BAB II  PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
2.1 Reformasi  Penganggaran dan Perencanaan
Diterbitkannya peraturan perundang-undangan seperti Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003   tentang   Keuangan   Negara   dan   Undang-Undang   Nomor   25   Tahun   2004   tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional merupakan titik awal reformasi perencanaan dan penganggaran. Peraturan Pemerintah PP Nomor 202004 tentang Rencana Kerja
Pemerintah RKP, PP Nomor 212004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian NegaraLembaga   RKA-KL,   Peraturan   Pemerintah   Nomor   392006   tentang   Tata   Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan Peraturan Pemerintah Nomor  402006   tentang  Tata   Cara  Penyusunan  Rencana   Pembangunan   Nasional   yang
menekankan pada perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja Performance Based   Budgeting,   berjangka   menengah   Medium   Term   Expenditure   Framework   dan
sistem penganggaran terpadu Unified Budgeting melengkapi regulasi sistem perencanaan dan penganggaran yang telah ada.
Perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja, berjangka menengah serta penganggaran terpadu   merupakan   perwujudan   dari   pelaksanaan   tiga   prinsip   pengelolaan   keuangan
publik   Public   Financial   Management,   yaitu;   i   Kerangka   Kebijakan   Fiskal   Jangka Menengah   Medium   Term   Fiscal   Framework   yang   dilaksanakan   secara   konsisten
aggregate   fiscal   disciplin;   ii   Alokasi   pada   prioritas   untuk   mencapai   manfaat   yang terbesar dari dana yang terbatas allocative efficiency yaitu melalui penerapan Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah Medium Term Expenditure Framework yang terdiri dari penerapan Prakiraan Maju Forward Estimate, Anggaran Berbasis Kinerja Performance
Based   Budgeting,   dan   Anggaran   Terpadu   Unified   Budget;   dan   iii   Efisiensi   dalam pelaksanaan dengan meminimalkan biaya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan
technical and operational efficiency. Perencanaan dan penganggaran seperti dimaksudkan di atas masih belum sepenuhnya
dilaksanakan,   diantaranya   program   dan   kegiatan   beserta   indikator   kinerjanya   belum sepenuhnya   dapat   digunakan   sebagai   alat   ukur   efektifitas   pencapaian   sasaran
pembangunan,   efisiensi   belanja,   dan   akuntabilitas   kinerja.   Agar   penerapan   Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah KPJM, Anggaran Berbasis Kinerja, dan Anggaran Terpadu
dapat dioptimalkan, diperlukan suatu upaya untuk menata kembali struktur program dan kegiatan   Kementerian   NegaraLembaga   restrukturisasi   program   dan   kegiatan.
Restrukturisasi program dan kegiatan tersebut bertujuan mewujudkan perencanaan yang berorientasi kepada hasil outcome dan keluaran output sebagai dasar; i Penerapan
akuntabilitas   Kabinet,   dan   ii   Penerapan   akuntabilitas   kinerja   Kementerian NegaraLembaga.
Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, penyusunan anggaran dilakukan tidak berdasarkan suatu analisis rangkaian atau tahapan kegiatan untuk mencapai tujuan
yang   telah   ditetapkan,   namun   menitikberatkan   pada   kebutuhan   untuk belanjapengeluaran   tanpa   perlu   memperhatikan   efisiensi   dan   efektif,   indikator
keberhasilan hanya dengan melihat keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran, apabila terjadi surplus maka pelaksanaan anggaran dapat dikatakan berhasil, sebaliknya
apabila terjadi defisit maka penganggaran dapat dikatakan gagal. Sistematika anggaran kinerja muncul yang diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya
dihubungkan dengan hasil dari pelayanan. Penganggaran  melalui   pendekatan  kinerja  ini   berfokus  pada  efisiensi   penyelenggaraan
suatu  aktivitas.   Efisiensi   itu  sendiri   adalah  perbandingan  antara  output   dengan   input. Suatu aktivitas dikatakan efisien, apabila output yang dihasilkan lebih besar dengan input
yang sama, atau output yang dihasilkan adalah sama dengan input yang lebih sedikit. Anggaran ini tidak hanya didasarkan pada apa yang dibelanjakan saja, seperti yang terjadi
pada sistem anggaran tradisional, tetapi juga didasarkan pada tujuanrencana tertentu yang pelaksanaannya perlu disusun atau didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup
dan penggunaan biaya tersebut harus efisien dan efektif. Berbeda   dengan   penganggaran   dengan   pendekatan   tradisional,   penganggaran   dengan
pendekatan   kinerja   ini   disusun   dengan   orientasi   output.   Jadi,   apabila   kita   menyusun anggaran dengan pendekatan kinerja, maka mindset kita harus fokus pada apa yang ingin
dicapai. Kalau fokus ke output, berarti pemikiran tentang tujuan kegiatan harus sudah tercakup di setiap langkah ketika menyusun anggaran. Sistem ini menitikberatkan pada
segi   penatalaksanaan   sehingga   selain   efisiensi   penggunaan   dana   juga   hasil   kerjanya diperiksa.   Jadi,   tolok   ukur   keberhasilan   sistem   anggaran   ini   adalah  performance  atau
prestasi dari tujuan atau hasil anggaran dengan menggunakan dana secara efisien. Dengan membangun suatu sistem  penganggaran yang dapat  memadukan perencanaan  kinerja
dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan.
2.2 Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja