentunya akan lebih menarik perhatian daripada yang didapatkan dari guru saja.
Guru tidaklah dipahami sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi dengan posisinya sebagai peran penggiat dalam proses optimalisasi diri siswa untuk menghasilkan perubahan perilaku yang relatif permanent (kualitas ideal) harus mampu merencana dan mencipta sumber-sumber belajar lainnya sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif. Sumber-sumber belajar selain guru inilah yang disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan dan/atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik, biasanya dikenal sebagai “media pembelajaran”. Dengan demikian, komponen -komponen komunikasi pembelajaran menjadi komunikator, komunikan, pesan,
dan media.5
Banyak guru yang memberikan pengajaran identik hanya dengan metode ceramah, ini berdasarkan pengalaman penulis sulit untuk dicerna oleh siswa. Lebih dari 2400 tahun yang lalu Confucius menyatakan bahwa “apa yang saya
dengar, saya lupa”,”apa yang saya lihat, saya ingat”,”apa yang saya lakukan,
saya paham”. Terdapat beberapa alasan yang kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu alasan yang paling menarik adalah perbedaan tingkat kecepatan bicara pengajar dengan tingkat kecepatan
kemampuan siswa mendengarkan.6
Selain hanya menggunakan metode ceramah, kebanyakan guru juga tidak memanfaatkan media yang ada seperti proyektor dan laptop, sehingga yang terjadi hanya kejenuhan yang didapatkan oleh siswa karena hanya mendengarkan saja maka kira-kira hanya 20% saja informasi yang bisa
5 Ibid., h. 5.
6 Mel Silberman, Active Learning (101 Strategi Pembelajaran Aktif), (Yogyakarta: Yappendis, 2009), Cet. VI, h. 1-2.
(21)
diingatnya. Sehingga pada saat diberikan soal-soal untuk di jawab hanya siswa yang memiliki intelejen tinggi saja yang dapat menjawab. Karena pengajaran yang disampaikan kurang interaktif juga berdampak pada kurang aktifnya siswa dalam menguasai materi atau bahan ajar yang diberikan guru. Hanya sebagian kecil saja siswa yang memiliki minat dan kemampuan intelejen tinggi saja yang aktif mencari, memahami materi dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan atau tugas dari guru yang lain hanya menunggu dan menyalin jawaban temannya. Akhirnya dapat dipahami jika pada akhirnya siswa yang mampu mencapai dan melampaui kriteria ketuntasan minimal (KKM) sangat minim sekali.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, sebagai upaya pengembangan dalam proses belajar mengajar lebih variatif, dalam proses pembelajaran perlu adanya media pembelajaran, maka penulis bermaksud membahas dalam skripsi
ini, dengan judul "Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual (Film
Dokumenter Tatacara Ibadah Haji) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta"
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diperoleh masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kurangnya keterampilan guru dalam memanfaatkan media audio visual
yang berada di ruang multimedia.
2. Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran masih
konvensional dalam menyampaikan materi sehingga kurang menarik dan kurang memberikan kontribusi yang maksimal terhadap aktivitas siswa.
3. Kurangnya aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar di kelas, siswa
hanya duduk manis mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru.
4. Hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam belum
(22)
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan mengingat luasnya permasalahan yang dibahas, maka penulis membatasi permasalahan yang ada hanya pada penggunaan media audio visual yang masih kurang dimanfaatkan oleh guru sehingga hasil belajar siswa dalam hal ini hanya pada aspek kognitif masih rendah pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam atau biasa disebut Al-Islam pada materi pokok "Ibadah Haji" pada siswa SMA Muhammadiyah 3 Jakarta kelas X.
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas maka pokok permasalahan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan penggunaan media audio visual dalam
pembelajaran PAI pada materi pokok "Ibadah Haji" di kelas X di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta?
2. Apakah hasil belajar PAI pada materi pokok "Ibadah Haji" dapat
ditingkatkan dengan penggunaan media audio visual di kelas X SMA Muhammadiyah 3 Jakarta?
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengungkapkan implementasi penggunaan media audio visual
dalam pembelajaran PAI pada materi pokok "Ibadah Haji" di kelas X SMA Muhammadiyah 3 Jakarta.
2. Untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar PAI pada materi pokok
"Ibadah Haji" dapat ditingkatkan dengan penggunaan media audio visual di kelas X SMA Muhammadiyah 3 Jakarta.
(23)
F.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi:
1. Bagi Siswa
Siswa dapat memahami materi pelajaran dengan mudah, terutama pada materi pokok "Ibadah Haji" dengan membuat siswa lebih aktif, kreatif, dan inovatif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar serta meningkatkan rasa syukur dan keimanan terhadap Allah SWT.
2. Bagi Guru
Sebagai khasanah ilmu pengetahuan guru dalam pemanfaatan media audio visual dan sebagai upaya memperkaya pemahaman tentang media audio visual sebagai salah satu variasi strategi pembelajaran sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai praktik pembelajaran secara nyata di sekolah dan sebagai bukti pengamalan dari ilmu yang telah diperoleh selama pendidikan di perguruan tinggi.
4. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai upaya untuk perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran serta memberikan sumbangan kepada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran khususnya bagi tempat penelitian dan sekolah lain pada umumnya.
(24)
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Media Audio Visual
1. Pengertian Media Audio Visual
Istilah media audio visual merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi
bagi kita dimana kata media audio visual itu terdiri dari tiga kata yaitu media, audio, dan visual. Adapun untuk lebih jelasnya peneliti jelaskan satu persatu, yang pertama adalah media selanjutnya adalah audio dan terakhir adalah visual.
Menurut Arif S. Sadiman, "Kata media berasal dari bahasa Latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti
perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan".1
Menurut Association for Education and Communication Technology (AECT) seperti dikutip Yusufhadi Miarso, "Media sebagai segala bentuk dan
saluran untuk proses transmisi informasi".2
1 Arief S. Sadiman, et. al, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006), h. 6.
2 Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 456.
(25)
Media yang berarti bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, pendapat atau gagasan yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang
dituju. Apabila media itu membawa pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran, maka media itu disebutmedia pembelajaran.3
Selain itu Yudhi Munadhi dalam bukunya media pembelajaran sebuah pendekatan baru, juga mengatakan bahwa:
Kata media berasal dari Bahasa Latin, yakni medius yang secara
harfiahnya berarti 'tengah', 'pengantar' atau 'perantara'. Dalam bahasa
Arab, media disebut 'wasail' bentuk jama' dari 'wasilah' yakni sinonim
al-wasth yang artinya juga 'tengah'. Kata 'tengah' itu sendiri berarti berada di
antara dua sisi, maka disebut juga sebagai 'perantara' (wasilah) atau yang
mengantarai kedua sisi tersebut. Karena posisinya berada di tengah ia bisa juga disebut sebagai pengantar atau penghubung, yakni mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi yang lainnya.4
Setelah melihat beberapa definisi di atas maka penulis dapat memahami bahwa media menurut istilah para ahli banyak yang mengartikannya menurut pemahamannya masing-masing, akan tetapi bila dilihat dari segi bahasa media yang berarti perantara, pengantar, tengah, ataupun penghubung. Maka dari itu menurut pemahaman penulis bahwa media itu merupakan sebuah perantara atau pengantar yang digunakan untuk mengantarkan sesuatu yang bisa di antar, sebagai sebuah wasilah atau perantara untuk menyampaikan sesuatu.
Menurut perkembangannya, dahulu media hanya dianggap sebagai alat
bantu mengajar guru (teaching aids). Dan alat bantu tersebut hanya berupa alat
bantu visual, namun pada sekitar abad ke-20 pengaruh teknologi audio masuk dan melengkapi alat bantu visual sehingga kita kenal adanya alat audio visual
atau audio visual aids (AVA).5
3 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 4. 4 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran (sebuah pendekatan baru), (Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2008), Cet. 1, h. 6.
5 Arief S. Sadiman, et. al, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan
(26)
Menurut Save M. Dagun, "Audio adalah hal-hal yang berhubungan dengan suara atau bunyi".6
Sedangkan Menurut Arief S. Sadiman, "Audio berkaitan dengan indera pendengaran, pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam lambang-lambang auditif, baik verbal (kedalam kata-kata/ bahasa lisan) maupun non verbal".7
Menurut Save M. Dagun, "Visual adalah hal-hal yang berkaitan dengan penglihatan; berfungsi sebagai penglihatan diterima melalui indera
penglihatan; dihasilkan atau terjadi sebagai gambaran dalam ingatan".8
Menurut Amir Hamzah, "Audio visual berasal dari kata audible dan
visible, audible yang artinya dapat didengar, visible artinya dapat dilihat".9 Menurut Soegarda, "Audio visual adalah alat peraga yang bisa ditangkap dengan indra mata dan indra pendengaran yakni yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar".10
Sependapat dengan Soegarda Yudhi Munadi juga berpendapat bahwa, "Media audio visual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan
penglihatan sekaligus dalam satu proses".11
Apabila dilihat dari beberapa definisi di atas maka Media Audio Visual adalah sebuah perantara, wasilah, atau penghantar sebuah pesan atau menyampaikan sesuatu, dimana dalam proses tersebut melibatkan dua indera yaitu indera penglihatan dan indra pendengaran.
6 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN), 2006), h. 81.
7 Arief S. Sadiman, et. al, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006), h. 49.
8 M. Dagun, Op. cit., h. 1188.
9 Amir Hamzah Sulaeiman, Media Audio-Visual untuk Pengajaran, Penerangan, dan
Penyuluhan, (Jakarta: PT. Gramedia, 1985), h. 11.
10 Soegarda Poerbakawatja H. A. H Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1982), h. 32.
11 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h.56.
(27)
2. Prinsip-Prinsip Penggunaan Media Audio Visual
Media Audio Visual digunakan dalam upaya peningkatan atau mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Agar dapat mengoptimalkan peranan media pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka harus diperhatikan prinsip-prinsip penggunaannya.
Prinsip-prinsip penggunaan media audio visual yang dikemukakan oleh M. Basyirudin Usman dan Asnawir pada dasarnya ada 6, yaitu: (1) Penggunaan media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai bagian integral dari suatu sistem pengajaran, (2) Media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam pemecahan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar, (3) Guru harus benar-benar menguasai teknik dari media pembelajaran yang digunakan, (4) Guru harus memperhitungkan untung ruginya penggunaan media pembelajaran, (5) Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara sistematis bukan sembarangan menggunakannya, (6) Jika suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari satu macam media maka guru dapat
memanfaatkan multimedia yang memperlancar proses belajar mengajar.12
3. Fungsi Media Audio Visual
Media merupakan salah satu ide yang sangat tepat dalam menyiasati kejenuhan peserta didik karena pembelajaran dengan menggunakan media dirasa cukup efektif dan dapat menggairahkan semangat mereka dalam
mengikuti jalannya proses belajar mengajar. Media audio visual mempunyai
berbagai macam fungsi, seperti yang dikatakan Yusuf Hadi Miarso, yaitu:
a. Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi pada otak,
sehingga otak dapat berfungsi secara optimal;
b. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh
para siswa;
c. Media dapat melampaui batas ruang kelas;
d. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan
lingkungannya;
e. Media menghasilkan keseragaman pengamatan;
f. Media membangkitkan keinginan dan minat baru;
g. Media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar;
h. Media memberikan pengalaman yang integral dari sesuatu yang
konkret maupun abstrak;
12 M. Basyirudin Usman dan Asnawir, Media pembelajaran, (Jakarta: Delia Citra Utama, 2002), h. 19.
(28)
i. Media memberikan kesempatan siswa untuk belajar mandiri, pada tempat dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri;
j. Media dapat meningkatkan kemampuan ekspresi diri guru maupun
siswa. 13
4. Macam-Macam Media Audio Visual
Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam dua kategori sebagaimana dikatakan Syaiful Bahri, yaitu:
a. Audio-visual diam yaitu: media yang menampilkan suara dan gambar
diam seperti: film bingkai suara, film rangkai suara, dan cetak suara.
b. Audio-visual gerak yaitu: media yang dapat menampilkan unsur suara dan
gambar yang bergerak seperti: film suara dan video-cassette, televisi,
OHP, dan komputer.14
Berbicara masalah Audio Visual gerak sebagaimana yang telah dikutip di atas, sehubungan peneliti yang lebih fokus kepada jenis audio visual gerak, Berikut akan peneliti uraikan beberapa penjelasan tentang macam-macam media audio visual gerak, sebagaimana dikatakan M. Basyirudin Usman dan Asnawir, yaitu:
a. Film;
Film yang dimaksudkan disini adalah film sebagai alat audio visual untuk pelajaran, penerangan dan penyuluhan. Banyak hal-hal yang dapat dijelaskan
melalui film.15
Selain itu Fatah Syukur juga mengemukakan bahwa, "Film merupakan salah satu media yang dianggap efektif digunakan sebagai alat bantu pengajaran." 16
Sebagaimana kutipan di atas Film dapat diputar didepan siswa dalam rangka membantu siswa dalam proses belajar. Dengan film, dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar, memancing inspirasi baru, menarik perhatian,
13Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 458-460.
14 Syaiful Bahri Djamarah, Azwan Zaian, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.141
15M. Basyiruddin Usman dan H. Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta: Delia Citra Utama, 2002), h. 95.
(29)
penyajiannya lebih baik karena mengandung nilai-nilai rekreasi, dapat memperlihatkan perlakuan objek yang sebenarnya, menjelaskan hal-hal abstrak dan lain-lain.
b. Televisi
Televisi dianggap barang mewah karena sulit dijangkau. Menurut Yusuf Hadi Miarso, penggunaan TV dapat dilakukan dengan berbagai alternatif sebagai berikut:
1) Televisi siaran, yaitu pemancaran melalui saluran televisi umum
dengan bebas pancaran meluas atau tidak tertuju kearah tertentu dan bersifat terbuka, (open sircuit);
2) Televisi rangkaian tertutup yang panacarannya tidak dapat melalui
kabel kuasial atau gelombang mikro diperlukan penerimaan khusus;
3) Televisi pengajaran dengan pelayanan tertentu (instructional TV
fixed service) yaitu sistem pemancaran dan penerimaan TV pada frekuensi istimewa yang khusus dialokasikan;
4) TV slow scan yaitu sistem pemancaran gambar mati secara bertahap
dengan melalui saluran telepon atau radio biasa;
5) TV time shared yaitu rangkaian sistem yang satu-satunya saluran TV
memancarkan, misalnya, 300 gambar mat kepada 300 penonton yang berlainan, masing-masing untuk 30 detik;
6) Tele black board, yaitu suatu tehnik yang dikembangkan oleh ITB
yang bekerja sama dengan TH Delf yang mampu memancarkan secara serentak suara tulisan dan garis yang dibuat disebidang papan
khusus.17
5. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual
Media Audio Visual telah hadir dan ikut berpartisipasi dalam dunia pendidikan ini telah memiliki berbagai peranan dan kelebihan, namun disamping itu terdapat pula kelemahan dari media audio visual tersebut, Kelebihan Audio Visual sebagaimana yang dikatakan Amir Hamzah, yaitu:
a. Membuahkan hasil belajar lebih baik, karena semakin banyak alat
indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan;
b. Siswa akan belajar lebih banyak daripada jika materi pelajaran
disajikan hanya dengan stimulus dengar saja atau dengan stimulus
pandang saja.18
17Ibid., h. 31.
(30)
Sedangkan, Kelemahan Audio Visual sebagaimana yang dikatakan Nana Sudjana, yaitu:
a. Terlalu menekankan pentingnya materi (bahan-bahan audio visual)
ketimbang proses pengembangannya, seperti: desain, prouksi, dan evaluasi;
b. Tetap memandang materi audio visual sebagai alat bantu guru
dalam mengajar, sehingga keterpaduan antara bahan-bahan dan alat
bantu tersebut diabaikan.19
Selain itu, Arief S, Sadiman juga mengatakan bahwa media audio visual memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
a. Perhatian sulit dikuasai, partisipasi siswa jarang dipraktikkan;
b. Sifat komunikasinya hanya satu arah dan harus diimbangi dengan
pencarian umpan balik yang lain kurang mampu menampilkan
detail dari objek yang disajikan secara sempurna.20
B.
Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam merupakan sebuah cabang ilmu yang sangat luas, oleh karena itu sebelum membahas pengertian Pendidikan Agama Islam, penulis akan terlebih dahulu mengemukakan arti pendidikan pada umumnya. Ramayulis dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam mengatakan bahwa:
Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan "pe" dan akhiran "kan" mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani,
yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada
anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam
bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang
berarti pendidikan.21
Selain itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, "Pendidikan adalah proses pengubahan sikap, dan tata laku seseorang, atau kelompok orang, dalam
19 Nana Sudjana, Teknologi Pengajaran, (Bandung : Sinar Baru Al-Gensindo, 2001), h. 58. 20Arief S. Sadiman, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 75.
(31)
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses,
cara, perbuatan mendidik."22
Nur Uhbiyati mengatakan bahwa:
Bilamana pendidikan kita artikan sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniah) yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab. Usaha kependidikan bagi manusia menyerupai makanan yang
berfungsi memberikan vitamin bagi pertumbuhan manusia.23
Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa, "Pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama".24 Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, "Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagian yang setinggi-tingginya".25
Menurut Dr Ahmad Tafsir, "Pendidikan adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif. Usaha itu banyak macamnya. Satu diantaranya adalah dengan cara mengajarnya, yaitu mengembangkan
pengetahuan dan keterampilannya".26
Dari semua definisi itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah sebuah istilah yang memiliki berbagai macam pengertian, bagi orang awam mungkin pendidikan itu adalah mengajarkan murid di sekolah, melatih anak untuk hidup sehat, mengajari sopan santun kepada orang yang lebih tua, dan
22
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilid IV,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 326.
23 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999) Cet II, h. 12. 24Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-maarif, 1981), Cet. V, h. 19.
25Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet. IV, h. 4.
26Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2010) Cet. IX, h. 28.
(32)
lain-lain sudah cukup bagi orang awam semua hal itu dianggap sebagai pendidikan mungkin bagi mereka "pendidikan ialah sekolah" sebenarnya pendidikan ini sangat luas pengertiannya akan tetapi bila mendefinisikan pendidikan dalam arti sempit saja maka pendidikan itu merupakan sebuah usaha baik itu berupa bimbingan, pimpinan ataupun tuntutan sebagaimana definisi di atas yang diberikan kepada siswa dimana usaha tersebut pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu mengembangkan potensi siswa sehingga menjadikan siswa tersebut lebih baik lagi dan berkembang secara maksimal.
Seperti yang tercantum pada pengertian pendidikan menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.27
Pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah pendidikan agama Islam. Adapun kata Islam dalam istilah Pendidikan Islam menunjukkan sikap pendidikan tertentu yaitu pendidikan yang memiliki warna-warna Islam. Untuk memperoleh gambaran yang mengenai pendidikan agama Islam, berikut ini beberapa defenisi mengenai pendidikan Agama Islam.
Menurut Ahmad Marimba, "Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam".28
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam memiliki arti berikut ini, yaitu:
Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai
27 UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, Pengertian Pendidikan.
28Ahmad D.Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-maarif, 1981), Cet. V, h. 23.
(33)
suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup
di dunia dan di akhirat kelak.29
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan yang maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam.
2. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar atau fundamen dari suatu bangunan adalah bagian dari bangunan yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya bangunan itu. Pada suatu pohon dasar itu adalah akarnya.
Fungsinya sama dengan fundamen tadi, mengeratkan berdirinya pohon itu. Demikian fungsi dari bangunan itu.Fungsinya ialah menjamin sehingga "bangunan" pendidikan itu teguh berdirinya. Agar usaha-usah yang terlingkup di dalam kegiatan pendidikan mempunyai sumber keteguhan, suatu sumber keyakinan: Agar jalan menuju tujuan dapat tegas dan terlihat, tidak mudah disampingkan oleh pengaruh-pengaruh luar. Singkat dan tegas dasar
pendidikan Islam ialah Firman Tuhan dan sunah Rasulullah SAW.30
Kalau pendidikan diibaratkan bangunan maka isi al-Qur'an dan haditslah yang menjadi fundamen.
Dasar-dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari beberapa segi memiliki dua dasar sebagaimana yang dikemukakan oleh Zuhairini, yaitu:
a. Dasar Religius
Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam al-Qur'an maupun al-hadits. Menurut ajaran Islam, bahwa melaksanakan pendidikan agama Islam adalah merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya;
29Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1992), Cet. II, h. 86.
30
Ahmad D. Marimba, Metodik Khusus Islam, (Bandung: PT. Al-Maarif, 1981), Cet V, h. 41.
(34)
b. Dasar Yuridis Formal
Menurut Zuhairini dkk, yang dimaksud dengan Yuridis Formal pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dari perundang-undangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama Islam, di sekolah
ataupun di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia.31
Selain itu Abdul Majid dan Dian Andayani juga mengemukakan beberapa dasar-dasar pendidikan agama islam, yaitu:
a. Dasar Ideal
Yang dimaksud dengan dasar ideal yakni dasar dari falsafah Negara: Pancasila, dimana sila yang pertama adalah ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian, bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau tegasnya harus beragama.
b. Dasar Konsitusional/Struktural
Yang dimaksud dengan dasar konsitusioanl adalah dasar UUD tahun 2002 Pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi sebagai berikut:
Negara berdasarkan atas Tuhan Yang Maha Esa
“Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya ". Bunyi dari UUD di atas mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama, dalam pengertian manusia yang hidup di bumi Indonesia adalah orang-orang yang mempunyai agama. Karena itu, umat beragama khususnya umat Islam dapat menjalankan agamanya sesuai ajaran Islam, maka
diperlukan adanya pendidikan agama Islam.”
c. Dasar Operasional
Yang dimaksud dengan dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah di Indonesia. Menurut Tap MPR nomor IV/MPR/1973. Tap MPR nomor IV/MPR/1978 danTap MPR nomor II/MPR/1983 tentang GBHN," yang pada pokontya dinyatakanbahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukkan kedalam kurikulum sekolah-sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai dengan universitas-universitas negeri. Atas dasar itulah, maka pendidikan agama Islam di Indonesia memiliki status dan landasan yang kuat dilindungi dan didukung oleh hukum serta peraturan perundang-undangan yang ada.
d. Dasar Psikologis
Yang dimaksud dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat.Hal ini
31
Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: biro Ilmiah fakultas tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang), Cet. VIII, h. 23
(35)
didasarkan bahwa dalam hidupnya,manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga
memerlukan adanya pegangan hidup.32
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Semua manusia yang hidup di dunia ini selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama, mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada satu perasaan yang mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa, tempat untuk berlindung, memohon dantempat mereka memohon pertolongan.
Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya apabila mereka dapat mendekatkan dirinya kepada Yang Maha Kuasa. Dari uaraian di atas jelaslah bahwa untuk membuat hati tenang dan tentram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu kepada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial dan moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan di akhirat kelak.
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mencapai suatu tujuan, tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik akan dibawa. Tujuan pendidikan juga dapat membentuk perkembangan anak untuk mencapai tingkat kedewasaan, baik bilogis maupun pedagogis.
Pendidikan memiliki tujuan sebagaimana yang dikemukakan oleh Abdul Majid, yaitu:
Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga mejadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.33
32
Abdul majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) Cet. I, h. 133.
33
(36)
Menurut Zakiah Daradjat, "Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi "insan kamil" dengan pola taqwa".34
Sedangkan Mahmud Yunus mengatakan bahwa:
Tujuan pendidikan agama adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi maupun orang dewasa supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup di atas kakinya sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah
airnya, bahkan sesama umat manusia.35
Dalam buku lainnya Mahmud Yunus mengatakan bahwa, "Tujuan pendidikan Islam adalah menyiapkan anak-anak, supaya waktu dewasa kelak mereka cakap melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat, sehingga
tercipta kebahagiaan bersama dunia akhirat".36
Sedangkan Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa, "Tujuan pendidikan
Islam yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan
kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat".37
Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu pendidikan Islam, yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.
Tujuan pendidikan Islam ada 4 macam, sebagaimana yang dikemukakan oleh Nur Uhbiyati dkk, yaitu:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan seperti: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini
34
Zakiah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1992), Cet. II,, h. 29
35
Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1983), h. 13
36
Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990), cet. 3, h. 10.
(37)
berbeda pada tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa kepada Allah harus tergambar dalam pribadi sesorang yang sudah terdidik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkah-tingkah tersebut.
2. Tujuan Akhir
Pendidikan Islam ini berlangsung selama hidup, maka tujuan kahir akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat menglami naik turun, bertambah dn berkurang dalam perjalanan hidup
seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat
mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan,memelihara dan memperthankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.
3. Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberis sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk
tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional
Umum dan Tujuan Instruksional Khusus (TIU danTIK).
4. Tujuan Operasional
Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan ini disebut juga tujuan instruksional yang
selanjutnya dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan
Tujuan Instruksional Khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksioanal ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit kegiatan
pengajaran.38
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Agama Islam adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang sholeh, teguh imannya, taat beribadah dan berakhlak terpuji.
Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai
ini juga dalamrangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi
38
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999) Cet. II, h. 60-61.
(38)
anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) diakhirat kelak.
Dengan demikian tujuan pendidikan merupakan pengamalan nilai-nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi muslim melalui proses akhir yang dapat membuat peserta didik memiliki kepribadian Islami yang beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan.
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam sangat terperinci dan saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya sebagaimana dikatakan oleh Abdul Majid dan Dian Andayani, yaitu:
Mata pelajaran pendidikan agama Islam itu secara keseluruhannya
dalam lingkup Al-Qur’an dan al-hadis, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah,
dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup
pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian,
keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT,
diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungan.39
Selain itu, Muhaimin juga mengemukakan bahwa, Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut, yaitu:
a. Al-Qur’an-Hadis
Merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti merupakan sumber akidah (keimanan), syariah, ibadah, muamalah, dan akhlak sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut.
b. Keimanan atau Aqidah
Merupakan akar atau pokok agama. Ibadah, muamalah dan akhlak bertitik tolak dari akidah, dalam arti sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan hidup).
c. Akhlak
Merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah Swt (ibadah dalam arti khas) dan
hubungan manusia dengan manusia dan lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya.
39
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet. 3,
(39)
d. Fiqih/ibadah (syariah)
Merupakan sistem norma (aturan) yeang mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia, dan dengan makhluk lainnya. Dalam hubungan dengan Allah diatur dalam
ibadah dalam arti khas (thaharah, salat, zakat, puasa, dan haji) dan
dalam hubungan dengan sesama manusia dan lainnya diatur dalam muamalah dalam arti luas.
e. Sejarah (tarikh)
Merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyariah (beribadah dan bermualah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupannya
yang dilandasi oleh akidah. 40
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006, "Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri
sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya".41
C.
Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, "Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang telah diberikan oleh guru".42
Menurut Oemar Hamalik, "Hasil belajar adalah apabila seseorang yang telah belajar itu mengalami perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti".43
40
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 80.
41
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006,
Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 2, (http://bsnp
indonesia.org/id/?page_id=63/).
42
Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 895.
43
(40)
Sedangkan menurut Syaiful Bahri, "Hasil belajar adalah perubahan yang
terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dicapai olehindividu dari
proses belajar".44
Berbeda lagi menurut Nana Sudjana, "Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya".45
Disebutkan pula oleh Hamzah bahwa, "Seseorang yang telah mengalami
proses belajar dapat ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai
kriteria keberhasilan belajar pada diriseseorang yang belajar".46
Menurut Agus Supriyono, "Hasil belajar pada hakekatnya adalah merupakan kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir danbertindak.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan".47
Menurut Arikunto, "Hasil belajar adalah hasil setelah mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati dan diukur".48
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada intinya adalah sebuah perubahan dimana perubahan tersebut mencakup berbagai aspek baik tingkah laku maupun kemampuan pengetahuan dan keterampilan yang terjadi akibat proses belajar yang merubah siswa dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Dengan demikian menurut Sri Esti, "Hasil belajar yang harus dicapai
siswa, hendaknya menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin Bloom,
44 Syaiful Bahri Djamarah, Azwan Zaian, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h.54.
45
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 22.
46
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang Pendidikan , (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. IV, h. 16.
47
Agus Supriyono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Cet. II, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 5.
