39 baru. Pelaksanaan dapat dilakukan dengan petani setempat secara berkoperasi atau
bermitra dengan pengusaha sebagai investor. Berdasarkan skala produksi, produk yang dapat dipilih untuk dihasilkan pada
agroindustri kelapa terpadu tampak pada tabel di bawah ini:
Tabel 6 Skala Industri Beberapa Produk Olahan Kelapa Jenis Industri
Skala Industri Kecil
MenengahBesar 1
2 3
4 5
A. Daging Kelapa
1. Kopra V
V V
2. Minyak Kelentik V
V 3. Minyak mentah
V V
V 4. Minyak dimurnikan
V V
5. Produk lemak dan derivatnya V
V 6. Santan Awet
V V
V 7. Santan Serbuk
V V
8. Protein Kelapa V
V 9. Desiccated Coconut
V V
V 10. Yoghurt Berbasis Kelapa
V V
V 11. Minuman Skim Kelapa
V V
V
B. Air Kelapa
1. Nata de Coco V
V V
2. Cuka Air Kelapa V
V V
3. Kecap Air Kelapa V
V 4. Minuman Penyegar
V V
C. Nira kelapa
1. Gula merah cetak V
V 2. Gula semut
V V
3. Cuka Nira V
V 4. Minuman Penyegar
V V
D. Tempurung Kelapa
1. Arang V
V 2. Arang Aktif
V V
V 3. Tepung Tempurung
V V
V
E. Sabut Kelapa
1. Coir fibre V
V V
2. Coir dust V
V V
F. Batang Kelapa
1. Mebel V
V V
2. Kerajinan V
V V
Sumber : Notowijoyo 2001 Program agroindustri kelapa terpadu diharapkan dapat memberi manfaat antara
lain :
40 1. menambah keragaman produk industri yang dapat diperoleh di dalam negeri
2. menghasilkan sumber energi dan bahan mentah bernilai tinggi bagi sektor lain 3. meningkatkan devisa negara dengan adanya ekspor produk jadi dan setengah
jadi yang bernilai ekonomis tinggi 4. mengembangkan bahan baku lokal untuk substitusi impor
5. meningkatkan tenaga kerja produktif di sentra-sentra industri 6. meningkatkan peluang kerja tambahan dan pendapatan masyarakat pedesaan
7. meningkatkan pendapatan petani di pedesaan 8. memanfaatkan hasil samping yang sebelumnya tidak atau kurang
dimanfaatkan. Agroindustri kelapa terpadu ini diharapkan dapat dilaksanakan melalui
integrasi kegiatan on-farm dan off-farm pada sentra-sentra produksi kelapa, sehingga dapat diperoleh peningkatan nilai tambah dan mengurangi resiko usaha.
Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan perkebunan yaitu untuk meningkatkan produksi, produktivitas, nilai tambah dan daya saing perkebunan,
kemampuan sumber daya manusia perkebunan, pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perkebunan, penerimaan dan devisa negara dari sub sektor
perkebunan, penyediaan lapangan kerja, pemenuhan pasokan bahan baku industri dalam negeri, dukungan penyediaan pangan, dukungan penyediaan substitusi
energi biofuel, dukungan pengembangan wilayah dan optimalisasi pengelolaan sumberdaya secara arif dan berkelanjutan Ditjenbun 2006.
Sasaran pengembangan kelapa terpadu di Indonesia pada 20 sentra produksi kelapa. Sasaran pada tahun 2007 diarahkan untuk mendukung
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perkebunan melalui peningkatan produksi dan produktivitas, nilai tambah dan daya saing, yang
tercermin diantaranya dengan indikator berupa pengembangan agroindustri pedesaan pengembangan kelapa terpadu on-farm dan off-farm di Riau, Banten,
Kalbar, Sulut, Sulsel dan Sulbar.
41
Ulasan Penelitian Terdahulu
Ada beberapa ranah penelitian yang mendasari penelitian ini yaitu ranah penelitian kelapa dan agroindustri kelapa, ranah penelitian rantai pasokan dan
ranah penelitian optimasi dengan simulasi. Beberapa penelitian terdahulu ini cukup untuk mendasari penelitian yang berkaitan dengan rancang bangun model
rantai pasokan untuk agroindustri kelapa terpadu ini. Penelitian kelapa dan agroindustri kelapa sudah banyak dilakukan, namun belum ada yang spesifik
merancang model rantai pasokan dalam agroindustri kelapa terpadu dengan optimasi melalui simulasi.
Kustanto 1999 melakukan penelitian untuk membantu pengambilan keputusan dalam perencanaan pengembangan agroindustri komoditas unggulan
pada kawasan andalan yang merupakan studi kasus di Kabupaten Ciamis dengan menghasilkan program Agrodev.
Rukmayadi 2002 melakukan penelitian yang menghasilkan model SPK untuk pemilihan daerah potensial, pemilihan produk prospektif, analisa kelayakan
finansial dan Fuzzy interpretative structural, serta strategi pengembangan agroindustri kelapa dengan studi kasus di Kabupaten Ciamis.
Rinaldi 2008 melakukan penelitian untuk membuat model rantai kegiatan dari industri kelapa. Model ini mengkaji rantai kegiatan dari agroindustri
kelapa, nilai tambah yang dihasilkan oleh rantai kegiatan agroindustri kelapa. Pendekatan yang dilakukan berdasarkan analisis rantai kegiatan agroindustri
kelapa, maksimisasi nilai tambah dan penggunaan metoda linier programming untuk optimasi.
Hani 2007, melakukan analisis terhadap pengelolaan dan efisiensi rantai pasokan buah kelapa tua di Kota Bogor. Penelitian dilakukan dengan melihat
jaringan konfigurasi logistik, pengendalian inventori, integrasi rantai pasokan dan efisiensi rantai pasokan pada sebagian level anggota rantai pasokan. Analisis yang
dilakukan bersifat deskriptif yang menggambarkan keadaan pasar dan aliran rantai pasokan kelapa. Analisis efisiensi diukur dengan membandingkan biaya total
transportasi berdasarkan alokasi optimal. Penentuan alokasi kebutuhan yang optimal dilakukan dengan mengembangkan model transportasi dengan teknik
42 optimasi program linier. Analisis rantai pasokan hanya dilakukan terbatas pada
pasokan buah kelapa di pasar di wilayah Kotamadya Bogor. Sudjarmoko 2007, melakukan analisis efisiensi relatif komoditas kelapa
pada lahan pasang surut dan lahan kering. Penelitian dilakukan dengan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha tani kelapa, khususnya pada
tanaman kelapa perkebunan rakyat, mengetahui kondisi ekonomi skala usaha tanaman perkebunan rakyat, serta menganalisis efisiensi ekonomi, harga, dan
teknis relatif dari kategori usaha tani kelapa yang berbeda, khususnya pada tanaman kelapa perkebunan rakyat yang diusahakan pada lahan pasang surut dan
lahan kering serta berdasarkan luas lahan usaha tani. Penelitian ini cukup mendukung dan mendasari dalam merancang bangun model rantai pasokan untuk
agroindustri kelapa terpadu. Sungkar 2006 melakukan penelitian berkaitan dengan penguatan
kapasitas kelembagaan Assosiasi Petani Kelapa Indonesia. Pola-pola hubungan dalam lingkup petani kelapa dan strategi pengembangannya. Penelitian ini dapat
mendukung dalam membangun model rantai pasokan untuk agroindustri kelapa terpadu dengan melihat pada pola kelembagaan petani kelapa selaku pemasok.
Andria 2007, melakukan penelitian yang menghasilkan suatu model rantai pasokan agroindustri, kemudian melakukan optimasi model melalui
algoritma genetika, serta mengkaji penerapan program algoritma genetika tersebut untuk rantai pasokan agroindustri cocodiesel. Model rantai pasokan ini cukup
bagus untuk mempertajam tinjauan dari sisi optimasi. Adiarni 2007, melakukan penelitian yang berkaitan dengan rantai
pasokan dan menghasilkan sistem pasokan bahan baku namun ditujukan untuk agro industri farmasi yang berbasis jaringan sehingga mampu meningkatkan
pendapatan bagi petani anggota dan hubungan yang berkelanjutan. Hartati 2007 menghasilkan penelitian yang mengembangkan suatu
model supply contract yang menggabungkan model total minimum quantity commitment
dengan fleksibilitas disertai dengan model optimasi untuk menentukan kebijakan kontrak pasokan bahan baku, sekaligus juga
mengakomodasi pemilihan pemasok. Namun, penelitian ini dilakukan dalam industri manufaktur.
43 Penelitian yang terkait rantai pasokan biasanya mengukur kinerja
berdasarkan biaya yang dikeluarkan dalam proses bisnis tersebut Apaiah dan Hendrix 2004; Araki et al. 2006; Yandra et al. 2007. Minimisasi biaya dalam
rantai pasokan produk pertanian dapat dilakukan dengan penentuan lokasi produksi, komposisi produk, dan metode transportasi yang digunakan Apaiah dan
Hendrix 2004, serta tingkat persediaan Yandra et al. 2007. Metode yang digunakan untuk menunjukkan hubungan kerjasama yang terjadi antara pembeli
dan pemasok dilakukan dengan simulasi rantai pasokan Mukhtar et al. 2002. Model rantai pasokan yang didesain juga dapat menggunakan simulasi
untuk tujuan tertentu, seperti mempertemukan permintaan konsumen sebagai garansi pengiriman dengan kualitas yang bagus dan biaya sedikit dalam waktu
penyampaian yang minimal Chang dan Makatsoris 2002. Simulasi juga digunakan untuk mendesain kembali jaringan rantai pasokan pangan yang
merupakan model kualitas untuk mengontrol logistik Van der Vorst 2005, untuk menunjukkan konsekuensi dalam supply chain industri makanan Minegishi dan
Thiel 2000, untuk mereduksi bulwhip effect Reiner dan Trcka 2004. Simulasi skenario dari sisi manajemen, penjadwalan supply dan manajemen tangki untuk
meramalkan CPO Djohar et al. 2003. Simulasi juga dilakukan oleh Yoshizumi dan Okano 2007 yang didasarkan pada algoritma untuk optimasi supply chain
dengan mengeksploitasi kedua teknik simulasi dan teknik optimasi. Penggunaan komputer melalui software-software simulasi dan algoritma tertentu dilakukan
untuk mempermudah pekerjaan, seperti halnya dengan penggunaan SimmProcess Reiner dan Trcka 2004 dan Stella Djohar et al. 2003. Kumar dan Yamaoka
2007 melakukan penelitian yang berkaitan dengan dinamika sistem untuk agroindustri otomotif di Jepang yang mengeksplorasi keterkaitan reused, recycle
dan disposal pada industri mobil Jepang untuk melihat jumlah mobil yang diekspor, digunakan kembali, dan dibuang dengan parameter data aktual dan
peramalan permintaan mobil. Secara ringkas, posisi beberapa penelitian pendahuluan dan penelitian
yang dilakukan dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini ;
44 Tabel 7 Posisi Penelitian yang Dilakukan
Penelitian Ranah
Metode Indikator
1 2
3 1
2 3
1 2
3 4
Adiarni 2007 √
√ √
Andria 2007 √
√ √
Apaiah dan Hendrix, 2004 √
√ √
√ Araki et al. 2006
√ √
√ Chang dan Makatsoris 2002
√ √
√ √ √
Djohar et al 2003 √
√ √
√ √ Hani 2007
√ √ √
√ Hartati 2007
√ √
√ Kumar dan Yamaoka 2007
√ √
√ Kustanto 1999
√ √
√ Minegishi dan Thiel 2000
√ √
√ √
Mukhtar et al. 2002 √
√ √
√ Reiner dan Trcka 2004
√ √
√ √
Rinaldi 2008 √ √
√ √
Rukmayadi 2002 √
√ √
Sudjarmoko 2007
√ √
√ Sungkar 2006
√ √
√ Van der Vorst 2005
√ √
√ Yandra et al. 2007
√ √
√ √
Yoshizumi dan Okano 2007 √
√ √
√ √
Penelitian yang akan dilakukan √ √
√ √
√ √
Keterangan : Ranah Penelitian : 1. Kelapa dan agroindustri kelapa; 2. Rantai Pasokan;
3. Simulasi Metode
: 1. Optimasi standar; 2. Meta heuristik; 3. Simulasi Indikator
: 1. Kualitas Produk; 2. Biaya; 3. Waktu; 4. lainnya
METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran
Sistem pasokan bahan baku dalam suatu agroindustri merupakan salah satu faktor yang penting untuk menjaga kelangsungan proses produksi. Sistem
pasokan ini merupakan integrasi kegiatan dari pengadaan pasokan bahan baku hingga menjadi produk yang didistribusikan ke konsumen. Sistem pasokan ini
melibatkan beberapa pihak yang memiliki keterkaitan. Model rantai pasokan didesain agar terjadi integrasi yang sinergis antara
petani pemasok bahan baku kelapa dan agroindustri kelapa yang diusahakan secara terpadu. Kontribusi peran masing-masing pelaku dalam rantai pasokan juga
merupakan hal yang menarik untuk dikaji sehingga dapat mendorong upaya pengusahaan pasokan bahan baku yang berkelanjutan dan agroindustri kelapa
terpadu yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen untuk pasar domestik maupun pasar ekspor.
Permintaan bahan baku untuk agroindustri kelapa terpadu kemungkinan memiliki persyaratan spesifik yang berkaitan dengan sumber asal pasokan yang
diinginkan. Oleh sebab itu akan terjadi aliran permintaan dan aliran pasokan bahan baku. Menurut Evans dan Danks 1998, faktor yang mempengaruhi
manajemen rantai pasokan adalah : strategi sumber pengelolaan permintaan dan penawaran serta integrasi pasokan yang akan membentuk struktur dan variabilitas
yang berciri sesuai dengan aliran bahan baku. Analisis deskriptif kualitatif pada sistem pasokan bahan baku dan
permintaan bahan baku diperlukan untuk melengkapi model ini. Simulasi dilakukan dengan beberapa asumsi untuk meminimisasi biaya rantai pasokan
agroindustri kelapa terpadu yang dirancang yang terdiri dari biaya transportasi, biaya persediaan, biaya distribusi. Model yang didesain selanjutnya dapat
diimplementasikan sehingga dapat memberikan manfaat untuk pengembangan agroindustri kelapa terpadu.
Keterkaitan hubungan dalam jaringan konfigurasi rantai pasokan yang melibatkan pemasok, agroindustri hingga konsumen untuk pasar domestik.
maupun pasar ekspor yang menunjukkan aliran bahan secara konseptual tergambar pada diagram di bawah ini. Diagram yang menggambarkan kerangka
46 konseptual penelitian yang mendasari perancangan model berdasarkan pola aliran
bahan baku yang berimplikasi pada biaya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 7 Kerangka Konseptual Penelitian Pemasok
Agroindustri
Konsumen Pasar DomestikEkspor
Kebun Kelapa
Pasokan Buah kelapa butir
Transportasi Pasokan
Persediaan Buah kelapa
butir Persediaan Buah
kelapa butir
Pengolahan daging buah kelapa
Persediaan Produk Persediaan
Produk
Transportasi Produk
Konsumen
Model yang mempertimbangkan Total biaya rantai pasokan
Transportasi Buah kelapa butir
Pengolahan Air kelapa
Pengolahan Sabut
kelapa
Pengendalian Biaya Persediaan dan Pasokan
Pengendalian biaya persediaan produk Pengendalian biaya distribusi
Pengolahan Tempurung
47 Adapun diagram alir kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar di bawah ini
:
Gambar 8 Diagram Alir Kerangka Pemikiran Mulai
Tujuan merancang suatu model rantai pasokan untuk agroindustri
kelapa terpadu Analisis deskriptif
kualitatif, studi pustaka Mempelajari sistem pasokan
agroindustri kelapa secara menyeluruh
Identifikasi dan penentuan produk prospektif
Identifikasi kebutuhan model rantai pasokan
Identifikasi faktor yang mempengaruhi total biaya
rantai
Pendapat pakar, dengan metode rangking dan
pendekatan kriteria Bayes, studi pustaka
Studi pustaka dan wawancara
Menyusun kerangka model rantai pasokan Menyusun skenario dan formulasi
model rantai pasokan
Simulasi model rantai pasokan Verifikasi dan validasi model
Rencana implementasi model
Selesai Kesimpulan dan Saran
Studi pustaka dan wawancara
Simulasi dengan software
Stella 9.14
Causal Loop Diagram
Stock Flow Diagram
Formulasi Simulasi
Model Dinamis
48
Pendekatan Pemodelan
Model rantai pasokan terdiri atas beberapa kajian yaitu: sistem pasokan bahan baku dari pemasok yaitu petani kelapa maupun pedagang pengumpul,
sistem transportasi bahan baku unit pengolahan, sistem persediaan bahan baku sebelum diolah menjadi aneka produk prospektif, sistem produksi, sistem
distribusi produk ke konsumen untuk industri hilir maupun untuk pasar domestik maupun pasar ekspor.
Skenario konsep konfigurasi didasarkan atas penyederhanaan jaringan rantai pasokan bahan baku dari industri kelapa yang dilakukan secara parsial.
Skema jaringan rantai pasokan untuk industri pengolahan kelapa secara parsial, masing-masing meliputi aliran bahan baku berupa buah kelapa segar, aliran bahan
baku berupa air kelapa, aliran bahan baku sabut kelapa dan aliran bahan baku tempurung. Industri-industri pengolahan kelapa secara parsial yang dipilih
merupakan industri pengolahan kelapa yang menghasilkan produk-produk prospektif dari hasil identifikasi.
Jaringan konfigurasi rantai pasokan secara skematis untuk masing-masing bagian dari buah kelapa yang diolah secara parsial selanjutnya akan
disederhanakan dalam bentuk konfigurasi konsep secara terpadu dengan harapan aliran pasokan bahan baku akan lebih efisien dengan semakin sedikit aktor yang
berperan dan jarak lokasi untuk masing-masing unit pengolahan yang semakin dekat. Hal ini dengan harapan agar total biaya rantai pasokan menjadi seminimal
mungkin. Upaya ini dilakukan karena petani selaku pemasok utama tidak memiliki posisi tawar dengan tidak mempunyai hubungan langsung dengan
industri atau unit pengolahan kelapa, justru pedagang pengumpul yang memiliki posisi tawar yang cukup besar. Hal inilah yang direduksi sehingga petani dan
industri pengolahan kelapa memiliki hubungan yang bersifat kemitraan ataupun kelembagaan yang saling menguntungkan, sehingga petani diuntungkan dan
industri pengolahan kelapa dapat memperoleh pasokan bahan baku yang kontinyu sehingga proses produksi juga berlangsung kontinyu dan konsumen pengguna
produk dapat memperoleh produk dengan tepat jumlah dan waktu pula. Gambaran skenario konsep konfigurasi rantai pasokan tersebut yaitu :
49 Gambar 9 Skenario Konsep Konfigurasi Rantai Pasokan Agroindustri Kelapa
Terpadu
Tatalaksana Penelitian
Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan tujuan dalam memahami manajemen rantai pasokan. Identifikasi permasalahan digunakan untuk
memetakan hubungan sebab akibat dengan melihat berbagai hal yang mempengaruhi struktur dalam jaringan rantai pasokan yang terkait dengan hal-hal
yang mempengaruhi peningkatan biaya rantai pasokan. Selanjutnya dilakukan formulasi manajemen rantai pasokan dalam sebuah model dan melakukan suatu
analisis sistem. Simulasi model dilakukan untuk memperoleh total biaya rantai pasokan yang minimal dilakukan dengan menggunakan software Stella.