48
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar EvaluasiPendidikan, ( Jakarta: Bina Aksara, 1993), h. 133.
(41)
yang membagi hasil belajar kepada tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan
psikomotoris.49
2. Klasifikasi Hasil Belajar
Klasifikasi Hasil belajar merupakan salah satu hal penting sebagai penunjang tercapainya tujuan pembelajaran sehingga Robert Gagne
memberikan kategori prestasi belajar yang harus dimiliki siswa setelah
dilakukan pembelajaran, yaitu:
a. Informasi Verbal
Yaitu tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang yang dapat diungkapkan melalui bahasa lisan maupun tertulis kepada orang lain. Siswa harus mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan baik yang bersifat praktis maupun teoritis.
b. Kemahiran Intelektual
Kemahiran intelektual menunjuk pada “knowing how”, yaitu
bagaimana seseorang berhububungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri.
c. Pengaruh Kegiatan Kognitif
Kemampuan yang dapat menyalurkan dan mengarahkanaktifitas
kognitifnya sendiri, khususnya bila sedang belajar danberfikir. Orang
yang mampu mengatur dan mengarahkan aktivitas mentalnya sendiri
dalam bidang kognitif akan dapat menggunakan semua konsep dan
kaidah yang pernah dipelajari jauh lebih efisien danefektif, daripada
orang yang tidak berkemampuan demikian.
d. Sikap
Sikap tertentu seseorang terhadap objek
e. Keterampilan Motorik
Yaitu seseorang yang mampu melakukan suatu rangkaian
gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi
antara gerak gerik berbagai anggota badan secara terpadu.50
Sedangkan Menurut Benjamin Bloom Klasifikasi Hasil Belajar terbagi atas beberapa ranah, yaitu:
a. Ranah Kognitif (Cognitive domain / ranah cipta)
Adalah keberhasilan belajar yang diukur oleh taraf penguasaan
intelektuallitas, keberhasilan ini biasanya dilihat dengan
bertambahnyapengetahuan siswa, yang terbagi menjadi :
49
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), Cet. III, h. 211.
50
(42)
1) Pengetahuan (Knowledge) adalah ranah pengetahuan yang
meliputi ingatan yang pernah dipelajari meliputi metode,
kaidah, prinsip danfakta.
2) Pemahaman (Comprehension) meliputi kemampuan untuk
menangkap arti, yang dapat diketahui dengan kemampuan
siswadalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan.
3) Penerapan (Application), kemampuan untuk menerapkan
suatu kaidah atau metode untuk menyelesaikan masalah
dalamkehidupan nyata. Penerapan ini dapat meliputi hal-hal
sepertiaturan, metode, konsep, prinsip dan teori.
4) Analisis (Analysis), meliputi kemampuan untuk memilah
bahan ke dalam bagian-bagian atau menyelesaikan sesuatu
yang kompleks ke bagian yang lebih sederhana. Contohnya
mengidentifikasikan bagian-bagian, menganalisa hubungan
antar bagian-bagian dan membedakan antara fakta dan
kesimpulan.
5) Sintetis (Syntesis), meletakkan bagian-bagian yang
dihubungkansehingga tercipta hal-hal yang baru.
6) Evaluasi (Evaluation), kemampuan memberikan penilaian
terhadapsesuatu.
b. Ranah Afektif (ranah rasa)
Adalah keberhasilan belajar yang diukur dalam taraf sikap dan nilai. Keberhasilan ini tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti berakhlaqul karimah, disiplin dan mentaati norma-norma yang baik, yang terdiri dari:
1) Penerimaan (Recieving), kesediaan siswa untuk
memperhatikantetapi masih berbentuk pasif
2) Partisipasi (Responding), siswa aktif dalam kegiatan
3) Penilaian/penentuan sikap(Valuing), kemampuan menilai
sesuatu,dan membawa diri sesuai dengan penilaian tersebut
4) Organisasi (Organizing), kemampuan untuk membawa atau
mempersatukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan
konflik diantara nilai-nilai dan membentuk suatu sistem nilai
yang konsisten
5) Pembentukan Pola Hidup (Characterization by value or
value complex), yaitu kemampuan untuk menghayati
nilai-nilaikehidupan sehingga dapat menjadi pegangan hidup.
c. Psikomotorik (ranah karsa)
Adalah keberhasilan belajar dalam bentuk skill (keahlian) bisa dilihat dengan adanya siswa yang mampu mempraktekkan hasil belajar dalam bentuk yang tampak, yaitu meliputi:
1) Persepsi (Perceptio), dapat dilihat dari kemampuan untuk
membedakan dua stimuli berdasarkan ciri-ciri masing-masing.
2) Kesiapan (Set), kesiapan mental dan jasmani untuk
(43)
3) Gerakan terbimbing (Guided respons), melakukan gerakan sesuai dengan contoh yang diberikan.
4) Gerakan yang terbiasa (Mechanical respons),kemampuan
melakukan gerakan dengan lancar tanpa memperhatikan contoh yang diberikan.
5) Gerakan yang kompleks (Complex respons), kemampuan
melakukan beberapa gerakan dengan lancar, tepat dan efisien.
6) Penyesuaian pola gerakan (Adjusment), kemampuan
penyesuaian gerakan dengan kondisi setempat.
7) Kreativitas (Creativity), kemampuan melahirkan
gerakan-gerakan baru. 51
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi tiga macam sebagaimana yang dikemukakan oleh Wasti Sumanto, yaitu :
a. Faktor stimuli belajar
Yang dimaksud dengan stimuli belajar yaitu segala hal diluar individu yang mendorong individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimuli dalam hal ini mencakup materiil, penegasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima atau dipelajari oleh siswa.
b. Faktor metode belajar
Metode yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh siswa. Dengan kata lain, metode yang dipakai guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar.
c. Faktor individual
Faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar
seseorang.52
Wasti Sumanto juga menambahkan bahwa faktor-faktor individual itu menyangkut beberapa hal, yaitu:
1) Kematangan
2) Usia
3) Perbedaan jenis kelamin
51
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001), h. 23.
52
(44)
4) Pengalaman
5) Kapasitas mental
6) Kondisi kesehatan jasmani dan rohani
7) Motivasi53
Selain itu Yudhi Munadi mengatakan dalam bukunya bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
a. Faktor Internal 1) Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar, siswa yang kekurangan gizi misalnya, ternyata kemampuan belajarnya berada dibawah siswa-siswa yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi pada umumnya cenderung cepat lelah dan capek, cepat ngantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran.
Demikian juga kondisi saraf pengontrol kesadaran dapat berpengaruh pada proses dan hasil belajar. Misalnya, seseorang yang minum-minuman keras akan kesulitan untuk melakukan proses belajar, karena saraf pengontrol kesadarannya terganggu. Bahkan, perubahan tingkah laku akibat pengaruh minuman keras tersebut,
tidak bisa dikatakan perubahan hasil belajar.54
Disamping kondisi-kondisi diatas, merupakan hal yang penting juga memperhatikan kondisi pancaindera sebagaimana dikatakan oleh Aminudin Rasyad, yaitu:
"Pancaindera merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan (Five sence
are the golden gate of knowledge). Artinya kondisi panca indera tersebut akan memberikan pengaruh pada proses dan hasil belajar. Dengan memahami kelebihan dan kelemahan pancaindera dalam memperoleh pengetahuan atau pengalaman akan mempermudah dalam memilih dan menentukan jenis rangsangan atau stimuli dalam proses belajar".55
53
Ibid., h. 121.
54
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, ( Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2008), Cet I, h. 24-25.
55
Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003), h.116.
(45)
2) Faktor Psikologis
Faktor kedua dari faktor internal adalah faktor Psikologis. Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda terutama dalam hal kadar bukan hal jenis, tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya masing-masing, beberapa faktor psikologis yang dapat diuraikan diantaranya meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat,
motif dan motivasi, serta kognitif dan daya nalar. 56
b. Faktor Eksternal 1) Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula berupa lingkungan sosial.
Lingkungan alam misalnya keadaan suhu, kelembaban udara, dan sebagainya. Lingkungan sosial baik yang berupa manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses hasil belajar. Sering kali guru dan para siswa yang sedang belajar didalam kelas merasa terganggu oleh obrolan orang-orang yang berada di luar persis di depan kelas tersebut, apalagi obrolan itu diiringi dengan gelak tawa yang keras dan teriakan. Hiruk pikuk lingkunghan sosial seperti suara mesin pabrik, lalu lintas dan lain-lain yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Karena itu sekolah hendaknya didirikan dalam lingkungan yang kondusif untuk belajar.
2) Faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan kegunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan.
Faktor-faktor instrumental ini ialah kurikulum, sarana, fasilitas dan guru.57
D.
Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian sebelumnya peneliti mendapatkan data bahwa ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini:
1. Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Laily Afiya dengan judul
"Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Minat Siswa Pada
Pembelajaran PAI". Hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa Ada
pengaruh signifikan antara penggunaan media audio visual terhadap minat
56
Ibid., h. 26.
57
(46)
siswa pada pembelajaran PAI. Hal ini ditunjukkan dari nilai Freg sebesar 7,906. Berdasarkan hasil hitungan diperoleh bahwa Fhitung = 7,906 > Ftabel
untuk taraf signifikansi 5% adalah 4,17 sedangkan pada taraf signifikansi 1% adalah 7,35. Karena Fhitung > Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa
persamaan regresi tersebut signifikan.
2. Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Rahayu Nurdirjanah dengan judul "Penggunaan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Al-Qur'an Hadits Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di MI Ma'arif Donorojo".
Hasil Penelitian tersebut diperoleh bahwa Prestasi belajar al-Qur’an
Hadits pada materi pokok bacaan al-Qamariyah dan al-Syamsiyyah dapat
ditingkatkan dengan penggunaan metode audio visual di kelas III
semester II MI Ma’arif Donorojo meningkatkan pada tiap siklusnya, pada
pra siklus tingkat ketuntasannya ada 19 siswa atau 55%, naik menjadi 24 siswa atau 70% pada siklus I, dan naik pada siklus II menjadi 30 siswa atau 88%. Peningkatan juga terjadi pada keaktifan belajar siswa Dimana pada siklus I tingkat ketuntasan ada 21 siswa atau 62% naik menjadi 29 siswa atau 85% pada siklus II, Ini menunjukkan bahwa siswa sudah aktif dalam pembelajaran.
3. Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Atma dengan judul "Pengaruh
Penggunaan Media Terhadap Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas VI (Enam) Di Madrasah Ibtidaiyah Mathla'ul Anwar Cimapag Bogor". Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa hasil belajar IPS dengan menggunakan media audio visual lebih tinggi daripada hasil belajar IPS dengan menggunakan model konvensional.
E.
Kerangka Berfikir
Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi. Proses komunikasi (proses penyampaian pesan) harus diciptakan atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dan siswa. Pesan atau informasi yang dimaksud berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman, dan sebagainya.