Tahapan pendekatan tujuan yang dilakukan meliputi : 1. Formulasi model konseptual
2. Spesifikasi model kuantitatif
Pasar domestik Pasar Ekspor
Pemasok
Pedagang l
Petani kelapa
Konsumen Industri Hilir
Produk prospektif olahan primer
Agroindustri Kelapa Terpadu
50 3. Evaluasi model
4. Penggunaan model Tahapan penggunaan model ini dikembangkan simulasi rantai pasokan dari
beberapa asumsi yang mendasari skenario rantai pasokan yang berimplikasi pada total biaya rantai pasokan. Simulasi ini bermanfaat untuk menentukan strategi
yang dapat digunakan rantai pasokan untuk mencapai keunggulan dalam nilai. Pengamatan rantai pasokan untuk agroindustri kelapa terpadu dilakukan
melalui penelusuran pustaka dan internet untuk memperoleh data pendukung, juga pemahaman terhadap kondisi real dari agroindustri kelapa terpadu yang akan
dipelajari. Langkah berikutnya berupa tahapan pemodelan sistem dinamis untuk jaringan rantai pasokan dengan fokus untuk agroindustri kelapa terpadu.
Perancangan model secara simultan dilakukan dengan pemahaman terhadap rantai pasokan tersebut. Pemodelan diharapkan dapat merepresentasikan model nyata
rantai pasokan agroindustri kelapa terpadu. Model yang dirancang merupakan model dinamis dengan simulasi model
untuk mencapai tujuan yang diinginkan berupa total biaya rantai pasokan yang minimal. Model yang dirancang ini merupakan abstraksi pasokan yang dimulai
dari kedatangan buah kelapa butir, pengangkutan, sampai dengan pengolahan produk hingga didistribusikan ke konsumen.
Identifikasi dan penentuan produk prospektif dilakukan dengan pendapat pakar melalui pembuatan kuesioner yang selanjutnya diisi berdasarkan pendapat pakar. Isian
untuk kuesioner berupa pemberian daftar perangkingan untuk beberapa produk dari hasil olahan kelapa.
Adapun pemilihan produk prospektif dengan memberikan
rangkingperingkat berdasarkan pada beberapa kriteria yang dirunut dari pustaka.
Metode rangking dilakukan dengan memberikan peringkat untuk produk yang diidentifikasi secara urut sejumlah urutan produk tersebut. Penyusunan
peringkat dilakukan secara numerik dari 1 sampai dengan jumlah produk. Pemberian peringkat didasarkan pada masing-masing kriteria.
Penilaian pemilihan produk didasarkan pada kriteria Bayesian dengan asumsi masing-masing produk memiliki peluang yang sama. Penilaian pemilihan
produk berdasarkan kriteria di atas dilakukan melalui urutan pemilihan prioritas berdasarkan pembobotan dari masing-masing faktor, selanjutnya digunakan
sebagai dasar penilaian bobot faktor. Penilaian terhadap bobot masing-masing
51 faktor akan ditabulasi sebagai dasar perhitungan untuk menentukan alternatif
pilihan produk prospektif Marimin, 2004 Perhitungan alternatif pilihan masing-masing produk berdasarkan kriteria
yang ada dilakukan dengan menggunakan teknik berdasarkan kriteria bayes Penilaian alternatif ini dihitung berdasarkan bobot masing-masing kriteria.