(1)
Lampiran 20
Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen
Xᵢ F Zn F.xᵢ X² F.X² Z F(Z) S(Z) F(Z)-S(Z)
60 1 1 60 3600 3600 -2.20 0.0139 0.038 -0.0246
65 2 3 130 4225 8450 -1.71 0.0436 0.115 -0.0718
70 2 5 140 4900 9800 -1.22 0.1112 0.192 -0.0811
75 2 7 150 5625 11250 -0.72 0.2358 0.269 -0.0334 80 3 10 240 6400 19200 -0.23 0.4090 0.385 0.0244
85 9 19 765 7225 65025 0.26 0.6026 0.731 -0.1282 90 4 23 360 8100 32400 0.75 0.7734 0.885 -0.1112 95 3 26 285 9025 27075 1.25 0.8944 1.000 -0.1056
̅
=
82.346 SD = 10.150 Lo = 0.0244 L tabel =√ =
= 0,173
Lo < L tabel = 0.0244< 0,173
Kesimpulan : Dari perhitungan didapat nilai Lo = 0.0244, dan L tabel untuk n = 26 dengan taraf signifikan 0,05 adalah sebesar = 0,173. Karena Lo < Lt (0.0244< 0.173) maka dapat disimpulkan bahwa sempel kelas berdistribusi Normal.
(2)
Lampiran 21
Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol
Xᵢ F Zn F.xᵢ X² F.X² Z F(Z) S(Z) F(Z)-S(Z)
50 3 3 150 2500 7500 -2.12 0.0170 0.115 -0.0984
60 2 5 120 3600 7200 -1.25 0.1056 0.192 -0.0867
65 1 6 65 4225 4225 -0.81 0.2090 0.231 -0.0218
70 5 11 350 4900 24500 -0.37 0.3557 0.423 -0.0674
75 2 13 150 5625 11250 0.07 0.5279 0.500 0.0279
80 7 20 560 6400 44800 0.51 0.6950 0.769 -0.0742 85 4 24 340 7225 28900 0.95 0.8289 0.923 -0.0942 90 2 26 180 8100 16200 1.39 0.9177 1.000 -0.0823
̅
=
74.19 SD = 11.39 Lo = 0.0279 L tabel =√ =
= 0,173
Lo < L tabel = 0.0279< 0,173
Kesimpulan : Dari perhitungan didapat nilai Lo = 0.0279, dan L tabel untuk n = 26 dengan taraf signifikan 0,05 adalah sebesar = 0,173. Karena Lo < Lt (0.0279< 0.173) maka dapat disimpulkan bahwa sempel kelas berdistribusi Normal.
(3)
Lampiran 22
Tabel
Hasil Uji Homogenitas
No X Y XY X2 Y2
1 60 50 3000 3600 2500
2 65 50 3250 4225 2500
3 65 50 3250 4225 2500
4 70 60 4200 4900 3600
5 70 60 4200 4900 3600
6 75 65 4875 5625 4225
7 75 70 5250 5625 4900
8 80 70 5600 6400 4900
9 80 70 5600 6400 4900
10 80 70 5600 6400 4900
11 85 70 5950 7225 4900
12 85 75 6375 7225 5625
13 85 75 6375 7225 5625
14 85 80 6800 7225 6400
15 85 80 6800 7225 6400
16 85 80 6800 7225 6400
17 85 80 6800 7225 6400
18 85 80 6800 7225 6400
19 85 80 6800 7225 6400
20 90 80 7200 8100 6400
21 90 85 7650 8100 7225
22 90 85 7650 8100 7225
23 90 85 7650 8100 7225
24 95 85 8075 9025 7225
25 95 90 8550 9025 8100
26 95 90 8550 9025 8100
∑ 2130 1915 159650 176800 144575
Varian (SD
2) variable X
Varian (SD2) variable Y
SD
2=
∑∑
SD
2
=
∑∑
(4)
=
=
=
=
=
=
=
=
= 92.154 = 141.115
Perhitungan Uji Homogenitas
Uji Homegenitas yang dihitung menggunakan uji Fisher dengan Rumus :
F =
∑ ∑
dan
=
∑ ∑
Langkah-langkah perhitungannya : 1. Menentukan hipotesis
Ho = Data memiliki varians homogen
Ha= Data tidak memiliki varians homogen
2. Menentukan kriteria pengujian Ho diterima jika Fhitung Ftabel
Ha ditolak jika Fhitung Ftabel
3. Menentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil) db1 (pembilang) = n – 1 = 26 - 1 = 25
db2 (penyebut) = n – 1 = 26 - 1 = 25
4. Menentukan nilai F hitung
Berdasarkan tabel persiapan uji homogenitas, diperoleh 92.154 dan 141.115 pada posttest eksperimen dan kontrol sehingga diperoleh:
F hitung
=
= 1.531 5. Menentukan nilai F tabel
(5)
Karena tabel Fhitung Ftabel (1.531< 1.940) untuk hasil posttest eksperimen dan
kontrol, maka Ho diterima. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa data tersebut memiliki
varians yang homogen.
Lampiran 23
Perhitungan Pengujian Hipotesis
Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t dengan langkah perhitungan sebagai berikut :
a. Merumuskan Hipotesis Ho : μ1= μ2
Ha : μ1 μ2
Keterangan :
μ1 : Rata-rata hasil belajar kognitif siswa dengan menggunakan media audio visual μ2 : Rata-rata hasil belajar kognitif siswa dengan tidak menggunakan media audio
visual
Kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika -ttabel thitung maka Ho diterima pada taraf signifikan 0,05.
Jika thitung -ttabel atau ttabel thitung maka Ha diterima pada taraf signifikan 0,05.
b. Menentukan Uji Statistik
Total
–
=
–=
(6)
Perhitungan UJI t
t =
̅ ̅ √=
– √=
√
=
√
=
=
=
2.775 Maka nilai thitung adalah 2.775Untuk mencari ttabel karena hipotesisnya 1 arah maka untuk menentukan
ttabel = t ( , db)
Dengan (db) = (n1 n2 - 2) = ( 26 26 – 2) = 50 dan taraf signifikan = 0,05
Maka nilai ttabel = t (0.05, 50) adalah 1.645
c. Pengambilan Kesimpulan
Karena didapat thitung = 2.775 ttabel = 1.645 maka Ho ditolak atau Ha diterima. Artinya
media audio visual berpengaruh nyata terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran Al-Islam pada taraf signifikan = 0.05.