Kriteria-kriteria ini dianggap memiliki peluang bobot yang sama sehingga pemberian peringkat dalam perhitungan menjadi suatu hal yang penting.
Identifikasi kebutuhan untuk model rantai pasokan dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara dengan pakar dari pelaku agroindustri dan dinas terkait.
Wawancara dapat dilakukan dengan beberapa media, untuk keperluan penyusunan model.
Sumber Informasi
Sumber informasi berupa informasi yang bersifat primer dan sekunder. Sumber informasi primer diperoleh dari penjelasan pelaku dalam agroindustri
kelapa. Metode pengumpulan data dilakukan wawancara langsung dengan pelaku agroindustri kelapa. Sumber informasi sekunder diperoleh dari dinas
perindustrian dan perdagangan, Direktorat jenderal perkebunan, APCC, BPS dan laporan penelitian serta sumber pendukung kepustakaan yang lain serta
penelusuran data melalui internet.
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilakukan Februari 2009 hingga Nopember 2009, diawali dengan studi pendahuluan untuk pemantapan usulan. Desain model
dilakukan di Laboratorium Bisnis dan Aplikasi Industri Departemen TIN Fateta IPB. Wilayah yang digunakan sebagai observasi dan simulasi model dinamis
adalah Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat.
POTENSI BAHAN BAKU AGROINDUSTRI KELAPA TERPADU Potensi Ketersediaan Bahan Baku
Hasil penelusuran pustaka menunjukkan bahwa ada beberapa faktor penunjang untuk mendorong pengembangan agroindustri kelapa terpadu yaitu
potensi ketersediaan bahan baku. Perkebunan kelapa yang tersebar di sebagian daerah biasanya terkonsentrasi di lahan perkebunan rakyat. Kondisi demikian
sangat membantu mengurangi biaya transportasi pengumpulan bahan baku dari kebun-kebun petani ke lokasi pabrik pengolahan. Dalam jangka panjang, faktor
pendukung lainnya adalah masih tersedia lahan untuk ekstensifikasi perkebunan dalam rangka menjaga kontinuitas ketersediaan bahan baku. Faktor-faktor
penunjang seperti ini merupakan salah satu keunggulan komparatif agroindustri kelapa terpadu yang ditemukan di wilayah luar Pulau Jawa. Namun, hal ini sulit
ditemukan di Pulau Jawa meskipun agroindustri kelapa yang ada sudah cukup jauh berkembang namun dihadapkan pada risiko ketidakpastian ketersediaan
bahan baku untuk jangka panjang. Luas areal tanaman kelapa Indonesia terluas di dunia menurut Asia Pasific
Coconut Community APCC pada tahun 2007 yaitu 3,86 juta ha dengan total
produksi yang terbesar yaitu 15,20 milyar butir kelapa per tahun. Produksi masing-masing negara APCC ditunjukkan dalam tabel-tabel di bawah ini. Data
menunjukkan bahwa mulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2006, Indonesia merupakan wilayah terluas dan penghasil butir buah kelapa paling banyak.
Namun, dari sisi produksi terdapat penurunan hasil yang cukup berarti dari 16,492 milyar butir pada tahun 2005 menjadi 14,984 milyar butir pada tahun 2006 seiring
dengan berkurangnya luas areal produksi. Meskipun demikian dari sisi produktivitas buah kelapa menunjukkan bahwa Indonesia lebih unggul
dibandingkan dengan negara penghasil kelapa yang lain APCC, 2007.
53
Tabel 8 Luas areal Produksi Kelapa di Dunia dalam 1000 Ha Negara
Tahun 2002
2003 2004
2005 2006
A. Negara Anggota APCC 10.678 10.682 10.652 10.691 10.482